Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

ANALISIS HASIL KUALITAS AIR PERMUKAAN DI CPP (Central


Processing Plant) GUNDIH PT. PERTAMINA EP ASSET 4 FIELD CEPU

Disusun Oleh :

Krisni Dwi Cahyanti 25010116120010

Aji Dharmawan Bagaskoro 25010116130196

Anggun Ayunina 25010116140212

Mahotama Kumara Dipta 25010116140213

BAGIAN KESEHATAN LINGKUNGAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2019
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

ANALISIS HASIL KUALITAS AIR PERMUKAAN DI CPP (Central


Processing Plant) GUNDIH PT. PERTAMINA EP ASSET 4 FIELD CEPU

Disusun Oleh :

Krisni Dwi Cahyanti 25010116120010

Aji Dharmawan Bagaskoro 25010116130196

Anggun Ayunina 25010116140212

Mahotama Kumara Dipta 25010116140213

BAGIAN KESEHATAN LINGKUNGAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2019
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktik Lapangan

1 Juli 2019 – 31 Juli 2019

Dengan ini menerangkan bahwa Laporan Kerja Praktik Mahasiswa Peminatan


Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
yang berjudul :

JUDUL

Disusun oleh :

Krisni Dwi Cahyanti 25010116120010

Aji Dharmawan Bagaskoro 25010116130196

Anggun Ayunina 25010116140212

Mahotama Kumara Dipta 25010116140213

Telah disetujui dan disahkan oleh:

Eviromental Staff Pembimbing Lapangan

Bayu Laksono P Astika Titistiti

Dosen Pembimbing Koordinator Magang

Dr. Dra. Nur Endah W, MS Nikie Atorina YD.,SKM, M.Kes


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, Sehingga Laporan Kerja Praktik di PT
Pertamina EP Asset 4 Lokasi Field Cepu dengan judul “ANALISIS HASIL
KUALITAS AIR PERMUKAAN DI CPP (Central Processing Plant)
GUNDIH PT. PERTAMINA EP ASSET 4 FIELD CEPU” dapat diselesaikan
dengan baik.

Laporan ini disusun sebagaimana pemenuhan satuan kredit mahasiswa di


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Adapun tujuan Praktik
Kerja Lapangan ini adalah untuk memperoleh pengalaman, memperluas
pengetahuan, menerapkan teori yang diperoleh dalam perkuliahan, dan
mendapatkan gambaran fungsi HSE.

Dengan selesainya Praktik Kerja Lapangan dan disusunnya laporan ini, maka
penyusun dengan hormat mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Budiyono, SKM., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang
2. Ibu Yusniar Dr. Yuniar Hanani Darundiati, STP. Mkes selaku Kepala
Bagian Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakulatas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang
3. Ibu Nikie Astorina YD, SKM,. M.Kes selaku koordinator magang
Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakulatas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro Semarang
4. Ibu Dr. Dra. Nur Endah W, MS selaku pembimbing magang akademik
yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyususnan laporan
ini dan telah memberikan saran dan masukan dalam penyusunan laporan
5. Ibu Astika Titistiti selaku pembimbing magang yang telah membimbing
dan memberikan saran atas laporan yang kami buat
6. Mas Bayu Laksono P dan Mas Paidin yang membantu membimbing kami
saat melakukan kegiatan Praktik Kerja Lapangan
7. Kedua orang yang selalu mendukung dan mendoakan kami dalam
keberjalanan Praktik Kerja Lapangan
8. Pihak-pihak dibagian Eviromental, Safety, dan Insurance yang telah
mengajak kami keliling kilang dan mengajak proses kerja yang ada
dikilang pula
9. Aviandini teman PKL kami yang telah mau bekerja sama dan
memberikan warna di suasana kantor menjadi lebih baik
10. Teman-teman Convident FKM 2019 yang sudah banyak membantu
dalam penyusunan laporan dan memberikan semangat
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat

BAB II

BAB III HASIL

BAB IV

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
B. Rekomendasi

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada masa sekarang perkembangan industri maupun perdagangan
semakin pesat. Hal ini menuntut adanya strategi efektif dalam
mengembangkan industri, sehingga dapat bersaing dengan negara-negara
lain yang lebih maju. Pembangunan terfokus pada pemenuhan kebutuhan
saat ini tanpa memikirkan atau mengesampingkan kebutuhan yang
mendatang yang mana hal ini dikaitkan dengan kelestarian dan kesehatan
alam.
Pada permasalahan ini perusahaan yang mendirikan industri
terkadang mengabaikan dalam pengolahan limbah yang dihasilakan.
Limbah yang dihasilkan pada industri terdapat limbah bahan berhaya dan
beracun (B3) dan limbah domestik. Biasanya industri mengabaikan
limbah domestik yang selalu dibuang langsung ke sungai tanpa ada
pengolahan sebelumnya.
Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari kegiatan
rumah tangga, perumahan, kantor, rumah sakit, mall, pasar swalayan,
balai pertemuan, hotel, industry, sekolah, baik berupa grey water (air
bekas) ataupun black water (air kotor/tinja). Pada pengelohan air limbah
dapat dilakukan dengan cara alamiah maupun dengan cara buatan dengan
peralatan. Pengelohan air limbah secara secara alamiah biasanya
dilakukan dengan bantuan kolam stabilisasi. Sedangkan pengolahan air
limbah dengan bantuan peralatan biasanya dilakukan pada Instalasi Air
Limbah (IPAL).
CPP (Central Processing Plant) Gundih PT. Pertamina EP
merupakan afiliasi dari PT. Pertamina (PERSERO) yang bergerak
dibidang ekplorasi dan ekspoitasi bumi yang kemudian hasilnya akan
digunakan sebagai pembangkin listrik PT. Indonesia Power di PLTU
Tambaklorok, Semarang, Jawa Tengah.
Di CPP (Central Processing Plant) Gundih PT. Pertamina EP
belum memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik. Mereka
membuat kolam yang dinamakan (Bufferzone) yang mengelilingi CPP
(Central Processing Plant) Gundih PT. Pertamina EP untuk
penampungan air limbah yang nantinya akan di salurkan ke sungai.
Dalam penggunaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Domestik sangatlah diperlukan karena dapat mengurangi potensi paparan
pencemaran pada air maupun habitat yang ada di sekitar sungai.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan mahasiswa dibidang kesehatan lingkungan dalam
dunia kerja yang dituntut memiliki kopetensi dan didukung
dengan sertifikasi untuk memasukki persaingan dunia tenaga
kerja.
b. Menambah pengalaman dan pengetahuan dengan melihan secara
langsung pelaksanaan kerja dilapangan berserta permasalahannya
bagi mahasiswa dalam dunia industri yang berwawasan
lingkungan. Hal ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa kesehatan
lingkungan karena dapat membandingkan antara pengetahuan
teoritis yang didapat dibangku kuliah dengan kenyataan di
lapangan, sehingga ilmu dapat bertambah dan berguna
dikemudian hari.
c. Melatih dan meningkatkan kreativitas mahasiswa dalam rangka
menerapkan ilmu yang diperoleh dari bangku kuliah.
d. Sebagai prasyarat untuk tugas pelaksanaan Praktik Kerja
Lapangan.

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pembungan Air Limbah yang ada terhadap
kualitas air sungai yang ada di CPP (Central Processing Plant)
Gundih PT. Pertamina EP dengan baku mutu Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Baku Mutu
Air Limbah.
b. Membuat rancangan skema Instalasi Pengolahan Air Limbah
Domestik di CPP (Central Processing Plant) Gundih PT.
Pertamina EP.
C. MANFAAT
1. Manfaat bagi Institusi
a. Menambah citra baik bagi CPP (Central Processing Plant)
Gundih PT. Pertamina EP Asset 4 Field Cepu dalam mendukung
pelaksanaan program Praktik Kerja Lapangan mahasiswa.
b. Menambah refrensi untuk membuat Instalasi Pengolahan Air
Limbah Domestik.
c. Sebagai jembatan penghubung antara Perguruan Tinggi dengan
Perusahaan.
d. Mendapatkan masukan baru dari pengembangan keilmuan di
perguruan tinggi.
e. Menciptakan kerjasama yang saling menguntukan dan
bermanfaat antara institusi tempat magang dengan FKM UNDIP
terutama Peminatan Kesehatan Lingkungan.
2. Manfaat bagi FKM
a. Laporan magang dapat dijadikan studi pustaka di perpustakaan
FKM UNDIP terutama di bidang kesehatan lingkungan.
b. Mendapat masukan tentang pekembangan bidang keilmuan dan
teknologi yang diterapkan dalam praktek kerja di instansi yang
terkait.
c. Terbinanya jaringan kerja sama dengan tempat magang dalam
upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara
substansi akademik dengan keterampilan sumber daya manusia
yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat.
3. Manfaat bagi Mahasiswa
a. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan
dengan bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat, terutama dibidang
Kesehatan Lingkungan.
b. Memperoleh pengalaman kerja di lapangan dibidang Kesehatan
Lingkungan.
c. Memperoleh pengalaman kerja dilapangan di bidang Kesehatan
Lingkungan.
d. Memperoleh pemahaman, penghayatan dan sikap kerja
professional di bidang Kesehatan Lingkungan.
e. Penemuan baru mengenai analisis permasalahan dilapangan dan
kiat-kiat pemecahan masalah kesehatan.
f. Memperoleh pengetahuan tentang pelaksanaan pengelolaan
kesehatan lingkungan di instansi terkait.
g. Mendapatkan gambaran peluang kerja bagi Sarjana Kesehatan
Masyarakat.
BAB II

HASIL

A. GAMBARAN UMUM
1. PT. Pertamina EP Asset 4 Field Cepu
Wilayah Kuasa Pertambangan (WKP) PT Pertamina EP Asset 4
Field Cepu meliputi daratan seluas 973 Km2 di 2 Provinsi dan 4
Wilayah Kabupaten Dati II yaitu Grobogan - Jawa Tengah, Blora -
Jawa Tengah, Tuban - Jawa Timur, dan Bojonegoro – Jawa Timur.
WKP PT Pertamina EP Field Cepu diserah terimakan dari PT Migas
ke Pertamina (persero) pada tanggal 1 April 1988. PT Pertamina EP
Asset 4 Field Cepu juga membagi wilayah kuasanya menjadi 2
distrik. Distrik pertama Kawengan, terletak di propinsi Jawa Timur.
Dikembangkan sejak tahun 1926 dengan sumur produksi sejumlah 79
buah meliputi lapangan Kawengan di Kabupaten Tuban dan
kabupaten Bojonegoro. Distrik kedua Ledok-Nglobo, terletak di
Propinsi Jawa Tengah dikembangkan sejak tahun 1896, dengan
sumur produksi sejumlah 51 buah meliputi lapangan Semanggi,
Banyuasin, Ledok, Banyubang di Kabupaten Blora. Sementara
Sukowati, terletak di Kabupaten Bojonegoro, dengan jumlah sumur
produksi 7 buah dan merupakan unitisasi dengan JOBP-PPEJ (sejak
17 September 2005). Sedangkan KUD meliputi produksi dari sumur
tua/timba (tradisional) di Ledok Semanggi atau Nglobo dan Gabus
serta Kawengan yang bermitra dengan Koperasi Wargo Tani
Makmur, Karya Sejahtera, Kopkatraya dan Blora Patra Energi.
Dalam melakukan kegiatannya PT Pertamina EP Asset 4 Field
Cepu termasuk diantaranya melakukan eksplorasi dan eksploitasi
penambangan minyak bumi dan gas alam yang dimulai dari kegiatan
seismic kemudian pemboran eksplorasi, pengeboran pengembangan,
reopening. Kerja Ulang Pindah Lapisan (KUPL) dan Stimulasi
Reparasi. PT Pertamina EP Field Cepu juga melakukan perawatan
sumur AB-100, P23 AK, LTG-150 dan Rig Taylor.
2. Logo Perusahaan

Gambar Logo Pertamina EP


a. Elemen logo merupakan representasi huruf “P” yang secara
keseluruhan merupakan representative bentuk panah,
dimaksudkan sebagai pertamina yang bergerak maju dan
progresif.
b. Warna-warna yang berani menunjukkan langkah besar Pertamina
dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif dan
dinamis, dinama:
1) Biru, mencerminkan andal, dapat dipercaya, dan tanggung
jawab
2) Hijau, mencerminkan sumber daya energi yang berwawasan
lingkungan
3) Merah, keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam
menghadapi berbagai macam keadaan
c. Tulisan PERTAMINA dengan huruf yang mencerminkan
kejelasan dan transparan serta keberanian dan kesungguhan dalam
bertindak sebagai wujud positioning Pertamina baru.
d. EP pada nama perusahaan adalah eksplorasi dan produksi sesuai
dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan.
3. Visi Misi dan Tata Nilai Perusahaan
a. Visi Perusahaan
1) REPETITA I (2006 – 2008) : “Menjadi Perusahaan Minyak
dan Gas Bumi yang Efektif dan Efisien”.
2) REPETITA II (2009-2011) : “Menjadi Produsen Migas Nomor
Satu di Indonesia”.
3) REPETITA III (2012-2014) : “ Menjadi Pertamina EP Kelas
Dunia”.
4) REPETITA IV (2014-2015) : “Menjadi Perusahaan Eksplorasi
dan Produksi Minyak dan Gas Bumi Kelas Dunia”.
b. Misi Perusahaan
1) Melaksanakan pengusahaan sektor hulu minyak dan gas
dengan penekanan pada aspek komersial dan operasi yang baik
serta tumbuh dan berkembang bersama lingkungan hidup.
2) Mendukung target yang dibebankan oleh Negara kepada PT.
Pertamina (Persero) untuk menemukan cadangan migas baru
dan meningkatkan produksi Migas Nasional, khususnya Blok
Cepu, serta
3) Menjadi entitas bisnis yang memiliki reputasi tinggi yang
dikelola secara profesional, fokus, dan memiliki keunggulan
kompetitif dengan menggunakan teknologi modern kelas dunia
yang dihasilkan dari kemitraan dengan World Class Company
sehingga memberikan nilai tambah lebih kepada para
stakeholder terutama pemegang saham, pelanggan, pekerja,
dan masyarakat luas.
c. Tata Nilai
Adapun tata nilai yang diterapkan pada PT Pertamina EP
adalah sebagai berikut :
1) CLEAN (BERSIH)
Dikelola secara profesional, menghindari benturan
kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi
kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas-asas tata
kelola korporasi yang baik.
2) COMPETITIVE (KOMPETITIF)
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun
internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi,
membangun daya sadar biasa dan menghargai kinerja.
3) CONFIDENT (PERCAYA DIRI)
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi
pelopor dalam reformasi BUMN, dan membangun kebangsaan
bangsa.
4) CUSTOMER FOCUSED (FOKUS PADA PELANGGAN)
Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen
untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.
5) COMMERCIAL (KOMERSIAL)
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial,
mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang
sehat.
6) CAPABLE (BERKEMAMPUAN)
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang professional dan
memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen
dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan.
4. Kebijakan Quality, Health, Safety, Security, and Eviroment (QHSSE)
a. President Director Pertamina EP
1) Objektif
Nihil insiden (kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja,
pencemaran dan dampak lingkungan, kegagalan produk) dan
risiko keamanan yang terkendala, serta mutu yang terpercaya.
2) Tujuan
Mencegah kerugian perusahaan serta melindungi dan
mengamankan setiap orang, aset perusahaan, data perusahaan
yang bersifat rhasia, lingkungan, serta komunitas sekitar dari
bahaya yang berhubungan dengan kegiatan PT Pertamina EP
dan Mitra Usaha/Penyedia Barang dan Jasa.
3) Komitmen
Manajemen dan seluruh pekerja memberikan prioritas utama
terhadap aspek QHSSE dengan cara:
a) Patuh
Mematuhi peraturan perundangan aspek QHSSE yang
berlaku di industri hulu migas Republik Indonesia serta
menggunakan teknologi tepat guna yang sesuai dengan
standar nasional dan internasional.
b) Integrasi
Mengintegrasikan dan mengimplementasikan aspek
QHSSE dalam kegiatan operasi sesuai best engineering
practices, termassuk memastikan kondisi bahwa setiap
pekerja dan mitra kerja fit to Works.
c) Latih
Meningkatkan kesadaran, pemahaman serta kompetensi
pekerja dan mitra kerja melalui sosialisasi dan pelatihan
agar dapat melaksanakan pekerjaan secara benar, aman,
dan berwawasan lingkungan.
d) Improvement
Meningkatkan penerapan aspek QHSSE dan manajemen
risiko secara konsisten, komprehensif, dan
berkesinambungan untuk mengurangi risiko serendah
mungkin dan mencegah terjadinya insiden.
e) Harmonis
Menciptakan dan memelihara hubungan harmonis yang
berkelanjutan dengan stakeholder dan lingkungan melalui
pemenuhan kepuasan pelanggan dan pengembangan
masyarakat.
f) Penilaian dan penghargaan
Menjadikan kinerja QHSSE dalam penilaian dan
penghargaan pekerja dan mitra kerja Direksi, pekerja,
mitra Pertamina EP dan Mitra Usaha/Penyedia Barang dan
Jasa bertanggung jawab untuk melaksanakan dan menaati
kebijakan QHSSE dan melakukan evaluasi untuk
perbaikan secara terus menerus. Direksi Pertamina EP
tidak mentolerir setiap unsafe Action yang dilakukan oleh
Pekerja, Mitra Kerja, dan Mitra Usaha.
b. Asset 4 General Manager
Manajemen dan seluruh pekerja dan mitra kerja
Pertamina EP Asset berkomitmen untuk senantiasa
menerapkan standar mutu, keselamatan, kesehatan kerja,
pengamanan dan lindungan lingkungan untuk mencapai
Operational Excellence dan terwujudnya Zero Accident
melalui strategi :
1) Promote
Meningkatkan kesadaran dan budaya QHSSE pada seluruh
pekerja dan mitra kerja agar berkembang menjadi budaya
perusahaan (corporate culture).
2) Risk Management
Mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengendalikan risiko
operasi dan QHSSE pada setiap kegiatan agar dapat
diturunkan sampai tingkat yang dapat diterima sesuai
standar manajemen risiko yang ditetapkan perusahaan.
3) Optimation
Melakukan optimasi untuk mencapai produksi migas yang
optimal dengan penggunaan energi dan sumber daya secara
efisien serta meminimalkan dan mengelola limbah kegiatan
operasi dengan prinsip 4R (reduce, reuse, recover,
recycle).
4) Awareness
Memastikan setiap pekerjaan pekerja dan mira kerja peduli
terhadap kondisi diri sendiri dan rekan kerja serta
keselamatan dan pengamanan lingkungankerja dan
melakukan intervensi jika terdapat tindakan dan/atau
kondisi tidak aman.
5) Compliance
Mematuhi seluruh perundang – undangan serta standar
operasi dan QHSSE yang berlaku.
6) Talent
Memastikan setiap pekerja dan mitra kerja memiliki
keterampilan dan kompetensi QHSSE melalui program
pelatihan, pembinaan, dan penugasan yang tepat dan
memadai.
7) Innovation
Mendorong dan memfasilitasi pekerja dan mitra kerja
untuk melakukan inovasi demi kemajuan dan perbaikan
berkelanjutan kinerja operasi dan QHSSE.
8) Value Added
Melaksanakan proses bisnis sesuai standard mutu dan
mempertimbangkankepentingan komersialitas dan nilai
tambah bagi perusahaan.
9) Environment, customer & social responsibility
Mengembangkan program perlindungan lingkungn dan
pelestarian keanekaragaman hayati, meningkatkan kualitas
layanan sesuai harapan pelanggan dan secara proaktif
mengembangkan program Corporate Social Responsibility
untuk membangun kemandirian sosial - ekonomi
masyarakat dan cipta kondisi di sekitar wilayah operasi
Manajemen dan seluruh pekerja dan Mitra Kerja Pertamina
EP Asset 4 bertanggung jawab melaksanakan dan menaati
kebijakan QHSSE ini dalam setiap proses bisnis dan
melakukan evaluasi dan perbaikan berkelanjutan terhadap
implementasinya.
c. Cepu Field Manager
PT Pertamina Asset 4 Field Cepu berkomitmen untuk
senantiasa melaksanakan kegiatan operasi minyak dan gas bumi
dengan menerapkan aspek QHSSE (Quality, Health, Safety,
Security, and Environment) untuk meminimalkan risiko pada tiap
tahap proses bisnis, gangguan keamanan, dan pencemaran
lingkungan melalui strategi :
1) Compliance
 Mematuhi peraturan perundangan yang berkaitan dengan
aspek QHSSE serta standard operasi perusahaan yang
berlaku. Melaksanakan proses bisnis sesuai prinsip Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008.
 Melakukan operasional yang mengutamakan aspek
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sesuai prinsip Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS
18001 : 2009.
 Melaksanakan pengamanan asset dan kegiatan perusahaan
sesuai dengan peraturan KAPOLRI Nomor 24 Tahun 2007.
 Penerapan operasional yang berwawasan lingkungan
sesuai prinsip Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 :
2004
2) Effective
Melakukan optimasi sumber daya untuk mencapai tujuan
perusahaan secara efektif melalui efisiensi sumber daya alam,
penerapan Best Engineering Practices dan pengelolaan
limbah dengan prinsip 4R (reduce, reuse, recycle & recovery).
3) Proaktif
Meningkatkan kesadaran dan budaya QHSSE pada seluruh
pekerja dan mitra kerja dengan penerapan HSE Golden Rules
agar berkembang menjadi budaya perusahaan (Corporate
culture) dan mengembangkan program Corporate Social
Responsibility (CSR) untuk membangun kemandirian sosial
ekonomi masyarakat di sekitar wilayah operasi.
4) Unggul
Melaksanakan proses bisnis dengan mempertimbangkan
kepentingan komersialitas, memenuhi persyaratan pelanggan,
memberikan nilai tambah bagi perusahaan serta
mengedepankan aspek Good Corporate Governance (GCG).
Seluruh pekerja dan mitra kerja PT Pettamina EP Asset
4 Field Cepu bertanggung jawab melaksanakan kebijakan ini
dan melakukan upaya perbaikan secara berkelanjutan
terhadap implementasinya. Selain kebijakan diatas, PT
Pertamina EP Asset 4 Field Cepu juga menerapkan HSE
Golden Rules sebagai berikut :

a) Mematuhi peraturan : anda dan saya patuh kepada


hukum, kebijakan, peraturan dan prosedur
b) Intervensi : anda dan saya harus segera mengintervensi
terhadap tindakan tidak aman dan yang menyalahi aturan
c) Peduli : anda dan saya peduli pada orang sekitar
5. Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja
Adapun struktur organisasi PT Pertamina EP Asset 4 Field
Cepu dapat dilihat pada gambar berikut. Sedangkan struktur
organisasi HSSE dapat dilihat pada gambar.

GENERAL MANAGER

SCM MANAGER

FIELD MANAGER

OPERATION PLANNING PRODUCTION OPERATION RAM HSSE OPERATION SUPPORT SCM

Gambar Stuktur Organisasi PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu

Asset 4 General Manager

Cepu Field Manager

Cepu Field Manager

Environment Staff Inspection Staff Safety & Industrial Cepu Senior

Senior Staff Security Staff


Safety & Industrial Cepu Security Staff
Hygiene

Gambar Struktur Organisasi HSSE PT Pertamina EP Asset 4 Field


Cepu
6. Jumlah Karyawan PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu
Berdasarkan hasil rekapitulasi kegiatan HSSE per bulan,
PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu memiliki jumlah tenaga kerja
dan jam kerja sebagai berikut :
a. Perkerja Tetap
1) Memiliki jumlah pekerja sebanyak XXX
2) Jumlah jam kerja selama 425.646 jam/30 hari
b. Pekarya atau Sub Kontraktor
1) Memiliki jumlah pekerja sebanyak XXX
2) Jumlah jam kerja selama 87.248 jam/20jam
c. Pekerja pada sturuktur organisasi HSSE
1) 1 orang HSSE Assistant Manager
2) 1 orang pekerja teap sebagai Eviroment Staff dan 2 orang
pekerja kontrak
3) 1 orang pekerja tetap sebagai Inspection Staff
4) 1 orang pekerja tetap sebagai Safety & Industrial Staff Senior
Staff
5) 1 orang pekerja tetap sebagai Safety & Industrial Staff yang
membawahi 9 orang pekerja kontrak
6) 1 orang pekerja sebagai Senior Security Staff
7. Waktu Kerja di Pertamina EP Asset 4 Field Cepu
Guna menghindari kelelahan dan tercapainya kenyamanan,
efisiensi serta produktivitas yang tinggi, maka PT Pertamina EP
Asset 4 Field Cepu menetapkan jam kerja bagi tenaga kerjanya
sebagai berikut:
d. Tenaga kerja di PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu yang
bekerja di bagian kantor bekerja dari jam 07.00-12.00 WIB dan
istirahat untuk makan siang selama 60 menit dilanjutkan
bekerja kembali jam 13.00 – 16.00 WIB.
e. Untuk pekerja operasi
1) Shift pagi : 07.00 - 19.00 WIB
2) Shift malam : 19.00 – 07.00 WIB
f. Untuk pekerja security
1) Shift pagi : 07.00 - 19.00 WIB
2) Shift malam : 19.00 – 07.00 WIB
8. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Program keselamatan dan kesehatan kerja di PT Pertamina EP
Asset 4 Field Cepu dilakukan guna untuk mencegah penyakit
akibat kerja dan pengendalian resiko di tempat kerja, yaitu:
a. Keselamatan kerja
Program keselamatan kerja yang dilakukan meliputi Safety
patrol, pemeriksaan mobil angkutan ringan dan angkutan berat,
safety talk, surat ijin kerja, pelatihan tim OPKD.
b. Proteksi kebakaran
Dalam proteksi kebakaran meliputi pemeriksaan dan
perawatan APAR secara keseluruhan, hydrant, engine clarke
pelatihan tim OPKD.
c. Kesehatan kerja
Melakukan pemeriksaan kesehatan kerja para pekerja terhadap
penyakit akibat kerja, olahraga, pemeriksaan kondisi kesehatan
lingkungan kerja, kualitas air, kualitas tanah, dan sosial
masyarakat.
d. Lindungan lingkungan
Kegiatan dalam lindungan lingkungan meliputi pemantauan
kualitas udara, kualitas air, kualitas tanah, kebisingan, sanitasi
air dan limbah B3.
e. Sertifikasi ISO 9001, ISO 14001, ISO 18001
f. Upaya Kelola Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL)
g. Implementasi Contractor Safety Management System.
9. Lingkup Kerja PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu
PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu adalah afiliasi (anak
perusahaan) PT Pertamina (Persero) yang bergerak di bidang
kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi, yang meliputi ekplorasi,
eskploitasi dan produksi di Wilayah Kerja Pertambangan (WKP)
Blok Cepu.
Wilayah Kerja Pertambangan Blok Cepu mencakup 2 (dua)
wilayah yaitu Kabupaten Bojonegoro di Provinsi Jawa Timur serta
Kabupaten Blora di Provinsi Jawa Tengah. Wilayah Cepu sudah
terkenal dengan adanya persediaan akumulasi minyak dan gas
bumi yang melimpah sejak zaman Belanda dimana kegiatan di
sektor migas saat itu dilakukan oleh Bataafsche Petroleum
Maatschappij (BPM).
Aktivitas produksi yang ada di PT Pertamina EP Asset 4 Field
Cepu yang merupakan Pertamina Hulu yaitu proses ekplorasi dan
produksi. Dimana proses tersebut hanya sebatas pengambilan
minyak dan gas dari alam kemudian dilanjutkan dengan proses
pengolahan minyak hingga mendapatkan minyak mentah yang
sudah sesuai dengan standar (BSNW 0.2). Selanjutnya minyak
mentah yang sesuai dengan standar tersebutlah yang akan diolah
lebih lanjut oleh Pertamina Hilir. Aktivitas produksi di PT
Pertamina EP Asset 4 Field Cepu ini dibawah kendali fungsi
production operation.
Proses Produksi dimulai dari pengambilan minyak di tiap-tiap
sumur yang ada. Sumur-sumur minyak yang dikelola oleh PT
Pertamina EP Field Cepu terdapat di dua lapangan yaitu lapangan
TPN (Tapen) dan lapangan TBR (Tiung Biru). Selain itu PT
Pertamina EP Asset 4 Field ini sudah di pegang oleh PT. Pertamina
sendiri yang sebelumnya diserahkan KSO yaitu dari lapangan
Nglobo, Ledok, Semanggi dan Kawengan. Selain itu PT.
Pertamina EP Asset 4 Field Cepu juga mengelola Central
Processing Plant (CPP) Gundih Kab.Blora. CPP Gundih
menghasilkan gas dan kondensat, untuk gas yang sudah dikelola
langsung dijual kepada PT Sumber Petrindo Perkasa (SPP).
Sedangkan hasil minyak dilapangan Mangkang dikelola PT Tossa
Shakti. Minyak mentah berasal dari TPN, TBR, Kawengan,
Nglobo, Ledok dan Semanggi dikumpulkan di Pusat Penampung
Produksi (PPP) Menggung.
a. Lapangan TPN (Tapen)
Sumur minyak dan gas Tapen terletak di Dusun
Ketapen, Desa Sidoharjo, Kecamatan Senori, Kabupaten
Tuban, Jawa Timur. Dalam kondisi riilnya, lapangan TPN ini
dikelola oleh PT Putera Sejati Indomakmur yang telah
bekerjasama dengan PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu. Di
Tapen hanya terdapat 1 sumur yang beroperasi, setiap harinya
sumur Tapen ini dapat memproduksi minyak dan gas. Hanya
saja pemanfaatan gas dilapangan Tapen ini hanya untuk
kebutuhan engine saja, tidak untuk diproduksi secara massal.
Suatu sumur minyak dapat berproduksi dengan tenaga
dorong alami atau juga berproduksi dengan tenaga dorong
bantuan dengan menggunakan pompa. Lapangan TPN ini
merupakan salah satu sumur minyak yang berproduksi secara
alami sehingga tidak memerlukan bantuan tenaga dorong
dalam proses produksinya
b. Lapangan TBR (Tiung Biru)
Sumur migas Tiung Biru atau yang biasa disingkat
TBR ini terletak di Desa Kali Sumber, Kecamatan Tambakrejo,
Kabupaten Bojonegoro. Sama halnya dengan sumur migas
TPN, sumur migas TBR merupakan sumur yang berproduksi
secara alami yang dikelola oleh PT Gatramas melalui
perjanjian Kerja Sama Operasi (KSO)
Lapangan TBR ini memiliki 3 sumur migas yang masih
aktif berproduksi yaitu Sumur Tiung Biru A, sumur Tiung Biru
B, dan Sumur Tiung Biru C. Sumur Tiung Biru A dan Sumur
Tiung Biru B terletak di kawasan hutan milik KPH atau
Kesatuan Hutan sedangkan Sumur Tiung Biru C berada
dilokasi tanah desa yang masing-masing seluas 3 hektar.
c. Distrik 1 (Kawengan)

Distrik 1 Kawengan yang dikembangkan sejak tahun


1926, yang saat ini ada 76 sumur aktif meliputi lapangan
Kawengan dan Wonocolo. Lapangan minyak Kawengan
terletak kurang lebih 22 km di sebelah timur laut kota Cepu,
membentang dari arah barat laut ke tenggara kurang lebih
sepanjang 15 km, dengan lebar bagian barat 1 km, dan lebar
bagian timur 1,5 km. Lapangan minyak Kawengan terletak
dalam tiga kecamatan, masing-masing adalah:

1) Kecamatan Kasiman, di bagian barat


2) Kecamatan Senori, di bagian tengah
3) Kecamatan Malo, di bagian timur
Kecamatan Kasiman dan Kecamatan Malo termasuk
daerah Kabupaten Bojonegoro, sedangkan Kecamatan
Senori termasuk daerah Kabupaten Tuban, jadi lapangan
minyak Kawengan termasuk dalam daerah propinsi Jawa
Timur.
Lapangan minyak Kawengan mulai tahun 1988
dikelola oleh pertamina, dan sejak saat itu kegiatan
pengeboran mulai bergairah kembali, dan bahkan pada
awal tahun 2000 sudah dilakukan pengeboran horizontal
dalam rangka meningkatkan produksi minyak. Pada
umunya sumur-sumur dilapangan Kawengan di
produksikan dengan menggunakan pompa Sucker Rod
(Pompa Angguk) tetapi pada saat ini beberapa sumur di
produksikan dengan Electric Submersible pump (ESP), dan
Progressive Cavity Pump (PCP).
Selain digunakan sistem pengangkatan minyak yang
modern, di lapangan Kawengan, tepatnya Desa Wonocolo
masih dijumpai adanya sistem pengangkatan minyak yang
sangat sederhana, yaitu dengan cara penimbaan, baik
dengan tenaga manusia (ditarik beramai-ramai, sekitar 6-8
orang) maupun secara mekanis (ditarik dengan tali yang
dililitkan pada roda truk bekas yang digerakkan oleh tenaga
mesin).
d. Distrik 2 (Ledok, Nglobo, Semanggi)
Lapangan Ledok adalah area getur dan ngelebur yang
terdapat jebakan minyak pada kedalaman 94 km, produksi
lapangan minyak di Desa Ledok Cepu saat ini masih terdapat
24 Lapangan yang masih dikembangkan, namun yang dikelola
secara tradisional hanya 4 sumur.
Lapangan Ledok terletak ± 11 km sebelah barat Cepu,
antiklin sepanjang 2,5 km, dikembagkan sejak tahun 1896,
dengan jumlah sumur dibor 251 teridiri dari 207 sumur
menghasilkan dan 44 sumur kosong. Puncak produksi dicapai
pada tahun 1928 sebesar 715 m3/hari. Saat ini diproduksi
sebanyak 21 sumur dengan produksi rata-rata sebesar 30
m3/hari.
Lapangan Nglobo terletak ± 28 km sebelah barat Cepu,
antiklin sepanjang 1,5 km, dikembangkan sejak tahun 1903,
dibor 44 sumur, 38 sumur produksi (Lapisan I-IX), saat ini
diproduksi 24 sumur dengan rata-rata produksi nyata harian
65,2 m3.
Lapangan Semanggi terletak kurang lebih 35 km arah
barat laut dari Cepu, termasuk kedalam wilyah Kabupaten
Blora, Jawa tengah. Struktur Semanggi merupakan lapangan
produksi minyak dan gas bumi dengan bentuk struktur
antiklinal, dibor pertama kali oleh BPM pada tahun 1900.
Jumlah sumur yang telah dibor 89 sumur, dengan status; 69
sumur menghasilkan dan 20 sumur tidak menghasilkan atau
sumur kering. Berdasarkan data terakhir, lapangan Semanggi
berproduksi dari 9 sumur (SMG-71, SMG-79, SMG-80, SMG-
83, SMG-P03,SMG-P06, SMG-P05, SMG-P07, SMG-P08).
Produksi lapangan yang merupakan bagian dari Lapangan
Cepu ini mencapai 685 barel per hari.
e. Central Processing Plant (CPP) Gundih
CPP Gundih berlokasi di Lapangan Kedungtuban,
Randublatung dan Kedunglusi (Area Gundih) oleh PT
Pertamina mempunyai dua kegiatan utama: (1) pemboran
Sumur Pengembangan di Blok Gundih (Lapangan
Kedungtuban, Randublatung dan Kedunglusi); serta (2)
Pembangunan Fasilitas Produksi (CPP: Central Processing
Plant); kedua kegiatan ini secara administratif berlokasi
diwilayah Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah.
CPP Gundih mampu memproduksi gas maksimal
sebanyak 70 MMSCFD dan untuk produksi sulfur maksimal 15
ton/hari. Karena masih terkendala peralatan yang belum
sempurna maka saat ini kapasitas produksi baru sekitar 65%
dari kemampuan maksimal.
Hasil produksi utama dari CPP Gundih ini berupa gas
didistribusikan ke Tambak Lorok Semarang yang dilakukan
oleh kontraktor sebagai pembeli (buyer), demikian juga hasil
produksi ikutan berupa sulfur juga direncanakan dijual ke
pihak ketiga. Total produksi gas saat ini sekitar 45,3
MMSCFD, sedangkan untuk produksi sulfur masih dalam
proses uji coba dan belum produksi secara komersial. CPP
Gundih bisa dikatakn sentral produksi gas terbesar se-Asia
Tenggara, karena memiliki kompleksitas yang tinggi. CPP ini
juga merupakan proyek pertama Indonesia yang menggunakan
teknologi Bio Sulfur Recovery Unit (BSRU), dan Coustic
Treatment Unit (CTU).
f. Main Gathering Station (MSG) Menggung
Pada tiap Distrik terdapat sistem penampungan produksi.
Sistem penampungan merupakan suatu sistem yang berkaitan
dengan kegiatan menampung gross oil yang telah dieksploitasi.
Gross Oil yang telah dipompa pertama kali dialirkan ke tempat
penampungan sementara yaitu Stasiun Pengumpul (SP)
kemudian dialirkan lagi ke Stasiun Pengumpul Utama (SPU)
sebelum dialirkan ke Main Gathering Station (MGS)
Menggung yang terletak di kecamatan Cepu, tempat
pengumpulan terakhir minyak mentah dari SPU atau KUD
kemudian disalurkan kepada konsumen (kilang
migas/Petrochina, untuk diolah kembali).
B. Gambaran Khusus Perusahaan
1. Produksi Perusahaan
Kegiatan utama PT. Pertamina EP Asset 5 Filed Cepu adalah
produksi minyak dan gas bumi. Lapangan minyak Filed Cepu
sampai dengan sekarang mempunyai 5 sub lapangan. Sup lapngan
tersebut adalah sub lapangan GCI, Tapen, Tiung Biru (TBR),
KUD, dan sub lapangan Gundih. Diagram alir produksi minyak
PT. Pertamina EP Asset 4 Field Cepu dan posisi masing-masing
sub lapangan dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar Diagram Alir Produksi PT Pertamina EP Asset 4 Field


Cepu
Deskripsi bagian-bagian dari tahapan-tahapan proses produksi
adalah sebagai berikut :
a. Sub lapangan GCI, yang terdiri dari Kawengan, Nglobo, proses
alir minyak melalui jalur pipa yang akan ditampung ke PPP
Menggung.
b. Sub lapangan Tapen, proses alir minyak melalui jalur pipa yang
akan dialirkan menuju sub lapangan kawengan.
c. Sub lapangan Tiung Biru, minyak yang akan di tamping pada
PPP Menggung menggunakan road tank
d. Sub lapangan KUD, yang dikelola masyarakat pada daerah
Ledok dan Wonocolo, minyak yang dihasilkan akan ditampung
pada PP Menggung menggunkaan road tank.
e. Sub lapangan Gundih, memproduksi gas yang akan dikirim ke
PLN Semarang, sedangkan kondensat yang dihasilkan akan
ditampung pada PPP Menggung menggunakan road tank.
2. Alur Produksi
Campuran aliran fluida yang mengandung minyak, gas, dan air
dari sumur pompa di masing-masing sub lapangan dialirkan ke
Stasiun Pengumpul (SP). Pada SP, gas dipisahkan dari minyak dan
air, kemudian dikeringkan dengan menggunakan scrubber. Gas
hasil pengeringan dalam scrubber ini dimanfaatkan untuk bahan
bakar, sedangkan sisa gas dibakar di flare.
Minyak yang diperoleh dari sumur-sumur produksi ditampung
di SP kemudian dialirkan ke Stasiun Pengumpul Utama (SPU)
yang ada disetiap sub lapangan, selanjutnya dialirkan ke Pusat
Pengumpul Produksi (PPP) Menggung dengan menggunakan jalur
pipa (truk line).
Lapangan Cepu secara keseluruhan mempunyai 8 sumur, 7
sumur yang berproduksi dan 1 sumur yang sudah tidak berproduksi
lagi. Pengoperasian sumur-sumur minyak, SP, SPU, PPP, fasilitas
perkantoran, perumahan, dll memerlukan tenaga listrik yang
sebagian dipenuhi oleh PLN dan genset yang berbahan bakar solar
sel sebagai cadangan listrik bila PLN mati.

C. HASIL OBSERVASI
3. Hasil Pemantauan Kualitas Air Permukaan
Pada pemantauan kualitas air permukaan di sekitar lokasi di CPP
(Central Processing Plant) Gundih PT. Pertamina EP Asset 4 Field
Cepu pada bulan April – Juni tahun 2019 dilakukan di 2 (dua) titik
sampling, yaitu Sungai Sumber dan Sungai Wayang. Hasil
pemantauan mengacu pada baku mutu sesuai Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemar Air. Sungai Sumber dan
Sungai Wayang masuk ke dalam kelas IV yang peruntukannya dapat
digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama.
Berikut merupakan tabel hasil pemantauan kualitas air permukaan
pada Sungai Sumber dan Sungai Wayang di CPP (Central Processing
Plant) Gundih PT. Pertamina EP Asset 4 Field Cepu.

CPP - Sungai CPP - Sumur


No Parameter Satuan Sumber Wayang Baku Mutu*
TW II TW II
Fisika
o
1 Suhu C 29,6 29,8 Suhu Udara ± 5
Padatan Terlarut Total
2 mg/L 358 475 2000
(TDS)
Padatan Tersuspensi
3 mg/L 220 9 400
Total (TSS)
Kimia
1 pH pH Unit 7,82 7,45 5,0 - 9,0
Oksigen Terlarut
2 mg/L 3,9 3,9 0
(DO)**
Biochemical Oxygen
3 mg/L 46 6 12
Demand (BOD5)
Chemical Oxygen
4 mg/L 210 27 100
Demand (COD)
5 Total Fosfat sebagai P# mg/L 0,16 < 0,025 5
6 Nitrat (NO3-N) mg/L 0,14 0,45 20
7 Arsen (As) mg/L 0,0005 0,0003 1
8 Kobal (Co) mg/L 0,1 0,03 0,2
9 Boron (B)# mg/L 0,86 0,83 1
10 Selenium (Se) mg/L < 0,006 < 0,006 0,05
11 Kadmium (Cd) mg/L < 0,003 0,004 0,01
Krom Hexavalent
12 mg/L 0,03 < 0,02 1
(Cr6+)
13 Tembaga (Cu) mg/L 0,02 < 0,008 0,2
14 Timbal (Pb) mg/L 0,1 0,07 1
15 Raksa (Hg) mg/L < 0,00008 < 8E-05 0,005
16 Seng (Zn) mg/L 0,04 0,01 2
MPN
17 2000 0 2000
Fecal Coliform /100 ml
MPN
18 3800 7800 10000
Total Coliform /100 ml

Berdasarkan hasil tabel observasi beberapa parameter yang telah


dilakukan oleh PT. Pertamina EP Asset 4 Field Cepu di CPP (Central
Processing Plant) Gundih, didapatkan dua parameter yang masih
melebihi baku mutu sesuai Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, yaitu parameter BOD dan COD pada
Triwulan ke-2 di Sungai Sumber. Nilai BOD yang didapat yaitu 46
mg/L dengan baku mutu pada kelas IV sebesar 12 mg/L dan nilai
COD yang didapat yaitu 210 mg/L dengan baku mutu pada kelas IV
sebesar 100 mg/L.
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH, PEMBAHASAN DAN SOLUSI

A. IDENTIFIKASI MASALAH DAN PEMBAHASAN


Selama pelaksanaan kerja praktik di PT Petamina EP Aset 4 Field
Cepu kami melakukan observasi diberbagai tempat yaitu di MGS
Menggung, District I Power Plant Kawengan, Sumur Eksplorasi Tapen,
SPU Kawengan, dan CPP Gundih.
Kami melakukan analisis mengenai kualitas air permukaan di dekat
CPP Gundih yaitu Sungai Sumber. Sungai sumber merupakan sungai
yang terkena aliran dari kolam buatan (Bufferzone) yang mengitari CPP
Gundih. Pihak PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu setiap tiga bulan
sekali melakukan pemantauan lingkungan
Berdasarkan identifikasi dari hasil pemantauan lingkungan oleh
perusahaan PT. Pertamina EP Cepu melalui pihak ketiga, terdapat dua
parameter kualitas air permukaan yang melebihi baku mutu sesuai dengan
PP RI NO. 80 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air yaitu Chemical Oxygen Demand (COD)
dan Biological Oxygen Demand (BOD).
1. Chemical Oxygen Demand
Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang
diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung
dalam air (Boyd, 1990). Selisih nilai antara COD dan BOD
memberikan gambaran besarnya bahan organik yang sulit urai yang
ada di perairan. Bisa saja nilai BOD sama dengan COD, tetapi BOD
tidak bisa lebih besar dari COD. Jadi COD menggambarkan jumlah
total bahan organik yang ada.
Pada hasil pemantauan kualitas air di di CPP (Central Processing
Plant) Gundih PT. Pertamina EP Asset 4 Field didapat Chemical
Oxygen Demand di Sungai Sumber sebesar 210 mg/L bahwa COD
yang didapat melebihi baku mutu yang telah di atur pada PP RI NO.
80 Tahun 2001 dengan kategori kelas IV sebesar 100 mg/L. Pada saat
kandungan bahan organik yang tinggi masuk ke dalam IPAL,
mikroorganisme mengalami kejenuhan dan kematian sehingga materi
organik tidak terurai yang ditunjukkan dengan meningkatkan nilai
COD. Selisih nilai antara COD dan BOD memberikan gambaran
besarnya bahan organik yang sulit urai yang ada di perairan. Bisa saja
nilai BOD sama dengan COD, tetapi BOD tidak bisa lebih besar dari
COD. COD secara umum lebih tinggi dari BOD dikarenakan lebih
banyak bahan-bahan yang terkandung di air limbah bisa dioksidasi
secara kimiawi dibandingkan secara biologis. Konsentrasi COD
dalam air limbah cair melebihi 18 jam akan menyebaban penguraian
(degradasi) secara anaerob sehingga menimbulkan bau dan kematian
ikan di dalam air. Pemeriksaan COD yang melebihi baku mutu 200
mg/l akan berdampak pada lingkungan dan dapat menyebabkan
berkurangnya oksigen terlarut dalam air limbah. Jadi COD
menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada.
Untuk menurunkan kadar COD pada air limbah, dapat dilakukan
dengan pemberian koagulan yaitu tawas dan Poly Alumunium
Chloride (PAC) dengan menerapkan sistem pengadukan
menggunakan paddle mixing. Tawas dapat mengikat partikel dengan
cepat dan dapat membentuk flok lebih banyak. Tawas berbentuk
kristal jika ditambahkan dengan air akan mudah larut dan bereaksi
dengan HCO3+ menghasilkan Aluminium Hidroksida. Tawas
memiliki muatan elektron positif sedangkan padatan tersuspensi
memiliki muatan elektron negtif, jika kedua zat ini bertemu maka
akan terjadi reaksi. Hasil dari reaksi ini padatan tersuspensi dapat
terikat oleh zat koagulan tawas sehingga akan membentuk flok-flok
dalam air limbah cair. Pada koagulan PAC mampu menbentuk flok-
flok yang mengendap membentuk sludge yang dapat disaring dengan
mudah.
Melakukan pengolahan air limbah cair lanjutan setelah dilakukan
koagulasi flokulasi tawas dengan pengolahan biologis menggunakan
tanaman air yaitu eceng gondok. Melakukan fitoremediasi
menggunakan eceng gondok diharapkan dapat memulihkan kualitas
air limbah lebih cepat dibanding tanpa proses tersebut dan sekaligus
sebagai upaya pelestarian lingkungan yang melibatkan keragaman
biotik. Eceng gondok dipilih sebagai tanaman fitoremidiasi karena
merupakan jenis gulma air yang sangat cepat tumbuh dan mempunyai
daya adaptasi terhadap lingkungan baru.

2. Biological Oxygen Demand


BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu
karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang
diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai
atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik. (Umaly
dan Cuvin, 1988; Metcalf & Eddy, 1991). Ditegaskan lagi oleh Boyd
(1990), bahwa bahan organik yang terdekomposisi dalam BOD
adalah bahan organik yang siap terdekomposisi (readily
decomposable organic matter).

a. Pada hasil pemantauan kualitas air di di CPP (Central Processing


Plant) Gundih PT. Pertamina EP Asset 4 Field didapat Biological
Oxygen Demand di Sungai Sumber sebesar 46 mg/L bahwa COD
yang didapat melebihi baku mutu yang telah di atur pada PP RI
NO. 80 Tahun 2001 dengan kategori kelas IV sebesar 12 mg/L.
Penentuan BOD sangat penting untuk menelusuri aliran pencemaran
dari tingkat hulu ke muara. Sesungguhnya penentuan BOD
merupakan suatu prosedur bioassay yang menyangkut pengukuran
banyaknya oksigen yang digunakan oleh organisme selama
organisme tersebut menguraikan bahan organik yang ada dalam
suatu perairan, pada kondisi yang harnpir sama dengan kondisi yang
ada di alam. Penguraian bahan organik secara biologis di alam,
melibatkan bermacam-macam organisme dan menyangkut reaksi
oksidasi dengan hasil akhir karbon dioksida (CO2) dan air (H2O). ).
Berkurangnya oksigen selama oksidasi tidak hanya digunakan untuk
oksidasi bahan organik, tetapi digunakan dalam proses sintesa sel
serta oksidasi sel dari mikroorganisme. Oleh karena itu uji BOD ini
tidak dapat digunakan untuk mengukur jumlah bahan-bahan organik
yang sebenarnya terdapat di dalam air, tetapi hanya mengukur secara
relatif jumlah konsumsi oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi
bahan organik tersebut. Semakin banyak oksigen yang dikonsumsi,
maka semakin banyak pula kandungan bahan-bahan organik di
dalamnya (Kristanto, 2002).

Menurut Salmin (2005), kriteria kualitas air berdasarkan kandungan


BOD, kandungan BOD dalam penelitian ini termasuk dalam kategori
pencemaran sedang (nilai kriteria sedang adalah 10 – 20 mg/L).
Kandungan BOD yang berlebihan juga akan berpengaruh terhadap
menurunnya nilai pH di perairan. Rendahnya BOD terkait juga
dengan proses nitrifikasi dan denitrifikasi. Faktor- faktor yang
mempengaruhi BOD yaitu kandungan serta jenis bahan organik,
suhu, densitas plankton, oksigen terlarut, nilai pH, dan keberadaan
mikroba.

Dalam menguraikan zat-zat organik dibutuhkan bantuan


mikroorganisme dan juga oksigen yang cukup pada waktu tertentu.
Semakin sulit zat-zat organik yang berada dalam air limbah untuk
diuraikan maka kebutuhan akan oksigen akan semkin tinggi yang
berarti oksigen didalam air limbah semakin berkurang, sehingga
BOD dalam air limbah menjadi tinggi (Daud, 2005). Apabila
kandungan BOD tinggi, maka akan mengakibatkan penyusutan
oksigen terlarut melalui proses penguraian bahan organik pada
kondisi aerobik dan penurunan nilai pH dalam suatu perairan (Barus,
2004).

Kandungan zat organik dalam badan air dapat terjadi eutrofikasi


dalam air. Eutrofikasi adalah proses pengayaan nutrien dan bahan
organik dalam jasad air sehingga mempercepat tumbuhnya tanaman
dalam air. Banyaknya tanaman dalam badan menyerap kandungan
oksigen dalam air. Rendahnya kandungan oksigen terlarut dalam air
berpengaruh buruk terhadap kehidupan ikan dan kehidupan akuatik
lainnya, dan kalau tidak ada sama sekali oksigen terlarut
mengakibatkan munculnya kondisi anaerobik dengan bau busuk dan
permasalahan estetika (Aswir, 2006). Nilai BOD yang sangat tinggi
dalam perairan akan menyebabkan defisit oksigen sehingga
mengganggu kehidupan organisme perairan, dan pada akhirnya
menyebabkan kematian.

Apabila limbah cair yang dibuang ke lingkungan/perairan, maka


tentunya akan memiliki kandungan bahan organik yang telah
ditumbuhi bakteri-bakteri patogen beserta metabolismenya yang
menimbulkan bau menyengat serta menyebabkan gangguan pada
kesehatan manusia maupun hewan yang ada di sekitar perairan
tersebut. Kebanyakan penyakit yang timbul adalah penyakit saluran
pencernaan seperti kolera, disentri, tipus, dan lainnya.

Pemeriksaan BOD tersebut dianggap sebagai suatu prosedur


oksidasi dimana organisme hidup bertindak sebagai medium untuk
menguraikan bahan organik menjadi CO2 dan H2O. Reaksi oksidasi
selama pemeriksaan BOD merupakan hasil dari aktifitas biologis
dengan kecepatan reaksi yang berlangsung sangat dipengaruhi oleh
jumlah populasi dan suhu. Karenanya selama pemeriksaan BOD,
suhu harus diusahakan konstan pada 20°C yang merupakan suhu
yang umum di alam. Secara teoritis, waktu yang diperlukan untuk
proses oksidasi yang sempurna sehingga bahan organik terurai
menjadi CO2 dan H2O adalah tidak terbatas.

b. Semakin sedikitnya jumlah mikroorganisme di dalam air maka


semakin sedikit pula oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk
mengoksidasi zat-zat organik terlarut, maka semakin rendah pula
angka BOD. Untuk menurunkan kadar BOD pada air limbah, dapat
dilakukan dengan pemberian koagulan tawas (Al3(SO3)3). Tingginya
konsentrasi koagulan menyebabkan nilai BOD air limbah semakin
rendah. Pada penjernihan air, tawas akan terurai menjadi dispersi
koloid yang bermuatan positif Al3+, dan akan mengikat partikel
koloid bermuatan negatif sehingga partikel yang ada di dalamnya
mengendap. Hasilnya yaitu padatan tersuspensi dapat terikat oleh
zat koagulan tawas sehingga akan membentuk flok-flok dalam air
limbah cair.
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan

B. Rekomendasi

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai