Anda di halaman 1dari 9

ACARA IV

PENGENALAN BENIH

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada bidang pertanian tentu tidak akan pernah terlepas dari kata benih
dan bibit. Berdasarkan undang-undang no 12 tahun 1992, benih
didefinisikan sebagai tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk
memperbanyak dan/atau mengembangbiakan tanaman, sedangkan bibit
adalah bakal terjadinya suatu tanaman. Benih merupakan salah satu bahan
dasar dalam budidaya tanaman yang sangat memegang peranan penting,
baik dalam memperbanyak tanaman maupun dalam mendapatkan hasil
produksi dari tanaman.

Setiap jenis tanaman memiliki karakteristik benih yang berbeda, baik


dari tekstur, kilapan, warna, bentuk maupun sifat fisiologisnya. Jumlah
kotiledon pada benih juga berbeda-beda, ada yang berbiji satu dinamakan
sebagai monokotil dan berbiji dua atau lebih dinamakan sebagai dikotil.
Dengan demikian, karakteristik benih dari setiap jenis tanaman secara
mudah dapat dibedakan dengan hanya melihat ciri-ciri eksternalnya. Oleh
karena itu, pada praktikum ini akan dilakukan pengamatan terhadap
berbagai benih tanaman mulai dari benih tanaman pangan, sayur, dan buah.

B. Tujuan

Berdasarkan uraian latar belakang, praktikum ini bertujuan untuk:

1. mengetahui dan mengidentifikasi bermacam-macam benih

2. mengetahui penggolongan benih berdasarkan sifat fisiologis

3. mengetahui penggolongan benih berdasarkan jumlah kotiledon.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Benih merupakan calon bibit tanaman yang dapat tumbuh menjadi


individu baru dan kemudian akan menghasilkan suatu produk. Dengan
demikian, bibit dapat didefinisikan sebagai benih yang sudah tumbuh atau
berkecambah. Pada budidaya tanaman, benih dapat berkembang menjadi
bibit karena telah mengalami proses persemaian. Pada kebanyakan budidaya
tanaman, persemaian biasanya dilakukan di suatu lokasi tertentu sebelum
dipindahkan ke lapangan untuk ditanam. Hal ini bertujuan untuk menjamin
keberhasilan penanaman setelah berada di lapangan. Sebelum proses
persemaian tersebut dilakukan, benih yang digunakan harus melawat proses
seleksi terlebih dahulu supaya bisa mendapatkan tanaman yang baik yang
dapat tumbuh dengan optimal (Syafei, 1990).

Persemaian merupakan salah satu cara untuk mendapatkan suatu bibit


dengan melakukan broadcasting (penyebaran) biji ke suatu media tumbuh
yang sudah disiapkan. Media tumbuh yang biasa digunakan adalah tanah.
Tanah yang digunakan tersebut harus merupakan tanah yang mampu
menyediakan air, udara, dan unsur hara yang cukup sehingga benih dapat
tumbuh dengan optimal. Setelah persemaian tersebut dilakukan biasanya
benih akan tumbuh setelah 4 hari bila diikuti dengan perawatan yang baik
(Larios, 2014).

Pada proses penyebaran benih (biji), apabila dilakukan pada lahan


yang tidak mempunyai kandungan air, udara, dan unsur hara yang cukup
misalnya pada lahan yang terlalu basah atau kering, maka pertumbuhan
benih akan terhambat. Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan lahan yang
kering, lahan basah masih tetap lebih efektif karena air merupakan unsur
yang paling utama untuk mendorong proses perkecambahan. Oleh karena
itu, apabila persemaian dilakukan pada lahan yang kering, maka benih yang
digunakan harus berupa benih yang tahan terhadap kondisi cekaman kering
sehingga benih tetap tumbuh walaupun dalam kondisi air yang sedikit
(Sevik, 2015).

Faktor lainnya yang juga sangat memengaruhi keberhasilan suatu


benih untuk dapat tumbuh optimal adalah benih yang digunakan.
Penggunaan benih yang unggul dan bermutu tinggi akan menghasilkan
tanaman yang baik sehingga kuantitas dan kualitas hasilnya pun juga akan
baik. Mutu benih mencakup mutu fisik, fisiologis, dan genetis serta
memenuhi persyaratan kesehatan benih (Widajati et al., 2013). Mutu fisik
benih diukur dari keberhasilan benih, bentuk, ukuran, dan warna cerah yang
homogen serta benih tidak mengalami kerusakan mekanis atau kerusakan
karena serangan hama dan penyakit. Mutu fisiologis diukur dari valiabilitas
benih, kadar air, dan daya simpan benih. Sementara mutu genetik diukur
dari tingkat kemurniannya.

Berdasarkan potensi fisiologisnya, benih diikelompokan menjadi tiga,


yaitu benih ortodoks, rekalsitran, dan intermediate (Yuniarti, 2016). Benih
ortodoks merupakan benih yang toleran terhadap penurunan kadar air (di
bawah 10%) dan penyimpanan pada suhu rendah serta relatif lebih tahan
bila disimpan dalam jangka waktu lama. Benih rekalsitran merupakan benih
yang mudah rusak akibat pengeringan dan tidak mampu bertahan jika
disimpan pada suhu rendah. Oleh sebab itu, benih rekalsitran tidak dapat
disimpan dalam waktu lama. Benih intermediate merupakan benih yang
mempunyai sifat seperti benih ortodoks dan rekalsitran. Selain berdasarkan
fisiologisnya, benih juga dapat dikelompokan berdasarkan jumlah
kotiledonnya, yaitu dikotil dan monokotil. Benih dikotil mempunyai jenis
perkecambahan dimana kotiledon terangkat ke permukaan tanah yang
disebut perkecambahan epigeal, sedangkan benih monokotil akan
mengalami perkecambahan hipogeal, yaitu kotiledon tetap berada di dalam
tanah saat proses perkecambahan.
III. METODOLOGI

Praktikum Dasar-dasar Agronomi acara IV yang berjudul “Pengenalan


Benih” dilaksanakan pada hari Jumat, 15 Maret 2019 di Laboratorium
Manajemen Produksi Tanaman, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pada praktikum ini
digunakan bahan berupa benih tanaman dari berbagai jenis tanaman pangan,
buah, dan sayuran. Benih tanaman pangan yang digunakan, yaitu Padi
(Oryza sativa), kedelai (Glycine max), kacang tanah (Arachis hypogaea),
kacang hijau (Vigna radiata), dan jagung (Zea mays). Benih tanaman buah
yang digunakan adalah Salak (Salacca zalacca), jeruk (Citrus sp.), sirsak
(Annona muricata), dan pepaya (Carica Papaya), sedangkan benih tanaman
sayur yang digunakan adalah kangkung (Ipomea aquatica) dan sawi
(Brassia juncea). Pada praktikum ini juga digunakan benih dari biji saga
(Abrus precatorius).

Pada praktikum ini dilakukan pengamatan secara kualitatif terhadap


bagian eksternal benih. Bagian yang diamati tersebut meliputi bentuk,
warna, kilapan, dan tekstur. Setelah itu, hasil pengamatan tersebut ditulis
dalam bentuk tabel dan benih yang diamati digambar. Selanjutnya 10 benih
dari masing-masing jenis tanaman hasil pengamatan disimpan dalam
petridis yang sudah dilapisi dengan kertas saring. Benih kemudian disimpan
selama satu minggu dalam kondisi kering dan hasilnya diamati.

Benih yang sudah disimpan tersebut selanjutnya dikecambahkan


dalam petridis dengan kondisi benih dan kertas saring yang sudah dibasahi.
Setelah itu, ditunggu selama satu minggu sambil diperhatikan kondisi benih
dan kertas saring harus dalam kondisi basah. Setelah satu minggu, gaya
berkecambah masing-masing benih dihitung dengan rumus berikut:

Jumlah biji yang berkecambah


GB= ×100 %
total biji yang dikecambahkan
B. Pembahasan

Perbanyakan tanaman adalah multiplikasi tanaman, baik secara


seksual maupun aseksual. Keberhasilan dalam perbanyakan tanaman
tentunya memerlukan pengetahuan tentang pertumbuhan dan perkembangan
tanaman serta morfologi tanaman. Hal tersebut diperlukan karena setiap
jenis tanaman mempunyai cara perbanyakan yang berbeda-beda. Akan
tetapi, sebagian besar reproduksi tanaman biasanya terjadi secara seksual,
yaitu dengan memproduksi biji. Apabila biji tersebut telah mengalami
perlakuan khusus dan dijadikan sebagai sarana untuk memperbanyak
tanaman, maka biji tersebut dapat dimaknai sebagai benih. Pengertian benih
tersebut tidak hanya terbatas pada biji yang digunakan untuk memperbanyak
tanaman saja, tetapi sebagai tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk
memperbanyak tanaman. Dengan demikian, benih juga dapat berupa daun,
akar, dan batang. Selanjutnya apabila benih tersebut tumbuh, maka akan
disebut sebagai bibit.

Pada proses produksi tanaman, benih memiliki peranan yang sangat


penting dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi peranian.
Dengan demikian, indentifikasi benih sangat diperlukan supaya dapat
diperoleh tanaman yang mampu tumbuh dan berproduksi secara optimal
sehingga menghindari kerugian waktu, tenaga, dan biaya yang disebabkan
karena benih tidak tumbuh. Selain itu, pengetahuan tentang identitas benih
juga bermanfaat dalam kegiatan produksi, pengolahan, penyimpanan, dan
pemasaran untuk mendapat benih yang bermutu tinggi.

Berdasarkan potensi fisiologisnya, benih dikelompokan menjadi tiga,


yaitu benih ortodoks, rekalsitran, dan intermediate (Yuniarti, 2016). Benih
ortodoks merupakan benih yang toleran terhadap penurunan kadar air dan
suhu rendah, sedangkan benih rekalsitran merupakan benih yang mudah
rusak akibat pengeringan dan tidak mampu bertahan jika disimpan pada
suhu rendah. Benih yang mempunyai sifat seperti benih ortodoks dan
rekalsitran disebut sebagai benih intermediate. Selain itu, benih juga dapat
dikelompokan berdasarkan jumlah kotiledonnya, yaitu dikotil dan
monokotil. Benih dikotil mempunyai jenis perkecambahan epigeal,
sedangkan benih monokotil akan mengalami perkecambahan hipogeal.

Pada benih tanaman pangan diketahui bahwa padi (Oryza sativa)


memiliki bentuk biji yang panjang dengan kedua bagian ujungnya runcing,
kulit biji berwarna kuning tanpa kilapan dan bertekstur kasar. Biji padi
memiliki sifat fisiologis benih yang ortodoks dan jumlah kotiledonnya satu
sehingga termasuk dalam monokotil. Gaya berkecambah padi pada
percobaan ini adalah 100%. Hasil penelitian Prabhandaru dan Saputro
(2017) menunjukan bahwa benih padi memiliki gaya berkecambah
mencapai 80%. Perbedaan nilai tersebut disebabkan karena jenis varietas
yang digunakan pada penelitian Prabhandaru dan Saputro (2017) adalah
varietas lokal SiGadis. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa varietas
padi pada percobaan ini lebih unggul dibandingkan varietas lokal SiGadis,
bila faktor lainnya tetap.

Jenis tanaman pangan yang selanjutnya adalah kedelai (Glycine max),


kacang tanah (Arachis hypogaea), dan kacang hijau (Vigna radiata). Biji
kedelai dan kacang tanah termasuk dalam benih dikotil yang bersifat
ortodoks, sedangkan benih kacang hijau termasuk dalam benih monokotil
yang bersifat ortodoks. Biji kedelai berbentuk bulat dengan kulit berwarna
krem tanpa kilapan dan bertekstur licin, biji kacang tanah berbentuk lonjong
dengan kulit berwarna coklat muda tanpa kilapan dan bertekstur sedikit
kasar, sementara biji kacang hijau memiliki bentuk bulat lonjong dengan
kulit berwarna hijau tanpa kilapan dan bertekstur halus. Hasil pengamatan
menunjukan bahwa biji kedelai memiliki gaya berkecambah mencapai 70%,
biji kacang tanah 0%, dan biji kacang hijau 50%. Daya berkecambah dari
ketiga jenis benih ini termasuk rendah karena daya berkecambah minimal
untuk benih adalah 80% (Tustiyani et al., 2016). Benih jagung (Zea mays)
yang digunakan pada percobaan ini juga memiliki daya berkecambah yang
rendah, yaitu 0%. Biji jagung memiliki bentuk trapesium berisi dengan kulit
berwarna kuning berkilap dan bertekstur halus. Benih jagung memiliki sifat
fisiologis ortodok dengan jumlah kotiledon satu.

Benih tanaman buah yang digunakan pada percobaan ini adalah salak
(Salacca zalacca), jeruk (Citrus sp.), sirsak (Annona muricata), dan pepaya
(Carica Papaya). Benih salak mempunyai bentuk ¼ bola dengan warna
kulit coklat tanpa kilapan dan bertekstur sedikit halus dan kasar, benih jeruk
memiliki bentuk bulat yang tak beraturan denga warna kulit kuning
kehijauan tanpa kilapan dan bertekstur kasar, benih sirsak berbentuk lonjong
sedikit oval dengan kulit berwarna coklat mengkilap dan bertekstur halus,
sedangkan benih pepaya memiliki bentuk bulat yang sedikit lonjong dengan
kulit berwarna coklat kehitaman tanpa kilapan dan bertekstur kasar. Masing-
masing benih memiliki sifat fisiologis rekalsitran, kecuali benih pepaya
yang memiliki sifat intermediate. Salak dan pepaya termasuk ke dalam kelas
monokotil, sedangkan jeruk dan sirsak termasuk ke dalam kelas dikotil.
Daya berkecambah dari masing-masing benih tanaman buah tersebut
sangatlah rendah, yaitu 0%. Hal tersebut disebabkan karena pada umumnya
benih tanaman buah merupakan benih yang tidak tahan terhadap suhu
rendah.

Benih tanaman sayur yang digunakan pada percobaan ini adalah


kangkung (Ipomea aquatica) dan sawi (Brassia juncea). Benih kangkung
memiliki bentuk ¼ bola dengan kulit berwarna ungu tanpa kilapan dan
bertekstur halus, sedangkan benih sawi memiliki bentuk seperti bola dengan
kulit berwarna hitam kecoklatan tanpa kilapan dan bertekstur halus. Benih
kangkung dan sawi termasuk ke dalam jenis benih monokotil dengan sifat
fisiologis ortodoks. Gaya berkecambah benih kangkung mencapai 60%,
sedangkan benih sawi 40%. Nilai tersebut menunjukan bahwa daya
berkecambah rendah karena daya berkecambah minimal untuk benih adalah
80% (Tustiyani et al., 2016).
V. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan:

1. Identifikasian benih dapat dilakukan secara kualitatif dengan


melihat bagian eksternal benih

2. Secara fisiologis benih dikelompokan menjadi tiga, yaitu benih


ortodoks, rekalsitran, dan intermediet, serta;

3. Berdasarkan jumlah kotiledon, benih dikelompokan menjadi dua,


yaitu monokotil dan dikotil.

DAFTAR PUSTAKA

Larios, E., Burquez, A., Burquez, J. X. Becerra, D. L. Venable. 2014. Natural


selection in seed size through the lif cycle of adesert annual plant.
Ecological Society of America. 95(11): 3213-3220.

Prabhandaru, I. dan T. B. Saputro. 2017. Respon perkecambahan benih padi


(Oryza sativa L.) varietas lokal SiGadis hasil Iradiasi sinar gamma. Jurnal
Sains dan Seni ITS. 6(2): 48-52.

Sevik, H. and M. Cetin. 2015.Effects of water stress on seed germination for


select landscape plants. Polish Journal of Environmental Studies. 24(2):
689-693.

Syafei. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB, Bandung.

Tustiyani, I., R. A. Pratama, dan D. Nurdiana. 2016. Pengujian viabilitas dan


vigor dari tiga jenis kacang- kacangan yang beredar di pasaran Daerah
Samarang, Garut. Jurnal Agroekotek. 8(1): 16-21.

Widajati, E., E. Murniati, E. R. Palupi, T. Kartika, M. R. Suhartanto, S. Qadir.


2013. Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. IPB Press, Bogor.

Yuniarti, N., Nurhasybi, dan Darwo. 2016.Karakteristik benih kayu bawang


(Azadirachta excelsa (Jack) Jacobs) berdasarkan tingkat pengeringan dan
ruang penyimpanan. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 13(2): 105-112.
LAMPIRAN

Proses perkecambahan dalam petridis

Anda mungkin juga menyukai