Anda di halaman 1dari 9

EKSTRAKSI BENIH REKALSITRAN DAN PENGUJIAN HASIL EKSTRAKSI

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Benih merupakan salah satu penentu keberhasilan agribisnis di bidang hortikultura. Oleh karena
itu penggunaan benih bermutu dari varietas unggul sangat menentukan keberhasilan produksi. Dalam
upaya mencapai keberhasilan agribisnis hortikultura tersebut, maka industri pembenihan dalam negeri
dituntut untuk mampu memenuhi semua segmen pengguna benih dengan menciptakan varietas dan
memproduksi benih yang sesuai kebutuhan pangan (konsumen) dan menerapkan prinsip tujuh tepat
yaitu tepat jenis, varietas, mutu, jumlah, tempat, waktu, dan harga
Ekstraksi benih merupakan prosedur pelepasan dan pemisahan benih secara fisik dari struktur
buah yang menutupinya. Dengan kata lain, ekstraksi dilakukan untuk mengeluarkan biji dari
buah/polongnya. Pemisahan biji dari daging buah, kulit benih, polong, kulit buah, malai, tongkol dan
sebagainya dengan tujuan agar benih tersebut dapat digunakan untuk bahan tanam yang memenuhi
persyaratan ( Kamil, 2002).
Ekstraksi diperlukan karena biasanya benih tidak dipanen secara langsung. Biasanya
pengunduhan dilakukan terhadap buahnya. Dikenal dua macam ekstraksi benih yaitu ekstraksi kering
yang dilakukan terhadap buah berbentuk polong (Acacia sp., Paraserianthes falcataria) dan jenis-jenis
yang memiliki daging buah yang kering (Swietenia macrophylla), sedangkan ekstraksi basah dilakukan
terhadap jenis-jenis yang memiliki daging buah yang basah seperti Gmelina arborea, Melia azedarach
dan Azadirachta indica.
Pengeringan benih dimaksudkan untuk menurunkan kadar air sampai batas keseimbangan
dengan udara luar disekitarnya dan siap untuk dilakukan proses selanjutnya.Benih bersifat hygroskopis,
sehingga jika benih diletakan didalam ruangan dengan RH rendah, maka benih akan kehilangan air dan
terjadi penurunan kadar air. Namun sebaliknya jika benih diletakan dalam ruangan yang RH tinggi, maka
kadar air benih akan bertambah atau meningkat.Selain bersifat hygroskopis, benih juga selalu ingin
berada dalam kondisi equilibrium (keseimbangan) dengan kondisi disekitarnya.
Pengeringan benih merupakan proses perpindahan air dari dalam benih ke permukaan benih,
dan kemudian air yang berada di permukaan benih tersebut akan di uapkan jika RH ruangan lebih
rendah. Proses ini akan terjadi hingga keseimbangan kadar air benih dengan RH lingkungannya tercapai.
Oleh karena itu praktikum ini perlu dilakukan agar kedepannya dapat mengetahui kualitas atau mutu
benih yang baik (Surahman et al., 2012).
Dan benih rekalsitran adalah benih yang peka terhadap pengeringan. Tidak dapat disimpan lama
(1 - 4 minggu) pada kadar air 20 - 50% dan kondisi temperatur dan kelembaban yang sedang (18 - 20° C;
RH 50 - 60%).

1. Tujuan
praktikum ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan ekstraksi apa yang sesuai dengan
sifat benih rekalsitran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu tahapan awal dalam kegiatan penanganan benih yaitu kegiatan ekstraksi benih yaitu
proses pengeluaran benih dari buah, polong, atau bahan pembungkus benih lainnya (Schmidt dalam
Yuniarti, 2013). Menurut Hamzah (1984), ekstraksi benih merupakan proses memisahkan benih dari
anggota reproduksi yang lain. Metoda ekstraksi benih dari buah ditentukan oleh karakteristik dari
masing-masing buah. Proses ekstraksi dapat berupa kegiatankegiatan pelunakan daging buah dan
pelepasan daging buah, pengeringan, pemisahan, penggoncangan, perontokan, pembuangan sayap, dan
pembersihan. Tujuan dari ekstraksi benih adalah menghasilkan benih yang mempunyai viabilitas
maksimum (Willan, 1985).
Ekstraksi benih merupakan suatu tindakan untuk memisahkan biji calon benih dari buah
sehingga diperoleh benih dalam keadaan yang bersih (Stubsgoard dan Moestrup dalam Gunarta, et. al.,
2014). Teknik ekstraksi pada benih tomat dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti menggunakan
air, larutan asam (HCl), dan larutan basa (larutan kapur) (Saisawat dalam Gunarta, et.al., 2014).
Penggunaan HCl pada ekstraksi benih jeruk dilaporkan memberikan hasil terbaik, karena asam yang
digunakan selain membersihkan lendir yang menempel pada benih juga meningkatkan permeabilitas
kulit benih (Sadjad, 1980).
Dikenal dua macam ekstraksi benih yaitu ekstraksi basah dan kering. Ekstraksi kering yang
dilakukan terhadap buah berbentuk polong (Acacia sp, Paraserianthes falcataria) dan jenis-jenis yang
memiliki daging buah yang kering (Swietenia macrophylla). Kelebihan dari ekstraksi kering ini karena
penggunaan benih kering yang telah dijemur sehingga mengurangi kadar air pada benih dapat
mendukung viabilitas benih tersebut untuk proses perkecambahan pada penanaman benih tersebut.
Namun kelemahan dari proses ini pada lamanya proses penjemuran benih hingga benih tersebut
memenuhi syarat untuk ditanam.
Ekstraksi basah dilakukan terhadap jenis-jenis yang memiliki daging buah yang basah seperti
Gmelina arborea, Melia azedarach, dan Azadirachta indica. Kelebihan dari ekstraksi basah ini yaitu
penggunaan benih dapat langsung ditanam tanpa harus menunggu waktu penjemuran yang lama.
Kelemahan dari ekstraksi basah ini karena penggunaan benih yang masih basah sehingga kadar air yang
dikandung benih tersebuh terlalu tinggi yang justru dapat menghambat proses perkecambahan pada
benih tersebut (Hazanah, 2002). Benih yang telah dipisahkan dari daging buahnya, dimasukkan ke dalam
wadah dan apabila perlu ditambah dengan sedikit air, wadah ditutup dan disimpan selama beberapa
hari. Adapun wadah yang digunakan untuk fermentasi benih dipilih wadah yang tidak korosif terhadap
asam, misalnya terbuat dari logam stainless steel, kayu ataupun plastic. Lama fermentasi tergantung
pada tinggi rendahnya suhu selama fermentasi. Apabila fermentasi dilakukan pada temperature 24-270C
maka diperlukan waktu 1-2 hari, sedangkan apabila digunakan temperatur 15-220C, dbutuhkan waktu 3-
6 hari. Setelah fermentasi selesai, bisanya benih akan tenggelam ke dasar wadah untuk memudahkan
pemisahan benih dari massa pulp perlu ditambahkan air agar pulp menjadi encer. Setelah benih
difermentasi benih dicuci dengan air bersih hingga semua zat penghambat hilang, yang ditandai dengan
permukaan benih yang sudah tidak licin. Benih tersebut dikering anginkan pada suhu 310C hingga
diperoleh kadar air tertentu sesuai dengan peraturan yang aman bagi penyimpanan (Pitojo, 2005).
Metode ekstraksi benih akan sangat mempengaruhi mutu benih yang dihasilkan (Schmidt dalam
Yuniarti, 2013). Ekstraksi benih dapat dikategorikan sebagai cara kering. Pada cara kering, benih
dikeluarkan dengan mengeringkan buah dengan menggunakan alat pengering atau dengan cara
menjemur buah di bawah sinar matahari (Schmidt dalam Yuniarti, 2013). Ekstraksi benih dilakukan
dengan cara menjemur polong di bawah sinar matahari selama 3–4 hari sampai polong merekah
(terbuka), sehingga benih dapat dengan mudah dikeluarkan. Funikel (tangkai biji) dihilangkan dengan
cara menjemur benih selama 1–2 hari, kemudian funikelnya dilepaskan dengan cara menggosok benih
dengan telapak tangan selanjutnya ditampi atau diayak untuk memisahkan benih dari funikel (Sapulete,
1996).
Ekstraksi kering yang dilakukan terhadap buah berbentuk polong (Acacia sp.) dan jenis-jenis
yang memiliki daging buah yang kering (Swietenia macrophylla.) yang dapat dilakukan secara manual
atau dengan mesin. Metode 5 yang digunakan untuk ekstraksi kering secara manual adalah dengan
dipukul menggunakan mortal. Sedangkan dengan mesin caranya diputar dalam silinder atau mesin
pemutar atau drum ( Kuswanto, 2007).
BAB III

METODOLOGI

Praktikum Teknik Pengolahan Benih minggu ke-3 tentang Ekstraksi Benih Rekalsitran dan
Pengujian Hasil Ekstraksi Benih Rekalsitran ini dilaksanakan pada hari Senin, 3 Februari 2020
yang bertempat di Laboratorium penyimpanan benih, kampus SV IPB cibereum, Sukabumi. Pada
praktikum ini alat-alat yang digunakan berupa, pisau, nampan, timbangan, cawan petri, streples,
sprayer, oven suhu tinggi, box dryer, desikator. Adapun bahan yang digunakan berupa, benih
rambutan sebanyak 208 benih, mika besar, mika kecil, tissue

Cara kerja :

 Petama, siapkan buah rambutan sebanyak 208 untuk setiap kelompok


 Selanjutnya, bersihkan biji rambutan dari daging buahnya, jangan sampai daging buah masih
tersisa.
 Lalu biji rambutan diberi beberapa perlakuan berdasarkan factor berikut :
 Lama pengeringan (menit) : 0 (L0) , 40 (L1) , 80 (L2) , 120 (L3)
 Metode penyimpanan : Mika dengan tissue kering (B1) , Mika dengan tissue basah (B2)
Sehingga diperoleh perlakuan sebagai berikut :
- L0B1
- L0B2
- L1B1
- L1B2
- L2B1
- L2B2
- L3B1
- L3B2
 Setelah biji rambutan diberi perlakuan, selanjutnya biji rambutan diuji Kadar Air (KA) dan
Daya Berkecambah (DB).
 Untuk pengujian Kadar Air diperlukan 2 biji rambutan setiap perlakuan.
 Untuk pengujian daya berkecambah diperlukan 11 biji rambutan setiap perlakuan, dan
diamati setiap minggu selama tiga minggu
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil praktikum
Benih Perlakuan Ulanga M1 M2 M3 KA DB
n (%) (%)
Rambutan L0B1 1 42.45 45.38 44.84 18.43 9.09
L0B2 1 39.72 43.19 42.33 24.78 27.27
L1B1 1 40.05 43.43 42.80 18.64 18.18
L1B2 1 37.89 41.30 40.28 29.91 36.36
L2B1 1 38.69 41.33 41.06 10.22 0
L2B2 1 41.30 43.84 43.09 29.24 27.27
L3B1 1 40.86 43.70 43,21 17.25 18.18
L3B2 1 44.73 48.19 47.16 29.6 27.27

2. Pembahasan
dari hasil pengamatan praktikum dapat diketahui bahwa benih yang sudah diekstraksi tidak
semua dapat tumbuh. Hal ini terjadi karena beberapa faktor, yaitu saat penyiraman mungkin saja
air yang diberikan terlalu sedikit ataupun saat pengeringan waktu yang diberikan terlalu lama,
dan dapat pula media penyimpanan tidak sesuai dengan sifat benih rekalsitran.

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian materi praktikum yang di sajikan ini dapat disampaikan beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Ekstraksi benih harus di lakukan dengan baik dan tepat untuk memenuhi kebutuhan benih yang baik dan
berkualitas sehingga kebutuhan akan benih yang berkualitas tidak tergantung dari daerah lain.
2. Berbagai perlakuan yang diberikan dapat mempengaruhi kualitas benih yang dihasilkan
.3. Benih yang disimpan di media penyimpanan mika dengan tissue basah cenderung lebih sesuai dengan sifat
benih rekalsitran sehingga tidak merusak viabilitas maupun kualitas benih
4 Lama pengeringan 40 menit cenderung yang paling efektif untuk menjaga kadar air benih rekalsitran tetap
tinggi dan viabilitasnya pun tetap terjaga.

Daftar pustaka
http://labpemuliaantanaman.staff.ub.ac.id/files/2012/02/modul-2.-ekstraksi-dan-pengeringan-
benih.pdf
https://www.academia.edu/35477491/EKSTRAKSI_DAN_PENGERINGAN_BENIH?
https://www.slideshare.net/RadenBondanEB/makalah61-laporan-praktikum-benih-rekalsitran
https://id.scribd.com/doc/221815410/laporan-Metode-Ekstraksi-Dan-Pengeringan-Biji
http://repos.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58843/3/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf

Anda mungkin juga menyukai