Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KELOMPOK M6

MATA KULIAH TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBERDAYA LAHAN

Disusun oleh :
Nama : Moh Alvan Cahya Putra
NIM : 205040207113007
Kelas : A - Agroekoteknologi PSDKU Kediri
Dosen Pengampu : Syamsul Arifin

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2022
BAB I
LATAR BELAKANG KASUS

1.1 Rumusan Masalah


Erosi merupakan dimana adanya sebuah kondisi pengikisan permukaan bumi yang
melibatkan pengangkatan benda contohnya seperti air mengalir, es angin gelombang dan arus.
Erosivitas merupakan kemampuan potensial hujan yang dapat menyebabkan erosi sedangkan
Erodibilitas merupakan sifat kemudahan tanah terhadap tenaga pengurai dan pengangkut oleh air
atau angin. Lapisan atas merupakan bagian tubuh tanah yang relatif lunak yang biasanya sangat
mudah terkena erosi. Erosivitas (Faktor R) merupakan faktor yang sangat diperhitungkan.
Erosivitas hujan merupakan kemampuan hujan yang dimana dapat menimbulkan erosi tanah dan
besarnya erosi tersebut dihitung dari besarnya energi kinetic yang ditumbulkan oleh jatuhnya
butiran hujan. Erosivitas hujan adalah tenaga pendorong (driving force) yang menyebabkan
terkelupas dan terangkutnya partikel-partikel tanah ke tempat yang lebih rendah (Asdak, 2014).
Tingkat erosi ini dinyatakan dalam bentuk indeks erosivitas. Faktor-faktor yang mempengaruhi
erosivitas adalah jumlah, intensitas, velositas, ukuran butiran, dan penyebaran ukuran butiran air
hujan yang jatuh (Blanco & Lal, 2008).
Di Indonesia masalah erosi merupakan masalah nasional karena dampak dari erosi tersebut
dapat menimbulkan bermacam-macam kerugian, misalnya ada pada sektor pertanian dapat
menurunkan produktivitas lahan sementara di bidang kesehatan adalah terjadinya banjir
khususnya di perumahan penduduk yang dapat menimbulkan bermacam-macam penyakit
(Tamika dkk., 2015).
Erosi sangat dipengaruhi oleh kemiringan lereng, vegetasi dan erodibilitas. Faktor vegetasi,
kemiringan lereng dan erodibiltas digunakan untuk melihat hubungan terhadap erosi aktual dan
dianalisis dengan multivariat. Metode USLE digunakan untuk menduga erosi aktual. Pendugaan
erosi metode USLE digunakan karena pada metode esbut dirancang untuk menaksir atau
meprediksi laju erosi dalam jangka waktu yang Panjang dengan memperhitungkan system
pengolahan lahan dan sitem pertanian. Faktor tanaman dan pengolahan lahan merupakan salah
satu factor yang dapat mengakibatkan besar dan kecilnya erosi. Nilai pengelolaan tanaman dan
tindakan konservasi (CP) diperoleh melalui pengamatan di lapangan pada setiap unit lahan dan
penentuan nilainya berdasarkan faktor C pada (Arsyad, 2010).
Pendugaan erosi dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung yang dimana
menggunakan model pendugaan erosi. Pendugaan erosi tanah dengan menggunakan metode
USLE, hal ini untuk mengetahui besarnya tingkat bahaya erosi dengan beberapa factor-faktor
yang perlu diperhitungkan.Terdiri dari curah hujan, erodibilitas, kemiringan dan panjang lereng,
tanaman dan pengelolaan. Adapun persamaan dalam pendugaan erosi tanah ini yaitu, E = R x K
x SL x C x P.Maka dengan demikian laporan ini disusun untuk dapat mengidentifikasi atau
menganalisis pada studi kasus kerusakan lahan akibat erosi tanah yang dipengaruhi oleh Faktor
CP.
Erodibilitas tanah tidak hanya ditentukan oleh faktor sifat tanah, namun ditentukan pula oleh
faktor erosi yang lain yaitu erosivitas, topografi (kemiringan lereng), vegetasi dan aktivitas
manusia. Aktivitas manusia dapat mempengaruhi erodibilitas tanah melalui perlakuan tanah pada
suatu penggunaan lahan tertentu. Perlakuan tanah pada suatu penggunaan lahan seperti
pembukaan lahan dengan sistem tebas bakar dapat mempengaruhi tingkat infiltrasi tanah yang
menyebabkan tanah lebih peka terhadap erosi. Adanya tingkat erosivitas hujan dan erodibilitas
tanah yang tinggi dapat menyebabkan kerugian pada area budidaya pertanian. Dengan diperlukan
perlunya perhitungan dan solusi pengelolaan yang tepat dari proses erosivitas hujan dan
erodibilitas tanah
BAB II
PERMASALAHAN LAHAN

2.1 Hasil Pendugaan Erosi Aktual


Tabel 1. Hasil Survey
Kriteria Satuan Peta Lahan (SPL)
No Lahan yang
A B C D E F
disurvey
1 R 609 609 609 609 609 609
2 K 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98
Kemiringan
3 2 10 25 40 55 105
Lahan (%)
Panjang
4 500 300 250 150 100 100
Lereng (m)
Kedalaman
5 120 120 120 65 120 90
Tanah (cm)
Jenis Tanah
Udept Udept Udept Udept Udept Udept
6 (Faktor
(0.8) (0.8) (0.8) (0.8) (0.8) (0.8)
Kedalaman)
Bobot Isi (ton
7 0.73 0.8 0.78 0.85 0.71 0.9
m-3)
Hutan Hutan
Penggunaan Produksi Produksi
8 Lahan Tegal Tegal Tegal Tegal Tebang Tebang Pilih
Aktual Habis / /
Agroforestri Agroforestri
Tutupan Pinus dan
9 Jagung Jagung Jagung Jagung Pinus + Kopi
Tanaman Sayuran
Pengelolaan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
10
Lahan Berteras Berteras Berteras Berteras Bertetas Berteras
Kelas
11 Kemampuan II_t4 III_I2 IV_13 VI_I4 VII_I5 VIII_I6
Lahan
Arahan
Tanaman Tanaman Sempadan Hutan Hutan
12 Penggunaan Agroforestri
Semusim Semusim Sungai Produksi Lindung
Lahan

Tabel 2. Pendugaan Erosi Tanah Aktual di Masing-masing SPL


Nilai Faktor Erosi dan Erosi Tanah di Satuan Peta Lahan (SPL)
No Faktor USLE
1 2 3 4 5 6
Pendugaan Erosi Aktual
1 R 609 609 609 609 609 609
2 K 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98
Panjang
3 500 300 250 150 100 100
Lereng (M)
4 L 500 300 250 150 100 100
Kemiringan
5 2 10 25 40 55 105
(%)
6 S 2 10 25 40 55 105
7 C 0.7 0.7 0.7 0.7 0.5 0.2
8 P 1 1 1 1 1 1
Erosi Actual
9 362,2101 180,9797 744,7657 13466527,12 14213,27 19568,53
(ton/ha.th)
Pendugaan Erosi yang dapat diperbolehkan (Edp)
Kedalaman
10 1200 1200 1200 650 1200 900
Tanah (mm)
11 Faktor Tanah 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8
12 Umur Lahan 300 300 300 300 300 300
Erosi yang
dapat
13 diperbolehkan 23,36 25,6 24,96 14,70 22,72 21,6
-1
/ Edp (ton ha
tahun-1)

2.2 Pembahasan
SPL A : Pada Peta Tanah Unit A, perkiraan jumlah erosi aktual berdasarkan hasil
perhitungan perkiraan jumlah erosi dengan metode USLE adalah 362,2 ton/ ha/tahun per
tahun. Sedangkan perhitungan erosi yang diijinkan menghasilkan hasil sebesar 23,36
ton/hektar/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa perkiraan erosi yang sebenarnya lebih besar
dari erosi yang diizinkan, sehingga terjadi degradasi tanah di lahan SPL A, dan perbedaan
antara perkiraan erosi dan erosi yang diizinkan dapat berdampak sangat serius. Tanah SPL
A adalah tanah Kelas II, dan tanah Kelas II fungsional memiliki banyak hambatan atau
ancaman terhadap kerusakan yang mengakibatkan terbatasnya pilihan penggunaan atau
perlunya tindakan konservasi sederhana. Oleh karena itu, berbagai faktor dan rekomendasi
konservasi tanah dan air perlu dimodifikasi untuk mengurangi perkiraan erosi aktual agar
dapat mengelola erosi yang terjadi di SPL A dengan tepat.
SPL B : Pada Satuan Peta Lahan B, berdasarkan hasil perhitungan pendugaan erosi
menggunakan metode USLE didapatkan hasil pendugaan erosi actual yang terjadi
pertahunnya adalah sebesar 180,9 ton/ha/tahun dengan nilai erosi yang diperbolehkan 25,6
ton/ha/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa nilai pada pendugaan erosi actual lebih besar dari
erosi yang diperbolehkan sehingga pada lahan SPL B terjadi degradasi lahan yang dapat
menyebabkan dampak yang cukup berat apabila dilihat dari selisih yang dihasilkan antara
pendugaan erosi dengan erosi yang diperbolehkan. Tanah pada SPL B termasuk ke dalam
tanah kelas III Tanah-tanah dalam kelas III mempunyai hambatan yang berat yang
mengurangi pilihan pengunaan atau memerlukan tindakan konservasi khusus atau
keduanya. Oleh karena itu, diperlukan modifikasi atas beberapa faktor dan rekomendasi
konservasi tanah dan air untuk menurunkan nilai pendugaan erosi actual sehingga erosi yang
terjadi pada SPL B dapat diatasi dengan tepat.
SPL C : Pada Satuan Peta Lahan C, berdasarkan hasil perhitungan pendugaan erosi
menggunakan metode USLE didapatkan hasil pendugaan erosi actual yang terjadi
pertahunnya adalah sebesar 744,7 ton/ha/tahun dengan nilai erosi yang diperbolehkan 24,96
ton/ha/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa nilai pada pendugaan erosi actual lebih besar dari
erosi yang diperbolehkan sehingga pada lahan SPL C terjadi degradasi lahan yang dapat
menyebabkan dampak yang berat apabila dilihat dari selisih yang dihasilkan antara
pendugaan erosi dengan erosi yang diperbolehkan. Oleh karena itu, diperlukan modifikasi
atas beberapa faktor dan rekomendasi konservasi tanah dan air untuk menurunkan nilai
pendugaan erosi actual sehingga erosi yang terjadi pada SPL C dapat diatasi dengan tepat.
SPL D : Pada Satuan Peta Lahan D, berdasarkan hasil perhitungan pendugaan erosi
menggunakan metode USLE didapatkan hasil pendugaan erosi actual yang terjadi
pertahunnya adalah sebesar 1346 ton/ha/tahun dengan nilai erosi yang diperbolehkan 14,70
ton/ha/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa nilai pada pendugaan erosi aKtual lebih besar
dari erosi yang diperbolehkan sehingga pada lahan SPL D terjadi degradasi lahan yang dapat
menyebabkan dampak yang berat apabila dilihat dari selisih yang dihasilkan antara
pendugaan erosi dengan erosi yang diperbolehkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
modifikasi beberapa faktor rekomendasi konservasi tanah dan air untuk mengurangi nilai
perkiraan erosi aktual sehingga erosi yang terjadi di SPL D dapat ditangani dengan tepat.
SPL E : Pada Satuan Peta Lahan E, berdasarkan hasil perhitungan pendugaan erosi
menggunakan metode USLE didapatkan hasil pendugaan erosi actual yang terjadi
pertahunnya adalah sebesar 1421 ton/ha/tahun dengan nilai erosi yang diperbolehkan 22,72
ton/ha/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa nilai pada pendugaan erosi actual lebih besar dari
Erosi diperbolehkan sehingga pada tanah E terdapat terjadi degradasi tanah yang
menimbulkan dampak yang parah jika dilihat dari selisih antara perkiraan erosi dan erosi
yang diijinkan. Oleh karena itu, diperlukan modifikasi atas beberapa faktor dan
rekomendasi konservasi tanah dan air untuk menurunkan nilai pendugaan erosi actual
sehingga erosi yang terjadi pada SPL E dapat diatasi dengan tepat.
SPL F : Pada Satuan Peta Lahan F, berdasarkan hasil perhitungan pendugaan erosi
menggunakan metode USLE didapatkan hasil pendugaan erosi actual yang terjadi
pertahunnya adalah sebesar 19568,53 ton/ha/tahun dengan nilai erosi yang diperbolehkan
21,6 ton/ha/tahun.CHal ini menunjukkan bahwa nilai perkiraan erosi lebih besar dari erosi
yang diizinkan, sehingga pada lahan SPL F terdapat degradasi yang dapat menimbulkan
dampak yang sangat signifikan berat jika salah satu perbedaan antara perkiraan erosi dan
erosi yang diizinkan.COleh karena itu perlu memodifikasi beberapa faktor rekomendasi
untuk konservasi tanah dan air untuk mengurangi nilai perkiraan erosi yang sebenarnya
daripada erosi yang terjadi di SPL F dapat diatasi dengan cepat.
BAB III
REKOMENDASI STRATEGI KONSERVASI TANAH DAN AIR

3.1 . Rekomendasi Tindakan Konservasi


Tabel 3. Kondisi Kemampuan Lahan dan Rekomendasi Tindakan Konservasi Tanah
Rekomendasi Tindakan Konservasi
Sub Arahan Rekomendasi Tanah
SPL Kelas Penggunaan Pengembangan Managemen
KPL Lahan Kawasan Vegetatif Tanah / Mekanis
Kimia
Cagar
alam/hutan
lindung, hutan
produksi
terbatas, Penggunaan
pengembalaan soil
terbatas, ameliorant
pengembalaan seperti
Tan.
A II_t4 sedang, dolomit,
Semusim Lahan
Pengembalaan bahan
Sebaiknya dibentuk
intensif, organik,
ditanami teras
pertanian pupuk kimia
padi sawah bangku
terbatas, (sesuai
+ sorgum sempurna
pertanian takaran), dan
sedang, pupuk organik
pertanian
intensif.
Cagar
alam/hutan Penggunaan
lindung, hutan soil
produksi ameliorant
terbatas, Sebaiknya seperti
pengembalaan ditanami dolomit, Teras
terbatas, kacang bahan gulud+bede
Tan. pengembalaan
B III_l2 hijau- organik, ngan+mulsa
Semusim sedang, kacang pupuk kimia jagung
Pengembalaan tanah- (sesuai
intensif, kacang takaran), dan
pertanian hijau+mulsa pupuk organik
terbatas,
pertanian
sedang
Cagar Penggunaan
alam/hutan Sebaiknya soil
lindung, hutan ditanami ameliorant
produksi padi seperti Teras
terbatas, + mulsa dolomit, bangku
pengembalaan jerami 4 bahan sempurna
C IV_l3 Sempa dan
terbatas, ton/ha dan organik, dan strip
Sungai
pengembalaan penanaman pupuk kimia rumput
sedang, rumput strip (sesuai (30%) rapat
Pengembalaan rapat di takaran), dan permanen
intensif, pematang pupuk organik berlajur
pertanian lahan (70%)
terbatas
Penggunaan
Cagar soil
alam/hutan ameliorant
lindung, hutan seperti
produksi Kacang dolomit, Teras
Agro- tanah
forestri terbatas, bahan bangku
D VI_l4 + mulsa
pengembalaan organik, sempurna
terbatas, Crotalaria 3 pupuk kimia
pengembalaan ton/ha (sesuai
sedang takaran),
dan pupuk
organik
Penggunaan
soil
Cagar ameliorant Strip rumput
alam/hutan Semak tak seperti permanen
Hutan lindung, hutan terganggu dolomit, rapat
Produksi produksi dan pohon bahan berlajur dan
E VII_l5
terbatas, reboisasi organik, teras
pengembalaan pupuk kimia bangku
terbatas (sesuai tanpa
takaran), tanaman
dan bawah
pupuk organik tegakan
Penggunaan
soil
Cagar ameliorant Strip rumput
alam/hutan Semak tak seperti permanen
Hutan lindung, hutan terganggu dolomit, rapat
Produksi produksi dan pohon bahan berlajur dan
F VII_l5
terbatas, reboisasi organik, teras
pengembalaan pupuk kimia bangku
terbatas (sesuai tanpa
takaran), tanaman
dan bawah
pupuk organik tegakan

Pembahasan
SPL A : SPL ini memiliki kelas kemampuan lahan II dengan faktor pembatas berupa tekstur
tanah. Arahan penggunaan lahan di SPL ini adalah tanaman semusim dan rekomendasi
pengembangan kawasannya adalah dapat digunakan untuk pertanian, penggembalaan dan hutan.
Rekomendasi tindakan konservasi secara vegetatif adalah dengan menanam padi sawah dengan
tumpang gilir sorgum. Rekomendasi konservasi secara kimiawi adalah dengan memberikan input
kimia seperti pupuk namun tetap dalam taraf yang diperbolehkan serta menambah kandungan
bahan organik tanah untuk memperbaiki kualitas sifat kimia tanah. Bahan organik juga berperan
sebagai pengikat partikel tanah sehingga tidak mudah tererosi. Putra et al. (2018)Rekomendasi
konservasi secara mekanis dapat berupa pembuatan teras bangku sempurna
SPL B : SPL ini memiliki kelas kesesuaian tanah III faktor pembatas berupa kemiringan
lereng. Arah penggunaan lahan dalam SPL ini untuk tanaman tahunan dan rekomendasi untuk
regional adalah pertanian, penggembalaan di semua tingkat hutan. Tindakan konservasi vegetatif
yang dianjurkan adalah tanaman hijau-kacang tanah + mulsa. Alang alang digunakan sebagai
tanaman perbatasan dan digunakan sebagai pakan ternak untuk pakan ternak. Rekomendasi untuk
konservasi kimia adalah memberikan input kimia seperti pupuk tetapi masih diperbolehkan dan
meningkatkan kandungan bahan organik untuk meningkatkan kualitas sifat kimia tanah.
Rekomendasi konservasi secara mekanis berupa pembuatan teras gulud + mulsa jagung
SPL C : SPL ini memiliki kelas kemampuan lahan IV dengan faktor pembatas berupa
kemiringan lereng . Arah penggunaan lahan untuk SST ini sempadan sungai dengan rekomendasi
untuk pembangunan berupa pertanian, penggembalaan di semua tingkat hutan. Tindakan
konservasi yang direkomendasikan secara vegetatif di SPL ini adalah menanam padi dengan
aplikasi padi dan jerami sebesar 4 ton/ha. Rekomendasi untuk konservasi kimia adalah dengan
memberikan input kimia seperti pupuk tetapi tetap diperbolehkan dan meningkatkan kandungan
bahan organik tanah untuk meningkatkan kualitas sifat kimia tanah. Rekomendasi mekanis
adalah untuk membuat teras yang sempurna dan tanaman strip rumput permanen pada pematang
kebun.
SPL D : SPL ini memiliki kelas kemampuan lahan VI dengan faktor pembatas berupa
kemiringan lahan . Arahan pengunaan lahan di SPL ini adalah agroforestri dan rekomendasi
wilayahnya berupa penggembalaan dan hutan. Pada SPL ini tidak disarankan untuk melakukan
budidaya tanaman secara menghindari degradasi lahan di lahan kelas berat. Tindakan konservasi
secara vegetatif adalah menanam kacang tanah dengan mulsa Crotalaria 3 ton/ha serta
membiarkan semak- semak untuk tumbuh tanpa gangguan. Rekomendasi secara kimiawi adalah
dengan memberikan masukan kimia namun dalam taraf yang diizinkan serta menambah bahan
organik untuk memperbaiki kualitas sifat kimia tanah. Rekomendasi untuk konservasi mekanis
tanah adalah pengelolaan strip rumput permanen dengan kepadatan tinggi dan pembuatan bangku
yang sempurna.
SPL E : SPL ini memiliki kelas kemampuan lahan VII dengan faktor pembatas berupa
kemiringan lereng. Arah penggunaan lahan di SPL ini untuk hutan produksi dengan sistem
pemanenan dan penghijauan. Rekomendasi untuk pengembangan wilayah adalah cagar alam atau
hutan dan penggembalaan terbatas. Rekomendasi tindakan konservasi secara vegetatif adalah
menanam pohon reboisasi dan mengelolan penanaman semak tak terganggu di bawah tegakan
pohon. Rekomendasi untuk konservasi kimia adalah memberikan input kimia seperti pupuk
tetapi selalu sesuai dengan yang diizinkan dan meningkatkan kandungan bahan organik untuk
meningkatkan kualitas sifat kimia tanah. Tindakan konservasi mekanis dapat dilakukan dalam
bentuk strip dan baris rumput permanen dan pembuatan bangku di teras tanpa semak tanaman.
SPL F : SPL ini memiliki kelas kemampuan lahan VIII dengan faktor pembatas berupa
kemiringan lereng (L). Arahan penggunaan lahan di SPL ini adalah untuk hutan produksi dan
rekomendasi pengembangan wilayahnya adalah untuk hutan lindung atau cagar alam. Tindakan
konservasi untuk SPL ini secara vegetatif adalah dikhususkan untuk hutan alam yang banyak
seresah. Pengelolaan secara kimiawi dilakukan sangat terbatas dengan hanya menambah input
kimiawi dan bahan organik jika dirasa perlu. Tindakan secara mekanis yang sesuai diterapkan
adalah pembuatan teras bangku .
BAB IV
EVALUASI REKOMENDASI PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP PENGENDALIAN
EROSI TANAH

4.1 .
Tabel 4. Erosi Tanah di masing-masing Rencana Penggunaan Lahan atas Perencanaan
Konservasi Tanah dan Air
Nilai Faktor Erosi dan Erosi Tanah untuk Rekomendasi Penggunaan
Faktor
No Lahan
USLE
A B C D E F
1. Rekomend Vegetatif : Vegetatif : Vegetati Vegetati Vegetati Vegetati f
asi Sebaiknya Sebaiknya f: f: f: : Hutan
Konservas ditanami ditanami Sebaikn Kacang Semak alami
i Tanah padi sawah kacang ya tanah + tak banyak
dan Air + sorgum hijaukacang ditanami mulsa tergangg seresah
Kimia : tanahkacan padi + Crotalari u dan Kimia :
Penggunaa g mulsa a3 pohon Penggu
n soil hijau+muls jerami 4 ton/ha reboisas naan soil
ameliorant a Kimia : ton/ha Kimia : i Kimia ameliora nt
seperti Penggunaa dan Penggu : Penggu seperti
dolomit, n soil penana naan soil naan soil dolomit,
bahan ameliorant man ameliora ameliora bahan
organik, seperti rumput nt nt organik,
pupuk dolomit, strip seperti seperti pupuk
kimia bahan rapat di dolomit, dolomit, kimia
(sesuai organik, pematan bahan bahan (sesuai
takaran), pupuk g lahan organik, organik, takaran),
dan pupuk kimia Kimia : pupuk pupuk dan pupuk
organik (sesuai Penggu kimia kimia organik
Mekanis : takaran), naan soil (sesuai (sesuai Mekanis :
Lahan dan pupuk ameliora takaran), takaran), Teras
dibentuk organik nt dan dan bangku
teras Mekanis : seperti pupuk pupuk
bangku Teras dolomit, organik organik
sempurna gulud+bede bahan Mekani Mekani
tradisional ngan+muls organik, s : Teras s : Strip
+ bedengan a jagung pupuk bangku rumput
kimia sempurn permane
(sesuai a n rapat
takaran), berlajur
dan dan teras
pupuk bangku
organik tanpa
Mekani tanaman
s : Teras bawah
bangku tegakan
sempurn
a dan
strip
rumput
(30%)
rapat
permane
n
berlajur
(70%)
2. R 549.5 549.5 549.5 549.5 549.5 549.5
3. K 0.32 0.42 0.18 014 0.17 0.31
4. M 500 300 250 150 100 100
5. L 4.76 3.69 3.37 2.61 2.13 2.13
6. Kemiringa 2 10 25 40 55 105
n
7. S 0.18 1.2 5.3 12.3 22.3 76.9
8. C 0.4 0.014 0.096 0.136 0.165 0.001
9. P 0.04 0.18 0.04 0.04 0.03 0.03
10 Erosi 2.4142588 2.5772 6.78588 13.4411 21.9844 8.3784878
. Tanah 6
(ton/ha/tah
un)
11 EDp 23.36 25.6 24.96 14.7333 22.72 21.6
. (ton/ha/tah
un)

PEMBAHASAN:
SPL A dari nilai erosi yang sebenarnya, yang semula 105,62 (di atas EDp). Nilai erosi
diturunkan menjadi 2,4 t/ha/tahun dihitung dari rekomendasi konservasi. Rekomendasi tersebut
diterapkan secara mekanis berupa teras bangku yang sempurna. Kemiringan tanah yang
tergolong landai (2%) tidak berpotensi kerusakan tanah akibat erosi, namun tekstur tanah
tergolong lempung berpasir (agak kasar) sehingga dianjurkan tindakan konservasi berupa
pengaturan tepi teras. diperlukan (untuk mengurangi laju aliran). Hal ini juga dikatakan oleh
penelitian yang dilakukan oleh Utari et al. (2015) bahwa pembuatan teras dapat memperbaiki
kestabilan tanah dan mengendalikan erosi, khususnya mengurangi laju aliran permukaan.
Vegetasi yang direkomendasikan untuk ditanam di SPL A adalah padi sawah irigasi dan sorgum,
karena pertanian intensif dapat dilaksanakan berdasarkan tingkat kesesuaian lahan. Tanah
dengan faktor pembatas berupa tekstur tanah atau t4 (lempung berpasir atau agak kasar) memiliki
resiko lebih tinggi untuk terbawa erosi, sehingga solusinya adalah dengan menambahkan bahan
organik sebagai perekat partikel tanah dan meningkatkan kekuatannya. adalah membiarkan
struktur tanah.
Nilai erosi aktual untuk SPL B adalah 715,88 ton/ha/tahun, dengan nilai Erosi yang diijinkan
(EDp) adalah 25,6 ton/ha/tahun. Setelah Hitung dengan mengubah C dan P sehingga nilai kedua
elemen berkurang, Dampak pengurangan nilai erosi aktual dari 2,5 ton/ha/tahun. Nilai erosi 2,5
t/ha/tahun berada di bawah nilai EDp, sehingga dapat diambil tindakan yang direkomendasikan
dan tepat. Rekomendasi vegetasi yang tepat termasuk kacang hijau, termasuk aplikasi legum dan
mulsa.
Pada SPL C, vegetasi yang digunakan harus berupa mulsa padi dan jerami, 4 ton/ha. Alang-
alang digunakan sebagai tanaman pakan ternak dan ditanam di petak-petak yang telah ditentukan
untuk mencegahnya menjadi gulma. Direkomendasikan SPL C saja Saat diterapkan, nilai erosi
aktual turun menjadi 6,7 ton/ha/tahun. Dalam SPL C untuk mengarahkan tata guna lahan berupa
tanggul sungai memerlukan penanaman koridor hijau atau jalur hijau yang terarah, yaitu rumput
bergaris permanen sebagai jalur hijau, sesuai dengan rekomendasi yang diberikan. Rahayu et al.,
(2016) sabuk hijau merupakan tanaman penutup tanah yang umum ditanam di sempadan sungai,
sisi waduk atau bendungan dan sisi danau dengan fungsi utamanya adalah sebagai pengendali
erosi.
SPL D, E, dan F memiliki faktor pembatas yang kuat berupa kemiringan lereng. cukup cepat.
Lereng yang curam dapat diatasi dengan penanaman yang sesuai untuk garis kontur. Buat teras
bangku, ikat partikel tanah ke akar, tutupi tanah dengan kerapatan rumput dan buat strip rumput
dan strip permanen dengan tujuan melindungi tanah dari erosi. Vegetasi yang direkomendasikan
dapat berupa semak dan pohon yang tidak terganggu yang ditanam kembali dengan
menggunakan sistem tebang pilih dan tanam kembali. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Eraku dan Permana, 2020 bahwa lahan dengan kelas KKL yang tinggi (diatas V) maka
direkomendasikan untuk ditanami tanaman pohon yang selalu diremajakan dan selalu menebang
pohon secara selektif. Khusus untuk SPL F, karena kelas kesesuaian lahannya adalah kelas VIII,
maka hanya dapat digunakan sebagai hutan lindung atau cagar alam berdasarkan Direktif dan
tindakan konservasi hanya akan dilakukan melalui pembuatan teras bambu.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Erosi adalah proses hilangnya atau terkikisnya sebagian tanah atau tanah yang terbawa air
atau angin dari suatu tempat ke tempat lain (Arsyad, 2010). Sejalan dengan itu, (Morgan, Arsyad
2010) menyatakan bahwa erosi tanah adalah proses penguraian dan pengangkutan partikel-
partikel tanah oleh kekuatan- kekuatan erosi seperti air dan angina (Arsyad, 2006).. Secara
mekanis, proses erosi dipicu oleh gaya hancur agregat tanah yang melebihi gaya agregat tanah,
dan daya angkut sebesar yang cukup untuk memindahkan partikel tanah (Utomo, 1989).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui nilai dugaan
terhadap erosi pada tanah dapat dilakukan dengan menggunakan metode USLE (Universal Soil
Loss Equation). Metode ini merupakan suatu metode yang biasanya digunakan dalam
memprediksi laju erosi pada tanah. Dengan menggunakan metode ini didapatkan hasil pada
setiap SPL yang mengalami degradasi lahan. Berdasarkan acuan dari metode USLE apabila erosi
aktual lebih kecil dibandingkan dengan EDP maka daerah tersebut harus dipertahankan agar tetap
lestari. Namun apabila erosi aktual nilainya lebih besar daripada EDP, maka daerah ini perlu
dilakukan perencanaan konservasi tanah dan air dengan mempertimbangkan faktor penutup
lahan dan pengelolaannya serta teknik konservasi yang akan diterapkan. Biasanya faktor
pembatas lahan pada setiap SPL salah satunya yaitu ketinggian lereng. Faktor lain seperti
penutup lahan juga berperan dalam mempengaruhi laju erosi. Dengan adanya permasalahan
tanah seperti erosi, maka upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan konservasi tanah
dan air yang dapat diterapkan pada setiap SPL dengan melakukan 3 pendekatan diantaranya
pendekatan vegetatif, mekanis, dan kimia.
5.2 Saran
Semoga Ilmu yang didapat mahasiswa dapat mengerti serta menerapkan pada kondisi yang
dibutuhkan metode USLE terutama untuk menentukan besarnnya laju erosi yang terjadi pada
tanah. Penulisan laporan ini juga tidak sepenuhnnya sempurna maka dari itu penulis membuka
kritikan dan saran yang disampaikan baik secara langsung maupun via lainnya agar hasil laporan
lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, T., dan Sujitno, E. 2016. Perbaikan Teknik Budidaya Tanaman Kubis Melalui Penerapan
Teknologi Konservasi Pada Lahan Kering di Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut. Buletin
Hasil Kajian, 6(6): 18-21.
Hariyanto, R. D., Harsono, T. N., & Fadiarman, F. (2019). Prediksi Laju Erosi Menggunakan Metode
USLE (Universal Soil Loss Equation) Di Desa Karang Tengah Kecamatan Babakan
Madang Kabupaten Bogor. Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL), 3(2), 92-99.
Konservasidas.com. Hutan Pinus dan Hasil Air (Pengaruh Hutan Pinus terhadap erosi dan tata air).
(2018). Diakses pada tanggal 4 Oktober 2022. https://konservasidas.fkt.ugm.ac.id/wp-
content/uploads/sites/1079/20 18/08/7707015-Hutan-Pinus-Dan-Hasil-Air.pdf
Misbah, Z. K., Nagu, N., Saputra, T. Y., & Salman, I. (2020). ANALISIS POTENSI EROSI DAS
DAKAINO KECAMATAN WASILE TIMUR KABUPATEN HALMAHERA TIMUR.
Pertemuan Ilmiah Tahunan 36, 36(1).
Musdalipa, A., Suhardi., dan Faridah, S. N. 2018. Pengaruh Sifat Fisik Tanah dann Sistem Perakaran
Vegetasi Terhadap Imbuhan Air Tanah. Jurnal AgriTechno, 11(1): 35-39.
Sinaga, J. (2014). Analisis Potensi Erosi Pada Penggunaan Lahan Daerah Aliran Sungai Sedau di
Kecamatan Singkawang Selatan. Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, 2(1).
Widodo, A., Komariah, Suryana, J. 2015. Metode USLE untuk Memprediksi Erosi Tanah dan Nilai
Toleransi Erosi Sebuah Sistem Agricultural di Desa Genengan Kecamatan Jumantono
Karanganyar. Jurnal Agrosains, 17(2): 39-43.
Lestari, J, A., Widiatomo, B, R., Suharto, B. 2015. Evaluasi Kesesuaian Penggunaan Lahan Aktual
Dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Di Kabupaten Probolinggo. Jurnal Sumberdaya
Alam dan Lingkungan 2(2) :40-50.
Lampiran
Perhitungan :

a) Erosi Aktual

SPL A SPL B

E = R x K x LS x C x P E = R x K x LS x C x P

E = 362,2101 E = 180,9797

SPL C SPL D

E = R x K x LS x C x P E = R x K x LS x C x P

E = 744,7657 E = 13466527,12

SPL E SPL F

E = R x K x LS x C x P E = R x K x LS x C x P

E = 14213,27 E = 19568,53

b) Erosi yang diperbolehkan (Edp) Rumus :

𝑲𝒆𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎𝒂𝒏 𝑬𝒇𝒆𝒌𝒕𝒊𝒇 (𝒎𝒎) 𝒙 𝑭𝒂𝒌𝒕𝒐𝒓 𝒌𝒆𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎𝒂𝒏


𝑬𝒅𝒑 =
𝑼𝒎𝒖𝒓 𝒈𝒖𝒏𝒂 𝒕𝒂𝒏𝒂𝒉 (𝒎𝒎 𝒑𝒆𝒓 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏)

SPL A SPL D
• Edp (mm/th) • Edp (mm/th)

𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛


= =
𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑘𝑒𝑙𝑒𝑠𝑡𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑘𝑒𝑙𝑒𝑠𝑡𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ

= = 𝟑,𝟐 𝒎𝒎/𝒕𝒉 = = 𝟏, 𝟕𝟒 𝒎𝒎/𝒕𝒉


• Edp (kg/𝒅𝒎𝟐/th) • Edp (kg/𝒅𝒎𝟐/th)
= 3,2 mm/tahun × 0.73 kg/𝑑𝑚3 = 1,74 mm/tahun × 0.85 kg/𝑑𝑚3
= 2,336 × 𝟏𝟎-2 kg/𝒅𝒎𝟐/th = 1,479 × 𝟏𝟎-2 kg/𝒅𝒎𝟐/th
• Edp (ton/𝒅𝒎𝟐/th) • Edp (ton/𝒅𝒎𝟐/th)
=2,336 x 10 kg-2/dm2/th = 1,479 x 10 kg-2/dm2/th
103 103
= 2,336 × 10(−2−3) kg/𝑑𝑚2/th = 1,479 × 10(−2−3) kg/𝑑𝑚2/th
= 2,336 × 𝟏𝟎(−𝟓) kg/𝒅𝒎𝟐/th = 1,479 × 𝟏𝟎(−𝟓) kg/𝒅𝒎𝟐/th
• Edp (ton/ha/th) • Edp (ton/ha/th)
= 2,336 × 10(−5) kg/𝑑𝑚2/th × 1/106 = 1,479 × 10(−5) kg/𝑑𝑚2/th × 1/106
= 2,336× 10(−5+6) ton/ha/th = 1,479 × 10(−5+6) ton/ha/th
= 23,36 ton/ha/tahun = 14,79 ton/ha/tahun
SPL B SPL E
• Edp (mm/th) • Edp (mm/th)

𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛


= =
𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑘𝑒𝑙𝑒𝑠𝑡𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑘𝑒𝑙𝑒𝑠𝑡𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ

= = 𝟑,𝟐 𝒎𝒎/𝒕𝒉
= = 𝟑,𝟐 𝒎𝒎/𝒕𝒉 • Edp (kg/𝒅𝒎𝟐/th)
• Edp (kg/𝒅𝒎𝟐/th) = 3,2 mm/tahun × 0,71 kg/𝑑𝑚3
= 3,2 mm/tahun × 0.8 kg/𝑑𝑚3 = 2,272 × 𝟏𝟎-2 kg/𝒅𝒎𝟐/th
= 12,56 × 𝟏𝟎-2 kg/𝒅𝒎𝟐/th
• Edp (ton/𝒅𝒎𝟐/th)
• Edp (ton/𝒅𝒎𝟐/th) = 2,272 x 10 kg-2/dm2/th
= 2,56 x 10 kg-2/dm2/th 103
103 = 2,272 × 10(−2−3) kg/𝑑𝑚2/th
= 2,56 × 10(−2−3) kg/𝑑𝑚2/th = 2,272 × 𝟏𝟎(−𝟓) kg/𝒅𝒎𝟐/th
= 2,56× 𝟏𝟎(−𝟓) kg/𝒅𝒎𝟐/th
• Edp (ton/ha/th)
• Edp (ton/ha/th) = 2,272 × 10(−5) kg/𝑑𝑚2/th × 1/106
= 2,56 × 10(−5) kg/𝑑𝑚2/th × 1/106 = 2,272× 10(−5+6) ton/ha/th
=2,56 × 10(−5+6) ton/ha/th = 22,272 ton/ha/tahun
= 25,6 ton/ha/tahun

SPL C SPL F
• Edp (mm/th) • Edp (mm/th)

𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛


= =
𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑘𝑒𝑙𝑒𝑠𝑡𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑘𝑒𝑙𝑒𝑠𝑡𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ

= = 𝟑,𝟐 𝒎𝒎/𝒕𝒉 = = 𝟐, 𝟒 𝒎𝒎/𝒕𝒉


• Edp (kg/𝒅𝒎𝟐/th) • Edp (kg/𝒅𝒎𝟐/th)
= 3,2 mm/tahun × 0.78 kg/𝑑𝑚3 = 2,4 mm/tahun × 0.9 kg/𝑑𝑚3
= 2,496 × 𝟏𝟎-2 kg/𝒅𝒎𝟐/th = 2,16 × 𝟏𝟎-2 kg/𝒅𝒎𝟐/th
• Edp (ton/𝒅𝒎𝟐/th) • Edp (ton/𝒅𝒎𝟐/th)
= 2,496 x 10 kg-2/dm2/th = 2,16 x 10 kg-2/dm2/th
103 103
= 2,496 × 10(−2−3) kg/𝑑𝑚2/th = 2,16 × 10(−2−3) kg/𝑑𝑚2/th
= 2,496 × 𝟏𝟎(−𝟓) kg/𝒅𝒎𝟐/th = 2,16 × 𝟏𝟎(−𝟓) kg/𝒅𝒎𝟐/th
• Edp (ton/ha/th) • Edp (ton/ha/th)
= 2,496 × 10(−5) kg/𝑑𝑚2/th × 1/106 = 2,16 × 10(−5) kg/𝑑𝑚2/th × 1/106
= 2,496× 10(−5+6) ton/ha/th = 2,16× 10(−5+6) ton/ha/th
= 24,96 ton/ha/tahun = 21,6 ton/ha/tahun

Anda mungkin juga menyukai