Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN FIELD TRIP KEBUN TEH TAMBI, DIENG, WONOSOBO.

TUGAS TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

Disusun Oleh:
Aji Dharmawan Bagaskoro
25010116130196
KL-1

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkebunan teh merupakan salah satu aspek dari sektor pertanian yang menguntungkan di
Indonesia. Kebutuhan dunia akan komoditas perkebunan sangat besar khususnya teh. Teh
merupakan minuman penyegar yang disenangi hampir seluruh penduduk di dunia. Bahkan
minuman teh sudah banyak sekali dijadikan minuman sehari-hari. Selain sebagai minuman yang
menyegarkan, teh telah lama diyakini memiliki khasiat bagi kesehatan tubuh. Teh hitam dibuat
dari pucuk daun muda tanaman teh (Camellia sinensis L) yang berupa bubuk. Secara tradisional
teh dibagi menjadi tiga jenis yaitu teh hijau, teh oolong, dan teh hitam.

Produk teh di Indonesia terdiri dari dua macam yaitu teh hitam dan teh hijau. Perbedaan
kedua macam teh tersebut disebabkan oleh perbedaan cara pengolahan. Dalam proses pengolahan
teh hitam memerlukan proses oksidasi enzimatis sedangkan teh hijau tidak memerlukan proses
oksidasi enzimatis.

Untuk mengikuti perkembangan pasar/konsumen, yang beberapa tahun terakhir lebih


menghendaki teh dengan ukuran partikel yang lebih kecil (broken tea) dan cepat seduh (quick
brewing). Maka proses pengolahan teh hitam pada tahap penggilingan yang semula hanya
menggunakan sistem orthodox murni sekarang berkembang menjadi orthodox rotorvane.
Penambahan alat rotorvane bertujuan agar proses penghancuran lebih intensif teh yang dihasilkan
memiliki ukuran partikel kecil yang lebih banyak.

PT. Perkebunan Teh Tambi Wonosobo merupakan salah satu perusahaan pengolahan teh
yang cukup berkualitas. Hal ini dapat ditinjau dari segi teknologi yang digunakan dan mutu produk
yang dihasilkan. Seiring dengan proses globalisasi yang menuntut produsen untuk menghasilkan
produk berkualitas, maka pemberian jaminan mutu yang pasti dari perusahaan terhadap produk
berkualitas sangat berpengaruh dalam menentukan pasar dan daya saing, sehingga mendorong
penulis untuk mengetahui proses pengolahan dan teknologi secara rinci.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sistem kerja petani di sekitar kawasan Perkebunan Teh Tambi?
2. Apa jenis pestisida yang digunakan oleh petani di sekitar kawasan Perkebunan Teh
Tambi?
3. Berapa dosis pestisida yang digunakan pada petani setiap kali melakukan aktivitas
penanaman di sawah?
4. Bagaimana dampak yang terjadi akibat adanya paparan penggunaan pestisida yang
menahun bagi kesehatan petani?
C. TUJUAN
1. Mengetahui sistem kerja petani di sekitar kawasan Perkebunan Teh Tambi
2. Mengetahui jenis pestisida yang digunakan pada petani di sekitar kawasan
Perkebunan Teh Tambi
3. Mengetahui dosis pestisida yanh digunakan pada petani setiap kali melakukan
aktivitas penanaman di sawah
4. Mengetahui dampak yang terjadi akibat adanya paparan penggunaan pestisida yang
menahun bagi kesehatan petani

D. WAKTU PELAKSANAAN
Waktu pelaksanaan fieldtrip mata kuliah Toksikologi Lingkungan pada hari Jumat,
3 Mei 2019. Untuk pelaksaan wawancara dengan responden dilakukan pada selang waktu
pukul 12.30-15.00.
E. TEMPAT PELAKSANAAN
Tempat pelaksaan fieldtrip mata kuliah Toksikologi Lingkungan berada di kawasan
Perkebunan Teh Tambi, Wonosobo. Untuk tempat pelaksaan wawancara dengan
responden dilakukan pada perkebunan warga di sekitar Perkebunan Teh Tambi,
Wonosobo.
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan proses pembuatan teh PT. Tambi

Pembuatan teh di PT. Tambi merupakan pengolahan tanaman teh dengan spesies Camellia
Sinensis sebagai teh hijau dan Camellia Asamica sebagai teh hitam, dan perusahaan pengolaha teh
di PT. Tambi ini sudah berdiri sejak tahun 1865 sejak zaman penjajahan belanda. Dijelaskan
bahwa tanaman ini berasal dari pegunungan himalaya dan biasanya berada dan berasal dari daerah
timur yaitu India, Burma, Sri Lanka. Dijelaskan bahwa tanaman teh ini dapat tumbuh hingga
ketinggian 6-9 meter. Teh merupakan tanaman keras namun tidak terlalu tinggi dikarenakan
adanya pemangkasan secara berkala setiap 4 bulan sekali. Tanaman teh membutuhkan iklim yang
lembab dan tumbuh baik pada temperatur 10-30C.

Pada perkebunan ini merupakan milik pemda sebesar 50% dan 50% milik swasta. Dan
produk yang dibuat di PT. Tambi sebenayak 80% yaitu dieksport dan 20%nya dari produksi
dikirim ke beberapa perusahaan teh yang tidak memiliki kebun teh seperti sariwangi, tong tji.
Kualitas yang diberikan pada perkebunan ini dibagi menjadi 17 kelas. Dan untuk para perkerjanya
menggunakan sistem borongan yaitu 1kg atau sekitar 600-700. Pohon teh mampu menghasilkan
teh yang bagus selama 70-80 tahun, namun setelah 80 tahun produksi kualitas dari tanaman akan
menurun. Oleh karena itu perlu dilakukan adanya penggantian tanaman tua agar produktivitas dari
tanaman di kebun teh PT. Tambi tetap bagus.

Proses panen tanaman teh biasanya dilakukan setiap 15-60 hari. Dan bagian yang dipetik
adalah bagian 2 jari dari pucuk tanaman untuk mendapatkan daun yang terbaik. Dan 2 daun yang
berada di pucuk disebut sebagai peckho. Dijelaskan pula bahwa daun teh yang tergulung
mendefinisikan bahwa di dalam daun tersebut terdapat ulat di dalamnya. Hama yang berada di
kebun teh ini ada 3, yaitu; ulat, bunga dan virus cacar daun. Di perkebunan teh pada PT. Tambi ini
tidak menggunakan pestisida sama sekali, sehingga untuk penghilangan hama biasanya dilakukan
oleh petani dengan melakukan penghilangan hama dengan sendirinya. Pernah sesekali diberikan
penggunaan pestisida namun hal ini hanya berlaku apabila hama sudah terlalu berlebih namun
pemberian pestisida hanya setelah dilakukan proses panen dan proses penanaman ulang hanya
akan dilakukan 2 bulan setelah diberikan penggunaan pestisida, hal ini dilaukan agar sisa-sisa
residu dari pestisida sudah hilang dan tidak mengendap lagi sehingga tanaman yang akan dipanen
bebas dari pestisida dan aman untuk dikonsumsi. Selain tanaman teh, PT. Tambi pun menanam
adanya tanaman Kina yang mana dikenal sebagai salah satu obat malaria dengan penggunaan kulit
batangnya sebagai obat, namun tidak terlalu dialihfokuskan ke tanaman kina karena penyakit
malaria sudah tidak terlalu endemik di Indonesia. Proses pembuatan teh tidak memerlukan adanya
pencucian pada daun karena sudah dilakukan sterilisasi selama dilakukan pengeringan.

Pada pengolahan tanaman teh, menurut Hartoyo (2003) teh dapat dilakukan berdasarkan
cara pengolahannya. Pengelompokkan teh berdasarkan tingkat oksidasi adalah sebagai berikut:

1. Teh hitam
Teh hitam atau Camellia Asamica tidak langsung diproses untuk dilakukan
pengolahan namun dibiarkan agar teroksidasi secara penuh. Dan pengolahan pada teh
hitam pun dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Orthodoks : dimana teh diolah dengan metode tradisional
b. CTC : dimana teh diolah dengan produksi teh Crush, Tear dan Curl

Teh hitam Camellia Asamica biasanya melalui proses pelayuan selama 18 jam dan
dikeringan sebanyak 1 kali selama 25 menit dan pada teh hitam ini sangat diusahakan
agar polyphenol yang terkandung di dalamnya untuk dihilangkan sehingga hal ini
menyebabkan tingkat kandungan kafein di dalamnya menjadi lebih tinggi dibaning teh
hijau. Selama proses pencabutan hingga proses jadinya teh hitam biasanya memerlukan
waktu selama 28 jam.

2. Teh ulem
Teh ulem ini merupakan teh tradisional yang sudah ada sejak zaman dahulu
sehingga pengolahannya hingga sekarangpun masih terus dilakukan pengolahan secara
tradisional. Teh ulem ini berasal dari cina, dengan proses yang dilakukan yaitu yang
pertama dilakukan adalah proses pelayuan yang dilakukan di bawah matahari selama
1,5jam dan digulung dengan tangan. Biasanya teh ini disebut sebagai teh ½ fermentasi.

3. Teh hijau
Teh hijau atau Camellia Sinesis biasanya langsung diproses setelah tanaman ini
dipetik. Setelah daun mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses oksidasi
dihentikan dengan pemanasan. Teh yang suda dikeringkan bisa dijual dalam bentuk
lembaran daun teh atau digulung rapat seperti bola-bola kecil. Pada teh hijau biasanya
memerlukan 5 kali pengeringan. Pada teh hijau diusahakan polyphenol yang
terkandung di dalamnya agar tidak hilang sehingga hal ini menyebabkan kafein yang
berada di dalamnya memiliki jumlah yang sedikit.

Pada pemetikan dan petikan dalam proses produksi tanaman teh terdapat beberapa macam
jenis, yaitu:

1. Jenis pemetikan
a. Pemetikan jendangan
Pemetikan jendangan merupakan pemetikan yang dilakukan pada tahap awal
setelah tanaman dipangkas untuk memberuk bidang petik agar tanaman mempunyai
potensi produksi yang tinggi. Proses pemetikan ini biasanya dilakukan 6-10 kali
petikan.
b. Pemetikan produksi
Pemetikan produksi merupakan pemetikan yang dilakukan secara terus menerus
dengan daur petik tertentu dan jenis petikan tertentu hingan dilakukan pemangkasan
kembali.

2. Jenis petikan
a. Petikan halus
Petikan halus adalah pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan satu
daun atau pucung bruung dengan daun muda
b. Petikan medium
Petikan medium adalah pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan dua
daun, tiga daun muda serta burung dengan satu/dua/tiga daun muda
c. Petikan kasar
Petikan kasar adalah pucuk yang dihasilkan teerdiri dari pucuk peko dengan empat
daun atau lebih dan pucuk burung dengan beberapa daun tua.

Pestisida kimia merupakan bahan beracun yang berbahaya bagi kesehatan maupun bagi
lingkungan. Hal ini disebabkan karena pestisida bersifat polutan dan menyebarkan radikal bebas
yang dapat menjadi salah satu penyebab kerusakan organ tubuh seperti adanya mutasi gen dan
terjadinya gangguan syaraf pusat. Residu beracun tertinggal pada produk pertanian dapat memicu
terjadinya kerusakan sel, penuaan dini dan mucnulnya penyakit degeneratif.

Berdasarkan bentuk fisik, bentuk fisik pestisida terbagi menjadi 3 yaitu:

1. Cair
2. Padat
3. Aerosol

Aplikasi pestisida ditingkat petani sering dilakukan secara berjadwal yang dikenal dengan
sistem kalender dan sistem PHT (Pengendalian Hama Terpadu). Dalam sistem kalender, waktu
aplikasi pestisida sudah terjadwal tanpa melihat apakah populasi hama memang sudah pada tingkat
merugikan sehingga diperlukan aplikasi atau masih dibawah ambang ekonomi.

Sedangkan aplikasi berlandaskan sistem PHT aplikasi pestisida dilakukan hanya bila
memang terpaksa dilakukan. Pada sistem PHT, monitoring atau pengamatan populasi hama sangat
berperan dalam hal menentukan ambang ekonomi untuk pengambilan keputusan dilakukan
pengendalian secara kimiawi.

Keracunan pestisida dapat dialami oleh para petani, keracunan ini dapat melalui:

1. Kulit, kurangnya kepedulian para petani dalam penggunaan APD saat pengaplikasian
pestisida merupakan salah satu penyebab terjadinya keracunan pestisida.
2. Pernafasan, aplikasi pestisida yang bekerja secara furnigan merupakan bahaya yang
sangat besar, dan penggunaan masker sangat diperlukan oleh petani agar tidak terhirup
adanya pestisida
3. Mulut, tidak sengaja melakukan kelalaian atau kecerobohan seringkali terjadi apabila
pengadukan dengan menggunakan tangan dan tidak mencuci tangan dengan baik dan
benar dapat menjadi salah satu penyebab keracunan pestisda melalui mulut
4. Mata, penggunaan kacamata sangat dianjurkan jika bekerja dengan pestisida karena
bahaya akibat perubahan arah angin dan sebagainya sangat mungkin tiba-tiba terjadi di
lapangan.

Gejala-gejala keracunan yang dapat diamati adalah lesu dan mudah lelah, sakit kepala,
pusing, perut mual, kejang-kejang, muntah-muntah, badan bergetar, pandangan kabur, sering
mengeluarkan air liur secara berlebihan, kesulitan dalam bernafas, mata terasa gatal, diare dan
pingsan.

Hasil wawancara responden terkait penggunaan pestisida

Nama Responden : Taufiq

Usia Responden : 31 tahun

Tempat tinggal : sebelah pabrik PT. Tambi Dieng, Wonosobo

1. Apakah anda menggunakan pestisida pada tanaman anda?


Jawab : ya
2. Apa jenis/pestisida yang anda gunakan?
Jawab : Sumo dan Victory
3. Berapa kali pemberian pestisida yang anda berikan pada tanaman?
Jawab : pada kubis selama satu kali panen sebanyak 1 kali pemberian pestisida dan pada
tanaman kentang sebanyak 3 kali pemberian pestisida. Pada tanaman kentang apabila
sedang berada dalam musim penghujan diberikan penggunaan pestisida setiap 3 hari sekali.
Pemberian pestisida dilakukan setiap 1 minggu sekali apabila baru dilakukan penanaman
tanaman.

4. Apakah ada obat pestisida tertentu yang diberikan pada tanaman-tanaman tertentu?
Jawab : tidak, pemberian obat pestisida diberikan sesuai dengan situasi dan kondisi yang
sedang berlangsung seperti apa.
5. Berapa besaran dosis semprotan yang biasanya diberikan kepada tanaman anda?
Jawab : dalam sekali penyemprotan menghabiskan sekita 1 tank. Dengan dosis yang
diberikan setiap pestisidanya berbeda-beda. Apabila menggunakan merk victory diberikan
sebanyak ½ kg.
6. Apa saja hama yang biasanya menyerang tanaman anda?
Jawab : Ulat dan sewer (lalat kecil)
7. Apakah selamat pengadukan pestisida dan penyemprotan pestisida pada tanaman anda
menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)?
Jawab : tidak pernah, lebih sering langsung menggunakan tangan saja. Tidak pernah
menggunakan masker atau sarung tangan dan sebagainya. Biasanya apabila sedang
melakukan penyampuran atau pengadukan menggunakan sendok saja apabila pestisida
berupa tepung tapi apabila berupa cair tidak diaduk.
8. Apa keluhan dalam penggunaan pestisida ini?
Jawab : dulu pernah menggunakan pestisida yang bermerk matador namun sekarang
berganti menggunakan victory dan sumo karena hama tidak mau mati apabila
menggunakan matador
9. Sudah berapa lama anda bekerja sebagai petani?
Jawab : selama 24 tahun
10. Apakah terdapat keluhan yang dialami selama menjadi petani yang menggunakan
pestisida?
Jawab : tidak ada. Penyakit yang sering dialami hanya pusing dan mual-mual. Kondisi
badan bergetar atau tremor. Dan apabila sedang sholat seringkali doyong/badan bergoyang
ke sana-sini.
11. Apakah anda/istri/anak/keluarga yang berada di dalam satu rumah memiliki penyakit
degeneratif?
Jawab : istri punya penyakit hipertensi/darah tinggi
12. Apakah anak anda lahir normal dan punya penyakit bawaan?
Jawab : lahirnya normal dan tidak ada penyakit bawaan yang aneh-aneh
13. Berapa jarak dari rumah sampai ke tempat pelayanan kesehatan?
Jawab : sekitar 1km.
14. Apabila anda/istri/anak/keluarga ada yang sedang sakit, biasanya akan berobat atau
melakukan pengobatan dimana?
Jawab : akan melakukan pengobatan di klinik yang berjarak sekitar 1km dari rumah,
berobatnya dengan bidan.
15. Sejak kapan anda sudah menggunakan pestida dalam penyemprotan dan pembasmian
hama?
Jawab : sejak kelas 1 SD (7Tahun) atau 24 tahun lamanya.
16. Berapa banyak produksi yang dihasilkan dari setiap panenya?
Jawab : untuk kubis setiap batangnya bisa mencapai 2kg dan untuk kentang dalam sekali
panen produksi biasanya menghasilkan jumlah sebanyak 14 kwintal.
17. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk setiap pembelian perkilogramnya?
Jawab : untuk kubis maupun kentang setiap satu kilogramnya dibiayai sebesar 500 rupiah.

Hasil Analisis kegiatan turun responden

Seperti hasil yang telah didapatkan pada wawancara didapati bahwa kondisi tangan bapak
Taufiq mengalami tremor atau bergetar dengan getaran yang sangat hebat terutama ketika tangan
sedang diluruskan kedepan. Hal ini menandakan bahwa tingkat paparan keracunan yang telah
dialami oleh bapak Taufiq memiliki dosis yang cukup tinggi.

Pada penjelasan yang diberikan oleh Bapak Taufiq mengatakan bahwa bapak Taufiq telah
berganti pestisida dari penggunaan matador dan beralih menjadi sumo dan victory. Hal ini
menandakan bahwa hama-hama yang berada di pertanian tersebut semakin resisten dengan
pestisida sehingga terus menerus diperlukan adanya penggunaan pestisida dengan dosis yang
tinggi agar hama mau mati. Hal ini dapat menjadi dampak bagi kesehatan maupun bagi
lingkungan. Semakin tingginya tingkat paparan dosis pada tanaman, semakin tercemarnya pula
kondisi tanah dan air yang terkena dampak residu dari penggunaan pestisida ini. Sedangkan pada
kesehatan manusia hal ini pun memberi dampak yaitu lebih tingginya dosis yang ada pada pestisida
menandakan semakin mudah dan cepatnya manusia mengalami keracunan.

Apabila responden terus melakukan penggunaan pestisida tanpa penggunaan APD ini terus
berlanjut dan resistensi akan pemberian dosis tinggi pestisida pada tanaman juga terus dilanjutkan
sangat dikhawatirkan bahwasanya akan terdapat beberapa dampak berbahaya seperti di bawah ini:

1. Gangguan reproduksi
2. Gangguan kehamilan dan janin
3. Darah tinggi/Hipetensi
4. Penyakit Parkinson
5. Risiko Pubertas dini
6. Kanker
7. Kemarian
DAFTAR PUSTAKA

1. Dadang. Pengenalan Pestisida dan Aplikasi. Workshop hama dan penyakit tanaman. 5-6
Januari. Bogor. 2006
2. Noradilla Dwi Oktavia, Anita Dewi Moelyaningrum, Rahayu Sri Pujiati. Penggunaan
Pestisida dan Kandungan Residu Pada Tanah dan Buah Semangka. Artikel Ilmiah
Penelitian Mahasiswa. 2015.
3. Pestisida. Pertanian dan Kehutanan. Direktorat Pupuk dan Pestisida Direktorat Jenderal
Prasarana dan Sarana Pertanian. Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2016.
4. Ain Yuanita Insani, Ancah Caesarina Novi M, dan Septa Surya Wahyudi. Perbedaan Efek
Paparan Pestisida Kimia dan Organik terhadap Kadar Glutation (GSH) Plasma pad Petani
Padi. 17(2). 63-67. 2018.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai