Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MAKALAH MANAJEMEN AGROEKOSISTEM

PENGAMATAN KUALITAS TANAH

Disusun oleh

Moh. Veri Sugiyanto 195040207111135

Kelas N

Asisten Kelas : Dinna Hadi Sholikah

PROGAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2021
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL............................................................................................................................ii
1. PENDAHULUAN.........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
2. METODOLOGI...........................................................................................................................2
2.1 Kondisi Wilayah.....................................................................................................................2
2.2 Alat dan Bahan.......................................................................................................................2
2.3 Alur Kerja..............................................................................................................................2
2.3.1 Pengamatan ketebalan seresah........................................................................................2
2.3.2 Tutupan Lahan................................................................................................................3
2.3.3 Jumlah Cacing dan Kascing............................................................................................4
2.3.4 Understory.......................................................................................................................4
2.3.5 Kegemburan....................................................................................................................5
2.3.6 Berat isi tanah..................................................................................................................5
3. ISI.............................................................................................................................................7
3.1 Hasil Overview.......................................................................................................................7
3.2 Sifat Tanah pada Agroekosistem..........................................................................................7
3.2.1 Sifat Fisik Tanah..............................................................................................................7
3.2.2 Sifat Fisik Tanah................................................................................................................9
4. KESIMPULAN..........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................13
LAMPIRAN...................................................................................................................................15
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Alat dan Bahan.............................................................................................................2
Tabel 2. Pengamatan sifat biologi tanah dan sifat fisik tanah....................................................7
Tabel 3. Data Perhitungan berat isi..........................................................................................10
Tabel 4. Hasil perhitungan berat isi.........................................................................................11
Tabel 5. Lampiran kegiatan pengamatan kualitas tanah..........................................................15

ii
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang kaya dengan keanekaragaman hayati Keanekaragaman


merupakan variabilitas antar makhluk hidup dari semua sumberdaya, termasuk di daratan,
ekosistem perairan dan kompleks ekologis termasuk juga keanekaragaman spesies dan
ekosistemnya. Sepuluh persen dari ekosistem alam berupa suaka alam, suaka margasatwa,
taman nasional, hutan lindung dan sebagian lagi untuk kepentingan budidaya plasma nutfah
yang dialokasikan sebagai kawasan yang dapat memberi perlindungan bagi keanekaragaman
hayati. Tingkat biodiversitas atau keragaman inilah yang nantinya akan memntuk suatu
agroekosistem.

Agroekosistem merupakan sistem ekologi dalam suatu lahan pertanian yang


didalamnya terdapat hubungan antara komponen biotik dan lingkungannya. Agroekosistem
merupakan suatu ekosistem pertanian yang di dalamnya terdapat komponen organisme dan
abiotik dalam suatu lahan pertanian. Agroekosistem dapat dikatakan produktif jika terjadi
keseimbangan antara aspek tanah, budidaya dan dan aspek hama penyakit sehingga dihasilkan
suatu pertanaman yang sehat dan hasil yang berkelanjutan. Ketidakseimbangan komponen
dalam agroekosistem dapat salah satu contohnya disebabkan adanya gangguan oleh serangan
hama atau degradasi lahan.

Upaya-upaya dalam pengolahan lahan dalam memahami bagaimana hubungan yang


terjadi antara komponen abiotik dan biotik ini dalam membentuk suatu agroekosistem perlu
pemahaman prinsip-prinsip ekologi pertanaian. Dalam pengamatan kali ini untuk mengamati
suatu agroekosistem pada lahan itu adalah yaitu dengan mengamati beruapa pengamatan sifat
fisik, biologi dan kimia nya, dari pengamatannya ini nantinya akan dijadikan pendoman dan
dasar untuk melakukan kegiatan dalam bidang pertanian. Pengamatan agroekosistemnya
sendiri dilakukan di lokasi areal persawahan dengan sistem monokultur yaitu jeruk.

1
2. METODOLOGI
2.1 Kondisi Wilayah
Kondisi lahan yang digunakan untuk praktikum Survaei Tanah dan Evaluasi Lahan ini
lokasinya dilakukan pada dataran rendah, dimana di Daerah Kabupaten Banyuwangi secara
geografis terletak di ujung timur pulau Jawa, bedasarkan garis batas koordinatnya posisi
kabupaten banyuwangi terletak antara 70 43’ – 80 46’ Lintang Selatan (LS) dan 1130 53’–
1140 38’ Bujur Timur (BT). Temeperature rata-rata per bulan di Kabupaten Banyuwangi pada
tahun 2019 memiliki rentang suhu 26,300C- 29,200C, rata-rata kelembapan udara per bulan
pada tahun 20 itu 71% - 80%. Dan data rata-rata curah hujan per bulan di tahun 2019 itu 6,80
mm-236,40 mm , (Badan Pusat Statistik Kabupaten banyuwangi, 2020). Letak lokasi lahan
sediri berada di Desa Sumber jeruk Kecamatan cluring dengan topografi Desa Sraten berupa
dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 35 mdpl, sedangkan curah huajnnya itu rata-rata
tiap tahunnya berkisar 1000 sampai 2000 mm dengan temperature suhu nya sekitar 270C
sampai 280C. Wilayah Desa Sraten sendiri terdiri dari 66,50% beruapa lahan pertanian,
10,37% beruapa pemukiman, sekitar 17,90% berupa kebun/tegal dan 5,23% terdiri dari
kuburan, jalan, sungai dll (Aspek geografi Desa Sraten, 2017). Pengamatan dilakukan
dilakukan pada lahan monokultur yang mana pada lahan mono kultur ini ditanami oleh
tanaman buah jeruk, titik koordinat dari lokasinya yaitu 8025’03”S 114014’15”E.

2.2 Alat dan Bahan


Tabel 1. Alat dan Bahan

NO ALAT FUNGSI
1 Tali rafia Untuk membuat frame dan pengikat
2 Paralon/ botol bekas obat Pengganti ring sampel dan ring master
pertanian
3 Timbangan Mengukur massa benda
4 Meteran kuli/ penggaris Mengukur ketinggian, diameter atau luasan
5 Balok kayu Untuk tataan
6 Kamera Hp Untuk alat dokumentasi
7 Batang kayu Untuk pemukul
8 Kantong palstik Wadah sampel tanah
9 Buku saku Untuk mencatat hasil pengamatan
10 Cetok Untuk mencari mikroba pada tanah
2.3 Alur Kerja
2.3.1 Pengamatan ketebalan seresah
Siapkan alat bahan

Siapkan frame ukuran 50


x 50 cm sebanyak 2 buah
2
Meletakan secara acak
secara diagonal

Tekan seresah dengan


tangan dan ukur tinggi
seresah dengan
penggaris

Catat hasilnya dan


dokmentasi
Hal pertama yang dilakukan untuk ketebalan seresah yaitu mempersiapkan alat dan
bahan yang dibutuhkan. Setelah itu membuat dan memasang frame ukuran 50 cm x 50 cm
pada tanah dengan acak dan berbentuk diagonal. Setelah frame sudah terpasang, terun
menekan seresah menggunakan tangan lalu ukur ketebalan seresah menggukan penggaris atau
meteran. Setelah itu mencatat dan medokumentasikan ketebalan seresah.

2.3.2 Tutupan Lahan

Siapkan alat dan


bahan

Potret foto bawah tajuk

Olah data dengan photosop

Lakukan identifikasi dan dokumentasi

Pertama hal yang dilakukan untuk melihat tutupan lahan yaitu menyiapkan handphone
yang sudah memiliki aplikasi CanopyApp. Setelah alat yang digunakan sudah lengkap, ambil
foto dibawah tajuk dengan posisi kamera memfoto keatas. Selesai memfoto tajuk, olah data
dengan aplikasi CanopyApp. Setelah itu meakukan identifikasi dengan data yang dihasilkan.
2.3.3 Jumlah Cacing dan Kascing

Siapkan alat dan bahan

3
Siapkan frame 2 buah ukuran 50 x 50 cm

Letakan secara acak diagonal

Amati dan cari kascing dang cacing dalam


frame

Lakukan menimbang kalau ada cacing


dan kascing masukan ke plastik

Catat dan dokumentasi

Pertama menyiapkan alat dan bahan yang telah disebutkan. Lalu membuat frame ukuran
50 cm x 50 cm pada tanah dengan acak dan berbentuk diagonal. Setelah frame terpasang lalu
mencari cacing dan kascing dengan mengamati dalam frame dalam mencari cacing ini
mengganakan cetok untuk menggali tanahnya . Setelah itu melakukan penimbangan bila
terdapat cacing dan kascing di timbangan. Setelah itu catat dan dokumentasikan.
2.3.4 Understory
Siapkan alat dan bahan

Siapkan frame 2 buah ukuran 50 x 50 cm

Letakan secara acak diagonal

Ambil seresah dalam frame lalu


membedakan atara nekromas dan
biomassa

Melakukan identifikasi dan dokumentasi

4
Hal yang pertama menyiapkan alat dan bahan yang telah disebutkan. Setelah itu
membuat frame ukuran 50 cm x 50 cm pada tanah dengan acak dan berbentuk diagonal.
Setelah frame terpasang mengambil seresah didalam frame. Seresah pada frame dibedakan
menjadi biomass yang bersal dari tanaman di atas tanah dan understorey yang berasal dari
tajuk. Setelah itu mengidentifikasi biomass dan understorey dan lalu mendokumentasikan.

2.3.5 Kegemburan

Siapkan alat dan bahan

Ambi tanah menggunakan cetok

Rasakan kegemburan tanah

Catat, amati dan dokumentasi

Hal yang perlu dilakukan pertama yaitu meyiapkan alat dan bahan untuk pengamatan
kegemburan. Mengambil tanah menggunakan alaat cetok untuk memudahkan pengembilan
pada tanah. Mengambil tanah dan lalu merasakan menggunakan tangan untuk mengetahui
kegemburan. Setelah mendapatkan data, catat dan mendokumentasikan.
2.3.6 Berat isi tanah

Siapkan alat dan bahan

Ambil tanah dengan paralon


dengan ukuran tinggi 10 cm dan
diameter ± 5 cm

Timbang tanah + paralon

Sangrai tanah ± 10 menit

5
Timbang

Catat, amati dan dokumentasi

Hal pertama menyiapkan alat dan bahan yaitu paralon sebagai ring sampel dan ring
master, cetok , balok kayu, dan palu. Setelah itu menaruh paralon dengan ukuran yang telah
ditentukan, ditanah. Kemudian menaruh balok kayu di atas paralon dan memukul balok
hingga paralon menancap kedalam tanah. Setelah paralon 1 masuk, taruh paralon kedua dan
ulangi seperti tadi. Menagmbil cetok untuk mengambil tanah diluar pipa. Mengambil paralon
kesatu dan meratakan di kedua ujungnya. Masukkan ke dalam plastik untuk paralon 1. Lalu
menimbang tanah dengan paralon, lalu mengambil tanah didalam paralon dan menimbang
lagi. Timbang paralon tanpa tanah. Setelah tanah menimbang, kemudian menyangrai tanah
selama 10 menit dengan api sedang. Setelah itu mengambil tanah yang telah disangrai dan
timbang lagi. Lalu mencatat data lalu hitung berat isi tanah. Mendokumentasikan seluruh
kegiatan.

6
3. ISI
3.1 Hasil Overview
Lokasi pengamatan dalam meneliti biodiversitas agroekosistem ini dilakukan Lokasi
pertama lahan pertanian dengan lahan seluas 500 m2 yang mengunakan pola tanam
monokultur, lahan pertama itu kondisi lahannya terpelihara dengan baik. Sistem tanam
monokultur adalah sistem tanam tunggal dengan penanaman satu jenis tanaman pada sebidang
lahan pada waktu yang sama. Tujuan menanam secara monokultur adalah meningkatkan hasil
pertanian. Kelebihan sistem ini yaitu teknis budidaya relatif mudah karena tanaman yang
ditanam hanya satu jenis. Kelemahan sistem pola tanam monokultur ini adalah tanaman relatif
mudah terserang hama karena makanan untuk hama melimpah sehingga populasinya dapat
berkembang dengan cepat, begitu juga penyakit dikarenakan terdapat banyak inang yang
dapat menjadi tempat berkembangnya patogen penyakit, sehingga mengakibatkan terajdinya
gagal panen (Ariffin et al., 2017). Pada lahan pertanaian yang saya explor ini menggunakan
sistem po tanam monokultur yang mana ditanami tanaman jeruk, karena alasannya
menggunakan sistem pola tanam monokultur ini bertujauan untuk memaksimalkan proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman jeruknya, dan juga pohon jeruk itu memiliki
perkaran dan kanopi yang luas sehingga untuk memaksimalkan hasil panennya perlu jarak
tanam yang longgar. Sistem pola tanam polikultur atau tumpangsari ini merupakan suatu
usaha menanam beberapa jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama, yang diatur
sedemikian rupa dalam barisan-barisan tanaman.

Tabel 2. Pengamatan sifat biologi tanah dan sifat fisik tanah

No Sifat fisik Parameter Hasil pengamatan


.
1 Biologi Tebal seresah 2,5 cm
Understory Rerumputan, daun
jeruk dan semak
belukar
Jumlah cacing dan kascing -
Tutupan lahan 21,538 %
2 Fisik Kegemburan Gembur
Berat isi 1 gram.cm-3
3.2 Sifat Tanah pada Agroekosistem
3.2.1 Sifat Fisik Tanah
a. Kegemburan Tanah

Lahan yang dilakukan pengamatan itu terdapat satu tanaman saja yaitu tanaman jeruk
terdapat data yang diperoleh dari pengamatan sifat biologi tanah yaitu meliputi pengamatan
ketebalan seresah dan understory. Pengamatan ketebalan seresah itu mendapatkan data
7
sebesar 2,5 cm, kerapatan seresahnya itu dalam frame tidak terlalu rapat. Pada lahan
pertanian, rendahnya jumlah dan diversitas vegetasi dalam suatu luasan menyebabkan
rendahnya keragaman kualitas masukan bahan organik dan tingkat penutupan permukaan
tanah oleh lapisan seresah. Maka dari itu lahan yang saya amati itu ketebalan seresahnya dan
kerapatan seresahnya itu tidak terlalu banyak karena tidak banyak diversitas vegetasi pada
lahan tersebut, namun begitu tanahnya pada lahan masih memiliki tingkat keseburan yang
tidak melampaui nilai kritis ketidaksuburan tanah. Tingkat penutupan (tebal tipisnya) lapisan
seresah pada permukaan tanah berhubungan erat dengan laju dekomposisinya (pelapukannya).
Semakin lambat terdekomposisi maka keberadaannya di permukaan tanah menjadi lebih lama
(Hairiah et al.,2010). Pada ketebalan seresah pada data yang diperoleh adalah 2,5 cm yang
mana ini ketebalannya termasuk tipis karena jumahnya tidak terlalu banyak jadi pada lapisan
ketebalan seresahnya pada lahan yang diamati itu bukan pengaruh dari cepatnya proses
pelapukan. Seesah ini fungsinya itu pelindung dalam menyediakan layanan lingkungan bagi
agroekosistem pertanian, sebagai instrument konservasi tanah secara vegetatif untuk menekan
erosi, sumber produksi bahan organik serta seresah ini sumber pemasukan unsur hara yang
penting pada agroekosistem pertanian (Rosalban, 2016).

b. Understrory
Sedangkan pada data yang diperoleh dari understrory lahan, itu banyak terdapat bahan
sisa tanaman yang sudah mengering atau understory nekromass banyak terdapat dedaunan
dari pohon jeruk dan dari semak belukar dan rerumputan yang sudah kering, serta understory
biomass yaitu berupa rerumputan dalam framaenya, dan paling tinngi data understorynya
biomass itu 17 cm, rerumputan yang ada dalam frame itu jenis rumput ceker ayam. Menurut
Rismunandar (2019) dan Kartasapoetra (2010), bahwa pengaruh dari understory biomass atau
Tanaman penutup tanah dari jenis rerumputan dapat berfungsi sebagai pelindung permukan
tanah dari daya dispersi dan daya penghancuran oleh butir-butir hujan, memperlambat aliran
permukaan, memperkaya bahan-bahan organik tanah serta memperbesar porositas tanah.
d. Tutupan Lahan
Pada lahan pertanian monokultur tanaman jeruk ini tutupan lahan atau canopy nya sebesar
21,538%. Pohon jeruk memiliki daun lebat dan tajuk yang lebar sehingga menutupi
permukaan tanah bawahnya. Menurut bahwa kerapatan tajuk dan banyaknya diversitas
vegetasi itu dapat menghasilkan ketebalan seresah dan seresah ini sebagai sumber organik
tanah dan juga tutupan lahan ini dapat menjadikan lahannya lembab.
c. Jumlah Cacing dan Kascing

8
Fungsi cacing tanah terhadap kesuburan tanah yaitu karena sebagian besar bahan tanah
mineral yang dicerna cacing tanah dikembalikan kedalam tanah dalam bentuk nutrisi yang
mudah dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu, kotoran cacing tanah juga kaya unsur hara
karena aktivitas cacing tanah mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara N, P, dan K
didalam tanah. Cacing tanah membantu dalam menguraikan bahan organik didalam tanah,
membantu pengangkutan sejumlah lapisan tanah dari bahan organik dan memperbaiki struktur
tanah. Sedangkan kascing itu merupsksn kotorsn dari cacing tanah ysng msns merupakan
bahan berperan penting dan merupakan faktor kunci dalam berbagai proses biokimia dalam
tanah yang menentukan tingkat kesuburan tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman
(Dwiastuti, 2014).

3.2.2 Sifat Fisik Tanah


a. Kegemburan

Pengamatan karateristik sifat fisik tanah memperoleh data yaitu kegemburan dan
berat isi tanah. Pada pengamatannya bahwa yang terlihat itu tanahnya memiliki agregat yang
berbentuk besar namun kalau di hancurkan akan menjadi gumpalan-gumpalan kecil seperti
granul, dan tanahnnya itu memiliki tekstur ada lempungnya yang mana memiliki tingkat
plastisitasnya agak lekat. Ciri kegemburan tanah itu dilihat dari konsistensinya yang mana
tanah yang telah diamati itu ketika dihancurkan dengan tangan itu mudah hancur. Konsistensi
tanah yang gembur ini menandakan kalau kemantapannya itu saat di tetesi air diakan mudah
terserap kedalam ,namun menurut Agus 2016, agregat tanah yang mantap akan
mempertahankan sifat-sifat tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman, seperti porositas,
dan ketersediaan air lebih lama dibandingkan dengan agregat tanah tidak mantap, sehingga
agregat tanah pada lokasi pengamatan saya itu karena tanahnya memiliki kegemburan maka
persentase agregasinya tidak dapat ditetapkan atau ini berarti agregasi tanah tersebut kurang
bagus. Tanah yang saya amati itu kriteria tektur tanahnya lempung berpasir dan banyak
mengandung sendimen bahan organik dan tanahnya itu banyak membentuk agregat dengan
demikian kemantapan tanahnya tidak terlalu buruk. Seperti pada hasil penelitian yang lain
menunjukkan bahwa pemberian bahan organik meningkatkan persentase partikel tanah yang
berbentuk agregat (Suwardjo et al.2019), meningkatkan persentase agregat mantap yang
berukuran besar dan menurunkan persentase agregat yang berukuran yang lebih kecil, serta
menurunkan berat isi atau BD. Pengamatan selanjutnya itu mengamati berat isi tanah.
b. Berat isi
Berat isi (bulk density =BD) atau sering juga disebut dengan berat volume tanah
merupakan sifat fisika tanah yang sering ditetapkan. BD didefinisikan sebagai masa fase padat
9
tanah (Ms), dibagi dengan volume total tanah (Vt). BD sangat berhubungan erat dengan
kepadatan tanah, kemudahan akar menembus tanah, drainase dan aerasi tanah serta sifat fisik
tanah lainnya (Cardoso, 2013).
Tabel 3. Data Perhitungan berat isi

KRITERIA NILAI
MASSA TANAH BASAH 400 gram (massa tanah +massa ring)- massa
ring
MASSA RING SAMPEL 100 gram
MASSA TANAH BASAH + MASSA 500 gram
RING SAMPEL
MASSA TANAH SETELAH DISANGRAI 300 gram
DIAMETER RING 5 cm
MASSA TANAH SANGRAI + MASSA 800 gram
CAWAN
MASSA CAWAN 500 gram
MASSA TANAH BASAH + MASSA 900 gram
CAWAN
A. Volume tanah (Vt)
Vt = 1/4 π.d2.p
= 1/4 x 3,14 x (5)2 x 10
= 196,25 cm3
B. Kadar air sub (W)
(MTB + MC)-(MTS + MC) / (MTS + MC) - MC =
=(900-500)/ (800-500)
= 1,3 gram.gram-1
C. Massa padatan (Mp)
= MTB/(1 + Kadar aie sub)
= 400/(1+1,3)
= 174 gram
D. Berat isi
= Mp/Vt
= 174/196,25
= 1 gram . cm-3

Tabel 4. Hasil perhitungan berat isi

Kadar Air Sub (W) Vol. Tanah Silinder Massa Padatan (Mp) Berat Isi
(Vt)
-1
g.g cm3 g g.cm-3
1.3 196,25 174 1
10
Dari data perhitungan yang diperoleh berat isinya itu mencapai 1 gram x cm-3 yang
mana dalam kriteria berat isinya masuk dalam kriteria berat isi sedang, ini menandakan kalau
berat isi tanahnya sedang itu kemantapan tanahnya tidak terlalu tinggi, infiltrasinya
sedang,sebaran ruang porinya banyak sehingga tanahnya tidak mudah tergenang oleh volume
air diatas permuakaan. Berat isi tanah rata-rata pada lokasi penelitian adalah 1 g cm-3, angka
ini tidak melampaui nilai kritis untuk tanah pertanian yang sehat yaitu kurang dari 1,2 g cm -3
untuk tanah-tanah berliat (Brouwer and Jenkins, 2015). Menurut bahwa dengan berat isi yang
tidak melampaui nilai kritis berat isi untuk tanah pertanaian ini akan berpengaruh pada
mudahnya perkaran tanaman untuk menembus tanah, serta kapasitas tukar kation , aerasi,
permebilitas, infiltrasinya itu akan bagus, namun tanah dengan tanah yang berat isinya tidak
terlalu mantap itu malahan memiliki stabilitas agregatnya itu rendah, yang mana stabilitas
agregat ini berkaitan dengan kapasitas tanah memegang air serta ketahanan penetrasi tanah.
Semakin stabil tanah tersebut kemampuan tanah memegang airnya semakin baik. Sebaliknya
semakin gembur, ketahanan penetrasi tanahnya semakin rendah, sehingga akar tanaman lebih
mudah menembus tanah.dan juga tanah yang kemantapan rendah atau berat isinya rendah itu
memiliki kepekaan terhadap erosi (erodibilitas tanah) itu tinggi (Sudirman, 2016).

11
4. KESIMPULAN
Hasil pengamatan dalam mengamati kulitas tanah ini dalam mengamati lahan
monokultur tanaman jeruk sendiri, memiliki karateristik sifat fisik dan biologinya. Pada sifat
biologinya itu terdapat ketebalan seresahnya tergolong tipis karena jumlahnya tidak terlalu
banyak, terus pada understory biomass yang berada dibawah tajuk pohon jeruk itu terdapat
semak belukar rumput ceker ayam, sedangkan understrory biomass dari tanaman itu berupa
dedaunan pohon jeruk. Ketebalan seresah ini berkaitan dengan diversitas understory dan
tutupan lahannya , pada lahan jeruk tersebut tidak terlalu banyak seresah karena diversitas
understrorynya sedikit dan tutupan lahannya kurang rapat.

Hasil pengamtan pada sifat fisik tanah itu data yang diperoleh pada kegemburan tanah
dan berat isi tanah. Kegemburan tanah yang diamati itu cukup gembur karena konsistensi nya
itu mudah hancur, dan memiliki agregat atau gumpalan yang banyak dan bergranul. Pada
berat isi tanahnya mendapatkan data bahwa tanahnya memiliki berat isi tanah yang tidak
melampaui nilai kritis berat isi tanah, yang mana kemantapan tanahnya tidak kuat dan
tanahnya tidak mengalami pemadatan. Sehingga dari segi sifat fisik dan biologi yang sudah
diketahui pada lahan jeruk ini, cukup menunjang dalam berbudidaya tanaman jeruk atau
tanaman lainnya.

12
13
DAFTAR PUSTAKA
Agus, F. dan A. Rachman. 2016. Kesimpulan Umum dalam Agus et al. (Eds). Konservasi
Tanah Menghadapi Perubahan Iklim. Hlm: 263 – 268. Badan Litbang Pertanian.
Kementrian Pertanian.

Ariffin, P.F., L.L. Faiza., W. Nurcholis., T. Ridwan., I. Batubara., R.A. Susilowidodo dan
R.Wisastra. 2017. Pengaruh Pola Tanam Tumpangsari terhadap Produktivitas
Rimpang dan Kadar Senyawa aktif Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.).

ASPEK GEOGRAFI DESA SRATEN. (2017, April). Retrieved from sraten.desa.id:


http://sraten.desa.id/web/detailnews/aspek geografi.

Brouwer, D. and Jenkins, A. 2015. Managing for Healthy Soil: AgGuide – A Practical
Handbook. NSW Agriculture, Tocal - New South Wales.
Cardoso, E.J.B.N., Vasconcellos, R.L.F., Bini, D.,Miyauchi, M.Y.H., dos Santos, C.A., Alves,
P.R.L., de Paula, A.M., Nakatani, A.S., Pereira, J.M. and Nogueira, M.A. 2013.
Soil Health:looking for suitable indicator. What should be considered to assess the
effects of use and management on soil health?. Scientia Agricola 70:274-298.
Dwiastuti. S. (2014). Eksistensi dan Peran Cacing Tanah Terhadap Konsentrasi CO2 pada
Berbagai Lingkungan. Disertasi tidak diterbitkan: Program Pasca Sarjana
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Dewi, W.S. (2017). Dampak Alih Guna Hutan Menjadi Lahan Pertanian: Perubahan
Diversitas Cacing Tanah dan Fungsinya Dalam Mempertahankan Pori Makro
Tanah. Disertasi tidak diterbitkan: Program Pascasarjana Fakultas Pertanian
Unibraw. Malang.
Hairiah, K.; Widianto; Utami, S.R.; Suprayogo, D.; Sitompul, S.M.; Sunaryo; Lusiana, B.;
Mulia, R.; Van Noordwijk, M. dan G. Cadisch. 2010. Pengelolaan Tanah Masam
Secara Biologi: Refleksi Pengalaman dari Lampung Utara. ISBN. 979-95537-7-6.
ICRAFBogor.187 p. Hairiah, K. dan S.
Kartasapoetra. G., A.G. Kartasapoetra, dan M.M. Sutedjo. 2010. Teknologi Konservasi Tanah
dan Air. Edisi ke II. Rineka Cipta, Jakarta.
Rismunandar. 2019. Mendayagunakan Tanaman Rumput. Sinar Baru, Bandung.
Rosalva, A., J. Paolini, M. Robles, and E. Villegas. 2016. Nitrogen and
phosphoruscontributions from litterfall in shade grown coffee (Coffea arabica)
plantations in the Venezuelan Andes. Abstract, p. 155-93, 18th World Congress of
Soil Science. Philadelphia, USA.Suwardjo, H., A. Abdurachman, and S. Abujamin.
2019. The use of crop residu mulch to minimize tillage frequency. Pembrt. Pen.
Tanah dan Pupuk 8: 30 –37.
Sudirman, S. Sutono, dan Ishak Juarsah. 2016. Penetapan Retensi Air Tanah di Laboratorium.
dalam Undang Kurnia et al. (Eds.). Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya.
Hlm: 167- 185. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang
Pertanian. Departemen Pertanian.
Statistik, Badan Pusat. Kabupaten banyuwangi, 2020.
LAMPIRAN

Tabel 5. Lampiran kegiatan pengamatan kualitas tanah

No. Deskripsi Kegiatan Dokumentasi


Menyiapkan alat dan bahan
Membuat frame 50 x 50 cm
Mengamati understory dan mengukur
ketebalan seresah

Mengamati dan memotret tutupan


lahan menggunakan Canopy Apps

Mengambil sampel tanah dalam frame


menggunakan ring sampel

Mencari cacing dan mikorba lainnya


dan juga mengamati kascing

Merasakan tekstur tanah dan


mengamatu kegemburan
Menimbang massa total kotor sampel
tanah menggunakan timbangan

Menguluarkan tanah dalam ring


sampel untuk disangrai

Menyangrai tanah nya menggunakan


bara api selama ±10 menit
Menimbang berat kering tanah setelah
tadi di shangrai

Anda mungkin juga menyukai