Anda di halaman 1dari 194

PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI

BENIH
TIM ASISTEN PRAKTIKUM TPB 2022
11 FALSAFAH BENIH MENURUT PROF. SAMSOE'OED
SADJAD :
1. Benih itu tanaman mini
2. Benih itu kecil tapi indah
3. Benih itu hasil hari ini janji esok hari.
4. Benih itu adalah biji.
5. Benih itu tidak sama dengan biji.
6. Benih itu dalam konteks agronomi.
7. Benih itu wahana teknologi maju.
8. Benih itu produk bioteknologi
9. Benih itu harus baik dan benar.
10. Benih itu harus vigor.
11. Benih itu bisa menipu.
MATERI 1

PRODUKSI BENIH DAN


PERBANYAKAN TANAMAN
PENGANTAR
• Benih Berdasarkan Undang-undang No 12 Tahun 1992 Tentang Sistem Budidaya Tanaman, Bab I
Ketentuan Umum, Pasal 1 butir 4. : Benih tanaman yang selanjutnya disebut benih, adalah tanaman
atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau mengembangbiakkan tanaman
• Teknologi produksi benih adalah suatu ilmu pengetahuanyang mempelajari strategi dan teknologi
produksi benih bermutu
• Perbedaan antara teknologi produksi benih dan teknologi produksi tanaman ialah: Perbedaan inti
dari teknologi produksi benih dan teknologi produksi tanaman ialah bahwa pada teknologi produksi
benih berfokus bagaiamana menjaga kemurnian benih dari produksi hingga pemasaran.
• Tujuan adanya teknologi produksi benih berdasarkan perbedaan tersebut ialah menghasilkan benih
yang bermutu
TABEL PERBEDAAN TPB DAN TPT
CIRI BENIH BERKUALITAS BAIK

• Kemurnian genetik, dan keseragaman serta harus sesuai dengan standar kultivar tertentu.
• Benih yang sehat dan bebas penyakit.
• Bebas dari campuran benih tanaman lain, gulma dan bahan lembam.
• Keseragaman yang dapat diterima sehubungan dengan ukuran, bentuk dan warna.
Dalam upaya menciptakan benih berkualitas baik/bermutu ada beberapa factor penghambatnya
diantaranya
• 1. Penyediaan varietas unggul
• 2. Teknologi produksi benih
• 3. Penanganan benih pasca panen
• 4. Pemasaran
PRINSIP-PRINSIP PRODUKSI BENIH
Teknologi produksi benih yang mencakup prinsip-prinsip agronomi untuk mempertahankan
mutu benih yang tinggi :
1. Agroklimat dan Lokasi
2. Isolasi jarak dan/atau waktu
3. Roguing
4. Irigasi dan drainasi
5. Hama dan penyakit
6. Waktu dan cara panen yang tepat
7. Penanganan pasca panen yang tepat
KHUSUS ROUGING
∙ Tujuan : Membuang tanaman yang tidak dikehendaki dari tanaman pokok, gulma, species lain, kultivar lain tetapi species
sama, tanamana tipe simpang sebagai akibat terjadinya segregasi, mutanaman, varian dll yang dapat mengganggu kemurnian
genetik.

Dilakukan roguing karena : Kriteria yang digunakan :


1. Karena adanya perubahan sifat genetis sehingga 1. Harus dicocokkan dengan diskripsi tanaman
menimbulkan tanaman tipe simpang (rogues) 2. Bulu yang tumbuh pada tanaman
2. Adanya volunteer plant 3. Bentuk dan warna daun
3. Adanya diversifikasi dari tanaman yang diusahakan 4. Warna bunga
4. Terjadinya cross pollination pada waktu benih diproduksi 5. Bentuk dan warna buah
6. Saat berbunga
∙ Pelaksanaan roguing : ∙ Metode roguing :
1. Seawal mungkin 1. Benih di tanamanam tunggal sehingga mudah diamati
2. Terus menerus sampai sebelum panen 2. Pada waktu melakukan roguing hendaknya secara
3. Pada saat berbunga, karena pada stadium ini tampak sistematis sehingga tidak ada bagian lahan yang
jelas perbedaannya. terlewat
3. Tanaman type simpang dibuang seluruh tanaman
4. Tidak boleh ditunda, harus sesuai dengan jadwal dan
stadium pertumbuhan
5. Apa saja yang diperoleh dalam roguing harus dicatat
6. Harus dibuat data macam dan jumlah rogue
PERBANYAKAN TANAMAN

Perbanyakan tanaman dibagi menjadi dua yaitu generatif dan


vegetative. Perbanyakan Generatif dibagi menjadi dua
yaitu Hibrida dan Non-Hibrida, sementara itu pada perbanyakan
vegetative dibagi menjadi dua juga yaitu vegetative alami dan buatan
PERBANYAKAN GENERATIF
Hibrida Non-Hybrida

Benih hibrida merupakan benih hasil persilangan antara dua Benih Non-Hybrida ialah benih varietas yang dikembangkan
varietas tanaman sejenis yang berbeda sifat induknya untuk dari satu tanaman melalui penyerbukan sendiri sehingga
didapatkan sifat unggul dari masingmasing induknya memliki tingkat kemurnian atau homozigositas yang tinggi
Contoh: varietas hibrida pada padi adalah Inpari 1 hingga Contoh: varietas non-hybrida pada padi adalah dari varietas
Inpari 13, Inpago, Inpara, Arize, Intani 1, Intani 2, PP1, H1, dan Ciherang, Cisadane, IR-64, Memberamo, Ciherang dan
Bernas Prima. Sintanu
Keuntungan Benih Hibrida: memiliki ketahanan terhadap Keuntungan Benih Non Hibrida: Karena tidak ada batasan
penyakit dan berproduksi lebih baik dalam hal lebih banyak aliran serbuk sari antar individu, sehingga serbuk sari yang
buah, bunga, buah dan sayuran yang dihasilkan, serta lebih datang dalam beberapa variasi yang mengakibatkan potensi
banyak tanaman yang bertahan dari penyakit dan hama. terbentuk karakter-karakter baru, biaya benih rendah, dan
petani tidak bergantung pada perusahaan benih hibrida
Kerugian Benih Hibrida: Karena proses penyerbukan melalui Kerugian Benih Non Hibrida: Benih non-hibrida jauh lebih
Teknik khusus sehingga tidak semua orang dapat melakukan rentan terhadap penyakit dan hama dan secara morfologi
dan benih yang didapatkan sudah berbeda dengan benih yang juga tidak sesempurna (bulat penuh) dibandingkan benih
awal serta harganya lebih mahal dibandingkan benih hibrida.
Non-Hibrida.
TABEL TAMBAHAN
KHUSUS BENIH HIBRIDA
Silang tunggal atau single Silang tiga-jalur atau Silang ganda atau double Silang puncak atau top
cross three-way cross cross cross
Hibrida silang tunggal ialah Hibrida silang tiga ialah Hibrida silang ganda ialah Top cross merupakan
hibrida dari persilangan hibrida dari persilangan progeni hibrida dari persilangan antara beberapa
antara dua galur murni yang antara silang tunggal dengan persilangan antara dua silang tetua betina dengan satu
tidak berhubungan satu sama satu galur murni, yang ketiga tunggal tetua jantan sebagai tester
lain. galur tidak berhubungan
sehingga dengan satu galur Hibrida silang ganda yang
murni. dihasilkan dari galur murni A,
B, C dan D dapat ditulis
Hibrida silang tiga yang sebagai “A X B” X “C x D “.
dihasilkan dari galur murni A,
B dan C dapat ditulis sebagai
“A X B” X C.
PERBANYAKAN VEGETATIF
Vegetatif Alami Vegetatif Buatan
Perbanyakan vegetatif alami, bisa dilakukan sendiri Perbanyakan vegetative buatan dengan perbaikan
oleh tanaman dan juga bisa dengan bantuan sifat yaitu okulasi, grafting, kultur jaringan
manusia.
Perbaikan vegetative tanpa perbaikan sifat yaitu
cangkok, stek
PERBANYAKAN VEGETATIF ALAMI
Kelemahan: Faktor yang memengaruhi:
Keuntungan:
• Infeksi sistemik oleh virus dapat • Faktor internal: dormansi
• Bisa dipraktekkan pada tanaman
menjalar ke semua tanaman. bahan tanam, ZPT.
yang tidak menghasilkan biji.
• Bahan tanam akan menghabiskan • Faktor eksternal: suhu,
• Sifat induk diturunkan ke
tempat, tidak seperti biji. kelembapan, cahaya, patogen
generasi berikutnya.
• Periode penyimpanan bahan dan hama.
• Masa juvenil relatif pendek.
tanam pendek.
• Mempercepat persediaan bibit.
• Mekanisme perbanyakan pada
beberapa tanaman tidak praktis.
• Keragaman populasi rendah.
Stolon Corm
Daun
Contoh: stroberi, lili paris, arbei Contoh: gladiol, bunga cokelat
Contoh: cocor bebek, begonia
Rhizome (rimpang) Sucker (anakan)
Bulb (umbi lapis) Tuber (umbi batang)
Contoh: jahe, kunyit Contoh: nanas, pisang
Contoh: bawang, tulip Contoh: kentang, talas
PERBANYAKAN VEGETATIVE BUATAN
Tanpa perbaikan sifat: Dengan perbaikan sifat: Faktor yang memengaruhi:
• Cangkok • Okulasi ◉ Bahan tanam
◉ Zat pengatur tumbuh
• Stek • Grafting
◉ Genetik
◉ Suhu
◉ Cahaya
◉ Kelembapan
◉ Kandungan karbohidrat
Cangkok, suatu teknik perbanyakan tanaman dengan Stek, metode perbanyakan tanaman dengan
cara merangsang timbulnya perakaran pada cabang menggunakan potongan tubuh tanaman.
pohon. Contoh: ubi kayu.
Contoh: mangga, jambu dan jeruk.
Okulasi, menempelkan mata tunas tanaman lain Grafting, seni menyambungkan 2 jaringan
tanaman hidup sedemikian rupa sehingga
kepada batang muda dan dari varietas yang sama,
keduanya bergabung dan tumbuh serta
atau antara varietas dalam spesies.
berkembang sebagai satu tanaman gabungan.
Terima Kasih
MATERI 1
PRODUKSI BENIH DAN PERBANYAKAN TANAMAN
Pengantar :
Kondisi lingkungan tumbuh sangat menentukan mutu benih yang dihasilkan.
Benih yang mempunyai mutu genetik dan mutu fisiologis yang tinggi hanya dapat
dihasilkan dari pertanaman di lingkungan yang tepat. Oleh karena itu, lahan yang
akan digunakan hendaknya beririgasi teknis dengan pengairan yang terkontrol. Selain
itu, perlu diperhatikan bahwa lahan tersebut bukan bekas pertanaman varietas lain
atau kelas benih yang lain. Sebaiknya digunakan lahan yang sebelumnya ditanami
komoditas lain atau bera. Di samping itu, perlu pula dipertimbangkan kemudahan
akses transportasi menuju lokasi, karena proses produksi memerlukan pengelolaan
dan pengawasan intensif, termasuk oleh pihak BPSB (Balai Pengawasan dan
Sertifikasi benih).
Asal-usul benih yang akan ditanam sangat penting diperhatikan agar dapat
menjamin keaslian genetik dari benih yang akan dihasilkan. Benih sumber yang
itanam harus satu kelas lebih tinggi dari kelas benih yang akan diproduksi. Sebagai
contoh, untuk memproduksibenih kelas BD (Benih Dasar), maka yang harus ditanam
adalah
benih kelas BS (Benih Penjenis); untuk memproduksi benih kelas BP (Benih Pokok)
harus berasal dari benih kelas BD. Pemeriksaan benih sumber harus dilakukan
sebelum benih ditanam, yang mencakup sertifikat/label yang berisi informasi: asal
benih, nama produsen, varietas, tanggal selesai uji dan tanggal kadaluarsa, dan mutu
benih (daya kecambah, kadar air, dan kemurnian fisik).
Ketersediaan benih bermutu dari kultivar unggul dianggap penting untuk
mewujudkan produktivitas dan adopsi kultivar pada kondisi agroklimat yang berbeda.
Kualitas benih saja diketahui paling sedikit meningkatkan 10-15% dalam
produktivitas (ICAR 1993). Namun, kurangnya benih berkualitas terus menjadi salah
satu hambatan terbesar untuk menjembatani kesenjangan hasil yang besar. Oleh
karena itu, untuk mendekati potensi hasil suatu kultivar, produksi dan distribusi benih
berkualitas sangat penting. Benih yang berkualitas baik harus memiliki karakter
sebagai berikut:

● Kemurnian genetik, dan keseragaman serta harus sesuai dengan standar


kultivar tertentu.
● Benih yang sehat dan bebas penyakit.
● Bebas dari campuran benih tanaman lain, gulma dan bahan lembam.
● Keseragaman yang dapat diterima sehubungan dengan ukuran, bentuk dan
warna.

Produksi Benih

Produksi tanaman yang sistematis dikenal sebagai produksi benih. Dalam


produksi benih perawatan yang memadai diberikan dari pembelian benih sampai
panen, pemilihan benih yang tepat dan teknik pengelolaan tanaman. Perbedaan inti
dari teknologi produksi benih dan teknologi produksi tanaman ialah bahwa pada
teknologi produksi benih berfokus bagaiamana menjaga kemurnian benih dari tanam
hingga panen. Berikut ialah tabel perbedaan yang dapat dipahami untuk memudahkan
dalam membedakan seed production and crop production
PRODUKSI BENIH
Benih bermutu merupakan faktor utama suksesnya produksi. Di negara
berkembang tidak/kurang tersedianya benih bermutu antara lain kelemahan:
1. Penyediaan varietas unggul
2. Teknologi produksi benih
3. Penanganan benih pasca panen
4. Pemasaran

1. Prinsip produksi benih


∙ Mempertahankan Kemurnian Genetik
∙ Teknologi produksi benih yang mencakup prinsip-prinsip agronomi untuk
mempertahankan mutu benih yang tinggi :
1. Agroklimat dan Lokasi
2. Isolasi jarak dan/atau waktu
3. Roguing
4. Irigasi dan drainasi
5. Hama dan penyakit
6. Waktu dan cara panen yang tepat
7. Penanganan pasca panen yang tepat

2. Roguing
∙ Tujuan : Membuang tanaman yang tidak dikehendaki dari tanaman pokok, gulma,
species lain, kultivar lain tetapi species sama, tanamana tipe simpang sebagai akibat
terjadinya segregasi, mutanaman, varian dll yang dapat mengganggu kemurnian
genetik.
∙ Dilakukan roguing karena :
1. Karena adanya perubahan sifat genetis sehingga menimbulkan tanaman tipe
simpang (rogues)
2. Adanya volunteer plant
3. Adanya diversifikasi dari tanaman yang diusahakan
4. Terjadinya cross pollination pada waktu benih diproduksi
∙ Kriteria yang digunakan :
1. Harus dicocokkan dengan diskripsi tanaman
2. Bulu yang tumbuh pada tanaman
3. Bentuk dan warna daun
4. Warna bunga
5. Bentuk dan warna buah
6. Saat berbunga
∙ Pelaksanaan roguing :
1. Seawal mungkin
2. Terus menerus sampai sebelum panen
3. Pada saat berbunga, karena pada stadium ini tampak jelas perbedaannya.
∙ Metode roguing :
1. Benih di tanamanam tunggal sehingga mudah diamati
2. Pada waktu melakukan roguing hendaknya secara sistematis sehingga tidak
ada bagian lahan yang terlewat
3. Tanaman type simpang dibuang seluruh tanaman
4. Tidak boleh ditunda, harus sesuai dengan jadwal dan stadium pertumbuhan
5. Apa saja yang diperoleh dalam roguing harus dicatat
6. Harus dibuat data macam dan jumlah rogue
PERBANYAKAN TANAMAN
Secara garis besar perbanyakan tanaman dibedakan menjadi 2 yaitu:
A. Generatif
Perbanyakan tanaman secara generative pada tanaman berupa biji yang
melalui proses fertilisasi atau pembuahan. Dalam pertanian, benih yang biasa
digunakan terdiri dari benih hibrida dan non-hibrida.
1. Benih Non-Hibrida

Benih Non-Hybrida ialah benih varietas yang dikembangkan dari satu


tanaman melalui penyerbukan sendiri sehingga memliki tingkat kemurnian
atau homozigositas yang tinggi. Produksi benih pada varietas non-hibrida
ialah diawali dari bertemunya benang sari dan putik, kemudian terjadi
fertilisasi, dan terbentuklah bakal buah dan bakal biji. Bakal biji terus
berkembang hingga matang yang ditandai dengan matangnya buah tersebut

Contoh varietas non-hybrida pada padi adalah dari varietas Ciherang,


Cisadane, IR-64, Memberamo, Ciherang dan Sintanur.

2. Benih Hibrida

Benih hibrida merupakan benih hasil persilangan antara dua varietas


tanaman sejenis yang berbeda sifat induknya untuk didapatkan sifat unggul
dari masingmasing induknya (SKKNI No.186 Tahun 2018). Tanaman hibrida
merupakan generasi pertama hasil persilangan 2 galur murni, tanaman hibrida
dirakit melalui persilangan galur atau plasma nutfah. Plasma nutfah sendiri
memegang peranan yang sangat vital karena berperan dalam menentukan
ketersediaan tetua unggul. Tetua yang berasal dari plasma nutfah superior
dengan karakter agronomi ideal akan menghasilkan galur yang memiliki daya
gabung yang baik.
Dilihat dari silsilahnya, varietas hibrida dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis:

Silang tunggal atau single cross

Hibrida silang tunggal ialah hibrida dari persilangan antara dua galur
murni yang tidak berhubungan satu sama lain. Silang tunggal yang superior
mendapatkan kembali vigor dan produktivitas yang hilang saat penyerbukan
sendiri serta akan lebih vigor dan produktif dibandingkan dengan tetuanya.
Disamping memiliki hasil yang tinggi, hibrida silang tunggal lebih seragam
dan produksi benihnya relatif lebih mudah dibandingkan dengan hibrida
silang tiga galur dan silang ganda

Silang tiga-jalur atau three-way cross

Hibrida silang tiga ialah hibrida dari persilangan antara silang tunggal
dengan satu galur murni, yang ketiga galur tidak berhubungan sehingga
dengan satu galur murni. Yang ketiga galur murni tidak berhubungan yang
sehingga lebih berbeda secara genetik dan penampilannya lebih beragam.
Hibrida silang tiga yang dihasilkan dari galur murni A, B dan C dapat ditulis
sebagai “A X B” X C. Contohnya adalah pembentukan benih padi hibrida

Materi induk berupa tetua CMS (A= galur mandul jantan), restorer (R= galur pemulih
kesuburan) dan maintener (B= galur pelestari mandul jantan). Persilangan CMS (A) dengan
maintener (B) akan dihasilkan galur CMS (A). Persilangan CMS (A) dengan resrorer (R) akan
dihasilkan padi hibrida
Silang ganda atau double cross

Hibrida silang ganda ialah progeni hibrida dari persilangan antara dua
silang tunggal. Silang ganda melibatkan empat murni yang tidak berhubungan
satu sama lain. Pasangan galur murni disilangkan sehingga membentuk dua
silang tunggal kemudian disilangkan untuk menghasilkan silang ganda.
Hibrida silang ganda yang dihasilkan dari galur murni A, B, C dan D dapat
ditulis sebagai “A X B” X “C x D “.

Silang puncak atau top cross

Top cross merupakan persilangan antara beberapa tetua betina dengan


satu tetua jantan sebagai tester

Contoh Varietas Hibrida pada Padi: Varietas Inpari 1 hingga Inpari 13, Inpago,
Inpara, Arize, Intani 1, Intani 2, PP1, H1, dan Bernas Prima.

Perbedaan antara benih Hibrida dan Non-Hibrid


Hibrida: Benih hibrida biasanya diproduksi oleh perusahaan melalui
penyerbukan yang teliti dari dua varietas spesifik dengan campur tangan
manusia. Contoh: satu tanaman tomat mungkin sangat toleran terhadap
kekeringan dan tanaman tomat lainnya berproduksi dalam jumlah yang
banyak, kedua tanaman mungkin dapat melakukan penyerbukan silang untuk
menghasilkan tanaman tomat yang tahan kekeringan dan menghasilkan
banyak buah.

Non-Hibrida: Benih non-hibrida berasal dari tanaman yang diserbuki secara


alami oleh serangga, burung, angin, manusia, atau mekanisme alami lainnya.

Keuntungan Benih Hibrida: Benih hibrida memiliki ketahanan terhadap


penyakit dan berproduksi lebih baik dalam hal lebih banyak buah, bunga,
buah dan sayuran yang dihasilkan, serta lebih banyak tanaman yang bertahan
dari penyakit dan hama.

Keuntungan Benih Non Hibrida: Karena tidak ada batasan aliran serbuk sari
antar individu, sehingga serbuk sari yang datang dalam beberapa variasi yang
mengakibatkan potensi terbentuk karakter-karakter baru, biaya benih rendah,
dan petani tidak bergantung pada perusahaan benih hibrida

Kerugian Benih Hibrida: Karena proses penyerbukan melalui Teknik khusus


sehingga tidak semua orang dapat melakukan dan benih yang didapatkan
sudah berbeda dengan benih yang awal serta harganya lebih mahal
dibandingkan benih Non-Hibrida.

Kerugian Benih Non Hibrida: Benih non-hibrida jauh lebih rentan terhadap
penyakit dan hama dan secara morfologi juga tidak sesempurna (bulat penuh)
dibandingkan benih hibrida.

Tabel perbedaan produksi benih non hybrid dan hybrid


B. Vegetatif
Perbanyakan secara vegetatif adalah cara perkembangbiakan tanaman
dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting,
pucuk daun, umbi dan akar, untuk menghasilkan tanaman yang baru, yang sama
dengan induknya. Perbanyakan vegetatif terbagi menjadi 2 macam, yaitu:

1. Perbanyakan vegetatif alami, bisa dilakukan sendiri oleh tanaman dan juga bisa
dengan bantuan manusia.
2. Perbanyakan vegetatif buatan, hanya bisa terjadi dengan bantuan manusia.
Terdapat 2 jenis, yaitu
● Perbanyakan vegetatif buatan dengan perbaikan sifat, yaitu okulasi, grafting,
kultur jaringan.
● Perbanyakan vegetatif tanpa perbaikan sifat, yaitu cangkok dan stek (daun,
batang, akar).

1. Perbanyakan Vegetatif Alami


a. Keuntungan perbanyakan vegetatif alami
• dapat dipraktekkan pada tanaman yang tidak menghasilkan biji
• sifat pohon induk diturunkan ke generasi berikutnya
• masa juvenil relatif pendek
• mempercepat persediaan bibit
b. Kelemahan perbanyakan vegetatif alami
• infeksi sistemik oleh virus dapat menjalar ke semua tanaman
• bahan tanam akan menghabiskan tempat, tidak seperti biji
• periode penyimpanan bahan tanam pendek
• mekanisme perbanyakan pada beberapa tanaman tidak praktis
• keragaman populasi rendah
c. Faktor yang memengaruhi perbanyakan vegetatif alami
• faktor internal: dormansi bahan tanam, ZPT
• faktor eksternal: suhu, kelembaban, cahaya, patogen, dan hama

d. Macam-macam perbanyakan vegetatif alami

1) Daun
• tunas yang tumbuh di tepi daun akan berkembang menjadi individu baru.
• contoh: begonia, cocor bebek.
2) Stolon atau runner atau sulur atau geragih
• modifikasi batang yang tumbuh menyamping dan di ruas-ruasnya tumbuh
bakal tanaman baru.
• contoh: stroberi, lili paris, arbei.
3) Corm (bonggol)
• struktur berbentuk tonjolan besar yang tumbuh di pangkal batang.
• contoh: bunga cokelat, gladiol.

4) Bulb (umbi lapis)


• struktur yang terbentuk dari lapisan-lapisan pangkal daun yang tersusun
rapat.
• contoh: bawang, tulip.

5) Tuber (umbi batang)


• batang yang tumbuh di bawah permukaan tanah dan digunakan sebagai
tempat penyimpanan cadangan makanan sehingga bentuknya membesar.
• contoh: kentang, talas.
6) Rhizome (rimpang)
• batang yang tumbuh di bawah permukaan tanah secara
bercabang-cabang, tumbuhnya mendatar dan memiliki tunas serta akar
dari ruas-ruasnya.
• contoh: jahe, kunyit.

7) Sucker (anakan)
• tumbuhan baru yang timbul dari tunggul batang, ketiak daun, atau ruas
batang
• contoh: pisang, nanas.
2. Perbanyakan vegetatif buatan
a. Faktor yang memengaruhi perbanyakan vegetatif buatan
● Bahan tanam
● Zat pengatur tumbuh
● Genetik
● Suhu
● Cahaya
● Kelembapan
● Kandungan karbohidrat
b. Perbanyakan vegetatif buatan tanpa perbaikan sifat
1) Cangkok, suatu teknik perbanyakan tanaman dengan cara merangsang
timbulnya perakaran pada cabang pohon. Cara merangsang timbulnya akar
tersebut adalah dengan mengupas kulit luar cabang, selanjutnya cabang yang
terkelupas tadi diberi media tanah.
Berikut adalah cara mencangkok tanaman:
● Pilihlah pohon induk sesuai dengan sifat-sifat yang diinginkan.
● Pilihlah cabang pada pohon induk yang terpilih yang tidak terlalu tua.
● Kupaslah kulit cabang pada salah satu ruas selebar ± 4 cm.
● Bersihkanlah cambium.
● Buatlah adonan tanah dan pupuk kandang secukupnya.
● Tempelkanlah adonan itu pada cabang yang telah dikupas dan
bungkuslah dengan sabut kelapa atau plastik.
● Ikatlah kedua ujung bungkusan dengan tali.
● Siramlah cangkokan secara teratur.
● Tunggulah sampai akar berkembang.
2) Stek, metode perbanyakan tanaman dengan menggunakan potongan tubuh
tanaman . tertentu yang mampu membentuk akar dengan cepat. Bagian
tanaman yang biasa digunakan untuk perbanyakan dengan cara stek ini adalah
daun, batang atau cabang, akar, dan anakan.contoh: ubi kayu
c. Perbanyakan vegetatif buatan dengan perbaikan sifat
1) Okulasi (sambung mata tunas), menempelkan mata tunas tanaman lain
kepada batang muda dan dari varietas yang sama, atau antara varietas dalam
spesies. Bentuk okulasi terdapat berbagai macam, antara lain:
● Okulasi bentuk persegi
● Okulasi bentuk T
● Okulasi bentuk I
● Okulasi bentuk miring

Cara melakukan okulasi:


● Mengambil mata tunas dari batang yang cabangnya tidak terlalu tua dan
juga tidak terlalu muda.
● Pilih cabang untuk okulasi yang tidak memiliki daun, apabila cabang
masih memiliki daun maka bisa dirontokkan terlebih dahulu.
● Buat tempat sayatan/kupasan/sobekan dengan panjang 4-7 cm.
● Ambil mata tunas dan masukkan/letakkan/tempelkan/tancapkan dan
tekan mata tunas pada sisa sobekan di batang bawah.
● Prinsipnya adalah semakin cepat penempelan dari pengambilan mata
tunas maka semakin baik, sehingga persentasi keberhasilan semakin
tinggi.
2) Grafting, seni menyambungkan 2 jaringan tanaman hidup sedemikian rupa
sehingga keduanya bergabung dan tumbuh serta berkembang sebagai satu
tanaman gabungan.

Berikut adalah beberapa teknik grafting yang sering digunakan:


a) Side grafting (sambung samping)
● Pada batang bawah dibuat irisan berupa celah dengan mengupas
bagian kulit tanpa mengenai kayu atau dapat juga dengan sedikit
menembus bagian kayunya.
● Batang atas dibuat meruncing pada kedua sisinya.
● Batang atas kemudian disisipkan pada irisan celah pada batang bawah.
● Setelah selesai disambung, sambungan tersebut diikat dengan tali
plastik.

b) Cleft/top grafting (sambung pucuk), caranya sama seperti sambung


samping, tetapi yang membedakan adalah posisi grafting dilakukan pada
bagian ujung batang/cabang.

c) Approach grafting (sambung susu), menyambung batang atas dan batang


bawah tanaman, namun batang atas tidak dipisahkan dari pohon induk.
CONTOH PRODUKSI DAN PERBANYAKAN BENIH GENERATIF
DAN VEGETATIF
PRODUKSI BENIH CABAI

Sejarah
Cabai merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tepatnya di Bolivia.
Diperkirakan, cabai di Indonesia pertama kali dibawa oleh seorang Portugis bernama
Ferdinand Magellan (1480-1521). Sebelumnya Colombus membawa cabai dari
Amerika ke Spanyol (Capsicum annum) sebagai orang yang berjasa menyebarkan
cabai ke seluruh dunia.
Isolasi Tanaman
Beberapa bentuk isolasi untuk pertanaman benih cabai adalah isolasi jarak,
waktu tanam, tempat, dan perantara.Isolasi jarak. Lahan pertanaman cabai untuk
benih penjenis harus mempunyai jarak antara.varietas + 500 m (Howthorn dan
Pollard 1954). Untuk kelas benih di bawah benih penjenis, jarakpenanaman antar
varietas dapat lebih pendek yaitu + 200 meter.Isolasi waktu tanam. Jika dua atau lebih
varietas yang berbeda ditanam dalam petak yang b.berdampingan, maka waktu tanam
diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunga tidakbersamaan, minimal dengan
selisih 75 hari. Dengan demikian diharapkan tidak terjadi persilangan bebas di
lapangan.Isolasi tempat. Setiap varietas ditanam tersendiri di dalam ruangan-ruangan
khusus. Tanaman seperti jagung, sorgum, rumput tinggi atau tebu juga efektif
untuka.mengisolasi pertanaman cabai yang ditujukan untuk produksi benih
Penanaman
Beberapa hal yang perlu disiapkan sebelum, selama dan setelah penanaman
bibit dijelaskandalam uraian berikut ini.a. Pengolahan dan pembersihan
lahanPengolahan lahan dilakukan menggunakan cangkul atau bajak tergantung pada
kondisi lahandan luas lahan yang akan diolah. Lahan dicangkul sedalam 30 cm
sampai gembur, kemudian tanah diratakan dan dibersihkan dari gulma dan sisa – sisa
tanaman.b. Pembuatan guludanPembuatan guludan di lahan darat dan lahan sawah
berbeda.

Lahan kering/tegalan :Lahan dicangkul sampai gembur.


● Dibuat bedengan (bedengan dengan lebar 1 – 1,2 m, tinggi 30 cm, dan jarak
antar bedeng 50 cm. Setelah tanah diolah dipasang mulsa plastik perak
● Lubang tanam dengan jarak tanam 60 cm x 70 cm
● Tiap bedengan akan terdapat 2 baris tanaman
Lahan sawah:
● Dibuat bedengan (bedengan pada areal tanam dengan lebar 1,5 m antara
bedengan dibuat -parit sedalam 50 cm dan lebar 50 cm. Tanah di atas
bedengan dicangkul sampai gembur)
● Lubang tanaman dengan jarak tanam 50 cm x 40 cm
● Pada tiap bedengan terdapat 2 baris tanaman
Roguing
Salah satu langka penting yang harus dilakukan dalam kegiatan produksi
benih adalah rouging. Yang dimasud dengan rouging adalah proses pemeriksaan
kondisi tanaman dilapangan dan pembuangan tanaman yang tidak dikehendaki, yang
memiliki ciri berbeda yaitu gulma, tanaman species lain, tanaman varietas lain dalam
satu spesies dan tanaman tipe simpang (off type). Tanaman- tanaman ini disebut
sebagai rogues yang tidak dapat diterima kehadirannya di areal usaha produksi benih
karena benihnya akan mengotori produk benih yang akan dipanen karena ukuran dan
bentuknya sangat mirip sehingga tidak dapat dipisahkan atau dikenali. Adapun tujuan
dari dilakukannya rouging dalam produksi benih adalah untuk menjaga kemurnian
varietas yang dibudidayakan. Rouging dilakukan beberapa kali pada fase
pertumbuhan yang berbeda secara terus menerus sampai sebelum panen. Rouging
sebaiknya dilakukan sepagi mungkin sebelum matahari terlalu panas agar pengenalan
terhadap ciri-ciri kritis yang ada dapat lebih mudah dilakukan.
Waktu terbaik dalam melakukan rouging adalah pada fase pertanaman
berbunga penuh karena pada fase ini sifat-sifat tanaman hamper ditampilkan
sepenuhnya dan perbedaan-perbedaan warna pada bunga akan tampak nyata. Namun,
untuk tanaman menyerbuk silang senaiknya rouging dilakukan pada fase lebih awal
yaitu sebelum pembungaan penuh atau pada saat pembungaan tetapi sebelum serbuk
sari matang dan belum dilepaskan oleh faktor penyerbuk. Adapaun cara melakukan
roguing adalah sebagai berikut:
o Mengenali deskripsi kultivar yang diproduksi dengan teliti
o Membawa kantung untuk tempat rogues
o Berjalan perlahan-lahan dilahan produksi (tidak lebih dari 3 km/jam)
o Berjalan diantara barisan tanaman secara sistematis
o Mengamati tanaman secara teliti dengan jarak pandang selebar 2 meter
o Cara berjalan lebih baik membelakangi sinar matahari
o Roguing dilakukan sebelum matahari bersinar terik
o Bila ditemukan Rogues, maka seluruh bagian rogues yang dicabut dicatat
o Jumlah dan tipe tanaman rogues dicabut dan dicatat
o Tanaman rogues yang telah dicanut dibuang dan dibakar
o Gulma yang terinfeksi penyakit dicabut, ditampung di ember atau kantung plastik
dan dibakar
o Untuk tanaman menyerbuk silang rouging dilakukan sebelum pembungaan atau
pada saat berbunga tetapi serbuk sari belum matang.
Pemeliharaan
a. Pengairan
Pada lahan tegalan, ketersediaan air tergantung pada hujan. Oleh karena itu
waktu tanam perludiperhatikan agar tanaman memperoleh cukup air selama masa
pertumbuhannya. Penerapansistem irigasi tetes pada lahan kering tampaknya akan
lebih efisien, ditinjau dari segi penggunaanair maupun tanggap tanaman terhadap
pemberian air pengairan. Kelembaban tanah yang merataselama masa
pertumbuhan sangat penting untuk tanaman cabai merah. Kelembaban tanah
harusdipertahankan 60–80% kapasitas lapang. Masa kritis tanaman tanaman cabai
adalah pada saatpertumbuhan vegetatif yang cepat, pembentukan bunga, dan
pembentukan buah.
b. Pengendalian Gulma
Gulma merupakan masalah penting dalam budidaya cabai merah. Tanaman
penggangguini berkompetisi memperebutkan ruang, cahaya, air dan unsur hara,
serta dapat menjadi inang dari hama dan penyakit. Pengendalian gulma dapat
dilakukan secara manual yaitu dengan carapenyiangan, atau dengan
penyemprotan herbisida.Pengendalian hama dan penyakit penting Tanaman cabai
rentan terhadap serangan OPT terutama pada saat musim hujan. Curah hujan yang
tinggi memberikan lingkungan yang kondusif untuk perkembangan OPT tertentu.
Dampak tersebut semakin nyata apabila sistem budidaya tanaman tidak
diantisipasi untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim, misalnya saluran irigasi
yang tidak baik. Air hujan yang menggenang diselokan mengurangi porositas
tanah sehingga mengganggu pernapasan akar tanaman danmeningkatkan
kelembaban di sekitar tanaman sehingga banyak tanaman yang mati.Pada saat
musim tanaman cabai banyak terserang oleh penyakit yang disebabkan oleh
Cendawan rebah kecambah (Rhizoctonia sp dan Pythium sp ) serta layu Fusarium,
antraknosa/patek/busuk buah (Colletotrichum capsici, Gloeosporium
gloeosporioides, Alternaria solani) serta penyakit yang disebabkan oleh virus.
Panen dan Pasca Panen
● Panen pertama sekitar umur 60-75 hari
● Panen kedua dan seterusnya 2-3 hari dengan jumlah panen bisa mencapai 30-
40 kali atau lebih tergantung ketinggian tempat dan cara budidayanya
● Setelah pemetikan ke-3 disemprot dengan POC NASA + Hormonik dan
dipupuk dengan perbandingan seperti diatas, dosis 500 cc/ph
Cara panen :
● Buah dipanen tidak terlalu tua (kemasakan 80-90%)
● Pemanenan yang baik pagi hari setelah embun kering
● Penyortiran dilakukan sejak di lahan
● Simpan ditempat yang teduh
● Benih cabai dapat diekstraksi dari buah segar atau buah yang telah disimpan
(25 oC,50%,1 minggu)
● Pengujian kemurnian benih dilakukan dengan cara menanam 100
tanaman/varietas dengan menggunakn 10 tanaman cek dari varietas yang
sama dari sumber benih sebelumnya. Penilaian dilakukan terhadap setiap
individu tanaman untuk karakter morfologi seperti panjang dan lebar
kotiledon, ada dan tidaknya antosianin pada hipokotil, waktu anthesis,
panjang, lebar, berat dan warna buah. Perbedaan karakter tanaman dengan cek
tidak boleh lebih dari 2%.
● Pengujian daya berkecambah benih dilakukan berdasarkan ISTA rules.
Pengujian dilakukan empat ulangan dengan 100 benih/ulangan pada suhu
24oC. Persentase daya berkecambah minimal adalah 70%.
PRODUKSI BENIH KACANG HIJAU

Sejarah
Kacang hijau termasuk tanaman semusim. Tanaman ini memiliki batang
utama yang tegak dan bercabang. Kacang hijau berumur genjah, tahan kekeringan,
variasi jenis penyakit relatif sedikit, dapat ditanam pada lahan kurang subur dan harga
jual relatif tinggi serta stabil. Asal-usul tanaman kacang hijau diduga dari kawasan
India. Hal ini didukung oleh pemaparan Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli
botani Soviet, menyebutkan bahwa India merupakan daerah asal sejumlah suku
(famili) Leguminosae. Pendapat Vavilov didukung dengan ditemukannya plasma
nutfah kacang hijau jenis Phaseolus mango di India atau disebut kacang hijau India.
Kacang hijau menghendaki curah hujan yang optimal 50-200 mm/bln dengan
temperatur 25-27˚C, kelembaban udara berkisar 50-80% dan cukup mendapatkan
sinar matahari. Kacang hijau merupakan tanaman tropis yang menghendaki suasana
panas selama hidupnya. Tanaman ini dapat ditanam di dataran rendah hingga tinggi
500m di atas pemukan laut (dpl).
Isolasi
Pada waktu berbunga tanaman penghasil benih harus dilindungi terhadap
serbuk sari yang terbawa angin dan serangga dari tanaman yang berdekatan atau
tanaman voluntir dan dari tanaman liar dari spesies yang sama. Perlindungan terhadap
terjadinya persilangan dapat diterapkan dengan melakukan isolasi. Isolasi tanaman
penghasil benih dari berbagai sumber kontaminasi juga merupakan persyaratan
penting dalam program produksi benih. Kontaminasi mungkin dapat disebabkan oleh:
(a) persilangan alamiah dengan varietas lain yang ditanam berdampingan dan tipe
simpang yang berada di lahan untuk produksi benih itu, (b) kontaminasi oleh
pencampuran mekanis pada waktu menyemai, panen, pengolahan dan penanganan
benih dan (c) kontaminasi oleh penyakit terbawa benih yang berasal dari lahan di
dekatnya. Perlindungan dari sumber-sumber kontaminasi ini perlu untuk memelihara
kemurnian genetik dan mutu benih yang baik. Teknik isolasi yang dikenal adalah
isolasi jarak dan isolasi waktu. Teknik lainnya seperti pengerondongan, emaskulasi
dapat pula dilaksanakan.
Isolasi waktu dilaksanakan dengan memberikan selang waktu tanam yang
berbeda antara dua varietas yang berbeda dengan blok/areal berdampingan sehingga
saat pembungaan waktunya berbeda pula. Isolasi jarak dimaksudkan bahwa dua
varietas tanaman yang berbeda dipisahkan bloknya satu sama lain dengan jarak
tertentu. Teknik isolasi ini dapat dilaksanakan dengan (1) mengosongkan tanah antara
kedua blok jarak itu, (2) menanam tanaman lain pada blok pemisah, (3) bisa tanpa
isolasi, tetapi selebar 3 m dari kedua batas areal itu pada waktu panen tidak dilibatkan
sebagai calon benih. Jarak isolasi ditetapkan tergantung pada cara penyerbukan
tanaman, kemurnian genetik yang diinginkan dan kondisi lingkungan selama
penyerbukan.
Pertimbangan utama dalam menentukan jarak isolasi yang memadai bagi
tanaman penghasil benih adalah apakah tanaman tersebut bersifat menyerbuk sendiri
atau lebih bersifat menyerbuk silang. Jarak aktualnya tergantung pada apakah serbuk
sari dibawa angin atau serangga. Isolasi jarak yang diperlukan juga dipengaruhi oleh
kategori benih yang diperbanyak. Benih dengan kelas yang lebih tinggi mempunyai
standar kemurnian yang lebih tinggi daripada benih dari kelas yang lebih rendah.
Teknik isolasi lain yang juga dapat dilakukan adalah dengan menggunakan
bangunan-bangunan seperti rumah kaca dan sangkar dari kawat kasa. Dengan cara ini
kemungkinan terjadinya penyerbukan silang oleh serangga dapat dikurangi atau
dihindari. Isolasi demikian biasanya diterapkan pada areal produksi benih yang
sempit, atau untuk produksi benih dengan tingkat kemurnian yang sangat tinggi
seperti untuk kelas benih penjenis.
Penanaman
a. Penyiapan lahan
● Lahan bekas tanaman padi tidak perlu diolah (TOT=Tanpa Olah Tanah). Jika
menggunakan lahan bekas tanaman palawija lainnya atau lahan tegal perlu
dilakukan pengolahan tanah, yakni dua kali dibajak, kemudian diratakan.
● Buat saluran setiap 3-4 m sedalam 25-30 cm dan lebar 30 cm, yang berfungsi
sebagai saluran drainase untuk mengurangi kelebihan air atau sebagai saluran
irigasi pada saat pengairan.
b. Persiapan benih
Beih kacang hijau yang digunakan sebaiknya yang sudah jelas asal usul varietas
serta unggul, yaitu Vima-1, Murai, Perkutut, Betet, Kenari, Sriti, Kutilang, dan
Sampeong. Tanam varietas sesuai dengan keinginan petani atau pengguna
Kebtuhan benih yakni 20-25 kg/ha
c. Tanam
Penanaman dengan menggunakan tugal kedalaman 2-3 cm. Jarak tanam yang
digunakan yaitu 40 x 10-15 cm, dengan jumlah 2-3 biji/ lubang tanam. Jika
menggunakan lahan bekas tanaman padi, sebaiknya tidak lebih dari 5 hari setelah
panen agar tidak tejadi defisit air.
Roguing
Benih bermutu, baik mutu fisik maupun genetik memiliki peran penting dalam
produksi tanaman. Pemeliharaan mutu genetik benih dilakukan sejak sebelum tanam
(sumber benih dan lahan yang akan digunakan), selama di pertanaman, dan
saat prosesing. Pemeliharaan mutu genetik di pertanaman dilakukan dengan
kegiatan roguing (membuang tipe simpang). Pada pertanaman kacang hijau untuk
benih, minimal dilakukan tiga kali roguing, yaitu pada awal pertumbuhan, pada saat
berbunga 50%, dan pada saat masak fisiologis
1. Awal Pertumbuhan
Roguing pada fase awal pertumbuhan dilakukan saat berumur 7-10 hst yang
didasarkan pada warna hipokotil. Kacang hijau memliki warna hipokotil hijau dan
ungu. Tanaman dengan warna hipokitil yang menyimpang dibuang.
2. Fase Berbunga
Pada fase berbunga, roguing berdasarkan warna bunga, umur bunga, dan
tinggi tanaman. Kacang hijau yang hipokotilnya hijau akan memiliki mahkota bunga
warna kuning. Sedangkan hipokotil ungu memiliki mahkota kuning keunguan. Warn
aini terlihat jelas saat tanaman menjelang mekar. Tanaman dengan warna bunga
menyimpang, umur berbunga tidak sama, dan tinggi tanaman berbeda dibuang.

3. Fase Masak Fisiologi


● Warna polong masak (hitam dan coklat jerami)
● Ukuran polong (besar dan kecil, panjang dan pendek)
● Bentuk polong (bulat dan agak pipih, berpinggang dan tidak berpinggang)
● Umur polong masak dan tinggi tanaman
● Tipe tumbuh tanaman (determinate: pembungaan berhenti setelah
berbentuk polong dan indeterminate: pembungaan masih terus setelah
terbentuk polong)

Tegak Menjuntai

Berpinggang Tidak Berpinggang


Pemeliharaan
a. Pemupukan
Takran pupuk yang dianjurkan sekitar 50 kg Urea, 75 kg SP36, dan 100-150
kg KCl per hektar, seluruhnya diberikan saat tanam. Pada sawah yang subur
atau bekas padi dipupuk dengan dosis tinggi, tidak perlu ditambahkan pupuk
NPK.
b. Pengendalian gulma
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan menggunakan mulsa jerami
maupun penyiangan dan penyemprotan pestisida.
● Pengendalian dengan jerami
Mulsa jerami dapat menekan frekuensi penyaiangan, pada lahan sawah
dapat diberikan mulsa. Pada daerah endemis serangan lalat kacang,
pemberian mulsa dapat menekan serangan lalat tersebut. Mulsa jerami
diberikan sebanyak 5 ton/ha, dihamparkan merata dengan ketebalan <10
cm. Jika gulma bukan menjadi masalah, jerami dapat dibakar pada
hamparan lahan, sehingga dapat menyeragamkan pertumbuhan awal dan
mematikan biji-biji gulma.
● Pengendalian dengan penyiangan
Penyiangan dilakukan minimal 2 kali, yaitu pada umur 10-14 hst dan
21-28 hst. Penyiangan kedua diikuti dengan penggemburan tanah jika
memungkinkan. Jika setelah tanaman berbunga masih diperlukan
penyiangan, maka dilakukan dengan memotong gulma. Jika pada lahan
bekas padi, maka dilakukan penghamparan jerami dengan ketebalan 5-10
cm. Jika populasi gulma masih ada, maka dilakukan satu kali penyaingan
pada fase sebelum berbunga engan cara manual memakai sabit atau
cangkul.
c. Pengendalian hama dan penyakit
● Pengendalian dapat dengan kultur teknis (bercocok tanam) maupun hayati
(biologis). Pengendalian dengan pestisida sebaiknya dilakukan saat
tanaman benar-benar membutuhkan. Pengendalian kultur teknis yaitu
dengan mulsa jerami, pengolahan tanah, pergiliran tanaman, dan tanam
serentak. Pengendalian biologis yakni dengan parasitoid
Trichodrammatoidea bactrae-bactrae, Nuclear Polyhidrosis Virus (NPV)
untuk ulat grayak, serta untuk ulat buah, juga dapat menggunakan
feromonoid seks yang mampu mengendalikan ulat grayak.
● Penyakit utama pada kacang hijau adalah bercak daun (Cercospora
canescens), embun tepung (Erysiphe polygoni), dan karat daun (Uromyces
sp.). Pengendalian dapat dengan penanaman varietas tahan maupun
fungisida Benlate/ Dithane. Waktu pengendalian saat tanaman berumur
20, 30, 40, dan 50 hst.
d. Pengairan
Fase pertumbuhan tanaman yang sangat peka terhadap kekurangan air adalah
pada awal pertumbuhan (10-15 hst), saat berbunga (30-35 hst), dan saat
pengisian polong (40-45 hst). Dengan demikian pada fase-fase tersebut
tanaman perlu dairi apabila tidak hujan atau kelembaban tanah tidak
mendukung.
Panen dan Pasca Panen
Panen dilakukan bila sekitar 95% polong telah masak, yaitu berwarna coklat
jerami atau hitam. Polong hasil panen langsung dikeringkan (dihamparkan) di bawah
sinar matahari dengan ketebalan sekitar 25 cm selama 1-2 hari (tergantung cuaca)
hingga kadar air biji sekitar 14%. Mengingat sulitnya pengeringan polong pada
musim hujan (karena kurangnya sinar matahari), maka polong perlu dianginanginkan
dalam kondisi dihampar (tidak ditumpuk). Polong kacang hijau yang telah kering
secepatnya dirontok, perontokan benih perlu dilakukan secara hati-hati untuk
menghindari banyaknya benih pecah atau retak sebab hal ini akan mempercepat
penurunan daya tumbuh maupun vigor benih. Benih hasil perontokan dibersihkan
dari kotoran antara lain biji-biji rusak akibat serangan hama, biji pecah atau
ukurannya terlalu kecil, kulit polong. Sortasi juga dilakukan berdasarkan warna biji,
yakni biji yang tidak memiliki warna seperti yang tercantum dalam deskripsi varietas.
Warna biji yang menyimpang dibuang. Benih yang sudah bersih selanjutnya segera
dikeringkan lagi hingga mencapai kadar air 9-10%. Untuk menghindari timbulnya
kerusakan mutu fisiologis benih akibat lamanya proses sortasi, disarankan setelah
perontokan benih segera dikeringkan hingga kadar air sekitar 10% baru dilakukan
sortasi. Setelah dikeringkan, benih perlu diangin-anginkan sekitar 0,5 jam ditempat
teduh (tidak terkena sinar matahari) untuk menyeimbangkan suhu benih dengan suhu
sekitarnya. Setelah itu baru dimasukkan ke dalam kemasan benih.

Okulasi pada Tanaman Jeruk

Gambar 1. Batang jeruk yang akan diokulasi


I. Bahan dan alat
a. Bahan:
1. Semai batang bawah umur 2,5-3 bulan
2. Entris
3. Tali plastik
4. Alkohol 70 %
b. Alat:
1. Gunting pangkas
2. Pisau okulasi
II. Cara kerja
1. Menyiapkan tali plastik dengan cara memotong-motong plastik dengan ukuran
± 1 x 5 cm
2. Mengasah pisau okulasi agar tetap tajam
3. Menyiapkan ranting mata temple (entris) dari BPMT dan dipilih ranting yang
memiliki mata aktif
4. Memangkas duri dan daun semai batang bawah pada ketinggian ± 25 cm
5. Okulasi dengan metode irisan kulit berkayu (chip budding)
6. Mengoles pisau dengan kapas yg telah dicelup dalam alkohol 70 %
7. Mengikat dengan tali plastik yang telah disediakan dari bawah ke atas
  

Gambar 2. Tahapan okulasi batang jeruk


III. Pemeliharaan
1. Menjaga tanaman yang telah diokulasi agar tidak kekeringan
2. Pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida terpilih setiap 2 minggu
3. Membuka tali okulasi pada hari ke 21
4. Memangkas batang 1 cm diatas bidang okulasi
5. Membuang setiap tunas liar yang tumbuh pada batang bawah dan hanya
disisakan tuns okulasi saja
6. Memupuk semai batang bawah setiap 2 minggu sekali dengan pupuk yang
dilarutkan dalam air dengan takaran 15 gram ZA dan 10 gram NPK (15-15-15)
dalam 1 liter air, dengan jatah ± 100-150 ml campuran pupuk per tanaman.
IV. Benih siap salur
1. Benih jeruk siap salur kriteria sebagai berikut:
2. Umur 4 – 5 bulan sejak okulasi
3. Sudah memiliki dua tahap pertunasan
4. Tinggi tanaman minimal 60 cm dari okulasi

Gambar 3. Bibit jeruk hasil okulasi yang siap salur


MATERI 2

STRUKTUR DAN TIPE PERKECAMBAHAN

1. Pendahuluan

Tanaman yang berbunga pada umumnya dapat menghasilkan biji. Biji dapat menjadi
bahan perbanyakan tanaman dan meneruskan keturunan serta genetik tertentu. Pengolahan
biji harus dilakukan dengan semaksimal mungkin agar dapat menghasilkan benih yang
bermutu baik. Setiap benih memiliki karakteristik, ciri, warna, bentuk, ukuran dan jumlah
kotiledon yang berbeda-beda. Untuk memperoleh benih yang bermutu diperlukan
pengelolaan benih. Hal tersebut tercakup dalam teknologi benih, yaitu teknologi untuk
memproduksi benih, menganalisis mutu benih, menyimpan, memasarkan dan mengedarkan
tanpa mengurangi mutunya. Teknologi benih merupakan cabang dari ilmu benih dan
keduanya selalu terdapat hubungan dan pengaruh timbal balik. Ilmu benih difokuskan pada
viabilitas benih, sedang teknologi benih difokuskan pada mutu benih yang baik dan benar
(Sudjindro, 2009).

A. Definisi Benih

Benih adalah bagian terpenting dalam proses budidaya pertanian (Kusumawardana dan
Hidayati, 2019). Benih merupakan biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan
pengembangan usaha tani serta memiliki fungsi agronomis, fungsional dan struktural
(Lesilolo et al., 2013). Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.12 Tahun 1992
Tentang Sistem Budidaya Tanaman Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 4, mengatakan
“Benih tanaman yang selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya yang
digunakan untuk memperbanyak dan/atau mengembangbiakkan tanaman”. Benih dapat
diperoleh baik melalui vegetatif (bagian tanaman) maupun generatif.

B. Struktur Benih
Gambar 1. Struktur benih monokotil pada jagung (kiri) dan dikotil pada kacang (kanan).

a. Testa (kulit biji)

Kulit biji merupakan lapisan biji paling luar yang melapisi seluruh bagian biji. Bagian-bagian
biji yang pertama adalah kulit biji. Kulit biji berasal dari selaput bakal biji yang umumnya
disebut lapisan kulit luar (testa). Lapisan kulit luar berfungsi sebagai pelindung utama dari
bagian dalam biji.

b. Embrio

Embrio merupakan individu baru hasil dari bersatunya gamet jantan dan betina pada suatu
proses tumbuhan. Embrio adalah individu yang mempunyai kloroplas dan berwarna hijau.
Embrio dikelilingi oleh cadangan makanan yang berupa kotiledon dan endosperma.
Bagian-bagian embrio terdiri dari plumula (calon pucuk), epikotil (batang atas), hipokotil
(batang bawah), kotiledon (daun lembaga), radicle (calon akar).

c. Endosperma

Cadangan makanan berfungsi sebagai jaringan penyimpan bahan makanan untuk


perkecambahan benih. Cadangan makanan memperkuat daya serap biji akan hara yang
diperlukan tumbuhan dalam perkembangannya. Perkembangan cadangan makanan umunya
dimulai sebelum perkembangan embrio.

C. Proses Perkecambahan Benih

Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian yang komplek dari perubahan
morfologi, fisiologi, dan biokimia. Tahap pertama suatu perkecambahan benih dimulai
dengan proses penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit biji dan hidrasi dari protoplasma.
Tahap kedua dimulai dari kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat
respirasi benih. Tahap ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan
karbohidrat, lemak, dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan
ketitik tumbuh. Tahap keempat adalah asimilasi dari bahan yang telah diuraikan tadi
nerismatik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan komponen dan
pertumbuhan sel-sel baru. Tahap kelima adalah pertumbuhan kecambah melalui proses
pembelahan, pembesaran, dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh. Sementara daun
belum berfungsi sebagai organ untuk fotosintesa maka pertumbuhan kecambah sangat
tergantung pada persediaan makanan yang ada dalam biji

D. Tipe Perkecambahan

Tipe perkecambahan benih memiliki dua tipe, yaitu epigeal dan hipogeal.

a. Perkecambahan Epigeal

Epigeal merupakan tipe perkecambahan di atas tanah dimana hipokotil memanjang,


plumula dan kotiledon muncul di permukaan tanah. Kotiledon berfungsi melakukan
fotosintesis untuk menyuplai makanan selama daun belum terbentuk. Organ pertama yang
muncul ketika biji berkecambah adalah radikula. Radikula ini kemudian akan tumbuh
menembus permukaan tanah. Epikotil akan memunculkan daun pertama kemudian
kotiledon akan rontok ketika cadangan makanan di dalamnya telah habis digunakan oleh
embrio. Perkecambahan epigeal terjadi pada tumbuhan dikotil (Siahaan, 2017).

b. Perkecambahan Hipogeal

Hipogeal merupakan tipe perkecambahan di bawah tanah dimana keeping kotiledon tetap
tinggal di bawah tanah dan plumula saja yang muncul di atas tanah.. Hipogeal merupakan
pertumbuhan dari epikotil. Hipogeal terjadi pada tumbuhan monokotil. (Sari et al., 2011).
Gambar 2. Tipe Perkecambahan hypogeal pada jagung (atas) dan epigeal pada kacang (bawah).

D. Faktor Perkecambahan

Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi perkecambahan pada benih, yaitu faktor
internal dan eksternal. Ada beberapa faktor internal yang dapat menmpengaruhi
perkecambahan pada benih, yaitu sebagai berikut:

a. Persediaan Cadangan Makanan

Persediaan cadangan makanan penting untuk pertumbuhan embrio. Cadangan makanan ini
dapat digunakan sebagai sumber energi oleh embrio pada saat perkecambahan. Dengan
demikian cadangan makanan yang cukup dapat membantu terjadinya proses
perkecambahan benih (Setiawan et al., 2021).

b. Genetik

Gentik dapat menjadi faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih karena


pertumbuhan tanaman tidak terlepas oleh faktor genetik yang dibawa oleh benih tersebut.
Gen yang terdapat pada benih tersebut turut serta membawa sifat keturunan yang
selanjutnya akan mengekspresikan reaksi kimia yang terjadi dalam sel (Wahyuni et al.,
2021).
c. Fitohormon

Hormon tumbuhan (fitohomon) dapat mendukung terjadinya proses perkecambahan atau


bahkan sebaliknya. Beberapa fitohotmon yang dapat merangsang terjadinya
perkecambahan benih di antaranya adalah auksin, giberelin, dan sitokinin.

1) Auksin. Hormon tumbuhan ini dapat mematahkan dormansi yang terdapat pada benih
selanjutnya hormone ini akan merangsang terjadinya proses perkecambahan yang dapat
memacu terjadinya pembentukan akar.

2) Giberelin. Hormon ini memiliki peranan dalam mobilisasi bahan makanan selama
proses perkecambahan. Selama masa perkecambahan, embrio tumbuh tergantung pada
kesediaan bahan makanan. Giberelin memiliki fungsi untuk meningkatkan aktivitas enzim
amilase yang dapat mengubah pati menjadi gula untuk kelangsungan hidup embrio.

3) Sitokinin. Hormon ini memiliki interaksi dengan auksin dan giberelin, yaitu untuk
mematahkan dormansi benih. Selain itu juga sitokinin dapat berfungsi sebagai pemicu
terjadinya pembelahan sel dan pembentukan organ.

Namun ada beberapa fitohormon yang dapat menyebabkan terhambatnya proses


perkecambahan, yaitu etilen dan asam absisat

1) Etilen. Etilen yang terdapat pada benih dapat menyebabkan terjadinya hambatan
transportasi hormon auksin sehingga kehadiran etilen pada benih dapat membuat
konsentrasi hormone auksin rendah.

2) Asam Absisat. Asam absisat memiliki sifat yang menghambat perkecambahan karena
dapat menyebabkan stimulasi dormansi benih dan juga dapat menyebabkan terhambatnya
proses pertumbuhan tunas.

(Setiawan et al., 2021)

d. Ukuran Benih

Ukuran benih memiliki kaitan dengan cadangan makanan yang terdapat pada benih
tersebut. Ukuran benih yang besar umumnya memiliki cadangan makanan yang banyak
jika dibandingkan dengan benih yang berukuran kecil pada jenis yang sama. Dengan
adanya ketersediaan cadangan makanan tersebut maka benih yang ukurannya lebih besar
cenderung mempunyai pertumbuhan lebih baik dibanding dengan yang berukuran kecil,
tetapi untuk tahap pertumbuhan selanjutnya sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan
juga (Setiawan et al., 2021)

e. Struktur Benih

Struktur benih juga memiliki pengaruh terhadap proses perkecambahan benih. Benih yang
memiliki kulit tanduk yang keras dapat menyebabkan air yang berperan dalam proses
imbibisi sulit untuk meresap. Hal tersebut dapat menyebabkan hormon yang berperan
merangsang perkecambahan benih tidak bekerja dengan baik sehingga benih akan tetap
dorman (Avivi et al., 2021).

Selain beberapa faktor internal tersebut, faktor eksternal juga dapat mempengaruhi
perkecambahan benih. Berikut ini merupakan beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi
proses perkecambahan benih:

a. Suhu

Suhu dapat menjadi faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih karena suhu
berkaitan dengan peningkatan aktivitas metabolisme. Suhu yang optimal selama proses
perkecambahan dapat menyebabkan terjadinya perkecambahan terbesar dalam waktu
paling singkat. Suhu berperan dalam mengatur perkecambahan dengan beberapa cara,
seperti dapat menentukan kapasitas serta kecepatan perkecambahan, mematahkan
dormansi primer dan sekunder, serta juga dapat menginduksi terjadinya dormansi
sekunder. (Widajati et al., 2013).

b. Cahaya

Cahaya sangat dibutuhkan oleh benih untuk melakukan perkecambahan. Benih yang
menerima cahaya yang kurang atau dalam keadaan gelap dapat menyebabkan terjadinya
etiolasi pada kecambah. Ciri terjadinya etiolasi pada kecambah, misalnya pemanjangan
hipokotil ataupun epikotil yang tidak normal dan umumnya tidak kokoh serta memiliki
warna yang pucat (Sutopo, 1985).

c. Oksigen

Oksigen berkaitan erat dengan proses respirasi yang merupakan salah satu proses
perkecambahan benih. Peningkatan proses respirasi terjadi bersamaan dengan peningkatan
pengambilan oksigen dan pelepasan karbondioksida, air, dan energi panas. Ketersediaan
oksigen yang terbatas dapat menjadi penghambat terjadinya proses perkecambahan benih
(Setiawan et al., 2021).

d. Ketersediaan Air

Air menjadi faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih karena air menjadi salah
satu syarat terjadinya proses perkecambahan benih. Proses perkecambahan membutuhkan
air dalam jumlah yang cukup. Adapun peran air dalam proses perkecambahan adalah
untuk mengaktivasi sel-sel embrionik dalam biji, melunakkan biji untuk mengembangkan
embrio dan endosperm, memungkinkan masuknya oksigen dalam dinding sel, dan dapat
menjadi tempat transportasi makanan dari endosperm (Ai dan Ballo, 2010).

e. Media Tumbuh

Perkecambahan benih membutuhkan media tumbuh yang baik. Karakteristik media yang
baik dapat ditunjukkan melalui sifat fisik media yang baik, gembur, bebas dari hama dan
penyakit, serta dapat menyimpan air. Media tumbuh benih yang baik umumnya adalah
tanah yang memiliki tekstur lempung berpasir. Selain itu juga media tumbuh memerlukan
kandungan unsur hara yang cukup. Sebaliknya pada tanah yang padat, benih sulit untuk
melakukan perkecambahan. Hal tersebut disebabkan oleh benih yang berusaha keras untuk
melewati tanah padat tersebut ke atas permukaan tanah (Sutopo, 1985).
2. Praktikum

a. Tujuan:

Mengetahui definisi, struktur dan tipe perkecambahan pada benih.

b. Alat dan Bahan

Alat Bahan
- Pisau cutter - 10 benih hipogeal

- Kaca Pembesar/kamera(zoom in) - 10 benih epigeal

- Piring/wadah (polos) - 5 benih monokotil

- Tray benih - 5 benih dikotil

- Air

c. Tahapan Praktikum Struktur Benih


d. Tahapan Praktikum Tipe Perkecambahan

e. Contoh Hasil Pemotongan Benih

Biji jagung (membujur) Biji jagung (melintang)

Kacang merah (membujur) Kacang merah (melintang)

f. Output Praktikum

● Format Paper

COVER
ISI

Pembahasan terkait hasil praktikum dan dibandingkan dengan literatur:

- Mendeskripsikan hasil praktikum struktur benih dua tanaman yang berbeda


(monokotil dan dikotil) dan dibandingkan antara keduanya dengan didukung literatur.
- Mendeskripsikan hasil praktikum tipe perkecambahan dua tanaman yang berbeda
(tanaman dengan tipe perkecambahan epigeal dan hipogeal) dan dibandingkan antara
keduanya dengan didukung literatur.

DAFTAR PUSTAKA

TNR, 12

Line spacing 1,5

Margin 4,3,3,3

● Format Video

Praktikan wajib menampilkan wajah.

Durasi video maksimal 3 menit.

Video berisi penjelasan terkait struktur benih dan tipe perkecambahan.

Video dapat dikumpulkan di gdrive yang dibuat oleh koordinator kelas dan di-upload di
stream GCR.

Tugas video dapat melihat contoh video yang sudah diberikan, link tertera di PPT.

Format Nama (Video dan Paper): No. Absen_Nama_NIM_TM2


Praktikum Teknologi Produksi Benih
Struktur Benih dan Tipe

Perkecambahan
Tim Asisten Praktikum TPB 2022
Pokok

Bahasan

Definisi Benih Struktur Benih

Proses
Tipe Faktor
Perkecambahan Perkecambahan Perkecambahan
Benih adalah bagian terpenting
dalam proses budidaya
Definisi Benih pertanian.
Benih merupakan biji tanaman
yang dipergunakan untuk
keperluan dan pengembangan
usaha tani serta memiliki fungsi
agronomis, fungsional dan
struktural.
Struktur Benih
Struktur Benih
a. Testa (kulit biji)
Kulit biji merupakan merupakan lapisan terluar dari biji, yang melapisi seluruh bagian
biji berfungsi sebagai pelindung efektif dari bagian dalam biji.

b. Embrio
Embrio merupakan individu baru hasil dari bersatunya gamet jantan dan betina pada
suatu proses tumbuhan. Embrio adalah individu yang mempunyai kloroplas dan
berwarna hijau. Embrio dikelilingi oleh cadangan makanan yang berupa kotiledon dan
endosperma. Bagian-bagian embrio terdiri dari plumula (calon pucuk), epikotil (batang
atas), hipokotil (batang bawah), kotiledon (daun lembaga), dan radicle (calon akar).
Struktur Benih

c. Endosperma
Endosperma berfungsi sebagai jaringan
penyimpan bahan makanan untuk
perkecambahan benih. Cadangan makanan
memperkuat daya serap biji akan hara yang
diperlukan tumbuhan dalam
perkembangannya. Perkembangan
endosperma umunya dimulai sebelum
perkembangan embrio.
Proses

1. Imbibisi, proses penyerapan/


masuknya air ke dalam benih Perkecambahan

2. Aktifnya sel dan enzim serta


respirasi benih meningkat
Benih
3. Penguraian karbohidrat, lemak,
dan protein
4. Asimilasi
5. Pertumbuhan kecambah melalui
pembelahan sel.
Tipe Perkecambahan

Epigeal Hipogeal
Tipe
Epigeal
Perkecambahan
Hipokotil memanjang,
kotiledon terangkat ke atas
permukaan tanah.

Contohnya: kacang merah,


kacang hijau, kangkung, kubis.
(pada umumnya dimiliki
tanaman dikotil).
Tipe

Hipogeal
Perkecambahan
Hipokotil tidak memanjang ke
atas tanah, kotiledon tetap di
dalam tanah.

Contohnya: palem, dan semua


famili Graminae seperti
jagung. (pada umumnya
dimiliki tanaman monokotil)
Faktor Perkecambahan

Faktor Internal Faktor Eksternal


Persediaan cadangan Suhu
makanan Cahaya
Genetiik Oksigen
Fitohormon Ketersediaan air
Ukuran benih Media tumbuh.
Struktur benih
Penugasan
Alat dan Bahan

Alat Bahan
Pisau cutter 10 benih hipogeal
Kaca Pembesar/ 10 benih epigeal
kamera(zoom in) 5 benih monokotil
Piring/wadah (polos) 5 benih dikotil
Tray benih Air
Penugasan

Tahapan

Praktikum
Struktur

Benih
Penugasan
Tahapan

Praktikum
Tipe

Perkecambahan

Benih
Penugasan
Tugas Video:
Praktikan wajib menampilkan *Tugas video dapat melihat contoh
wajah. video di link berikut:
Durasi video maksimal 3 menit. https://tinyurl.com/TPBVideoTM2
Video berisi penjelasan terkait
struktur benih dan tipe
perkecambahan.
Video dapat dikumpulkan di
gdrive yang dibuat oleh
koordinator kelas dan diupload
di stream GCR.
Penugasan
Tugas Paper: Format Paper
Amati dan dokumentasikan TNR, 12
perbedaan struktur benih dan Line spacing 1,5
tipe perkecambahan yang telah Margin 4,3,3,3
dibuat di video. Lalu bahas Cover
perbedaan antara kedua Format Nama (Paper dan Video)
tanaman dan dibandingkan No Absen_Nama_NIM_TM2
dengan literatur.
thank you!
EKSTRASI DAN
PENGERINGAN
BENIH
TIM ASISTEN TPB 2021
TIPE BUAH
1. Buah Tunggal

Buah Berdaging Buah Kering


2. Buah Majemuk
2. Buah Berganda
Ekstraksi Benih

Proses pengeluaran benih dari bagian pembungkusnya untuk


memisahkan benih dari bagian yang tidak dibutuhkan

Tujuan: Untuk menghasilkan benih yang bersih dan bebas dari


kontaminasi
Macam Ekstraksi Benih

1.Ekstraksi Basah
Fermentasi
Kimia

2.Ekstraksi Kering
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
Suhu
Benih
Pengeringan

Sebuah proses untuk mengurangi kadar air benih melalui


proses atau tahapan yang bertujuan untuk menjaga daya
simpan benih

Tujuan:
- Menurunkan respirasi sel
- Menghindari kerusakan mekanis
-Menghindari perubahan komposisi kimia dan kontaminasi

Pengeringan

Kadar air benih dapat dihitung melalui rumus sebagai berikut:


Cara Pengeringan

Pengeringan Secara Alami Pengeringan Secara Buatani

Bantuan sinar matahari dan angin Bantuan mesin seperti oven dan dryer
Pengelompokan Benih Berdasarkan
Daya Simpan

Benih Ortodoks Benih Rekalsitran

Toleran terhadap penurunan kadar Tidak tahan terhadap pengeringan dan


air dan tahan disimpan lama tidak dapat disimpan dalam waktu lama
PRAKTIKUM

Tujuan:
Mampu mengetahui cara
ekstraksi dan pengeringan
benih secara kering dan
basah.
Alat dan Bahan
Alat Bahan

Pisau Cabai (Ekstraksi Kering)


Cawan Timun/Tomat (Ekstraksi basah
Saringan fermentasi)
Air
Botol
Abu gosok
Timbangan
Nampan
Langkah Kerja
Ekstraksi Kering

Kupas dan ambil biji buah


Cuci biji dengan air mengalir kemudian tiriskan
Keringkan selama 3-4 hari
Simpan dan dokumentasi
Langkah Kerja
Ekstraksi Basah Fermentasi
Kupas dan ambil biji buah
Cuci biji dengan air mengalir kemudian tiriskan
Fermentasi 1-3 hari
Cuci dengan air mengalir kemudian tiriskan
Keringkan selama 3-4 hari
Simpan dan dokumentasi
Langkah Kerja
Ekstraksi Basah Kimiawi
Kupas dan ambil biji buah
Cuci biji dengan air mengalir kemudian tiriskan
Menimbang berat basah biji
Meletakkan biji kedalam cawan petri
Merendam dengan menggunakan abu gosok dan dihilangkan
lendirnya dengan cara diaduk
Cuci dengan air mengalir kemudian tiriskan
Keringkan selama 3-4 hari
Menimbang berat kering biji
Simpan dan dokumentasi
PENUGASAN
Praktikan membuat video dengan ketentuan sebagai
berikut:
Durasi video 3-5 menit mencakup penjelasan singkat
praktikum ekstraksi basah (fermentasi dan kimiawi)
dan kering. Pada penjelasan nantinya praktikan
diwajibkan membandingkan dengan literatur dan
literatur dicantumkan dalam video.
Praktikan wajib menampilkan wajah dalam video
Untuk contoh video ada pada link berikut ini
https://bit.ly/ContohVideoPraktikumEsktraksi
TERIMA KASIH
MATERI 3
EKSTRASI DAN PENGERINGAN BENIH
A. Pendahuluan
Proses produksi benih perlu melewati beberapa tahap atau seed processing agar benih
yang diperoleh bersih, murni dan memiliki kualitas yang baik. Salah satu tahapan awal dalam
kegiatan penangananbenih yaitu kegiatan ekstraksi benih dan pengeringan. Ekstraksi benih
merupakan proses pengeluaran benih dari buah, polong, atau bahan pembungkus benih
lainnya. Metode ekstraksi benih dari ditentukan oleh karakteristik dari masing-masing tipe
buah. Proses ekstraksi dapat berupa pelunakan daging buah dan pelepasan daging buah,
pengeringan, pemisahan, penggoncangan, perontokan, pembuangan, dan pembersihan
(Yuniarti, 2013)
1. Tipe Buah
a. Buah tunggal
Buah tungal merupakan buah yang berasal dari satu bungan dengan satu bakal
buah saja. Biji terletak pada buah dan pada saat masak biasanya biji sudah
terbentuk sempurna (Ziraluo dan Duha, 2020).
- Buah berdaging
Pericarpnya menjadi lunak saat buah masak karena terbentuk dari sel
parenkim hidup yang sukulen.
Contoh: mangga, apel, alpukat, jeruk

- Buah kering
Perikarp kering dan agak keras terbentuk dari sel sklerenkim yang mati.
Contoh: padi, jagung, kacang tanah
b. Buah majemuk
Buah majemuk merupakan buah yang berasal dari banyak bunga dan banyak
bakal buah yang akhirnya seakan akan berkembang menjadi satu buah saja
Contoh: nanas, stroberi

c. Buah berganda
Buah berganda merupkana buah yang berasal dari bunga yang memiliki banyak
bakal buah dan masing-masing bakal buah berkembang menjadi buah tersendiri,
namun akhirnya menjadi kumpulan buah yang tampak seperti satu buah
Contoh: buah sirsak, buah murbei
2. Ekstraksi
Ekstraksi benih merupakan proses pengeluaran benih dari bagian pembungkusnya
untuk memisahkan benih dari bagian lain yang tidak dibutuhkan. proses ekstraksi
yang dilakukan akan menghasilkan benih dalam keadaan yang bersih (Gunarta et al.,
2014)
3. Macam ekstraksi benih
a. Ekstraksi kering
Ekstraksi kering dilakukan pada benih yang tidak berlendir atau tidak memiliki
plup. Ekstraksi benih kering dapat dilakukan dengan mengeluarkan benih
kemudian mengeringkan benih di bawah sinar matahari atau menggunakan alat
pengering (seed drier) (Yuniarti, 2013). Contoh benih dengan perlakuan ekstraksi
benih kering adalah benih cabai, semangka, apel, dan lain-lain.
b. Ekstraksi basah
Ekstraksi benih basah dilakukan pada benih yang berlendir atau memiliki pulp.
Perlakuan ekstraksi basah bertujuan untuk memisahkan benih dengan pulp yang
melapisi benih. Contoh benih yang diberi perlakuan ekstraksi basa adalah timun,
tomat, markisa, dan lain-lain, Ekstraksi basah menurut Wiguna (2013) dapat
terdiri dari dua macam yaitu :
- Fermentasi : Benih yang telah dipisahkan dari daging buahnya, dimasukkan ke
dalam wadah dan apabila perlu ditambah dengan sedikit air, wadah ditutup dan
disimpan selama beberapa hari.
- Kimiawi : Menggunakan zat kimia antara pelarut dan zat terlarut yang
misalnya seperti menggunakan zat HCL 35%, dengan dosis 5 liter HCL 35%
dicampur dengan 100 liter air. Selain itu, ektraksi kimiawi sederhana juga
dapat dilakukan dengan menggunakan cuka dapur (CH3COOH), kapur, atau
abu gosok.
4. Faktor yang Mempengaruhi Ekstraksi
Adapun faktor faktor yang dapat mempengaruhi proses ekstraksi menurut Dorta et
al.,(2013), diantaranya seperti:
a. Kondisi benih, dimana semakin kecil ukuran benih akan mempermudah proses
penetrasi pelarut yang digunakan ke dalam benih yang diekstraksi dan
mempercepat proses ektraksi
b. Suhu, ekstraksi yang dilakukan pada suhu yang lebih tinggi akan mempercepat
proses ekstraksi dan mencegah benih mengalami kerusakan. Suhu akan membantu
mempercepat proses penjemuran dan pemisahan benih dari lendir yang melapisi.
Namun, pengaruh suhu yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kerusakan
pada benih.
5. Pengeringan
Menurut Ditjend Perkebunan (2010) pengeringan benih merupakan sebuah proses
untuk mengurangi kadar air dalam benih melalui proses atau tahapan tahapan yang
bertujuan untuk menjaga daya simpan benih. Kadar air benih dapat dihitung melalui
rumus sebagai berikut:
𝑦−𝑧 𝐵𝐵−𝐵𝐾
KA = 𝑦−𝑥
x 100% atau KA = 𝐵𝐾
x 100%

Keterangan:
x : bobot wadah BB : bobot basah
y : bobot wadah + bobot basah BK : bobot kering
z : bobot wadah + bobot kering
Adapun tujuan dari pengeringan benih diantaranya adalah : Respirasi atau
pernafasan sel turun, menyebabkan mutu akan tetap baik. Jika pengeringan tidak
sempurna pada kadar air yang tinggi bahan (benih) yang ditumpuk (tanpa ada
pertukaran udara) respirasi akan naik sehingga terjadi pembusukan benih. Mengindari
kerusakan mekanis dan menghindari perubahan komposisi kimia (warna, aroma (bau),
kadar protein) yang dapat mennyebakan kualitas benih turun. Menurut Asmaulina
(2012) pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
a. Pengeringan secara alami
Benih dikeringkan bantuan sinar matahari dan angin. Sebaiknya alas yang
digunakan untuk menjemur terbuat dari semen dilapisi terpal agar suhu tidak
terlalu panas serta dibolak-balik hingga benih mencapai kadar air maksimal.
b. Pengeringan secara buatan
Pengeringan secara buatan dapat dilakukan dengan bantuan mesin seperti oven
dengan mengeringkan benih hingga mencapai kadar air yang diinginkan. Dapat
pula menggunakan dryer yang mengeluarkan udara panas.
6. Pengelompokan Benih Berdasarkan Daya Simpan
Menurut Yuniarti et al., (2016) benih dibedakan menjadi dua berdasarkan dari daya
simpannya, yaitu ;
a. Benih Ortodoks
Benih ortodok merupakan benih yang toleran terhadap penurunan kadar air
(kurang dari 10%) dan penyimpanan pada suhu rendah; relatif lebih tahan
disimpan dalam jangka waktu lama. Contoh benih ortodoks adalah padi, cabai,
tomat, terung, dan lain-lain.
b. Benih Rekalsitran
Benih rekalsitran merupakan benih cepat rusak yang tidak tahan terhadap
pengeringan dan tidak dapat disimpan pada temperatur rendah, sehingga tidak
mampu disimpan lama. Contoh benih rekasiltran adalah benih durian, manga,
kakao, dan lain-lain.
B. Praktikum
1. Tujuan
Praktikum dilakukan dengan tujuan agar paraktikan mampu mengetahui cara
ekstrakasi dan pengeringan benih secara kering dan basah.
2. Alat dan Bahan
Alat Bahan

- Pisau - Cabai (ekstraksi kering)

- Cawan - Timun/tomat (ekstraksi basah fermentasi)

- Saringan - Air

- Botol - Abu gosok

- Timbangan

- Nampan

3.
3. Langkah Kerja Praktikum Ekstraksi Kering

4. Langkah Kerja Praktikum Ekstraksi Basah Fermentasi


Langkah Kerja Praktikum Ekstraksi Basah Kimia
C. Output Praktikum
● Format Video
⮚ Durasi video 3-5 menit mencakup penjelasan singkat praktikum ekstraksi basah
(fermentasi dan kimiawi) dan kering. Pada penjelasan nantinya praktikan
diwajibkan membandingkan dengan literatur dan literatur dicantumkan dalam
video.
⮚ Praktikan wajib menampilkan wajah dalam video
⮚ Video dikumpulkan di google drive yang dikoordinir CO kelas kemudian
diupload pada stream GCR
DAFTAR PUSTAKA
Asmaulina, A. 2012. Pengaruh Tebal Tumpukan Terhadap Mutu Benih Padi (Oryza sativa)
Hasil Pengeringan dengan Box Dryer. Skripsi. Program Studi Keteknikan Pertanian
Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Makassar
Doerta E. M. G. Lobo and M. Gonzales. 2013. Optimization of Factor Affecting Extraction of
Antioxidant From Mango Seeds. J. of Fd. and Bioprocess Tech. 6(10) : 1067 - 1081
Gunarta, et.al., 2014. Uji Efektivitas Beberapa Teknik Ekstraksidan Dry Heat Treatment
terhadap Viabilitas Benih Tomat (Lycopersicum esculentum Mill). E-J.
Agroekoteknologi Tropika 3(3) : 128 - 136
Wiguna, G. 2013. Perbaikan Viabilitas Dan Kualitas Fisik Benih Cabai Melalui Pengaturan
Lama Fermentasi Dan Penggunaan NaOCl pada Saat Pencucian Benih. J. Mediagro.
2(2): 68-79.
Yuniarti, N., Megawati, dan Budi Leksono. 2013. Pengaruh Metode Ekstraksi dan Ukuran
Benih Terhadap Mutu Fisik – Fisiologis Benih Acaria crassicaepa. J. Penelitian Hutan
Tanaman 10(3) : 129 – 137
Yuniarti, N., Nurhasybi dan Darwo. 2016. Karakteristik Benih Kayu Bawang (Azadirachta
excelsa (Jack) Jacobs) Berdasarkan Tingkat Pengeringan dan Ruang Penyimpanan. J.
Penelitian Hutan Tanaman. 13(2) : 105 112
Ziraluo, Y. P. B. dan M. Duha. 2020. Diversity Study of Fruit Producer Plant in Nias Islands.
J. Inovasi Penelitian. 1(4): 683-694
DORMANSI BENIH
Tim Asisten Praktikum TPB 2022
DEFINISI DORMANSI BENIH
Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup
atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu lingkungan yang tidak mendukung
pertumbuhan normal

Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak
berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap
telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan (sutopo, 2002)

Dormansi adalah peristiwa dimana benih atau biji mengalami masa istirahat
(dorman) karena keadaan yang tidak mendukung untuk tumbuh (Harahap, 2003)
Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh:

Penyebab - Rendah atau tidak adanya proses imbibisi


- Proses respirasi terhambat
Dormansi - Proses mobilisasi cadangan makanan rendah
- Proses metabolisme cadangan makanan rendah
Benih
Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh beberapa faktor:
- Faktor Genetik
- Faktor Lingkungan
- Hormon
- Perkembangan Kulit Benih
Ciri-Ciri Benih Dormansi

Jika kulit dikupas, embrio tumbuh


Perkecambahan terjadi tanpa pemberian
suhu rendah, namun semai tumbuh kerdil
Embrio mengalami dormansi yang hanya
dapat dipatahkan dengan suhu rendah

Akar keluar pada musim semi,


namun epikotil baru keluar pada
Embrio tidak dorman pada suhu rendah, musim semi berikutnya (setelah
namun proses perkecambahan biji masih melampaui satu musim dingin).

membutuhkan suhu yang lebih rendah lagi


TIPE-TIPE DORMANSI
Menurut Aldrich (1984) dormansi dikelompokkan menjadi 2 yaitu
Innate Dormansi (Dormansi Primer)
Dormansi Sekunder
DORMANSI PRIMER
Dormansi primer adalah dormansi yang sering terjadi, terdiri dari dua
sifat, yaitu
Dormansi eksogonous, yaitu kondisi dimana komponen penting
perkecambahan tidak tersedia bagi benih dan menyebabkan
kegagalan dalam perkecambahan
Dormansi Endogenous, yaitu dormansi yang disebabkan karena
sifat tertentu yang melekat pada benih seperti kandungan
inhibitor yang berlebih
DORMANSI SEKUNDER
Dormansi sekunder adalah sifat dormansi yang terjadi karena
hilangnya satu atau lebih faktor penting perkecambahan
TIPE-TIPE DORMANSI
Berdasarkan mekanismenya dormansi benih dikelompokkan
menjadi 2 :
Dormansi Fisik
Dormansi Fisiologis
DORMANSI FISIK
Dormansi fisik disebabkan oleh pembatasan struktural terhadap
perkecambahan biji, seperti kulit yang biji yang keras

Beberapa penyebab dormansi fisik adalah:


Impermeabilitas kulit biji terhadap air
Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio
Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas
DORMANSI FISIOLOGIS
Dormansi fisiologis dapat disebabkan oleh sejumlah mekanisme,
tetapi pada umumnya disebabkan oleh zat pengatur tumbuh.

Beberapa penyebab dormansi fisiologis adalah:


Immaturity Embryo
After Repening
Photodormansi
Cara Pemecahan Dormansi
Sifat dormansi dapat dipatahkan melalui perlakuan pematahan dormansi.
Pematahan dormansi merupakan istilah yang digunakan untuk proses atau kondisi
yang diberikan gunan mempercepat perkecambahan benih.

Skarifikasi Perlakuan Perlakuan fisik Stratifikasi Perlakuan


(perlakuan Kimia (perendaman (perlakuan dengan
mekanis) dengan air) dengan suhu) Cahaya
1. Skarifikasi (perlakuan mekanis)
Skarifikasi mencakup cara mengikir, melubangi, atau
memecah kulit biji dengan perlakuan tertentu pada biji dengan
kulit yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air atau
gas (Mempermudah imbibisi).

2. Perlakuan Kimia
Perlakukan benih secara kimia seperti perlakuan laruta asam kuat, asam sulfat dan asam
nitrat. Perendaman dalam asam sulfat dan asam nitrat merupakan alternatif yang berfungsi
untuk mencuci zat-zat yang menghambat dan melunakkan kulit benih. Larutan asam kuat
seperti asam sulfat pekat ditunjukan untuk melarutkan bahan lilin yang terdapat pada kulit
benih yang menghalangi masuknya air.
3. Perlakuan Perendaman dengan Air
Perlakuan benih secara fisik seperti perendaman dalam air
yang menyebabkan terjadinya pelunakan kulit benih yang
akhirnya mengisi ruang-ruang antar molekul dan antar
misel benih. Air yang masuk akan meningkatkan tekanan
dalam benih yang menyebabkan terjadinya keretakan pada
kulit benih dan mengatur masuknya air ke dalam benin
selama proses perkecambahan.

4. Stratifikasi (perlakuan dengan suhu)


Perlakuan dengan memberi temperatur rendah atau tinggi maupun campuran pada biji
dengan keadaan lembab. Pada prosesnya, bahan yang menghambat perkecambahan benih
akan mulai menghilang dan hormon perangsang pertumbuhan mulai aktif sehingga benih
bisa berkecambah.
5. Perlakuan dengan Cahaya
Cahaya berpengaruh terhadap persentase
perkecambahan benih dan laju
perkecambahan. Pengaruh cahaya pada
benih bukan saja dalam cahaya yang
diterima tetapI juga intensitas cahaya dan
panjang hari.
Tujuan:
Untuk mengetahui perlakuan pematahan dormansi benih
dan pengaruhnya terhadap daya tumbuh benih.

Alat:
- Gunting kuku/gunting/amplas/cutter
- Pinset
- Wadah biji
Praktikum - Penyemprot air
- Box plastik/kardus
- Kompor

Bahan
- Biji tanaman
- Air
- Kertas buram/merang
Tahapan Praktikum
- Tahapan Persiapan
- Skarifikasi
- Stratifikasi
- Skarifikasi + Stratifikasi

Penugasan
Praktikan membuat paper
dengan format yang telah
ditentukan. Pengumpulan 2
minggu.
CONTOH Video cara pemecahan

VIDEO
dormansi dapat diakses
pada tautan berikut:

PRAKTIKUM https://drive.google.com/file/d/
1ODoJjfD34fyNEmFaT6at1V5gQ
3d-Kbwf/view?usp=sharing
Thank
you

DORMANSI BENIH
1. Definisi Dormansi
Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup atau
bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan lingkungan yang tidak mendukung
pertumbuhan normal. Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup,
tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap
telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan (Sutopo L. 2002). Menurut
Harahap (2003), dormansi adalah peristiwa dimana benih atau biji mengalami masa
istirahat (Dorman) karena keadaan yang tidak mendukung untuk tumbuh. Dormansi benih
berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan
kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut.
2. Penyebab Dormansi
Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh:
● Rendah atau tidak adanya proses imbibisi air
● Proses respirasi terhambat
● Proses mobilisasi cadangan makanan rendah
● Proses metabolisme cadangan makanan rendah
Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yakni faktor genetik,
faktor lingkungan (cahaya, kelembaban, suhu), hormon, dan perkembangan kulit benih
(Sudrajat, 2018).
a. Faktor Genetik
Faktor genetik yang mempengaruhi dormansi benih sangat komplek, terdapat jaringan
yang berbeda dalam benih dari pohon induk yang berbeda. Kulit benih, testa dan
struktur lainnya sangat dipengaruhi oleh asal induk benih, sedangkan embrio dan
endosperma. merupakan representasi genotif induk betina dan jantan Pada beberapa
jenis, genotif embrio memperlihatkan pengaruh penting dalam mengendalikan
dormansi.
b. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkecambahan benih adalah kelembaban
media, cahaya, suhu, sifat fisik dan kimia media, inhibitor serta faktor biotik lainnya.
c. Hormon
Pada benih dorman ditemukan hormon Absicid Acid (ABA) yang dapat menghambat
laju perkecambahan. Berbagai gejala dormansi dan penuaan yang dapat diinduksi
dengan pemberian ABA, yaitu memelihara dormansi, menghambat perkecmbahan,
menghambat sintesis enzim pada biji yang diinduksi giberelin, menghabat
perbungaan, pengguguran tunas, pengguguran buah, penuaan daun, dll. Hormon asam
absisat juga merupakan hormon yang menghambat pertumbuhan tanaman dan
melawan hormon auksin serta giberelin. Pemberian ABA harus terus menerus bila
efek yang diinginkan tetap terpeliara, apabila pemberian ABA dihentikan,
pertumbuhan dan metabolisme yang aktif akan kembali. Hal ini disebabkan oleh
beberapa zat yang merangsang pertumbuhan akan mengantagoniskan efek ABA.
d. Perkembangan Kulit Benih
Struktur benih yang keras dapat menghambat proses perkecambahan dikarenakan
mampu menghalangi imbimbisi air dan pertukaran gas O2.
3. Ciri-Ciri Dormansi
Ciri-ciri biji yang mempunyai dormansi ini adalah:
a. Jika kulit dikupas, embrio tumbuh.

Ciri selanjunya biasa terjadi pada spesies daerah temperate, contohnya seperti pada biji buah
apel dan Familia Rosaceae. Dormansi ini secara alami terjadi dengan cara: biji dorman selama
musim gugur, melampaui satu musim dingin, dan baru berkecambah pada musim semi
berikutnya. Dormansi karena kebutuhan biji akan suhu rendah ini dapat dipatahkan dengan
perlakuan pemberian suhu rendah, dengan pemberian aerasi dan imbibisi.

b. Embrio mengalami dormansi yang hanya dapat dipatahkan dengan suhu rendah.
c. Embrio tidak dorman pada suhu rendah, namun proses perkecambahan biji masih
membutuhkan suhu yang lebih rendah lagi.
d. Perkecambahan terjadi tanpa pemberian suhu rendah, namun semai tumbuh kerdil.
e. Akar keluar pada musim semi, namun epikotil baru keluar pada musim semi
berikutnya (setelah melampaui satu musim dingin).
4. Tipe-Tipe Dormansi
Tipe-Tipe dormansi menurut Aldrich (1984) secara umum dibagi menjadi dormansi
primer dan dormansi sekunder.
a. Dormansi Primer
Dormansi primer adalah dormansi yang paling sering terjadi, terdiri dari dua sifat
sebagai berikut:
1. Dormansi eksogenous yaitu kondisi dimana komponen penting perkecambahan
tidak tersedia bagi benih dan menyebabkan kegagalan dalam perkecambahan.
Tipe dormansi tersebut berhubungan dengan sifat fisik dari kulit benih serta faktor
lingkungan selama perkecambahan.
2. Dormansi endogenous yaitu dormansi yang disebabkan karena sifat-sifat tertentu
yang melekat pada benih, seperti adanya kandungan inhibitor yang berlebih pada
benih, embrio benih yang rudimenter (belum sempurna) dan sensitivitas terhadap
suhu dan cahaya.
b. Dormansi Sekunder
Dormansi sekunder adalah sifat dormansi yang terjadi karena dihilangkannya satu
atau lebih faktor penting perkecambahan. Dormansi sekunder disini adalah
benih-benih pada keadaan normal tetapi apabila dikenakan pada suatu keadaan yang
tidak menguntungkan selama beberapa waktu dapat menjadi kehilangan
kemampuannya untuk berkecambah. Kadang-kadang dormansi sekunder timbul bila
benih diberi semua kondisi yang dibutuhkan untuk berkecambah kecuali satu.
Misalnya kegagalan memberikan cahaya pada benih yang membutuhkan cahaya.
Dormansi sekunder disebabkan oleh perubahan fisik yang terjadi pada kulit biji yang
diakibatkan oleh pengeringan yang berlebihan sehingga pertukaran gas-gas pada saat
imbibisi menjadi lebih terbatas.
Sedangkan menurut Sutopo (1985), berdasarkan mekanismenya dormansi benih dapat
dibedakan menjadi dormansi fisik dan dormansi fisiologis.
a. Dormansi Fisik
Dormansi fisik disebabkan oleh pembatasan struktural terhadap perkecambahan biji,
seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis
terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam biji. Dengan kata lain, dormansi yang
mekanisme penghambatannya disebabkan oleh organ biji itu sendiri.
Beberapa penyebab dormansi fisik adalah:
1. Impermeabilitas kulit biji terhadap air
Benih-benih yang termasuk dalam type dormansi ini disebut sebagai "Benih
keras" karena mempunyai kulit biji yang keras dan strukturnya terdiri dari lapisan
sel-sel serupa palisade berdinding tebal terutama di permukaan paling luar dan
bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dan bahan kutikula.
2. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio
Disini kulit biji cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit
biji dihilangkan, maka embrio akan tumbuh dengan segera.
3. Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas
Pada dormansi ini, perkecambahan akan terjadi jika kulit biji dibuka atau jika
tekanan oksigen di sekitar benih ditambah. Misalnya pada benih apel, suplai
oksigen sangat dibatasi oleh keadaan kulit bijinya sehingga tidak cukup untuk
kegiatan respirasi embrio. Keadaan ini terjadi apabila benih berimbibisi pada
daerah dengan temperatur hangat.
b. Dormansi Fisiologis
Dormansi Fisiologis dapat disebabkan oleh sejumlah mekanisme, tetapi pada
umumnya disebabkan oleh zat pengatur tumbuh, baik yang berupa penghambat
maupun perangsang tumbuh.
Beberapa penyebab dormansi fisiologis adalah:
1. Immaturity Embryo
Proses fisiologis dalam biji terhambat karena kondisi embrio yang tidak/belum
matang. Pada dormansi ini perkembangan embrionya tidak secepat jaringan
sekelilingnya sehingga perkecambahan benih-benih yang demikian perlu ditunda.
Sebaiknya benih ditempatkan pada temperatur dan kelembaban tertentu agar
viabilitasnya tetap terjaga sampai embrionya terbentuk secara sempuma dan
mampu berkecambah.
2. After Ripening
Benih yang mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan waktu simpan
tertentu agar dapat berkecambah, atau dikatakan membutuhkan jangka waktu
"After Ripening". After Ripening diartikan sebagai setiap perubahan pada kondisi
fisiologis benih selama penyimpanan yang mengubah benih menjadi mampu
berkecambah. Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari beberapa hari
sampai dengan beberapa tahun, tergantung dari jenis benihnya.
3. Photodormansi
Proses fisiologis dalam biji terhambat oleh keberadaan cahaya. Tidak hanya dalam
jumlah cahaya yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari.
5. Cara Pemecahan Dormansi
Dormansi merupakan suatu kondisi dimana benih hidup tidak dapat berkecambah
walaupun faktor lingkungan optimaum untuk perkecambahannya (Widajati et al., 2013).
Sifat dormansi ini dapat dipatahkan melalui perlakuan pematahan dormansi. Pematahan
dormansi adalah istilah yang digunakan untuk proses atau kondisi yang diberikan guna
mempercepat perkecambahan benih (Melasari et al., 2018). Perlakuan pematahan
dormansi dapat ditunjukan ada kulit biji, embrio, maupun endosperm biji. Dormansi biji
dapat dibedakan atas beberapa tipe dan kadang-kadang satu jenis biji memiliki lebih dari
satu tipe dormansi. Dormansi biji dapat dipatahkan dengan cara:
a. Skarifikasi (perlakuan mekanis)
Skarifikasi mencakup cara mengikir, melubangi, atau memecah kulit biji dengan
perlakuan tertentu pada biji dengan kulit yang keras sehingga lebih permeabel
terhadap air atau gas (Mempermudah imbibisi).
b. Perlakuan Kimia
Perlakukan benih secara kimia seperti perlakuan laruta asam kuat, asam sulfat dan
asam nitrat. Perendaman dalam asam sulfat merupakan alternatif yang juga berfungsi
untuk mencuci zat-zat yang menghambat dan melunakkan kulit benih. Larutan asam
kuat seperti asam sulfat pekat ditunjukan untuk melarutkan bahan lilin yang terdapat
pada kulit benih yang menghalangi masuknya air. Asam nitra dengan konsentrasi
pekat juga membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui air dengan
mudah. Lama perlakuan tergantung dari ketebalan kulit benuh, suhu, konsentrasi
asam, dan volume asam (Nurmiaty et al., 2014). Selain itu dapat juga dengan
menggunakan hormon tumbuh antara lain: sitokinin, giberelin dan auksin (IAA).
c. Perlakuan Fisik (perlakuan perendaman dengan air)
Perlakuan benih secara fisik seperti perendaman dalam air yang menyebabkan
terjadinya pelunakan kulit benih yang akhirnya mengisi ruang-ruang antar molekul
dan antar misel benih. Air yang masuk akan meningkatkan tekanan dalam benih yang
menyebabkan terjadinya keretakan pada kulit benih dan mengatur masuknya air ke
dalam benin selama proses perkecambahan. Pengaruh lama perendaman pada benih
sangat bervariasi. Perendaman yang berlangsung lama dalam air mengalir selama satu
sampai beberapa hari juga berfungsi untuk mencuci zat-zat yang menghambat dan
melunakkan kulit benih (Nurmiaty et al., 2014).
d. Stratifikasi (perlakuan dengan suhu)
Perlakuan dengan memberi temperatur rendah atau tinggi maupun campuran pada biji
dengan keadaan lembab. Pada prosesnya, bahan yang menghambat perkecambahan
benih akan mulai menghilang dan hormon perangsang pertumbuhan mulai aktif
sehingga benih bisa berkecambah. Stratifikasi dapat digabung dengan perendaman
dengan air hangat, air dingin maupun air mendidih pada periode tertentu atau dapat
dengan menggunakan tisu/kapas, kemudian dimasukkan ke kantong plastik tertutup
dan selanjutnya dimasukkan ke kulkas.
e. Perlakuan dengan Cahaya
Cahaya berpengaruh terhadap persentase perkecambahan benih dan laju
perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam cahaya yang diterima
tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari.
PRAKTIKUM
1. Alat dan Bahan
Alat
- Gunting kuku/gunting/amplas/cutter
- pinset
- wadah biji
- penyemprot air
- box plastik/kardus
- kompor
Bahan
- Biji tanaman
- air
- kertas buram/merang,

2. Tahapan Praktikum
Tahap Persiapan:
1. Ekstraksi biji
2. Mengeringkan biji selama kurang lebih 1-2 hari
Skarifikasi:
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Membasahi kertas buram
3. Memotong/meretakkan sedikit ujung kulit biji (Harus berhati-hari agar tidak
mengenai embrio)
4. Meletakkan biji pada kertas buram
5. Menutup biji dengan kertas (UAK)
6. Meletakkan pada box
Stratifikasi:
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Merendam biji pada air dengan suhu sekitar 60-70oC selama 10 menit
3. Meniriskan biji
4. Membasahi kertas buram
5. Meletakkan biji pada kertas buram
6. Menutup biji dengan kertas (UAK)
7. Meletakkan pada box
Skarifikasi + Stratifikasi:
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Melakukan perlakuan skarifikasi
3. Melakukan perlakuan stratifikasi
4. Meletakkan biji pada kertas buram
5. Menutup biji dengan kertas (UAK)
6. Meletakkan pada box
FORMAT LAPORAN DORMANSI BENIH

DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan

2. BAHAN DAN METODE


2.1. Alat dan Bahan (+FUNGSI)
2.2. Cara Kerja (dalam diagram alur)
2.3. Analisis Perlakuan (+ LITERATUR)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Hasil + Dokumentasi
Jenis Perlakuan (@ 5 biji) 2 Dokumentasi
ulangan
1. Kontrol
2. Skarifikasi
3. Stratifikasi
4. Skarifikasi + Stratifikasi

∑𝐵𝑖𝑗𝑖 𝐵𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ
Perhitungan daya kecambah untuk setiap perlakuan: ( )
∑𝐵𝑖𝑗𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙

3.2. Pembahasan (Analisis jenis perlakuan terbaik pada biji)

4. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran

Benih yang digunakan untuk dormansi bersifat bebas, tetapi sama semua untuk semua
perlakuan.
DAFTAR PUSTAKA
Melasari, N., T.K. Suharsi, dan A. Qadir. 2018. Penentuan Metode Pematahan Dormansi
Benih Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.) Aksesi Cilacap. Bul. Agrohorti, 6(1):
59-67.
Nurmianty, Y., Ermawati, dan V.W. Purnamasari. 2014. Pengaruh Cara Skarifikasi dalam
Pematahan Dormansi pada Viabilitas Benih Saga Manis (Abrus precatorius [L.]). Jurnal
Agrotek Tropika, 2(1): 73-77.
Widajati, E., E. Murniati, E.R. Palupi, T. Kartika, M.R. Suhartanto, A. Qodir. 2013. Dasar
Ilmu dan Teknologi Benih. Bogor (ID): IPB Press.
Sudrajat, D.J. 2018. Dormansi Benih Tanaman Hutan (Tinjauan Mekanisme, Pengendalian,
dan Teknik Pematahannya untuk Mendukung Pengembangan Hutan Rakyat). Prosiding
Seminar Hasil-hasil Penelitian, 103-113.
PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH 2022

V I A B I L I T A S
&
V I G O R
Uji Viabilitas Benih
DEFINISI

Uji viabilitas merupakan


kemampuan atau daya hidup
benih secara normal pada
kondisi optimum.
MACAM -MACAM
SUBSTRAT

a. Kertas merang
b. Kertas buram
c. Kertas stensil
METODE UJI VIABILITAS

a.Uji Kertas Digulung (UKD)


=> untuk benih besar KRITERIA KECAMBAH
- UKDd
- UKDdp a. Normal => Tumbuh sempurna, sehat
- UKDm b. Abnormal :
b.Uji Antar Kertas (UAK) - Cacat : akar pendek (salah satu bagian
kecambah hilang)
=> untuk benih besar dan kecil
- Rusak : kotiledon/ perakaran putus
c.Uji Diatas Kertas (UDK) - Busuk : akibat serangan hama dan penyakit
=> untuk benih kecil - Lambat: pertumbuhan kecambah tidak normal
pada akhir pengamatan
c. Benih Mati => busuk
d. Benih Segar Tidak Tumbuh =>
benih mengembang, tidak tumbuh
plumula (mengalami imbibisi)
e. Benih Keras => dormansi
RUMUS UJI VIABILITAS
Uji vigor dilakukan pada beberapa
Uji Vigor substrat yaitu:

Vigor benih adalah 1. Pasir


kemampuan benih untuk
2. Kerikil
tumbuh secara normal
pada kondisi sub 3. Pecahan batu bata
optimum.
4. Tanah

5. Kompos
Kriteria
Kecambah
pada Uji
Vigor
1. Vigor → tumbuh kuat
2. Less vigor → tumbuh kurang
kuat
3. Non vigor/ abnormal → tidak
dapat tumbuh sempurna
4. Death → mati
Rumus Uji Vigor
Uji Tetrazolium
Pengujian secara biokimiawi yang digunakan untuk mendapatkan nilai viabilitas

benih secara cepat menggunakan larutan 2,3,5-trifenil tetrazolium

klorida/bromida.

Viabel Prinsip

Tetrazolium

Non-Viabel

(Sinaga et al., 2021)


Alat: Oven, Cawan, Lup, Cutter, Pinset
Bahan: Air, Larutan Tetrazolium 1%,

LanGKAH KERJA Benih


PELEMBAPAN

BENIH

PEMBUKAAN

JARINGAN

PEWARNAAN

EVALUASI (Fadhilah et al., 2017)


Panduan ISTA
Penugasan
Tujuan Praktikum: untuk melihat viabilitas

dan vigor pada benih.


Uji Viabilitas Benih Uji Vigor Benih
1. UAK Media Pasir

2. UDK

3. UKDdp
OUTPUT PRAKTIKUM
LAPORAN/PAPER
*FORMAT PENULISAN PADA WORD/MODUL
LINK VIDEO
https://drive.google.com/drive/folders/1xz1reEr_8TR9x3SdmQ9abya3aYpZYAB8?usp=sharing
MODUL TM- 5
Viabilitas, Vigor dan Uji Tetrazolium pada Benih
Benih yang layak dalam kegiatan produksi benih dapat diketahui melalui
serangkaian uji percobaan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan serangkaian uji
yang akan dijelaskan pada materi lima ini. Adapun rangkaian tersebut yakni, Uji
Viabilitas, Uji Vigor, dan Uji TZ.
UJI VIABILITAS BENIH
1. Definisi Uji Viabilitas
Uji viabilitas merupakan kemampuan benih atau daya hidup benih untuk
tumbuh secara normal pada kondisi optimum (Kondisi optimum merupakan
kondisi yang sesuai atau mendukung proses perkecambahan). Sehingga uji
viabilitas dapat pula diartikan sebagai uji untuk membuktikan kemampuan atau
daya hidup benih pada kondisi optimum.
2. Macam substrat :
Uji viabilitas dilakukan pada beberapa substrat (Substrat dalam biologi
adalah permukaan dimana organisme hidup) yaitu:
a. Kertas merang
b. Kertas buram
c. Kertas stensil
3. Metode uji viabilitas
Dalam uji viabilitas terdapat beberapa metode yang dapat digunakan
disesuaikan dengan jenis benih yang diuji, macam metode pada uji viabilitas adalah
sebagai berikut:
a. Uji Kertas Digulung (UKD) 🡪 untuk benih besar dan benih yang tidak peka
terhadap cahaya : tanaman pangan : jagung, padi
⮚ Uji Kertas Digulung didirikan ((UKDd)
= Keadaan pengujian didirikan untuk mengetahui kekuatan tumbuh benih
saat berkecambah
⮚ Uji Ketas Digulung didirikan dalam plastik (UKDdp)
= Adanya plastik saat pengujian bertujuan untuk menjaga kelembapan pada
saat pengujian
⮚ Uji Kertas Digulung dimiringkan (UKDm)
= Keadaaan pengujian dimiringkan untuk mengetahui kekuatan tumbuh
benih saat berkecambah
b. Uji Antar Kertas (UAK) 🡪 untuk benih besar dan kecil dan benih yang
tidak peka terhadap cahaya : tanaman pangan dan sayuran (tomat dan cabe
dalam praktikum)
c. Uji Diatas Kertas (UDK) 🡪 untuk benih kecil dan benih yang peka terhadap
cahaya : sayuran : bayam dan wijen
Pemilihan metode yang akan digunakan dapat mempertimbangkan kemudahan,
efisiensi, dan kebiasaan karena ketiga metode tersebut tidak memperlihatkan
kapasitas yang berbeda terhadap daya berkecambah benih (Nurhafidah et al., 2021).
4. Kriteria kecambah pada uji viabilitas
Berdasarkan uji viabilitas, suatu benih dapat disimpulkan menjadi dua
kondisi yaitu:
a. Normal 🡪 tumbuh sempurna, sehat
b. Abnormal
⮚ Cacat : akar pendek (salah satu bagian kecambah hilang)
⮚ Rusak : kotiledon/ perakaran putus
⮚ Busuk : akibat serangan hama dan penyakit
⮚ Lambat : pertumbuhan kecambah tidak normal pada akhir pengamatan
c. Benih Mati 🡪 busuk
d. Benih Segar Tidak Tumbuh 🡪 benih mengembang, tidak tumbuh plumula
(mengalami imbibisi)
e. Benih Keras 🡪 dormansi : tidak mengalami imbibisi karena kulit keras
5. Rumus uji viabilitas

∑𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
- % kecambah normal = ∑𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
x100 %

∑𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑏𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
- % kecambah abnormal = ∑𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
x 100 %
∑ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑚𝑎𝑡𝑖
- % benih mati = ∑𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
x 100 %

∑𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ


- % benih segar tidak tumbuh = ∑𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
x 100 %

∑𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑠
- % benih keras = ∑𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
x 100 %

UJI VIGORITAS BENIH


1. Definisi Uji Vigoritas Benih
Vigor benih adalah kemampuan benih untuk tumbuh secara normal pada
kondisi sub optimum. (Kondisi Sub optimum merupakan kondisi yang tidak
mendukung atau menghambat perkecambahan) maka dapat diartikan bahwa uji
vigor adalah uji untuk membuktikan kemampuan benih untuk tumbuh secara normal
pada kondisi sub optimum. Tujuan praktikum yaitu untuk melihat gejala
pertumbuhan pada benih
2. Macam Substrat.
Uji vigor dilakukan pada beberapa substrat (Substrat dalam biologi adalah
permukaan dimana organisme hidup) yaitu:
a. Pasir
b. Kerikil
c. Pecahan batu bata
d. Tanah
e. Kompos
3. Kriteria Kecambah pada Uji Vigor
Berdasarkan uji yang dilakukan, dapat disimpulkan keadaan benih menjadi
beberapa kriteria sebagai berikut:
1. Vigor → tumbuh kuat
2. Less vigor → tumbuh kurang kuat
3. Non vigor/ abnormal → tidak dapat tumbuh sempurna
4. Death → mati

Gambar 1. Ilustrasi Kriteria Vigor pada Benih


4. Rumus Uji Vigor
∑ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ
% Daya Tumbuh = ∑𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
x 100%

UJI TETRAZOLIUM
1. Definisi Uji Tetrazolium
Uji tetrazolium merupakan uji viabilitas benih secara cepat dengan
menggunakan metode pewarnaan dan dikenal dengan pengujian benih tidak
langsung (tidak diperkecambahkan). pengujian tetrazolium merupakan pengujian
secara biokimiawi yang digunakan untuk mendapatkan nilai viabilitas benih secara
cepat menggunakan larutan 2,3,5-trifenil tetrazolium klorida/bromida.
2. Penilaian Viabilitas
Ditentukan dengan adanya pewarnaan pada bagian benih dengan kategori
Viabel dan Non-Viabel. Benih Viabel ditandai dengan pewarnaan yang merata pada
bagian benih dan organ-organ penting dalam pekecambahan (Gambar 1a),
sedangkan benih Non-Viabel ditandai dengan pewarnaan yang tidak merata (tidak
mencakup organ penting perkecambahan), lebih terang, dan tidak bewarna (Gambar
2b).

Gambar 2. Hasil Uji TZ Benih Kedelai Varietas Anjasmoro. a. Viabel; b. Non-Viabel


(Sinaga et al., 2021)
3. Prinsip kerja
Prinsip kerja uji tetrazolium yakni adanya ikatan garam tetrazolium dengan
ion hidogen yang dihasilkan oleh enzim dehidrogenase saat proses respirasi benih.
Garam tetrazolium akan mengalami oksidasi yang berubah menjadi bentuk endapan
trifenil formazan bewarna merah apabila berikatan dengan ion hidrogen. Apabila
benih viabel maka aktivitas enzim dehidrogenase akan tinggi sehingga
menghasilkan ion hidrogen yang tinggi pula dan berikatan dengan garam tetrazolium
sehingga terbentuk trifenil formazan dan benih terwarnai. Apabila benih mati maka
aktivitas enzim menurun sehingga ion hidrogen yang dihasilkan rendah atau tidak
ada, garam tetrazolium yang tidak berikatan dengan ion hidrogen akan terlarut dan
tidak membentuk trifenil formazan (tidak bewarna) (Sinaga et al., 2021).
4. Langkah Kerja Uji Tetrazolium (Secara teori)
Bahan : Tetrazolium 1%, Benih, Air
Alat : Cawan, Cutter, Kamera, Oven
Metode:
1. Pelembapan Benih. Pelembaban adalah persiapan yang diperlukan agar benih
dapat berimbibisi terlebih dahulu sebelum benih direndam dalam larutan
tetrazolium. Benih dapat dipotong, dibelah, atau ditusuk untuk memudahkan
larutan TZ masuk sehingga perlu perendaman untuk melunakkan benih.
Perendaman dilakukan selama 18 jam tergantung pada jenis benihnya
2. Pembukaan Jaringan untuk pewarnaan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
pembukaan kulit benih yang diiris secara melintang jangan sampai hipokotil
dan radikula terpotong, kemudian benih dikupas (sesuai benih).

Gambar 3. Pembukaan Kulit Benih pada Tanaman Brassica spp.


(Fadhilah et al., 2017)
3. Pewarnaan. Benih yang telah dikupas direndam di dalam larutan TZ dan
diinkubasi pada suhu 30ºC selama 3 jam (sesuai benih)
4. Evaluasi. Benih yang telah direndam kemudian dievaluasi, perlakuan
pembelahan benih secara membujur diperlukan untuk mengetahui hasil
pewarnaan pada benih. Informasi lebih lanjut terkait uji tetrazolium terdapat
pada panduan ISTA (The International Seed Testing Association).

Gambar 4. Hasil Uji Tetrazolium Benih Brassica spp.


(Fadhilah et al., 2017)
ISTA: Cucumis sativus dan Lycopersicum esculentum
PRAKTIKUM DAN PENUGASAN
A. UJI VIABILITAS
⮚ Tujuan praktikum : untuk melihat viabilitas dan vigor pada benih.
- Alat dan Bahan :
Alat : Bahan:
Cawan Benih tanaman (Benih Melon dan Cabai)
Sprayer Kertas buram
Pinset Kertas merang
Gunting Plastik
Germinator Air
Kertas label
Kamera
Alat tulis
- Metode Penelitian

Uji Antar Kertas (UAK) Uji Diatas Kertas (UDK) Uji Kertas Digulung dp
(2 ulangan (2 ulangan) (UKDdp) (2 ulangan)
Kertas buram 4 lembar (2 Kertas buram dan kertas Kertas buram 6 lembar (3
alas, 2 tutup) merang (4 lembar) lembar alas, 3lembar tutup)

Dibuat lingkaran Dibuat kotak Dilembabkan

Letakkan benih pada Dilembabkan 🡪 dibagi Tanam benih


kertas dua

Dimasukkan di dalam Tanam benih


cawan Digulung

Tumpuk Amati 7 HST Germinator

Amati 7 hst dan Hitung Dokumentasi dan Hitung Amati 7 HST dan Hitung
Persentase tumbuh persentase tumbuh persentase tumbuh

B. UJI VIGORITAS
⮚ Tujuan praktikum : untuk melihat gejala pertumbuhan pada benih.
-Alat dan Bahan
Alat : Bahan:
Bak plastik/ Baki Benih Tanaman (Benih Jagung)
Kamera Pasir
Air
-Metode Penelitian
Bak Pasir

Dilembabkan

Tanam benih jagung (20 benih)


dengan kedalaman 2cm, 3 cm, 4 cm, dan 5 cm @5 benih

Amati selama 5 hari

Dokumentasi dan Hitung persentase tumbuh

FORMAT LAPORAN UJI VIABILITAS DAN VIGORITAS BENIH

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
2.2 Cara Kerja
2.3 Analisa Perlakuan
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Uji Viabilitas
3.1.1 UAK
3.1.1.1 Benih Baru
3.1.1.2 Benih Expired
3.1.2 UDK
4.1.2.1 Benih Baru
4.1.2.2 Benih Expired
3.1.3 UKDdp
3.1.3.1 Benih Baru
3.1.3.2 Benih Expired
TABEL PENGAMATAN UJI VIABILITAS (UAK, UDK, UKDdp)
Parameter Ulangan 1 Ulangan 2 % %
Normal (N)
Abnormal
(Ab)
Benih Mati
(BM)
Benih segar
tidak tumbuh
(BSTT)
Benih keras
(BK)
3.1.4 Perhitungan Persentase Perkecambahan
3.2 Uji Vigoritas Benih
TABEL PENGAMATAN UJI VIGOR
Parameter 2cm 3cm 4cm 5cm
Vigor
Less-Vigor
Non-vigor/abno
rmal
3.2.1 Perhitungan Daya Tumbuh (Vigor)
3.3 Dokumentasi Uji Viabilitas dan Vigoritas
3.4 Pembahasan
3.4.1 Uji Viabilitas
3.4.1.1 Benih Baru
3.4.1.2 Benih Expired
3.4.1.3 Perbandingan Perlakuan UDK antara Media Kertas Buram dan
Kertas Merang
3.4.2 Uji Vigoritas
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Fadhilah, S., Ismiatun, Lisa, dan A. Prijatin. 2020. Pengujian Viabilitas Benih
Brassica spp. Dengan Uji Tetrazolium (online).
http://bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/. Diakses pada 8 Maret 2022
Nurhafidah, A. Rahmat, A. Karre, dan H. H. Juraeje. 2021. Uji Daya Kecambah
Berbagai Jenis Varietas Jagung (Zea mays) Dengan Menggunakan Metode
Yang Berbeda. J. Agroplantae. 1 (1): 30-39.
Sinaga, A. O. Y., M. Lindayanti, P. G. Lestari, dan D. S. S. Marpaung. 2021. Uji
Tetrazolium dan Daya Berkecambah Benih Kedelai (Glycine max L.) Varietas
Anjasmoro dan Biosoy 2. Media Agribisnis. 5 (2): 116-122.
UJI MUTU FISIK DAN
KADAR AIR BENIH
TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH
UJI MUTU FISIK BENIH

Pengujian benih merupakan cara untuk mengetahui


benih yang berkualitas dan bermutu tinggi. Pengambilan

sampel benih dilakukan dengan primsip mengambil benih

dari beberapa bagian suatu kelompok benih atau lot benih


Adapun benih yang diambil sebagai

contoh benih antara lain:


Contoh Primer Contoh Campuran Contoh yang Contoh kerja


dikirim ke Lab
Uji mutu fisik meliputi:
Uji kemurnian Benih
Uji bobot 1000 butir benih
A. Uji Kemurnian Benih

Kemurnian benih merupakan tingkatan


kebersihan benih dari materi-materi non
benih atau seresah, atau benih varietas lain
yang tidak diharapkan. Pada dasarnya benih
bermutu tinggi ditentukan oleh dua faktor
yaitu faktor fisik dan faktor genetik
Uji Kemurnian Benih
B. Uji Bobot 1000 Butir
Penentuan berat untuk 1000 butir benih
dilakukan karena karakter ini merupakan
salah satu ciri dari suatu jenis benih yang
juga tercantum dalam deskripsi varietas.
Tujuannya untuk menentukan berat per
1000 butir benih dari suatu contoh.
Uji Bobot 1000 Butir
Kadar Air Benih
Kadar air benih ialah berat air yang “dikandung” dan yang

kemudian hilang karena pemanasan sesuai dengan aturan

yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam persentase

terhadap berat awal contoh benih. Ada dua metode dalam

pengujian kadar air benih, yaitu:


Konvensional (Menggunakan Oven)


Automatic
KONVENSIONAL AUTOMATIC

Perlakuan dalam penentuan

metode tersebut menggunakan


(Menggunakan Balance

metode oven pada suhu 130 –


Moisture Tester,

133˚C (1, 2, 3 dan 4 jam) dan


Ohaus MB 45,

suhu 103˚C (16, 18, 20, 22 dan


Higromer)
24 jam)
KADAR AIR BENIH
THANK YOU
ADA YANG INGIN DITANYAKAN?
PENUGASAN
Praktikan mengerjakan paper yang

ada di modul
Format dapat melihat ketentuan

yang tertera pada modul


Dikumpulkan dalam bentuk PDF
Deadline H+7 praktikum
MODUL M-7

UJI MUTU FISIK DAN KADAR AIR BENIH


A.Dasar Teori
1. Uji Mutu Fisik Benih
Pengujian benih merupakan cara untuk mengetahui benih yang berkualitas dan bermutu tinggi.
Uji mutu fisik benih dilakukan pada sampel benih. Pengambilan sampel benih dilakukan
dengan primsip mengambil benih dari beberapa bagian suatu kelompok benih atau lot benih.
Lot benih merupakan sejumlah tertentu biji / benih yang secara fisik dan khas dapat
diidentifikasi. Adapun benih yang diambil sebagai contoh benih antara lain:
1. Contoh Primer
Sejumlah kecil benih/ biji yang diambil dari lot benih dalam 1(satu) kali pengambilan
sampel tunggal, contoh: benih / biji didapatkan dari sekali tusukan sebuah alat Nobbe trier,
benih / biji yang didapat dari sekali pengambilan dalam satu genggaman tangan di
karung.Pengambilan contoh benih dilakukan dengan menggunakan tangan atau seed trier
pada kedalaman 40 cm wadah.
Intensitas pengambilan contoh primer :
a. Benih dalam Karung
- 1 karung : pengambilan secara diagonal dengan 2 kali pengambilan
- 2 – 6 : pengambilan dilakukan pada setiap karung
- > 6 karung : pengambilan mengikuti rumus 5 + 0,1 X dengan X adalah jumlah
wadah/karung. Pada hasil rumus dilakukan pembulatan keatas dan maksimal 30
karung yang dilakukan pengambilan benih. Apabila lebih dari 250 karung hanya
diambil contoh 30 karung
b. Benih dalam Bulk
- Pengambilan dilakukan pada setiap sudut bulk dengan dasar seolah-olah benih
tersebut disimpan dalam karung
c. Benih dalam wadah kecil
- Pengambilan contoh dilakukan dengan cara mengambil sejumlah wadah yang
beratnya diperkirakan memenuhi kriteria.

1
2. Contoh Campuran
Suatu sampel yang merupakan kombinasi dan campuran sampel primer yang diambil dari
suatu lot benih
3. Contoh yang dikirim ke lab
Sampel yang dikirim ke laboratorium untuk diuji. Ukuran sampel kiriman harus sama atau
lebih besar dari ukuran yang ditetapkan ketentuan ISTA 1985 yang didapatkan
Tabel 1. Bobot minimum cnth kirim
No. Komoditas Contoh kirim (gram)
1. 1 Bayam 10
2. 2 Blllewah 150
3. 3 Buncis 1000
4. 4 Cabe besar 150
5. 5 Cabe rawit 150
6. 6 Gambas 350
7. 7 Gandum 1000
8. 8 Jagung 1000
9. 9 Jellai 1000
10. 10 Kacang gude 1000
11. 11 Kacang hijau 1000
12. 12 Kacang merah 1000
13. 13 Kacang Panjang 1000
14. 14 Kacang tanah 1000
15. 15 Kacang tunggak 1000
16. 16 Kangkong 200
17. 17 Kecipir 1000
18. 18 Koro benguk 1000
19. 19 Kedelai 1000
20. 20 Kol 100
21. 21 Lobak 300
22. 22 Mentimun 150
23. 23. Padi 1000
24. 24 Petai 40
25. 25 Sawi 40
26. 26 Semangka 1000
27. 27 Sorgum 900
28. 28 Spinaca sp. 250
29. 29 Terong 150
30. 30 Tomat 70
31. 31 Waluh 350
32. 32 Wortel 30
2
4. Contoh kerja
Sampel yang digunakan untuk keperluan uji laboratorium. Biasanya disiapkan dari
pengurangan (reduksi) sampel kiriman. Contoh kerja harus dilakukan pengacakan agar
mendapatkan cnth kerja yang seragam. Metode pengacakan antara lain:
- Metode pembagi secara mekanik
Menggunakan conical divider, soill divider, centrifugal devider
- Metode pengacakan dengan cangkir
- Metode parohan yang diubah
- Metode sendok

Tabel 2. Berat Minimum Contoh Kerja untuk Analisis Kemurnian Fisik Benih
1. No. Komoditas Berat Contoh Kerja (gram)
2. 1. Jagung 900
3. 2. Kacang Tanah 1000
4. 3. Kacang Hijau 120
5. 4. Bayam 2
6. 5. Sawi 4
7. 6. Cabe Besar 15
8. 7. Cabe Rawit 15
9. 8. Semangka 250
10. 9. Mentimun 70
11. 10. Kangkong 100
12. 11. Terong 15
13. 12. Tomat 7
14. 13. Kacang Panjang 500

3
 Tambahan Kadar Air
Tabel Lama Waktu Pengovenan dengan Metode Oven Suhu Rendah 103 oC

Tabel Lama Waktu Pengovenan dengan Metode Oven Suhu Tinggi 130 - 133oC

Toleransi untuk suhu tinggi (130 – 133 oC)


Apabila lama pengovenan 1 jam toleransi 3 menit, 2 jam toleransi 6 menit, dan 4 jam toleransi 12
menit

4
Uji mutu Fisik benih juga merupakan pengujian yang meliputi uji kemurnian, uji bobot 1000
butir benih.

a.Uji Kemurnian Benih

Pengujian kemurniaan benih merupakan kegiatan untuk mengetahui tentang komponen-


komponen yang terdapat dalam benih termasuk persentase berat dari benih murni (pure seed),
benih tanaman lain, benih varietas lain, dan kotoran-kotoran pada masa benih. Kemurnian benih
merupakan tingkatan kebersihan benih dari materi-materi non benih atau seresah, atau
benih varietas lain yang tidak diharapkan (Heddy. G, 2000).

Pada dasarnya benih bermutu tinggi ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor fisik dan faktor
genetik. Faktor fisik memiliki kriteria bebas dari kotoran, bebas dari serangga dan patogen, kadar
air biji rendah misalnya pada tanaman serealia yaitu 12 - 14 persen. Pada faktor genetik
merupakan varietas varietas yang memiliki genotipe baik, seperti produksi tinggi, tahan terhadap
hamadan penyakit, responsif terhadap kondisi pertumbuhan yang lebih baik (Marques et al.,
2014)

5
b.Uji Bobot 1000 Butir

Penentuan berat untuk 1000 butir benih dilakukan karena karakter ini merupakan salah satu ciri
dari suatu jenis benih yang juga tercantum dalam deskripsi varietas. Tujuannya untuk
menentukan berat per 1000 butir benih dari suatu contoh kirim. Penetapan bobot 1000 butir
merupakan salah satu pengujian khusus yang mempengaruhi mutu fisik benih. Benih yang diuji
berasal dari benih murni. Cara pengukuran didasarkan pada:

 Metoda A: menghitung berdasarkan seluruh contoh kerja

 Metoda B: menghitung dalam ulangan

2.Kadar Air Benih

Kadar air benih ialah berat air yang “dikandung” dan yang kemudian hilang karena pemanasan
sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam persentase terhadap berat awal
contoh benih. Kadar air benih mempunyai peranan yang penting dalam penyimpanan benih.
Kadar air benih dapat memacu proses respirasi benih sehingga akan meningkatkan perombakan
cadangan makanan benih, akibatnya benih akan kehabisan cadangan makanan pada saat
diperlukan atau berkecambah. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air benih .

antara lain tipe benih, ukuran benih, penyimpanan.

Ada dua metode dalam pengujian kadar air benih, yaitu:


 Konvensional (Menggunakan Oven)
Skema pengujian kadar air benih dengan metode konvensional (oven). Perlakuan dalam
penentuan metode tersebut menggunakan metode oven pada suhu 130 – 133˚C (1, 2, 3
dan 4jam) dan suhu 103˚C (16, 18, 20, 22 dan 24 jam) (ISTA, 2006).

6
 Automatic (Menggunakan Balance Moisture Tester, Ohaus MB 45, Higromer) Dalam
metode ini hasil pengujian kadar air benih dapat langsung diketahui.

Rumus Kadar Air Benih:

B.Praktikum

1.Alat dan Bahan


Alat Bahan

1. Kantong plastik a. Benih kacang hijau


2. Timbangan digital b. Air
3. Kalkulator
4. Gunting
5. Germinator
6. Cawan+tutup
7. Mortal dan Pistil
8. Oven
9. Grain Moisture Tester (GMT)

7
1. Tahapan Praktikum

a. Uji Mutu Fisik Benih

1. Uji Kemurnian Benih


Timbang 500 gr contoh kerja

Pisahkan setiap komponen benih yakni benih murni,


benihtanaman lain, dan kotoran benih

Timbang setiap komponen benih

Hitung nilai faktor kehilangan, persentase benih murni,


benihlain dan kotoran benih

Dokumentasi dan Catat hasil

2. Uji Bobot 1000 Butir


Siapkan sampel benih murni yang akan diuji

Ambil 100 butir benih kedelai dan bayam secara acak

Timbang berat benih dan catat hasilnya

Lakukan sebanyak 4 kali ulangan

Hitung berat 1000 butir dengan rumus Z = (U1+U2+U3+U4) x 2,5

Dokumentasi dan Catat hasil

8
b. Kadar Air

1. Sebelum Praktikum
Siapkan benih

Rendam benih sesuai perlakuan


(A:tanpa tetesan, B:1 tetes, C: 2 tetes, D: 3 tetesdanE: 4 tetes)

Benih siap untuk diamati

2. Metode Oven
Siapkan alat dan bahan

Haluskan benih specimen kemudian timbang seberat 5 gr

Masukkan kedalam cawan kemudian timbang lagi

Lakukan sebanyak 5 kali

Dokumentasi dan catat hasil

3. Metode GMT
Siapkan alat dan bahan

Siapkan benih specimen yang ingin diuji

Masukkan kedalam GMT

Catat hasil dan dokumentasi

Lakukan sebanyak 5 kali ulangan

9
TUGAS PAPER

Batasan pengerjaan:

1. Mahasiswa menjelaskan apa itu uji mutu fisik benih dan tujuannya dengan sumber yang
dapat dipercaya
2. Mahasiswa menjelaskan apa itu uji kemurnian dan factor yang mempengaruhi uji
kemurnian benih dengan sumber yang dapat dipercaya
3. Mahasiswa menjelaskan apa itu uji bobot 1000 butir dengan sumber yang dapat dipercaya
4. Mahasiswa menjelaskan apa itu uji kadar air benih dan factor yang mempengaruhi kadar
air benih dengan sumber yang dapat dipercaya
5. Menghitung model permasalahan uji mutu fisik benih sebagai berikut:
a) Luqman sedang melakukan pengujian kemurnian benih. Luqman memperoleh
berat benih murni sebesar 730 gr, berat benih lain 85 gr berat kotoran benih 15 gr.
Hitunglah:
 Persentase benih murni
 Persentase benih Tanaman lain
 Persentase Kotoran benih
 Faktor Kehilangan benih
b) Qo’id ingin mengetahui kebutuhan benih dalam setiap hektarnya dan Qo’id ingin
mengukur kondisi benih kacang hijau yang Qo’id punya. Apa yang harus dilakukan
Qo’id? Jika ulangan 1, 2, 3, 4 brturut turut sebagai berikut 35 gr, 25 gr, 20 gr, 40
gr, metode mana yang harus digunakan dan berapa hasilnya?
c) Hakim memiliki benih mahoni, kemudian Hakim ingin mengetahui kandungan
kadar air benihnya. Jika bobot basah benih tersebut adalah 80 gr dan bobot kering
adalah 65 gr maka berapa persentase kadar air benih mahoni berapa? (wadah 10 gr)
Tentukan juga berapa lama benih mahoni di oven dan dengan suhu berapa?
d) Soal Bonus dari asisten masing masing

10
Note:

Paper maksimal 3 halaman

Wajib mencantumkan sumber referensi


Tidak Boleh Plagiasi
Format : A4, TNR 12

11
SERTIFIKASI BENIH
Praktikum Teknologi Produksi Benih
SERTFIFIKASI BENIH merupaka suatu cara pemberian sertifikat atas cara
perbanyakan, produksi dan penyaluran benih sesuai dengan peraturan yang
ditetapkan departemen pertanian republik indonesia One
Columns
Designed
TUJUAN adalah memelihara kemurnian mutu benih dari varitas unggul serta
meneyediakan nya secara kontinyu kepada petani (jaminan mutu kepada petani)

Pemohon sertifkasi : perorangan ataupun badan hukum yang belum mempunyai


sistem manajemen mutu. Jika sudah mempunyai sistem manajemen mut maka
berhak melaksanakan sertifikasi Benih secara mandiri.

Sertifikasi dilakukan melalui Balai Pengawasan Sertifikasi Benih (BPSB)


PROSEDUR SERTIFIKASI BENIH
PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN
PERMOHONAN
PENDAHULUAN PERTANAMAN

PEMERIKSAAN
P PEMERIKSAAN
P PEMERIKSAAN
P
LABORATORIUM FASE MASAK VASE BUNGA

DINYATAKAN PEMASANGAN BENIH


LULUS LABEL BERSERTIFIKAT
PROSEDUR SERTIFIKASI BENIH
Melalui Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB)

Pengajuan Proyeksi Produksi

01 Dilakukan oleh Pemohon ke BPSB. Surat Pemberitahuan Rencana Produksi selama setahun kedepan
(bersifat hanya pemberitahuan saja)

Permohonan Sertifikasi
Dilakuan oleh pemohon ke BPSB. Pengajuan berisi nama pemohon (penangkar), letak areal, asal benih
02 sumber, rencana penanaman, sejarah lapangan, dan isolasi yang dilakukan. Dan dilampiri label benih
induk

Pemeriksaan Pendahuluan
03 Pemeriksaaan dilakukan oleh BPSB. Dilakukan sebelum tanam sampai dengan tanam terakhir untuk
memastikan kebenaran lokasi, persyaratan lokasi, persyaratan lahan dan benih sumber. Data dilapang
harus sesuai dengan pengajuan, jika dalam pemeriksaan tidak sesuai maka pengajuan tidak lolos.
PROSEDUR SERTIFIKASI BENIH
Melalui Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB)

Pemeriksaan Pertanaman
04 Pemeriksaan pertanaman pertama dilakukan pada fase pertumbuhan tanaman, yaitu sejak dari fase
vegetatif (umur 25 Hari Setelah Tanam) hingga fase berbunga (sebelum tepung sari keluar dan malai belum
terbuka). Pemeriksaan pertanaman kedua Dilakukan pada fase masak, yaitu setelah panen galur induk jantan.

Pemeriksaan Fase Bunga


05 bentuk/tipe dan warna bunga jantan, posisi tongkol, warna tangkai putik/rambut, bentuk dan lebar daun,
warna helai daun, warna batang, serta bentuk tongkol dan bunga jantan (yang tepung sarinya telah
terbuka) yang tertinggal pada tanaman induk betina

Pemeriksaan Panen
06 Hal yang diperiksa adalah tongkol materi induk jantan yang tertinggal dan laju ketuaan tanaman.

Pemeriksaan Laboratorium
07 Pemeriksaaan dilakukan oleh BPSB. Contoh benih untuk pengujian laboratorium hanya dapat diambil
dari kelompok benih dengan diberi identitas yang jelas Pemeriksaan ini meliputi kadar air, kemurnian
benih dan daya kecambah benih.
PROSEDUR SERTIFIKASI BENIH

Jika dalam tahap pemeriksaan tidak lolos, maka pengajuan sertifikasi


benih tidak dapat lolos dan tidak dapat dilanjutkan untuk tahap
selanjutnya

Penanngkar/pemohon akan mendapatkan label sertifikasi jika pada


tahap pengujian laboratorium dinyatakan LOLOS
SERTIFIKASI PRODUKSI JAGUNG HIBRIDA
• Spesifikasi Persyaratan Mutu Benih di lapangan
SERTIFIKASI PRODUKSI JAGUNG HIBRIDA
• Spesifikasi Persyaratan Mutu Benih di Laboratorium
Thank you
Insert the title of your subtitle Here

Anda mungkin juga menyukai