Anda di halaman 1dari 52

METODOLOGI

PENELITIAN
AJI DHARMAWAN BAGASKORO
25010116130196
C-2016
HUBUNGAN KUALITAS UDARA
DALAM RUANGAN KELAS DENGAN
KENYAMANAN BELAJAR BAGI
MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT UNIVERSITAS
DIPONEGORO
ANALISIS PICO

■ Population : Mahasiswa FKM Undip


■ Intervention : Pemeriksaan kualitas udara dalam ruangan kelas dari segi fisik,
kimia, dan biologis
■ Control : -
■ Outcome : kenyamanan belajar bagi mahasiswa
Rumusan Masalah

■ Cara mengukur kualitas udara dalam ruangan kelas FKM Undip dari
segi fisik, kimia, dan biologis
■ Mencari hubungan antara kualitas udara dalam ruangan kelas dengan
kenyamanan belajar bagi mahasiswa FKM Undip
Tujuan Penelitian

■ Mengetahui cara mengukur kualitas udara dalam ruangan kelas FKM Undip dari
segi fisik, kimia, dan biologis
■ Mengetahui hubungan antara kualitas udara dalam ruangan kelas dengan
kenyamanan belajar bagi mahasiswa FKM Undip
Manfaat Penelitian
■ Bagi peneliti
Peneliti dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru dalam mengukur
kualitas udara dalam ruangan kelas FKM Undip dan mengetahui hubungan antara
kualitas udara dengan kenyamanan belajar mahasiswa
■ Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan baru tentang faktor-faktor
kenyamanan ketika belajar di dalam ruangan kelas
■ Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
Menambah kajian dan referesi dalam pengembangan ilmu teknologi, terutama
dalam bidang Kesehatan Lingkungan serta bahan evaluasi tentang kondisi ruangan
kelas.
PROPOSAL PENELITIAN
ABSTRAK
Kualitas udara yang baik dalam ruangan kelas dapat
memberi pengaruh positif pada kesehatan dan kinerja
belajar mahasiswa. Penilaian kualitas udara dalam
ruangan dapat dikaji dari segi fisik, biologis, dan
kimiawi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan kualitas udara dari segi fisik, biologis, dan
kimiawi dengan kenyamanan belajar bagi mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro. Metode penelitian yang digunakan adalah
penelitian observasional dengan rancang bangun cross
sectional. Data yang dikumpulkan meliputi keberadaan
bakteri, kualitas udara dalam ruangan, suhu, dan
kimiawi udara dalam ruangan.
Pendahuluan
Udara, sebagai salah satu komponen
lingkungan merupakan kebutuhan yang paling
utama untuk mempertahankan kehidupan.
Metabolisme dalam tubuh makhluk hidup tidak
mungkin dapat berlangsung tanpa oksigen yang
berasal dari udara. Selain oksigen terdapat zat-
zat lain yang terkandung di udara, yaitu karbon
monoksida, karbon dioksida, formaldehid,
jamur, virus, dan sebagainya. Udara dapat
dikelompokkan menjadi, udara luar ruangan
(outdoor air) dan udara dalam ruangan (indoor
air).
Hasil pemeriksaan The National Institute of
Occupational Safety and Health (NIOSH),
menyebutkan ada 5 sumber pencemaran di
dalam ruangan yaitu (Aditama, 2002):
a. Pencemaran dari alat-alat di dalam gedung
seperti asap rokok, pestisida, bahan-bahan
pembersih ruangan.
b. Pencemaran di luar gedung meliputi
masuknya gas buangan kendaraan bermotor,
gas dari cerobong asap atau dapur yang
terletak di dekat gedung, dimana kesemuanya
dapat terjadi akibat penempatan lokasi lubang
udara yang tidak tepat.
c.Pencemaran akibat bahan bangunan meliputi
pencemaran formaldehid, lem, asbes, fibreglass
dan bahan-bahan lain yang merupakan
komponen pembentuk gedung tersebut.
d.Pencemaran akibat mikroba dapat berupa
bakteri, jamur, protozoa dan produk mikroba
lainnya yang dapat ditemukan di saluran udara
dan alat pendingin beserta seluruh sist emnya.
e. Gangguan ventilasi udara berupa kurangnya
udara segar yang masuk, serta buruknya
distribusi udara dan kurangnya perawatan
sistem ventilasi udara
Sumber penyebab polusi udara dalam ruangan
berhubungan dengan bangunan itu sendiri,
perlengkapan dalam bangunan (karpet, AC, dan
sebagainya), kondisi bangunan, suhu, kelembaban,
pertukaran udara, dan hal-hal yang berhubungan
dengan perilaku orang-orang yang berada di dalam
ruangan, misalnya merokok.

Mikroorganisme yang berasal dari dalam ruangan


misalnya adalah serangga, bakteri, kutu binatang
peliharaan, dan jamur. Mikroorganisme yang tersebar di
dalam ruangan dikenal dengan istilah bioaerosol 3.
Bioaerosol di dalam ruangan dapat berasal dari
lingkungan luar dan kontaminasi dari dalam ruangan.
Kualitas udara dalam ruang merupakan interaksi yang
selalu berubah secara konstan dari beberapa faktor
yang mempengaruhi jenis, tingkat, dan pentingnya
polutan dalam lingkungan dalam ruang. Faktor-faktor
tersebut adalah sumber polutan atau bau;
pemeliharaan, dan pengoperasian sistem ventilasi
bangunan, kelembaban, serta persepsi dan kerentanan
mahasiswa
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik observasional
dengan melakukan pengamatan atau observasi untuk
mengetahui hubungan kualitas udara dalam ruangan kelas
dengan kenyamanan belajar bagi mahasiswa Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Dipongoro

Pendekatan yang digunakan adalah kohort, penelitian dimana


pengambilan data variabel bebas (sebab) dilakukan terlebih
dahulu, setelah beberapa waktu kemudian baru dilakukan
pengambilan data variabel terikat (akibat)

Data yang dikumpulkan meliputi keberadaan bakteri,


kualitas udara dalam ruangan, suhu, dan kimiawi udara
dalam ruangan.
Pengukuran terhadap kualitas fisik udara
meliputi suhu dan kelembaban udara serta
intensitas cahaya. Pengukuran suhu dilakukan
dengan Termometer ruangan; kelembaban
udara diukur dengan Higrometer; dan intensitas
cahaya diukur dengan menggunakan Lux meter.

Kualitas kimia udara yang diukur adalah


konsentrasi debu (debu ambien) dalam ruang
kimia. Pengukuran tersebut dilakukan dengan
menggunakan alat Personal Dust Sampler yang
dilengkapi dengan filter milliphore.
Pengukuran terhadap kualitas biologis
meliputi pengamatan adanya kapang,
bakteri, dan virus dengan menggunakan
cawan petri yang ditempatkan pada
beberapa titik di setiap ruang kelas.

Untuk pengukuran kenyamanan pada


kondisi ruangan kelas, dilakukan
wawancara pada beberapa responden
mahasiswa dengan menggunakan
kuesioner.
Daftar Pustaka
Corie I.P., J. Mukono, dan Sudarmaji. 2005 Pengaruh
Kualitas Udara Dalam Ruangan Ber-AC Terhadap
Gangguan Kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan
Vol 1, No 2. FKM Unair.

Gunawan, Ananda F. 2017. Aspek Kenyamanan Termal


Ruang Belajar Gedung Sekolah Menengah Umum di
Wilayah Kec. Mandau. Jurnal INOVTEK POLBENG, Vol.
7, No. 2

Fitria L., Hermawati E., Susanna D., Wulandari R.A.


2008. Kualitas Udara dalam Ruang Perpustakaan
Universitas “X” Ditinjau dari Kualitas Biologi, Fisik, dan
Kimiawi. Makara, Kesehatan, Vol. 12, No. 2,. Universitas
Indonesia
RINGKASAN JURNAL
EFFECT OF AIR SUPPLY
MODE ON INDOOR AIR
QUALITY USING FRESH AIR
SYSTEM
Zhen Gao, Qiang Wang, Haowei Hu, Guotao
Zhu, Bingzhan Ren, and SiweiZhang
Latar Belakang
■ Cara tradisional pengolahan udara segar belum dapat memenuhi persyaratan
untuk kualitas udara. Seiring dengan proses ini, sejumlah besar bangunan telah
dibangun. Peningkatan kualitas udara dalam ruangan dan perlindungan
kesehatan manusia adalah tujuan penting bagi lingkungan arsitektur
kontemporer. Untuk menyelidiki efek dari mode pasokan udara pada kualitas
udara dalam ruangan, kuantitas udara segar dalam ruangan harusnya pertama
kali diperoleh, dan itu merupakan faktor penting untuk pengukuran kualitas
udara dalam ruangan.
■ Pengujian sistem udara segar terutama melibatkan suhu dan kelembaban
dalam ruangan dengan dan tanpa udara balik. Pengaruh lokasi saluran masuk
udara pada kualitas udara dalam ruangan dipelajari, dan lingkungan termal
dalam ruangan dioptimalkan dalam kondisi udara segar yang disuplai.
Hasil
■ Mengatur aliran udara sehingga suhu udara dalam ruangan, kelembaban,
kecepatan, dan konsentrasi dapat terpenuhi persyaratan proses dan
persyaratan kesehatan dan persyaratan kenyamanan tubuh manusia dan
menyimpan energi sebanyak mungkin. Empat faktor utama yaitu : jarak antara
saluran masuk udara dari tubuh, suhu pasokan udara, kecepatan pasokan
udara dan jenis saluran masuk udara.
■ Judul penelitian : Effect of Air Supply Mode on Indoor Air Quality Using Fresh Air
System.
■ Peneliti : Zhen Gao, Qiang Wang, Haowei Hu, Guotao Zhu, Bingzhan Ren,
and Siwei Zhang
■ Tahun : 2018
ANALISIS KUALITAS UDARA DI
RUANG PARKIR BAWAH
TANAH DAN PENGARUHNYA
TERHADAP PENGGUNA
Gabriel Andari Kristanto, Jachrizal Sumabrata,
dan Siti KurniaAstuti
Latar Belakang
■ Perkembangan ini menyebabkan semakin mahal dan terbatasnya lahan kosong,
sehingga pengembang gedung mulai lebih banyak membangun fasilitas parkir
bawah tanah di perkotaan. Sayangnya keadaan ini seringkali mendorong
perancang lebih memperhatikan kekuatan atau keindahan gedung dibandingkan
faktor-faktor lain seperti kesehatan, sirkulasi udara, dan pencahayaan.
■ Beberapa sumber pencemar udara di ruang parkir bawah tanah antara lain
adalah kendaraan bermotor, asap rokok, gas buang dari generator, intrusi
pencemar udara dari luar, dan berbagai aktivitas di dalam ruangan tersebut
(Naugle dan Pearson, 1991). Sejumlah pencemar udara yang berasal dari gas
buang kendaraan bermotor seperti oksida sulfur dan nitrogen (SOx dan NOx),
serta partikulat dapat menyebabkan iritasi dan radang pada saluran pernafasan
(Voith, 1998; Hoglund, 2004).
Metode Penelitian
■ Konsentrasi CO dan NO diukur dengan menggunakan gas detektor Oldham tipe
MX2100 dengan metode explosimetry. Tiga titik dipilih pada setiap lantai bawah
tanah dengan pertimbangan disekitar titik tersebut tidak ada sistem tata udara
dan bukaan, tidak terletak pada jalan masuk, dan jalan keluar.
■ Pengukuran konsentrasi total jamur dan bakteri dilakukan dengan
menggunakan medium PDA (Potato Dextrose Agar) dan TSA (Tryptic Soy Agar)
dengan metoda open plate. Titik pengukuran mikrobiologi di dalam ruang parkir
dilakukan di lokasi yang mendukung terjadinya peningkatan konsentrasi mikroba
di udara.
■ Faktor-faktor lain yang diukur adalah suhu, kelembaban udara dan travel time.
Kelembaban udara dalam ruangan parkir bawah tanah akan diukur dengan
higrometer. Sedangkan suhu ruangan akan diukur dengan menggunakan
termometer
Hasil dan Pembahasan
■ Konsentrasi maksimum CO sebesar 107 ppm diperoleh dari lokasi yang berada
di lantai semi bawah tanah Mall X, yaitu merupakan lantai paling atas dari parkir
bawah tanah dan terjadi sore hari saat akhir pekan. Sumber pencemar diketahui
tidak hanya berasal dari kendaraan yang parkir dalam parkir bawah tanah,
melainkan juga intrusi pencemar dari luar ruang parkir (outdoor).
■ Tingginya konsentrasi pencemar yang terbentuk menunjukkan bahwa ventilasi
mekanis yang terdapat dalam parkir bawah tanah Mall X belum dapat
mencukupi kebutuhan ventilasi yang baik. Peraturan Gubernur DKI Jakarta No
52 tahun 2006 menyatakan bahwa konsentrasi karbon monoksida maksimum
dalam ruangan adalah 25 ppm selama 8 jam. Dari data di atas terlihat bahwa
kadar CO yang terdapat dalam parkir bawah tanah Mall X melebihi baku mutu
dan konsentrasi NO maksimum selama delapan jam adalam 3 ppm.

Pencemar Konsentrasi
Rata-rata Max Min S. Dev
CO 29 107 31 22.74
NO 2 3 1 0.62
Simpulan
■ Konsentrasi CO di ruang parkir bawah tanah Mall X melebihi baku mutu kualitas
udara dalam ruang. Rata-rata konsentrasi CO mencapai 59 ppm dan NO
mencapai 2 ppm. Populasi manusia yang paling rawan terkena dampak
kesehatan jangka pendek akibat buruknya kualitas udara dalam parkir bawah
tanah ialah petugas parkir akibat waktu paparan yang paling lama dibandingkan
populasi lainnya. Namun populasi supir, pengunjung, dan penjaga toko di ruang
parkir bawah tanah juga memiliki resiko terkena dampak kesehatan dalam
jangka panjang. Gejala yang paling banyak terjadi ialah mata pedih,
tenggorokan gatal, kelelahan/lemas, dan sesak napas.
■ Secara umum perbaikan kualitas udara ruang parkir bawah tanah dapat
dilakukan dengan memperbesar ventilasi, pemilihan material bangunan,
mengurangi travel time, pemeliharaan gedung, dan pengaturan jam kerja
karyawan parkir bawah tanah.
■ Judul penelitian : Analisis Kualitas Udara di Ruang Parkir Bawah Tanah dan
Pengaruhnya Terhadap Pengguna
■ Peneliti : Gabriel Andari Kristanto, Jachrizal Sumabrata, dan Siti KurniaAstuti
■ Tahun : 2013
PENGARUH KUALITAS UDARA
DALAM RUANGAN BER -AC
TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN
Corie Indria Prasasti, J. Mukono, Sudarmaji
Latar Belakang
■ Penggunaan Air Conditioner (AC) sebagai alternatif untuk mengganti ventilasi
alami dapat meningkatkan kenyamanan dan produktivitas kerja, namun AC yang
jarang dibersihkan akan menjadi tempat nyaman bagi mikroorganisme untuk
berbiak. Kondisi tersebut mengakibatkan kualitas udara dalam ruangan
menurun dan dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan yang disebut
sebagai Sick Building Syndrome (SBS) atau Tight Building Syndrome (TBS).
■ Pada dasarnya desain AC yang dipakai untuk mengatur suhu ruangan secara
kontinu dapat mengeluarkan bahan polutan. Kadar gas-gas SO2, CO2, dan O2
di dalam ruangan tidak dipengaruhi oleh keberadaan AC. Bahan partikulat dapat
dikurangi secara signifikan oleh AC dengan filter yang efektif. Kadar pollen di
dalam ruangan dapat berkurang secara signifikan dengan adanya AC. Jumlah
bakteri dan spora di gedung dengan AC kemungkinan akan lebih sedikit
daripada gedung tanpa AC, walaupun sampai saat ini hal tersebut masih
diperdebatkan.
Metode Penelitian
■ Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan rancang bangun
cross-sectional. Penelitian ini dilaksanakan dengan cara wawancara, observasi,
dan pengukuran yang meliputi suhu, kelembaban, kecepatan aliran udara, dan
jumlah total koloni per m 3 udara (kuman, jamur, dan bakteri). Jumlah populasi
adalah 94 karyawan dan jumlah sampel yang diambil dengan cara purposive
sampling technique sebanyak 89 orang. Data yang telah diambil kemudian
dianalisis secara deskriptif dengan tabulasi dan secara analitik menggunakan
regresi logistik (α = 0.05).
Hasil dan Pembahasan
■ Dari 89 karyawan, yang merasakan gangguan akibat asap sebesar 31,46 %dan
karyawan yang merasakan gangguan akibat bau-bauan yang tidak sedap yaitu
sebesar 69,66 %. Gangguan akibat asap yang dirasakan karyawan berasal dari
asap rokok, sedangkan gangguan bau yang dirasakan karyawan berasal dari bau
tempat sampah yang berasal dari kantin, bau minyak wangi dan pengharum
ruangan yang terlalu menyengat.
■ Lima gangguan kesehatan tertinggi yang dirasakan karyawan berdasarkan data
yang diperoleh menurut frekuensi dan waktu terjadinya gangguan adalah sebagai
berikut :
• Mata gatal (66 karyawan)
• Kulit kering (64 karyawan)
• Sakit kepala (59 karyawan)
• Mata pedih (52 karyawan)
• Bersin (51 karyawan)
■ Judul penelitian : Pengaruh Kualitas Udara Dalam Ruangan Ber -Ac Terhadap
Gangguan Kesehatan
■ Peneliti : Corie Indria Prasasti, J. Mukono, Sudarmaji
■ Tahun : 2005
RINGKASAN BUKU
Sensing the Invisible: Understanding the
Perception of IndoorAir
Quality Among Children in Low-Income
Families
Sunyuong Kim, Jenifer A. Snick, Gediminas M.
Resume
■ Polusi udara dalam ruangan adalah faktor risiko lingkungan dalam ruangan
yang terbuka, terutama bagi individu yang sudah berisiko, seperti anak-anak di
keluarga berpenghasilan rendah. Sementara penelitian menunjukkan bahwa
persepsi penghuni memainkan peran penting dalam meningkatkan kualitas
udara dalam ruangan (IAQ), sedikit yang diketahui tentang bagaimana populasi
berisiko rendah dan rimba memandang dan terlibat dalam IAQ. Dalam tulisan
ini, kami berusaha memahami bagaimana berpenghasilan rendah keluarga,
terutama anak-anak, mempersepsikan dan menilai IAQ.
■ Temuan menunjukkan bahwa kualitas udara dalam ruangan lingkungan
dirasakan dan dinilai terutama melalui respons sensorik yang berkaitan dengan
kenyamanan yang dirasakan atau ketidaknyamanan, seperti indra penciuman,
kebersihan visual, dan kenyamanan termal. Kami membahas bagaimana kami
temuan dapat diterapkan pada desain masa depan teknologi pemantauan IAQ
persuasif
SMART HOMES AND THE
CONTROL OFINDOOR AIR
QUALITY
Alexandra Schiewek, Erik Uhde, Tunga Salthammer, LeaC.
Salthamer, Lidia Morawska, Mandana Mazaheri,Prashant
Kumar
Resume
■ Perubahan iklim global, perubahan demografis, dan peningkatan mekanisasi
kehidupan sehari-hari akan sejalan dengan cara hidup baru. Temperatur yang
ekstrem, masyarakat yang menua dan tuntutan yang lebih tinggi pada
kehidupan yang nyaman akan mengarah pada implementasi jaringan berbasis
sensor untuk menciptakan kondisi kehidupan yang dapat diterima dan
ditingkatkan.
■ Tinjauan ini merangkum temuan terkini tentang pengaruh parameter lingkungan
yang diukur pada kualitas udara dalam ruangan, kenyamanan termal individu
dan perilaku hidup di rumah pintar dengan fokus di Eropa tengah.
■ Evaluasi kritis terhadap teknologi sensor yang tersedia, penerapannya di rumah
dan aspek keamanan data serta batasan dan kemungkinan teknologi saat ini
untuk mengontrol partikel dan polutan gas di dalam ruangan dimasukkan.
Tinjauan ini juga mempertimbangkan penerimaan teknologi pintar oleh penghuni
dalam hal kebiasaan hidup, persepsi kualitas udara dalam ruangan dan
keamanan data.
MIND MAPPING
Populasi
• Populasi Eksternal : Seluruh mahasiswa Universitas Diponegoro
• Populasi Target : Seluruh mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
• Populasi Aktual : Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro yang sedang atau selesai belajar di dalam ruang kelas
Sampel dan Teknik
Sampling
• Sampel kasus dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro
• Teknik sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling, yaitu
teknik sampling yang membutuhkan syarat tertentu, yaitu mahasiswa yang
sedang atau selesai belajar di dalam ruang kelas
Variabel
Penelitian
A. Variabel Bebas
• Hasil pengukuran suhu ruangan
• Hasil pengukuran kelembaban ruangan
• Hasil pengukuran intensitas cahaya ruangan
• Keberadaan debu ambien di dalam ruangan
• Keberadaan kapang, jamur, dan bakteri di dalam ruangan
Variabel
Penelitian
B. Variabel Terikat
• Kenyamanan belajar mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro
Analisis Statistik

A. Analisis Univariat
• Analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian yang
bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap
variabel penelitian. Analisis univariat hanya menghasilkan distribusi dan
presentase dari tiap variabel. Analisis univariat bermanfaat untuk melihat
apakah data telah layak untuk dianalisis, melihat gambaran data yang
dikumpulkan dan apakah data telah optimal untuk dianalisis lebih lanjut.
Analisis Statistik

B. Analisis Bivariat
Dilakukan untuk melihat hubungan antara masing-masing variabel dengan
variabel terikat, menggunakan uji chi-square dengan α=5% pada aplikasi SPSS
DEFINISI OPERASIONAL
- Definisi Operasional
Variabel Pengertian Alat Ukur Cara Ukur Skala
Suhu Suhu ruangan Termometer Pengukuran Interval
yang diukur Ruangan
pada penelitian
Kelembaban Kandungan uap Higrometer Pengukuran Rasio
air dalam
ruangan
Intensitas Intensitas cahaya Lux Meter Pengukuran Rasio
Cahaya pada ruangan

Debu Pengukuran Personal Pengukuran Rasio


ambien debu ambien Dust
dalam ruangan Sampler
Kapang, Pengukuran Cawan petri Pengukuran Rasio
jamur, dan adanya kapang,
bakteri jamur, dan
bakteri dalam
ruangan
Kriteria
Inklusi
Adalah karakteristik umum dari subjek penelitian yang layak untuk dilakukan
penelitian atau responden penelitian.
• Bersedia menjadi responden
• Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
• Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro yang
sedang atau selesai belajar di dalam ruangan kelas
Kriteria
Eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan subjek penelitian yang tidak dapat mewakili
sampel karena tidak memenuh isyarat sebagai sampel penelitian
• Tidak bersedia menjadi responden
• Bukan mahasiswa Universitas Diponegoro
• Bukan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
TERIMAKA
SIH

Anda mungkin juga menyukai