Kriteria dan struktur kecambah normal untuk benih jagung adalah sebagai berikut:
a. Akar: Akar seminal primer tumbuh dengan kuat dengan akar-akar sekunder. Sedangkan
akar seminal sekunder yang tumbuh dengan kuat, 2-3 akar. Adakalanya akar seminal
primer tidak tumbuh, tetapi paling sedikit 2 akar seminal sekunder harus tumbuh dengan
kuat.
b. Plumula: Daun primer tumbuh sepanjang koleoptil dan telah tersembul keluar dari
koleoptil. Dalam keadaan demikian, daun harus kelihatan sehat. Plumula dapat pula
melengkung tumbuhnya asal tidak busuk.
Ciri-ciri kecambah abnormal:
a. Akar : Tidak tumbuh akar seminal primer atau sekunder atau jika tumbuh,akar tersebut
lemah.
b. Plumula : Tidak tumbuh daun pertama dan koleoptil tidak berwarna. Adakalanya plumula
tumbuh berwarna putih atau membusuk.
Daya kecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benih akan kemampuan
benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam keadaan biofisik
lapang yang serba optimum. Metode perkecambahan dengan pengujian di laboratorium hanya
menentukan persentase perkecambahan total. Pengujian ini dibatasi pada pemunculan dan
perkembangan struktur-struktur penting dari embrio, yang menunjukkan kemampuan untuk
menjadi tanaman normal pada kondisi lapangan yang optimum sedangkan kecambah yang
tidak menunjukkan kemampuan terssebut dinilai sebagai kecambah yang abnormal (Distan
2011).
Pengujian daya berkecambah benih diperlukan untuk memberikan informasi kepada
para produsen, pedagang dan pengguna mengenai nilai benih sebagai bahan tanam (planting
value of seed). Untuk mendukung industri dan perdagangan benih, metode pengujian yang
digunakan harus memiliki tingkat akurasi dan presisi yang tinggi. Metode tersebut harus
dikembangkan berdasarkan pengetahuan ilmiah dan akumulasi pengalaman para analis benih
(Udin et al 2010).
Uji perkecambahan dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan benih untuk
berkecambah maksimum pada kondisi optimum. Pengujian perkecambahan dapat dilakukan
di laboratorium maupun di rumah kaca/lapangan. Pengujian perkecambahan di laboratorium
dapat menggunakan media kertas dengan beberapa metoda, di antaranya UDK (Uji Di atas
Kertas), UKDpd (Uji Kertas Digulung dengan posisi didirikan) dan UAK (Uji Antar Kertas).
Sedangkan pengujian di rumah kaca/lapangan dapat menggunakan media tanah, pasir,
vermikulit, dan serbuk sabut kelapa (Naning et al 2009).
Mutu benih dapat dilihat dari penampakkannya seperti kebernasan benih, warna benih,
campuran fisik benih, dan perkecambahan benih. Dengan cara ini benih dapat dibedakan
bermutu tinggi dan bermutu rendah. Amun, cara ini masih banyak kekurangannya karena
mutu benih tidak hanya dilihat dari sifat fisik tetapi terkait dengan sifat genetik dan proses
fisiologi benih. Mutu genetik dimaksudkan untuk menilai kemurnian dan keunggulan varietas.
Sementara mutu fisiologis dimaksudkan untuk menilai daya tumbuh benih, kadar air, dan
vigor benih (Purwono 2005).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan yaitu air, cahaya, dan temperatur.
Kekurangan air, benih akan mengalami kegagalan perkecambahan sedangkan apabila
kelebihan air benih akan busuk. Temperatur yang rendah dapat menyebabkan benih gagal
berkecambah sedangkan temperatur yang terlalu tinggi, benih akan rusak. Penyinaran yang
rendah akan menyebabkan benih mengalami etiolasi sedangkan penyinaran yang tinggi
menyebabkan benih rusak (Haridan Nisa 2007).
DAFTAR PUSTAKA
Danuarti 2005. Uji cekaman kekeringan pada tanaman. J Ilmu Pertanian. 11 (1): 22-31
Distan 2011. Pengujian benih di laboratorium. http://distan.pemda-diy.go.id/.Diakses tanggal 7
November 2016.
Hari H dan Nisa R 2007. Memperbanyak tanaman hias favorit. Jakarta : Penebar Swadaya.
Hayati R, Pian ZA, Syahril AS 2011. Pengaruh tingkat kemasakan buah dan cara penyimpanan
terhadap viabilitas dan vigor benih kakao (Theobroma cacao L.). J Floratek 6(1): 114-123.
Husain I dan Tuiyo R 2012. Pematahan dormansi benih kemiri (Aleurites moluccana, L. Willd)
yang direndam dengan zat pengatur tumbuh organik basmingro dan pengaruhnya terhadap
viabilitas benih. JATT 1(2): 95-100.
Imran S, Syamsuddin dan Efendi 2002. Analisis vigor benih padi (Oryza sativa L.) pada lahan
alang-alang. J Agrista 6(1): 81 – 86.
Kartahadimaja J, Syuriani EE, Hakim NA 2013. Pengaruh penyimpanan jangka panjang (long
term) terhadap viabilitas dan vigor empat galur benih inbred jagung. J Penelitian Pertanian
Terapan 13(3): 168-173.
Naning Y Yetti H dan Tati R 2009. Pemilihan metoda dan media uji perkecambahan benih tisuk
(Hibiscus sp). J Agronomi 9 (1): 43-47.
Payung D, Prihatiningtyas E, Nisa SH 2012. Uji daya kecambah benih sengon (Paraserianthes
Falcataria L.) Nielsen) di green house. J Hutan Tropis 13(2): 132-138.
Priadi, Dody 2010. Aplikasi teknik enkapsulasi benih sengon (Paraserianthes falcataria). J
Teknologi Indonesia 33(2): 92-99.
Purwono 2005. Kacang hijau. Jakarta : Penebar Swadaya.
Udin SN Rasam dan Astanto 2010. Uji kinerja mekanik dan fungsional alat penguji daya
berkecambah (APDB) untuk pengujian benih. J Standardisasi 12 (2): 128-133.
Yuniarti N, Megawati, Leksono B 2013. Teknik perlakuan pendahuluan dan metode
perkecambahan untuk mempertahankan viabilitas benih Acacia Crassicarpa hasil
pemuliaan. J Penelitian Kehutanan Wallacea 2(1): 1-11.