Anda di halaman 1dari 9

Judul : Membibitkan Tanaman Pangan (Jagung) dan Hortikultura (Cabai

Merah Keriting) Secara Generatif


Hari/Tanggal : Kamis, 13 Agustus 2020
Tujuan : Untuk Mengetahui Cara/Teknik Mengecambahkan dan Menyemai
pada Tanaman Pangan dan Hortikultura Secara Generatif

Landasan Teori :
Pembiakan generatif adalah pembiakan tanaman dengan menggunakan organ tanaman
hasil dari perkawinan (sexual). Hasil pembiakan tanaman secara generatif lebih dikenal
dengan bibit yang berasal dari biji, sebab bibit ini dikembangkan dari biji. Pembiakan
tanaman secara generatif ini merupakan cara pembiakan yang mudah dilakukan, karena biji
tanaman yang jatuh di tanah baik secara alami maupun melalui tangan manusia akan tumbuh
bila mendapat lingkungan yang cocok.
Tanaman hasil pembiakan generatif biasanya memiliki beberapa kelemahan di
antaranya: tanaman memiliki tajuk yang meninggi dan memiliki perakaran yang dalam,
pertumbuhan vegetatif hasil pembiakan generatif memerlukan waktu yang lebih lama
dibanding dengan pertumbuhan dari hasil pembiakan yang lainnya dan memiliki sifat genetik
yang tidak sama dengan tanaman induknya. Pada umumnya pembiakan tanaman secara
generatif ini dilakukan pada tanaman-tanaman yang tidak bisa atau tidak efisien bila
dilakukan dengan cara lain. Cara pembiakan tanaman dengan biji ini dapat terjadi secara
alami dan dengan campur tangan manusia. Pembiakan secara alami yaitu biji tanaman yang
jatuh di tanah, akan tumbuh menjadi tanaman jika mendapat kondisi lingkungan yang sesuai
untuk pertumbuhannya.
Pertumbuhan tanaman yang diperbanyak dengan biji, mempunyai keseimbangan
perbandingan antara pertumbuhan tanaman di bagian bawah tanah (akar) dengan
pertumbuhan bagian tanaman di atas permukaan tanah (batang beserta tajuknya).
Pertumbuhan tajuk yang meninggi akan sebanding dengan pertumbuhan memanjang akar
tanaman. Dengan demikian, selain pohonnya lebih tinggi, tanaman dari biji pun memiliki
perakaran yang dalam. Pertumbuhan vegetatif tanaman dari biji memerlukan waktu yang
lebih lama dari pada pertumbuhan tanaman dari hasil pembiakan yang lainnya, karena
pertumbuhan tersebut dimulai dari awal (dari biji). Energi awalnya lebih banyak digunakan
untuk pembentukan batang dan tajuk tanaman sehingga pertumbuhan generatifnya lebih
lambat. Dengan demikian diperlukan waktu yang lebih lama untuk menunggu tanaman
berbuah (menghasilkan).
Kelebihan tanaman ini adalah perakarannya kuat, tetapi kelemahannya adalah
pertumbuhan generatifnya lambat dan sifat genetiknya belum tentu sama dengan sifat
induknya. Dengan demikian tidak mengherankan kalau umur berbuahnya pun tidak secepat
tanaman yang berasal dari pembiakan vegetatif.
Adanya kekurangan seperti di atas bukan berarti tanaman yang berasal dari biji ini tak
berguna sama sekali. Tanaman ini masih banyak diperlukan sebagai batang bawah untuk
okulasi atau sambung atau sebagai tanaman penghijauan di lahan lahan kritis yang lebih
mementingkan konservasi lahannya dibanding produksinya. Selain itu beberapa jenis
tanaman tertentu belum dapat atau tidak efisien jika diperbanyak secara vegetatif misalnya
tanaman pangan dan sayuran. Khususnya tanaman buah dan perkebunan, tanaman hasil
pembiakan dari biji dapat dikenali dari sosoknya yang lebih tinggi dan percabangannya lebih
sedikit dibanding dengan tanaman hasil pembiakan vegetatif.
Sifat genetik suatu tanaman dapat ditingkatkan melalui pemuliaan tanaman dengan
cara merakit sifat-sifat unggul yang dimiliki oleh tanaman. Salah satu metode pemuliaan
tanaman yang dapat dilakukan secara sederhana adalah melalui persilangan (penyerbukan
silang) yaitu menggabungkan dua atau lebih sifat unggul yang dimiliki tetuanya dengan
tujuan untuk memperoleh benih hibrida yang unggul. Agar dapat melakukan persilangan
yang menghasilkan benih hibrida sesuai dengan target yang diinginkan, diperlukan
pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan penyerbukan atau persarian.
Perkecambahan benih merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio.
Hasil perkecambahan ini adalah munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji. Proses
pertumbuhan embrio saat perkecambahan benih adalah plumula tumbuh dan berkembang
menjadi pucuk dan radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar. Berdasarkan letak
kotiledon pada saat perkecambahan dikenal dua tipe perkecambahan yaitu hipogeal dan
epigeal.
1. Hipogeal Pada perkecambahan ini terjadi pertumbuhan memanjang dari epikotil yang
menyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah, kotiledon
tetap berada di dalam tanah, contohnya kecambah jagung.
2. Epigeal Pada perkecambahan ini hipokotil tumbuh memanjang akibatnya kotiledon dan
plumula terdorong ke permukaan tanah, sehingga kotiledon berada di atas tanah, contoh
pada kacang hijau. Perbanyakan generatif melalui biji memiliki kelebihan yaitu bibit
yang diperoleh dalam jumlah banyak dengan pertumbuhan yang seragam. Namun
kelemahan perbanyakan dengan cara ini ialah dibutuhkan waktu relatif lebih lama hingga
diperoleh bibit yang siap tanam. Karena itulah cara ini jarang digunakan.
Benih sebagai bahan pembiakan sebaiknya menggunakan benih yang bermutu.
Keuntungan penggunaan benih bermutu adalah dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi
penggunaan benih, karena populasi tanaman yang akan tumbuh dapat diperkirakan
sebelumnya, yaitu dari data (label) daya kecambah dan kemurniannya. Benih dapat
dikatakan baik atau bermutu kalau sudah memenuhi komponen mutu benih, yaitu kriteria
mutu fisik, mutu fisiologis, mutu genetik dan mutu pathologis.
Kriteria benih yang baik secara fisik adalah :
a. Tingkat kebersihan benih
Salah satu ketentuan benih sesuai dengan standar yang telah ditentukan adalah tingkat
kebersihannya dari segala kotoran baik kotoran yang berasal dari sisa-sisa bagian
tanaman maupun kotoran lain (biji-biji herba gulma, potongan tangkai, butiran-
butiran tanah/pasir dll).
b. Ukuran dan keseragaman
Ukuran benih yang dimaksud adalah besar kecilnya volume setiap butir benih. Benih
yang berukuran normal dan seragam akan memiliki struktur embrio yang baik dan
cangan makanan yang cukup.
c. Berat benih
Berat benih yang dimaksud adalah berat setiap butir yang biasanya ditimbang. Untuk
benih berukuran besar, pengukuran dengan cara menimbang 100 butir sedangkan
untuk benih berukuran kecil 1000 butir.
d. Warna benih
Warna benih dapat mengidentifikasi suatu benih terutama untuk mengetahui lamanya
benih tersimpan dan tingkat kesehatan benih dari penyakit benih. Benih yang baik
adalah benih yang memenuhi warna cerah, tidak kusam, mulus, tidak bercak atau
terang sesuai dengan warna dasarnya.
Benih dinyatakan memenuhi kriteria fisiologis benih apabila benih tersebut memiliki
viabilitas dan daya kecambah yang tinggi sesuai dengan persyaratan mutu benih yang telah
ditetapkan. Begitu juga kriteria pathologis bila benih tersebut tidak terinfeksi penyakit sesuai
dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Sedangkan benih dinyatakan memiliki mutu
genetis yang baik bilabenih tersebut memiliki tingkat kemurnian yang tinggi sesuai dengan
persyaratan yang telah ditetapkan.
Sebelum menyemai, satu hal yang perlu dilakukan adalah menghitung kebutuhan
benih dengan cermat. Hal ini terutama diperlukan untuk keperluan benih dalam jumlah yang
besar, perhitungan kebutuhan benih ini akan memberikan beberapa keuntungan, antara lain
adalah untuk efisiensi biaya.
Dengan perhitungan kebutuhan benih yang cermat, akan dapat menghemat biaya dan
dapat menghindari pembengkakan biaya yang diakibatkan oleh kelebihan benih yang
disemai. Proses budidaya selanjutnya akan berjalan lebih baik dengan adanya perhitungan
kebutuhan benih yang cermat, hal ini dimungkinkan dengan diperolehnya benih yang
seragam sehingga memudahkan tehnis budidaya selanjutnya. Dalam perhitungan kebutuhan
benih ini, diperhitungkan juga kebutuhan benih untuk penyulaman sehingga bila ada tanaman
yang mati, dapat diganti dengan benih yang seragam yang telah diperhitungkan sebelumnya.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menghitung kebutuhan benih antara lain
luas lahan, jarak tanam, prosentase daya kecambah benih dan cadangan untuk penyulaman.
Luas lahan jelas akan mempengaruhi jumlah benih yang diperlukan. Semakin luas lahan
penanaman maka semakin banyak benih yang diperlukan. Dengan demikian, semakin
banyak pula biaya yang diperlukan untuk pesemaian. Demikian pula dengan jarak tanam,
semakin lebar jarak tanam yang digunakan maka semakin sedikit jumlah benih yang
diperlukan dan sebaliknya.
Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda
perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk
melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo.
Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan
tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses
perkecambahannya.
Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan
skarifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embryo. Skarifikasi merupakan salah satu
upaya pretreatment atau perawatan awal pada benih, yang ditujukan untuk mematahkan
dormansi, serta mempercepat terjadinya perkecambahan biji yang seragam. Upaya ini dapat
berupa pemberian perlakuan secara mekanis, chemis, maupun fisis.
1. Perlakuan mekanis umumnya dipergunakan untuk memecahkan dormansi benih yang
bersifat impermeabel terhadap air dan O2 serta kulit benih yang terlalu keras.
Perlakuan mekanis ini dapat dilakukan dengan cara mengikir atau menggosok kulit
benih dengan ampelas atau melubangi kulit benih, sehingga benih dengan mudah
dapat dilalui air dan udara.
2. Perlakuan Chemis adalah perlakuan dengan menggunakan bahan-bahan kimia untuk
memecahkan dormansi pada benih agar kulit benih menjadi lunak sehingga lebih
mudah dilalui air pada waktu proses imbibisi. Perlakuan kimia juga dapat mencegah
dan membasmi hama dan penyakit yang menempel pada permukaan kulit benih.
Bahan-bahan kimia yang sering digunakan antara lain pestisida, larutan asam kuat
seperti asam sulfat dan asam nitrat dengan konsentrasi tertentu. Di samping itu dapat
pula digunakan hormon tumbuh untuk memecahkan dormansi pada benih antar lain
cytokinin, gibberellin dan auxin. Contoh perlakuan benih tanaman cabe dengan
perendaman larutan fungisida. Perlakuan ini selain untuk mempercepat
perkecambahan juga untuk melindungi benih dari penyakit rebah semai yang
disebabkan oleh jamur Phytium Sp. pada masa pembibitan dan pindah tanam.
3. Perlakuan Fisis adalah perlakuan dengan pengaruh suhu untuk memecahkan dormansi
pada benih agar kulit benih menjadi lunak sehingga lebih mudah dilalui air pada
waktu proses imbibisi. Perlakuan benih untuk mematahkan dormansi bisa dilihat
pada tabel berikut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan biji :
a. Faktor dari dalam biji
1. Kematangan biji yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai
tidak mempunyai viabilitas tinggi.
2. Ukuran biji yaitu berat biji menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan
berat tanaman pada saat dipanen, karena biji yang berukuran besar dan berat
mengandung cadangan makanan lebih banyak dibandingkan dengan biji yang kecil.
3. Dormansi biji yaitu suatu biji dikatakan dorman apabila biji itu sebenarnya viable
(hidup) tetapi tidak mau berkecambah walaupun pada keadaan lingkungan yang
memenuhi syarat bagi perkecambahannya. Periode dormansi ini dapat berlangsung
musiman atau dapat juga selama beberapa tahun, tergantung pada jenis biji dan tipe
dormansinya.
b. Faktor Luar (Lingkungan)
1. Air merupakan salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses perkecambahan
biji. Dua faktor penting yang mempengaruhi penyerapan air oleh biji adalah
- Sifat dari biji itu sendiri terutama kulit pelindungnya
- Jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya.
2. Temperatur merupakan syarat penting yang kedua bagi perkecambahan biji.
Tanaman pada umumnya dapat diklasifikasikan berdasarkan kebutuhannya akan
temperatur. Temperatur optimum adalah temperatur yang paling menguntungkan
bagi berlangsungnya perkecambahan biji. Pada kisaran temperatur ini terdapat
persentase perkecambahan biji yang tertinggi. Temperatur optimum bagi kebanyakan
biji tanaman adalah antara 26,5O – 35OC (80O – 95O F).
3. Oksigen merupakan proses respirasi akan berlangsung selama biji masih hidup. Pada
saat perkecambahan berlangsung proses respirasi akan meningkat disertai pula dengan
meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan karbondioksida, air dan energi.
Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan mengakibatkan terhambatnya proses
perkecambahan biji. Walupun demikian ada beberapa jenis tanaman yang mempunyai
kemampuan untuk berkecambah pada keadaan yang kurang oksigen.
4. Cahaya merupakan kebutuhan biji terhadap cahaya untuk perkecambahannya
berbedabeda tergantung pada jenis tanaman. Terdapat empat kelompok tanaman yang
dibedakan berdasarkan pengaruh cahaya terhadap perkecambahan biji yaitu:
- Kelompok yang memerlukan cahaya secara mutlak untuk perkecambahannya
- Kelompok yang memerlukan cahaya untuk mempercepat perkecambahannya.
- Kelompok di mana cahaya dapat menghambat perkecambahannya
- Kelompok di mana benih dapat berkecambah sama baik di tempat gelap atau ada
cahaya.

Alat dan Bahan


a. Alat :
Mangkuk, kain dan sendok.
b. Bahan :
Benih cabai merah keriting, benih jagung manis, air panas.

Prosedur Kerja :
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Seleksi benih yang akan dilakukan pengecambahan dengan menggunakan air panas
(perlakuan fisis) selama 5 menit sampai air panasnya menjadi dingin. Benih yang
diseleksi yaitu benih dari kemasan yang dibeli di toko pertanian untuk benih cabai merah
keriting merk “Bintang Asia” dan untuk benih jagung manis merk “Tiga Daun”.
3. Setelah dilakukan seleksi dari benih cabai merah keriting dan benih jagung maka
dilakukan pengecambahan dengan menggunakan kain yang sudah dibasahi dengan air
agar merangsang benih tersebut untuk mengecambah. Lakukan pengecambahan selama 5
hari sampai benih benar-benar mengalami yang pengecambahan. Simpan di tempat yang
terkena sinar matahari sambil di lihat kebutuhan air dari kain tersebut.
4. Setelah 5 hari pengecambahan dilihat pertumbuhan dari benih cabai merah keriting dan
jagung

Hasil Kerja :

Gambar 1. Melakukan penyeleksian pada Gambar 2. Dilakukan perendaman dengan


benih cabai merah keriting menggunakan air panas (perlakuan fisis)

Gambar 3. Dilakukan pengecambahan pada


kain yang telah di basahi setelah Gambar 4. Nampak hasil selama 5 hari
dilakukannya perendaman pengecambahan dari benih cabai merah
keriting

Gambar 5. Nampak hasil selama 5 hari Gambar 6. Dilakukan pengecambahan pada


pengecambahan dari benih cabai merah kain yang telah di basahi setelah
keriting dilakukannya perendaman (benih jagung
manis) sebelumnya sudah diberikan
perlakuan benih secara fisis
Gambar 7. Nampak hasil selama 5 hari Gambar 8. Nampak hasil selama 5 hari
pengecambahan dari benih jagung manis pengecambahan dari benih jagung manis

Pembahasan :
Pemilihan benih merupakan faktor yang amat penting dalam rangkaian budidaya
tanaman, karena benih merupakan awal kehidupan sehingga untuk mendapatkan produksi
yang tinggi perlu dipilih benih yang baik dan bermutu. Benih bermutu dapat digolongkan
menjadi tiga macam yaitu benih bermutu secara genetis, benih bermutu secara fisiologis dan
benih bermutu secara fisik.
Hasil dari pengecambahan selama 5 hari yang sudah dilakukan memberikan hasil
yang kurang maksimal atau mengalami gagal dalam pengecambahan. Benih yang tersebut
tidak menampakkan tanda untuk berkecambah walaupun memang dalam keadaan fisik dari
kedua benih tersebut bisa dikatakan benih segar tidak tumbuh. Dalam kriteria perkecambahan
ada 5 yaitu kecambaha normal, kecambah abnormal, benih keras, benih mati dan benih segar
tidak tumbuh.
Hal ini dipengaruhi oleh keadaan dari benih yang dikecambahkan seperti pada benih
cabai merah keriting dan jagung walaupun sudah dilakukan yang namanya pretreatment
dengan menggunakan perlakuan benih secara fisis dengan air panas selama 5 menit dan bisa
dipengaruhi oleh lama perendaman atau tahap penyeleksian benih, benih tersebut mengalami
dormansi benih dan benih tersebut dalam masa kadaluarsa yang dapat memberikan hasil yang
kurang maksimal dalam tahap pengecambahan. Pada tahap ini tidak bisa dilanjutkan sampai
dengan menyemai benih yang dikecambahkan karena tidak ada benih yang berkecambah.
Terdapat faktor yang dapat mempengaruhi proses perkecambahan mulai dari faktor dari
benih kriteria benih, dormansi benih dan perlakuan khusus benih yang akan dipakai. Faktor
dari luar benih yaitu air, suhu dan kelembapan, oksigen dan cahaya matahari.
Benih bermutu secara genetis merupakan benih yang berasal dari benih murni dari
spesies/varietas yang dapat menunjukkan identitas secara genetis dari tanaman induknya,
seperti berumur pendek/genjah, produksi tinggi, tahan terhadap penyakit, respon terhadap
pemupukan beradaptasi baik pada lingkungan. Benih bermutu secara fisiologis adalah benih
yang mempunyai daya tumbuh tinggi, percepatan perkecambahannya tinggi dan viabilitas
tinggi. Benih bermutu secara fisik merupakan benih berkualitas yang ditunjukkan
berdasarkan kualitas fisiknya.
Untuk mendapatkan hasil pertumbuhan yang baik maka benih yang digunakan harus
dipilih berdasarkan kriteria yaitu benih bersih dari kotoran, benih berisi atau bernas, warna
benih cerah, ukuran benih normal dan seragam. Untuk mempercepat proses perkecambahan
dan untuk mencegah adanya patogen yang terbawa oleh benih, maka sebelum benih
dikecambahkan perlu diberi perlakuan. Beberapa perlakuan yang bisa dilakukan antara lain:
perlakuan kimia, fisik dan fisis.
Dormansi fisik sering terjadi pada biji tanaman sayuran dan beberapa jenis tanaman
kehutanan. Penyebabnya adalah kulit biji yang tidak dapat dilewati oleh air. Dormansi
mekanis sering terjadi. Penyebabnya adalah kulit biji yang terlalu keras sehingga sulit
ditembus calon akar dan tunas. Dormansi kimia sering terjadi pada biji yang mengandung
lapisan pektin. Penyebabnya adalah adanya kandungan zat tertentu di dalam biji yang
menghambat perkecambahan.

Kesimpulan :
Dalam tahap pengecambahan baik benih cabai merah keriting (sayuran)

maupun benih jagung (tanaman pangan) tidak memberikan hasil yaitu kecambah pada hari ke

– 5 walaupun benih tersebut menunjukkan benih segar tidak tumbuh. Maka pada praktik ini

tidak dilanjutkan sampai menyemai dikarenakan benih tidak berkecambah. Perlakuan yang

dipakai bisa kurang maksimal dalam pengerjaannya harus menggunakan zat pengatur tumbuh

agar dapat merangsang pertumbuhan dari perkecambahan tersebut lebih cepat. Terdapat

faktor yang dapat mempengaruhi proses perkecambahan mulai dari faktor dari benih kriteria

benih, dormansi benih dan perlakuan khusus benih yang akan dipakai. Faktor dari luar benih

yaitu air, suhu dan kelembapan, oksigen dan cahaya matahari.

Anda mungkin juga menyukai