Anda di halaman 1dari 104

ACARA I

PERLAKUAN DAN PENYIMPANAN BENIH

A. Tujuan Praktikum
Mengetahui cara penyimpanan dan perlakuan benih, pengaruhnya terhadap
mutu benih.

B. Tinjauan Pustaka
Biji (grain) dan Benih (seed) memiliki arti dan pengertian yang
bermacam-macam, tergantung dari segi mana meninjaunya. Meskipun biji dan
benih memiliki jumlah, bentuk, ukuran, warna, bahan yang dikandungnya dan
hal-hal lainnya berbeda antara satu dengan lainnya, namun sesungguhnya
secara alamiah merupakan alat utama untuk mempertahankan/menjamin
kelangsungan hidup suatu spesies dialam. Secara botanis/struktural, biji dan
benih tidak berbeda antara satu dengan lainnya, keduanya berasal dari zygote,
berasal dari ovule, dan mempunyai struktur yang sama. Secara fungsional biji
dengan benih memiliki pengertian yang berbeda (Sarijiah, 2010).
Benih merupakan simbol dari suatu permulaan, yang merupakan inti
kehidupan dari alam semesta dan yang paling penting adalah kegunaannya
sebagai penyambung dari kehidupan tanaman. Benih adalah biji tanaman yang
digunakan untuk tujuan pertanaman. Pada konteks agronomi, benih dituntut
untuk bermutu tinggi sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman yang
berproduksi maksimum dengan sarana teknologi yang maju (Sutopo, 2010).
Perawatan Benih atau 'Seed-Treatment' sebelum tanam adalah bertujuan agar
benih dapat berkecambah dan tumbuh dengan sehat serta kuat terhadap
serangan hama dan penyakit pada fase awal pertumbuhan atau di persemaian.
Selain itu perawatan benih juga dapat mematahkan dormansi dari benih-benih
tertentu.
Benih dengan mutu tinggi sangat diperlukan karena merupakan salah satu
sarana untuk dapat menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimal. Mutu
benih mencakup pengertian (Sutopo, 2010):

1
2

1. Mutu genetik yaitu penampilan benih murni dari spesies atau varietas
tertentu yang menunjukkan identitas genetikdari tanaman induknya,
mulai dari benih penjenis, benih dasar, benih pokok sampai benih sebar.
2. Mutu fisiologis yaitu menampilkan kemampuan daya hidup atau
viabilitas benih yang mencakup daya kecambah dan kekuatan tumbuh
benih.
3. Mutu fisik merupakan penampilan benih secara prima bila dilihat secara
fisik, antara lain dari ukuran atau homogen, bernas, bersih dari campuran
benih lain, biji gulma dan dari berbagai kontaminan lainnya, serta
kemasan yang menarik.
Penyimpanan benih merupakan suatu bagian penting dari usaha untuk
mempertahankan mutu benih sebelum ditanam di lapang. Benih setelah
melalui tahapan pengolahan (seed processing) biasanya dikemas untuk
selanjutnya dipasarkan dan disimpan dalam gudang sebagai cadangan untuk
mengantisipasi kebutuhan benih pada masa tanam berikutnya. Selama benih
dalam tahapan pemasaran atau disimpan dalam gudang akan beresiko
mengalami kemunduran (deteriorasi) dan tidak lepas dari resiko kerusakan
akibat serangan hama, yang kedua-duanya akan menyebabkan penurunan
mutu. Oleh karenanya pengetahuan mengenai teknik dalam melakukan
penyimpanan benih merupakan suatu yang penting (Fahrudin, 2013).
Tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan
viabilitas yang maksimum selama mungkin, jadi jangan sampai simpanan
enersi yang dimiliki benih menjadi bocor dan benih sudah tidak mempunyai
cukup enersi untuk tumbuh pada saat ditanam (Sutopo, 2010). Benih ortodok
merupakan benih yang toleran terhadap penurunan kadar air (kurang dari
10%) dan penyimpanan pada suhu rendah; relative lebih tahan disimpan
dalam jangka waktu lama (Yuniarti et al., 2011). Cara penyimpanan benih
ortodok, yaitu sebelum disimpan, benih dikeringkan terlebih sampai kadar air
mencapai 5-8%, kemudian benih dimasukkan ke dalam wadah kedap udara
untuk menghindari penyerapan kembali kelembaban udara luar karena benih
ortodok memerlukan wadah simpan yang kedap udara. Benih ortodok dapat
3

disimpan lebih dari satu tahun jika memperhatikan kondisi penyimpanan


(kadar air benih, suhu penyimpanan) dan wadah simpan (Yuniarti et al.,
2011).
Benih rekalsitan merupakan benih cepat rusak yang tidak tahan terhadap
pengeringan dan tidak dapat disimpan pada temperature rendah, sehingga
tidak mampu disimpan lama. Benih intermediate (semi ortodok dan semi
rekalsitran) merupakan benih yang mempunyai sifat seperti benih ortodok
(dapat dikeringkan hingga kadar air agak rendah) tetapi tidak tahan terhadap
temperature rendah, seperti sifat pada benih rekalsitran (Yuniarti et al., 2011).
Penyimpanan benih rekalsitran dalam ruang pendingin dapat
mempertahankan daya kecambah benih hingga 2 bulan. Penyimpanan lebih
dari 2 bulan mengakibatkan benih berlendir dan daya kecambah menurun
(Balai Penelitian Sembawa, 2010). Hingga saat ini media yang biasa
digunakan yaitu sebuk gergaji karena serbuk gergaji mempunyai sifat lambat
lapuk sehingga media ini sangat baik untuk menyimpan air dan dapat
mempertahankan kelembaban di sekitar benih (Sumampow, 2010).
Cara penyimpanan benih ortodok, yaitu sebelum disimpan, benih
dikeringkan terlebih sampai kadar air mencapai 5-8%, kemudian benih
dimasukkan ke dalam wadah kedap udara untuk menghindari penyerapan
kembali kelembaban udara luar karena benih ortodok memerlukan wadah
simpan yang kedap udara. Benih ortodok dapat disimpan lebih dari satu tahun
jika memperhatikan kondisi penyimpanan (kadar air benih, suhu
penyimpanan) dan wadah simpan (Yuniarti et al., 2011). Benih jagung
termasuk dalam golongan benih ortodoks yang dalam penyimpanannya
dibutuhkan kadar air yang rendah yaitu 11-12% untuk mempertahankan masa
simpannya sehingga viabilitas dan vigornya tidak cepat menurun (Widodo,
1991 dalam Rahmawati, 2011).
Benih rekalsitan merupakan benih cepat rusak yang tidak tahan terhadap
pengeringan dan tidak dapat disimpan pada temperature rendah, sehingga
tidak mampu disimpan lama. (Yuniarti et al., 2011). Sifat-sifat benih
rekalsitran adalah a) berukuran besar, b) memiliki kadar air benih antara 30-
4

70%, dengan variasi kadar air yang besar diantara individu benih ketika
terlepas dari tanaman induk (shedding), c) tidak toleran terhadap suhu rendah
dan beku (chilling and freezing injury), d) mudah terkontaminasi
mikroorganisme, e) periode penyimpanan yang singkat, f) mudah
berkecambah di penyimpanan dan g) peka terhadap penurunan air pada saat
proses pembentukan benih dan saat terlepas dari tanaman induk (Pammenter
dan Berjak, 2008).
Penyimpanan benih rekalsitran dalam ruang pendingin dapat
mempertahankan daya kecambah benih hingga 2 bulan. Penyimpanan lebih
dari 2 bulan mengakibatkan benih berlendir dan daya kecambah menurun,
seperti pada sorgum dan kedelai (Balai Penelitian Sembawa, 2010). Hingga
saat ini media yang biasa digunakan yaitu sebuk gergaji karena serbuk gergaji
mempunyai sifat lambat lapuk sehingga media ini sangat baik untuk
menyimpan air dan dapat mempertahankan kelembaban di sekitar benih
(Sumampow, 2010).
Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan
bisa digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi atau cendawan
(Wudianto R, 2010). Berdasarkan penelitian Ramadanil dan Alam (1997),
ekstrak limbah serbuk gergaji dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pestisida untuk mengendalikan hama Helopelthis angtonii Sign.
Serbuk gergaji sebagai salah satu bentuk limbah industri perkayuan yang
memiliki bobot kering relatif beragam dan jumlahnya melimpah merupakan
bahan potensial yang kemungkinan dapat dimanfaatkan sebagai media
penyimpanan benih karena serbuk gergaji merupakan zat penyerap. Serbuk
gergaji sebenarnya merupakan bahan organik potensial yang dapat
dimanfaatkan sebagai media pertumbuhan karena disamping dapat
menyokong pertumbuhan akar, juga mengandung unsur-unsur hara yang
diperlukan bagi pertumbuhan tanaman (Bambang, 2018).
5

C. Alat dan Bahan


1. Benih jeruk dan kedelai
2. Plastik pembungkus benih 2
3. Pasir,
4. Bak perkecambahan
5. Kertas merang

D. Langkah Kerja
Untuk perlakuan benih dengan fungisida:
a. Larutkan atau encerkan fungisida dengan takaran sesuai merek dagang
masing-masing atau 1 sdm dalam 1 L air
b. Masukkan benih kedalam larutan fungisida selama 10 menit
c. Setelah 10 menit, tiriskan benih dan biarkan benih kering angina
ORTODOK: KEDELAI (20 benih tiap perlakuan = 100 benih)
1. Disimpan dalam ruang AC + dengan (20 benih) / tanpa fungisida (20
benih)
a. Siapkan alat dan bahan
b. Masukkan benih ke dalam plastic bening kecil
c. Beri label perlakuan pada plastic agar tidak tertukar
d. Simpan benih di dalam kulkas
2. Disimpan dalam ruang kamar + dengan (20 benih) / tanpa fungisida (20
benih)
a. Siapkan alat dan bahan
b. Masukkan benih ke dalam plastic bening kecil
c. Beri label perlakuan pada plastic agar tidak tertukar
d. Simpan benih di dalam ruang kamar
3. Ditanam / dikecambahkan untuk uji daya kecambah (20 benih)
a. Siapkan alat dan bahan
b. Masukkan media pasir / tanah ke dalam baki semai hingga tinggi
media -+ 5-6 cm
c. Lembabkan media dengan air
6

d. Tanam benih dalam media, dengan jarak -+ 5 cm antar benih


e. Pastikan media tetap lembab setiap hari

REKALSITRAN: JERUK (20 benih tiap perlakuan = 100 benih)


Pastikan benih jeruk sudah hilang lendirnya (bisa dicuci dulu kemudian
dikering anginkan)
1. Disimpan dalam serbuk gergaji + dengan (20 benih) / tanpa fungisida (20
benih)
a. Siapkan alat dan bahan
b. Lembabkan serbuk gergaji dengan air
c. Setelah serbuk gergaji lembab, masukkan dalam plastic bening besar
(ukuran 2 kg)
d. Lubangi (merata dan secukupya) plastic bening kecil menggunakan
jarum
e. Masukkan benih ke dalam plastic bening kecil yang telah dilubangi
f. Masukkan benih (poin e) ke dalam serbuk gergaji lembab dalam
plastik besar. Pastikan posisinya berada di tengah serbuk gergaji.
g. Beri label perlakuan pada plastic agar tidak tertukar
h. Simpan benih (poin f) di dalam ruang kamar

2. Disimpan dalam tanpa serbuk gergaji + dengan (20 benih) / tanpa


fungisida (20 benih)
a. Siapkan alat dan bahan
b. Masukkan benih ke dalam plastic bening kecil (tanpa dilubangi)
c. Beri label perlakuan pada plastic agar tidak tertukar
7

d. Simpan benih di dalam ruang kamar


3. Ditanam / dikecambahkan untuk uji daya kecambah (20 benih)
a. Siapkan alat dan bahan
b. Masukkan media pasir / tanah ke dalam baki semai hingga tinggi
media -+ 5-6 cm
c. Lembabkan media dengan air
d. Tanam benih dalam media, dengan jarak -+ 5 cm antar benih
e. Pastikan media tetap lembab setiap hari

E. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Benih Ortodoks
Benih berjamur (%)
Daya kecambah (%)
Perlakuan
Sb Sd Sb Sd

Ruang AC

Fungisida
I 0% 0% 0% 45%
II 0% 0% 70% 65%
III 0% 0% 0%
Rerata 0% 0% 35% 36,66%
Tanpa
Fungisida 0% 0% 0% 45%
I 0% 0% 70% 65%
II 0% 0% 0%
III 0% 0% 35% 36,66%
Rerata
Rerata Total 0% 0% 35% 37,49%

Ruang Kamar

Fungisida
I 0% 0% 0% 45%
II 0% 0% 70% 80%
III 0% 0% 75%
Rerata 0% 0% 35% 66,66%
Tanpa
Fungisida 0% 0% 0% 60%
I 0% 75% 70% 10%
II 0% 0% 95%
8

III 0% 25% 35% 55%


Rerata
Rerata Total 0% 25% 35% 60,83%

Sumber : Praktikum Teknologi Benih 2021


Sb: Sebelum Sd: Sesudah
Tabel 1.2 Hasil Pengamatan Benih Rekalsitran
Benih
Benih berjamur
berkecambah (%) Daya kecambah (%)
Perlakuan (%)
Sb Sd Sb Sd Sb Sd
Serbuk Gergaji

Fungisida
I 0% 0% 0% 100% 15% 0%
II 0% 0% 0% 100% 40% 0%
III 0% 0% 0% 60% 0%
Rerata 0% 0% 0% 86,67% 27,5% 0%
Tanpa
Fungisida 0% 0% 0% 100% 15% 0%
I 0% 0% 0% 100% 40% 0%
II 0% 0% 0% 70% 10%
III 0% 0% 0% 90% 27,5% 3,33%
Rerata
Rerata Total 0% 0% 0% 88,34% 27,5% 1,66%
Tanpa S. Gergaji

Fungisida
I 0% 0% 0% 10% 15% 90%
II 0% 0% 0% 0% 40% 0%
III 0% 0% 0% 0% 0%
Rerata 0% 0% 0% 3,33% 27,5% 30%
Tanpa
Fungisida 0% 0% 0% 25% 15% 75%
I 0% 0% 0% 100% 40% 0%
II 0% 0% 0% 100% 0%
III 0% 0% 0% 75% 27,5% 25%
Rerata
Rerata Total 0% 0% 0% 39,17% 27,5% 27,5%
Sumber: Praktikum Teknologi Benih 2021
Ket : Sb : Sebelum, Sd : Sesudah
9

F. Pembahasan
Benih mempunyai pengertian ialah merupakan biji tanaman yang
dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan usaha tani serta memiliki
fungsi agronomis (Lesilolo et al, 2018). Selanjutnya Sadjad (1997) dalam
Lesilolo dkk (2018) menyatakan bahwa dalam konteks agronomi, benih
dituntut untuk bermutu tinggi atau benih unggul, sebab benih harus mampu
menghasilkan tanaman yang dapat berproduksi maksimum dengan sarana
teknologi yang semakin maju. Menurut Syaputra dkk (2012), Benih
merupakan bahan tanam yang sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil
panen yang tinggi. Bahan tanam merupakan suatu awal keberhasilan suatu
proses produksi.
Pada praktikum ini penyimpanan benih ortodoks dilakukan dengan 2
metode yaitu penyimpanan 20 benih dalam kantung beraerasi dalam suhu
ruang AC dan suhu ruang kamar dengan perlakuan fungisida dan tanpa
fungisida sebanyak 3 ulangan pada masing-masing metode. Pada
penyimpanan benih ortodoks tanpa fungisida, 20 benih langsung dimasukkan
ke dalam plastik bening, sedangan penyimpanan benih ortodoks dengan
fungisida 20 benih terlebih dahulu direndam dalam larutan fungisida selama
10 menit kemudian dimasukkan ke dalam plastik bening, selanjutnya pada
masing-masing plastik diberi label agar tidak tertukar. Parameter pengamatan
yang digunakan adalah adanya serangan cendawan pada benih dan daya
kecambah benih sebelum dan sesudah ditanam. Pada penyimpanan benih
rekalsitran dilakukan dengan 2 metode yaitu penyimpanan 20 benih
rekalsitran dengan dan tanpa serbuk gergaji. Masing-masing metode diberi
perlakuan dengan fungisida dan tanpa fungisida sebanyak 3 ulangan.
Parameter pengamatan yang digunakan adalah perkecambahan benih pada
saat masa penyimpanan, adanya pertumbuhan jamur pada benih, dan daya
kecambah benih sebelum dan sesudah ditanam. Uji daya kecambah pada
benih ortodok dan rekalsitran dilakukan dengan menanam benih pada bak
plastik menggunakan media pasir.
10

Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel benih ortodok, penyimpanan


pada ruang AC dengan fungisida memiliki rata – rata benih berjamur baik
sebelum dan sesudah penyimpanan adalah 0% , rata – rata daya kecambah
sebelum perlakuan 35% dan rata – rata daya kecambah sesudah perlakuan
adalah 36,66%. Penyimpanan ruang AC tanpa fungisida memiliki rata – rata
benih berjamur sebelum dan sesudah penyimpanan 0% dan rata – rata daya
kecambah sebelum perlakuan 35% dan daya kecambah sesudah perlakuan
38,33%. Sedangkan penyimpanan benih pada ruang kamar dengan fungisida
memiliki rata – rata benih berjamur sebelum dan sesudah penyimpanan 0%
dengan rata – rata daya kecambah 35% sebelum perlakuan dan 66,66%
sesudah perlakuan. Kemudian pada benih ortodoks ruang kamar tanpa
fungisida memiliki rata – rata benih berjamur sebelum penyimpanan 0% dan
sesudah penyimpanan 25% dengan rata – rata daya kecambah sebelum
perlakuan 35% dan rata – rata daya kecambah sesudah perlakuan 55%.
Sehingga diperoleh rerata total untuk perlakuan ruang AC, benih berjamur
sebelum dan sesudah perlakuan masing-masing 0% dengan rerata total daya
kecambah sebelum perlakuan 35% dan sesudah perlakuan 37,49%. Pada
perlakuan ruang kamar rerata total benih berjamur sebelum 0% dan sesudah
25% dengan rerata total daya kecambah sebelum perlakuan 35% dan setelah
perlakuan 60,83%.
Pada perlakuan penyimpanan benih ortodoks ruang AC, baik yang beri
perlakuan dengan fungisida atau tanpa fungisida, tidak terdapat serangan
jamur. Hal ini dikarenakan benih yang digunakan merupakan benih tahan dan
perlakuan fungisida pada penyimpanan benih memang diberikan untuk
mencegah benih terserang cendawan selama disimpan. Selain itu faktor luar
yang mendukung yaitu kondisi lingkungan tempat benih disimpan yang
memiliki tingkat kadar air dan kelembaban yang rendah (ruang AC). Pada uji
daya kecambah, perlakuan dengan fungisida memiliki nilai presentase lebih
besar. Hal ini disebabkan karena perlakuan fungisida yang melindungi benih
selama proses penyimpanan dari kerusakan yang disebabkan oleh cendawan
11

sehinggga mutu benih tetap terjaga saat akan dikecambahkan (Yuniarti et al,
2013).
Pada perlakuan ruang kamar, benih yang disimpan dengan perlakuan
fungisida semua benih tidak ada yang berjamur sedangkan pada perlakuan
tanpa fungisida terdapat satu ulangan yang terserang jamur. Penyebab hal ini
dikarenakan oleh kondisi lingkungan tempat penyimpanan benih yang hangat
dan memiliki tingkat kelembaban tinggi yang memicu pertumbuhan jamur,
didukung kondisi benih yang tidak diberi fungisida untuk melindungi benih
sehingga benih menjadi mudah terserang jamur selama proses penyimpanan.
Sementara pada uji daya kecambah, benih yang diberi perlakuan fungisida
memiliki daya kecambah yang lebih besar dibandingkan benih tanpa
perlakuan fungisida. Hal ini disebabkan karena perlakuan fungisida yang
melindungi benih selama proses penyimpanan dari kerusakan yang
disebabkan oleh cendawan sehinggga mutu benih tetap terjaga saat akan
dikecambahkan (Yuniarti et al, 2013).
Berdasarkan hasil pengamatan, penyimpanan benih pada ruang kamar
memiliki presentase berjamur lebih tinggi dibandingan penyimpanan benih
pada ruang AC. Kondisi lingkungan penyimpanan yang memiliki temperatur
ruangan tinggi dapat meningkatkan laju perombakan cadangan makanan dan
laju respirasi sehingga akan mempercepat terjadinya proses kemunduran
benih. Menurut Schmidt (2000) suhu ruang AC dapat mempertahanan benih
lebih lama karena temperatur dan kelembaban udara yang konstan dan tidak
terjadi berfluaktuasi serta aktivitas pertumbuhan jamur dapat terhambat
karena suhu yang rendah sehingga penyimpanan pada kondisi ini dapat
mencegah kerusakan benih akibat metabolisme jamur. Pada uji daya simpan,
perlakuan ruang kamar memiliki daya kecambah yang lebih tinggi karena
saat penyimpanan suhu ruangan tidak memicu benih berdormansi dan
mendukung untuk benih berkecambah sehingga perombakan cadangan
makanan menjadi lebih cepat.
Pada benih rekalsitran perlakuan yang diberikan penyimpanan dengan
dan tanpa serbuk gergaji serta masing-masing perlakuan ada yang diberi
12

fungisida dan ada yang tidak sebanyak 3 ulangan. Berdasarkan hasil


pengamatan pada tabel benih rekalsitran, penyimpanan dengan serbuk gergaji
dan fungisida memiliki rerata benih berkecambah sebelum dan sesudah 0%,
rerata benih berjamur sebelum perlakuan 0% dan sesudah perlakuan 86,67%,
dan rerata daya kecambah sebelum perlakuan 27,5% dan sesudah perlakuan
0%. Penyimpanan benih dengan serbuk gergaji tanpa fungisida, benih
berkecambah memiliki rerata sebelum dan sesudah perlakuan 0%, rerata
benih yang berjamur sebelum perlakuan 0% dan sesudah perlakuan 90%, dan
daya kecambah benih sebelum perlakuan memiliki rerata 27,5% sesudah
perlakuan 3,33%. Sedangkan penyimpanan benih tanpa serbuk gergaji
dengan fungisi memiliki rerata benih berkecambah sebelum dan setelah
perlakuan 0%, benih berjamur memiliki rerata sebelum 0% dan sesudah
perlakuan 3,33%, serta rerata daya kecambah sebelum perlakuan 27,5% dan
sesudah perlakuan 30%. Penyimpanan benih tanpa serbuk gergaji dan tanpa
fungisida sebelum dan sesudah pelakuan rerata benih berkecambah 0%,
rerata benih berjamur sebelum perlakuan 0% sesudah perlakuan 75%, dan
rerata daya kecambah sebelum perlakuan 27,5% dan sesudah perlakuan 25%.
Sehingga diperoleh rerata total untuk perlakuan serbuk gergaji, benih
berkecambah sebelum dan sesudah perlakuan masing-masing 0%, rerata total
benih berjamur sebelum 0% sesudah 88,34%, dan rerata total daya kecambah
sebelum perlakuan 27,5% dan sesudah perlakuan 1,66%. Pada perlakuan
tanpa serbuk gergaji rerata total benih berkecambah sebelum dan sesudah
0%, benih berjamur memiliki rerata total sebelum 0% dan sesudah perlakuan
39,17%, dengan rerata total daya kecambah sebelum dan sesudah perlakuan
masing-masing 27,5%.
Pada perlakuan benih rekalsitran yang disimpan dengan serbuj gergaji,
benih berjamur paling banyak didapatkan pada benih tanpa fungisida. Hal ini
disebabkan saat proses penyimpan lingkungan tempat penyimpanan yang
lembab dapat memicu pertumbuhan jamur dan pemberian fungisida memang
dimaksudkan untuk mencegah serangan jamur pada benih saat proses
penyimpanan. Sedangkan pada uji daya kecambah perlakuan dengan
13

fungisida memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan benih yang
disimpan tanpa fungisida. Pemberian fungisida akan melindungi benih
selama proses penyimpanan sehingga mutu benih tetap terjaga untuk
dikecambahkan. Namun terdapat faktor lain yang menyebabkan benih tidak
berkecambah dengan baik meskipun telah disimpan dengan fungisida, salah
satunya kondisi lingkungan yang tidak mendukung benih untuk
berkecambah, misalnya tingkat kelembaban yang tinggi dan media tanam
yang mudah basah dapat membuat benih menjadi busuk (Harnowo, 2006).
Pada perlakuan benih rekalsitran yang disimpan tanpa serbuk gergaji
diperoleh presentase benih berjamur paling besar pada penyimpanan tanpa
fungisida. Hal ini dikarenakan pemberingan fungisida sebelum benih
disimpan dilakukan untuk mencegah benih terserang jamur selama proses
penyimpanan. Sementara pada uji daya kecambah benih yang diberi fungsida
memiliki nilai yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan Yuniarti (2013) yang
menyebutkan bahwa fungisida melindungi benih selama proses penyimpanan
dari kerusakan yang disebabkan oleh cendawan sehinggga mutu benih tetap
terjaga saat akan dikecambahkan.
Berdasarkan hasil pengamatan, presentase benih berjamur lebih tinggi
ditemukan pada benih yang disimpan dengan diberi perlakuan serbuk gergaji,
sedangkan nilai presentase benih berkecambah yang lebih tinggi pada benih
yang disimpan tanpa serbuk gergaji. Serbuk gergaji memiliki kemampuan
mengikat dan menyimpan air dalam jumlah besar dengan sangat baik
sehingga kelembaban disekitar benih selama penyimpanan dapat
dipertahankan. Namun, karena serbuk gergaji merupakan produk sampingan
atau bahan sisa dari industri kayu terdapat jenis serbuk gergaji lama dan
serbuk gergaji baru. Menurut Sutopo (2002), untuk menyimpan benih
sebaiknya digunakan serbuk gergaji yang belum lama berada di lingkungan
luar. Hal ini dikarenakan serbuk gergaji baru memiliki kemampuan
menyimpan air yang lebih baik untuk mengunci kelembaban. Melihat dari
hal ini, kemungkinan serbuk gergaji yang digunakan dalam pengamatan
merupakan serbuk gergaji lama yang memiliki kemampuan mengikat air
14

yang buruk sehingga tidak efektif dan tidak memberikan hasil yang baik pada
proses penyimpanan benih rekalsitran.
G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa cara penyimpanan dan perlakuan benih akan mempengaruhi mutu
benih sampai benih akan ditanam. Tiap benih memiliki sifat yang
berbedabeda sehingga cara penyimpanan dan perlakuannya akan berbeda.
Cara penyimpanan dan perlakuan yang tidak sesuai dapat menyebabkan benih
lebih mudah terserang penyakit atau jamur yang berakibat pada penurunan
daya kecambah benih. Pada benih ortodok yang memiliki kadar air relatif
rendah penyimpanan dapat dilakukan pada tempat dengan kelembaban rendah
seperti ruang AC, sedangkan pada benih rekalsitran yang memiliki kadar air
tinggi penyimpanan dapat dilakukan dengan menggunakan serbuk gergaji.
15

ACARA II
PERKECAMBAHAN

A. Tujuan
1. Mengetahui ciri-ciri normal dan abnormal dari berbagai spesies kecambah.
2. Mengetahui macam-macam media untuk pengecambahan benih dan
metode yang dapat dipakai.
3. Menghitung daya kecambah masing-masing spesies benih pada media
berbeda.

B. Tinjauan Pustaka
Perkecambahan biji merupakan proses pertumbuhan embrio dan
komponen-komponen btji lainnya untuk dapat menghasilkan tumbuhan baru.
Proses ini dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam (tingkat kemasakan biii,
ukuran biji, dormansi, dan penghambat perkecambahan) maupun faktor-faktor
luar (air, temperatur, oksigen, dan cahaya). Air merupakan salah satu faktor
luar yang sangat penting dalam perkecambahan, karena penyerapan air
merupakan tahap awal perkecambahan biii. Air berperan penting untuk
mengaktifkan sel-sel yang bersifat embrionik di dalam biji, melunakkan kulit
biji dan menyebabkan mengembangnya embrio dan endosperm, fasilitas untuk
masuknya oksigen ke dalam biji, mengencerkan protoplasma dan media
angkutan makanan dari endospenn atau kotiledon ke daerah titik-titik tumbuh
(Nio Song dan Maria Ballo, 2010).
Tipe perkecambahan ada dua jenis dan yang membedakannya adalah
letak posisi keping benih (kotiledon) pada permukaan tanah. Tipe pertama
adalah epigeal (epygeal germination) dan kedua adalah tipe hipogeal
(hypogeal germination). Apabila keping benih terangkat di atas permukaan
tanah dinamakan tipe epigeal. Namun bila keping benih tersebut tetap tinggal
di dalam tanah disebut hypogeal (Aprilia et al., 2011). Contoh tipe
16

perkecambahan hipogeal terjadi pada kacang kapri dan jagung. Pada epigeal
perkecambahan tipe ini misalnya terjadi pada kacang hijau dan jarak.
Uji viabilitas merupakan salah satu tolok ukur yang sangat penting
dalam pengujian mutu fisiologis benih. Pengujian viabilitas benih selama ini
umumnya dilakukan dengan menggunakan media perkecambahan kertas,
pasir, kompos dan tanah. Pemilihan jenis media perkecambahan yang tepat
akan pengujian viabilitas benih sangat beragam, bergantung pada jenis dan
ukuran benih tanaman yang akan diuji. Menurut ISTA (2005) untuk jenis
substrat kertas sebaiknya menggunakan kertas filter (saring), blotter dan towel
(Henny, 2016).
Pengujian mutu benih merupakan hal rutin yang dilakukan dalam
rangka proses sertifikasi. Salah satu pengujian rutin yang dilakukan adalah
pengujian daya berkecambah. Pengujian daya berkecambah memerlukan
kondisi optimum pada media perkecambahan, suhu dan kelembaban.
Berdasarkan penelitian Susanti (2010) terdapat perbedaan kecenderungan dari
setiap jenis benih tanaman tentang media yang sesuai untuk
perkecambahannya. Berdasarkan rekomendasi ISTA (2014), media yang
digunakan untuk perkecambahan benih adalah media kertas (kertas saring,
kertas blotter, dan kertas towel), pasir dan media organik. Beberapa media
terutama media kertas yang direkomendasikan ISTA menemui beberapa
kendala dalam penggunaannya di Indonesia, di antaranya harga yang cukup
mahal dan ketersediaan yang terbatas. Hal lain yang penting diperhatikan
dalam pengujian daya berkecambah adalah lamanya waktu pengujian.
Penelitian Anasthasia (2014) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kondisi
untuk perkecambahan benih di Indonesia khususnya pada alat pengecambah
benih IPB 72-1. APB IPB 72-1 bersifat eco germinator yang artinya proses
perkecambahan dalam alat tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti
RH dan suhu yang cenderung fluktuatif. Hal ini mengakibatkan perbedaan
17

lamanya pengujian berdasarkan rekomendasi ISTA dengan pengujian di


Indonesia.
Pengujian daya perkecambahan ini dapat dilakukan dengan beberapa
metode yaitu menggunakan substratum. Substartum merupakan suatu bahan
atau material dimana biji ditempatkan untuk pengujian perkecambahan.
Substratum perkecambahan sangat menentukan keberhasilan pengujian
perkecambahan benih. Persyaratan umum substratum perkecambahan adalah
mempunyai daya serap dan daya ikat air yang tinggi, bersih dan steril (bebas
dari mikroorganisme pengganggu), dan homogen (seragam). Substrat kertas
dapat digunakan untuk berbagai metode uji viabilitas benih, yaitu Uji Diatas
Kertas (UDK), digunakan untuk benih-benih berukuran kecil yang
membutuhkan cahaya dalam perkecambahannya, Uji Antar Kertas (UAK),
digunakan untuk benih-benih yang tidak peka cahaya dalam
perkecambahannya, dan Uji Kertas Digulung (UKD), digunakan untuk
benihbenih berukuran besar yang tidak peka cahaya dalam
perkecambahannya. Jika dalam pemakaiannya digunakan plastik sebagai alas
kertas maka disebut Uji Kertas Digulung Didirikan dengan Plastik (UKDdp)
(Yuniarti, 2013)
Menurut ISTA (2014), media untuk pengujian daya berkecambah
benih adalah media kertas dan media pasir. ISTA merekomendasikan media
kertas berupa kertas saring dan kertas blotter untuk pengecambahan benih
walaupun terdapat kendala diantaranya harga yang cukup mahal dan
ketersediaan yang terbatas. Kertas buram bisa dijadikan sebagai substrat
alternatif dalam pengujian daya berkecambah benih turi. Hal ini sejalan
dengan penelitian Purdyaningsih (2015) pada perkecambahan benih wijen
yang menunjukkan bahwa kertas merang dan kertas buram mampu
menghasilkan daya berkecambah yang tinggi karena mampu menahan air
yang cukup selama periode pengujian benih. Substrat yang memiliki daya
berkecambah terendah adalah pasir. Pertumbuhan benih berlangsung lama
18

ketika dikecambahkan pada media pasir dan bahkan banyak yang terkena
penyakit. Hal ini terjadi kemungkinan disebabkan oleh bentuk benih yang
terlalu kecil sehingga kurang cocok apabila ditanam di pasir. Selain itu,
medianya kurang steril dan kurangnya kemampuan pasir untuk menjaga
kelembaban air sehingga menghambat pertumbuhan kecambah benih
(Mewangi dkk,. 2019).
Penilaian kecambah dibagi menjadi 2, yaitu normal dan abnormal.
Kriteria untuk kecambah normal diantaranya adalah kecambah dengan
pertumbuhan sempurna, ditandai dengan akar dan batang yang berkembang
baik, jumlah kotiledon sesuai, daun berkembang baik dan berwarna hijau, dan
mempunyai tunas pucuk yang baik, kecambah dangan cacat ringan pada akar,
hipokotil/ epikotil, kotiledon, daun primer, dan koleoptil dan kecambah
dengan infeksi sekunder tetapi bentuknya masih sempurna (Prabhandaru,
2017).
Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan
potensi untuk berkembang menjadi kecambah normal. Dibawah ini
digolongkan ke dalam kecambah abnormal Kecambah rusak: kecambah yang
struktur pentingnya hilang atau rusak berat. Kecambah cacat atau tidak
seimbang: kecambah dengan pertumbuhan lemah atau kecambah yang
struktur pentingnya cacat atau tidak proporsional. Dan kecambah lambat
kecambah yang pada akhir pengujian belum mencapai ukuran normal. Jika
dibandingkan dengan pertumbuhan kecambah benih normal kecambah pada
benih abnormal ukurannya lebih kecil (Sutopo, 2010).

C. Alat dan Bahan


1. Media Kertas
a. Metode UDK (Uji Diatas Kertas)
1) Petridish atau cawan plastik
2) Media kertas merang berukuran sama dengan alas petridish/cawan
19

3) Pinset
4) Label
5) Alat pengecambah benih
6) Benih kacang hijau:20 butir 7)Air
b. Metode UKDp dan UKDdp Bahan dan Alat :
1) Plastik
2) Kertas merang
3) Alat pengecambah benih
4) Label
5) Benih jagung
6) Air
7) Karet
2. Media Pasir dan Tanah Alat dan Bahan :
a. Benih kacang tanah
b. Kotak plastik yang telahdiisi pasir, tanah
c. Pinset
d. Alat penyiraman
D. Langkah Kerja
1. Media Kertas
a. Metode UDK (Uji Diatas Kertas)
1) Media kertas (2 lembar) diletakkan pada alat petridish atau cawan
plastik.
2) Basahi media tersebut hingga merata caranya beri air berlebihan,
biarkan beberapa menit supaya meresap (warna lebih tua), kemudian
air sisanya dibuang.
3) Tanamlah benih di atas lembar substrat dengan pinset. Perhatikan
jarak tanam benih, jangan berdekatan satu sama lain.
4) Beri label pada petridish
5) Tanam / letakkan dalam alat pengecambah benih
20

Pengamatan I : 5 × 24 jam
Pengamatan II : pengamatanI + (2 × 24 jam).
b. Metode UKDp dan UKDdp Bahan dan Alat :
Empat macam benih (jagung, padi, kedelai, kacang tanah)
dikecambahkan dengan metode UKDp dan UKDdp dalam substrat kertas
merang, benih ditanam di dalam alat pengecambah benih. Masing-
masing ulangan diamati pada hari ke (5 × 24) dan hari ke (7 × 24)
sesudah tanam. Setiap metode menggunakan 25 benih.
UKDp: Uji Kertas Digulung dalam Plastik
Yaitu menguji benih dengan cara menanam benih diantara
lembar substrat dilapisi plastik, kemudian digulung. Lembaran
substrat kertas merang (3-4) lembar yang telah dibasahi
diletakkan diatas plastik. Tanam benih di atas lembaran substrat
dengan jarak yang tidak berdekatan satu sama lain. Tutup
substrat yang sudah ditanami dengan lembaran substrat yang
lain dan digulung. Tanam di alat pengecambah benih.
UKDdp : Uji Kertas Digulung Didirikan dalam Plastik
Sama dengan UKDp hanya cara meletakkannya yang berbeda.
UKDdp didirikan.
2. Media Pasir dan Tanah
a. Pasir dan tanah dibasahi secukupnya
b. Sebar benih dengan jumlah tertentu pada satu deretan
c. Benih ditanam pada kedalaman 1 cm.
Pengamatan I : 5 × 24 jam / 7 × 24 jam
Pengamatan II : pengamatan I + (2 × 24 jam)

E. Hasil pengamatan
Tabel 1.2 Tipe Perkecambahan
21

Yang Diamati Kacang Hijau Jagung Kacang Tanah

Tipe Epigeal Hipogeal Epigeal


Perkecambahan

Bagian I muncul Kotiledon Plumula Kotiledon

Saat muncul (hari) Ke-3 Ke-4 Ke-4

Kotiledon Ya Tidak Ya
terangkat/tidak

Sumber : Praktikum Teknologi Benih 2021


Tabel 2.2 Hasil pengamatan Gambar kecambah
Benih Normal Abnormal Mati Ket

UKDdp UKDp UKDdp UKDp

Jagung a. Daun
b. Epikotil
c. Kotiledon
d. Akar
utama
e. Akar
seminal
f. Rambut
akar

Sumber: Praktikum Teknologi Benih 2021

Tabel 2.3 Hasil Pengamatan daya kecambah


Media N (I) N (II) AB M ΣN %N Rata
22

Kertas Kacang Hijau


Merang
Petridish

1 Aqsa 0 0 20 0 0 0

2 Hetti
20 0 0 0 20 100
72,5
3 Mirza
%
10 8 0 2 18 90

4 Nur
19 1 0 0 20 100

Jagung

UKDp
1 April
20 0 0 0 20 100

2 Tika
16 4 0 0 20 100 96,6
%
3 Alfi

18 0 2 0 18 90

Jagung

UKDdp
1 Aisyah
17 0 3 0 17 85

2Vira
0 0 19 1 0 0 53,3
%
3Dwi

15 0 0 5 15 75
23

Pasir Kacang Tanah

1 Eko
1 0 6 13 1 5

2 Fahmi
20 0 0 0 20 100 35%

3 Friska
0 0 16 4 0 0

Tanah Kacang Tanah

1 Risqan
0 0 0 20 0 0

2 Linton
6 0 0 14 6 30 26,6
%
3 Bima

10 0 2 8 10 50

Sumber : Praktikum Teknologi Benih 2021


Ket.N (I) : Benih Normal Pengamatan I AB : Abnormal
N (II) : Benih Normal Pengamatan II M : Mati

F. Pembahasan
Perkecambahan adalah proses yang terjadi pada benih tidak dorman yang
berakhir dengan muncul dan tumbuhnya akar embrio atau radikel (Lauridsen,
1995). Ada dua tipe perkecambahan yaitu epigeal dan hipogeal.
Perkecambahanepigeal adalah perkecambahan yang mengakibatkan kotiledon
terangkat keatastanah, contohnya pada kacang hijau dan kacang tanah.
Perkecambahan hipogeal adalah perkecambahan yang mengakibatkan kotiledon
tetap tertanam di bawah, contohnya padajagung (Rai, 2018).
24

Pengujian benih merupakan kegiatan penilaian secara objektif tentang


mutu benih yang diproduksi atau diedarkan. Evaluasi uji perkecambahan
dilakukan terhadap kecambah normal, kecambah abnormal, dan benih tidak
berkecambah.Kecambah normal adalah kecambah yang memiliki kemampuan
untuk tumbuh menjadi tanaman normal. Kecambah abnormal adalah kecambah
yang tidak menunjukkan adanya potensi untuk berkembang menjadi tanaman
normal. Benih yang tidak berkecambah adalah benih yang hingga akhir periode
pengujian tidak berkecambah (Zanzibar, 2016).
Pada praktikum kali ini dilakukan uji daya kecambah dengan
menggunakan tiga jenis substratum yaitu berupa kertas merang, pasir, dan tanah.
Adapun pada media kertas merang dilakukan uji perkecambahan dengan
menggunakan metode UDK (Uji Diatas Kertas), UKDp (Uji Kertas Digulung
dalam Plastik), dan UKDdp (Uji Kertas Digulung Didirikan dalam Plastik).Uji
daya kecambah dengan substratum kertas merang menggunakan metode
UDKdilakukan denganmeletakkan kertas merang yang telah dibasahi kedalam
petridish atau wadah plastik, benih diletakkan di atas kertas merang tersusun
secara teratur sebanyak 20 benih,wadah ditutup, dan disimpanke dalam dandang.
Metode UKDp dilakukan dengan meletakkan kertas merang yang telah
dibasahidiatas plastik,benih diletakkan di atas kertas merang tersusun secara
teratur sebanyak 20 benih,menutupnyadengan kertas merang yang lain dan
menggulungnya,letakkan di dalam dandang secara horizontal. Metode UKDdp
sama seperti metode UKDp hanya saja kertas merang yang telah digulung
disimpandalam dandang dengandidirikan. Pada uji daya kecambah
menggunakan media pasir dilakukan denganmemasukan media pasir ke dalam
nampan, membuat lubang tanam, memasukan 20 benihke dalam lubang, dan
menutup lubang tanam dengan pasirserta lakukan penyiraman menggunakan air
namun jangan sampai terlalu basah atau terlalu kering. Media tanah metode
kerjanya sama seperti seperti media pasir.
25

Pada uji daya kecambah dengan substratum kertas merang menggunakan


metode UDK didapatkan hasil rata-rata daya kecambah sebesar 72,5%, metode
UKDp didapatkan hasil rata-rata daya kecambah sebesar
96,6%, dan metode UKDdp didapatkan hasil rata-rata daya kecambah sebesar
53,3%. Pada uji daya kecambah dengan substratum pasir didapatkan hasil rata-
rata daya kecambah sebesar 35%. Pada uji daya kecambah dengan substratum
tanah didapatkan hasil rata-rata daya kecambah sebesar 26,6%.
Berdasarkan hasil data yang didapatkan bahwa uji daya kecambah yang
paling baik menggunakan substratum kertas merang daripada pasir dan tanah
yaitu pada metodeUKDp. Pengujian dengan metode UKDpmemberikan hasil uji
yang lebih baikterutama pada persentase daya kecambah dan kecepatan tumbuh,
sedangkan panjang akar primer dengan menggunakan substratumpasir masih
lebih baik dan jumlah akar sekunder sangat ditentukan oleh kondisi benih seperti
cadangan makanan benih. Pengujian dengan metode UKDp dan UDK
memberikan hasil yang hampir sama baiknya karena kedua metode uji tersebut
menggunakan substratumyang sama (kertas merang) dan Room Germinator
sebagai tempat perkecambahan yang mempunyai suhu, cahaya, dan kelembaban
yang dapat dikontrol dengan baik (Rahmawati, 2013).
Pada praktikum kali ini diperoleh hasil persentase perkecambahan yang
paling besar yaitu pada metode UKDp (Uji Kertas digulung dalam Plastik) yaitu
sebesar 96,6%. Metode UKDp memberikan hasil yang paling baik karena
metode ini menggunakan substratum berupa kertas merang. Penggunaan kertas
merang berfungsi sebagai media perkecambahan benih. Dimana kertas merang
dipilih karena memiliki sifat mudah menyerap air, seragam, dapat menyimpan
air dalam kapasitas yang cukup banyak dan kecepatan penyerapan air kapilernya
tinggi (Suwarno,2008). Kertas merang memiliki daya mempertahankan air yang
tinggi, walaupun selama tujuh hari tidak diberi air, sehingga substrat ini sangat
baik untuk digunakan dalam uji daya kecambah. Sumiarsi dan Ninik (2006)
menambahkan bahwa media perkecambahan merupakan salah satu faktor yang
26

mempengaruhi perkecambahan biji. Media perkecambahan sebaiknya adalah


media yang mampu menyimpan air dan unsur hara dalam kondisi yang baik dan
optimal.

G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan
bahwa:
1. Ciri-ciri kecambah normal dan abnormal pada tanaman dapat dilihat dari akar
dan plumula. Pada kecambah kacang hijau atau kacang tanah yang normal
memiliki akar seminal primer yang tumbuh dengan baik dengan banyak akar
sekunder dan memiliki hipokotil, epikotil daun lembaga serta daun pertama
tumbuh dengan baik. Pada kecambah kacang hijau atau kacang tanah yang
abnormal memiliki akar seminal primer yang tumbuh kerdil, busuk atau
tumbuh normal tetapi akar sekunder tumbuh merana dan memiliki daun
lembaga busuk sebagian/seluruhnya atau tidak tumbuh sama sekali. Pada
kecambah jagung yang normal memiliki akar seminal primer yang kuat
dengan akar-akar sekunder dan memiliki plumula yang tumbuh sepanjang
koleoptil telah tersembul keluar dari koleoptil. Pada kecambah jagung yang
abnormal tidak memiliki akar seminal primer/sekunder atau hanya tumbuh
lemah dan plumula tidak tumbuh, kerdil, membelah, berwarna putih, atau
busuk.
2. Media untuk pengecambahan benih dapat menggunakan kertas merang, pasir,
atau tanah. Adapun pada media kertas merang dapat menggunakan metode
UDK (Uji Diatas Kertas), UKDp (Uji Kertas Digulung dalam Plastik), dan
UKDdp (Uji Kertas Digulung Didirikan dalam Plastik).
3. Pada uji daya kecambah dengan substratum kertas merang menggunakan
metode UDK didapatkan 72,5%,UKDp didapatkan96,6%, danUKDdp
didapatkan 53,3%. Pada uji daya kecambah dengan substratum pasir
27

didapatkan 35%. Pada uji daya kecambah dengan substratum tanah


didapatkan26,6%.
28

ACARA III
UJI MUTU FISIK BENIH

A. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui cara pengujian kadar air benih.
2. Mengetahui mutu benih melalui pengukuran kadar air benih.

B. Tinjauan Pustaka
Uji kemurnian benih merupakan tahapan yang harus dilakukan untuk
mengendalikan mutu genetik suatu lot benih. Untuk menentukan komposisi
benih murni, dan memisahkannya dari bagian yang tidak masuk ke dalam
kriteria, serta mengetahui mutu atau kualitas dari suatu jenis benih. Mutu benih
dibedakan menjadi tiga yaitu mutu fisik, mutu fisiologis dan mutu genetis. Untuk
mengetahui mutu fisik benih dilakukan pengujian meliputi uji kadar air, uji berat
1000 butir benih dan kisaran kemurnian benih yang dihasilkan. Pengujian
kualitas benih penting karena terujinya kualitas benih dapat memberikan jaminan
kepada petani dan masyarakat untuk mendapatkan benih dengan kualitas yang
baik sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (Ningsih dkk, 2018).
Pengujian benih ditujukan untuk mengetahui mutu atau kualitas dari suatu
jenis atau kelompok benih. Kadar air benih adalah persentase hilangnya berat air
dalam benih ketika benih dipanaskan menggunakan oven dengan suhu konstan
berdasarkan berat awal benih. Kadar air benih selalu berubah tergantung kadar
air lingkungannya, karena benih memiliki sifat selalu berusaha mencapai kondisi
yang seimbang (equilibrium) dengan kondisi lingkungan. Tujuan pengukuran
kadar air adalah untuk mengetahui kadar air benih dengan menggunakan metode
yang sesuai bagi ketentuan pengujian (Sundari dan Hapsari 2018).
Pengujian kemurnian benih sebaiknya dilakukan pertama kali sebelum
dilakukan pengujian berikutnya. Contoh benih yang akan diuji pada dasarnya
terdiri dari tiga komponen yaitu (Sundari dan Hapsari 2018):
29

1. Benih murni adalah benih yang sesuai dengan pernyataan pengirim atau
secara dominan ditemukan di dalam contoh benih termasuk benih-benih
varietas lain dalam jenis tanaman tersebut.
2. Benih spesies lain adalah benih tanaman selain yang dimaksudkan. Penentuan
benih tanaman lain sebagai kotoran benih sama seperti pada penentuan benih
murni.
3. Bahan lain (kotoran benih), meliputi benih dan bagian dari benih serta
bahanbahan lain yang bukan merupakan bagian dari benih.
Pengujian kadar air benih dilakukan dengan metode oven suhu konstan
dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan karakteristik benih, atau
menggunakan alat bernama moisture meter. Penggunaan metode oven bisa
dengan suhu konstan rendah 101-105OC atau suhu konstan tinggi yaitu 130-
133OC. Pada suhu konstan rendah waktu yang diperlukan selama 17 + 1 jam.
Sementara pada suhu konstan tinggi dapat bervariasi yaitu, 1 jam± 3 menit, 2 jam
± 6 menit , 4 jam ± 12 menit tergantung jenis benih. Karakteristik benih adalah
ahal yang penting untuk diperhatikan dalam pengujian kadar air benih. Ada
beberapa jenis benih yang memerlukan proses penghancuran, pemecahan atau
pemotongan benih sebelum dilakukan proses pengujian kadar air benih (Dinarto,
2010).
Pengukuran kadar air penting dilakukan karena kadar air dapat
mempengaruhi laju kemunduran benih (Sutopo, 2002). Kadar air benih juga erat
kaitannya dengan daya simpan dan proses pengolahan benih. Metode paling
umum untuk mengukur kadar air benih adalah metode langsung, yaitu benih
dikeringkan dalam oven. Cara tersebut akurat, namun mempunyai beberapa
kelemahan, yaitu memerlukan waktu yang lebih lama, pengaturan suhu yang
tepat, banyaknya peralatan yang dibutuhkan, serta harus seringnya menimbang
benih yang diuji (Justice dan Bass, 2002).
Metode pengukuran kadar air benih secara langsung menggunakan oven
30

suhu rendah (1032˚C) pada kondisi benih dan lama pengeringan hasil
percobaan pertama. Metode tidak langsung ialah mengukur kadar air benih
dengan menggunakan alat Digital Moisture Tester model TD-1 dan Kett Grain
Moisture Tester Model PM 300 dengan percobaan yang terpisah antara masing-
masing alat tersebut. Percobaan kedua terdiri atas dua faktor. Faktor pertama
adalah pengukuran kadar air dengan menggunakan oven (O) dan faktor yang
kedua adalah pengukuran kadar air dengan menggunakan Digital Moisture Tester
model TD-1 (S1) atau menggunakan Kett Grain Moisture Tester Model PM 300
(S2). Kadar air bahan pangan merupakan pengukuran jumlah air total yang
terkandung dalam bahan pangan, tanpa memperlihatkan kondisi atau derajat
keterikatan air. Kadar air bahan pangan dapat diukur dengan berbagai cara.
Metode umum yang dilakukan di laboratorium adalah dengan pemanasan
didalam oven. Metode ini digunakan untuk seluruh produk makanan, kecuali jika
produk tersebut mengandung komponen-komponen yang mudah menguap atau
jika produk tersebut mengalami dekomposisi pada 100 C. Prinsipnya yaitu :
sampel dikeringkan dalam oven 100 C sampai diperoleh berat tetap (Maya,
2007).

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Oven
b. Grain Moisture Meter model: GMK-303RS
c. Grain Moisture Meter model: JV006
d. Timbangan
2. Bahan
a. Benih padi
b. Benih jagung
c. Kertas

D. Cara Kerja
1. Penentuan kadar air secara langsung
a) Menimbang 10 gram benih (berat basah)
31

b) Memasukkan benih kedalam wadah khusus pada pengukur kadar air


(secukupnya), kemudian tutup rapat-rapat dan tekan/hancurkan benih
melalui pemutar.
c) Melihat kadar air benih pada meteran penunjuk
2. Penentuan kadar air secara tidak langsung
a) Menimbang 10 gram benih (berat basah)
b) Membungkus benih dengan menggunakan kertas merang
c) Memasukkan benih yang telah dibungkus kedalam oven bersuhu 105oC
selama 1 x 24 jam
d) Membandingkan dalam eksikator kemudian menimbang berat kering
benih
e) Menghitung kadar air berdasar rumus :
Berat basah−Berat kering
Kadar air benih : x 100%
Berat basah
E. Hasil Pengamatan
Tabel 3.1 Pengukuran Kadar Air Benih
Metode
Benih Gravimetri Grain Moisture Meter Grain Moisture Meter
Model: GMK-30 RS Model: JV006
Padi 8,3 % 14,5% 16,3%
Jagung 11,11% 12,2% 14,7%

Berat basah−Berat kering


Kadar Air Benih = x 100%
Berat basah
1,2 gr−1.1 gr
= x 100%
1,2 gr
= 8,3%

F. Pembahasan
Kadar air benih merupakan suatu fungsi dari kelembaban relatif udara
sekitarnya yang bergantung pada kelembaban relatif udara sekitarnya. Penetapan
32

kadar air adalah banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan
hilangnya kandungan air tersebut dinyatakan dalam % terhadap berat asal contoh
benih. Adapun tujuan dilakukan pengujian benih adalah untuk menentukan
kadar air yang terdapat dalam benih. Kadar air benih penting untuk diperhatikan,
karena kadar air benih sangat berkaitan erat dengan kualitas benih, daya simpan
benih, daya kecambah benih, dan serangan hama/penyakit. Kadar air benih
selama penyimpanan merupakan faktor yang paling mempengaruhi masa
hidupnya, maka benih yang sudah masak dan cukup kering penting untuk segera
dipanen, atau benihnya masih berkadar air tinggi yang juga harus segera
dipanen. Laju kemunduran suatu benih dipengaruhi oleh kadar airnya (Hery,
2011).
Penetapan kadar air dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Pegukuran kadar air secara langsung dapat dilakukan dengan menggunakan
metode gravimetri. Metode ini dilakukan dengan cara pengeringan dan prinsip
penguapan air menggunakan oven sebagai pemanas. Benih ditimbang untuk
mengetahui berat basah kemudian benih dimasukkan ke dalam amplop kertas
dan dioven selama kurang lebih 2 x 24 jam. Benih yang telah melewati proses
pemgerigan, kemudian ditimbang sampai berat konstan muncul di layar
timbangan. Nilai yang kosntan tersebut menandakan bahwa semua air sudah
diuapkan (Ahmad, 2020).
Pengujian kadar air benih secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
menggunakan alat berupa grain moisture meter. Grain moisture meter adalah
salah satu alat uji kadar air benih secara digital. Pengukurannya dilakukan
dengan cara memasukkan biji ke dalam lubang pengujian pada moisture tester,
memutar sekrup penghancur benih sampai tertutup rapat, dan memilih menu
sesuai dengan benih yang diuji (contohnya benih padi memilih menu rice)
(Nugroho, 2013).
Berdasarkan tabel 3.1 Pengukuran kadar air benih, dilakukan dengan 3
metode pengukuran, yaitu menggunakan gravimetri dan grain moisture meter
33

model GMK-30RS untuk benih baru dan JV006 untuk benih lama pada 2 jenis
benih yaitu padi dan jagung. Kadar air benih padi menggunakan perhitungan
gravimetri dengan berat basah 1.2 gr, dan berat kering 1.1 gr benih yaitu 8.3%,
menggunakan grain moisture meter model GMK 14.5%, menggunakan grain
moisture meter model RS006 16.3%. Sedangkan Kadar air benih Jagung
menggunakan gravimetri yaitu 11.11%, menggunakan grain moisture meter
model GMK 12.2%, menggunakan grain moisture meter model RS006 14.7%.
International Seed Testing Association (ISTA) dalam BPMBTPH (2004)
menyebutkan bahwa dalam pengukuran kadar air, benih-benih yang berukuran
besar perlu dihaluskan (grinding). ISTA telah mengatur prosedur standar dalam
pengukuran kadar air benih dengan metode oven mengenai lama pengeringan
dan suhu oven. Wang (1990) dalam Edi (1993) menyatakan bahwa prosedur dan
metode untuk pengukuran kadar air benih-benih tropis, khususnya benih yang
mengandung minyak tinggi sering tidak cocok dengan prosedur standar pada
ISTA. Oleh karena itu, metode pengukuran kadar air benih jarak pagar menjadi
hal yang penting untuk dikembangkan, baik menggunakan metode oven maupun
menggunakan alat pengukur kadar air lainnya agar didapatkan metode
pengukuran kadar air yang cepat dan tepat.
GMK range benih padi yang masih bagus berdasarkan pengukuran kadar
air menggunakan grain moisture yaitu antara 9.8%-26.0%. Sedangkan GMK
rang benih jagung yang masih bagus berdasarkan pengukuran kadar air
menggunakan grain moisture yaitu 8.7%-22.8%. Jadi pengukuran kadar air
benih padi menggunakan moisture meter model GMK-303RS adalah 14.5%, dan
benih jagung 12.2%.
Tinggi rendahnya kandungan air dalam benih memegang peranan yang
demikian penting dan berpengaruh besar terhadap viabilitas dan pertumbuhan
umum dari benih tersebut (Ance K, 1992). Berdasarkan penelitian Kartika
(2015) mengatakan bahwa Ketika kadar air benih mencapai 18 sampai 20 %,
peningkatan respirasi dan aktifitas mikroorganisme menyebabkan deteriorasi
34

benih yang cepat. Pada kadar air 30 %, sebagian besar benih yang tidak dorman
mulai berkecambah, berarti benih padi dan jagung tersebut masih termasuk ke
dalam jenis benih yang masih memiliki mutu yang bagus.

G. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa;
1. Pengukuran kadar air benih dapat dilakukan secara lagsung maupun tidak
langsung. Pengukuran kadar air benih secara langsung dapat dilakukan
dengan menggunakan gravimetric sedangkan pengukuran kadar air benih
secara tidak langsung dilakukan dengan cara menggunakan moisture meter.
2. Tinggi rendahnya kandungan air dalam benih memegang peranan yang
demikian penting dan berpengaruh besar terhadap viabilitas dan pertumbuhan
umum dari benih tersebut. Ketika kadar air benih mencapai 18 sampai 20 %,
peningkatan respirasi dan aktifitas mikroorganisme menyebabkan deteriorasi
benih yang cepat. Pada kadar air 30 %, sebagian besar benih yang tidak
dorman mulai berkecambah..
35

ACARA IV
DORMANSI BENIH

A. Tujuan
1. Mengetahui penyebab dormansi benih
2. Mengatasi dormansi pada benih

B. Tinjauan Pustaka
Dormansi benih ialah cara tanaman agar dapat bertahan hidup dan
beradaptasi dengan lingkungannya. Dormansi benih dapat mencegah
terjadinya perkecambahan di lapangan, mekanisme untuk mempertahankan
hidup benih, dan pada beberapa spesies menjadi lebih tahan simpan. Namun,
dormansi benih dapat mengacaukan waktu tanam, memperpanjang waktu
berkecambah, serta menimbulkan masalah dalam interpretasi terhadap
pengujian benih (Widajati et al. 2013).
Dormansi benih merupakan suatu kondisi ketika benih hidup tidak
berkecambah sampai batas waktu di akhir pengamatan meskipun faktor
lingkungan optimum untuk perkecambahan (Ilyas, 2012). Dormansi benih
juga disebabkan karena adanya impermeabilitas kulit benih terhadap air dan
gas serta embrio yang belum tumbuh sempurna (Ariyanti et al. 2017).
Perlakuan yang dapat dilakukan dalam mengatasi masa dormansi benih aren
yaitu melalui skarifikasi benih (Purba et al. 2014). Masa dormansi benih yang
panjang dapat diperpendek dengan beberapa cara perlakuan fisik, kimia dan
biologi (Natawijaya dan Sunarya, 2018).
Dormansi dibagi menjadi 2, yaitu dormansi primer dan dormansi
sekunder. Dormansi primer adalah dormansi yang paling sering terjadi, terdiri
dari dua sifat, diantaranya adalah dormansi eksogenous yaitu kondisi dimana
komponen penting perkecambahan tidak tersedia bagi benih dan
menyebabkan kegagalan dalam perkecambahan. Tipe dormansi tersebut
36

berhubungan dengan sifat fisik dari kulit benih serta faktor lingkungan selama
perkecambahan, dan dormansi endogenous yaitu dormansi yang disebabkan
karena sifat-sifat tertentu yang melekat pada benih, seperti adanya kandungan
inhibitor yang berlebih pada benih, embrio benih yang rudimenter dan
sensitivitas terhadap suhu dan cahaya. Dormansi sekunder adalah sifat
dormansi yang terjadikarena dihilangkannya satu atau lebih faktor penting
perkecambahan. Dormansi sekunder disini adalah benih-benih yang pada
keadaan normal maupun berkecambah, tetapi apabila dikenakan pada suatu
keadaan yang tidak menguntungkan selama beberapa waktu dapat menjadi
kehilangan kemampuannya untuk berkecambah. Kadang-kadang dormansi
sekunder ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi yang dibutuhkan untuk
berkecambah kecuali satu. Misalnya kegagalan memberikan cahaya pada
benih yang membutuhkan cahaya (Efendi, 2020).
Menurut Baskin (2014), dormansi benih terbagi menjadi 5 kelas, yaitu
dormansi secara fisiologis, morfologi, morfofisiologi, fisik, serta kombinasi
fisik dan fisiologis. Benih yang mengalami dormansi fisiologis masih dapat
melewatkan air (permeable) namun mengalami mekanisme penghambatan
pada embrio sehingga menyebabkan radikula tidak dapat muncul. Dormansi
morfologi disebabkan oleh embrio yang belum sempurna pertumbuhannya
atau belum matang, sedangkan dormansi fisik merupakan dormansi yang
disebabkan oleh terhalangnya air masuk ke benih (impermeable) sehingga
menyebabkan benih gagal berkecambah. Gabungan antara dormansi fisiologis
dan morfologi disebut dengan dormansi morfosiologi.
Perlakuan pematahan dormansi merupakan istilah yang digunakan
untuk proses atau kondisi yang diberikan untuk mempercepat perkecambahan
benih sehingga persentase berkecambah tetap tinggi. Perlakuan pematahan
dormasi diberikan pada benih-benih yang memiliki tingkat kesulitan yang
tinggi untuk dikecambahkan (Widhityarini et al. 2013). Perlakuan
pendahuluan ditujukan pada kulit benih, embrio, maupun endosperma benih
37

dengan tujuan untuk menghilangkan faktor penghambat perkecambahan dan


mengaktifkan kembali se - lsel benih yang dorman (Yuniarti 2013).
Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi
tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum
dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan. Dormansi
pada benih berlangsung selama beberapa hari, semusim, bahkan sampai
beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan tipe dari dormansinya.
Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh rendahnya/tidak adanya proses
imbibisi air, proses respirasi tertekan/terhambat, rendahnya proses mobilisasi
cadangan makanan, rendahnya proses metabolisme cadangan makanan
(Harahap, 2012).
Menurut Abidin (1993) dormansi terjadi disebabkan oleh faktor luar
(eksternal) dan faktor dalam (internal). Faktor-faktor yang menyebabkan
dormansi pada biji adalah ; tidak sempurnanya embrio (rudimetery embrio),
embrio yang belum matang secara fisiologis, kulit biji yang tebal (tahan
terhadap gerakan mekanis), kulit biji impermeable, dan adanya zat
penghambat (inhibitor) untuk perkecambahan.
Perlakuan pematahan dormasi dapat dilakukan melalui beberapa
metode seperti perendaman dalam air, pengurangan ketebalan kulit, perlakuan
dengan zat kimia, penyimpanan benih dalam kondisi lembab dengan suhu
dingin dan hangat atau disebut stratifikasi (Widajati et al. 2013). Skarifikasi
benih merupakan salah satu upaya pretreatment atau perlakuan awal pada
benih yang ditujukan untuk mematahkan dormansi dan mempercepat
terjadinya perkecambahan benih (Dharma, dkk., 2015). Ada beberapa macam
perlakuan pendahuluan skarifikasi benih dan tergantung sifat dan jenis benih
yang digolongkan ke dalam 3 (tiga) cara skarifikasi, yaitu cara fisik, cara
mekanis, dan cara kimiawi. Skarifikasi secara kimiawi berupa perendaman
biji dengan hormon giberelin dengan konsentrasi yang berbeda-beda dalam
waktu tertentu (Sutopo, 2004; Arda, dkk., 2014). Perlakuan benih yang
38

mempunyai kulit keras dengan cara perendaman bahan kimia giberelin dapat
melunakan kulit benih sehingga mempermudah masuknya air dan O₂ yang
dibutuhkan untuk proses perkecambahan (Sutopo, 2010).
Perlakuan mekanis (skarifikasi) pada kulit biji dapat dilakukan dengan
cara penusukan, penggoresan, pemecahan, pengikiran atau pembakaran,
dengan bantuan pisau, jarum, kikir, kertas gosok atau lainnya adalah cara
yang paling efektif untuk mengatasi dormansi fisik (Mistian et al. 2012).
Perlakuan skarifikasi yang juga memberikan hasil yang baik yaitu perlakuan
skarifikasi benih yang direndam air dingin selama 3x24 jam. Menurut
Kusfebriani et al., (2010), dengan masuknya air maka akan mengencerkan
protoplasma sehingga dapat meningkatkan sejumlah proses fisiologis dalam
embrio, seperti pencernaan, pernapasan, asimilasi dan pertumbuhan. Air juga
memberikan fasilitas untuk masuknya oksigen ke dalam biji.
Penggunaan larutan kimia KNO3 ditinjau secara ekonomi tergolong
murah dan mudah dijumpai. Faustina et al., (2011) menyatakan bahwa larutan
kimia yang terkenal murah dan tersedia banyak di pasaran adalah KNO3.
KNO3 juga sudah teruji efektif mempercepat perkecambahan beberapa benih
tanaman, antara lain padi dan aren. KNO3 berfungsi untuk meningkatkan
aktifitas hormon pertumbuhan pada benih. Pengaruh KNO3 yang ditimbulkan
ditentukan oleh besar kecil konsentrasinya. Perlakuan awal dengan larutan
KNO3 berperan merangsang perkecambahan pada hampir seluruh jenis biji.
Perlakuan perendaman dalam larutan KNO3 dilaporkan juga dapat
mengaktifkan metabolisme sel dan mempercepat perkecambahan.
C. Alat dan Bahan
1. Amplas
2. Pisau atau cutter
3. KNO3 3%
4. Oven
5. Pasir atau kertas merang
39

6. Benih padi baru kering panen kadar air 11%


7. Benih lamtoro

D. Cara Kerja
1. Benih Padi dengan Perlakuan Sinar Matarahri.
a. Benih padi yang telah disiapkan ditata pada baki atau alas datar
b. Jemur benih yang telah ditata dibawah sinar matahari selama 5 hari
c. Saat malam simpan benih pada tempat yang kering dan tidak lembab
d. Setelah dijemur selama 5 hari, tanam benih pada media pasir. amati
perkecambahan benih padi lalu hitung daya kecambah benih padi
2. Benih Padi Perlakuan KNO3
a. Benih padi yang telah disiapkan direndam dalam larutan KNO 3 selama 12
jam.
b. Benih yang sudah direndam dalam KNO3 lalu ditanam benih pada media
pasir. Setelah 7 hari amati perkecambahan benih padi lalu hitung daya
kecambahan benih padi
3. Benih Lamtoro dan Jagung Kontrol
Untuk perlakuan control benih padi langsung ditanam pada media pasir
selama 7 hari setelah itu amati perkecambahan benih padi lalu hitung daya
kecambah benih padi.
4. Benih Lamtoro Perlakuan Perendaman Air Panas
a. Benih lamtoro yang sudah disiapkan direndam dalam air panas (Tidak
mendidih)
b. Rendam selama 15 menit.
c. Setelah benih direndam, kering anginkan lalu tanaman pada media pasir
selama 7 hari
d. Setelah itu amati perkecambahan benih lamtoro lalu hitung daya
kecambah benih.
5. Benih Lamtoro Perlakuan Pengamplasan
40

a. Benih lamtoro diamplas pada bagian samping benih (Jangan sampai


melukai bagian embrio benih)
b. Setelah dikikis kulit lamtoro dengan amplas tanam benih pada media pasir
selama 7 hari
c. Setelah itu amati perkecambahan benih lamtoro lalu hitung daya
kecambah benih.
6. Benih Lamtoro Perlakuan Kontrol
Untuk perlakuan control benih lamtoro langsung ditanam pada media pasir
selama 7 hari setelah itu amati perkecambahan benih lamtoro lalu hitung daya
kecambah benih.
E. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Pengamatan Daya Kecambah Benih Lamtoro
Benih : Lamtoro Daya Kecambah
Ulangan Rerata (%)
Perlakuan
I II III
1. Kontrol 2 3 - 12,5%
2. Amplas 7 20 12 64%
3. Air Panas 20 2 9 52%
Sumber: Praktikum Teknologi Benih 2021
Tabel 4.2 Pengamatan Daya Kecambah Benih Padi
Benih : Padi Daya Kecambah
Ulangan Rerata (%)
Perlakuan
I II III
1. Kontrol 10 11 - 52,5%
2. Penjemuran 16 11 14 68,3%
3. KNO3 3% 15 18 18 85%
Sumber: Praktikum Teknologi Benih 2021
41

F. Pembahasan
Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme
hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak
mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu
reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Dipandang dari segi ekonomis
keadaan dormansi benih dianggap tidak menguntungkan, oleh karena itu
diperlukan cara agar dormansi dapat dipecahkan atau lama dormansinya dapat
dipersingkat. Beberapa cara yang telah diketahui menurut Sadjad (1977) adalah
(1) perlakuan mekanis dipergunakan untuk memecahkan dormansi benih yang
disebabkan oleh impermeabilitas kulit biji baik terhadap air atau udara.
Skarifikasi: mengikir atau menggosok kulit biji dengan kertas ampelas,
melubangi kulit biji dengan pisau, menggoncang benih untuk benih-benih yang
memiliki sumbat gabus. Hal ini bertujuan untuk melemahkan biji yang keras,
sehingga lebih permeabel terhadap air atau udara. Tekanan: memberi tekanan
hidraulik 2000 atm pada 18ºC selama 5-20 menit sehingga dapat meningkatkan
perkecambahan sebesar 50-80%. Efek tekanan akan terlihat setelah benihbenih
tersebut dikeringkan dan disimpan. (2) Perlakuan kimia, perlakuan ini dengan
menggunakan bahan-bahan kimia seperti asam sulfat dan asam nitrat dengan
konsentrasi pekat agar kulit biji menjadi lebih lunak sehingga air dengan mudah
terserap. (3) Perlakuan perendaman dengan air, dengan cara merendam benih
dengan air panas pada suhu perendaman dan lama perendaman tertentu agar
kulit biji lebih mudah dalam proses penyerapan air (imbibisi).
Budidaya lamtoro seringkali dihadapkan pada masalah dormansi pada biji
sehingga memerlukan waktu yang lama untuk pematahan dormansi dan
akibatnya sulit mendapatkan pertumbuhan yang seragam. Penyebab terjadinya
dormansi biji ini antara lain karena keadaan kulit biji lamtoro yang keras
sehingga sulit ditembus air dan udara (Francis, 1993). Kulit biji yang keras pada
biji lamtoro dapat mempengaruhi viabilitas dan vigoritas benih untuk
berkecambah artinya kemampuan benih untuk berkecambah dalam kondisi
42

lingkungan tertentu menjadi kurang optimal dan kinerja benih selama


perkecambahan dan pertumbuhan semai (survival rate) menjadi rendah.
Pada benih lamtoro dengan 3 perlakuan yaitu dengan kontrol,
pengamplasan, dan perendaman benih menggunakan air panas dengan 3
ulangan, untuk perlakuan kontrol hanya menggunakan 2 perlakuan. Berdasarkan
hasil pengamatan yang telah dilakukan, benih lamtoro dengan perlakuan control
memiliki rerata daya kecambah sebesar 12,5 %. Pada benih dengan perlakuan
pengamplasan memiliki daya kecambah 64%. Sedangkan pada perlakuan
perendaman air panas, benih lamtoro memiliki rerata daya kecambah sebesar
52%. Berdasarkan data tersebut, rerata yang paling tinggi untuk daya kecambah
benih lamtoro terdapat pada perlakuan pengamplasan yaitu 64%. Metode
pengamplasan merupakan cara skarifikasi mekanik karena pada proses tersebut
dapat mengakibatkan hambatan mekanik kulit benih untuk berimbibisi
berkurang, sehingga meningkatkan kadar air dapat terjadi lebih cepat yang
memacu benih untuk berkecambah. Menurut Infandri (2008), metode
pengamplasan dapat meningkatkan daya perkecambahan. Karena hal tersebut,
daya kecambah yang paling tinggi yaitu pada perlakuan pengamplasan. Benih
lamtoro yang keras sehingga dalam praktikum ini pematahan dormansinya
menggunakan amplas dengan tujuan yang sama supaya kotiledon terlihat dan
lebih cepat berkecambah. Hasil penelitian tersebut diatas sesuai dengan yang
dinyatakan oleh Gardner et al.,(1991) yang menyatakan bahwa asam kuat sangat
efektif untuk mematahkan dormansi pada biji yang memiliki struktur dan kulit
biji yang keras, sehingga kulit benih menjadi lunak serta air dan oksigen dapat
berimbibisi kedalam benih.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada praktikum dari
pematahan dormansi diberikan tiga perlakuan yaitu dengan kontrol, penjemuran,
dan perendaman mengggunakan KNO3. Pada pengamatan daya perkecambahan
benih padi diberikan tiga perlakuan yaitu dengan kontrol, penjemuran, dan
perlakuan KNO3 3%. Pada perlakuan 1 atau kontrol diperoleh rerata daya
43

kecambah sebesar 52,5%. Untuk perlakuan 2 yaitu perlakuan penjemuran


memiliki rerata daya kecambahnya sebesar 68,3% dan pada perlakuan 3 atau
perlakuan KNO3 3% memilki rerata daya kecambah sebesar 85%. Berdasarkan
data tersebut, rerata yang paling tinggi untuk daya kecambah benih padi terdapat
pada perlakuan KNO3 yaitu 85%. Hal ini sesuai dengan teori dimana teori yang
menyatakan larutan KNO3 3% berfungsi untuk mengaktifkan kembali proses
metabolisme benih sehingga benih mampu berkecambah yang seharusnya
memiliki daya kecambah yang tinggi. Dibandingkan perlakuan dengan KNO3
3%, pada perlakuan penjemuran memiliki nilai rerata yang cukup tinggi hal
tersebut disebabkan oleh fenomena after ripening benih dimana pengeringan di
bawah sinar matahari cukup efektif untuk pengeringan benih sehingga terjadi
peningkatan daya berkecambah sesuai dengan penjemuran yang dilakukan.

G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji adalah tidak
sempurnanya embrio (rudimetery embrio), embrio yang belum matang
secara fisiologis, kulit biji yang tebal (tahan terhadap gerakan mekanis),
kulit biji impermeable, dan adanya zat penghambat (inhibitor) untuk
perkecambahan (Husain, I. and Tuiyo, R., 2012).
Pematahan dormansi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu,
pengamplasan, perendaman dalam larutan kimia, dan perendaman dengan air
panas. Dormansi pada benih padi dapat diatasi dengan perlakuan perendaman
KNO3 sebanyak 3%, sedangkan pada benih lamtoro dapat diatasi dengan
pengamplasan benih.
44

ACARA V
UJI VIABILITAS

A. Tujuan
1, Membandingkan daya tumbuh/daya kecambah benih dari uji viabilitas
benih secara langsung dan tidak langsung.
2. Menaksir viabilitas benih dengan metode daya hantar listrik

B. Tinjauan Pustaka
Viabilitas adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan oleh proses
pertumbuhan benih (Tefa, 2017). Viabilitas benih dipakai untuk mengetahui
kemampuan tumbuh normal dalam kondisi optimal dan sub optimal. Benih
yang memiliki viabilitas tinggi lebih mempunyai ketahanan simpan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan benih yang memiliki viabilitas yang lebih rendah
sehingga benih dapat disimpan pada periode waktu yang lebih lama (Claudia,
dkk., 2013). Viabilitas benih tergantung pada kondisi lingkungan tempat
benih ditumbuhkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih di
lapangan yaitu mutu sumber benihnya, ketersediaan air, ketersediaan hara,
kehadiran organisme pengganggu tanaman, suhu serta cahaya yang cukup
(Widajati dkk, 2013).
Kelangsungan daya hidup benih ditunjukkan oleh persentase benih
yang akan menyelesaikan perkecambahan, kecepatan perkecambahan dan
vigor akhir yang menyelesaikan perkecambahannya. Proses perkecambahan
suatu benih, memerlukan kondisi lingkungan yang baik, viabilitas benih yang
tinggi dan pada beberapa jenis tanaman tergantung pada upaya pemecahan
dormansinya. Kualitas benih digolongkan menjadi tiga macam yaitu kualitas
genetik, fisiologis, dan kualitas fisik. Pengujian viabilitas dilakukan untuk
mengetahui kualitas fisiologis yang berkaitan dengan kemampuan benih untuk
45

berkecambah. Indeks matematis terhadap perkecambahan dapat mudah untuk


menggambarkan kualitas benih yang dapat diterima oleh seluruh konsumen
(Ryastika, 2011).
Viabilitas benih dapat dideteksi melalui beberapa pendekatan,
pendekatan yang paling lazim dilakukan adalah melalui pendekatan fisiologis.
Metode pendekatan fisiologis ini dibagi menjadi metode langsung dan tidak
langsung. Metode langsung yaitu apabila pengamatan dilakukan pada setiap
individu benih, sedangkan metode tidak langsung jika deteksi viabilitas
tersebut dilakukan terhadap sejumlah benih sekaligus. Deteksi viabilitas benih
dari gejala pertumbuhannya disebut penilaian dengan indikasi langsung,
sedangkan penilaian viabilitas benih dari gejala metabolism, bentuk fisik yang
kesemuanya tanpa memperlihatkan gejala pertumbuhan disebut pendekatan
dengan indikasi tidak langsung. Pada pengujian viabilitas benih dengan
menggunakan indikator pertumbuhan kecambahnya sering disebut indikasi
langsung, di mana yang dinilai adalah kenormalan pertumbuhan kecambah
dan dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan metode pengujian
yang didasarkan pada proses metabolism benih yang merupakan indikasi tak
langsung atau sering juga dengan uji cepat (Kementrian Kehutanan, 2014).
Tujuan dari uji cepat viabilitas benih adalah untuk menentukan secara
cepat viabilitas benih sutau spesies yang berkecambah normal secara lambat
atau menunjukkan dormansi di bawah perkecambahan normal. Selain itu
untuk menentukan viabilitas dari suatu sampel yang pada akhir uji
perkecambahan menyatakan suatu persentase yang tinggi dari yang tidak
berkecambah (hard seed). Beberapa metode uji cepat yang dapat digunakan
dalam menduga viabilitas benih, antara lain : uji belah (cutting test), uji
tetrazolium, uji hydrogen peroksida, metode radiografi, uji eksisi embrio, uji
daya hantar listrik, dan uji indigo car-mine (Kementrian Kehutanan, 2014).
Uji tetrazolium merupakan salah satu dari sejumlah metode uji secara
biokimia yang telah dikembangkan dan merupakan teknik pengujian yang
46

cukup tepat untuk menduga viabilitas benih. Dengan menggunakan metode


ini, dalam waktu kurang lebih 24 jam viabilitas dari suatu kelompok benih
telah dapat diduga. Metode uji tetrazolium menggunakan prinsip bahwa setiap
sel hidup akan berwarna merah oleh reduksi dari suatu pewarnaan garam
tetrazolium dan membentuk endapan formazan merah sedangkan sel-sel yang
mati menunjukan warna putih. Dengan merendamnya terlebih dahulu selama
semalam, kemudian dibelah dan direndam dalam larutan garam selama
beberapa jam, telah dapat menunjukan reaksi yang jelas dan dapat
membedakan antara sel yang masih hidup dengan yang sudah mati
(Kementrian Kehutanan, 2014).
Uji Daya Hantar Listrik (DHL) merupakan salah satu cara pengujian
fisik benih yang mencerminkan tingkat kebocoran membran sel. Prinsip uji
DHL adalah menganalisision-ion anorganik dan senyawa organik yang
terdapat pada larutan air rendaman benih. Semakin tinggi kandungan senyawa
organik, ion-ion anorganik yang ada dalam air rendaman benih akan
menunjukkan nilai DHL yang tinggi dan semakin rendah vigor benih. Benih
bervigor rendah memiliki integritas membran yang rendah akibat deteriorasi
selama penyimpanan dan adanya luka mekanis. Benih dengan kebocoran
elektrolit tinggi memiliki vigor rendah, sedangkan yang kebocoran
elektrolitnya rendah adalah benih bervigor tinggi. Uji DHL memiliki beberapa
keunggulan yaitu prosedur pelaksanaannya cukup sederhana, mudah, murah,
dengan waktu pengujian cukup singkat (ISTA 2010).
C. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Beker glass
b. Petridish
c. Scalpel
d. Pinset
e. Magnifier
47

f. Kertas merang 20 x 30 cm, 3-4 lembar setebal 1 mm


g. Alat pengecambah benih (dapat diganti dengan dandang atau langseng)
h. Conductivitymeter
2. Bahan
a. Benih jagung,
b. Benih kedelai yang baru dan lama.
c. Tetrazolium Cloride

D. Cara Kerja
1. Uji Tetrazolium
a. Menyiapkan larutan 1 % dari 2,3,5, triphenil tetrazolium chloride
b. Melembabkan benih yang akan diuji sekitar 12 jam atau merendam
selama 4 jam tergantung jenisnya.
c. Mengupas, mengiris atau menusuk benih agar larutan tetrazolium dapat
masuk jaringan benih tersebut, apabila diperlukan.
d. Memasukkan benih yang telah siap ke dalam larutan tetrazolium selama
15 menit atau 3 jam (sampai pengecetan langsung). Reaksi reduksi akan
berlangsung lebih cepat apabila dalam keadaan gelap dan dalam
temperature 40 celcius
e. Melakukan pengecetan apabila reaksi sudah dirasa cukup, evaluasi dapat
segera dilakukan. Gantilah larutan tetrazolium dengan aquadest,
kemudian amati pola-pola yang terjadi pada benih dengan teliti. Apabila
evaluasi tidak dapat dilakukan segera, masukkan benih yang telah
mengalami pengecatan tersebut ke dalam refrigerator dengan suhu 10° C
(bahan ini masih dapat bertahan).
f. Memisahkan benih yang hidup atau mati (jaringan sehat berwarna merah,
jaringan rusk berwarna merah tua, dan jaringan mati tidak mengalami
perubahan warna). Pola-pola tertentu akan menunjukkan benih yang mati
dan yang masih mati.
48

2. Uji Daya Hantar Listrik


a. Merendam benih dalam aquadest dengan perbandingan volume 1:3
selama 24 jam
b. Daya Hantar Listrik (DHL) air Merendam benih yang diukur dengan
Conductivitymeteri
c. Nilai DHL air rendaman benih yang tinggi menunjukkan rendahnya mutu
benih, karena sudah terjadi kebocoran membrane benih.
3. Uji Perkecambahan
a. Menanam benih masing-masing ulangan 25 butir dengan metode UAKm
(Uji Antar Kertas, Dimiringkan) dalam Alat Pengecambah Benih
dimaksudkan menguji benih dengan menanam benih diantara lembar
substrat, kemudian dilipat. Setelah itu ditanam dengan memiringkan letak
trays di alat pengecambah benih.
b. Melakukan pengamatan pada hari ke-5 dan ke-7 terhadap jumlah
kecambah yang normal.
E. Hasil Pengamatan
Tabel 5.1 Uji viabilitas Benih Jagung dengan Uji UAKm
Langsung (UAKm)
Viabilitas
Benih Jagung Baru N% Benih Jagung Lama N%
1 100% 28%
2 88% 76%
3 100% 88%
4 80% 68%
5 72% 56%
Rata-rata 88% 63,2%
Sumber : Praktikum Teknologi Benih 2020

Tabel 5.2 Uji viabilitas komoditas Padi, Jagung dan Kacang Hijaudengan Uji
DHL
Tidak Langsung (DHL)
Viabilitas Komoditas 1 Padi Komoditas 2 Komoditas 3
Jagung Kacang Hijau
49

Benih baru
0,5 ms 8,5 ms 12,6 ms
(Kontrol)
Benih lama 5,1 ms 22,3 ms 6,7 ms
Sumber : Praktikum Teknologi Benih 2020

F. Pembahasan
Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui
gejala metabolisme dengan gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga
merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih. Pada umumnya
viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi
kecambah normal. Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan
viabilitas benih dan jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih
merupakan indeks dari viabilitas benih.
Cara kerja pengujian langsung UAKm yaitu dengan melembabkan media
kertas menggunakan air, menanam benih atau biji yang akan dikecambahkan di
atas lembar substrat, melipat bagian pinggir-pinggir substrata atau media tanam
kertas, lalu meletakkan pada alat pengecambah benih dengan posisi miring, dan
melakukan pengamatan terhadap jumlah kecambah yang normal. Sedangkan
Cara kerja pengujian tidak langsung daya hantar listrik (leachate conductivity
test) yaitu dengan merendam kedalam aquadest dengan perbandingan volume
1:3 selama 24 jam dan kemudiasn air rendaman benih diukur dengan
Conductivitymeter. Prinsip dari uji daya hantar listrik adalah nilai DHL air
rendaman benih yang tinggi menunjukkan rendahnya mutu benih karena sudah
terjadi kebocoran membrane benih.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada uji viabilitas benih
jagung dengan metode langsung UAKm pada benih jagung lama dan benih
jagung baru yang ditunjukan pada tabel 5.1, diperoleh hasil rata-rata benih yang
berkecambah paling tinggi yaitu pada jagung barudengan rata-rata viabilitas
benih 88% sedangkan pada hasil pengamatan benih jagung lama rata-rata
viabilitas benih yang didapat yaitu 63,2%.Hal tersebut sesuai dan dapat
50

dikaitkan dengan teori deteriorasi benih (kemuduran benih). Menurut Sadjad et


al. (1999) deteriorasi didefinisikan sebagai kemunduran viabilitas benih oleh
faktor alami baik di lapang produksi maupun dalam ruang simpan. Kemunduran
benih merupakan proses penurunan mutu benih secara berangsur-angsur dan
komulatif serta tidak dapat kembali pada kondisi awal (irreversible) akibat
perubahan fisiologis dari dalam benih. Kemunduran benih sangat beragam, baik
antar jenis, antar varietas, antar lot, bahkan antar individu dalam lot benih.
Benih jagung lama yang digunakan dalam penelitian ini merupakan benih
jagung yang telah mengalami proses penyimpanan dalam jangka waktu lama
setelah benih melewati masa panen, sedangkan benih jagung baru merupakan
benih jagung yang tidak mengalami waktu yang lama setelah masa panen.
Berdasarkan pengamatan uji viabilitas yang telah dilakukan didapatkan bahwa
nilai viabilitas benih jagung baru lebih tinggi dibandingkan dengan nilai
viabilitas benih jagung lama, sehingga benih jagung baru lebih baik untuk
ditanam atau dibudayakan karena memiliki presentase perkecambahan yang
lebih besar dibandingkan dengan benih jagung lama. Hal tersebut dapat terjadi
akibat perbedaan lamanya waktu penyimpanan antara benih jagung lama dan
banih jagung baru. Menurut Widodo (1991) dalam Koes F. dan Rahmawati
(2009) menyatakanpada umumnya semakin lama benih disimpan maka
viabilitasnya akan semakin menurun. Mundurnya viabilitas benih merupakan
proses yang berjalan bertingkat dan kumulatif akibat perubahan yang diberikan
kepada benih.
Selama penyimpanan, benih akan mengalami kemunduran yang
kecepatannya dipengaruhi oleh faktor genetik, mutu awal benih (daya
berkecambah, indeks kecepatan berkecambah), kadar air benih, dan suhuruang
simpan. Deteriorasi pada benihterjadi akibat kebocoran membran sel dan
menyebabkan penurunan viabilitas. Proses penuaan atau mundurnya viabilitas
benih dapat dicirikan dengan menurunnya daya berkecambah, meningkatnya
jumlah kecambah abnormal, penurunan perkecambahan di lapang (field
51

emergence), terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, meningkatnya


kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim sehingga menurunkan produktivitas
di lapang (Copeland dan Donald, 1985 dalam Jasmi, 2017).Proses penuaan
sebagai fungsimeningkatnya tingkat DNAase berakibatpada pecahnya molekul
DNA dalamnukleus. Akibatnya, terjadi transkripsiRNA sehingga sintesis ATP
berkurang,aktivitas respirasi menurun dan secaranyata viabilitas dan vigor
kecambah berkurang (Smith, 1984 dalam Jasmi, 2017).
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada uji viabilitas
benihdengan metode tidak langsung yaitu uji daya hantar listrik pada 3
komoditas benih yaitu benih padi, jagung dan kacang hijauyang ditunjukan pada
tabel 5.2.Pada komoditas padi diperoleh hasil paling tinggi yaitu pada benih
lamadengan nilai DHL 5,1 ms. Pada komoditas jagung diperoleh hasil tertinggi
yaitu pada benih lama dengan nilai DHL 22,3 ms,sedangkan pada hasil
pengamatan komoditas kacang hijau diperoleh nilai DHL paling tinggi pada
benih baru yaitu 12,6 ms. Hal tersebut sesuai dengan pernyataanIsmatullah
(2003) yang menyatakan bahwa penyimpanan benih memberikan pengaruh yang
sangat nyata terhadap daya hantar listrik benih. Semakin lama benih disimpan,
nilai daya hantar listriknya semakin meningkat. Semakin meningkat DHL berarti
bertambah banyak zat-zat yang terlarut dalam cairan rendaman benih.
Semakin banyak eletrolit yang dikeluarkan benih kedalam air rendaman
akan semakin tinggi nilai pengukuran konduktivitasnya. Kondutivitas yang
tinggi mengindikasikan vigor benih rendah. Benih bervigor rendah memiliki
integritas membran yang rendah sebagai akibat dari deteriorasi selama
penyimpanan dan adanya luka mekanis. Benih yang memiliki kebocoran
elektrolit tinggi dianggap memiliki vigor rendah, sedangkan yang kebocoran
elektrolitnya rendah adalah benih bervigor tinggi. Tingginya kebocoran selama
imbibisi dihasilkan dari sel terluar dari kotiledon yang mati. Selama imbibisi,
benih yang memiliki struktur membran rusak akan melepas zat terlarut dari
sitoplasma kemedia imbibisi lebih banyak. Zat terlarut dengan sifat elektrolit
52

membawa muatan listrik yang dapat dideteksi oleh alat pengukur konduktivitas.
Viabilitas benih yang diukur dengan metode DHL akan lebih dini menunjukkan
gejala kemunduran benih (Matthews dan Powell, 2006).
Pada benih kacang hijau menunjukkan bahwa benih baru memiliki nilai
dhl yang tinggi dibandingkan benih lama. Tingginya nilai DHL pada benih baru
kacang hijau antara lain dapat dipengaruhi oleh varietas, periode imbibisi,
jumlah benih yang digunakan, suhu imbibisi dan kadar air benih (Viera et al.,
2002).Sedangkan rendahnya nilai DHL menunjukkan bahwa benih tersebut
masih memiliki kualitas yang baik. Hal tersebut dapat terjadi karena
penyimpanan benih yang memiliki kadar kelembapan udara serta air yang
rendah dan disimpan pada suhu dan kelembapan tertentu. Sehingga pada saat
proses imbisisi berlangsung tingkat kebocoran pada benih dapat terhindar karena
kualitas benih yang masih baik . Hal ini sesuai dengan pernyataan Hartati (2019)
dimana kadar air rendah dan disimpan pada suhu dan kelembaban penyimpanan
tertentu berpengaruh dalamviabilitas benih secara nyata.Kadar air merupakan
faktor yang paling mempengaruhi kemunduran benih. Kemunduran benih
meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar air benih. Kadar air benih akan
berpengaruh pada proses aktivasi enzim. Kadar air yang rendah dapat
meminimalisir proses aktivasi enzim. Kadar air optimum tiap jenis benih
berbeda-beda.
Keuntungan uji viabilitas secara langsung yaitu biaya dalam pengujian
relatif lebih murah dan didalam pengujian langsung tidak memerlukan keahlian
dan pelatihan yang intensif, dan dapat dengan mudah mendeteksi kerusakan
yang di akibatkan olehmikroba seperti jamur dan lainnya yang bersifat
menimbulkan kerusakan. Sedangkan kekurangan pada uji viabilitas secara
langsung yaitu uji relatif lama karena harus menunggu tanaman berkecambah
terlebih dahulu sehingga dapat diketahui daya kecambah benih.
Keuntungan uji viabilitas secara tidak langsung yaitu waktu pengujian
yang singkat, sangat tepat diaplikasikan pada benih yang mengalami dormansi
53

serta benih yang mengalami after ripening, tingkat ketelitian tinggi. Sedangkan
kekurangan uji secara tidak langsung yaitu memerlukan keahlian dan pelatihan
yang intensif, bersifat laboratoris, tidak dapat mendeteksi kerusakan yang di
akibatkan oleh jamur atau mikroba lainnya yang bersifat menimbulkan
kerusakan.
G. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada uji viabilitas benih
jagung dengan metode langsung UAKm diketahui viabilitas pada benih
jagung baru lebih tinggi dibandingkan dengan dan benih jagung lama. Dan
berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada uji viabilitas benih baru
dan benih lama pada komoditas jagung, padi dan kacang hijau dengan metode
tidak langsung DHL (daya hantar listrik) diketahui benih baru memiliki nilai
DHL yang rendah dibandingkan dengan nilai DHL benih lama.
Cara kerja pengujian tidak langsung daya hantar listrik (leachate
conductivity test) yaitu dengan merendam kedalam aquadest dengan
perbandingan volume 1:3 selama 24 jam dan kemudiasn air rendaman benih
diukur dengan Conductivitymeter. Prinsip dari uji daya hantar listrik adalah
nilai DHL air rendaman benih yang tinggi menunjukkan rendahnya mutu
benih karena sudah terjadi kebocoran membrane benih.
ACARA VI
UJI VIGOR

A. Tujuan
1. Mengetahui berbagai jenis uji vigor.
2. Menghitung persentase kekuatan tumbuh dan kecepatan tumbuh
benih.

B. Tinjauan Pustaka
Menurut Sutopo (2010) vigor merupakan kemampuan benih untuk
tumbuh normal dan berproduksi normal pada kondisi sub optimum.
Menurut Yuniarti et al. (2014) vigor benih dipengaruhi oleh berbagai
faktor mulai dari ketika benih masih berada di tanaman induk sampai
pemanenan, pengolahan, ketika dalam transportasi, sampai sebelum
ditanam. Ilyas (2012) menambahkan bahwa vigor benih juga dipengaruhi
oleh proses dan cara benih dikeringkan, dibersihkan, disortir dan dikemas
di unit pengolahan benih (seed processing), serta cara dan kondisi
penyimpanan benih. Selain itu, menurut Yudono (2006) dalam Subaranto
dan Prabowo (2013) faktor yang mempengaruhi vigor adalah faktor
genetik sifat keturunan yang membentuknya pada biji (genetic make up)
vigor potensial berbeda pada spesies, varietas bahkan tanaman yang
berbeda genotipenya.
International Seed Testing Association (2010) mendefinisikan
bahwa vigor sebagai sekumpulan sifat yang dimiliki benih yang
menentukan tingkat potensi aktifitas dan kinerja benih atau lot benih
selama perkecambahan dan munculnya kecambah. Uji vigor ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana kemampuan benih untuk berkecambah
dalam kondisi suboptimum, semakin tinggi vigor maka viabilitas benih
semakin bagus dan benih tersebut semakin bermutu. Variabel pengujian
vigor benih antara lain, benih yang sudah tumbuh normal sesuai ukuran
yang sudah dibakukan diambil dan dihitung. Umumnya kenormalannya
ditentukan berdasar ketegaran struktur tumbuh yang terdiri dari akar
55

primer, akar seminal sekunder, hipokotil, kotiledon, dan daun pertama


yang tumbuh dalam kotiledon, atau koleoptil dan daun pertama yang
tumbuh di dalamnya (Sari dan Faisal., 2017).
Pengujian vigor benih dapat dilakukan dengan menggunakan media
kertas, pasir, tanah, dan batu bata. Beberapa metode yang biasa digunakan
dengan menggunakan media tersebut antara lain:uji kertas digulung
plastik, uji antar kertas, paper piercing test, dan brick gravel test,
sedangkan media pasir adalah cara perkecambahan yang banyak
digunakan karena prosedur kerjanya cukup sederhana. Pengujian benih
menggunakan uji kertas digulung plastik dan uji antar-kertas dilakukan di
laboratorium dengan menggunakan room germinator, sedangkan paper
piercing test, brick gravel test, dan media pasir dilakukan di rumah kaca.
Paper piercing test adalah metode pengujian vigor benih yang dapat
digunakan untuk menguji vigor benih yang terserang penyakit. Pengujian
dilakukan dengan mengecambahkan benih diantara pasir dan kertas filter,
sedangkan brick gravel test menggunakan pecahan bata merah sebagai
media perkecambahan. Prinsip paper piercing test adalah sama dengan
brick gravel test. Benih yang bervigor tinggi akan menghasilkan kecambah
yang kuat sehingga dapat menembus kertas sedangkan pada lot benih yang
bervigor rendah tidak mampu menembus kertas. Berdasarkan hal tersebut
disimpulkan bahwa kecambah yang mampu menembus kertas mempunyai
vigor yang lebih tinggi dibanding benih yang tidak mampu tumbuh
melewati kertas (Rahmawati, 2016).
Cakupan vigor benih memiliki aspek-aspek fisiologis selama
proses perkecambahan dan perkembangan kecambah. Vigor benih bukan
merupakan pengukuran sifat tunggal, tetapi merupakan sejumlah sifat
yang menggambarkan beberapa karakteristik yang berhubungan dengan
penampilan suatu lot benih yang antara lain:
1. Kecepatan dan keserampakan daya perkecambahan dan pertumbuhan
kecambah. 2. Kemampuan munculnya titik tumbuh kecambah pada
kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan pertumbuhan.
56

3. Kemampuan benih untuk berkecambah setelah mengalami penyimpanan


(Sutopo, 2010).
Pengujian benih dilakukan dengan cara simulasi kondisi
kekeringan menggunakan Polyethylen Glycol (PEG). Penggunaan PEG
menyebabkan penurunan potensial air secara homogen sehingga dapat
digunakan untuk meniru besarnya potensial air tanah. Metode
menggunakan PEG tergolong sederhana dan singkat, namun memiliki
kelemahan antara lain harga PEG yang relatif mahal dan sering terjadinya
kontaminasi cendawan pada saat benih dikecambahkan, sehingga
diperlukan alternatif pengujian vigor benih yang berkolerasi dengan
ketahanan benih terhadap cekaman kekeringan (Murniati dan Indra, 2013).
Pada pengujiaan vigor benih terhadap salinitas ini menggunakan
perlakuan dengan pemberian pemberian larutan NaCl pada substrat media.
NaCl (Natrium klorida) merupakan senyawa kimia yang mempengaruhi
salinitas laut dan cairan ekstraselular pada banyak organisme multiseluler.
Pengaruh salinitas (NaCl) terhadap tanaman mencakup tiga aspek yaitu:
mempengaruhi tekanan osmosis, keseimbangan hara, dan pengaruh racun.
Selain itu, NaCl juga dapat mempengaruhi sifat-sifat tanah dan selanjutnya
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Banyaknya Na+ di dalam
tanah menyebabkan menurunnya ketersediaan unsur Ca+ , Mg2+dan K+
yang dapat diserap bagi tanaman. Salinitas juga dapat menurunkan serapan
P meskipun tidak sampai terjadi defisiensi. Meningkatnya kandungan Cl-
diikuti pula oleh berkurangnya kandungan NO3- dalam tajuk (Hendra, N.,
2016)
Pada umumnya uji vigor benih hanya sampai pada tahapan bibit,
karena terlalu sulit dan mahal untuk mengamatiseluruh lingkaran hidup
tanaman. Oleh karena itu digunakanlah kaidah kolerasi. Misal: dengan
mengukur kecepatan berkecambah sebagai parameter vigor, karena
diketahui ada korelasi antara kecepatan berkecambah dengan tinggi
rendahnya produksi tanaman (Sutopo, 2010).
57

Indeks Vigor (%) dilakukan dengan menghitung persentase kecambah


normal yang muncul pada pengamatan hitungan pertama. Rumus yang
digunakan adalah :

IV : indeks vigor

G : jumlah benih yang berkecambah padahari tertentu

D : waktu yang bersesuaian dengan


N : jumlah hari pada perhitungan akhir (Hillary, 2018).

Perhitungan koefisien perkecambahan dilakukan dengan menghitung


kecambah normal yang muncul pada pengamatan hitungan pertama. Rumus
yang digunakan adalah:

Keterangan:

Bn : Total benih yang dikecambahkan.

An : Jumlah benih yang berkecambah setiap hari.


Tn : Waktu yang bersangkutan.

C. Alat dan Bahan


1. Alat:
a. Bak plastik perkecambahan
b. kertas filter
c. substrat kertas merang
2. Bahan
a. Benih kedelai lama dan baru.
b. Pasir
c. NaCl atau garam
58

D. Cara Kerja
1. Kecepatan Tumbuh
a. Benih kedelai lama dan Baru dikecambahkan di bak plastik
perkecambahan yang berisi pasir.
b. Kecambah normal dihitung setiap hari sampai hari ke-7.
2. Kekuatan Tumbuh dengan Uji NaCl
a. Substrat kertas merang terlebih dahulu direndam dalam larutan
garam.
b. Benih kedelai ditanam di dalam substrat sebanyak 25 butir
perulangan (ada 3 ulangan).
c. Penilaian berdasarkan persen kecambah kuat, dihitung pada saat 4 x
24 jam (hari keempat),dan sebagai pembanding dibuat kontrol
(substrat hanya dibasahi dengan air).
3. Kekuatan Tumbuh dengan Uji PP
a. Isi separuh bak plastik dengan media pasir lembab.
b. Tanam benih di atasnya, kemudian tutup dengan kertas filter.
c. Isi separuh bagian lagi dari bak plastik dengan pasir lembab.
d. Amati jumlah kecambah normal pada hari ke-7.

E. Hasil Pengamatan
Tabel 6.1 Uji Kecepatan Tumbuh Pada Benih Jagung Lama dan Baru
Hari ke Benih berkecambah normal

Lama Baru

0 0 0 0 0

1 0 0 0 0

2 2 0 1 0

3 5 7 3 0

4 8 4 6 0
59

5 2 7 0 0

6 1 0 1 0

7 0 2 1 0

Sumber: Praktikum Teknologi Benih 2021

Tabel 6.2 Hasil Perhitungan Kecepatan Berkecambah Benih Jagung Lama


dan Baru
Ulangan Benih lama Benih baru

IV CG Hit I IV CG Hit I

1 3,3 38,3 28% 3 25 16%

2 5 23,2 44% 0 0 0

Ratarata 4,15 30,75 36% 1,5 12,5 8%

Sumber: Praktikum Teknologi Benih 2021

Jagung Lama
1. IV = + + + +++ =
3,3

2. IV = + + + +++ =5

3. CG = = 38,3

4. CG = = 23,2
x 100% = 28%
5. Hit I =
x 100% = 44%
6. Hit I =

Jagung Baru
1. IV = + + + +++ =3

2. IV = + + + +++ =0

3. CG = = 25
4. CG = =0

x 100% = 16%
x 100% = 0%
60

5. Hit I =

6. Hit I =
Tabel 6.3 Uji Kekuatan Tumbuh Dengan NaCl
Perlaku Kuat % (-) ABN Mati Rata-rata (%)
an Kuat
% Kuat (-) ABN Mati
Kuat
%
%

NaCl Benih baru


1 3 0 10 12 12% 0% 40% 48%
2
25 0 0 0 100% 0% 0% 0%
Ratarata
14 0 5 6 56% 0% 20% 24%

NaCl Benih lama


1 5 0 20 0 20% 0% 80% 0%
2
18 0 7 0 72% 0% 28% 0%
Ratarata
11,5 0 13,5 0 46% 0% 54% 0%

Kontrol Benih baru


1 15 0 0 10 60% 0% 0% 40%
2
15 0 0 10 60% 0% 0% 40%
Ratarata
15 0 0 10 60% 0% 0% 40%

Kontrol Benih lama


1 16 0 0 9 64% 0% 0% 36%
2
12 0 0 13 48% 0% 0% 52%
Ratarata
14 0 0 11 56% 0% 0% 44%

Sumber: Praktikum Teknologi Benih 2021

Tabel 6.4 Uji Kekuatan Tumbuh Dengan PP (Paper Piercing)


61

Perlakuan N % Rata-rata

B. Baru 1 25 100%

2 25 100% 96%

3 22 88%

B. Lama 1 25 100% 64%

2 7 28%

Sumber: Praktikum Teknologi Benih 2021

F. Pembahasan
Vigor merupakan sejumlah sifat-sifat benih yang mengindikasikan
pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang normal, cepat dan seragam
pada kisaran kondisi lapang yang optimum maupun sub optimum (Anna,
2017). Vigor benih adalah kemampuan benih tumbuh normal pada kondisi
lapang dan lingkungan suboptimum. Nilai indeks vigor adalah nilai yang
dapat mewakili kecepatan perkecambahan benih yang mengindikasikan
benih tersebut vigor. Cakupan vigor benih memiliki aspek-aspek fisiologis
selama proses perkecambahan dan perkembangan kecambah. Pada praktikum
kali ini, uji vigor dilakukan dengan uji kecepatan tumbuh, kekuatan tumbuh
dengan NaCl, serta kekuatan tumbuh dengan uji PP. Benih yang digunakan
untuk pengujian vigor yaitu benih jagung baru dan jagung lama. Kemudian
untuk parameter yang diamati adalah persentase berkecambah pada benih
jagung lama dan benih jagung baru.
Uji vigor pertama adalah pada kecepatan tumbuh selama 7 hari. Pada
uji vigor melalui kecepatan tumbuh ini diamati jumlah benih yang tumbuh di
setiap harinya selama 7 hari dengan 2 kali ulangan. Uji kecepatan tumbuh ini
dilakukan dengan menanam benih jagung lama dan baru dalam nampan
plastik yang berisi media tanam berupa tanah atau pasir yang telah
dilembabkan. Penanaman benih jagung kemudian diberi jarak tanam lalu
diamati selama 7 hari.Berdasarkan hasil pengamatan kecepatan tumbuh pada
benih jagung lama dan baru, diperoleh perhitungan indeks vigor, koefisien
62

perkecambahan (coefficient germination), dan juga hitungan pertama atau


first counting. Pada benih jagung lama ulangan pertama dan kedua, diperoleh
rata-rata nilai indeks vigor sebesar 4,15, rata-rata koefisien perkecambahan
sebesar 30,7 serta rata-rata hitungan pertama sebesar 36%. Kemudian pada
benih jagung baru, diperoleh rata-rata nilai indeks vigor sebesar 1,5, rata-rata
koefisien perkecambahan sebesar 12,5, serta rata-rata hitungan pertama
sebesar 8%.
Kecepatan tumbuh merupakan salah satu hal yang dapat dijadikan
tolok ukur dari parameter vigor suatu benih, dimana benih yang memiliki
kecepatan tumbuh tinggi maka tanaman yang dihasilkan nantinya akan akan
lebih tahan terhadap keadaan lingkungan yang sub optimum. Kemudian hasil
perhitungan kecepatan berkecambah melalui indeks vigor, koefisien
perkecambahan, serta hitungan pertama secara umum menggambarkan
keserempakan tumbuh yang berkaitan erat dengan vigor suatu benih.
Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh, benih jagung lama memiliki
kecepatan tumbuh yang lebih tinggi dibandingkan benih jagung baru.
Tingginya persentase kecepatan tumbuh benih jagung lama ini diduga
telah mengalami penyimpanan yang lama,namun organ-organ fungsional
dalam benih masih hidup dan cadangan makanan masih mencukupi untuk
dapat berkecambah pada saat benih diletakkan pada lingkungan yang
mendukung untuk terjadinyaproses perkecambahan biji. Hal ini didukung
oleh pernyataan Semsilomba (2008) dalam Subantoro, Renan (2013) bahwa
suatu biji dapat berkecambah jika memenuhi syarat-syarat seperti embrio biji
tersebut masih hidup, biji tidak dalam keadaan dorman dan faktor
lingkungnan menguntungkan untuk perkecambahan. Selain itu, rendahnya
persentase kecepatan tumbuh pada benih jagung baru ini disebabkan oleh
tidak tumbuhnya semua benih jagung baru pada ulangan kedua, sehingga
mempengaruhi hasil kecepatan tumbuh tersebut.
Metode uji vigor yang kedua adalah melalui uji kekuatan tumbuh
dengan NaCl dengan 2 kali ulangan serta menggunakan sampel benih jagung
lama dan baru yang diamati selama 7 hari.Perlakuan pada uji kekuatan
63

tumbuh ini adalah perendaman benih pada NaCl atau garam, serta perlakuan
kontrol tanpa NaCl. Uji kekuatan tumbuh dengan NaCl ini dilakukan dengan
merendam kertas merang (buram) pembungkus benih pada larutan garam.
Kemudian meletakkan kertas tersebut ke atas plastik baru kemudian benih
ditanam di atas kertas merang tersebut. Setelah ditanam pada kertas merang,
benih tersebut ditutup kembali dengan kertas merang yang baru lalu
menggulungnya dan mengikat dengan karet.
Berdasarkan pengamatan kekuatan tumbuh benih jagung baru dengan
perlakuan NaCl, diperoleh rata-rata benih yang tumbuh kuat sebanyak 14
benih dengan persentase sebesar 56%, benih abnormal sebanyak 5 benih
dengan presentase sebesar 20%, serta benih mati sebanyak 6 benih dengan
persentase sebesar 24%. Kemudian pada kekuatan tumbuh benih jagung lama
dengan perlakuan NaCl, diperoleh rata-rata benih yang tumbuh kuat
sebanyak 11,5 benih dengan persentase 46%, serta benih abnormal sebanyak
13,5 dengan persentase 54%. Selanjutnya berdasarkan pengamatan kekuatan
tumbuh dengan perlakuan control pada benih jagung baru, diperoleh rata-rata
benih yang tumbuh kuat sebanyak 15 benih dengan persentase 60%, serta
benih yang mati sebanyak 10 benih dengan persentase 40%. Kemudian yang
terakhir, kekuatan tumbuh dengan perlakuan control pada benih jagung lama
diperoleh rata-rata benih yang tumbuh kuat sebanyak 14 benih dengan
persentase 56%, serta jumlah benih yang mati sebanyak 11 benih dengan
persentasee 44%.
Berdasarkan pengamatan pada uji kekuatan tumbuh dengan NaCl
tersebut, secara keseluruhan diperoleh hasil bahwa persentase tumbuh benih
jagung dengan perlakuan kontrol lebih tinggi daripada perlakuan NaCl.
Perlakuan perendaman benih pada NaCl atau garam ini dinilai dapat
menghambat proses perkecambahan serta pertumbuhan suatu benih. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Erinnovita dkk, pada tahun 2008, yang
menyebutkan bahwa salinitas menyebabkan beberapa kelainan pada benih
dan propagula selama perkecambahan. Salinitas atau penggunaaan NaCl ini
dapat menghambat pertumbuhan melalui dua cara, yaitu dengan merusak
64

selsel yang sedang tumbuh serta pembatasan suplai hasil-hasil metabolisme


esensial. Semakin tinggi konsentrasi NaCl yang digunakan maka dapat
menghambat proses imbibisi benih karena kelarutan garam dapat
menurunkan tekanan osmotik sehingga benih tidak dapat menyerap air dari
lingkungan tumbuhnya yang diperlukan untuk pengaktifan enzim guna
proses perkecambahan.
Metode uji vigor yang terakhir adalah uji PP atau Paper Piercing. Pada
uji PP ini diamati benih jagung lama dan baru yang berkecambah selama 7
hari. Uji kekuatan tumbuh dengan Paper Piercing ini dilakukan dengan
menanam benih jagung lama dan baru pada nampan plastik yang berisi media
tanam berupa tanah atau pasir yang telah dibasahi. Setelah ditanam pada
media, benih tersebut ditutup dengan kertas buram lalu menutupnya kembali
dengan media tanam. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan,
diperoleh rata-rata persentase benih jagung baru yang tumbuh sebesar 96%,
sedangkan pada jagung lama diperoleh persentase benih yang tumbuh atau
berkecambah sebesar 64%. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa benih
jagung baru memiliki persentase tumbuh yang lebih tinggi dibandingkan
benih jagung lama.
Hal ini dikarenakan kondisi benih pada jagung baru masih bagus dan
daya kecambahnya tinggi sehingga benihnya bisa tumbuh dengan kuat dan
dapat menembus kertas dengan mudah, sehingga dapat dikatakan pula bahwa
benih baru memiliki vigor yang lebih tinggi (>75%) daripada benih jagung
lama. Selain itu, rendahnya persentase kekuatan tumbuh pada benih jagung
lama ini diduga karena adanya penurunan kualitas benih. Hal ini sesuai
dengan penelitian oleh Tatag Chariesma dkk (2011), yang menyebutkan
bahwa kualitas benih lama yang telah menurun menyebabkan pertumbuhan
benih sangat lambat dan berangsur-angsur mati. Hal ini tampak dari tidak
terjadinya pertumbuhan akar seperti pada perlakuan benih-baru. Hal ini
disebabkan telah matinya embrio pada perlakuan benih-lama sehingga tidak
mengalami pertumbuhan.
65

G. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Uji vigor yang digunakan pada praktikum ini adalah uji kecepatan
tumbuh, uji kekuatan tumbuh dengan NaCl, serta uji kekuatan tumbuh
dengan Paper Piercing Test (PPT).
Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh persentase hitungan pertama
(first counting) yang menggambarkan keserempakan kecambah pada benih
lama sebesar 36% dan pada benih baru sebesar 8%. Kemudian pada
kekuatan tumbuh dengan perlakuan NaCl, diperoleh persentase
berkecambah kuat benih jagung baru sebesar 56%, sedangkan pada benih
jagung lama sebesar 46%. Pada perlakuan kontrol, diperoleh persentase
berkecambah kuat benih jagung baru sebesar 60%, serta pada benih jagung
lama sebesar 56%. Untuk kekuatan tumbuh dengan uji PP, diperoleh
persentase benih yang berkecambah sebesar 96% pada benih jagung baru,
serta 64% pada benih jagung lama.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 1993. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh.
Angkasa Bandung, Jakarta.
66

Anastasia, N. Dan A. Eddy.2008. Mutu Nata De Seaweed Dalam Berbagai


Konsentrasi Sari Jeruk Nipis.Prosiding Seminar Nasional Sains
Dan Teknologi-Ii. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Ardian. 2008. Pengaruh Perlakuan Suhu dan Waktu Pemanasan Benih


terhadap Perkecambahan Kopi Arabika (Coffea Arabica). Akta
Agrosia 11(1): 25-33

Astriani, D., & Dinarto, W. 2010. Uji toksisitas beberapa gulma sebagai


pestisida nabati hama bubuk pada penyimpanan benih jagung.

Baskin CC, Baskin JM. 2014. Seeds 2nd Edition: Ecology, Biogeography,
and Evolution of Dormancy and Germination. Academic Press, San
Diego

Claudia, V., Astarini, I. A., dan Sudirga, S. K. 2013. Uji Viabilitas Benih
Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) dengan Masa
Simpan yang Berbeda. Simbiosis Journal of Biological Sciences,
1(2): 79-84.

Dharma, I. P. E. S., S. Samudin dan Adrianton. 2015. Perkecambahan Benih


Pala (Myristica fragrans Houtt.) dengan Metode Skarifikasi dan
Perendaman Zpt Alami. e-Jurnal Agrotekbis, Vol. 3(2): Hlm. 158-
167. Universitas Tadulako

Efendi, 2020. Penggunaan kalium nitrat dalam pematahan dormansi


fisiologis setelah pematangan pada beberapa galur padi mutan
organik spesifik lokal Aceh. Jurnal Kultivasi Vol. 19 (1) Maret
2020 1061 ISSN: 1412-4718, eISSN: 2581-138x.

Fahrudin 2013. Penyimpanan Benih. http://ditjenbun.deptan.go.id.

Faustina, E., Yudono, P. dan Rabaniyah, R. 2013. Pengaruh Cara Pelepasan


Aril Dan Konsentrasi Kno3 Terhadap Pematahan Dormansi Benih
Pepaya (Carica Papaya L.). Fakultas Pertanian. UGM. Yogyakarta

Gunawan, B., Pratiwi, Y, K., Bambang, W., Hariyadi., dan Thoyib, M.


2018. Pengaruh Media Simpan Serbuk Gergaji dan Sekam Padi
Terhadap Viabilitas Benih Kakao (Theobroma cacao L.). Jurnal
Hasil Penelitian LPPM Untag Surabaya 3(2): 67-73.

Harahap, E, Nusyirwan, 2012. Induksi Pertumbuhan Nanas (Ananas


Comosus L) In Vitro Asal Pangaribuan Dengan Pemberian Zat
Pengatur Tumbuh Kinetin. Semirata BKS-PTN Wil. Barat.
UNIMED, Hotel Madani, Medan.
67

Hillary Firginia Rori, Henny Lieke Rampe , Marhaenus Rumondor. 2018.


Uji Viabilitas Dan Vigor Biji Sirsak (Annona Muricata L.) Setelah
Aplikasi Kalium Nitrat (Kno3). Program Studi Biologi, Fmipa
Universitas Sam Ratulangi Manado.

Ilyas S. 2012. Ilmu dan Teknologi Benih: Teori dan HasilHasil Penelitian.
IPB Press, Bogor.

Internasional Seed Testing Association. 2006. International Rules For Seed


Testing: Edition 2006. The International Seed Testing Association.
Switzerland (Ch): Ista.

ISTA. (2010). International Rules for Seed Testing Edition 2010.


Switzerland: International Seed Testing Association.

Justice, Oren L dan Bass, Louis N. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan.


Benih. Jakarta: PT. Raga Grafindo Persada.

Kementerian Kehutanan. 4 Juni 2014. Keputusan Menteri Kehutanan


Nomor SK.507/Menhut-II/2014 tentang Penetapan Areal Kerja
Hutan Desa Nagari Paru. Jakarta. 3 hal.

Maya Lisa et.al. 2015. Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan terhadap
Mutu Tepung Jamur Tiram Putih (Plaerotus ostreatus). Jurnal
Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 3 No. 3, 270-279.

Mewangi, J. A., T. K. Suharsi, Dan M. Surahman. 2019. Uji Daya


Berkecambah Pada Benih Turi Putih (Sesbania Grandiflora L.).
Bul. Agrihorti 7(2): 130-137.

Mistian D, Mariani & Purba E. 2012.Respons perkecambahan benih pinang


(Areca cathecu L.) terhadap berbagai skarifikasi dan konsentrasi
asam giberelat (GA3). J Online Agroekoteknologi 1(1): 15-25.

Murniati, M. P, Dkk. 2013. Alat-Alat Pengujian Hipotesis. Semarang:


Penerbitan Unika Soegijapranata.

Natawijaya, D., dan Y. Sunarya. 2018. Percepatan pertumbuhan benih aren


(Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.) melalui perendaman dan
perlakuan biji. Jurnal Siliwangi. 4 (1): 1 – 5.

Ningsih, N.N.D.R., I.G.N. Raka, I.K. Siadi, dan G.N.A.S. Wirya. 2018.
Pengujian mutu benih beberapa jenis tanaman hortikultura yang
beredar di Bali. E- Jurnal Agroekoteknologi Tropika. 7(1): 64–72.
68

Nio Song And Ballo, Maria (2010) Peranan Air Dalam Perkecambahan Biji.


Jurnal Ilmiah Sains, 10 (2). Pp. 190-195. Issn 1412-3770.

Pammenter, N.W. and Berjak, P., 2008. From Avicennia to Zizania: Seed
Recalcitrance in Perspective. Ann Bot. 101(2): 213–228.

Purba, H. W. S., Sitepu F. E., dan Haryati. 2013. Viabilitas benih rosella
(Hibiscus sabdarifa L.) pada berbagai kadar air awal dan kemasan
benih. J Online Agrotek 1(2): 318-326.

Purdyaningsih, E. 2015. Kajian Pengaruh Pemberian Air Kelapa Dan Urine


Sapi Terhadap Pertumbuhan Stek Nilam.
Http://Ditjenbun.Pertanian.Go.Id. Diakses Tanggal 27 Januari
2016.

Rahmawati. 2016. Pengujian Mutu Benih Jagung Dengan Beberapa


Metode . Seminar Nasional Serealia, 2013.

Ryastika, M. 2011. Pengujian Mutu dan Kualitas Benih. Jurnal crop Agro.
Vol 9. No 2. Halaman 4 dan 5.

Saputro B. T Dan Prabhandaru I. 2017. Respon Perkecambahan Benih Padi


(Oryza Sativa L.) Varietas Lokal Sigadis Hasil Iradiasi Sinar
Gamma. Departemen Biologi, Fakultas Ilmu Alam, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember. Jurnal Sains Dan Seni Its Vol. 6,
No. 2 58.

Sari Dan Faisal. 2017. Pengaruh Media Penyimpanan Benih Terhadap


Viabilitas Dan Vigor Benih Padi Pandanwangi. Jurnal. Agroscience
Vol. 7 No. 2 Tahun 2017 Issn Cetak: 1979-4661 E-Issn: 2579-
7891.

Subantoro, R Dan R. Prabowo. 2013. Pengaruh Berbagai Metode Pengujian


Vigor Terhadap Pertumbuhan Benih Kedelai.

Sundari, T., & Atmaja, R. P. (2011). Bentuk Sel Epidermis, Tipe dan Indeks
Stomata 5 Genotipe Kedelai pada Tingkat Naungan Berbeda.
Jurnal Biologi Indonesia, 7(1), 67-79.

Susanti, M. 2010. Pengaruh Media Tanam Dan Perlakuan Pra


Perkecambahan Terhadap Perkecambahan Benih Panggal Buaya
(Zanthoxylum Rhetsa (Roxb.) D.C.) [Skripsi]. Bogor (Id): Institut
Pertanian Bogor.

Sutopo. 2010. Teknologi Benih. Jakarta. . PT. Raja Grafindo Persada


69

Tatipa, A. P. Yudono, A. Purwantro, W. Mangeondidjojo. 2004. Kajian


Aspek Fisiologi Dan Biokimia Deteriorasi Penyimpanan Benih
Kedelai. Ilmu Pertanian. 11(2):76-87.

Tefa, A. 2017. Uji Viabilitas dan Vigor Benih Padi (Oryza sativa L.) selama
Penyimpanan pada Tingkat Kadar Air yang Berbeda. Jurnal
Pertanian Konsevasi Lahan Kering 2(3): 48-50.

Widajati, E. dan Febriyan, D. G. 2015. Pengaruh Teknik Skarifikasi Fisik


dan Media Perkecambahan terhadap Daya Berkecambah Benih
Pala (Myristica fragrans). Jurnal Bul. Agrohorti, Vol. 3(1): Hlm.71-
78. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Widajati, E., E. Murniati, E.R. Palupi, T. Kartika, M. R. Suhartanto, A.


Qadir. (2013). Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. Bogor : PT.
Penerbit IPB Press.

Widhityarini, D., Suryadi Mw, dan Purwantoro, A. 2011. Pematahan


Dormansi Benih Tanjung (Mimusops Elengi L.) dengan Skarifikasi
dan Perendaman Kalium Nitrat. Fakultas Pertanian Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.

Wudianto R, 2010. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Jakarta: Penebar


Swadaya.

Yuniarti, N. (2013). Peningkatan Viabilitas Benih Kayu Afrika (Maesopsis


Emenii Engl.) Dengan Berbagai Perlakuan Pendahuluan. Jurnal
Perbenihan Tanaman Hutan, (1)1, 15-23.

Yuniarti, N., Megawati, Dan B. Leksono. (2013). Pengaruh Metode


Ekstraksi Dan Ukuran Benih Terhadap Mutu Fisik-Fisiologis Benih
Acacia Crassicarpa. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 10(3), 129-
137.
70

LAMPIRAN

FAKULTAS PERTANIAN UPN “VETERAN” YOGYAKARTA


JURUSAN AGROTEKNOLOGI LAB. PEMULIAAN TANAMAN
PRAKTIKUM ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH
71

LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH

1. Acara Praktikum : Perlakuan dan Penyimpanan Benih


2. Hari/Tanggal Prak :Selasa/ 7 September 2021
3. Nama Praktikan : Risqan Nabawi Z. No.Mhs : 134190007
4. Gol/No.Absent :
5. Nama Partner 1. Vira Melina Nurfadila 134190001
: 2. Linton 134190002
3. Dwi Prasetyani 134190003
4. Andi Ahmad Aqsha M. F 134190004
5. Alfi Syahrum 134190005
6. Aprilia Nur Safitri 134190006
7. Bima Abdi Prasetiyo 134190008
8. Muhammad Mirza Irawan 134190010
9. Sartika Sari 134190011
10. Hettinora Simbolon 134190014
11. Andi Aisyah Rahima 134190015
12. Friska Lia Agustin 134190016
13. Fahmi Ardiyansa 134190017
14. Eko Apriliansyah 134190018
15. Nur Rohmah Agustin 134190019
72

6. Asisten Pembimbing : Githa Nareswari


7. Tujuan Praktikum :
Mengetahui cara penyimpanan dan perlakuan benih, pengaruhnya
terhadap mutu benih.
8. Bahan dan alat yang digunakan :
a. Beker glass
b. Petridish
c. Scalpel
d. Pinset
e. Magnifier
f. Kertas merang 20 x 30 cm, 3-4 lembar setebal 1 mm
g. Alat pengecambah benih (dapat diganti dengan dandang atau langseng)
h. Conductivitymeter

9. Hasil Pengamatan/ Perhitungan : (lihat lembar berikut)


10. Pembahasan dan Kesimpulan : (dapat ditulis di lembar lain)
Yogyakarta,14 September 2021
Praktikan

( Risqan Nabawi )
73

LABORATORIUM PEMULIAAN Kelompok : A


TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH Nama/No.Mhs : Risqan Nabawi /
134190007

ACARA I
PERLAKUAN DAN PENYIMPANAN BENIH

Benih Ortodok :

Benih berjamur(%) Daya kecambah (%)

Perlakuan

Sb Sd Sb Sd

Ruang AC
Fungisida
I 100% 100% 100% 40%
II
III
Rerata
Tanpa
Fungisida 100% 100% 100% 25%
I
II
III
Rerata
Rerata Total
Ruang Kamar
Fungisida
I
74

II
III
Rerata
Tanpa
Fungisida
I
II
III
Rerata
Rerata Total

Ket : Sb : Sebelum, Sd : Sesudah

Mengetahui,

Asisten Prak.
75

LABORATORIUM PEMULIAAN Kelompok : A


TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH Nama/No.Mhs : Risqan Nabawi/
134190007

ACARA I
PERLAKUAN DAN PENYIMPANAN BENIH
Benih Ortodok :
Benih berjamur
Daya kecambah (%)
Perlakuan (%)
Sb Sd Sb Sd
Ruang AC
Fungisida
I 0% 0% 0% 45%
II 0% 0% 70% 65%
III 0% 0% 0%
Rerata 0% 0% 35% 36,66%
Tanpa
Fungisida 0% 0% 0% 45%
I 0% 0% 70% 65%
II 0% 0% 0%
III 0% 0% 35% 36,66%
Rerata
Rerata Total 0% 0% 35% 37,49%

Ruang Kamar
Fungisida
I 0% 0% 0% 45%
II 0% 0% 70% 80%
III 0% 0% 75%
Rerata 0% 0% 35% 66,66%
Tanpa
Fungisida 0% 0% 0% 60%
I 0% 75% 70% 10%
II 0% 0% 95%
III 0% 25% 35% 55%
Rerata
Rerata Total 0% 25% 35% 60,83%
Ket : Sb : Sebelum, Sd : Sesudah

Mengetah

Asisten Prak.
76

LABORATORIUM PEMULIAAN Kelompok : A


TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH Nama/No.Mhs : Risqan Nabawi /
134190007

ACARA I
PERLAKUAN DAN PENYIMPANAN BENIH

Benih Rekalsitran :
Benih Benih berjamur Daya kecambah
Perlakuan berkecambah (%) (%) (%)
Sb Sd Sb Sd Sb Sd
Serbuk Gergaji
Fungisida
I 0% 0% 0% 100% 15% 0%
II 0% 0% 0% 100% 40% 0%
III 0% 0% 0% 60% 0%
Rerata 0% 0% 0% 86,67% 27,5% 0%
Tanpa
Fungisida 0% 0% 0% 100% 15% 0%
I 0% 0% 0% 100% 40% 0%
II 0% 0% 0% 70% 10%
III 0% 0% 0% 90% 27,5% 3,33%
Rerata
Rerata Total 0% 0% 0% 88,34% 27,5% 1,66%
Tanpa S. Gergaji
Fungisida
I 0% 0% 0% 10% 15% 90%
II 0% 0% 0% 0% 40% 0%
III 0% 0% 0% 0% 0%
Rerata 0% 0% 0% 3,33% 27,5% 30%
Tanpa
Fungisida 0% 0% 0% 25% 15% 75%
I 0% 0% 0% 100% 40% 0%
II 0% 0% 0% 100% 0%
III 0% 0% 0% 75% 27,5% 25%
Rerata
Rerata Total 0% 0% 0% 39,17% 27,5% 27,5%
Ket : Sb : Sebelum, Sd : Sesudah

Mengetahui,

Asisten Prak.
77

DOKUMENTASI HASIL PENGAMATAN

Benih Ortodok
Uji Penyimpanan Uji Perkecambahan
Perlakuan Tidak Berkecamba Tidak
Berjamur
berjamur h Berkecambah
Ruang AC

Fungisida -

Tanpa -
Fungisida

Ruang Kamar

Fungisida -

Tanpa
Fungisida
78

Benih Rekalsitran
Uji Penyimpanan Uji Perkecambahan
Perlakuan Tidak Berkecamba Tidak
Berjamur
berjamur h Berkecambah
Serbuk Gergaji

Fungisida -

Tanpa
-
Fungisida

Tanpa Serbuk Gergaji

Fungisida

Tanpa
Fungisida
79

DOKUMENTASI KEGIATAN PRAKTIKUM

Gambar 1.2 Perendaman Benih


Kedelai kedalam larutan fungisida

Gambar 1.1 Pencucian Benih Kedelai

Gambar 1.3 Hasil Pengmatan pada


perlakuan perendaman Larutan
Fungisida suhu AC

Gambar 1.4 Hasil pengamatan pada


perlakuan tanpa fungisida suhu AC
80

FAKULTAS PERTANIAN UPN “VETERAN” YOGYAKARTA


JURUSAN AGROTEKNOLOGI LAB. PEMULIAAN TANAMAN
PRAKTIKUM ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH

LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH

1. Acara Praktikum : Perkecambahan


2. Hari/Tanggal Prak :Selasa/ 14 September 2021
3. Nama Praktikan : Risqan Nabawi Z. No.Mhs : 134190007
4. Gol/No.Absent :
5. Nama Partner 1. Vira Melina Nurfadila 134190001
: 2. Linton 134190002
3. Dwi Prasetyani 134190003
4. Andi Ahmad Aqsha M. F 134190004
5. Alfi Syahrum 134190005
6. Aprilia Nur Safitri 134190006
7. Bima Abdi Prasetiyo 134190008
8. Muhammad Mirza Irawan 134190010
9. Sartika Sari 134190011
10. Hettinora Simbolon 134190014
11. Andi Aisyah Rahima 134190015
12. Friska Lia Agustin 134190016
13. Fahmi Ardiyansa 134190017
14. Eko Apriliansyah 134190018
15. Nur Rohmah Agustin 134190019
81

6. Asisten Pembimbing : Githa Nareswari

7. Tujuan Praktikum :
a. Mengetahui ciri-ciri normal dan abnormal dari berbagai spesies kecambah.
b. Mengetahui macam-macam media untuk pengecambahan benih dan
metode yang dapat dipakai.
c. Menghitung daya kecambah masing-masing spesies benih pada media
berbeda.
8. Bahan dan alat yang digunakan :
a. Media Kertas
1) Metode UDK (Uji Diatas Kertas)
a) Petridish atau cawan plastik
b) Media kertas merang berukuran sama dengan alas
petridish/cawan
c) Pinset
d) Label
e) Alat pengecambah benih
f) Benih kacang hijau:20 butir 7)Air
2) Metode UKDp dan UKDdp Bahan dan Alat :
a) Plastik
b) Kertas merang
c) Alat pengecambah benih
d) Label
e) Benih jagung
f) Air
g) Karet
82

b. Media Pasir dan Tanah


1) Benih kacang tanah
2) Kotak plastik yang telahdiisi pasir, tanah
3) Pinset
4) Alat penyiraman

9. Hasil Pengamatan/ Perhitungan : (lihat lembar berikut)


10. Pembahasan dan Kesimpulan : (dapat ditulis di lembar lain)
Yogyakarta,14 September 2021
Praktikan

( Risqan Nabawi )
83

LABORATORIUM PEMULIAAN Kelompok : A


TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH Nama/No.Mhs: Risqan Nabawi Z./
134190007

ACARA II
PERKECAMBAHAN BENIH

I. Tipe Perkecambahan
Yang Diamati Kacang Hijau Jagung Kacang Tanah
Tipe Perkecambahan Epigeal Hipogeal Epigeal
Bagian I muncul Kotiledon Plumula Kotiledon
Saat muncul (hari) Ke-3 Ke-4 Ke-4
Kotiledon terangkat/tidak Ya Tidak Ya

II. Gambar Kecambah


Normal Abnormal
Benih Mati Ket
UKDdp UKDp UKDdp UKDp
Jagung

III.Daya Kecambah (%)


Media N (I) N (II) AB M ΣN %N Rata
Kertas Kacang Hijau
Merang Petridish
1 Aqsa 0 0 20 0 0 0
84

2 Hetti 20 0 0 0 20 100
72,5%
3 Mirza 10 8 0 2 18 90

4 Nur 19 1 0 0 20 100
Jagung
UKDp
1 April 20 0 0 0 20 100

2 Tika 16 4 0 0 20 100 96,6%

3 Alfi 18 0 2 0 18 90
Jagung
UKDdp
1 Aisyah 17 0 3 0 17 85

2Vira 0 0 19 1 0 0 53,3%

3Dwi 15 0 0 5 15 75
Kacang Tanah

1 Eko 1 0 6 13 1 5
Pasir
2 Fahmi 20 0 0 0 20 100 35%

3 Friska 0 0 16 4 0 0
Tanah Kacang Tanah

1 Risqan 0 0 0 20 0 0
85

2 Linton 6 0 0 14 6 30 26,6%

3 Bima 10 0 2 8 10 50

Ket.N (I) : Benih Normal Pengamatan I AB : Abnormal


N (II) : Benih Normal Pengamatan II M : Mati
86

DOKUMENTASI KEGIATAN PRAKTIKUM

Gambar 2.1 Kertas merang untuk Gambar 2.2 Benih jagung


UKDdp

Gambar 2.3 UKDdp Jagung Gambar 2.4 Hasil Pengamatan pada


UKDdp
87

FAKULTAS PERTANIAN UPN “VETERAN” YOGYAKARTA


JURUSAN AGROTEKNOLOGI LAB. PEMULIAAN TANAMAN
PRAKTIKUM ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH

LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH

1. Acara Praktikum : Uji Mutu Fisik Benih


2. Hari/Tanggal Prak :Selasa/28 September 2021
3. Nama Praktikan : Risqan Nabawi Z. No.Mhs : 134190007
4. Gol/No.Absent :
5. Nama Partner 1. Vira Melina Nurfadila 134190001
: 2. Linton 134190002
3. Dwi Prasetyani 134190003
4. Andi Ahmad Aqsha M. F 134190004
5. Alfi Syahrum 134190005
6. Aprilia Nur Safitri 134190006
7. Risqan Nabawi Zulhatta 134190007
8. Bima Abdi Prasetiyo 134190008
9. Muhammad Mirza Irawan M 134190010
10. Sartika Sari 134190011
11. Hettinora Simbolon 134190014
12. Andi Aisyah Rahima 134190015
13. Friska Lia Agustin 134190016
14. Fahmi Ardiyansa 134190017
15. Eko Apriliansyah 134190018
16. Nur Rohmah Agustin 134190019
88

6. Asisten Pembimbing : Githa Nareswari


7. Tujuan Praktikum :
a. Mengetahui cara pengujian kadar air benih
b. Mengetahui mutu benih melalui pengukuran kadar air benih
8. Bahan dan alat yang digunakan :
a. Oven
b. Grain Moisture Meter model: GMK-303RS
c. Grain Moisture Meter model: JV006
d. Timbangan
e. Benih padi
f. Benih jagung
g. Kertas
9. Hasil Pengamatan/ Perhitungan : (lihat lembar berikut)
10. Pembahasan dan Kesimpulan : (dapat ditulis di lembar lain)
Yogyakarta, 28 September 2021
Praktikan

(Risqan Nabawi)
89

LABORATORIUM PEMULIAAN Kelompok : A


TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH Nama/No.Mhs: Risqan Nabawi Z./
134190007

ACARA III
UJI MUTU FISIK BENIH

Penentuan Kadar Air :


Metode
Benih Gravimetri Grain Moisture Meter Grain Moisture Meter
Model: GMK-30 RS Model: JV006
Padi 8,3 % 14,5% 16,3%
Jagung 11,11% 12,2% 14,7%

Kadar air benih = Berat basah (BB)-Berat Kering(BK) x 100%


Berat Basah
1,2 gr−1,1 gr
×100%
= 1,2gr
= 8, 3 %
90

DOKUMENTASI KEGIATAN PRAKTIKUM

Gambar 3.1 Kadar air benih padi


Gambar 3.2 Kadar air benih jagung
menggunakan Grain Moisture Meter
menggunakan Grain Moisture Meter
Model: JV006
Model: JV006

Gambar 3.3 Benih padi dan jagung Gambar 3.4 Pengovenan benih
91

FAKULTAS PERTANIAN UPN “VETERAN” YOGYAKARTA


JURUSAN AGROTEKNOLOGI LAB. PEMULIAAN TANAMAN
PRAKTIKUM ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH

LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH

1. Acara Praktikum : Dormansi Benih


2. Hari/Tanggal Prak :Selasa/ 14 September 2021
3. Nama Praktikan : Risqan Nabai Z. No.Mhs : 134190007
4. Gol/No.Absent :
1. Vira Melina Nurfadila 134190001
2. Linton 134190002
3. Dwi Prasetyani 134190003
4. Andi Ahmad Aqsha M. F 134190004
5. Alfi Syahrum 134190005
6. Aprilia Nur Safitri 134190006
7. Risqan Nabawi Zulhatta 134190007
8. Bima Abdi Prasetiyo 134190008
9. Muhammad Mirza Irawan M 134190010
10. Sartika Sari 134190011
11. Hettinora Simbolon 134190014
12. Andi Aisyah Rahima 134190015
13. Friska Lia Agustin 134190016
14. Fahmi Ardiyansa 134190017
15. Eko Apriliansyah 134190018
16. Nur Rohmah Agustin 134190019
5. Nama Partner :
92

6. Asisten Pembimbing : Githa Nareswari


7. Tujuan Praktikum :
a. Mengetahui penyebab dormansi benih
b. Mengatasi dormansi pada benih
8. Bahan dan alat yang digunakan :
a. Benih padi baru kering, benih lamtoro
b. Amplas ,pisau/cutter,
c. KNO3 3%, oven
d. Pasir/kertas merang
9. Hasil Pengamatan/ Perhitungan : (lihat lembar berikut)
10. Pembahasan dan Kesimpulan : (dapat ditulis di lembar lain)
Yogyakarta,14 September 2021
Praktikan

( Risqan Nabawi )
93

LABORATORIUM PEMULIAAN Kelompok : A


TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH Nama/No.Mhs : Risqan Nabawi /
134190007

ACARA III
DORMANSI BENIH

Benih : Lamtoro Daya Kecambah


Rerata (%)
Ulangan
Perlakuan
I II III
1.      Kontrol 2 3 - 12,5%
2.      Amplas 7 20 12 64%
3.      Air Panas 20 2 9 52%

Benih : Padi Daya Kecambah


Rerata (%)
Ulangan
Perlakuan
I II III
1.      Kontrol 10 11 - 52,5%
2.      Penjemuran 16 11 14 68,3%
3.      KNO3 3% 15 18 18 85%
94

DOKUMENTASI KEGIATAN PRAKTIKUM

Gambar 4.1 Perendaman Benih Padi Gambar 4.2 Pengeringan Benih Padi

Gambar 4.3 Penanaman Benih Padi Gambar 4.4 Pengamatan 3 HST


95

FAKULTAS PERTANIAN UPN “VETERAN” YOGYAKARTA


JURUSAN AGROTEKNOLOGI LAB. PEMULIAAN TANAMAN
PRAKTIKUM ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH

LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH

1. Acara Praktikum : Uji Viabilitas


2. Hari/Tanggal Prak :Selasa/ 21 September 2021
3. Nama Praktikan : Risqan Nabawi Z. No.Mhs : 134190007
4. Gol/No.Absent :
5. Nama Partner 1. Vira Melina Nurfadila 134190001
: 2. Linton 134190002
3. Dwi Prasetyani 134190003
4. Andi Ahmad Aqsha M. F 134190004
5. Alfi Syahrum 134190005
6. Aprilia Nur Safitri 134190006
7. Bima Abdi Prasetiyo 134190008
8. Muhammad Mirza Irawan M 134190010
9. Sartika Sari 134190011
10. Hettinora Simbolon 134190014
11. Andi Aisyah Rahima 134190015
12. Friska Lia Agustin 134190016
13. Fahmi Ardiyansa 134190017
14. Eko Apriliansyah 134190018
15. Nur Rohmah Agustin 134190019
96

6. Asisten Pembimbing : Githa Nareswari


7. Tujuan Praktikum :
a. Membandingkan daya tumbuh/daya kecambah benih dari uji viabilitas benih
secara langsung dan tidak langsung.
b. Menaksir viabilitas benih dengan metode daya hantar listrik
8. Bahan dan alat yang digunakan :
a. Benih jeruk dan kedelai
b. Plastik pembungkus benih 2
c. Pasir,
d. Bak perkecambahan
e. Kertas merang
f. Benih jagung,
g. Benih kedelai yang baru dan lama.
h. Tetrazolium Cloride

9. Hasil Pengamatan/ Perhitungan : (lihat lembar berikut)


10. Pembahasan dan Kesimpulan : (dapat ditulis di lembar lain)
Yogyakarta,21 September 2021
Praktikan

( Risqan Nabawi )
97

LABORATORIUM PEMULIAAN Kelompok : A


TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH Nama/No.Mhs : Risqan Nabawi/
134190007

ACARA IV
UJI VIABILITAS

Langsung (UAKm)
Viabilitas
Benih Jagung Baru N% Benih Jagung Lama N%
1 100% 28%
2 88% 76%
3 100% 88%
4 80% 68%
5 72% 56%
Rata-rata 88% 63,2%

Tidak Langsung (DHL)


Viabilitas Komoditas 1 Komoditas 2 Komoditas 3
Padi Jagung Kacang Hijau
Benih baru
0,5 ms 8,5 ms 12,6 ms
(Kontrol)
Benih lama 5,1 ms 22,3 ms 6,7 ms
98

DOKUMENTASI KEGIATAN PRAKTIKUM

Gambar 5.1 Benih jagung lama diatas Gambar 5.2 kertas merang basah
kertas merang

Gambar 5.3 UAKm benih jagung lama

Gambar 5.4 Hasil Pengamatan UAKm


jagung lama
99

FAKULTAS PERTANIAN UPN “VETERAN” YOGYAKARTA


JURUSAN AGROTEKNOLOGI LAB. PEMULIAAN TANAMAN
PRAKTIKUM ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH

LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH

1. Acara Praktikum : Uji Vigor


2. Hari/Tanggal Prak :Selasa/21 September 2021
3. Nama Praktikan : Risqan Nabawi No.Mhs : 134190007
4. Gol/No.Absent :
5. Nama Partner 1. Vira Melina Nurfadila 134190001
: 1. Linton 134190002
2. Andi Ahmad Aqsha M. F 134190004
3. Alfi Syahrum 134190005
4. Aprilia Nur Safitri 134190006
5. Bima Abdi Prasetiyo 134190008
6. Muhammad Mirza Irawan 134190010
7. Sartika Sari 134190011
8. Hettinora Simbolon 134190014
9. Andi Aisyah Rahima 134190015
10. Friska Lia Agustin 134190016
11. Fahmi Ardiyansa 134190017
12. Eko Apriliansyah 134190018
13. Nur Rohmah Agustin 134190019
100

6. Asisten Pembimbing : Githa Nareswari


7. Tujuan Praktikum :
a. Mengetahui berbagai jenis uji virgor
b. Menghitung presentase kekuatan tumbuh dan kecepatan tumbuh benih
8. Bahan dan alat yang digunakan :
i Bak plastik perkecambahan
ii kertas filter
iii substrat kertas merang
iv Benih kedelai lama dan baru.
v Pasir
vi NaCl atau garam
9. Hasil Pengamatan/ Perhitungan : (lihat lembar berikut)
10. Pembahasan dan Kesimpulan : (dapat ditulis di lembar
lain)
Yogyakarta, September 2021
Praktikan

( Risqan Nabawi )
LABORATORIUM PEMULIAAN Kelompok : A
TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH Nama/No.Mhs : Risqan Nabawi /
134190007

ACARA VI
UJI VIGOR

I. Kecepatan Tumbuh
Hari Benih berkecambah normal
ke Lama Baru
0 0 0 0 0
1 0 0 0 0
2 2 0 1 0
3 5 7 3 0
4 8 4 6 0
5 2 7 0 0
6 1 0 1 0
7 0 2 1 0

Ulangan Benih lama Benih baru


IV CG Hit I IV CG Hit I
1 3,3 38,3 28% 3 25 16%
2 5 23,2 44% 0 0 0
Rata-rata 4,15 30,75 36% 1,5 12,5 8%

Jagung Lama
0 2 5 8 2 1 0
1. IV = + + + + + + = 3,3
1 2 3 4 5 6 7
0 0 7 4 7 0 2
2. IV = + + + + + + =5
1 2 3 4 5 6 7
100(0+2+5+8+ 2+ 1+ 0)
3. CG = = 38,3
( 0 ×1 ) + ( 2× 2 ) + ( 5× 3 ) + ( 8 × 4 ) + ( 2 ×5 )+ (1 ×6 ) +(0 × 7)
100(0+0+7 +4 +7+0+ 2)
4. CG = = 23,2
( 0 ×1 ) + ( 0 ×2 ) + ( 7 ×3 )+ ( 4 × 4 )+ (7 × 5 ) + ( 0 ×6 )+(2 ×7)
2+ 5
5. Hit I = x 100% = 28%
25
7+4
6. Hit I = x 100% = 44%
25

Jagung Baru
0 1 3 6 0 1 1
1. IV = + + + + + + =3
1 2 3 4 5 6 7
0 0 0 0 0 0 0
2. IV = + + + + + + =0
1 2 3 4 5 6 7
100(0+1+3+6 +0+1+1)
3. CG = = 25
( 0 ×1 ) + ( 1× 2 )+ ( 3× 3 ) + ( 6 × 4 )+ ( 0× 5 ) + ( 1× 6 ) +(1× 7)
100(0+0+ 0+0+0+ 0+0)
4. CG = =0
( 0 ×1 ) + ( 0 ×2 ) + ( 0 ×3 )+ ( 0 ×4 ) + ( 0 ×5 ) + ( 0 × 6 ) +( 0× 7)
1+ 3
5. Hit I = x 100% = 16%
25
0+0
6. Hit I = x 100% = 0%
25

II. Kekuatan tumbuh dengan NaCl


Kua Rata-rata (%)
(-) Kuat AB
Perlakuan t Mati Kuat (-) Kuat
% N ABN Mati
% % %
NaCl Benih baru
1 3 0 10 12 12% 0% 40% 48%
2 25 0 0 0 100% 0% 0% 0%
Rata-rata 14 0 5 6 56% 0% 20% 24%
NaCl Benih lama
1 5 0 20 0 20% 0% 80% 0%
2 18 0 7 0 72% 0% 28% 0%
Rata-rata 11,5 0 13,5 0 46% 0% 54% 0%
Kontrol Benih baru
1 15 0 0 10 60% 0% 0% 40%
2 15 0 0 10 60% 0% 0% 40%
Rata-rata 15 0 0 10 60% 0% 0% 40%
Kontrol Benih lama
1 16 0 0 9 64% 0% 0% 36%
2 12 0 0 13 48% 0% 0% 52%
14 0 0 11 56% 0% 0% 44%
Rata-rata

III. Kekuatan tumbuh dengan uji PP


Perlakuan N % Rata-rata
B. Baru 1 25 100%
2 25 100% 96%
3 22 88%
B. Lama 1 25 100% 64%
2 7 28%
DOKUMENTASI KEGIATAN PRAKTIKUM

Gambar 6.1 PenyusunanBenih Pada Gambar 6.2 BenihBerkecambah Hasil Uji


Uji KekuatanTumbuhPerlakuan NaCl KekuatanTumbuhPerlakuanKontrol

Gambar 6.3 Hasil Uji Gambar 6.4 Hasil Uji


KekuatanTumbuhMetode PP (Paper KecepatanTumbuhBenihPerlakuanKontrol
Piercing)

Anda mungkin juga menyukai