Disusun oleh :
Nama : Moh Alvan Cahya Putra
NIM : 205040207113007
Kelas : A - Agroekoteknologi PSDKU Kediri
Dosen Pengampu : Syamsul Arifin
2.2 Pembahasan
SPL A : Pada Peta Tanah Unit A, perkiraan jumlah erosi aktual berdasarkan hasil
perhitungan perkiraan jumlah erosi dengan metode USLE adalah 362,2 ton/ ha/tahun per
tahun. Sedangkan perhitungan erosi yang diijinkan menghasilkan hasil sebesar 23,36
ton/hektar/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa perkiraan erosi yang sebenarnya lebih besar
dari erosi yang diizinkan, sehingga terjadi degradasi tanah di lahan SPL A, dan perbedaan
antara perkiraan erosi dan erosi yang diizinkan dapat berdampak sangat serius. Tanah SPL
A adalah tanah Kelas II, dan tanah Kelas II fungsional memiliki banyak hambatan atau
ancaman terhadap kerusakan yang mengakibatkan terbatasnya pilihan penggunaan atau
perlunya tindakan konservasi sederhana. Oleh karena itu, berbagai faktor dan rekomendasi
konservasi tanah dan air perlu dimodifikasi untuk mengurangi perkiraan erosi aktual agar
dapat mengelola erosi yang terjadi di SPL A dengan tepat.
SPL B : Pada Satuan Peta Lahan B, berdasarkan hasil perhitungan pendugaan erosi
menggunakan metode USLE didapatkan hasil pendugaan erosi actual yang terjadi
pertahunnya adalah sebesar 180,9 ton/ha/tahun dengan nilai erosi yang diperbolehkan 25,6
ton/ha/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa nilai pada pendugaan erosi actual lebih besar dari
erosi yang diperbolehkan sehingga pada lahan SPL B terjadi degradasi lahan yang dapat
menyebabkan dampak yang cukup berat apabila dilihat dari selisih yang dihasilkan antara
pendugaan erosi dengan erosi yang diperbolehkan. Tanah pada SPL B termasuk ke dalam
tanah kelas III Tanah-tanah dalam kelas III mempunyai hambatan yang berat yang
mengurangi pilihan pengunaan atau memerlukan tindakan konservasi khusus atau
keduanya. Oleh karena itu, diperlukan modifikasi atas beberapa faktor dan rekomendasi
konservasi tanah dan air untuk menurunkan nilai pendugaan erosi actual sehingga erosi yang
terjadi pada SPL B dapat diatasi dengan tepat.
SPL C : Pada Satuan Peta Lahan C, berdasarkan hasil perhitungan pendugaan erosi
menggunakan metode USLE didapatkan hasil pendugaan erosi actual yang terjadi
pertahunnya adalah sebesar 744,7 ton/ha/tahun dengan nilai erosi yang diperbolehkan 24,96
ton/ha/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa nilai pada pendugaan erosi actual lebih besar dari
erosi yang diperbolehkan sehingga pada lahan SPL C terjadi degradasi lahan yang dapat
menyebabkan dampak yang berat apabila dilihat dari selisih yang dihasilkan antara
pendugaan erosi dengan erosi yang diperbolehkan. Oleh karena itu, diperlukan modifikasi
atas beberapa faktor dan rekomendasi konservasi tanah dan air untuk menurunkan nilai
pendugaan erosi actual sehingga erosi yang terjadi pada SPL C dapat diatasi dengan tepat.
SPL D : Pada Satuan Peta Lahan D, berdasarkan hasil perhitungan pendugaan erosi
menggunakan metode USLE didapatkan hasil pendugaan erosi actual yang terjadi
pertahunnya adalah sebesar 1346 ton/ha/tahun dengan nilai erosi yang diperbolehkan 14,70
ton/ha/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa nilai pada pendugaan erosi aKtual lebih besar
dari erosi yang diperbolehkan sehingga pada lahan SPL D terjadi degradasi lahan yang dapat
menyebabkan dampak yang berat apabila dilihat dari selisih yang dihasilkan antara
pendugaan erosi dengan erosi yang diperbolehkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
modifikasi beberapa faktor rekomendasi konservasi tanah dan air untuk mengurangi nilai
perkiraan erosi aktual sehingga erosi yang terjadi di SPL D dapat ditangani dengan tepat.
SPL E : Pada Satuan Peta Lahan E, berdasarkan hasil perhitungan pendugaan erosi
menggunakan metode USLE didapatkan hasil pendugaan erosi actual yang terjadi
pertahunnya adalah sebesar 1421 ton/ha/tahun dengan nilai erosi yang diperbolehkan 22,72
ton/ha/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa nilai pada pendugaan erosi actual lebih besar dari
Erosi diperbolehkan sehingga pada tanah E terdapat terjadi degradasi tanah yang
menimbulkan dampak yang parah jika dilihat dari selisih antara perkiraan erosi dan erosi
yang diijinkan. Oleh karena itu, diperlukan modifikasi atas beberapa faktor dan
rekomendasi konservasi tanah dan air untuk menurunkan nilai pendugaan erosi actual
sehingga erosi yang terjadi pada SPL E dapat diatasi dengan tepat.
SPL F : Pada Satuan Peta Lahan F, berdasarkan hasil perhitungan pendugaan erosi
menggunakan metode USLE didapatkan hasil pendugaan erosi actual yang terjadi
pertahunnya adalah sebesar 19568,53 ton/ha/tahun dengan nilai erosi yang diperbolehkan
21,6 ton/ha/tahun.CHal ini menunjukkan bahwa nilai perkiraan erosi lebih besar dari erosi
yang diizinkan, sehingga pada lahan SPL F terdapat degradasi yang dapat menimbulkan
dampak yang sangat signifikan berat jika salah satu perbedaan antara perkiraan erosi dan
erosi yang diizinkan.COleh karena itu perlu memodifikasi beberapa faktor rekomendasi
untuk konservasi tanah dan air untuk mengurangi nilai perkiraan erosi yang sebenarnya
daripada erosi yang terjadi di SPL F dapat diatasi dengan cepat.
BAB III
REKOMENDASI STRATEGI KONSERVASI TANAH DAN AIR
Pembahasan
SPL A : SPL ini memiliki kelas kemampuan lahan II dengan faktor pembatas berupa tekstur
tanah. Arahan penggunaan lahan di SPL ini adalah tanaman semusim dan rekomendasi
pengembangan kawasannya adalah dapat digunakan untuk pertanian, penggembalaan dan hutan.
Rekomendasi tindakan konservasi secara vegetatif adalah dengan menanam padi sawah dengan
tumpang gilir sorgum. Rekomendasi konservasi secara kimiawi adalah dengan memberikan input
kimia seperti pupuk namun tetap dalam taraf yang diperbolehkan serta menambah kandungan
bahan organik tanah untuk memperbaiki kualitas sifat kimia tanah. Bahan organik juga berperan
sebagai pengikat partikel tanah sehingga tidak mudah tererosi. Putra et al. (2018)Rekomendasi
konservasi secara mekanis dapat berupa pembuatan teras bangku sempurna
SPL B : SPL ini memiliki kelas kesesuaian tanah III faktor pembatas berupa kemiringan
lereng. Arah penggunaan lahan dalam SPL ini untuk tanaman tahunan dan rekomendasi untuk
regional adalah pertanian, penggembalaan di semua tingkat hutan. Tindakan konservasi vegetatif
yang dianjurkan adalah tanaman hijau-kacang tanah + mulsa. Alang alang digunakan sebagai
tanaman perbatasan dan digunakan sebagai pakan ternak untuk pakan ternak. Rekomendasi untuk
konservasi kimia adalah memberikan input kimia seperti pupuk tetapi masih diperbolehkan dan
meningkatkan kandungan bahan organik untuk meningkatkan kualitas sifat kimia tanah.
Rekomendasi konservasi secara mekanis berupa pembuatan teras gulud + mulsa jagung
SPL C : SPL ini memiliki kelas kemampuan lahan IV dengan faktor pembatas berupa
kemiringan lereng . Arah penggunaan lahan untuk SST ini sempadan sungai dengan rekomendasi
untuk pembangunan berupa pertanian, penggembalaan di semua tingkat hutan. Tindakan
konservasi yang direkomendasikan secara vegetatif di SPL ini adalah menanam padi dengan
aplikasi padi dan jerami sebesar 4 ton/ha. Rekomendasi untuk konservasi kimia adalah dengan
memberikan input kimia seperti pupuk tetapi tetap diperbolehkan dan meningkatkan kandungan
bahan organik tanah untuk meningkatkan kualitas sifat kimia tanah. Rekomendasi mekanis
adalah untuk membuat teras yang sempurna dan tanaman strip rumput permanen pada pematang
kebun.
SPL D : SPL ini memiliki kelas kemampuan lahan VI dengan faktor pembatas berupa
kemiringan lahan . Arahan pengunaan lahan di SPL ini adalah agroforestri dan rekomendasi
wilayahnya berupa penggembalaan dan hutan. Pada SPL ini tidak disarankan untuk melakukan
budidaya tanaman secara menghindari degradasi lahan di lahan kelas berat. Tindakan konservasi
secara vegetatif adalah menanam kacang tanah dengan mulsa Crotalaria 3 ton/ha serta
membiarkan semak- semak untuk tumbuh tanpa gangguan. Rekomendasi secara kimiawi adalah
dengan memberikan masukan kimia namun dalam taraf yang diizinkan serta menambah bahan
organik untuk memperbaiki kualitas sifat kimia tanah. Rekomendasi untuk konservasi mekanis
tanah adalah pengelolaan strip rumput permanen dengan kepadatan tinggi dan pembuatan bangku
yang sempurna.
SPL E : SPL ini memiliki kelas kemampuan lahan VII dengan faktor pembatas berupa
kemiringan lereng. Arah penggunaan lahan di SPL ini untuk hutan produksi dengan sistem
pemanenan dan penghijauan. Rekomendasi untuk pengembangan wilayah adalah cagar alam atau
hutan dan penggembalaan terbatas. Rekomendasi tindakan konservasi secara vegetatif adalah
menanam pohon reboisasi dan mengelolan penanaman semak tak terganggu di bawah tegakan
pohon. Rekomendasi untuk konservasi kimia adalah memberikan input kimia seperti pupuk
tetapi selalu sesuai dengan yang diizinkan dan meningkatkan kandungan bahan organik untuk
meningkatkan kualitas sifat kimia tanah. Tindakan konservasi mekanis dapat dilakukan dalam
bentuk strip dan baris rumput permanen dan pembuatan bangku di teras tanpa semak tanaman.
SPL F : SPL ini memiliki kelas kemampuan lahan VIII dengan faktor pembatas berupa
kemiringan lereng (L). Arahan penggunaan lahan di SPL ini adalah untuk hutan produksi dan
rekomendasi pengembangan wilayahnya adalah untuk hutan lindung atau cagar alam. Tindakan
konservasi untuk SPL ini secara vegetatif adalah dikhususkan untuk hutan alam yang banyak
seresah. Pengelolaan secara kimiawi dilakukan sangat terbatas dengan hanya menambah input
kimiawi dan bahan organik jika dirasa perlu. Tindakan secara mekanis yang sesuai diterapkan
adalah pembuatan teras bangku .
BAB IV
EVALUASI REKOMENDASI PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP PENGENDALIAN
EROSI TANAH
4.1 .
Tabel 4. Erosi Tanah di masing-masing Rencana Penggunaan Lahan atas Perencanaan
Konservasi Tanah dan Air
Nilai Faktor Erosi dan Erosi Tanah untuk Rekomendasi Penggunaan
Faktor
No Lahan
USLE
A B C D E F
1. Rekomend Vegetatif : Vegetatif : Vegetati Vegetati Vegetati Vegetati f
asi Sebaiknya Sebaiknya f: f: f: : Hutan
Konservas ditanami ditanami Sebaikn Kacang Semak alami
i Tanah padi sawah kacang ya tanah + tak banyak
dan Air + sorgum hijaukacang ditanami mulsa tergangg seresah
Kimia : tanahkacan padi + Crotalari u dan Kimia :
Penggunaa g mulsa a3 pohon Penggu
n soil hijau+muls jerami 4 ton/ha reboisas naan soil
ameliorant a Kimia : ton/ha Kimia : i Kimia ameliora nt
seperti Penggunaa dan Penggu : Penggu seperti
dolomit, n soil penana naan soil naan soil dolomit,
bahan ameliorant man ameliora ameliora bahan
organik, seperti rumput nt nt organik,
pupuk dolomit, strip seperti seperti pupuk
kimia bahan rapat di dolomit, dolomit, kimia
(sesuai organik, pematan bahan bahan (sesuai
takaran), pupuk g lahan organik, organik, takaran),
dan pupuk kimia Kimia : pupuk pupuk dan pupuk
organik (sesuai Penggu kimia kimia organik
Mekanis : takaran), naan soil (sesuai (sesuai Mekanis :
Lahan dan pupuk ameliora takaran), takaran), Teras
dibentuk organik nt dan dan bangku
teras Mekanis : seperti pupuk pupuk
bangku Teras dolomit, organik organik
sempurna gulud+bede bahan Mekani Mekani
tradisional ngan+muls organik, s : Teras s : Strip
+ bedengan a jagung pupuk bangku rumput
kimia sempurn permane
(sesuai a n rapat
takaran), berlajur
dan dan teras
pupuk bangku
organik tanpa
Mekani tanaman
s : Teras bawah
bangku tegakan
sempurn
a dan
strip
rumput
(30%)
rapat
permane
n
berlajur
(70%)
2. R 549.5 549.5 549.5 549.5 549.5 549.5
3. K 0.32 0.42 0.18 014 0.17 0.31
4. M 500 300 250 150 100 100
5. L 4.76 3.69 3.37 2.61 2.13 2.13
6. Kemiringa 2 10 25 40 55 105
n
7. S 0.18 1.2 5.3 12.3 22.3 76.9
8. C 0.4 0.014 0.096 0.136 0.165 0.001
9. P 0.04 0.18 0.04 0.04 0.03 0.03
10 Erosi 2.4142588 2.5772 6.78588 13.4411 21.9844 8.3784878
. Tanah 6
(ton/ha/tah
un)
11 EDp 23.36 25.6 24.96 14.7333 22.72 21.6
. (ton/ha/tah
un)
PEMBAHASAN:
SPL A dari nilai erosi yang sebenarnya, yang semula 105,62 (di atas EDp). Nilai erosi
diturunkan menjadi 2,4 t/ha/tahun dihitung dari rekomendasi konservasi. Rekomendasi tersebut
diterapkan secara mekanis berupa teras bangku yang sempurna. Kemiringan tanah yang
tergolong landai (2%) tidak berpotensi kerusakan tanah akibat erosi, namun tekstur tanah
tergolong lempung berpasir (agak kasar) sehingga dianjurkan tindakan konservasi berupa
pengaturan tepi teras. diperlukan (untuk mengurangi laju aliran). Hal ini juga dikatakan oleh
penelitian yang dilakukan oleh Utari et al. (2015) bahwa pembuatan teras dapat memperbaiki
kestabilan tanah dan mengendalikan erosi, khususnya mengurangi laju aliran permukaan.
Vegetasi yang direkomendasikan untuk ditanam di SPL A adalah padi sawah irigasi dan sorgum,
karena pertanian intensif dapat dilaksanakan berdasarkan tingkat kesesuaian lahan. Tanah
dengan faktor pembatas berupa tekstur tanah atau t4 (lempung berpasir atau agak kasar) memiliki
resiko lebih tinggi untuk terbawa erosi, sehingga solusinya adalah dengan menambahkan bahan
organik sebagai perekat partikel tanah dan meningkatkan kekuatannya. adalah membiarkan
struktur tanah.
Nilai erosi aktual untuk SPL B adalah 715,88 ton/ha/tahun, dengan nilai Erosi yang diijinkan
(EDp) adalah 25,6 ton/ha/tahun. Setelah Hitung dengan mengubah C dan P sehingga nilai kedua
elemen berkurang, Dampak pengurangan nilai erosi aktual dari 2,5 ton/ha/tahun. Nilai erosi 2,5
t/ha/tahun berada di bawah nilai EDp, sehingga dapat diambil tindakan yang direkomendasikan
dan tepat. Rekomendasi vegetasi yang tepat termasuk kacang hijau, termasuk aplikasi legum dan
mulsa.
Pada SPL C, vegetasi yang digunakan harus berupa mulsa padi dan jerami, 4 ton/ha. Alang-
alang digunakan sebagai tanaman pakan ternak dan ditanam di petak-petak yang telah ditentukan
untuk mencegahnya menjadi gulma. Direkomendasikan SPL C saja Saat diterapkan, nilai erosi
aktual turun menjadi 6,7 ton/ha/tahun. Dalam SPL C untuk mengarahkan tata guna lahan berupa
tanggul sungai memerlukan penanaman koridor hijau atau jalur hijau yang terarah, yaitu rumput
bergaris permanen sebagai jalur hijau, sesuai dengan rekomendasi yang diberikan. Rahayu et al.,
(2016) sabuk hijau merupakan tanaman penutup tanah yang umum ditanam di sempadan sungai,
sisi waduk atau bendungan dan sisi danau dengan fungsi utamanya adalah sebagai pengendali
erosi.
SPL D, E, dan F memiliki faktor pembatas yang kuat berupa kemiringan lereng. cukup cepat.
Lereng yang curam dapat diatasi dengan penanaman yang sesuai untuk garis kontur. Buat teras
bangku, ikat partikel tanah ke akar, tutupi tanah dengan kerapatan rumput dan buat strip rumput
dan strip permanen dengan tujuan melindungi tanah dari erosi. Vegetasi yang direkomendasikan
dapat berupa semak dan pohon yang tidak terganggu yang ditanam kembali dengan
menggunakan sistem tebang pilih dan tanam kembali. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Eraku dan Permana, 2020 bahwa lahan dengan kelas KKL yang tinggi (diatas V) maka
direkomendasikan untuk ditanami tanaman pohon yang selalu diremajakan dan selalu menebang
pohon secara selektif. Khusus untuk SPL F, karena kelas kesesuaian lahannya adalah kelas VIII,
maka hanya dapat digunakan sebagai hutan lindung atau cagar alam berdasarkan Direktif dan
tindakan konservasi hanya akan dilakukan melalui pembuatan teras bambu.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Erosi adalah proses hilangnya atau terkikisnya sebagian tanah atau tanah yang terbawa air
atau angin dari suatu tempat ke tempat lain (Arsyad, 2010). Sejalan dengan itu, (Morgan, Arsyad
2010) menyatakan bahwa erosi tanah adalah proses penguraian dan pengangkutan partikel-
partikel tanah oleh kekuatan- kekuatan erosi seperti air dan angina (Arsyad, 2006).. Secara
mekanis, proses erosi dipicu oleh gaya hancur agregat tanah yang melebihi gaya agregat tanah,
dan daya angkut sebesar yang cukup untuk memindahkan partikel tanah (Utomo, 1989).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui nilai dugaan
terhadap erosi pada tanah dapat dilakukan dengan menggunakan metode USLE (Universal Soil
Loss Equation). Metode ini merupakan suatu metode yang biasanya digunakan dalam
memprediksi laju erosi pada tanah. Dengan menggunakan metode ini didapatkan hasil pada
setiap SPL yang mengalami degradasi lahan. Berdasarkan acuan dari metode USLE apabila erosi
aktual lebih kecil dibandingkan dengan EDP maka daerah tersebut harus dipertahankan agar tetap
lestari. Namun apabila erosi aktual nilainya lebih besar daripada EDP, maka daerah ini perlu
dilakukan perencanaan konservasi tanah dan air dengan mempertimbangkan faktor penutup
lahan dan pengelolaannya serta teknik konservasi yang akan diterapkan. Biasanya faktor
pembatas lahan pada setiap SPL salah satunya yaitu ketinggian lereng. Faktor lain seperti
penutup lahan juga berperan dalam mempengaruhi laju erosi. Dengan adanya permasalahan
tanah seperti erosi, maka upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan konservasi tanah
dan air yang dapat diterapkan pada setiap SPL dengan melakukan 3 pendekatan diantaranya
pendekatan vegetatif, mekanis, dan kimia.
5.2 Saran
Semoga Ilmu yang didapat mahasiswa dapat mengerti serta menerapkan pada kondisi yang
dibutuhkan metode USLE terutama untuk menentukan besarnnya laju erosi yang terjadi pada
tanah. Penulisan laporan ini juga tidak sepenuhnnya sempurna maka dari itu penulis membuka
kritikan dan saran yang disampaikan baik secara langsung maupun via lainnya agar hasil laporan
lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA
Fahmi, T., dan Sujitno, E. 2016. Perbaikan Teknik Budidaya Tanaman Kubis Melalui Penerapan
Teknologi Konservasi Pada Lahan Kering di Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut. Buletin
Hasil Kajian, 6(6): 18-21.
Hariyanto, R. D., Harsono, T. N., & Fadiarman, F. (2019). Prediksi Laju Erosi Menggunakan Metode
USLE (Universal Soil Loss Equation) Di Desa Karang Tengah Kecamatan Babakan
Madang Kabupaten Bogor. Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL), 3(2), 92-99.
Konservasidas.com. Hutan Pinus dan Hasil Air (Pengaruh Hutan Pinus terhadap erosi dan tata air).
(2018). Diakses pada tanggal 4 Oktober 2022. https://konservasidas.fkt.ugm.ac.id/wp-
content/uploads/sites/1079/20 18/08/7707015-Hutan-Pinus-Dan-Hasil-Air.pdf
Misbah, Z. K., Nagu, N., Saputra, T. Y., & Salman, I. (2020). ANALISIS POTENSI EROSI DAS
DAKAINO KECAMATAN WASILE TIMUR KABUPATEN HALMAHERA TIMUR.
Pertemuan Ilmiah Tahunan 36, 36(1).
Musdalipa, A., Suhardi., dan Faridah, S. N. 2018. Pengaruh Sifat Fisik Tanah dann Sistem Perakaran
Vegetasi Terhadap Imbuhan Air Tanah. Jurnal AgriTechno, 11(1): 35-39.
Sinaga, J. (2014). Analisis Potensi Erosi Pada Penggunaan Lahan Daerah Aliran Sungai Sedau di
Kecamatan Singkawang Selatan. Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, 2(1).
Widodo, A., Komariah, Suryana, J. 2015. Metode USLE untuk Memprediksi Erosi Tanah dan Nilai
Toleransi Erosi Sebuah Sistem Agricultural di Desa Genengan Kecamatan Jumantono
Karanganyar. Jurnal Agrosains, 17(2): 39-43.
Lestari, J, A., Widiatomo, B, R., Suharto, B. 2015. Evaluasi Kesesuaian Penggunaan Lahan Aktual
Dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Di Kabupaten Probolinggo. Jurnal Sumberdaya
Alam dan Lingkungan 2(2) :40-50.
Lampiran
Perhitungan :
a) Erosi Aktual
SPL A SPL B
E = R x K x LS x C x P E = R x K x LS x C x P
E = 362,2101 E = 180,9797
SPL C SPL D
E = R x K x LS x C x P E = R x K x LS x C x P
E = 744,7657 E = 13466527,12
SPL E SPL F
E = R x K x LS x C x P E = R x K x LS x C x P
E = 14213,27 E = 19568,53
SPL A SPL D
• Edp (mm/th) • Edp (mm/th)
= = 𝟑,𝟐 𝒎𝒎/𝒕𝒉
= = 𝟑,𝟐 𝒎𝒎/𝒕𝒉 • Edp (kg/𝒅𝒎𝟐/th)
• Edp (kg/𝒅𝒎𝟐/th) = 3,2 mm/tahun × 0,71 kg/𝑑𝑚3
= 3,2 mm/tahun × 0.8 kg/𝑑𝑚3 = 2,272 × 𝟏𝟎-2 kg/𝒅𝒎𝟐/th
= 12,56 × 𝟏𝟎-2 kg/𝒅𝒎𝟐/th
• Edp (ton/𝒅𝒎𝟐/th)
• Edp (ton/𝒅𝒎𝟐/th) = 2,272 x 10 kg-2/dm2/th
= 2,56 x 10 kg-2/dm2/th 103
103 = 2,272 × 10(−2−3) kg/𝑑𝑚2/th
= 2,56 × 10(−2−3) kg/𝑑𝑚2/th = 2,272 × 𝟏𝟎(−𝟓) kg/𝒅𝒎𝟐/th
= 2,56× 𝟏𝟎(−𝟓) kg/𝒅𝒎𝟐/th
• Edp (ton/ha/th)
• Edp (ton/ha/th) = 2,272 × 10(−5) kg/𝑑𝑚2/th × 1/106
= 2,56 × 10(−5) kg/𝑑𝑚2/th × 1/106 = 2,272× 10(−5+6) ton/ha/th
=2,56 × 10(−5+6) ton/ha/th = 22,272 ton/ha/tahun
= 25,6 ton/ha/tahun
SPL C SPL F
• Edp (mm/th) • Edp (mm/th)