A. Tujuan Praktikum
Mengetahui cara penyimpanan dan perlakuan benih, pengaruhnya terhadap
mutu benih.
B. Tinjauan Pustaka
Biji (grain) dan Benih (seed) memiliki arti dan pengertian yang
bermacam-macam, tergantung dari segi mana meninjaunya. Meskipun biji dan
benih memiliki jumlah, bentuk, ukuran, warna, bahan yang dikandungnya dan
hal-hal lainnya berbeda antara satu dengan lainnya, namun sesungguhnya
secara alamiah merupakan alat utama untuk mempertahankan/menjamin
kelangsungan hidup suatu spesies dialam. Secara botanis/struktural, biji dan
benih tidak berbeda antara satu dengan lainnya, keduanya berasal dari zygote,
berasal dari ovule, dan mempunyai struktur yang sama. Secara fungsional biji
dengan benih memiliki pengertian yang berbeda (Sarijiah, 2010).
Benih merupakan simbol dari suatu permulaan, yang merupakan inti
kehidupan dari alam semesta dan yang paling penting adalah kegunaannya
sebagai penyambung dari kehidupan tanaman. Benih adalah biji tanaman yang
digunakan untuk tujuan pertanaman. Pada konteks agronomi, benih dituntut
untuk bermutu tinggi sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman yang
berproduksi maksimum dengan sarana teknologi yang maju (Sutopo, 2010).
Perawatan Benih atau 'Seed-Treatment' sebelum tanam adalah bertujuan agar
benih dapat berkecambah dan tumbuh dengan sehat serta kuat terhadap
serangan hama dan penyakit pada fase awal pertumbuhan atau di persemaian.
Selain itu perawatan benih juga dapat mematahkan dormansi dari benih-benih
tertentu.
Benih dengan mutu tinggi sangat diperlukan karena merupakan salah satu
sarana untuk dapat menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimal. Mutu
benih mencakup pengertian (Sutopo, 2010):
1
2
1. Mutu genetik yaitu penampilan benih murni dari spesies atau varietas
tertentu yang menunjukkan identitas genetikdari tanaman induknya,
mulai dari benih penjenis, benih dasar, benih pokok sampai benih sebar.
2. Mutu fisiologis yaitu menampilkan kemampuan daya hidup atau
viabilitas benih yang mencakup daya kecambah dan kekuatan tumbuh
benih.
3. Mutu fisik merupakan penampilan benih secara prima bila dilihat secara
fisik, antara lain dari ukuran atau homogen, bernas, bersih dari campuran
benih lain, biji gulma dan dari berbagai kontaminan lainnya, serta
kemasan yang menarik.
Penyimpanan benih merupakan suatu bagian penting dari usaha untuk
mempertahankan mutu benih sebelum ditanam di lapang. Benih setelah
melalui tahapan pengolahan (seed processing) biasanya dikemas untuk
selanjutnya dipasarkan dan disimpan dalam gudang sebagai cadangan untuk
mengantisipasi kebutuhan benih pada masa tanam berikutnya. Selama benih
dalam tahapan pemasaran atau disimpan dalam gudang akan beresiko
mengalami kemunduran (deteriorasi) dan tidak lepas dari resiko kerusakan
akibat serangan hama, yang kedua-duanya akan menyebabkan penurunan
mutu. Oleh karenanya pengetahuan mengenai teknik dalam melakukan
penyimpanan benih merupakan suatu yang penting (Fahrudin, 2013).
Tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan
viabilitas yang maksimum selama mungkin, jadi jangan sampai simpanan
enersi yang dimiliki benih menjadi bocor dan benih sudah tidak mempunyai
cukup enersi untuk tumbuh pada saat ditanam (Sutopo, 2010). Benih ortodok
merupakan benih yang toleran terhadap penurunan kadar air (kurang dari
10%) dan penyimpanan pada suhu rendah; relative lebih tahan disimpan
dalam jangka waktu lama (Yuniarti et al., 2011). Cara penyimpanan benih
ortodok, yaitu sebelum disimpan, benih dikeringkan terlebih sampai kadar air
mencapai 5-8%, kemudian benih dimasukkan ke dalam wadah kedap udara
untuk menghindari penyerapan kembali kelembaban udara luar karena benih
ortodok memerlukan wadah simpan yang kedap udara. Benih ortodok dapat
3
70%, dengan variasi kadar air yang besar diantara individu benih ketika
terlepas dari tanaman induk (shedding), c) tidak toleran terhadap suhu rendah
dan beku (chilling and freezing injury), d) mudah terkontaminasi
mikroorganisme, e) periode penyimpanan yang singkat, f) mudah
berkecambah di penyimpanan dan g) peka terhadap penurunan air pada saat
proses pembentukan benih dan saat terlepas dari tanaman induk (Pammenter
dan Berjak, 2008).
Penyimpanan benih rekalsitran dalam ruang pendingin dapat
mempertahankan daya kecambah benih hingga 2 bulan. Penyimpanan lebih
dari 2 bulan mengakibatkan benih berlendir dan daya kecambah menurun,
seperti pada sorgum dan kedelai (Balai Penelitian Sembawa, 2010). Hingga
saat ini media yang biasa digunakan yaitu sebuk gergaji karena serbuk gergaji
mempunyai sifat lambat lapuk sehingga media ini sangat baik untuk
menyimpan air dan dapat mempertahankan kelembaban di sekitar benih
(Sumampow, 2010).
Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan
bisa digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi atau cendawan
(Wudianto R, 2010). Berdasarkan penelitian Ramadanil dan Alam (1997),
ekstrak limbah serbuk gergaji dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pestisida untuk mengendalikan hama Helopelthis angtonii Sign.
Serbuk gergaji sebagai salah satu bentuk limbah industri perkayuan yang
memiliki bobot kering relatif beragam dan jumlahnya melimpah merupakan
bahan potensial yang kemungkinan dapat dimanfaatkan sebagai media
penyimpanan benih karena serbuk gergaji merupakan zat penyerap. Serbuk
gergaji sebenarnya merupakan bahan organik potensial yang dapat
dimanfaatkan sebagai media pertumbuhan karena disamping dapat
menyokong pertumbuhan akar, juga mengandung unsur-unsur hara yang
diperlukan bagi pertumbuhan tanaman (Bambang, 2018).
5
D. Langkah Kerja
Untuk perlakuan benih dengan fungisida:
a. Larutkan atau encerkan fungisida dengan takaran sesuai merek dagang
masing-masing atau 1 sdm dalam 1 L air
b. Masukkan benih kedalam larutan fungisida selama 10 menit
c. Setelah 10 menit, tiriskan benih dan biarkan benih kering angina
ORTODOK: KEDELAI (20 benih tiap perlakuan = 100 benih)
1. Disimpan dalam ruang AC + dengan (20 benih) / tanpa fungisida (20
benih)
a. Siapkan alat dan bahan
b. Masukkan benih ke dalam plastic bening kecil
c. Beri label perlakuan pada plastic agar tidak tertukar
d. Simpan benih di dalam kulkas
2. Disimpan dalam ruang kamar + dengan (20 benih) / tanpa fungisida (20
benih)
a. Siapkan alat dan bahan
b. Masukkan benih ke dalam plastic bening kecil
c. Beri label perlakuan pada plastic agar tidak tertukar
d. Simpan benih di dalam ruang kamar
3. Ditanam / dikecambahkan untuk uji daya kecambah (20 benih)
a. Siapkan alat dan bahan
b. Masukkan media pasir / tanah ke dalam baki semai hingga tinggi
media -+ 5-6 cm
c. Lembabkan media dengan air
6
E. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Benih Ortodoks
Benih berjamur (%)
Daya kecambah (%)
Perlakuan
Sb Sd Sb Sd
Ruang AC
Fungisida
I 0% 0% 0% 45%
II 0% 0% 70% 65%
III 0% 0% 0%
Rerata 0% 0% 35% 36,66%
Tanpa
Fungisida 0% 0% 0% 45%
I 0% 0% 70% 65%
II 0% 0% 0%
III 0% 0% 35% 36,66%
Rerata
Rerata Total 0% 0% 35% 37,49%
Ruang Kamar
Fungisida
I 0% 0% 0% 45%
II 0% 0% 70% 80%
III 0% 0% 75%
Rerata 0% 0% 35% 66,66%
Tanpa
Fungisida 0% 0% 0% 60%
I 0% 75% 70% 10%
II 0% 0% 95%
8
Fungisida
I 0% 0% 0% 100% 15% 0%
II 0% 0% 0% 100% 40% 0%
III 0% 0% 0% 60% 0%
Rerata 0% 0% 0% 86,67% 27,5% 0%
Tanpa
Fungisida 0% 0% 0% 100% 15% 0%
I 0% 0% 0% 100% 40% 0%
II 0% 0% 0% 70% 10%
III 0% 0% 0% 90% 27,5% 3,33%
Rerata
Rerata Total 0% 0% 0% 88,34% 27,5% 1,66%
Tanpa S. Gergaji
Fungisida
I 0% 0% 0% 10% 15% 90%
II 0% 0% 0% 0% 40% 0%
III 0% 0% 0% 0% 0%
Rerata 0% 0% 0% 3,33% 27,5% 30%
Tanpa
Fungisida 0% 0% 0% 25% 15% 75%
I 0% 0% 0% 100% 40% 0%
II 0% 0% 0% 100% 0%
III 0% 0% 0% 75% 27,5% 25%
Rerata
Rerata Total 0% 0% 0% 39,17% 27,5% 27,5%
Sumber: Praktikum Teknologi Benih 2021
Ket : Sb : Sebelum, Sd : Sesudah
9
F. Pembahasan
Benih mempunyai pengertian ialah merupakan biji tanaman yang
dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan usaha tani serta memiliki
fungsi agronomis (Lesilolo et al, 2018). Selanjutnya Sadjad (1997) dalam
Lesilolo dkk (2018) menyatakan bahwa dalam konteks agronomi, benih
dituntut untuk bermutu tinggi atau benih unggul, sebab benih harus mampu
menghasilkan tanaman yang dapat berproduksi maksimum dengan sarana
teknologi yang semakin maju. Menurut Syaputra dkk (2012), Benih
merupakan bahan tanam yang sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil
panen yang tinggi. Bahan tanam merupakan suatu awal keberhasilan suatu
proses produksi.
Pada praktikum ini penyimpanan benih ortodoks dilakukan dengan 2
metode yaitu penyimpanan 20 benih dalam kantung beraerasi dalam suhu
ruang AC dan suhu ruang kamar dengan perlakuan fungisida dan tanpa
fungisida sebanyak 3 ulangan pada masing-masing metode. Pada
penyimpanan benih ortodoks tanpa fungisida, 20 benih langsung dimasukkan
ke dalam plastik bening, sedangan penyimpanan benih ortodoks dengan
fungisida 20 benih terlebih dahulu direndam dalam larutan fungisida selama
10 menit kemudian dimasukkan ke dalam plastik bening, selanjutnya pada
masing-masing plastik diberi label agar tidak tertukar. Parameter pengamatan
yang digunakan adalah adanya serangan cendawan pada benih dan daya
kecambah benih sebelum dan sesudah ditanam. Pada penyimpanan benih
rekalsitran dilakukan dengan 2 metode yaitu penyimpanan 20 benih
rekalsitran dengan dan tanpa serbuk gergaji. Masing-masing metode diberi
perlakuan dengan fungisida dan tanpa fungisida sebanyak 3 ulangan.
Parameter pengamatan yang digunakan adalah perkecambahan benih pada
saat masa penyimpanan, adanya pertumbuhan jamur pada benih, dan daya
kecambah benih sebelum dan sesudah ditanam. Uji daya kecambah pada
benih ortodok dan rekalsitran dilakukan dengan menanam benih pada bak
plastik menggunakan media pasir.
10
sehinggga mutu benih tetap terjaga saat akan dikecambahkan (Yuniarti et al,
2013).
Pada perlakuan ruang kamar, benih yang disimpan dengan perlakuan
fungisida semua benih tidak ada yang berjamur sedangkan pada perlakuan
tanpa fungisida terdapat satu ulangan yang terserang jamur. Penyebab hal ini
dikarenakan oleh kondisi lingkungan tempat penyimpanan benih yang hangat
dan memiliki tingkat kelembaban tinggi yang memicu pertumbuhan jamur,
didukung kondisi benih yang tidak diberi fungisida untuk melindungi benih
sehingga benih menjadi mudah terserang jamur selama proses penyimpanan.
Sementara pada uji daya kecambah, benih yang diberi perlakuan fungisida
memiliki daya kecambah yang lebih besar dibandingkan benih tanpa
perlakuan fungisida. Hal ini disebabkan karena perlakuan fungisida yang
melindungi benih selama proses penyimpanan dari kerusakan yang
disebabkan oleh cendawan sehinggga mutu benih tetap terjaga saat akan
dikecambahkan (Yuniarti et al, 2013).
Berdasarkan hasil pengamatan, penyimpanan benih pada ruang kamar
memiliki presentase berjamur lebih tinggi dibandingan penyimpanan benih
pada ruang AC. Kondisi lingkungan penyimpanan yang memiliki temperatur
ruangan tinggi dapat meningkatkan laju perombakan cadangan makanan dan
laju respirasi sehingga akan mempercepat terjadinya proses kemunduran
benih. Menurut Schmidt (2000) suhu ruang AC dapat mempertahanan benih
lebih lama karena temperatur dan kelembaban udara yang konstan dan tidak
terjadi berfluaktuasi serta aktivitas pertumbuhan jamur dapat terhambat
karena suhu yang rendah sehingga penyimpanan pada kondisi ini dapat
mencegah kerusakan benih akibat metabolisme jamur. Pada uji daya simpan,
perlakuan ruang kamar memiliki daya kecambah yang lebih tinggi karena
saat penyimpanan suhu ruangan tidak memicu benih berdormansi dan
mendukung untuk benih berkecambah sehingga perombakan cadangan
makanan menjadi lebih cepat.
Pada benih rekalsitran perlakuan yang diberikan penyimpanan dengan
dan tanpa serbuk gergaji serta masing-masing perlakuan ada yang diberi
12
fungisida memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan benih yang
disimpan tanpa fungisida. Pemberian fungisida akan melindungi benih
selama proses penyimpanan sehingga mutu benih tetap terjaga untuk
dikecambahkan. Namun terdapat faktor lain yang menyebabkan benih tidak
berkecambah dengan baik meskipun telah disimpan dengan fungisida, salah
satunya kondisi lingkungan yang tidak mendukung benih untuk
berkecambah, misalnya tingkat kelembaban yang tinggi dan media tanam
yang mudah basah dapat membuat benih menjadi busuk (Harnowo, 2006).
Pada perlakuan benih rekalsitran yang disimpan tanpa serbuk gergaji
diperoleh presentase benih berjamur paling besar pada penyimpanan tanpa
fungisida. Hal ini dikarenakan pemberingan fungisida sebelum benih
disimpan dilakukan untuk mencegah benih terserang jamur selama proses
penyimpanan. Sementara pada uji daya kecambah benih yang diberi fungsida
memiliki nilai yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan Yuniarti (2013) yang
menyebutkan bahwa fungisida melindungi benih selama proses penyimpanan
dari kerusakan yang disebabkan oleh cendawan sehinggga mutu benih tetap
terjaga saat akan dikecambahkan.
Berdasarkan hasil pengamatan, presentase benih berjamur lebih tinggi
ditemukan pada benih yang disimpan dengan diberi perlakuan serbuk gergaji,
sedangkan nilai presentase benih berkecambah yang lebih tinggi pada benih
yang disimpan tanpa serbuk gergaji. Serbuk gergaji memiliki kemampuan
mengikat dan menyimpan air dalam jumlah besar dengan sangat baik
sehingga kelembaban disekitar benih selama penyimpanan dapat
dipertahankan. Namun, karena serbuk gergaji merupakan produk sampingan
atau bahan sisa dari industri kayu terdapat jenis serbuk gergaji lama dan
serbuk gergaji baru. Menurut Sutopo (2002), untuk menyimpan benih
sebaiknya digunakan serbuk gergaji yang belum lama berada di lingkungan
luar. Hal ini dikarenakan serbuk gergaji baru memiliki kemampuan
menyimpan air yang lebih baik untuk mengunci kelembaban. Melihat dari
hal ini, kemungkinan serbuk gergaji yang digunakan dalam pengamatan
merupakan serbuk gergaji lama yang memiliki kemampuan mengikat air
14
yang buruk sehingga tidak efektif dan tidak memberikan hasil yang baik pada
proses penyimpanan benih rekalsitran.
G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa cara penyimpanan dan perlakuan benih akan mempengaruhi mutu
benih sampai benih akan ditanam. Tiap benih memiliki sifat yang
berbedabeda sehingga cara penyimpanan dan perlakuannya akan berbeda.
Cara penyimpanan dan perlakuan yang tidak sesuai dapat menyebabkan benih
lebih mudah terserang penyakit atau jamur yang berakibat pada penurunan
daya kecambah benih. Pada benih ortodok yang memiliki kadar air relatif
rendah penyimpanan dapat dilakukan pada tempat dengan kelembaban rendah
seperti ruang AC, sedangkan pada benih rekalsitran yang memiliki kadar air
tinggi penyimpanan dapat dilakukan dengan menggunakan serbuk gergaji.
15
ACARA II
PERKECAMBAHAN
A. Tujuan
1. Mengetahui ciri-ciri normal dan abnormal dari berbagai spesies kecambah.
2. Mengetahui macam-macam media untuk pengecambahan benih dan
metode yang dapat dipakai.
3. Menghitung daya kecambah masing-masing spesies benih pada media
berbeda.
B. Tinjauan Pustaka
Perkecambahan biji merupakan proses pertumbuhan embrio dan
komponen-komponen btji lainnya untuk dapat menghasilkan tumbuhan baru.
Proses ini dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam (tingkat kemasakan biii,
ukuran biji, dormansi, dan penghambat perkecambahan) maupun faktor-faktor
luar (air, temperatur, oksigen, dan cahaya). Air merupakan salah satu faktor
luar yang sangat penting dalam perkecambahan, karena penyerapan air
merupakan tahap awal perkecambahan biii. Air berperan penting untuk
mengaktifkan sel-sel yang bersifat embrionik di dalam biji, melunakkan kulit
biji dan menyebabkan mengembangnya embrio dan endosperm, fasilitas untuk
masuknya oksigen ke dalam biji, mengencerkan protoplasma dan media
angkutan makanan dari endospenn atau kotiledon ke daerah titik-titik tumbuh
(Nio Song dan Maria Ballo, 2010).
Tipe perkecambahan ada dua jenis dan yang membedakannya adalah
letak posisi keping benih (kotiledon) pada permukaan tanah. Tipe pertama
adalah epigeal (epygeal germination) dan kedua adalah tipe hipogeal
(hypogeal germination). Apabila keping benih terangkat di atas permukaan
tanah dinamakan tipe epigeal. Namun bila keping benih tersebut tetap tinggal
di dalam tanah disebut hypogeal (Aprilia et al., 2011). Contoh tipe
16
perkecambahan hipogeal terjadi pada kacang kapri dan jagung. Pada epigeal
perkecambahan tipe ini misalnya terjadi pada kacang hijau dan jarak.
Uji viabilitas merupakan salah satu tolok ukur yang sangat penting
dalam pengujian mutu fisiologis benih. Pengujian viabilitas benih selama ini
umumnya dilakukan dengan menggunakan media perkecambahan kertas,
pasir, kompos dan tanah. Pemilihan jenis media perkecambahan yang tepat
akan pengujian viabilitas benih sangat beragam, bergantung pada jenis dan
ukuran benih tanaman yang akan diuji. Menurut ISTA (2005) untuk jenis
substrat kertas sebaiknya menggunakan kertas filter (saring), blotter dan towel
(Henny, 2016).
Pengujian mutu benih merupakan hal rutin yang dilakukan dalam
rangka proses sertifikasi. Salah satu pengujian rutin yang dilakukan adalah
pengujian daya berkecambah. Pengujian daya berkecambah memerlukan
kondisi optimum pada media perkecambahan, suhu dan kelembaban.
Berdasarkan penelitian Susanti (2010) terdapat perbedaan kecenderungan dari
setiap jenis benih tanaman tentang media yang sesuai untuk
perkecambahannya. Berdasarkan rekomendasi ISTA (2014), media yang
digunakan untuk perkecambahan benih adalah media kertas (kertas saring,
kertas blotter, dan kertas towel), pasir dan media organik. Beberapa media
terutama media kertas yang direkomendasikan ISTA menemui beberapa
kendala dalam penggunaannya di Indonesia, di antaranya harga yang cukup
mahal dan ketersediaan yang terbatas. Hal lain yang penting diperhatikan
dalam pengujian daya berkecambah adalah lamanya waktu pengujian.
Penelitian Anasthasia (2014) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kondisi
untuk perkecambahan benih di Indonesia khususnya pada alat pengecambah
benih IPB 72-1. APB IPB 72-1 bersifat eco germinator yang artinya proses
perkecambahan dalam alat tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti
RH dan suhu yang cenderung fluktuatif. Hal ini mengakibatkan perbedaan
17
ketika dikecambahkan pada media pasir dan bahkan banyak yang terkena
penyakit. Hal ini terjadi kemungkinan disebabkan oleh bentuk benih yang
terlalu kecil sehingga kurang cocok apabila ditanam di pasir. Selain itu,
medianya kurang steril dan kurangnya kemampuan pasir untuk menjaga
kelembaban air sehingga menghambat pertumbuhan kecambah benih
(Mewangi dkk,. 2019).
Penilaian kecambah dibagi menjadi 2, yaitu normal dan abnormal.
Kriteria untuk kecambah normal diantaranya adalah kecambah dengan
pertumbuhan sempurna, ditandai dengan akar dan batang yang berkembang
baik, jumlah kotiledon sesuai, daun berkembang baik dan berwarna hijau, dan
mempunyai tunas pucuk yang baik, kecambah dangan cacat ringan pada akar,
hipokotil/ epikotil, kotiledon, daun primer, dan koleoptil dan kecambah
dengan infeksi sekunder tetapi bentuknya masih sempurna (Prabhandaru,
2017).
Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan
potensi untuk berkembang menjadi kecambah normal. Dibawah ini
digolongkan ke dalam kecambah abnormal Kecambah rusak: kecambah yang
struktur pentingnya hilang atau rusak berat. Kecambah cacat atau tidak
seimbang: kecambah dengan pertumbuhan lemah atau kecambah yang
struktur pentingnya cacat atau tidak proporsional. Dan kecambah lambat
kecambah yang pada akhir pengujian belum mencapai ukuran normal. Jika
dibandingkan dengan pertumbuhan kecambah benih normal kecambah pada
benih abnormal ukurannya lebih kecil (Sutopo, 2010).
3) Pinset
4) Label
5) Alat pengecambah benih
6) Benih kacang hijau:20 butir 7)Air
b. Metode UKDp dan UKDdp Bahan dan Alat :
1) Plastik
2) Kertas merang
3) Alat pengecambah benih
4) Label
5) Benih jagung
6) Air
7) Karet
2. Media Pasir dan Tanah Alat dan Bahan :
a. Benih kacang tanah
b. Kotak plastik yang telahdiisi pasir, tanah
c. Pinset
d. Alat penyiraman
D. Langkah Kerja
1. Media Kertas
a. Metode UDK (Uji Diatas Kertas)
1) Media kertas (2 lembar) diletakkan pada alat petridish atau cawan
plastik.
2) Basahi media tersebut hingga merata caranya beri air berlebihan,
biarkan beberapa menit supaya meresap (warna lebih tua), kemudian
air sisanya dibuang.
3) Tanamlah benih di atas lembar substrat dengan pinset. Perhatikan
jarak tanam benih, jangan berdekatan satu sama lain.
4) Beri label pada petridish
5) Tanam / letakkan dalam alat pengecambah benih
20
Pengamatan I : 5 × 24 jam
Pengamatan II : pengamatanI + (2 × 24 jam).
b. Metode UKDp dan UKDdp Bahan dan Alat :
Empat macam benih (jagung, padi, kedelai, kacang tanah)
dikecambahkan dengan metode UKDp dan UKDdp dalam substrat kertas
merang, benih ditanam di dalam alat pengecambah benih. Masing-
masing ulangan diamati pada hari ke (5 × 24) dan hari ke (7 × 24)
sesudah tanam. Setiap metode menggunakan 25 benih.
UKDp: Uji Kertas Digulung dalam Plastik
Yaitu menguji benih dengan cara menanam benih diantara
lembar substrat dilapisi plastik, kemudian digulung. Lembaran
substrat kertas merang (3-4) lembar yang telah dibasahi
diletakkan diatas plastik. Tanam benih di atas lembaran substrat
dengan jarak yang tidak berdekatan satu sama lain. Tutup
substrat yang sudah ditanami dengan lembaran substrat yang
lain dan digulung. Tanam di alat pengecambah benih.
UKDdp : Uji Kertas Digulung Didirikan dalam Plastik
Sama dengan UKDp hanya cara meletakkannya yang berbeda.
UKDdp didirikan.
2. Media Pasir dan Tanah
a. Pasir dan tanah dibasahi secukupnya
b. Sebar benih dengan jumlah tertentu pada satu deretan
c. Benih ditanam pada kedalaman 1 cm.
Pengamatan I : 5 × 24 jam / 7 × 24 jam
Pengamatan II : pengamatan I + (2 × 24 jam)
E. Hasil pengamatan
Tabel 1.2 Tipe Perkecambahan
21
Kotiledon Ya Tidak Ya
terangkat/tidak
Jagung a. Daun
b. Epikotil
c. Kotiledon
d. Akar
utama
e. Akar
seminal
f. Rambut
akar
1 Aqsa 0 0 20 0 0 0
2 Hetti
20 0 0 0 20 100
72,5
3 Mirza
%
10 8 0 2 18 90
4 Nur
19 1 0 0 20 100
Jagung
UKDp
1 April
20 0 0 0 20 100
2 Tika
16 4 0 0 20 100 96,6
%
3 Alfi
18 0 2 0 18 90
Jagung
UKDdp
1 Aisyah
17 0 3 0 17 85
2Vira
0 0 19 1 0 0 53,3
%
3Dwi
15 0 0 5 15 75
23
1 Eko
1 0 6 13 1 5
2 Fahmi
20 0 0 0 20 100 35%
3 Friska
0 0 16 4 0 0
1 Risqan
0 0 0 20 0 0
2 Linton
6 0 0 14 6 30 26,6
%
3 Bima
10 0 2 8 10 50
F. Pembahasan
Perkecambahan adalah proses yang terjadi pada benih tidak dorman yang
berakhir dengan muncul dan tumbuhnya akar embrio atau radikel (Lauridsen,
1995). Ada dua tipe perkecambahan yaitu epigeal dan hipogeal.
Perkecambahanepigeal adalah perkecambahan yang mengakibatkan kotiledon
terangkat keatastanah, contohnya pada kacang hijau dan kacang tanah.
Perkecambahan hipogeal adalah perkecambahan yang mengakibatkan kotiledon
tetap tertanam di bawah, contohnya padajagung (Rai, 2018).
24
G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan
bahwa:
1. Ciri-ciri kecambah normal dan abnormal pada tanaman dapat dilihat dari akar
dan plumula. Pada kecambah kacang hijau atau kacang tanah yang normal
memiliki akar seminal primer yang tumbuh dengan baik dengan banyak akar
sekunder dan memiliki hipokotil, epikotil daun lembaga serta daun pertama
tumbuh dengan baik. Pada kecambah kacang hijau atau kacang tanah yang
abnormal memiliki akar seminal primer yang tumbuh kerdil, busuk atau
tumbuh normal tetapi akar sekunder tumbuh merana dan memiliki daun
lembaga busuk sebagian/seluruhnya atau tidak tumbuh sama sekali. Pada
kecambah jagung yang normal memiliki akar seminal primer yang kuat
dengan akar-akar sekunder dan memiliki plumula yang tumbuh sepanjang
koleoptil telah tersembul keluar dari koleoptil. Pada kecambah jagung yang
abnormal tidak memiliki akar seminal primer/sekunder atau hanya tumbuh
lemah dan plumula tidak tumbuh, kerdil, membelah, berwarna putih, atau
busuk.
2. Media untuk pengecambahan benih dapat menggunakan kertas merang, pasir,
atau tanah. Adapun pada media kertas merang dapat menggunakan metode
UDK (Uji Diatas Kertas), UKDp (Uji Kertas Digulung dalam Plastik), dan
UKDdp (Uji Kertas Digulung Didirikan dalam Plastik).
3. Pada uji daya kecambah dengan substratum kertas merang menggunakan
metode UDK didapatkan 72,5%,UKDp didapatkan96,6%, danUKDdp
didapatkan 53,3%. Pada uji daya kecambah dengan substratum pasir
27
ACARA III
UJI MUTU FISIK BENIH
A. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui cara pengujian kadar air benih.
2. Mengetahui mutu benih melalui pengukuran kadar air benih.
B. Tinjauan Pustaka
Uji kemurnian benih merupakan tahapan yang harus dilakukan untuk
mengendalikan mutu genetik suatu lot benih. Untuk menentukan komposisi
benih murni, dan memisahkannya dari bagian yang tidak masuk ke dalam
kriteria, serta mengetahui mutu atau kualitas dari suatu jenis benih. Mutu benih
dibedakan menjadi tiga yaitu mutu fisik, mutu fisiologis dan mutu genetis. Untuk
mengetahui mutu fisik benih dilakukan pengujian meliputi uji kadar air, uji berat
1000 butir benih dan kisaran kemurnian benih yang dihasilkan. Pengujian
kualitas benih penting karena terujinya kualitas benih dapat memberikan jaminan
kepada petani dan masyarakat untuk mendapatkan benih dengan kualitas yang
baik sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (Ningsih dkk, 2018).
Pengujian benih ditujukan untuk mengetahui mutu atau kualitas dari suatu
jenis atau kelompok benih. Kadar air benih adalah persentase hilangnya berat air
dalam benih ketika benih dipanaskan menggunakan oven dengan suhu konstan
berdasarkan berat awal benih. Kadar air benih selalu berubah tergantung kadar
air lingkungannya, karena benih memiliki sifat selalu berusaha mencapai kondisi
yang seimbang (equilibrium) dengan kondisi lingkungan. Tujuan pengukuran
kadar air adalah untuk mengetahui kadar air benih dengan menggunakan metode
yang sesuai bagi ketentuan pengujian (Sundari dan Hapsari 2018).
Pengujian kemurnian benih sebaiknya dilakukan pertama kali sebelum
dilakukan pengujian berikutnya. Contoh benih yang akan diuji pada dasarnya
terdiri dari tiga komponen yaitu (Sundari dan Hapsari 2018):
29
1. Benih murni adalah benih yang sesuai dengan pernyataan pengirim atau
secara dominan ditemukan di dalam contoh benih termasuk benih-benih
varietas lain dalam jenis tanaman tersebut.
2. Benih spesies lain adalah benih tanaman selain yang dimaksudkan. Penentuan
benih tanaman lain sebagai kotoran benih sama seperti pada penentuan benih
murni.
3. Bahan lain (kotoran benih), meliputi benih dan bagian dari benih serta
bahanbahan lain yang bukan merupakan bagian dari benih.
Pengujian kadar air benih dilakukan dengan metode oven suhu konstan
dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan karakteristik benih, atau
menggunakan alat bernama moisture meter. Penggunaan metode oven bisa
dengan suhu konstan rendah 101-105OC atau suhu konstan tinggi yaitu 130-
133OC. Pada suhu konstan rendah waktu yang diperlukan selama 17 + 1 jam.
Sementara pada suhu konstan tinggi dapat bervariasi yaitu, 1 jam± 3 menit, 2 jam
± 6 menit , 4 jam ± 12 menit tergantung jenis benih. Karakteristik benih adalah
ahal yang penting untuk diperhatikan dalam pengujian kadar air benih. Ada
beberapa jenis benih yang memerlukan proses penghancuran, pemecahan atau
pemotongan benih sebelum dilakukan proses pengujian kadar air benih (Dinarto,
2010).
Pengukuran kadar air penting dilakukan karena kadar air dapat
mempengaruhi laju kemunduran benih (Sutopo, 2002). Kadar air benih juga erat
kaitannya dengan daya simpan dan proses pengolahan benih. Metode paling
umum untuk mengukur kadar air benih adalah metode langsung, yaitu benih
dikeringkan dalam oven. Cara tersebut akurat, namun mempunyai beberapa
kelemahan, yaitu memerlukan waktu yang lebih lama, pengaturan suhu yang
tepat, banyaknya peralatan yang dibutuhkan, serta harus seringnya menimbang
benih yang diuji (Justice dan Bass, 2002).
Metode pengukuran kadar air benih secara langsung menggunakan oven
30
suhu rendah (1032˚C) pada kondisi benih dan lama pengeringan hasil
percobaan pertama. Metode tidak langsung ialah mengukur kadar air benih
dengan menggunakan alat Digital Moisture Tester model TD-1 dan Kett Grain
Moisture Tester Model PM 300 dengan percobaan yang terpisah antara masing-
masing alat tersebut. Percobaan kedua terdiri atas dua faktor. Faktor pertama
adalah pengukuran kadar air dengan menggunakan oven (O) dan faktor yang
kedua adalah pengukuran kadar air dengan menggunakan Digital Moisture Tester
model TD-1 (S1) atau menggunakan Kett Grain Moisture Tester Model PM 300
(S2). Kadar air bahan pangan merupakan pengukuran jumlah air total yang
terkandung dalam bahan pangan, tanpa memperlihatkan kondisi atau derajat
keterikatan air. Kadar air bahan pangan dapat diukur dengan berbagai cara.
Metode umum yang dilakukan di laboratorium adalah dengan pemanasan
didalam oven. Metode ini digunakan untuk seluruh produk makanan, kecuali jika
produk tersebut mengandung komponen-komponen yang mudah menguap atau
jika produk tersebut mengalami dekomposisi pada 100 C. Prinsipnya yaitu :
sampel dikeringkan dalam oven 100 C sampai diperoleh berat tetap (Maya,
2007).
D. Cara Kerja
1. Penentuan kadar air secara langsung
a) Menimbang 10 gram benih (berat basah)
31
F. Pembahasan
Kadar air benih merupakan suatu fungsi dari kelembaban relatif udara
sekitarnya yang bergantung pada kelembaban relatif udara sekitarnya. Penetapan
32
kadar air adalah banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan
hilangnya kandungan air tersebut dinyatakan dalam % terhadap berat asal contoh
benih. Adapun tujuan dilakukan pengujian benih adalah untuk menentukan
kadar air yang terdapat dalam benih. Kadar air benih penting untuk diperhatikan,
karena kadar air benih sangat berkaitan erat dengan kualitas benih, daya simpan
benih, daya kecambah benih, dan serangan hama/penyakit. Kadar air benih
selama penyimpanan merupakan faktor yang paling mempengaruhi masa
hidupnya, maka benih yang sudah masak dan cukup kering penting untuk segera
dipanen, atau benihnya masih berkadar air tinggi yang juga harus segera
dipanen. Laju kemunduran suatu benih dipengaruhi oleh kadar airnya (Hery,
2011).
Penetapan kadar air dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Pegukuran kadar air secara langsung dapat dilakukan dengan menggunakan
metode gravimetri. Metode ini dilakukan dengan cara pengeringan dan prinsip
penguapan air menggunakan oven sebagai pemanas. Benih ditimbang untuk
mengetahui berat basah kemudian benih dimasukkan ke dalam amplop kertas
dan dioven selama kurang lebih 2 x 24 jam. Benih yang telah melewati proses
pemgerigan, kemudian ditimbang sampai berat konstan muncul di layar
timbangan. Nilai yang kosntan tersebut menandakan bahwa semua air sudah
diuapkan (Ahmad, 2020).
Pengujian kadar air benih secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
menggunakan alat berupa grain moisture meter. Grain moisture meter adalah
salah satu alat uji kadar air benih secara digital. Pengukurannya dilakukan
dengan cara memasukkan biji ke dalam lubang pengujian pada moisture tester,
memutar sekrup penghancur benih sampai tertutup rapat, dan memilih menu
sesuai dengan benih yang diuji (contohnya benih padi memilih menu rice)
(Nugroho, 2013).
Berdasarkan tabel 3.1 Pengukuran kadar air benih, dilakukan dengan 3
metode pengukuran, yaitu menggunakan gravimetri dan grain moisture meter
33
model GMK-30RS untuk benih baru dan JV006 untuk benih lama pada 2 jenis
benih yaitu padi dan jagung. Kadar air benih padi menggunakan perhitungan
gravimetri dengan berat basah 1.2 gr, dan berat kering 1.1 gr benih yaitu 8.3%,
menggunakan grain moisture meter model GMK 14.5%, menggunakan grain
moisture meter model RS006 16.3%. Sedangkan Kadar air benih Jagung
menggunakan gravimetri yaitu 11.11%, menggunakan grain moisture meter
model GMK 12.2%, menggunakan grain moisture meter model RS006 14.7%.
International Seed Testing Association (ISTA) dalam BPMBTPH (2004)
menyebutkan bahwa dalam pengukuran kadar air, benih-benih yang berukuran
besar perlu dihaluskan (grinding). ISTA telah mengatur prosedur standar dalam
pengukuran kadar air benih dengan metode oven mengenai lama pengeringan
dan suhu oven. Wang (1990) dalam Edi (1993) menyatakan bahwa prosedur dan
metode untuk pengukuran kadar air benih-benih tropis, khususnya benih yang
mengandung minyak tinggi sering tidak cocok dengan prosedur standar pada
ISTA. Oleh karena itu, metode pengukuran kadar air benih jarak pagar menjadi
hal yang penting untuk dikembangkan, baik menggunakan metode oven maupun
menggunakan alat pengukur kadar air lainnya agar didapatkan metode
pengukuran kadar air yang cepat dan tepat.
GMK range benih padi yang masih bagus berdasarkan pengukuran kadar
air menggunakan grain moisture yaitu antara 9.8%-26.0%. Sedangkan GMK
rang benih jagung yang masih bagus berdasarkan pengukuran kadar air
menggunakan grain moisture yaitu 8.7%-22.8%. Jadi pengukuran kadar air
benih padi menggunakan moisture meter model GMK-303RS adalah 14.5%, dan
benih jagung 12.2%.
Tinggi rendahnya kandungan air dalam benih memegang peranan yang
demikian penting dan berpengaruh besar terhadap viabilitas dan pertumbuhan
umum dari benih tersebut (Ance K, 1992). Berdasarkan penelitian Kartika
(2015) mengatakan bahwa Ketika kadar air benih mencapai 18 sampai 20 %,
peningkatan respirasi dan aktifitas mikroorganisme menyebabkan deteriorasi
34
benih yang cepat. Pada kadar air 30 %, sebagian besar benih yang tidak dorman
mulai berkecambah, berarti benih padi dan jagung tersebut masih termasuk ke
dalam jenis benih yang masih memiliki mutu yang bagus.
G. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa;
1. Pengukuran kadar air benih dapat dilakukan secara lagsung maupun tidak
langsung. Pengukuran kadar air benih secara langsung dapat dilakukan
dengan menggunakan gravimetric sedangkan pengukuran kadar air benih
secara tidak langsung dilakukan dengan cara menggunakan moisture meter.
2. Tinggi rendahnya kandungan air dalam benih memegang peranan yang
demikian penting dan berpengaruh besar terhadap viabilitas dan pertumbuhan
umum dari benih tersebut. Ketika kadar air benih mencapai 18 sampai 20 %,
peningkatan respirasi dan aktifitas mikroorganisme menyebabkan deteriorasi
benih yang cepat. Pada kadar air 30 %, sebagian besar benih yang tidak
dorman mulai berkecambah..
35
ACARA IV
DORMANSI BENIH
A. Tujuan
1. Mengetahui penyebab dormansi benih
2. Mengatasi dormansi pada benih
B. Tinjauan Pustaka
Dormansi benih ialah cara tanaman agar dapat bertahan hidup dan
beradaptasi dengan lingkungannya. Dormansi benih dapat mencegah
terjadinya perkecambahan di lapangan, mekanisme untuk mempertahankan
hidup benih, dan pada beberapa spesies menjadi lebih tahan simpan. Namun,
dormansi benih dapat mengacaukan waktu tanam, memperpanjang waktu
berkecambah, serta menimbulkan masalah dalam interpretasi terhadap
pengujian benih (Widajati et al. 2013).
Dormansi benih merupakan suatu kondisi ketika benih hidup tidak
berkecambah sampai batas waktu di akhir pengamatan meskipun faktor
lingkungan optimum untuk perkecambahan (Ilyas, 2012). Dormansi benih
juga disebabkan karena adanya impermeabilitas kulit benih terhadap air dan
gas serta embrio yang belum tumbuh sempurna (Ariyanti et al. 2017).
Perlakuan yang dapat dilakukan dalam mengatasi masa dormansi benih aren
yaitu melalui skarifikasi benih (Purba et al. 2014). Masa dormansi benih yang
panjang dapat diperpendek dengan beberapa cara perlakuan fisik, kimia dan
biologi (Natawijaya dan Sunarya, 2018).
Dormansi dibagi menjadi 2, yaitu dormansi primer dan dormansi
sekunder. Dormansi primer adalah dormansi yang paling sering terjadi, terdiri
dari dua sifat, diantaranya adalah dormansi eksogenous yaitu kondisi dimana
komponen penting perkecambahan tidak tersedia bagi benih dan
menyebabkan kegagalan dalam perkecambahan. Tipe dormansi tersebut
36
berhubungan dengan sifat fisik dari kulit benih serta faktor lingkungan selama
perkecambahan, dan dormansi endogenous yaitu dormansi yang disebabkan
karena sifat-sifat tertentu yang melekat pada benih, seperti adanya kandungan
inhibitor yang berlebih pada benih, embrio benih yang rudimenter dan
sensitivitas terhadap suhu dan cahaya. Dormansi sekunder adalah sifat
dormansi yang terjadikarena dihilangkannya satu atau lebih faktor penting
perkecambahan. Dormansi sekunder disini adalah benih-benih yang pada
keadaan normal maupun berkecambah, tetapi apabila dikenakan pada suatu
keadaan yang tidak menguntungkan selama beberapa waktu dapat menjadi
kehilangan kemampuannya untuk berkecambah. Kadang-kadang dormansi
sekunder ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi yang dibutuhkan untuk
berkecambah kecuali satu. Misalnya kegagalan memberikan cahaya pada
benih yang membutuhkan cahaya (Efendi, 2020).
Menurut Baskin (2014), dormansi benih terbagi menjadi 5 kelas, yaitu
dormansi secara fisiologis, morfologi, morfofisiologi, fisik, serta kombinasi
fisik dan fisiologis. Benih yang mengalami dormansi fisiologis masih dapat
melewatkan air (permeable) namun mengalami mekanisme penghambatan
pada embrio sehingga menyebabkan radikula tidak dapat muncul. Dormansi
morfologi disebabkan oleh embrio yang belum sempurna pertumbuhannya
atau belum matang, sedangkan dormansi fisik merupakan dormansi yang
disebabkan oleh terhalangnya air masuk ke benih (impermeable) sehingga
menyebabkan benih gagal berkecambah. Gabungan antara dormansi fisiologis
dan morfologi disebut dengan dormansi morfosiologi.
Perlakuan pematahan dormansi merupakan istilah yang digunakan
untuk proses atau kondisi yang diberikan untuk mempercepat perkecambahan
benih sehingga persentase berkecambah tetap tinggi. Perlakuan pematahan
dormasi diberikan pada benih-benih yang memiliki tingkat kesulitan yang
tinggi untuk dikecambahkan (Widhityarini et al. 2013). Perlakuan
pendahuluan ditujukan pada kulit benih, embrio, maupun endosperma benih
37
mempunyai kulit keras dengan cara perendaman bahan kimia giberelin dapat
melunakan kulit benih sehingga mempermudah masuknya air dan O₂ yang
dibutuhkan untuk proses perkecambahan (Sutopo, 2010).
Perlakuan mekanis (skarifikasi) pada kulit biji dapat dilakukan dengan
cara penusukan, penggoresan, pemecahan, pengikiran atau pembakaran,
dengan bantuan pisau, jarum, kikir, kertas gosok atau lainnya adalah cara
yang paling efektif untuk mengatasi dormansi fisik (Mistian et al. 2012).
Perlakuan skarifikasi yang juga memberikan hasil yang baik yaitu perlakuan
skarifikasi benih yang direndam air dingin selama 3x24 jam. Menurut
Kusfebriani et al., (2010), dengan masuknya air maka akan mengencerkan
protoplasma sehingga dapat meningkatkan sejumlah proses fisiologis dalam
embrio, seperti pencernaan, pernapasan, asimilasi dan pertumbuhan. Air juga
memberikan fasilitas untuk masuknya oksigen ke dalam biji.
Penggunaan larutan kimia KNO3 ditinjau secara ekonomi tergolong
murah dan mudah dijumpai. Faustina et al., (2011) menyatakan bahwa larutan
kimia yang terkenal murah dan tersedia banyak di pasaran adalah KNO3.
KNO3 juga sudah teruji efektif mempercepat perkecambahan beberapa benih
tanaman, antara lain padi dan aren. KNO3 berfungsi untuk meningkatkan
aktifitas hormon pertumbuhan pada benih. Pengaruh KNO3 yang ditimbulkan
ditentukan oleh besar kecil konsentrasinya. Perlakuan awal dengan larutan
KNO3 berperan merangsang perkecambahan pada hampir seluruh jenis biji.
Perlakuan perendaman dalam larutan KNO3 dilaporkan juga dapat
mengaktifkan metabolisme sel dan mempercepat perkecambahan.
C. Alat dan Bahan
1. Amplas
2. Pisau atau cutter
3. KNO3 3%
4. Oven
5. Pasir atau kertas merang
39
D. Cara Kerja
1. Benih Padi dengan Perlakuan Sinar Matarahri.
a. Benih padi yang telah disiapkan ditata pada baki atau alas datar
b. Jemur benih yang telah ditata dibawah sinar matahari selama 5 hari
c. Saat malam simpan benih pada tempat yang kering dan tidak lembab
d. Setelah dijemur selama 5 hari, tanam benih pada media pasir. amati
perkecambahan benih padi lalu hitung daya kecambah benih padi
2. Benih Padi Perlakuan KNO3
a. Benih padi yang telah disiapkan direndam dalam larutan KNO 3 selama 12
jam.
b. Benih yang sudah direndam dalam KNO3 lalu ditanam benih pada media
pasir. Setelah 7 hari amati perkecambahan benih padi lalu hitung daya
kecambahan benih padi
3. Benih Lamtoro dan Jagung Kontrol
Untuk perlakuan control benih padi langsung ditanam pada media pasir
selama 7 hari setelah itu amati perkecambahan benih padi lalu hitung daya
kecambah benih padi.
4. Benih Lamtoro Perlakuan Perendaman Air Panas
a. Benih lamtoro yang sudah disiapkan direndam dalam air panas (Tidak
mendidih)
b. Rendam selama 15 menit.
c. Setelah benih direndam, kering anginkan lalu tanaman pada media pasir
selama 7 hari
d. Setelah itu amati perkecambahan benih lamtoro lalu hitung daya
kecambah benih.
5. Benih Lamtoro Perlakuan Pengamplasan
40
F. Pembahasan
Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme
hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak
mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu
reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Dipandang dari segi ekonomis
keadaan dormansi benih dianggap tidak menguntungkan, oleh karena itu
diperlukan cara agar dormansi dapat dipecahkan atau lama dormansinya dapat
dipersingkat. Beberapa cara yang telah diketahui menurut Sadjad (1977) adalah
(1) perlakuan mekanis dipergunakan untuk memecahkan dormansi benih yang
disebabkan oleh impermeabilitas kulit biji baik terhadap air atau udara.
Skarifikasi: mengikir atau menggosok kulit biji dengan kertas ampelas,
melubangi kulit biji dengan pisau, menggoncang benih untuk benih-benih yang
memiliki sumbat gabus. Hal ini bertujuan untuk melemahkan biji yang keras,
sehingga lebih permeabel terhadap air atau udara. Tekanan: memberi tekanan
hidraulik 2000 atm pada 18ºC selama 5-20 menit sehingga dapat meningkatkan
perkecambahan sebesar 50-80%. Efek tekanan akan terlihat setelah benihbenih
tersebut dikeringkan dan disimpan. (2) Perlakuan kimia, perlakuan ini dengan
menggunakan bahan-bahan kimia seperti asam sulfat dan asam nitrat dengan
konsentrasi pekat agar kulit biji menjadi lebih lunak sehingga air dengan mudah
terserap. (3) Perlakuan perendaman dengan air, dengan cara merendam benih
dengan air panas pada suhu perendaman dan lama perendaman tertentu agar
kulit biji lebih mudah dalam proses penyerapan air (imbibisi).
Budidaya lamtoro seringkali dihadapkan pada masalah dormansi pada biji
sehingga memerlukan waktu yang lama untuk pematahan dormansi dan
akibatnya sulit mendapatkan pertumbuhan yang seragam. Penyebab terjadinya
dormansi biji ini antara lain karena keadaan kulit biji lamtoro yang keras
sehingga sulit ditembus air dan udara (Francis, 1993). Kulit biji yang keras pada
biji lamtoro dapat mempengaruhi viabilitas dan vigoritas benih untuk
berkecambah artinya kemampuan benih untuk berkecambah dalam kondisi
42
G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji adalah tidak
sempurnanya embrio (rudimetery embrio), embrio yang belum matang
secara fisiologis, kulit biji yang tebal (tahan terhadap gerakan mekanis),
kulit biji impermeable, dan adanya zat penghambat (inhibitor) untuk
perkecambahan (Husain, I. and Tuiyo, R., 2012).
Pematahan dormansi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu,
pengamplasan, perendaman dalam larutan kimia, dan perendaman dengan air
panas. Dormansi pada benih padi dapat diatasi dengan perlakuan perendaman
KNO3 sebanyak 3%, sedangkan pada benih lamtoro dapat diatasi dengan
pengamplasan benih.
44
ACARA V
UJI VIABILITAS
A. Tujuan
1, Membandingkan daya tumbuh/daya kecambah benih dari uji viabilitas
benih secara langsung dan tidak langsung.
2. Menaksir viabilitas benih dengan metode daya hantar listrik
B. Tinjauan Pustaka
Viabilitas adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan oleh proses
pertumbuhan benih (Tefa, 2017). Viabilitas benih dipakai untuk mengetahui
kemampuan tumbuh normal dalam kondisi optimal dan sub optimal. Benih
yang memiliki viabilitas tinggi lebih mempunyai ketahanan simpan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan benih yang memiliki viabilitas yang lebih rendah
sehingga benih dapat disimpan pada periode waktu yang lebih lama (Claudia,
dkk., 2013). Viabilitas benih tergantung pada kondisi lingkungan tempat
benih ditumbuhkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih di
lapangan yaitu mutu sumber benihnya, ketersediaan air, ketersediaan hara,
kehadiran organisme pengganggu tanaman, suhu serta cahaya yang cukup
(Widajati dkk, 2013).
Kelangsungan daya hidup benih ditunjukkan oleh persentase benih
yang akan menyelesaikan perkecambahan, kecepatan perkecambahan dan
vigor akhir yang menyelesaikan perkecambahannya. Proses perkecambahan
suatu benih, memerlukan kondisi lingkungan yang baik, viabilitas benih yang
tinggi dan pada beberapa jenis tanaman tergantung pada upaya pemecahan
dormansinya. Kualitas benih digolongkan menjadi tiga macam yaitu kualitas
genetik, fisiologis, dan kualitas fisik. Pengujian viabilitas dilakukan untuk
mengetahui kualitas fisiologis yang berkaitan dengan kemampuan benih untuk
45
D. Cara Kerja
1. Uji Tetrazolium
a. Menyiapkan larutan 1 % dari 2,3,5, triphenil tetrazolium chloride
b. Melembabkan benih yang akan diuji sekitar 12 jam atau merendam
selama 4 jam tergantung jenisnya.
c. Mengupas, mengiris atau menusuk benih agar larutan tetrazolium dapat
masuk jaringan benih tersebut, apabila diperlukan.
d. Memasukkan benih yang telah siap ke dalam larutan tetrazolium selama
15 menit atau 3 jam (sampai pengecetan langsung). Reaksi reduksi akan
berlangsung lebih cepat apabila dalam keadaan gelap dan dalam
temperature 40 celcius
e. Melakukan pengecetan apabila reaksi sudah dirasa cukup, evaluasi dapat
segera dilakukan. Gantilah larutan tetrazolium dengan aquadest,
kemudian amati pola-pola yang terjadi pada benih dengan teliti. Apabila
evaluasi tidak dapat dilakukan segera, masukkan benih yang telah
mengalami pengecatan tersebut ke dalam refrigerator dengan suhu 10° C
(bahan ini masih dapat bertahan).
f. Memisahkan benih yang hidup atau mati (jaringan sehat berwarna merah,
jaringan rusk berwarna merah tua, dan jaringan mati tidak mengalami
perubahan warna). Pola-pola tertentu akan menunjukkan benih yang mati
dan yang masih mati.
48
Tabel 5.2 Uji viabilitas komoditas Padi, Jagung dan Kacang Hijaudengan Uji
DHL
Tidak Langsung (DHL)
Viabilitas Komoditas 1 Padi Komoditas 2 Komoditas 3
Jagung Kacang Hijau
49
Benih baru
0,5 ms 8,5 ms 12,6 ms
(Kontrol)
Benih lama 5,1 ms 22,3 ms 6,7 ms
Sumber : Praktikum Teknologi Benih 2020
F. Pembahasan
Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui
gejala metabolisme dengan gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga
merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih. Pada umumnya
viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi
kecambah normal. Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan
viabilitas benih dan jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih
merupakan indeks dari viabilitas benih.
Cara kerja pengujian langsung UAKm yaitu dengan melembabkan media
kertas menggunakan air, menanam benih atau biji yang akan dikecambahkan di
atas lembar substrat, melipat bagian pinggir-pinggir substrata atau media tanam
kertas, lalu meletakkan pada alat pengecambah benih dengan posisi miring, dan
melakukan pengamatan terhadap jumlah kecambah yang normal. Sedangkan
Cara kerja pengujian tidak langsung daya hantar listrik (leachate conductivity
test) yaitu dengan merendam kedalam aquadest dengan perbandingan volume
1:3 selama 24 jam dan kemudiasn air rendaman benih diukur dengan
Conductivitymeter. Prinsip dari uji daya hantar listrik adalah nilai DHL air
rendaman benih yang tinggi menunjukkan rendahnya mutu benih karena sudah
terjadi kebocoran membrane benih.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada uji viabilitas benih
jagung dengan metode langsung UAKm pada benih jagung lama dan benih
jagung baru yang ditunjukan pada tabel 5.1, diperoleh hasil rata-rata benih yang
berkecambah paling tinggi yaitu pada jagung barudengan rata-rata viabilitas
benih 88% sedangkan pada hasil pengamatan benih jagung lama rata-rata
viabilitas benih yang didapat yaitu 63,2%.Hal tersebut sesuai dan dapat
50
membawa muatan listrik yang dapat dideteksi oleh alat pengukur konduktivitas.
Viabilitas benih yang diukur dengan metode DHL akan lebih dini menunjukkan
gejala kemunduran benih (Matthews dan Powell, 2006).
Pada benih kacang hijau menunjukkan bahwa benih baru memiliki nilai
dhl yang tinggi dibandingkan benih lama. Tingginya nilai DHL pada benih baru
kacang hijau antara lain dapat dipengaruhi oleh varietas, periode imbibisi,
jumlah benih yang digunakan, suhu imbibisi dan kadar air benih (Viera et al.,
2002).Sedangkan rendahnya nilai DHL menunjukkan bahwa benih tersebut
masih memiliki kualitas yang baik. Hal tersebut dapat terjadi karena
penyimpanan benih yang memiliki kadar kelembapan udara serta air yang
rendah dan disimpan pada suhu dan kelembapan tertentu. Sehingga pada saat
proses imbisisi berlangsung tingkat kebocoran pada benih dapat terhindar karena
kualitas benih yang masih baik . Hal ini sesuai dengan pernyataan Hartati (2019)
dimana kadar air rendah dan disimpan pada suhu dan kelembaban penyimpanan
tertentu berpengaruh dalamviabilitas benih secara nyata.Kadar air merupakan
faktor yang paling mempengaruhi kemunduran benih. Kemunduran benih
meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar air benih. Kadar air benih akan
berpengaruh pada proses aktivasi enzim. Kadar air yang rendah dapat
meminimalisir proses aktivasi enzim. Kadar air optimum tiap jenis benih
berbeda-beda.
Keuntungan uji viabilitas secara langsung yaitu biaya dalam pengujian
relatif lebih murah dan didalam pengujian langsung tidak memerlukan keahlian
dan pelatihan yang intensif, dan dapat dengan mudah mendeteksi kerusakan
yang di akibatkan olehmikroba seperti jamur dan lainnya yang bersifat
menimbulkan kerusakan. Sedangkan kekurangan pada uji viabilitas secara
langsung yaitu uji relatif lama karena harus menunggu tanaman berkecambah
terlebih dahulu sehingga dapat diketahui daya kecambah benih.
Keuntungan uji viabilitas secara tidak langsung yaitu waktu pengujian
yang singkat, sangat tepat diaplikasikan pada benih yang mengalami dormansi
53
serta benih yang mengalami after ripening, tingkat ketelitian tinggi. Sedangkan
kekurangan uji secara tidak langsung yaitu memerlukan keahlian dan pelatihan
yang intensif, bersifat laboratoris, tidak dapat mendeteksi kerusakan yang di
akibatkan oleh jamur atau mikroba lainnya yang bersifat menimbulkan
kerusakan.
G. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada uji viabilitas benih
jagung dengan metode langsung UAKm diketahui viabilitas pada benih
jagung baru lebih tinggi dibandingkan dengan dan benih jagung lama. Dan
berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada uji viabilitas benih baru
dan benih lama pada komoditas jagung, padi dan kacang hijau dengan metode
tidak langsung DHL (daya hantar listrik) diketahui benih baru memiliki nilai
DHL yang rendah dibandingkan dengan nilai DHL benih lama.
Cara kerja pengujian tidak langsung daya hantar listrik (leachate
conductivity test) yaitu dengan merendam kedalam aquadest dengan
perbandingan volume 1:3 selama 24 jam dan kemudiasn air rendaman benih
diukur dengan Conductivitymeter. Prinsip dari uji daya hantar listrik adalah
nilai DHL air rendaman benih yang tinggi menunjukkan rendahnya mutu
benih karena sudah terjadi kebocoran membrane benih.
ACARA VI
UJI VIGOR
A. Tujuan
1. Mengetahui berbagai jenis uji vigor.
2. Menghitung persentase kekuatan tumbuh dan kecepatan tumbuh
benih.
B. Tinjauan Pustaka
Menurut Sutopo (2010) vigor merupakan kemampuan benih untuk
tumbuh normal dan berproduksi normal pada kondisi sub optimum.
Menurut Yuniarti et al. (2014) vigor benih dipengaruhi oleh berbagai
faktor mulai dari ketika benih masih berada di tanaman induk sampai
pemanenan, pengolahan, ketika dalam transportasi, sampai sebelum
ditanam. Ilyas (2012) menambahkan bahwa vigor benih juga dipengaruhi
oleh proses dan cara benih dikeringkan, dibersihkan, disortir dan dikemas
di unit pengolahan benih (seed processing), serta cara dan kondisi
penyimpanan benih. Selain itu, menurut Yudono (2006) dalam Subaranto
dan Prabowo (2013) faktor yang mempengaruhi vigor adalah faktor
genetik sifat keturunan yang membentuknya pada biji (genetic make up)
vigor potensial berbeda pada spesies, varietas bahkan tanaman yang
berbeda genotipenya.
International Seed Testing Association (2010) mendefinisikan
bahwa vigor sebagai sekumpulan sifat yang dimiliki benih yang
menentukan tingkat potensi aktifitas dan kinerja benih atau lot benih
selama perkecambahan dan munculnya kecambah. Uji vigor ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana kemampuan benih untuk berkecambah
dalam kondisi suboptimum, semakin tinggi vigor maka viabilitas benih
semakin bagus dan benih tersebut semakin bermutu. Variabel pengujian
vigor benih antara lain, benih yang sudah tumbuh normal sesuai ukuran
yang sudah dibakukan diambil dan dihitung. Umumnya kenormalannya
ditentukan berdasar ketegaran struktur tumbuh yang terdiri dari akar
55
IV : indeks vigor
Keterangan:
D. Cara Kerja
1. Kecepatan Tumbuh
a. Benih kedelai lama dan Baru dikecambahkan di bak plastik
perkecambahan yang berisi pasir.
b. Kecambah normal dihitung setiap hari sampai hari ke-7.
2. Kekuatan Tumbuh dengan Uji NaCl
a. Substrat kertas merang terlebih dahulu direndam dalam larutan
garam.
b. Benih kedelai ditanam di dalam substrat sebanyak 25 butir
perulangan (ada 3 ulangan).
c. Penilaian berdasarkan persen kecambah kuat, dihitung pada saat 4 x
24 jam (hari keempat),dan sebagai pembanding dibuat kontrol
(substrat hanya dibasahi dengan air).
3. Kekuatan Tumbuh dengan Uji PP
a. Isi separuh bak plastik dengan media pasir lembab.
b. Tanam benih di atasnya, kemudian tutup dengan kertas filter.
c. Isi separuh bagian lagi dari bak plastik dengan pasir lembab.
d. Amati jumlah kecambah normal pada hari ke-7.
E. Hasil Pengamatan
Tabel 6.1 Uji Kecepatan Tumbuh Pada Benih Jagung Lama dan Baru
Hari ke Benih berkecambah normal
Lama Baru
0 0 0 0 0
1 0 0 0 0
2 2 0 1 0
3 5 7 3 0
4 8 4 6 0
59
5 2 7 0 0
6 1 0 1 0
7 0 2 1 0
IV CG Hit I IV CG Hit I
2 5 23,2 44% 0 0 0
Jagung Lama
1. IV = + + + +++ =
3,3
2. IV = + + + +++ =5
3. CG = = 38,3
4. CG = = 23,2
x 100% = 28%
5. Hit I =
x 100% = 44%
6. Hit I =
Jagung Baru
1. IV = + + + +++ =3
2. IV = + + + +++ =0
3. CG = = 25
4. CG = =0
x 100% = 16%
x 100% = 0%
60
5. Hit I =
6. Hit I =
Tabel 6.3 Uji Kekuatan Tumbuh Dengan NaCl
Perlaku Kuat % (-) ABN Mati Rata-rata (%)
an Kuat
% Kuat (-) ABN Mati
Kuat
%
%
Perlakuan N % Rata-rata
B. Baru 1 25 100%
2 25 100% 96%
3 22 88%
2 7 28%
F. Pembahasan
Vigor merupakan sejumlah sifat-sifat benih yang mengindikasikan
pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang normal, cepat dan seragam
pada kisaran kondisi lapang yang optimum maupun sub optimum (Anna,
2017). Vigor benih adalah kemampuan benih tumbuh normal pada kondisi
lapang dan lingkungan suboptimum. Nilai indeks vigor adalah nilai yang
dapat mewakili kecepatan perkecambahan benih yang mengindikasikan
benih tersebut vigor. Cakupan vigor benih memiliki aspek-aspek fisiologis
selama proses perkecambahan dan perkembangan kecambah. Pada praktikum
kali ini, uji vigor dilakukan dengan uji kecepatan tumbuh, kekuatan tumbuh
dengan NaCl, serta kekuatan tumbuh dengan uji PP. Benih yang digunakan
untuk pengujian vigor yaitu benih jagung baru dan jagung lama. Kemudian
untuk parameter yang diamati adalah persentase berkecambah pada benih
jagung lama dan benih jagung baru.
Uji vigor pertama adalah pada kecepatan tumbuh selama 7 hari. Pada
uji vigor melalui kecepatan tumbuh ini diamati jumlah benih yang tumbuh di
setiap harinya selama 7 hari dengan 2 kali ulangan. Uji kecepatan tumbuh ini
dilakukan dengan menanam benih jagung lama dan baru dalam nampan
plastik yang berisi media tanam berupa tanah atau pasir yang telah
dilembabkan. Penanaman benih jagung kemudian diberi jarak tanam lalu
diamati selama 7 hari.Berdasarkan hasil pengamatan kecepatan tumbuh pada
benih jagung lama dan baru, diperoleh perhitungan indeks vigor, koefisien
62
tumbuh ini adalah perendaman benih pada NaCl atau garam, serta perlakuan
kontrol tanpa NaCl. Uji kekuatan tumbuh dengan NaCl ini dilakukan dengan
merendam kertas merang (buram) pembungkus benih pada larutan garam.
Kemudian meletakkan kertas tersebut ke atas plastik baru kemudian benih
ditanam di atas kertas merang tersebut. Setelah ditanam pada kertas merang,
benih tersebut ditutup kembali dengan kertas merang yang baru lalu
menggulungnya dan mengikat dengan karet.
Berdasarkan pengamatan kekuatan tumbuh benih jagung baru dengan
perlakuan NaCl, diperoleh rata-rata benih yang tumbuh kuat sebanyak 14
benih dengan persentase sebesar 56%, benih abnormal sebanyak 5 benih
dengan presentase sebesar 20%, serta benih mati sebanyak 6 benih dengan
persentase sebesar 24%. Kemudian pada kekuatan tumbuh benih jagung lama
dengan perlakuan NaCl, diperoleh rata-rata benih yang tumbuh kuat
sebanyak 11,5 benih dengan persentase 46%, serta benih abnormal sebanyak
13,5 dengan persentase 54%. Selanjutnya berdasarkan pengamatan kekuatan
tumbuh dengan perlakuan control pada benih jagung baru, diperoleh rata-rata
benih yang tumbuh kuat sebanyak 15 benih dengan persentase 60%, serta
benih yang mati sebanyak 10 benih dengan persentase 40%. Kemudian yang
terakhir, kekuatan tumbuh dengan perlakuan control pada benih jagung lama
diperoleh rata-rata benih yang tumbuh kuat sebanyak 14 benih dengan
persentase 56%, serta jumlah benih yang mati sebanyak 11 benih dengan
persentasee 44%.
Berdasarkan pengamatan pada uji kekuatan tumbuh dengan NaCl
tersebut, secara keseluruhan diperoleh hasil bahwa persentase tumbuh benih
jagung dengan perlakuan kontrol lebih tinggi daripada perlakuan NaCl.
Perlakuan perendaman benih pada NaCl atau garam ini dinilai dapat
menghambat proses perkecambahan serta pertumbuhan suatu benih. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Erinnovita dkk, pada tahun 2008, yang
menyebutkan bahwa salinitas menyebabkan beberapa kelainan pada benih
dan propagula selama perkecambahan. Salinitas atau penggunaaan NaCl ini
dapat menghambat pertumbuhan melalui dua cara, yaitu dengan merusak
64
G. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Uji vigor yang digunakan pada praktikum ini adalah uji kecepatan
tumbuh, uji kekuatan tumbuh dengan NaCl, serta uji kekuatan tumbuh
dengan Paper Piercing Test (PPT).
Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh persentase hitungan pertama
(first counting) yang menggambarkan keserempakan kecambah pada benih
lama sebesar 36% dan pada benih baru sebesar 8%. Kemudian pada
kekuatan tumbuh dengan perlakuan NaCl, diperoleh persentase
berkecambah kuat benih jagung baru sebesar 56%, sedangkan pada benih
jagung lama sebesar 46%. Pada perlakuan kontrol, diperoleh persentase
berkecambah kuat benih jagung baru sebesar 60%, serta pada benih jagung
lama sebesar 56%. Untuk kekuatan tumbuh dengan uji PP, diperoleh
persentase benih yang berkecambah sebesar 96% pada benih jagung baru,
serta 64% pada benih jagung lama.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 1993. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh.
Angkasa Bandung, Jakarta.
66
Baskin CC, Baskin JM. 2014. Seeds 2nd Edition: Ecology, Biogeography,
and Evolution of Dormancy and Germination. Academic Press, San
Diego
Claudia, V., Astarini, I. A., dan Sudirga, S. K. 2013. Uji Viabilitas Benih
Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) dengan Masa
Simpan yang Berbeda. Simbiosis Journal of Biological Sciences,
1(2): 79-84.
Ilyas S. 2012. Ilmu dan Teknologi Benih: Teori dan HasilHasil Penelitian.
IPB Press, Bogor.
Maya Lisa et.al. 2015. Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan terhadap
Mutu Tepung Jamur Tiram Putih (Plaerotus ostreatus). Jurnal
Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 3 No. 3, 270-279.
Ningsih, N.N.D.R., I.G.N. Raka, I.K. Siadi, dan G.N.A.S. Wirya. 2018.
Pengujian mutu benih beberapa jenis tanaman hortikultura yang
beredar di Bali. E- Jurnal Agroekoteknologi Tropika. 7(1): 64–72.
68
Pammenter, N.W. and Berjak, P., 2008. From Avicennia to Zizania: Seed
Recalcitrance in Perspective. Ann Bot. 101(2): 213–228.
Purba, H. W. S., Sitepu F. E., dan Haryati. 2013. Viabilitas benih rosella
(Hibiscus sabdarifa L.) pada berbagai kadar air awal dan kemasan
benih. J Online Agrotek 1(2): 318-326.
Ryastika, M. 2011. Pengujian Mutu dan Kualitas Benih. Jurnal crop Agro.
Vol 9. No 2. Halaman 4 dan 5.
Sundari, T., & Atmaja, R. P. (2011). Bentuk Sel Epidermis, Tipe dan Indeks
Stomata 5 Genotipe Kedelai pada Tingkat Naungan Berbeda.
Jurnal Biologi Indonesia, 7(1), 67-79.
Tefa, A. 2017. Uji Viabilitas dan Vigor Benih Padi (Oryza sativa L.) selama
Penyimpanan pada Tingkat Kadar Air yang Berbeda. Jurnal
Pertanian Konsevasi Lahan Kering 2(3): 48-50.
LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH
( Risqan Nabawi )
73
ACARA I
PERLAKUAN DAN PENYIMPANAN BENIH
Benih Ortodok :
Perlakuan
Sb Sd Sb Sd
Ruang AC
Fungisida
I 100% 100% 100% 40%
II
III
Rerata
Tanpa
Fungisida 100% 100% 100% 25%
I
II
III
Rerata
Rerata Total
Ruang Kamar
Fungisida
I
74
II
III
Rerata
Tanpa
Fungisida
I
II
III
Rerata
Rerata Total
Mengetahui,
Asisten Prak.
75
ACARA I
PERLAKUAN DAN PENYIMPANAN BENIH
Benih Ortodok :
Benih berjamur
Daya kecambah (%)
Perlakuan (%)
Sb Sd Sb Sd
Ruang AC
Fungisida
I 0% 0% 0% 45%
II 0% 0% 70% 65%
III 0% 0% 0%
Rerata 0% 0% 35% 36,66%
Tanpa
Fungisida 0% 0% 0% 45%
I 0% 0% 70% 65%
II 0% 0% 0%
III 0% 0% 35% 36,66%
Rerata
Rerata Total 0% 0% 35% 37,49%
Ruang Kamar
Fungisida
I 0% 0% 0% 45%
II 0% 0% 70% 80%
III 0% 0% 75%
Rerata 0% 0% 35% 66,66%
Tanpa
Fungisida 0% 0% 0% 60%
I 0% 75% 70% 10%
II 0% 0% 95%
III 0% 25% 35% 55%
Rerata
Rerata Total 0% 25% 35% 60,83%
Ket : Sb : Sebelum, Sd : Sesudah
Mengetah
Asisten Prak.
76
ACARA I
PERLAKUAN DAN PENYIMPANAN BENIH
Benih Rekalsitran :
Benih Benih berjamur Daya kecambah
Perlakuan berkecambah (%) (%) (%)
Sb Sd Sb Sd Sb Sd
Serbuk Gergaji
Fungisida
I 0% 0% 0% 100% 15% 0%
II 0% 0% 0% 100% 40% 0%
III 0% 0% 0% 60% 0%
Rerata 0% 0% 0% 86,67% 27,5% 0%
Tanpa
Fungisida 0% 0% 0% 100% 15% 0%
I 0% 0% 0% 100% 40% 0%
II 0% 0% 0% 70% 10%
III 0% 0% 0% 90% 27,5% 3,33%
Rerata
Rerata Total 0% 0% 0% 88,34% 27,5% 1,66%
Tanpa S. Gergaji
Fungisida
I 0% 0% 0% 10% 15% 90%
II 0% 0% 0% 0% 40% 0%
III 0% 0% 0% 0% 0%
Rerata 0% 0% 0% 3,33% 27,5% 30%
Tanpa
Fungisida 0% 0% 0% 25% 15% 75%
I 0% 0% 0% 100% 40% 0%
II 0% 0% 0% 100% 0%
III 0% 0% 0% 75% 27,5% 25%
Rerata
Rerata Total 0% 0% 0% 39,17% 27,5% 27,5%
Ket : Sb : Sebelum, Sd : Sesudah
Mengetahui,
Asisten Prak.
77
Benih Ortodok
Uji Penyimpanan Uji Perkecambahan
Perlakuan Tidak Berkecamba Tidak
Berjamur
berjamur h Berkecambah
Ruang AC
Fungisida -
Tanpa -
Fungisida
Ruang Kamar
Fungisida -
Tanpa
Fungisida
78
Benih Rekalsitran
Uji Penyimpanan Uji Perkecambahan
Perlakuan Tidak Berkecamba Tidak
Berjamur
berjamur h Berkecambah
Serbuk Gergaji
Fungisida -
Tanpa
-
Fungisida
Fungisida
Tanpa
Fungisida
79
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH
7. Tujuan Praktikum :
a. Mengetahui ciri-ciri normal dan abnormal dari berbagai spesies kecambah.
b. Mengetahui macam-macam media untuk pengecambahan benih dan
metode yang dapat dipakai.
c. Menghitung daya kecambah masing-masing spesies benih pada media
berbeda.
8. Bahan dan alat yang digunakan :
a. Media Kertas
1) Metode UDK (Uji Diatas Kertas)
a) Petridish atau cawan plastik
b) Media kertas merang berukuran sama dengan alas
petridish/cawan
c) Pinset
d) Label
e) Alat pengecambah benih
f) Benih kacang hijau:20 butir 7)Air
2) Metode UKDp dan UKDdp Bahan dan Alat :
a) Plastik
b) Kertas merang
c) Alat pengecambah benih
d) Label
e) Benih jagung
f) Air
g) Karet
82
( Risqan Nabawi )
83
ACARA II
PERKECAMBAHAN BENIH
I. Tipe Perkecambahan
Yang Diamati Kacang Hijau Jagung Kacang Tanah
Tipe Perkecambahan Epigeal Hipogeal Epigeal
Bagian I muncul Kotiledon Plumula Kotiledon
Saat muncul (hari) Ke-3 Ke-4 Ke-4
Kotiledon terangkat/tidak Ya Tidak Ya
2 Hetti 20 0 0 0 20 100
72,5%
3 Mirza 10 8 0 2 18 90
4 Nur 19 1 0 0 20 100
Jagung
UKDp
1 April 20 0 0 0 20 100
3 Alfi 18 0 2 0 18 90
Jagung
UKDdp
1 Aisyah 17 0 3 0 17 85
2Vira 0 0 19 1 0 0 53,3%
3Dwi 15 0 0 5 15 75
Kacang Tanah
1 Eko 1 0 6 13 1 5
Pasir
2 Fahmi 20 0 0 0 20 100 35%
3 Friska 0 0 16 4 0 0
Tanah Kacang Tanah
1 Risqan 0 0 0 20 0 0
85
2 Linton 6 0 0 14 6 30 26,6%
3 Bima 10 0 2 8 10 50
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH
(Risqan Nabawi)
89
ACARA III
UJI MUTU FISIK BENIH
Gambar 3.3 Benih padi dan jagung Gambar 3.4 Pengovenan benih
91
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH
( Risqan Nabawi )
93
ACARA III
DORMANSI BENIH
Gambar 4.1 Perendaman Benih Padi Gambar 4.2 Pengeringan Benih Padi
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH
( Risqan Nabawi )
97
ACARA IV
UJI VIABILITAS
Langsung (UAKm)
Viabilitas
Benih Jagung Baru N% Benih Jagung Lama N%
1 100% 28%
2 88% 76%
3 100% 88%
4 80% 68%
5 72% 56%
Rata-rata 88% 63,2%
Gambar 5.1 Benih jagung lama diatas Gambar 5.2 kertas merang basah
kertas merang
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH
( Risqan Nabawi )
LABORATORIUM PEMULIAAN Kelompok : A
TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH Nama/No.Mhs : Risqan Nabawi /
134190007
ACARA VI
UJI VIGOR
I. Kecepatan Tumbuh
Hari Benih berkecambah normal
ke Lama Baru
0 0 0 0 0
1 0 0 0 0
2 2 0 1 0
3 5 7 3 0
4 8 4 6 0
5 2 7 0 0
6 1 0 1 0
7 0 2 1 0
Jagung Lama
0 2 5 8 2 1 0
1. IV = + + + + + + = 3,3
1 2 3 4 5 6 7
0 0 7 4 7 0 2
2. IV = + + + + + + =5
1 2 3 4 5 6 7
100(0+2+5+8+ 2+ 1+ 0)
3. CG = = 38,3
( 0 ×1 ) + ( 2× 2 ) + ( 5× 3 ) + ( 8 × 4 ) + ( 2 ×5 )+ (1 ×6 ) +(0 × 7)
100(0+0+7 +4 +7+0+ 2)
4. CG = = 23,2
( 0 ×1 ) + ( 0 ×2 ) + ( 7 ×3 )+ ( 4 × 4 )+ (7 × 5 ) + ( 0 ×6 )+(2 ×7)
2+ 5
5. Hit I = x 100% = 28%
25
7+4
6. Hit I = x 100% = 44%
25
Jagung Baru
0 1 3 6 0 1 1
1. IV = + + + + + + =3
1 2 3 4 5 6 7
0 0 0 0 0 0 0
2. IV = + + + + + + =0
1 2 3 4 5 6 7
100(0+1+3+6 +0+1+1)
3. CG = = 25
( 0 ×1 ) + ( 1× 2 )+ ( 3× 3 ) + ( 6 × 4 )+ ( 0× 5 ) + ( 1× 6 ) +(1× 7)
100(0+0+ 0+0+0+ 0+0)
4. CG = =0
( 0 ×1 ) + ( 0 ×2 ) + ( 0 ×3 )+ ( 0 ×4 ) + ( 0 ×5 ) + ( 0 × 6 ) +( 0× 7)
1+ 3
5. Hit I = x 100% = 16%
25
0+0
6. Hit I = x 100% = 0%
25