Anda di halaman 1dari 4

ACARA V

UJI VIABILITAS

A. Tujuan
1, Membandingkan daya tumbuh/daya kecambah benih dari uji viabilitas
benih secara langsung dan tidak langsung.
2. Menaksir viabilitas benih dengan metode daya hantar listrik

B. Tinjauan Pustaka
Viabilitas adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan oleh proses
pertumbuhan benih (Tefa, 2017). Viabilitas benih dipakai untuk mengetahui
kemampuan tumbuh normal dalam kondisi optimal dan sub optimal. Benih
yang memiliki viabilitas tinggi lebih mempunyai ketahanan simpan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan benih yang memiliki viabilitas yang lebih rendah
sehingga benih dapat disimpan pada periode waktu yang lebih lama (Claudia,
dkk., 2013). Viabilitas benih tergantung pada kondisi lingkungan tempat
benih ditumbuhkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih di
lapangan yaitu mutu sumber benihnya, ketersediaan air, ketersediaan hara,
kehadiran organisme pengganggu tanaman, suhu serta cahaya yang cukup
(Widajati dkk, 2013).
Kelangsungan daya hidup benih ditunjukkan oleh persentase benih
yang akan menyelesaikan perkecambahan, kecepatan perkecambahan dan
vigor akhir yang menyelesaikan perkecambahannya. Proses perkecambahan
suatu benih, memerlukan kondisi lingkungan yang baik, viabilitas benih yang
tinggi dan pada beberapa jenis tanaman tergantung pada upaya pemecahan
dormansinya. Kualitas benih digolongkan menjadi tiga macam yaitu kualitas
genetik, fisiologis, dan kualitas fisik. Pengujian viabilitas dilakukan untuk
mengetahui kualitas fisiologis yang berkaitan dengan kemampuan benih untuk
berkecambah. Indeks matematis terhadap perkecambahan dapat mudah untuk
menggambarkan kualitas benih yang dapat diterima oleh seluruh konsumen
(Ryastika, 2011).
Viabilitas benih dapat dideteksi melalui beberapa pendekatan,
pendekatan yang paling lazim dilakukan adalah melalui pendekatan fisiologis.
Metode pendekatan fisiologis ini dibagi menjadi metode langsung dan tidak
langsung. Metode langsung yaitu apabila pengamatan dilakukan pada setiap
individu benih, sedangkan metode tidak langsung jika deteksi viabilitas
tersebut dilakukan terhadap sejumlah benih sekaligus. Deteksi viabilitas benih
dari gejala pertumbuhannya disebut penilaian dengan indikasi langsung,
sedangkan penilaian viabilitas benih dari gejala metabolism, bentuk fisik yang
kesemuanya tanpa memperlihatkan gejala pertumbuhan disebut pendekatan
dengan indikasi tidak langsung. Pada pengujian viabilitas benih dengan
menggunakan indikator pertumbuhan kecambahnya sering disebut indikasi
langsung, di mana yang dinilai adalah kenormalan pertumbuhan kecambah
dan dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan metode pengujian
yang didasarkan pada proses metabolism benih yang merupakan indikasi tak
langsung atau sering juga dengan uji cepat (Kementrian Kehutanan, 2014).
Tujuan dari uji cepat viabilitas benih adalah untuk menentukan secara
cepat viabilitas benih sutau spesies yang berkecambah normal secara lambat
atau menunjukkan dormansi di bawah perkecambahan normal. Selain itu
untuk menentukan viabilitas dari suatu sampel yang pada akhir uji
perkecambahan menyatakan suatu persentase yang tinggi dari yang tidak
berkecambah (hard seed). Beberapa metode uji cepat yang dapat digunakan
dalam menduga viabilitas benih, antara lain : uji belah (cutting test), uji
tetrazolium, uji hydrogen peroksida, metode radiografi, uji eksisi embrio, uji
daya hantar listrik, dan uji indigo car-mine (Kementrian Kehutanan, 2014).
Uji tetrazolium merupakan salah satu dari sejumlah metode uji secara
biokimia yang telah dikembangkan dan merupakan teknik pengujian yang
cukup tepat untuk menduga viabilitas benih. Dengan menggunakan metode
ini, dalam waktu kurang lebih 24 jam viabilitas dari suatu kelompok benih
telah dapat diduga. Metode uji tetrazolium menggunakan prinsip bahwa setiap
sel hidup akan berwarna merah oleh reduksi dari suatu pewarnaan garam
tetrazolium dan membentuk endapan formazan merah sedangkan sel-sel yang
mati menunjukan warna putih. Dengan merendamnya terlebih dahulu selama
semalam, kemudian dibelah dan direndam dalam larutan garam selama
beberapa jam, telah dapat menunjukan reaksi yang jelas dan dapat
membedakan antara sel yang masih hidup dengan yang sudah mati
(Kementrian Kehutanan, 2014).
Uji Daya Hantar Listrik (DHL) merupakan salah satu cara pengujian
fisik benih yang mencerminkan tingkat kebocoran membran sel. Prinsip uji
DHL adalah menganalisision-ion anorganik dan senyawa organik yang
terdapat pada larutan air rendaman benih. Semakin tinggi kandungan senyawa
organik, ion-ion anorganik yang ada dalam air rendaman benih akan
menunjukkan nilai DHL yang tinggi dan semakin rendah vigor benih. Benih
bervigor rendah memiliki integritas membran yang rendah akibat deteriorasi
selama penyimpanan dan adanya luka mekanis. Benih dengan kebocoran
elektrolit tinggi memiliki vigor rendah, sedangkan yang kebocoran
elektrolitnya rendah adalah benih bervigor tinggi. Uji DHL memiliki beberapa
keunggulan yaitu prosedur pelaksanaannya cukup sederhana, mudah, murah,
dengan waktu pengujian cukup singkat (ISTA 2010)
DAFTAR PUSTAKA

Claudia, V., Astarini, I. A., dan Sudirga, S. K. 2013. Uji Viabilitas Benih Anggrek
Hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) dengan Masa Simpan yang Berbeda.
Simbiosis Journal of Biological Sciences, 1(2): 79-84.

ISTA. (2010). International Rules for Seed Testing Edition 2010. Switzerland:
International Seed Testing Association.

Kementerian Kehutanan. 4 Juni 2014. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor


SK.507/Menhut-II/2014 tentang Penetapan Areal Kerja Hutan Desa Nagari
Paru. Jakarta. 3 hal

Ryastika, M. 2011. Pengujian Mutu dan Kualitas Benih. Jurnal crop Agro. Vol 9. No
2. Halaman 4 dan 5

Tefa, A. 2017. Uji Viabilitas dan Vigor Benih Padi (Oryza sativa L.) selama
Penyimpanan pada Tingkat Kadar Air yang Berbeda. Jurnal Pertanian
Konsevasi Lahan Kering 2(3): 48-50.

Widajati, E., E. Murniati, E.R. Palupi, T. Kartika, M. R. Suhartanto, A. Qadir. (2013).


Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. Bogor : PT. Penerbit IPB Press.

Anda mungkin juga menyukai