Anda di halaman 1dari 16

RESUME KULIAH #1 13 FEBRUARI 2007

KOMPONEN SISTEM SUMUR GAS LIFT


Suatu sumur produksi yang semakin lama akan mengalami penurunan tekanan
hingga pada akhirnya tenaga dorong sumur tersebut sangat lemah akibat rendahnya
tekanan reservoir. Hal tersebut menyebabkan laju alir fluida sangat kecil. Dan tenaga
pendorong yang lemah juga akan sulit mendorong fluida yang memiliki Gas Liquid Ratio
(GLR) kecil, yang artinya minyak semakin berat.
Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan cara untuk melakukan pengangkatan
buatan untuk meningkatkan kembali laju alir fluida dan untuk mendapatkan produksi
yang maksimal. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan sistem sumur gas lift.
Sistem ini banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan, diantaranya
adalah dapat digunakan untuk sumur dengan rate produksi yang tinggi, dapat digunakan
untuk sumur bertekanan sangat tinggi maupun tekanan sangat rendah, dapat digunakan
pada sumur directional, dan tidak terlalu terganggu oleh masalah kepasiran.
amun sistem ini juga memiliki beberapa kekurangan. Disamping sistem ini
membutuhkan biaya yang cukup besar, sistem ini memiliki resiko yang besar apabila gas
yang diinjeksikan mengandung CO2 atau H2S.
Sistem Sumu G!s Li"t
Sistem ini bertujuan mempermudah pengangkatan fluida (minyak) dengan
menambahkan gas melalui tubing, yang menyebabkan fluida jadi mudah terangkat. !as
yang diinjeksi akan mendorong fluida sehingga terangkat ke atas.
Sistem sumur gas lift secara umum terbagi menjadi dua komponen. "omponen
pertama yaitu komponen produksi yang meliputi formasi, tubing, #ellhead, flo#line,
manifold dan separator. "omponen kedua adalah komponen injeksi yang meliputi
kompresor, gas injection line, tubing luar dan gas lift valve. $da beberapa parameter
dalam sistem gas lift, yaitu tekanan discharge kompresor, tekanan injeksi #ellhead, laju
injeksi gas, dan pressure drop pada tubing.
Seluruh subsistem dalam sistem sumur gas lift terhubung satu sama lain, dan harus
terhubung dengan baik. %arameter sistem gas lift yang penting adalah yang merupakan
titik pertemuan antara dua subsistem. $da satu titik yang sulit, yaitu pada GLV (Gas Lift
Valve), yang merupakan pertemuan tiga titik yaitu anullus, tubing ba#ah, dan tubing atas
yang memiliki perbedaan GLR.
K#m$es#
"ompresor merupakan inti dari sistem. Harus dipilih satu kompresor yang tepat
karena akan dipakai seterusnya. "ompresor harus memiliki efisiensi tinggi dari keadaan
a#al maupun akhir. Sehingga pada keadaan a#al, reservoir tidak diproduksikan
maksimal (peak production). &ni juga supaya menghindari rusaknya kompresor. "arena
Wahish A.I. 122 04 013 0
Pf semakin lama akan semakin turun sehingga gas yang diinjeksikan juga makin lama
makin turun. Hal ini dapat merusak kompresor.
!as dari separator yang masuk ke dalam kompresor harus benar'benar kering agar
tidak terjadi perubahan tekanan yang dapat menyebabkan ketidakstabilan tekanan intake.
(ila gas masih mengandung minyak, maka minyak tersebut dapat berubah menjadi gas
sehingga menambah volume gas. Umur kompresor tak akan lama jika memompakan gas
yang tidak kering, dimana gas akan mengalami perubahan fasa.
)aintenance pada kompresor adalah dengan cara menjaga tekanan discharge, yang
dapat dilakukan dengan mengatur RP! kompresor. Sedangkan tekanan intake biasanya
tidak jauh berbeda dengan tekanan kerja separator, apabila jarak antara kompresor dan
separator juga tidak terlalu jauh.
%e&&'e!(
*ellhead memiliki + subsistem. $da yang tidak terkait yaitu gas injection dengan
production flo#line. ,ika Ph harus kecil karena tuntutan Pf, maka dapat dipasang
kompresor kecil pada #ellhead untuk mendorong fluida ke separator.
G!s Li"t )!&*e +GL),
"omponen ini merupakan penghubung antara kompresor dengan tubing produksi.
$da dua hal penting ketika gas injeksi masuk ke dalam tubing. %ertama, gas injeksi harus
mempunyai rate tertentu sesuai dengan rate li-uid dalam tubing. .ate tersebut diatur
dalam valve (diameter choke). "edua, tekanan casing (gas) harus lebih besar dari tekanan
tubing (fluida). ,ika Pcasing " Ptu#ing, maka gas tidak akan masuk. %erbedaan tekanan ini
juga yang dapat dijadikan dasar pemilihan diameter.
/ekanan tubing pada GLV ditentukan dari property tubing, rate produksi dan GLR
formasi. ,ika GLV diletakkan lebih dalam, maka akan makin banyak 0ona yang terinjeksi
dalam tubing yang menyebabkan pressure drop antara tubing dan #ellhead kecil dan Pf
menurun.
(eberapa hal yang menyebabkan produksi menurun adalah karena GLR menurun.
"emungkinan lainnya disebabkan karena adanya penyumbatan di flo#line, kerusakan
pada valve, atau berkurangnya gas yang diinjeksi.
Hal'hal yang perlu diperhatikan dalam men'design GLV adalah banyaknya gas
yang diinjeksi, letak kedalaman valve (letak titik injeksi) dan diameter valve.
Wahish A.I. 122 04 013 1
RESUME KULIAH #2 20 FEBRUARI 2007
KOMPONEN SISTEM SUMUR GAS LIFT +LAN-UTAN,
G!s Li"t )!&*e
!as lift valve adalah tempat masuknya gas yang akan dinjeksikan ke dalam tubing.
1etak kedalaman gas lift valve harus didesain sedemikian rupa agar sesuai dengan laju
produksi yang kita inginkan dan gas yang akan diinjeksikan harus masuk ke dalam
tubing. %arameter'parameter pada gas lift valve 2
/ekanan gas injeksi pada casing
/ekanan aliran fluida produksi dalam tubing
1aju gas injeksi
1uas penampang port valve
/emperatur pada kedalaman valve
/ekanan gas injeksi pada casing merupakan fungsi dari kedalaman. Semakin dalam
letak gas lift valve maka semakin besar tekanan gas injeksi pada casing. /ekanan ini
dapat dihitung menggunakan persamaan2
$ %
&
P P
i '&
34566 . 3
e7p =
Dimana2
Pi 8 /ekanan injeksi di permukaan
9g 8 Specific !ravity gas
& 8 kedalaman gas lift valve
% 8 /emperatur rata'rata pada valve
$ 8 :aktor kompressibilitas gas
$ fa0tor harus diiterasi karena merupakan fungsi dari tekanan. 1angkah'langkah
menentukan
'&
P adalah2
$sumsi kedalaman valve dan
'&
P
Hitung Prata'rata serta %rata'rata2
;
'& i
P P
P
+
= dan
;
valve surf
% %
%
+
=
Dari Prata'rata dan %rata'rata, tentukan $2
pc
pr
%
%
% =
pc
pr
P
P
P = ( )
pr pr
P % f ( , =
Hitung
'&
P yang baru dan ulangi langkah'langkah di atas
/ekanan aliran fluida produksi dalam tubing adalah tekanan pada kedalaman valve
di dalam tubing. /ekanan ini dapat dihitung dengan pressure loss dalam tubing antara
kedalaman total dengan kedalaman valve.
%erlu diketahui bah#a tekanan gas injeksi pada casing harus lebih besar daripada
tekanan aliran fluida produksi dalam tubing agar gas yang diinjeksikan bisa masuk ke
dalam tubing dan tidak terjadi back pressure.
Wahish A.I. 122 04 013 2
1aju gas yang diinjeksikan akan menentukan GLR total dalam tubing. GLR total ini
perlu diperhitungkan agar tekanan yang terjadi pada kepala sumur sesuai dengan yang
kita harapkan berdasarkan laju produksi yang kita inginkan. <leh karena itu, pemilihan
diameter port sangat penting agar tercapai laju injeksi gas yang diinginkan.
/emperatur pada kedalaman valve tergantung pada letak valve. ,ika valve berada di
dalam tubing maka temperaturnya mengikuti gradient flo#ing temperatur dalam tubing.
,ika valve di luar tubing maka temperaturnya mengikuti gradient temperatur formasi.
,ika laju gas injeksi tiba'tiba menurun, maka hal yang perlu diperiksa pertama di
surface sehubungan dengan injeksi gas apakah jumlahnya berkurang, apakah choke
tersumbat, dan apakah efisiensi kompresor turun. "emudian hal yang perlu kita
perhatikan di subsurface sehubungan dengan gas lift valves dan skin, kita juga dapat
membandingkan yang terjadi dengan peramalan 'PR. %enurunan laju yang disebabkan
formasi biasanya karena penurunan GLR formasi.
.!s! Sumu
%arameter yang penting adalag tekanan dasar sumur (Pf). Harga Pf ini ditentukan
dari 'nflo Perfor)ance Relationship ('PR) untuk laju produksi yang kita inginkan.
%emilihan 'PR yang akan digunakan tergantung pada keadaan lapisan formasi. )isalnya,
ada atau tidaknya skin, berapa besar #ater cut, berapa fasa fluida yang terproduksi.
"ita harus menentukan laju produksi maksimum untuk lapisan tersebut. Untuk itu,
perlu diketahui tekanan reservoir, Pf*test serta qtest'nya. Pf*test dan qtest biasanya diperoleh
saat test a#al produksi. Harga Pf ini penting untuk menentukan berapa besarnya tekanan
dalam tubing pada kedalaman letak gas lift valve.
G!s Li"t .esi/0 Pe0e0tu!0 titi1 i02e1si
Wahish A.I. 122 04 013 3
4. /entukan tekanan injeksi di permukaan dengan persamaan *eymouth atau
%anhandle. /ekanan ini akan sedikit lebih kecil daripada tekanan discharge
compressor
%ersamaan *eymouth2
( )
L % $ f
d P P
P
%
q
g #
#
g
; 43 =>>> . 4
;= . ?+
? ;
;
;
4
;
=
;

, dengan
++++ . 3
3+; . 3
d
f =
%ersamaan %anhandle2
@45; . ;
>@3> . 3 ?+=> . 3
;
;
;
4
36554 . 4
4
56 . >+? d
$ L %
P P
P
%
q
g #
#
g

;. Hitung tekanan gas injeksi pada casing di kedalaman valve.


+. Hubungkan kedua titik dengan garis. "edalaman valve diasumsikan terlebih
dahulu.
>. Hitung Pf dengan 'PR sesuai + yang diinginkan.
?. Hitung tekanan tubing pada kedalaman valve dengan pressure loss berdasarkan
GLR formasi dan + yang diinginkan.
@. %erpotongan garis dari no.; dan no.> merupakan Point of ,alance (titik
keseimbangan) dimana tekanan casing sama dengan tekanan tubing.
6. 1etak titik injeksi biasanya digeser dengan tekanan tertentu agar Pcasing A Ptu#ing.
RESUME KULIAH #3 3 MARET 2007
Wahish A.I. 122 04 013 4
GAS LIFT .ESIGN +LAN-UTAN,
Setelah menentukan titik injeksi, maka kita menentukan q sesuai harapan, dengan
syarat q tersebut harus memenuhi kriteria sebagai berikut2
1ebih kecil dari
ma7
q
1ebih kecil dari kapasitas separator
Dra#do#n tidak lebih dari @3B agar pasir atau air tidak ikut terproduksi
"emudian kita tentukan Pf*test dan qtest dari pressure dra#do#n test. ,ika setelah
komplesi, sumur diproduksi sampai konstan (steady state) disebut dra#do#n test. ,ika
kemudian sumur ditutup disebut (uild Up /est.
Hitung Pf dengan 'PR, hitung Ptu#ing dengan CP pada tubing
Hitung surface injection pressure gunakan persamaan sesuai diameter pipa (gas
line) dari kompresor ke #ellhead (untuk ; inch cocok menggunakan persamaan
*eymouth)
%ada a#al pemasangan gaslift valve, valve ditutup agar gas tidak masuk ke
annulus. "emudian saat valve dibuka, maka tekanan gas sangat tinggi (dari
kompresor ke #ellhead) sampai suatu ketika tekanan konstan, yang disebut dengan
P'&.
"ickoff pressure
( )
ko
P
yaitu tekanan saat keran belum dibuka. %enurunan ko
P
ketika keran dibuka tergantung pada kedalaman dan diameter casing, dan lain'lain.
Seperti terlihat pada gambar di ba#ah ini 2
Setelah diketahui kedalaman valve, berarti ada pressure drop yang ditentukan oleh
GLR. Dari Ph dan P di valve, kita dapat menentukan berapa jumlah gas yang
ditambahkan2
GLR q q
total gas
=
(esar injeksi gas diatur menggunakan valve (choke) yang ada di #ellhead.
Wahish A.I. 122 04 013 5
Dari berbagai rate didapat beberapa Pf, lalu lakukan odal $nalysis.
%ada grafik rate vs gas li-uid ratio (yang merupakan Gas Lift Perfor)ance Curve)
terdapat garis lurus yang menandakan bah#a telah mele#ati produksi maksimum
(slope 8 3)
:aktor'faktor yang membuat Gas Lift Perfor)ance Curve tidak berlaku seumur
hidup sumur adalah2
' /ekanan reservoir yang dapat berubah
' *ater Dut yang dapat berubah
' *ell %& dapat berubah
' GLR formasi dapat berubah
' $danya stimulasi
%ada perhitungan odal $nalysis yang diubah yaitu pada P tubing (dua
perhitungan antara tubing atas dan tubing ba#ah, karena ada perbedaan gas li-uid
ratio menghasilkan perbedaan gradien tekanan)
,ika gas li-uid ratio formasi turun dan #ater cut naik, maka agar menghasilkan rate
yang sama maka gas injeksi harus ditambah lagi. $pabila persediaan gas injeksi di
lapangan terbatas, maka kita dapat menurunkan titik valve injeksi.
Wahish A.I. 122 04 013 6
RESUME KULIAH #4 15 MARET 2007
PARAMETER SISTEM SUMUR GAS LIFT
P!!mete 6e$e0/!u' te'!(!$ 1e6utu'!0 G!s I02e1si
1aju produksi yang direncanakan
Dengan mengetahui laju produksi yang direncanakan maka kita dapat menghitung
jumlah gas yang akan kita injeksikan.
"etersediaan !as &njeksi
"etersediaan gas injeksi merupakan suatu variable yang penting karena kita tidak
memaksakan produksi dengan laju tertentu yang memerlukan gas injeksi melebihi
dari gas yang tersedia.
Eariabel'variabel dalam sistem sumur gas lift (Ph, Pso, Psep, %, Ealve Depth, dll)
Eariable F variable itu merupakan hal yang harus diperhatikan dalam menentukan
jumlah gas yang diinjeksikan.
"apasitas "ompresor
Dengan adanya kapasitas kompresor maka kita punya suatu batasan dalam
meninjeksi gas kedalam formasi. (esar gas yang diinjeksi tidak boleh melebihi
kapasitas dari kompresor yang digunakan.
7!! me0/'itu0/ Q #$timum 8!0/ (i(!$!t (!i /!s 8!0/ (ii02e1si1!0
!ambar diatas didapat dengan mencari hubungan antara + yang diproduksi dengan
GLR total. Dari gambar kita bisa mendapat GLR optimum dimana dengan bertambahnya
GLR total atau gas yang diinjeksi, + produksi tidak memberikan peningkatan yang
signifikan. )aka GLR pertama dimana + produksi mulai konstan disebut + optimum.
Wahish A.I. 122 04 013 7
O$e!si Pem!s!0/!0 G!s Li"t )!&*e
Sebelum memasang GLV, sumur harus dimatikan terlebih dahulu karena production
tubing harus diangkat. "arena jika aliran tidak dihentikan, tidak ada yang menampung
hidrokarbon.
!enginjeksikan killing fluids
$liran fluida dihentikan dengan menginjeksikan Gkilling fluidsH dengan tekanan
hidrostatik yang lebih besar daripada tekanan formasi. :luida ini nantinya akan
dikeluarkan kembali apabila GLV telah terpasang, yaitu pada proses unloading. :luida
yang sering digunakan sebagai killing fluids adalah solar, karena solar tidak
menyebabkan damage pada formasi. Dan apabila solar tersebut masuk ke dalam formasi
(karena tekanan hidrostatiknya lebih besar daripada tekanan formasi), solar tidak akan
menyebabkan penyumbatan. Solar juga mudah dipisahkan ketika akan dikeluarkan nanti
di separator.
Proses -nloading
Setelah tubing yang sudah dilengkapi dengan GLV dimasukkan ke lubang sumur,
kita harus mengeluarkan killing fluids.
%ada gambar (4), tubing produksi yang memiliki > katup terbuka terpasang di
lubang sumur. /iga katup teratas merupakan katup unloading dan katup terba#ah
merupakan katup operasi. .illing fluids sekarang menempati anullus diluar tubing.
Setelah tubing terpasang, gas mulai diinjeksikan dan mulai mendorong killing fluids di
anullus menuju ke ba#ah. 1alu killing fluids akan keluar melalui tubing menuju
permukaan.
%ada gambar (;), permukaan killing fluids telah turun mele#ati dua katup teratas
dan dua katup teratas akan tertutup. Dan pada gambar (+), anullus telah terisi penuh oleh
gas injeksi dan yang terbuka hanya katup terba#ah. !as tersebut juga mulai memasuki
tubing. Dan pada gambar (>), killing fluids telah habis dan produksi dapat diteruskan.
Selama melakukan produksi dengan menginjeksikan gas, hanya katup terba#ah yang
terbuka.
Wahish A.I. 122 04 013 8
RESUME KULIAH #5 12 APRIL 2007
PENENTUAN LETAK GAS LIFT )AL)E UNTUK PROSES UN.LOA.ING
%ada proses unloading untuk mendesak killing fluid kedalam tubing dan keluar
menuju permukaan diperlukan tekanan gas sebesar tekanan gas pada titik point of
#alance, namun kondisi tekanan operasional di lapangan yang sering fluktuatif dan
alokasi tekanan kompressor (karena melibatkan alokasi tekanan untuk sumur'sumur gas
lift yang lain), akan menyebabkan ketidak efisiennya suatu operasi gas lift. <leh karena
itulah perlu didesain valve tambahan diatas valve injeksi yang telah direncanakan.
Sehingga dengan adanya valve tersebut kita hanya memerlukan tekanan kompresor yang
lebih kecil dari yang seharusnya.
1angkah F langkah dalam menentukan letak valve unloading
4. %enentuan titik keseimbangan antara garis tubing intake dengan GLR formasi dan
garis gas injeksi dan buat garis sebagai metode pendekatan garis gradien aliran
dalam tubing (dengan GLR total)
;. )embuat garis gradien statik killing fluid dan menentukan perpotongannya dengan
gradien gas injeksi
Wahish A.I. 122 04 013 9
+. (uat garis sejajar gradien gas injeksi yang kurang ;?'?3 psi dari gradien
sebenarnya dan buat titik perpotongan baru dan /arik ke garis depth untuk
mengetahui kedalaman valve pertama tersebut
>. Untuk valve kedua, mulai dari kedalaman valve satu, tarik garis sejajar dengan
gradien garis statik killing fluid, lalu ulangi langkah diatas seterusnya hingga valve
terakhir didapat.
Wahish A.I. 122 04 013 10
RESUME KULIAH #3 17 APRIL 2007
PENENTUAN TEST RA7K OPENING PRESSURE
%ada gas lift valve kita perlu mengeset tekanan dome sehingga Dome pada !as 1ift
Ealve, diisi gas itrogen sejumlah mole tertentu, sehingga dapat memberikan tekanan
tutup valve yang sesuai.
!aya F gaya yang bekerja pada gas lift valve adalah2
!aya membuka katup 2
( )
p t p # c o
/ P / / P 0 + =
!aya menutup katup 2
# d c
/ P 0 =
%ada keadaan seimbang 2
c o
0 0 =
, sehingga berlaku2
R
R P P
P
t d
inj

=
4
, dimana # p
/ / R I =
1angkah F langkah yang harus dilakukan untuk mencari Ptro adalah2
/entukan gradien geothermal. Dari tiap titik valve, tentukan temperatur dengan cara2
- ,ika valvenya retrievable (sebagian di dalam tubing), atau dialiri fluida, maka
gradien geothermal harus dikoreksi terhadap
L
q dari grafik.
- ,ika valvenya non'retrievable atau conventional (di luar tubing), gunakan gradien
normal.
/entukan
( )
f t L sc g
GLR GLR q q =

Untuk setiap titik, tentukan


( )
?;3
>@3 +
=

v sc g
i g
% q
q
/entukan ukuran port dengan input
c upstrea)
P P =
,
t donstrea)
P P = ,
i g
q

(tabel ?';),
default
433 =
t c
P P
/entukan
R
dan
R 4
berdasarkan ukuran port.
Hitung
do)e
P dengan cara2
( ) R P R P P
t c d
+ = 4
Hitung
t d
o
d
C P 0 P = @3 J , makin besar %, makin besar
do)e
P .
Hitung
R
0 P
P
o
d
tro

=
4
@3 J
Ukuran port atau perbandingan $pI$b bisa didapat dari tabel literature namun bisa
juga dengan menggunakan rumus 2
( )
( )
%
R R gk P / C
+
g
k k k
u p d

I 4 I ;
; ? . 4??
+

=
RESUME KULIAH #7 3 MEI 2007
Wahish A.I. 122 04 013 11
.ISTRIBUSI GAS IN-EKSI
A&#1!si G!s I02e1si
Di lapangan, kompresor tidak hanya menginjeksi ke satu sumur namun ke banyak
sumur, sehingga kita tidak selalu bisa mendapatkan rate yang maksimum dari tiap sumur.
Untuk itu kita harus men'design berapa tekanan injeksi masing'masing sumur agar kita
mendapat rate yang optimum dengan tekanan kompresor yang ada.
G!s Li"t Pe"#m!09e 7u*e
Untuk mengetahui hubungan
gas injeksi, digunakan kurva Gas
Lift Perfor)ance Curve (GLPC),
yaitu plot antara rate li-uid terhadap
rate gas injeksi.
"urva !1%D hanya berlaku
pada saat tertentu. "arena apabila
tekanan reservoir turun, maka &%.
juga akan berubah sehingga akan
mengubah rate yang dihasilkan oleh
suatu harga f
P
.
Met#(e Pe0e0tu!0 A&#1!si G!s I02e1si
Untuk menentukan alokasi gas injeksi ke masing'masing sumur, dilakukan metode
KL-ual SlopeK.
%ertama, kita buat plot pada
!1%D, dalam selang yang sama,
lalu hitung slope untuk masing'
masing selang2
( )
; I 4 , ; I 4 ,
; I 4 , ; I 4 ,
+
+

=
i g i g
i L i L
i
q q
q q
1
2
slope
Dapat terlihat bah#a slope akan bernilai positif sebelum mencapai optimum dan
akan bernilai negatif setelah mencapai optimum. Dan pada slope sama dengan nol
merupakan titik optimum.
Wahish A.I. 122 04 013 12
(gambar 4) (gambar ;)
Setelah slope masing'masing selang dihitung, lalu plot slope terhadap rate gas
injeksi, sehingga didapat gambar seperti di atas (gambar 4).
Dari grafik dapat terlihat bah#a sumur yang performance'nya paling bagus (!1%D
paling atas) akan mendapatkan alokasi gas yang paling besar pada slope yang sama.
1angkah selanjutnya adalah rate gas injeksi masing'masing sumur pada tiap slope
tertentu dijumlahkan dan diplot terhadap rate gas injeksi (gambar ;), dan didapat grafik
master slope.
Dengan gambar ini, kita bisa mengetahui jumlah alokasi gas untuk tiap'tiap sumur
berdasarkan jumlah gas injeksi total yang tersedia pada kompresor. Dengan memasukkan
kemampuan injeksi pada gambar (;), kita dapat mengetahui besar slopenya. 1alu nilai
slope tersebut dimasukkan ke gambar (4) dan didapat distribusi gas injeksi untuk masing'
masing sumur.
RESUME KULIAH #: 13 FEBRUARI 2007
GAS LIFT INTERMITTENT
Wahish A.I. 122 04 013 13
%ada pembahasan sebelumnya, metoda ini telah dijelaskan bagaimana untuk
menaikkan produksi dan mempertahankan laju produksi agar tetap konstan dilakukan
pengangkatan oleh gas yang diinjeksikan melalui casing yang kemudian dialirkan le#at
tubing untuk kemudian dapat mendorong minyak sampai ke permukaan. %ada prinsipnya
proses aliran dalam tubing adalah akibat adanya perbedaan tekanan antara reservoir dan
#ell head yang dalam hal ini mampu mengalahkan tekanan hidrostatik fluida sehinga
fluida dapat terdorong ke permukaan.
Sistem &ntermitten gas lift, tak jauh berbeda dengan system pengangkatan buatan
sebelumnya. %engangkatan ini dilakukan dengan menginjeksikan gas secara periodik dan
dalam jumlah gas tertentu. "etika tekanan reservoir hanya mampu mengangkat fluida
hingga pada batas tertentu, intermitten gas lift ini dilakukan sehingga fluida mampu
mengalir ke #ell head. Dengan demikian untuk menambah tekanan dalam tubing
ditambahkan gas. !as ini diinjeksikan secara berkala sampai fluida mencapai kedalaman
tertentu. !as yang diinjeksikan akan mengangkat fluida yang berada diatasnya, hal ini
dilakukan secara berulang ulang.
%ada gambar (4) dapat dilihat bah#a ketika fluida diproduksikan dengan Ph
tertentu, fluida tak mampu mencapai permukaan karena turunnya tekanan reservoir.
%erbedaan tekanan antara Ph dan Pr sudah tidak bisa lagi mela#an tekanan hidrostatik
yang dihasilkan kolom fluida. $gar fluida tetap dapat mencapai permukaan, diperlukan
gaya dorong tambahan, yaitu gas yang diinjeksikan le#at casing kedalam tubing.
%endorongan ini dilakukan dengan menginjeksi gas dalam jumlah besar sehingga
membentuk ruang kolom gas yang besar dan dapat mendorong fluida yang ada diatasnya.
%roses ini dilakukan secara berulang'ulang dan disesuaikan dengan kebutuhan.
Wahish A.I. 122 04 013 14
)ekanisme pendorongan harus dengan gas yang membentuk ruang, jangan sampai gas
terpecah sehingga bergerak keatas tanpa ada efek pendesakan.
Untuk mengatasi keterbatasan gas di lapangan, gas diinjeksikan frekuentatif, dan
akan diinjeksikan kembalai apabila tekanan gas sudah lebih kecil daripada tekanan
hidrostatis kolom fluida.
Selain itu, ada kemungkinan terjadi liquid fall #ack, yaitu fluida (dalam hal ini
adalah minyak) yang akan jatuh kembali saat proses pendorongan oleh gas. %ersentase
liquid fall #ack adalah 6B tiap 433 feet. Hal ini diperlukan dalam perhitungan sehingga
kita dapat menentukan #aktu untuk melakukan injeksi.
Wahish A.I. 122 04 013 15

Anda mungkin juga menyukai