Anda di halaman 1dari 145

Teknik Eksploitasi

Gas Bumi
BAB I

KARAKTERISTIK
GAS
Gas bumi merupakan sumber daya alam yang terdiri dari Senyawa
Hidrokarbon (Cn H2n+2) dan komponen non hidrokarbon lainnya
seperti N2, C02 dan H2S. Gas Bumi yang dihasilkan dipermukaan
dapat dikelompokkan dalarm dua golongan, yaitu :
1. Sebagai produk ikutan dari minyak dikenal sebagai associated
gas.
2. Gas sebagai produk utama dikenal sebagai non associated gas.
Kelompok yang kedua ini, walaupun di dalam reservoir terbentuk
dalam satu fasa mungkin dipermukaan berubah menjadi gas dan
cairan. Kadar cairan menjadi patokan kasar pembagian lebih lanjut
dari non associated gas menjadi gas kering dan gas basah
(kondensat) Gas disebut kering bila GOR > 100.000 SCF/STB ,
sebaliknya disebut sebagai gas basah. Akan tetapi klasifikasi yang
tepat baru diperoleh dari diagram P.T, dari fluida reservoir. Gambar
skematis yang umum diberikan pada Gambar dibawah ini.
Diagram P & T dari Fluida
Reservoir
Critical Point
adalah suatu keadaan yg menyatakan besarnya tekanan dan temperatur suatu system
intensif dari suatu fasa gas & liquid dimana keduanya berada dlm keadaan setimbang.
Bubble Point
adalah suatu keadaan dimana terlihat gelembung gas sebesar ujung jarum, gas mulai
keluar.
Dew Point
adalah suatu keadaan dimana pertama kalinya terbentuk liquid sebesar ujung jarum
Cricondenbar
adalah suatu tekanan paling tinggi dimana gas muncul.
Cricodenterm
adalah pada temperatur paling tinggi dimana liquid muncul.
Gas Ideal
Gas ideal adalah fluida yang :
1. Memiliki volume dari molekul relatif yang dapat diabaikan bila dibandingkan dengan volume dari fluida secara
menyeluruh.
2. Tidak memiliki gaya tarik atau gaya tolak antara sesama molekul atau antara molekul dengan dinding dari
tempat dimana gas itu berada.
3. Semua tumbukan dari molekul bersifat lenting sempurna, yang berarti tidak ada kehilangan energi akibat
tumbukan tersebut.
Dasar untuk menggambarkan suatu gas ideal berasal dari percobaan-percobaan yang kemudian dikenal sebagai
hukum-hukum gas, meliputi :
1. Hukum Boyle
Berbunyi pada suatu suhu, volume sejumlah gas berubah sedemikian, sehingga selalu berbanding terbalik
dengan tekanan gas. Dapat dituliskan sebagai berikut :
PV = Tetapan
2. Hukum Charles
Berbunyi pada suatu tekanan, volume sejumlah tertentu gas berubah sedemikian, sehingga selalu berbanding
lurus dengan suhu mutlaknya. Dapat dituliskan sebagai berikut :
V/T = Tetapan
Bila jumlah dan tekanan gas tetap, dan volume dialurkan terhadap suhu mutlak, akan diperoleh garis lurus. Garis
ini akan melalui titik dari sumbu, artinya pada 0oR atau 0oK volume gas adalah 0. Dalam kehidupan sehari-hari
dikenal bahwa jika suhu mutlak ini dicapai, gas akan mengembun dan bahkan kemudian membeku. Hal ini
menunjukkan bahwa pada suhu yang cukup rendah, hukum yang sederhana ini tidak berlaku lagi gas-gas di alam.
Suatu hukum yang hampir sama dengan hukum Charles ialah hukum Gay Lussac.
3. Hukum Gay Lussac
Berbunyi dalam volume yang tetap, tekanan sejumlah tertentu gas selalu berbanding lurus dengan suhu
mutlaknya.
P/T = Tetapan
Hukum Boyle dan Hukum Charles dapat digabung, volume, V, dapat dianggap sebagai fungsi dari
tekanan, P dan suhu mutlak, T
V = f (P,T)
Deferensiasi akan memberikan : dV =
Integrasi persamaan deferensial ini akan memberikan : PV = C T

V V
dP dT
P T T P
4. Hukum Avogadro
Berbunyi pada tekanan gas suhu yang sama, dalam suhu yang sama semua gas ideal memiliki jumlah
molekul yang sama. Pernyataan setara dengan pernyataan bahwa gas ideal apa saja dalam jumlah mol
(gram molekul) yang sama, akan menempati volume yang sama apabila diukur pada tekanan dan suhu
yang sama. Ternyata dari percobaan, 1 mol gas apa saja memiliki volume sebesar 22,4 liter, pada 0oC dan
1 atm.
Bila Hukum Avogadro digabungkan dengan persamaan Gay Lussac, yakni dengan mengambil C = nR,
akan diperoleh : PV = nRT atau m
PV RT
M
atm, lt/gr-mol, oK R = 0.08206
Psia, cuft/lb-mol, oR R = 10.73
Gas Nyata
Pada kondisi tekanan dan temperatur tinggi (tidak standard), gas hidrokarbon tidak sesuai
lagi dengan gas ideal, sehingga gas tersebut merupakan gas non ideal (gas nyata). Pada
kondisi seperti inilah umumnya perhitungan-perhitungan dalam teknik reservoir dan
produksi dilakukan. Pada gas nyata, volume total molekulnya tidak dapat diabaikan
terhadap volume wadah, dan juga terdapat gaya tarik menarik antar molekulnya. Ada
beberapa cara untuk melakukan koreksi sehingga bisa digunakan untuk gas nyata, yaitu :
1. Persamaan Van der Waals
Yang pertama kali menyelidiki kelakuan gas nyata dalah Van der Waals. Untuk n mol gas,
persamaan untuk gas nyata adalah :
n 2a
p 2 V nb nRT
V
Bila tetapan a dan b tidak diketahui, besaran ini dapat diperkirakan dari data kritik. Dapat
dibuktikan kemudian bahwa a = 3 Pc Vc2 dan b = 1/3 Vc, dengan Pc dan Vc masing-masing
ialah tekanan dan volume kritik gas tersebut.
Persamaan Van der Waals ini sering tidak sesuai untuk perhitungan teknik, karena sering
harga V harus dihitung dari P dan T yang diperoleh dari eksperimen. Persamaan ini tidak
mudah digunakan untuk campuran gas.
2. Persamaan Keadaan Berhubungan ( Compressibility
Equation of State)
Hukum ini telah menampilkan faktor deviasi gas (compresibility
faktor, Z) dan umum digunakan dalam perhitungan teknik. Untuk
gas nyata, hukum gas umum dapat dirubah menjadi :
PV = ZnRT
Untuk gas nyata, besarnya harga Z dapat lebih kecil atau lebih
besar dari satu, bergantung pada tekanan dan temperatur,
sedangkan untuk gas ideal harga Z = 1.
JENIS GAS BERDASARKAN
KOMPOSISINYA
Sweet Gas
Sweet gas adalah gas alam yang tidak mengandung hidrogen sulfida (H2S), tetapi dapat
mengandung nitrogen (N2), karbondioksida (CO2) atau kedua-duanya. Kandungan ini harus kita
ketahui besarnya prosentasenya karena akan mempengaruhi besarnya harga Z.
Pengaruh Nitrogen (N2) terhadap kompresibilitas :
Jika dalam campuran terkandung sampai 10 % mole nitrogen, maka akan terjadi penyimpangan
harga Z sebesar 1 %. Jika terkandung 20 % mole atau lebih, maka akan terjadi penyimpangan
sebesar 3 % atau lebih. Didefinisikan suatu faktor kompresibilitas additif, akibat efek nitrogen (N2)
sebagai berikut :
Za = ZnYn + (1 Yn) Zg *
keterangan :
Za = faktor kompresibilitas additive,
Zn = faktor kompresibilitas nitrogen,
Zg = faktor kompresibilitas dari fraksi hidrokarbon campuran,
Yn = fraksi mole nitrogen dari dalam campuran.
Harga faktor kompresibilitas yang sebenarnya yaitu Z dari campuran, didefinisikan sebagai :
Ztrue = C.Za
Dengan C adalah faktor koreksi yang tergantung pada konsentrasi nitrogen, temperature, dan
tekanan.
* = Koreksi Eilbert
Pengaruh karbondioksida (CO2) terhadap kompresibilitas :
Didefinisikan faktor kompresibilitas additif, sebagai berikut :
Za = (ZCO2) YCO2 + (1 YCO2) (Zg) **
Ztrue = Za
keterangan :
Z CO2 = faktor kompresibilitas dari CO murni,
Y CO2 = fraksi mole CO2 di dalam campuran,
Zg = faktor kompresibilitas dari fraksi hidrokarbon.
Jika di dalam campuran gas terkandung gas CO2, N2, dan H2S dalam jumlah
yang cukup besar, dipergunakan persamaan :
Za = ZCO2 (YCO2) + Zn(Yn)+ Z H2SYH2S + (1- YCO2 Yn YH2S).Zg
Ztrue = C.Za (Faktor C tidak diperlukan bila tidak mengandung gas N2)

** = Koreksi Sage dan Lacey


Sour Gas
Gas alam akan dikatakan sour gas apabila mengandung 1 gram H2S per cubic feet. H2S dalam sour gas bersifat
korosif. H2S juga akan mempengaruhi besarnya harga Z.. Sour gas bersifat korosif, bahkan bisa menjadi racun
jika konsentrasinya cukup besar. H2S di dalam konsentrasi yang kecil dapat diabaikan, sehingga untuk
perhitungan faktor kompresibilitas dapat dilakukan tanpa koreksi seperti yang dilakukan terhadap nitrogen (N2)
dan karbondioksida (CO2). Tetapi jika konsentrasi H2S cukup besar, maka koreksi harus dilakukan.

Pengaruh hidrogen sulfida (H2S) terhadap kompresibilitas :

Za = (ZH2S) YH2S + (1 YH2S) (Zg) ***

Ztrue = Za

keterangan :

ZH2S = faktor kompresibilitas dari H2S murni,

YH2S = fraksi mole H2S di dalam campuran,

Zg = faktor kompresibilitas dari fraksi hidrokarbon.

*** = Koreksi Sage dan Lacey


Wet Gas
Wet gas adalah gas bumi yang mengandung hidrokarbon yang lebih berat dalam jumlah
yang cukup banyak dan mudah dipisahkan dalam bentuk cairan. Cairan yang dihasilkan
dari gas basah disebut kondensat, sedangkan gas yang diperoleh disebut gas kondensat.
Baik saat awal maupun pada akhir produksi, biasanya di dalam reservoir fluida dalam
keadaan fasa gas.

Ciri-ciri gas basah antara lain :

1. Temperatur krikondenterm diagram fasanya lebih kecil dari temperature reservoir,

2 Fluida dari separator terdiri atas 10 % mol cairan dan 90 % mol fasa gas,

3. Cairan dari separator mempunyai gravity > 50 0API dan biasanya jernih seperti air,

4. GOR produksi dapat mencapai 100 000 SCF/STB atau kurang.


Dry Gas
Dry gas adalah terutama terdiri dari metana dan sedikit mengandung etana
serta kemungkinan propane.

Adapun ciri-ciri dari gas kering antara lain :

1. Temperatur kritis dan temperatur krikondenterm fluida relatif sangat


rendah, sehingga biasanya berharga jauh di bawah temperatur
reservoirnya,

2. Sedikit sekali atau hampir dapat dikatakan tidak ada cairan yang diperoleh
dari separator produksi permukaan,

3. GOR produksi biasanya lebih dari 100 000 SCF/STB.


SIFAT FISIK GAS
Viskositas Gas
Viskositas merupakan suatu ukuran tahanan fluida terhadap aliran. Viskositas gas
murni (satu komponen) tergantung pada tekanan dan temperatur, tetapi untuk gas
campuran (gas alam) viskositas akan tergantung pula pada komposisi. berbeda dengan
viskositas minyak, pada viskositas gas bertambahnya temperature maka akan
mengakibatkan bertambahnya viskositas gas tersebut. ada dua macam besaran
viskositas yang dikenal di dalam dunia perminyakan yakni :viskositas dinamik ():
kekentalan suatu fluida yang mempunyai nilai dimensi gram/cm.detik (poise).
viskositas kinematik (v): viskositas dinamik dibagi dengan densitas fluida tersebut,
dimana keduanya diukur pada temperature yang sama,dimensi cm2/detik (stoke).
dalam perhitungan di teknik reservoir yang digunakan adalah viskositas dinamik
karena mengandung pengertian sejumlah masa yang dapat dipindahkan per-satuan
jarak dan waktu
B. Carr-Kobayashi-Burrow telah menyusun grafik korelasi perhitungan
viskositas pada temperatur dan tekanan reservoir, dengan memperlihatkan
faktor impuritis yang didasarkan atas hubungan :

g
g ga dengan : ga f (M, T)
ga
(lihat grafik 2)
g
f ( Pr , Tr )
ga

(lihat grafik 3)
Grafik 2
(Gas Production Operation, Dale Beggs)
Grafik 3
(Gas Production Operation, Dale Beggs)
Densitas Gas
Densitas didefinisikan sebagai massa tiap satuan volume dan dalam hal ini massa dapat diganti
oleh berat gas (m). Sesuai dengan persamaan gas ideal, maka rumus densitas untuk gas ideal
komponen tunggal adalah :
m PM
g
V RT
Keterangan :
m = berat gas, lb,
V = volume gas, cuft,
M = berat molekul gas, lb/lb mole,
P = tekanan reservoir, psia,
T = temperatur, R,
R = konstanta gas = 10.73 psi cuft/lb mole R.
Sedangkan untuk gas campuran digunakan rumus sebagai berikut :

PM a
g
zRT

keterangan :
z = faktor kompresibilitas gas,
Ma = berat molekul tampak.
Specific Gravity
Spesific gravity gas didefinisikan sebagai perbandingan antara densitas gas dengan densitas udara
pada kondisi temperatur dan tekanan yang sama. Untuk komponen tunggal persamaannya ditulis
sebagai berikut :
g atau
MgP
g g RT
Mg

Mg
udara M udaraP M udara 29
RT
Sedangkan untuk gas campuran, Mg diganti dengan Ma (berat molekul tampak campuran gas),
yaitu : Ma Ma
g
M udara 29
Dari uraian di atas, spesific gravity gas tidak dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur yang ada
pada sisitem tersebut, tetapi hanya dipengaruhi oleh berat molekul tampak dari campuran gas
tersebut. Jadi harga spesific gravity stabil/tetap.
Menentukan Spesific Grafity gas yang mengandung N2, CO2, dan H2S
Dengan metode Meenhan : g 0.967 y N 1.52 yco 1.18 y H S
ghc
2 2 2

1 y N 2 yCO2 y H 2 S
keterangan :
ghc = grafity gas mengandung impurities.
y N2 = mol fraksi N2 dalam gas.
y H2 S = mol fraksi H2S dalam gas.
y CO2 = mol fraksi CO2 dalam gas.
Faktor Volume Formasi Gas
Satu cuft gas di dalam reservoir bila dibawa ke permukaan volumenya tidak akan tetap 1 cuft,
melainkan bertambah besar karena pemuaian. Faktor volume formasi gas adalah perbandingan
volume dari sejumlah gas pada kondisi reservoir dengan kondisi P & T standar, dapat dituliskan
sebagai berikut :
Z r nRTr Z rTr
Volume Gas pada Kondisi Reservoir Vres Pr Pr
Bg
Volume Gas Dipermukaa n Vsc Z sc nRTsc 1* 5200 R
keterangan :
Psc 14.7 psia
Bg = faktor volume formasi gas, cuft/scf,
Vres = volume gas pada kondisi reservoir, cuft,
Vsec = volume gas pada kondisi standard, scf,
Psc = tekanan pada kondisi standard, psi ( 14.7 psi),
Pr = tekanan pada kondisi reservoir, psi,
Tsc = temperatur pada kondisi standard, 0R (5200R),
Tr = temperatur pada kondisi reservoir, 0R,
Zsc = faktor kompresibilitas gas pada kondisi standard (= 1),
Zr = faktor kompresibilitas gas pada kondisi reservoir.
Dari persamaan di atas, maka didapat persamaan faktor volume formasi gas yaitu :

zT cuft zT bbls p SCF p SCF


Bg 0.02829 0.00504 35.35 198.4
p SCF p SCF zT cuft zT bbls
Compresibilitas Gas
Kompresibilitas gas isothermal adalah perubahan volume per unit volum
akibat perubahan tekanan pada temperatur yang konstan, dapat ditulis sebagai
berikut :

1 V C
1 V

P nRT 1

C psia -1 atau V P nRT P 2 P (gas ideal)
v P T

P nRT Z 1 1 Z
C P Z
ZnRT P 2 P P Z P (gas nyata)
T P
Tr Pr
Tc Pc
Jika diketahui harga T, P, Tc, dan Pc, maka penyelesaian harga
kompresibilitas sebagai berikut :
CrTr
1. Cari harga Cr dan
Tr
2. Dari harga Tr dan Pr, cari harga CrTr dari Grafik 1 atau Grafik 2 (tergantung
harga Tr).
3. Cari harga
Cr
4. Cari harga kompresibilitas dengan rumus : C
Pc
Grafik 1
Variasi Harga CrTr untuk Beberapa Harga Tr dan Pr
1.05 Tr 1.4;0.2 Pr 15.0
(Gas Production Operation, Dale Beggs)
Grafik 2
Variasi Harga CrTr untuk Beberapa Harga Tr dan Pr
1.4 Tr 3.0;0.2 Pr 15.0
(Gas Production Operation, Dale Beggs)
Faktor Deviasi Gas
Faktor deviasi gas atau faktor kompresibilitas gas dapat didefinisikan sebagai perbandingan
antara volume gas pada keadaan tekanan dan temperatur sebenarnya dibagi dengan volume gas pada
keadaan ideal/standar
Dari persamaan gas nyata ( PV ZnRT ), diketahui bahwa Z adalah faktor deviasi gas (compressibility
factor). Untuk gas ideal harga Z adalah 1 (satu) tetapi untuk gas nyata harga Z bisa lebih besar
maupun lebih kecil dari 1 (satu) tergantung tekanan dan temperatur.
Untuk mencari faktor kompresibilitas dari campuran gas nyata digunakan konsep Pseudo Reduced
Pressure (Ppr) dan Pseudo Reduced Temperature (Tpr). Persamaannya sebagai berikut :
dengan harga Tpc dan Ppc dengan persamaan sebagai berikut
T P
Tpr dan Ppr
Tpc Ppc

Pseudo critical Pressure Ppc ( yi * Pci )

Pseudo critical Temperatur e Tpc ( yi *Tci )

keterangan :
Ppc = Pseudo critical Pressure, psia,
Pci = Tekanan kritis komponen ke i, psia, (lihat tabel I),
Tpc = Pseudo critical temperatur, 0R,
Tci = Temperatur kritis komponen ke i, 0R, (lihat tabel I),
yi = Fraksi mol komponen ke i.
Selain dengan cara penentuan berdasarkan harga tekanan dan temperatur kritis
gas murni (komponen) penyusunnya, Ppc dan Tpc suatu campuran gas dapat juga
ditentukan dengan menggunakan Grafik 1, apabila telah diketahui specific
gravity gas. Grafik 1, memenuhi persamaan Standing sebagai berikut :

Tpc = 168 + 325 (g) - 12,5 (g)2 *

Ppc = 677 + 15 (g) - 37,5 (g)2 *

dengan g adalah specific gravity gas atau campuran gas.

Setelah harga dari pseudo reduced temperature (Tpr) dan pseudo reduced
pressure (Ppr) diperoleh, maka faktor kompresibilitas dapat dicari dari Grafik 2.
Harga Z dapat dicari dengan cara menarik garis lurus dari harga Ppr yang
memotong harga Tpr. Titik perpotongan antara Ppr dan Tpr kemudian ditarik ke
kiri untuk mendapatkan harga Z.
Grafik 1
Sifat-sifat Pseudocritical dari Campuran Gas Alam
(Gas Production Operation, Dale Beggs)
Grafik 2
Grafik Compresibility Factor untuk Gas Bumi
(Gas Production Operation, Dale Beggs)
Tipe Plot dari Faktor Z Sebagai Fungsi Tekanan Dan Temperatur Konstan
dapat dilihat dari gambar diatas memperlihatkan hubungan antara faktor kompresibilitas gas
dengan tekanan. Z akan cenderung bernilai 1 ketika tekanan gas mendekati 0 yang berarti volume
gas berada pada kondisi ideal dan sifat gas idel cenderung terjadi di sini, artinya tak ada interaksi
antar molekulnya. dengan bertambahnya tekanan menjauhi 0 maka molekul gas akan terkompresi
yang menyebabkan terjadinya interaksi antar molekulnya atau molekul gas akan saling tarik
menarik ini menyebabkan volume aktual akan lebih kecil dari pada volume gas pada keadaan
ideal dan nilai Z akan berada dibawah 1. kemudian semakin dengan bertambahnya tekanan
molekul gas akan semakin rapat dan pada kondisi tekanan tertentu (tergantung pada jenis gas)
molekul gas tidak dapat lagi tarik menarik (sudah jenuh) dan tak dapat lagi bergerak. tekanan
yang terus bertambah akan menyebabkan molekul yang sudah saling rapat bertumbukan yang
menyebabkannya saling tolak menolak. gaya tolak menolak antar molekul ini akan menyebabkan
volume gas nyata bertambah kembali dan nilai Z akan terus bertambah mendekati suatu nilai gas
ideal dan terus bertambah melebihi volume gas pada keadaan ideal (Z > 1 dan mendekati tak
hingga). Nilai dari beberapa temperatur dan tekanan kritis dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:
Tabel
Temperatur dan Tekanan Kritis Gas
(Petroleum Extension Service; Field Handling of Natural Gas

Senyawa Rumus BM TC (oF) TC (oR) Pc (psia)


Methane CH4 16,04 -116 344 673
Ethane C2H6 30,07 89 549 712
Propane C3H8 44,09 206 666 617
n-Butane C4H10 58,12 306 766 551
n-Pentane C5H12 72,15 386 846 485
Isopentane C5H12 72,15 370 830 483
n-Hexane C6H14 86,17 454 914 435
n-Heptane C7H16 100,20 512 972 397
n-Oktana C8H18 114,22 564 1024 362
C-dioxide CO2 44,01 88 548 1073
Nitrogen N2 28,02 -233 227 492
H-sulfide H2S 34,08 213 673 1306
BAB II

KARAKTERISASI
RESERVOIR GAS
JENIS RESERVOIR GAS BERDASARKAN DIAGRAM FASA
Berdasarkan Diagram Fasa
Dalam suatu reservoir, dapat terkandung atas minyak, gas ataupun gas yang terlarut, termasuk
juga adanya air, yang ikut tercampur kedalamnya. Untuk memudahkan dalam memberikan
suatu gambaran dari suatu reservoir, dapat diterangkan dengan menggunakan diagram fasa.
Jenis reservoir berdasarkan diagram fasa reservoir gas dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
reservoir gas basah, reservoir gas kering, dan reservoir gas kondensat.

Wet Gas Reservoir (Reservoir Gas Basah)


Diagram fasa dari campuran hidrokarbon terutama mengandung molekul lebih kecil, umumnya
terletak di bawah temperatur reservoir.
Dalam keadaan ini, fluida berbentuk gas secara keseluruhan dalam pengurangan tekanan
reservoir. Karena kondisi seperator terletak di dalam daerah dua fasa, maka cairan akan
terbentuk di permukaan. Cairan ini umumnya dikenal sebagai kondensat atau gas yang
dihasilkan disebut gas kondensat.
Disebut basah karena menunjukkan bahwa gas mengandung molekul-molekul hidrokarbon
ringan yang pada kondisi permukaan membentuk fasa cair. Pada kondisi seperator, gas
biasanya mengandung lebih banyak hidrokarbon menengah. Kadang-kadang gas ini diproses
untuk dipisahkan cairan butana dan propanannya.
Ciri-ciri untuk gas basah :
oT krikondenterm diagram fasanya lebih kecil dari T reservoir.
oFluida dari separator terdiri atas 10% mol cairan dan 90% mol fasa gas.
oCairan dari separator mempunyai gravity lebih besar dari 50o API dan biasanya jernih seperti
air.
oGOR produksi dapat mencapai 100.000 SCF/STB atau kurang.
Diagram Fasa Gas Basah
Dry Gas Reservoir (Reservoir
Gas Kering)

Untuk komposisi gas ini, baik kondisi reservoirnya maupun kondisi


seperator terletak di luar daerah dua fasa. Tidak ada cairan yang dapat
dibentuk dalam reservoir atau di permukaan dan gasnya disebut gas
alam.
Disebut kering karena menunjukkan bahwa gas tidak cukup mengandung
molekul hidrokarbon berat untuk membentuk cairan di permukaan.
Ciri-ciri gas kering :
T kritis dan T krikondenterm fluida relatif sangat rendah, sehingga
biasanya berharga jauh dibawah temperatur reservoirnya.
Sedikit sekali (hampir tidak ada) cairan yang diperoleh dari separator
produksi di permukaan.
GOR produksi biasanya lebih dari 100.000 SCF/STB (ini yang
membedakannya dari gas basah).
Diagram Fasa Gas Kering
Reservoir Gas Kondensat
Adakalanya temperatur reservoir terletak diantara titik kritis dengan cricondenterm dari
fluida reservoar (Gambar). Sekitar 25 % mol fluida produksi tetap sebagai cairan di
permukaan. Cairan yang diproduksikan dari campuran hidrokarbon ini disebut gas
kondensat.
Pada titik 1, reservoir hanya terdiri dari satu fasa dan dengan turunnya tekanan reservoir
selama produksi berlangsung, terjadi kondensasi retrograde dalam reservoir. Pada titik 2
(titik embun) cairan mulai terbentuk dan dengan turunnya tekanan dari titik 2 ke titik 3,
jumlah cairan dalam reservoar bertambah. Pada titik 3 ini merupakan titik dimana jumlah
maksimum cairan yang bisa terjadi. Penurunan selanjutnya menyebabkan cairan
menguap.
Gas oil ratio produksi dari reservoir kondensat dapat mencapai sekitar 70.000 scf/stb
dengan gravity cairan sebesar 60oAPI. Cairan produksi biasanya berwarna cerah.
Ciri-ciri untuk gas kondensat retrograde :
Temperatur reservoir lebih besar dari Tc, tetapi lebih kecil dari T krikondenterm
fluida hidrkarbon.
Fluida dari separator terdiri atas 25% mol cairan dan 75% mol gas.
Cairan dari separator mempunyai 60o API dan berwarna terang atau jernih seperti
air.
GOR produksi dapat mencapai 70.000 SCF/STB
Diagram Fasa Gas Kondensat
Berdasarkan Mekanisme Pendorong Reservoir
Mekanisme pendorong adalah tenaga yang dimiliki oleh reservoir secara alamiah,
sehingga menyebabkan fluida hidrokarbon dapat mengalir ke lubang bor dan
selanjutnya menuju permukaan atau mendorongnya pada saat diproduksikan. Adapun
jenis tenaga pendorong yang terdapat pada reservoir gas adalah depletion/gas expantion
dan water drive.
Besarnya tenaga pendorong alamiah ini tergantung dari kondisi formasi, sedangkan
pelepasan energinya dipengaruhi oleh proses dan sejarah produksinya. Tenaga yang
berasal dari formasi berasal dari empat sumber, yaitu :
Tenaga pendorong eksternal/tekanan hidrostatik, umumnya karena perembesan air
dari bawah atau samping. Pengembangan gas cap dapat dimasukan kedalam kategori
ini.
Tenaga penggerak internal, karena pembebasan gas yang semula larut dalam fluida.
Tenaga potensial berasal dari formasi itu sendiri. Umumnya karena pengaruh
gravitasi yang disebabkan oleh perbedaan kerapatan antara fluida formasi.
Tenaga permukaan dari fluida, umumnya berasal dari segregation drive, water drive,
dan combination drive. Meskipun demikian untuk reservoir gas, hanya dikenal
depletion drive dan water drive.
Water Drive Reservoir
Untuk jenis reservoir water drive ini, energi pendesakan yang mendorong fluida hidrokarbon
mengalir berasal dari air yang berada dalam batuan reservoir dan terperangkap bersama-sama.
Suatu reservoar yang mempunyai permeabilitas tinggi, apabila mengadakan kontak dengan
aquifer yang luas, umumnya akan mempunyai tenaga pendorong yang aktif. Derajat
penggantian produksi reservoir oleh air akan menentukan effisiensi pendorong airnya. Dalam
sistem water drive yang sempurna, setiap fluida yang diproduksikan dapat digantikan secara
cepat oleh air.
Ciri-ciri water drive reservoir adalah :
1. Formasi gas langsung berhubungan dengan aquifer yang besar, yang merupaka tenaga
pendorongnya.
2. Air merembes masuk kedalam reservoir setelah tekanan reservoir turun akibat
diproduksikan, tetapi tidak menggantikan semua volume gas pada pori batuan.
3. Tekanan reservoir turun dengan lambat.
Gambar 1 menunjukkan ada tiga macam tipe water drive, yaitu : weak (lemah), moderate
(sedang), dan strong (kuat). Berbeda dengan reservoir minyak, recovery factor reservoir gas
untuk water drive lebih kecil dari pada depletion drive. Semakin kuat tenaga water drive
suatu reservoir, maka semakin besar jumlah gas sisa pada pori batuan, akibatnya recovery
factornya akan semakin kecil. Untuk water drive yang sangat lemah dapat menghasilkan
ultimate recovery yang sedikit lebih besar dari depletion drive reservoir.
Gambar 1
Natural Gas Recovery
Reservoir Water Drive
Karakteristik Tekanan dan GOR
pada Reservoar Water drive
Reservoir Depletion Drive
Sumber tenaga pendorong alamiah berasal dari pengembangan gas itu sendiri dengan
volume tetap, sehingga sering disebut volumetrik gas reservoir.
Setelah sumur selesai dibor menembus reservoir dan produksi gas dimulai, maka akan
terjadi suatu penurunan tekanan di sekitar lubang bor yang menyebabkan fluida mengalir
dari reservoar menuju lubang bor melalui pori-pori batuan. Penurunan tekanan disekitar
sumur bor menimbulkan terjadinya fasa gas. Pada saat awal, saturasi gas tersebut masih
kecil (belum membentuk fasa yang kontinyu) dan gas tersebut terperangkap pada ruang
antar butiran reservoirnya. Tetapi setelah tekanan reservoir tersebut cukup kecil dan gas
sudah terbentuk banyak atau dapat bergerak maka gas tersebut turut serta terproduksi ke
permukaan.
Ciri-ciri reservoir depletion drive (volumetrik gas) reservoir ini adalah sebagai berikut:
a.Penurunan pada saat berlangsungnya produksi adalah sangat cepat dan tidak terjadi
perubahan volume reservoir.
b.Gas dapat diproduksikan sampai mencapai tekanan abondenment.
c.Perembesan air dianggap tidak ada sehingga produksi air diabaikan.
d.Ultimate recoverynya besar, antara 80 90% dari cadangan mula-mula.
Depletion Drive Reservoir
Karakteristik Tekanan dan GOR
pada Reservoir Depletion Drive
Perkiraan Cadangan Reservoir

Untuk dapat memperkirakan besarnya cadangan suatu reservoir gas


besarnya isi awal gas di tempat (Initial Gas In Place) haruslah
ditentukan terlebih dahulu. Beberapa parameter yang berhubungan
dengan perkiraan cadangan :
Initial Gas In Place, yaitu jumlah total hidrokarbon gas yang mula-
mula ada dalam reservoir, baik yang bisa diproduksikan maupun
tidak.
Recoverable Reserve, yaitu jumlah hidrokarbon gas yang dapat
diproduksikan sampai batas ekonominya.
Ultimate Recovery, yaitu jumlah hidrokarbon gas yang secara
maksimum dapat diproduksikan.
Recovery Factor, yaitu angka perbandingan antara gas yang dapat
diproduksikan dengan jumlah total gas mula-mula.
Metode Volumetris

Secara umum cadangan gas di tempat dapat dihitung dengan menggunakan


rumus :

43560 Vb (1 Swc) 1 1
G atau G 43560 Vb (1 Sw)
Bgi Bgi Bga

keterangan :
G = Cadangan gas mula-mula ditempat, scf,
Vb = Bulk volume reservoir, acre-ft,
= Porositas batuan reservoir,
Swc = Saturasi air conate,
Bgi = Faktor volume formasi gas awal, cuft/scf,
Bga = Faktor volume formasi gas pada tekanan abonden, cuft/scf,
43560 = Konversi dari acre-ft ke cuft.
Diperlukan peta isopach yang digunakan untuk menentukan volume total batuannya.
Metode Trapezoidal
Metode ini digunakan bila perbandingan luas garis kontur yang berurutan ke bawah
lebih besar dari
An An 1 h
0,5 atau 0.5 maka : Vb ( An An 1 )
An 2

Metode Pyramidal
Metode ini digunakan bila perbandingan luas garis kontur yang berurutan ke bawah
lebih kecil atau
sama dengan 0,5 atau An An 1
An
0.5 maka : Vb
h
3
An An 1 An xAn 1
keterangan :
Vb = Volume bulk batuan, acree-ft,
An = Luas yang dibatasi oleh isopach di bawahnya, acre,
An+1 = Luas yang dibatasi oleh isopach di atasnya, acre,
h = Interval antar garis isopach, ft.
Perhitungan Recovery Factor (RF) :

Untuk Depletion Drive

(G Ga) Bgi Bga


RF x100% x100%
G Bgi

Untuk Water Drive

(1 Swi) Bgi SgrBga


RF x100%
(1 Swi) Bgi
Untuk Strong Water Drive

(1 Swi Sgr )
RF x100%
(1 Swi)
Metode Material Balance untuk Depletion Drive Reservoir
Asumsi yang digunakam pada reservoir jenis ini adalah :
Tidak ada perembesan air ke dalam reservoir dan atau produksi air sangat kecil dan dapat
diabaikan,
Keadaan mula-mula dari reservoir adalah undersaturated,
Reservoir homogen dan isotropis,
Tenaga yang menyebabkan adanya produksi gas hanya berasal dari pengembangan gas itu
sendiri.

G( Bg Bgi ) We WpBw
Persamaan umum untuk reservoir gas : Gp
Bg
G ( Bg Bgi )
Untuk depletion drive, persamaannya berubah menjadi : Gp
Bg

Dari persamaan material balance didapatkan persamaan sbb : GpBg G ( Bg Bgi* ) 0 ; y a b


Sebuah grafik GpBg vs Bg-Bgi merupakan garis lurus dengan harga slope sama dengan G (lihat
Gambar 1).

* = MBE Straight-Line Method


Gambar 1
MBE Straight-Line Plot, Volumetrik Gas Reservoir
(Ikoku, Chi.U.DR;Natural Gas Production Engineeing)
Jika data kumulatif produksi dan tekanan reservoar cukup tersedia, Initial Gas In Place (G)
dan cadangan gas dapat ditentukan tanpa harus mengetahui terlebih dahulu harga A, h, ,
dan Sw. Ini dibentuk dengan membuat kesetimbangan massa atau mol dari gas, yaitu :
Mol produksi = mol awal ditempat mol tersisa. Psc G p PiVi PVi

Dengan mengaplikasikan hukum gas, pV = ZnRT, maka didapat : Tsc Z sc Tf Zi Tf Z
untuk Vi GBgi sehingga di dapat : P Pi T f Psc G p
Z Zi Tsc B gi G

keterangan :
Tf = Temperatur formasi,
Pi = Tekanan awal reservoar,
Tsc = Temperatur pada keadaan estndar,
Psc = Tekanan pada keadaan standar.
P G
Persamaan di atas dapat diubah bentuk untuk menentukan recovery factor, yaitu : P i 1 p
Z Zi G
Dari grafik P/Z vs Gp dapat diketahui G dan Pi

* = Metoda Perssure Decline (P/Z vs Gp)


Metode Material Balance untuk Water Drive Reservoir

Untuk reservoir Water Drive, yaitu adanya water influx dan produksi air, maka
persamaannya berubah menjadi :
GpBg WpBw
C
QD*P G ; y ax b
Bg Bgi Bg Bgi

keterangan :
We = CQDP.
C = Konstanta water influx

Sebuah grafik GpBg +WpBw/Bg-Bgi vs QDP/Bg-Bgi menghasilkan garis


lurus dengan slope menyatakan besarnya C, dan dapat diketahui besarnya IGIP
dengan ekstrapolasi garis sehingga memotong sumbu y (lihat Gambar 2).

* = MBE Straight-Line Method


Gambar 2
MBE Straight-Line Plot, Gas Reservoir Water Influx
(Ikoku, Chi.U.DR;Natural Gas Production Engineeing)
Untuk water drive reservoir, metode pressure decline tidak bisa digunakan kerena
asumsinya tidak ada perembesan air di reservoir, sehingga grafik yang terbentuk
akan menyimpang dari garis lurus. Penyimpangannya tergantung dari kekuatan
pendorong airnya.

Gambar 3
Plot P/Z terhadap Gp dengan Efek Water Influx
(Gas Production Operation, Dale Beggs)
Metode Decline Curve
Decline curve adalah grafik yang berwujud suatu kurva plotting antara rate vs waktu, dan produksi
kumulatif vs rate.
Metode ini memerlukan suatu asumsi, bahwa makin lama rate produksi sumur akan makin menurun,
oleh karena itu analisa decline curve hanya dapat digunakan selama kondisi mekanis dan radius
pengurasan tetap konstan didalam suatu sumur mampu berproduksi pada kapasitasnya.
Analisa decline curve memerlukan beberapa data produksi dengan mencari hubungan antara rate
produksi terhadap waktu dan produksi kumulatif, kemudian mengekstrapolasikan hubungan itu sampai
suatu batas ekonomis. Titik potong ekstrapolasi dengan batas ekonomis itu menunjukkan kemungkinan
sumur dan recovery di masa mendatang.
Asumsi yang digunakan dalam persamaan decline curve, yaitu :
- Reservoir bersifat homogen.
- Pengurangan tekanan sebanding dengan jumlah gas yang tertinggal. Sehingga untuk PI yang tetap, rate
produksinya sebanding dengan tekanan reservoir.
- Kelakuan reservoir dimasa lampau sesuai sesuai dengan masa sekarang dan masa yang akan datang.
Sedangkan batasan yang harus dipenuhi adalah :
- Komplesi sumur tidak berubah.
- Reservoir drainage diupayakan supaya tetap.
- Sumur berproduksi sesuai kapasitasnya.
Jenis Decline Curve
Jenis decline curve adalah:
1. Eksponential decline
2. Hyperbolic decline
3. Harmonic decline
Untuk menganalisa karakteristik reservoir terhadap tipe dari production decline curve,
dengan anggapan bahwa kita bekerja dengan reservoir ideal dimana tidak ada tekanan
proporsional terhadap jumlah hidrokarbon yang tersisa. Selanjutnya dianggap bahwa PI
dari sumur-sumur konstan selama masa produksinya, sehingga rate produksi selalu
sebanding dengan tekanan reservoir.
Pada kenyataannya, keadaan reservoir yang ideal itu jarang ditemukan. Tekanan reservoir
biasanya tidak proporsional dengan hidrokarbon yang tertinggal, sebagai akibat
berkurangnya jumlah hidrokarbon yang tertinggal di reservoir.
Pada saat yang bersamaan, PI umumnya tidak konstan tetapi menurun karena proses
pengosongan reservoir. Hubungan rate produksi dengan waktu pada kertas semilog atau
produksi dengan kumulatif produksi pada kertas biasa tidak lagi linier, melainkan berupa
kurva melengkung. Maka dari tipe kurva ini akan di hasilkan tipe hyperbolic decline
curve, bila melengkungnya tidak jelas dan harmonic decline bila melengkungnya jelas
Kurva Eksponential Decline dari Rate Produksi vs
Produksi Kumulatif dalam Linier Plot
Bentuk dan Curve Fitting untuk Hyperbolic Decline
Log q Vs Np Harmonic Decline
Kinerja Reservoir
Dengan memproduksikan suatu sumur yang menghubungkan permukaan dengan reservoar gas,
akan tejadi ketidak setimbangan tekanan dalam reservoar. Gradien tekanan yang ditimbulkannya
akan menyebabkan fluida (dalam hal ini gas) dalam media berpori itu mengalir kearah sumur. Gas
yang mengalir ini mempunyai sifat yang khas, yaitu bersifat dapat dimampatkan (compressible).
Sifat khas ini serta rendahnya,harga viskositas menyebabkan aliran gas tersebut mungkin tidak
murni laminer (aliran viscous), melainkan dipengaruhi pula oleh unsur inersia dan turbulensi. ini
terutama terjadi pada laju produksi yang besar atau pada gradien tekanan yang besar, seperti aliran
didekat lubang sumur.
Seketika sumur dibuka, yang sebelumnya berada dalam lingkungan yang stabil, maka ia akan
menimbulkan impuls perubahan tekanan didekatnya. Impuls ini akan merambat menjauhi sumur
sebagai fungsi dari waktu. Kecepatan merambat ini dipengaruhi oleh sifat batuan berpori dan
fluida pengisinya. Aliran yang ditimbulkannya dan diamati di sumur itu seperti, laju. produksi atau
tekanan aliran di dasar sumur (Pwf) tergantung pada seberapa jauh perambatan impuls (transient)
itu berlangsung. Pada suatu saat impuls ini akan mencapai batas yang kedap aliran (no-flow
boundary).
Perubahan harga Pwf sebelum aliran transient ini berlangsung dapat dibagi atas tiga perioda, yaitu :
transien, transien lanjut, dan semi mantap (pseudo steady state).
Perubahan ini dapat dilihat pada Gambar dibawah ini, pada perioda semi mantap penurunan tekanan
terhadap waktu adalah tetap (= konstan).
Inflow Performance Relationship Untuk Sumur Gas
Pembuatan grafik IPR untuk sumur gas ini dikemukakan oleh Al Hussainy dan Ramey. Dengan berdasarkan atas

persamaan gas nyata dan kombinasi persamaan kontinuitas dengan hukum Darcy untuk aliran radial. Didapat

persamaan untuk kondisi standart, sebagai berikut :


1637q sc T
kt
3,23 0,87(S D )
log
q
m(Pr) - m(Pwf) =
g C t i rw
2
kh


dimana:
qsc = rate aliran gas pada kondisi standart, Mscfd
T = temperatur reservoir , oR
K = permeabilitas formasi, md
H = ketebalan zone gas, ft
t = waktu produksi, jam
( g)i = viscositas gas mula-mula, cp
(Ct)i = kompresibilitas total mula-mula, psi-1
rw = jari-jari lubang bor, ft
S = skin efek
Dq = nin Darcy flow term
m(P) = fungsi tekanan semu (pseudo pressure function, psi2/cp)
Persamaan ini berlaku untuk tekanan < 1000 psi, tetapi beberapa
pengamat mengatakan, bahwa persamaan tersebut berlaku untuk
tekanan <2500 psi

Persamaan ini berlaku untuk tekanan >5000 psi

Gambar di bawah ini adalah plot antara m(P) versus pressure, dimana
pada tekanan yang diketahui maka harga m (P) dapat diketahui.
Selanjutnya dengan memakai persamaan qsc sesuai dengan tekanannya,
maka dapat dibuat kurva Inflow Performance Relationship (IPR) untuk
sumur gas yang akan dicari.
Plot Antara m (P) Versus
Pressure
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inflow Performance
Faktor yang mempengaruhi permeabilitas gas, k, adalah saturasi cairan di dalam
reservoir. Karena tekanan turun, gas sisa akan mengembang untuk menjaga Sg konstan, jika
tidak terjadi kondensasi atau water influx. Untuk reservoir gas kering perubahan k terhadap
waktu diabaikan.
Ketebalan formasi, h, dapat dianggap konstan. Ini dapat berubah jika interval perforasi
ditambah. Apabila ini terjadi, sumur sebaiknya diuji.
Temperatur reservoir, T, akan mendekati konstan, kecuali atau kemungkinan kecil sekali
berubah disekitar lubang sumur.
Viskositas dan faktor kompresibilitas gas, dan Z, adalah parameter yang mudah berubah
karena perubahan PR. Pendekatan yang digunakan untuk menentukan pengaruh PR pada C
adalah :
Jari-jari pengurasan, re, tergantung pada spasi sumur dan dapat dianggap konstan setelah
aliran stabil tercapai.
Jari-jari lubang sumur (wellbore), rw, dapat dianggap konstan. Kemungkinan jari-jari
lubang sumur effektif dapat diubah dengan stimulasi, tetapi ini bisa diperhitungkan dalam
faktor skin.
Faktor skin, S, dapat diubah dengan perekahan atau pengasaman pada sumur. Sebaiknya
sumur diuji kembali setelah dilakukan perekahan atau pengasaman untuk mengevaluasi C
dan n.
Kurva Outflow Performance
Kurva sumur outflow performance adalah tekanan versus lajualir
perilaku di permukaan. Kurva outflowperformance dapat dihitung
dengan menggunakan kurva inflow performance dengan menggunakan
persamaan tekanan alir dasar sumur atau kurva gradient vertical.
Kurva outflow biasanya ditampilakan pada gambar di bawah ini
Flowpoint menandai minimum laju aliran sustainable dari sumur ini.
Hal ini juga menandai tekanan alir tubing maksimum. Garis tebal
kurva outflow performance ke bagian kanan mewakilkan jarak operasi
sumur. Garis putus-putus ke kiri mewakilkan area transisi yang tidak
stabil aliran dimana sumur harus melewatinya sejak dibuka. Flowpoint
akan ada jika jika sumur gas memproduksi liquid. Efek dari mengganti
ukuran tubing dapat diperkirakan dengan memplot kurva outflow
performance untuk seiap ukuran tubing. Flowpoint berhubungan
dengan laju alir kritis untuk penghilangan liquid dari sumur gas.
Kurva Outflow Performance
Kurva Tubing Performance
Kurva Tubing Performance adalah plot antara tekanan alir dasar sumur yang
dibutuhkan untuk memproduksi bermacam laju alir gas melalui ukuran tubing
tertentu pada tekanan wellhead yang konstan. Jika tekanan wellhead tetap
konstan, tekanan abandon reservoir dapat ditentukan dengan declining kurva inflow
performance parallel pada saat sekarang sampai hal ini menjadi tangent kurva
tubing performance (garis putus-putus). Nilai tekanan reservoir pada titik ini adalah
tekanan abandon.
Titik perpotongan P antara kurva tubing performance dan kurva inflow performance
menghasilkan laju alir produksi dan tekanan alir dasar sumur untuk tekanan alir
tubing konstan. Hal yang harus diperhatikan adalah bahwa kurva outflow
performance menyediakan informasi ini dan juga laju alir sumur pada tekanan alir
wellhead yang lainya, Kurva tubing performance untuk empat ukuran tubing telah
diplot pada gambar sekian. Setiap ukuran tubing mempuyai jaraj operasi optimum.
Bagian kiri pada area aliran optimum. Liquid fallback akan meningkat dan tekanan
bawah permukaan yang dibutuhkan meningkat. Bagian kanan area optimum,
gesekan predominates dan tekanan bawah permukaan dibutuhkan lebih besar
ketika kecepetan juga meningkat.
Titik Perpotongan antara IPR
dan TIP
BAB III

RESERVOIR GAS KONDENSAT


Gas Kondensat adalah gas dimana liquid juga akan terbentuk dalam system pemipaan
dan separator. Hal ini terjadi pada saat eksplorasi reservoir gas alam yang cukup dalam,
dimana pada saat kondisi awal akan berbentuk fasa gas kemudian pada saat masuk
system pemipaan maupun setelah masuk separator akan didapatkan dalam bentuk fasa
cair (liquid). Sehingga sistem produksinya harus disesuikan dengan kelakuan fasanya.
Satu Komponen
Kelakuan fasa dari fluida dapat digambarkan dengan menentukan pengaruh-
pengaruhnya terhadap perubahan-perubahan temperatur dan tekanan. Dalam liquid,
molekul-molekul saling berikatan satu sama lain (bersama-sama). Tetapi dalam gas,
molekulnya saling berpisah. Gaya yang ada membatasi atau menghamburkan antara
molekul. Gaya utama yang membatasi adalah gaya tarik-menarik antara molekul.
Sedangkan gaya-gaya yang menghamburkan adalah energi kinetik dan gaya tolak-
menolak antara molekul. Besarnya gaya yang membatasi dan yang menghamburkan
dapat membedakan apakah fluida tersebut dalam fasa liquid atau gas.
Kelakuan fluida satu komponen dapat digambarkan secara grafik pada plot antara
tekanan dan temperatur yang disebut sebagai diagram fasa. Pada Gambar dapat dilihat
bahwa pada sembarang titik di atas garis tekanan uap fluidanya berbentuk liquid,
sedangkan di bawah garis tersebut fluidanya dalam bentuk gas. Pada Critical Point (titik C)
tidak ada perbedaan antara liquid dan gas.
Perubahan fasa pada tekanan konstan terjadi jika temperatur berubah, seperti yang
digambarkan pada proses 12. Perubahan juga akan terjadi pada temperatur konstan
sebagaimana tekanan berubah, seperti pada proses 34.
Multi Komponen
Jika terdapat lebih dari satu jenis fluida, perbedaan dalam ukuran molekul dan
energi akan mempengaruhi perubahan fasa. Tidak ada perubahan yang tajam
dari liquid ke uap, atau sebaliknya. Tetapi molekul-molekulnya dapat
melepaskan diri dari liquid atau gas pada perbedaan tekanan dan temperatur
disebabkan gaya tarik-menarik antar molekul. Suatu titik dimana gelembung
gas muncul untuk pertama kalinya karena perubahan kondisi temperature dan
tekanan disebut titik gelembung (Bubble Point Line). Kedudukan suatu titik
dimana tetes liquid muncul untuk pertama kalinya karena adanya perubahan
kondisi dari gas disebut Dew PointLine. Tekanan paling tinggi dimana gas
muncul disebut cricondenbar , sedangkan pada temperatur paling tinggi
dimana liquid muncul disebut cricondenterm.
Diagram Fasa Dua Komponen Murni Diagram Fasa yang Menunjukkan
untuk Campuran 50 : 50 Komponen yang Cricondenbar dan Cricondenterm
Sama
Retrogade Condensate Gas Reservoir (Reservoir
Gas Kondensat)
Adakalanya temperatur reservoir terletak diantara titik kritis dengan cricondenterm
dari fluida reservoir. Sekitar 25 % mol fluida produksi tetap sebagai cairan di
permukaan. Cairan yang diproduksikan dari campuran hidrokarbon ini disebut gas
kondensat.
Pada titik 1, reservoir hanya terdiri dari satu fasa dan dengan turunnya tekanan
reservoir selama produksi berlangsung, terjadi kondensasi retrograde dalam
reservoar. Pada titik 2 (titik embun) cairan mulai terbentuk dan dengan turunnya
tekanan dari titik 2 ke titik 3, jumlah cairan dalam reservoir bertambah. Pada titik 3
ini merupakan titik dimana jumlah maksimum cairan yang bisa terjadi. Penurunan
selanjutnya menyebabkan cairan menguap.
Gas oil ratio produksi dari reservoir kondensat dapat mencapai sekitar 70.000
scf/stb dengan gravity cairan sebesar 60oAPI. Cairan produksi biasanya berwarna
cerah.
Ciri-ciri untuk gas kondensat retrograde :
Temperatur reservoir lebih besar dari Tc, tetapi lebih kecil dari T krikondenterm
fluida hidrkarbon.
Fluida dari separator terdiri atas 25% mol cairan dan 75% mol gas.
Cairan dari separator mempunyai 60o API dan berwarna terang atau jernih seperti
air.
GOR produksi dapat mencapai 70.000 SCF/STB
Diagram Fasa Gas Kondensat
GAS-CONDENSATE TESTING AND SAMPLING

Pengetesan yang tepat pada sumur-sumur condensate adalah hal yang


diperlukan untuk memperhitungkan secara akurat jumlah dan kondisi pada
reserevoir HC dan juga untuk merencanakan recovery program yang terbaik.

Test ini digunakan pada sumur condensate untuk beberapa tujuan tertentu:
Untuk mengambil sample yang akan dihitung komposisi fluida reservoirnya
dan juga menghitung propertiesnya.
Untuk memperhitungkan properties dari liquid dan gas.
Untuk mengetahui formasi dan karakter dari sumur termasuk producibility
dan injectivity.
Test ini sulit digunakan untuk black-oil reservoir.
Perhitungan Gas Awal di Tempat dan Minyak di
Tempat untuk Reservoir Gas Kondensat

Menggunakan kondisi yang standar dari psia 14.7 dan 60F,


volume molar menjadi 379.4 cuft/mol. Sebagai dasarnya 1 bbl
dari tank minyak dan standar Rg kaki kubik dari separator atau
disamping gas, hasil dari sumur adalah

R g x g x 2 8 .9 7
M w 350 o
3 7 9 .4
Dimana Rg adalah GOR awal di permukaan, SCF
Mol total fluida dalam 1 barrel minyak dan Rg gas CF
adalah
Rg 3 5 0 o
nt
3 7 9 .4 Mo

Jadi, spesifik gravity fluida sumur adalah Mw / 28.97, atau

mw R g g 4584 o

R g 1 3 2 8 0 0 o / M
w
2 8 .9 7 n t o
The tank oil specific gravity didapat dari API gravity of the
tank oil menggunakan persamaan

1 4 1 .5

A P I 1 3 1 .5
o

Bila berat molekul tank oil tidak diketahui, dapat digunakan


formula Craft and Hawkins:
4 4 .2 9 o 6084
M
1 .0 3 o A P I 5 .9
o
Two-Phase Gas Deviation Factor

Faktor deviasi dua fasa gas untuk fluida yang


tersisa didalam reservoir selama produksi
gas-condensate dapat dihitung dari hukum
gas yaitu
379,4 pV
z (two-phase) = ----------------
(G - Gp)RT
Jika data produksi tidak tersedia untuk
memungkinkan perhitungan faktor deviasi dua
fasa gas selama depletion dari reservoir gas-
condensate, faktor deviasi gas dapat
diasumsikan konstan pada initial value.
Condensate Material Balance
Ketika zona minyak tidak ada atau tidak perlu
diperhatikan, persamaan material balance untuk
reservoir gas-condensate sama seperti persamaan
material balance untuk dry-gas reservoir, bersamaan
dengan volumetric dan water-drive performance.

Persamaan material balance dapat ditulis sebagai


berikut :

pbGp piVi p (Vi We + BwWp)


------- = ------ ----------------------------
Tb ziT zT
dan
G(Bg - Bgi) + We = GpBg + BwWp
Reservoir Performance Retrogade Gas-
Condensate Reservoirs

Ketika produksi awal, gas-oil ratios diantara 6000 dan 15000 scf/STB,
secara normal diharapkan kelakuan retrograde selama tekanan depletion
pada temperatur konstan.
Retrograde gas-condensate reservoir dapat dijumpai dengan GOR awal
lebih rendah dari pada 3000 scf/STB.
Perhitungan ultimate oil recovery dengan depletion dari tekanan saturasi
sampai 500 psia dikorelasikan dengan persamaan :
1 4 3 .5 5
N p 0 .0 6 1,7 4 3 0 . 0 0 0 ,1 2 1 , 8 4 T 0 . 0 0 1 , 0 1 1 , 4 ( o A P I )
Ri
dimana
Np = produksi kumulatif stock tank oil
Ri = initial separator GOR, scf/bbl stock tank oil
T = temperatur reservoir, F
API = initial stock tank oil API gravity
Separator gas in place pada tekanan saturasi dikorelasikan dengan
persamaan :
0 .2
Ri 1 4 2 .1 3 0
G 2 2 2 9 .4 1 4 8 .4 3 2 1 . 8 3 1 ( o A P I ) 0 . 2 6 3 ,5 6 Pd ,b
1 0 0 T
dimana
G = total primary separator gas in place awal, scf
p = tekanan saturasi (dew point atau bubble point), psia
Jika substansial compression diatas dew point telah terjadi, revised value
(harga sebenarnya) dari minyak yang telah direcovered harus dihitung
berdasarkan :

G ( n o m o g ra p h ) / R i
N p ( re v ise d ) N p ( n o m o g ra p h )
O il in P la c e ( F ig . 2 . 1 3 )
RESERVOIR PERFORMANCE PREDICTON
Prediksi performa akan datang dari reservoir gas-condensate layak dibuat
untuk menetapkan rencana pekerjaan optimasi reservoir.
Secara teori, beberapa program pekerjaan yang mungkin adalah pressure
depletion tanpa bentuk sesuatu dari pressure maintenance atau gas return,
produksi fluida dapat melewati gasoline plant dimana cairan diperoleh dan dry
gas dikembalikan ke reservoir, dan reservoir dapat diproduksikan dengan
pressure depletion sampai economic limit pada saat pekerjaan mengembalikan
gas dapat disamakan secara objektif dengan akumulasi perolehan cairan dari
reservoir.
Operasi Reservoir Gas-Kondensat dengan Penurunan Tekanan

Prediksi penurunan tekanan dengan menggunakan turunan dari


data lab dan analisis Hidrokarbon

Digunakan apabila kondensat yang terbentuk selama penurunan


tekanan tidak dapat bergerak lagi.
Volume hidrokarbon awal
Vre = 7758 A h (1- Sw) (res BBL)
Vre = 43560 A h (1- Sw) (cu ft
Volume gas basah awal (Gwg)

5 .6 1 5 V r e p r eT b z b (scf)
G wg
p bT re z re
Volume kondensat
G wg
GL 6
(C L ) re (STB)
10
dimana (CL)re : kandungan kondensat pada gas basah
(STB/MMscf)
Recovery dari gas dan kondensat dapat diubah ke mole
dengan persamaan :

(Gp ) wg
( n p ) wg
379 .4
42 (Gp) L L
(n p ) L
ML
dimana
(np)wg = produksi gas basah kumulatif (lb-mol)
(Gp)wg = produksi gas basah kumulatif (scf)
379.4 = faktor peubah satuan (scf/lb-mol)
(np)L = kumulatif produksi kondensat (lb-mol)
(Gp)L = kumulatif produksi kondensat (BBL)
L = densitas rata2 dari seluruh produksi kondensat (lbm/gal)
ML = berat molekul rata2 dari seluruh produksi kondensat
(lbm/lb-mol)
Gas kering atau residu yang terproduksi sampai tekanan
abandon :

( n p ) wg ( n p ) L
Gp 3 7 9 .4 3
1 0

Efisiensi produksi (dalam fraksi) untuk gas basah dan


kondensat :
(G p ) wg
( E R ) wg
G wg
(G p ) L
(ER ) L
GL
Operasi Reservoir Gas Kondensat dengan Pemeliharaan Tekanan

Pressure maintenance dari reservoir gas-kondensat dapat berupa


tenaga dorong air setelah pengurangan tekanan akibat produksi awal,
injeksi air, injeksi gas, atau kombinasi dari ketiga jenis tersebut

Pendorongan dengan Gas Kering


Tujuan : untuk menjaga tekanan reservoir tetap tinggi agar jumlah
kondensat yang terbentuk dapat diminimalkan

Metode ini dapat meningkatkan recovery dengan sangat baik, selain itu
gas injeksi dapat menggunakan produksi gas yang biasanya dibuang
Efisiensi

-Efisiensi Pengurasan Areal (EA)


adalah area yang tersapu oleh batas depan injeksi gas dibagi dengan
total area reservoir yang terproduksi pada awal injeksi

-Efisiensi Pola (EP)


adalah volume pori yang tersapu oleh batas depan njeksi gas dibagi
dengan total volume pori HC yang telah terproduksi selama proses
pendorongan. EP = EA pada reservoir yang seragam ketebalan,
porositas, Swi, dan permeabilitas efektifnya

-Efisiensi Invasi (EI)


adalah volume pori HC yang terinvasi (dipengaruhi atau dikenai) oleh
gas injeksi dibagi dengan volume pori HC yang tersapu oleh front
pendesakan gas injeksi
-Efisiensi Displacement (ED)
adalah volume pori gas HC basah yang tersapu dibagi
dengan volume HC awal sebelum proses injeksi

-Efisiensi siklus reservoir (ER)


adalah volume gas HC basah yang tersapu selama proses
penyapuan dibagi volume gas HC basah awal yang dapat
diproduksi sebelum penyapuan
ER = EP EI ED
Recovery Total dari Gas dan Kondensat oleh Pendorongan
Dengan Gas

Cycling

1. Hitung efisiensi total reservoir, dimana EP didapat dari studi model


reservoir potensiometrik, EI diperkirakan dengan variasi permeabilitas,
ED dianggap 100% bila injeksi dilakukan pada atau diatas titik embun

2. Kumulatif produksi gas basah pada periode cycling


( G p ) w gm G w g (E R ) m

dimana
(Gp)wgm = kumulatif produksi gas basah (scf)
Gwg = gas basah di reservoir (scf)
(ER)m = efisiensi reservoir total (dari step 1)
3. Volume kondensat yang terproduksi selama periode cycling

( G p ) w g m ( C L ) r em
( G p ) Lm
10 6
dimana
(CL)rem = kandungan kondensat dalam gas basah
(STB/MMscf)
Blow Down
Gas basah yang dapat diproduksi
(Gp)wgd = (Gp)wg [1-(ER)m]
dimana
(Gp)wg = produksi gas basah kumulatif sampai tekanan abandon

Dry Gas
Jumlah total gas kering yang terproduksi selama proses kombinasi
injeksi dan penurunan tekanan dapat diprediksi dengan persamaan
(np)wg dan (np)L. Hasil persamaan tersebut dibagi dengan total
produksi gas basah menghasilkan produksi residu gas total
Keekonomian dari Produksi Gas
Kondensat
Dalam memilih metode untuk memproduksi reservoir gas kondensat
(antara penurunan tekanan dan pressure maintenance) harus
memilih yang paling ekonomis.
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat memilih metode produksi
reservoir gas-kondensat :
1. Karakteristik fluida dan formasi reservoir
a) Ada/tidaknya black oil
b) Ukuran besar cadangan
c) Komposisi dan kandungan HC reservoir
d) Produktivitas dan injektivitas sumur
e) Variasi permeabilitas
f) Derajat keberadaan tenaga dorong air
2. Pengembangan reservoir dan biaya operasi
3. Instalasi peralatan dan biaya operasi
4. Permintaan pasar untuk produk minyak dan gas
5. Nilai relatif masa depan dari produk migas
6. Keberadaan dari operator lain yang memproduksi
reservoir yang sama
7. Pajak
8. Resiko dan keadaan khusus (politik, kontrak kerja, dll)
9. Analisis ekonomi keseluruhan
BAB IV

NODAL ANALYSIS UNTUK


ALIRAN GAS
Pendahuluan
Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan tekanan
Media berpori
Gravel pack atau perforasi
Choke dasar sumur
SSSV
Choke di permukaan
Well flowline
Separator
Aliran dari kompressor ke pipa dan ke konsumen
Objectives
Understand the components of Inflow performance
Understand the components of vertical lift performance
Understand combining inflow and vertical lift performance
SURFACE PRESSURE PRODUCED FLUID

INJECTION GAS

WELL OUTFLOW
RELATIONSHIP
(VLP) or (TPC)

BOTTOM HOLE PRESSURE AS A FUNCTION OF FLOWRATE

PRODUCTION POTENTIAL AS A FUNCTION OF PRODUCTION RATE

SANDFACE WELL
RESERVOIR PRESSURE
PRESSURE BHFP INFLOW (IPR)
Pressure Losses in Well System
P4 = (Pwh - Psep)
Gas
Sales line
Pwh Psep Liquid
Stock tank

P1 = Pr - Pwfs = Loss in reservoir


P3 = Pwf - Pwh P2 = Pwfs - Pwf = Loss across completion
P3 = Pwf - Pwh = Loss in tubing
P4 = Pwh - Psep = Loss in flowline
PT = Pr - Psep = Total pressure loss

Pwf Pwfs Pr Pe

P1 = (Pr - Pwfs)
P2 = (Pwfs - Pwf)
Adapted from Mach et al, SPE 8025, 1979.
Nodal system
Nodal system

Pwh konstan
Pengaruh ukuran tubing dan flowline
Ukuran pipa mempunyai pengaruh yang cukup besar thd
kapasitas aliran dari sumur
Menyebabkan sumur berproduksi rendah sedangkan
reservoir mempunyai kapasitas yang cukup untuk
berproduksi
Pwh konstan
Jika jarak kepala sumur dan separator cukup dekan
Dianalisa di nomer 6
Tekanan kepala sumur
konstan
Persamaan :
Inflow
p r p res p wf
Outflow

Prosedur
p tf p tb p wf
Berdasarkan anggapan pwf, tentukan qsc menggunakan
persamaan inflow performance
Plot antara pwf dan qsc
Berdasarkan anggapan qsc dan pwh, hitung pwf untuk
setiap qsc anggapan
Tekanan kepala sumur
konstan
Prosedur
Plot antara pwf dan qsc pada grafik yang sama dari hasil
langkah sebelumnya. Perpotongan antara kedua kurva
memberikan kapasitas aliran dan pwf untuk ukuran tubing
yang digunakan

Kasus ini ada dua komponen:


Reservoir
Tubing + tekanan kepala sumur
Nodal Analysis
P4 = (Pwh - Psep)
Gas
Sales line
Pwh Psep Liquid
Stock tank

P1 = Pr - Pwfs = Loss in reservoir


P3 = Pwf - Pwh P2 = Pwfs - Pwf = Loss across completion
P3 = Pwf - Pwh = Loss in tubing
P4 = Pwh - Psep = Loss in flowline
PT = Pr - Psep = Total pressure loss

Pwf Pwfs Pr Pe

P1 = (Pr - Pwfs)
P2 = (Pwfs - Pwf)
Adapted from Mach et al, SPE 8025, 1979.
Inflow Performance Curve

3500
Inflow (Reservoir) Curve
3000
Flowing bottomhole pressure, psi

2500

2000

1500

1000

500

0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
Production rate, STB/D
Tubing Curve
3500

Tubing Curve
3000
Flowing bottomhole pressure, psi

2500

2000

1500

1000

500

0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
Production rate, STB/D
System Graph
3500
Inflow (Reservoir) Curve
3000
Tubing Curve
Flowing bottomhole pressure, psi

2500
1957.1 psi

2000

1500

1000

500
2111 STB/D

0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
Production rate, STB/D
INFLOW AND OUTFLOW
PERFORMANCE
Pressure, psig
0
1000
2000
3000
5200
4000
5000
5000

FBHP, psig
4800
Depth, feet

6000
7000 4600

8000 4400
9000 4200
10000 0 1000 2000 3000
11000 Rate, bbls/d

12000
13000
14000
0 1000 2000 3000 4000 5000
Effect of Skin on IPR
Pressure at Node

Inflow
(IPR)
Outflow

SKIN
10 5 0 -1 -3

qo a 1/ ln re +S
rw
Flowrate Note : Log effect
Effect of Pressure Depletion on IPR
Reservoir with no pressure support
Pressure at Node

Decreasing reservoir pressure

Inflow
Outflow

Flowrate
Effect of Tubing Size on Outflow

Inflow
(IPR)
Pressure at Node

Outflow

2 3/8
2 7/8 3 1/2
4 1/2

Flowrate (stb/d)
Pwh berubah

Jika jarak separator jauh, ukuran flowline ke separator


akan mempengaruhi kapasitas aliran produksi
Jika pengaruh flowline diperhitungkan, maka sistem
dibagi dua subsistem di kepala sumur
Inflow:

Outflow:
p r p res p tb p tf

p sep p tf p tf
Prosedur
Berdasarkan harga qsc tentukan harga pwf dengan IPR
Dengan persamaan penurunan tekanan di tubing, tentukan ptf
untuk setiap qsc dan pwf yang ditentukan langkah sebelumnya
Plot ptf dan qsc
Menggunakan tekanan separator yang konstan, dan persamaan
aliran di pipa, tentukan ptf untuk beberapa asumsi qsc
Plot ptf dan qsc pada grafik yang sama dengan grafik pada
langkan di wellbore. Perpotongan kedua kurva adalah
memberikan harga qsc dan ptf pada kedua sistem
Contoh
Pengaruh tekanan separator

Pengaruh p separator ditentukan dengan cara membagi


sistem di separator
Separator
Kombinasi reservoir+tubing+pipa
P separator dihitung:

p sep p r p res p tb p fl
Prosedur

Menentukan pwf untuk berbagai qsc mengunakan IPR


Menentukan ptf untuk setiap pwf dan qsc
Menentukan psep untuk setiap ptf dan qsc
Memplot psep thd qsc dan tentukan qsc untuk setiap
harga psep
Contoh
Pengaruh Ukuran Tubing dan Flowline
(Tekanan Kepala Sumur Konstan)

Test deliverabilitas dilakukan untuk mendapatkan data inflow


performance. Perhitungan untuk menentukan kapasitas alir dari sumur
yang mempunyai diameter tubing 1.995 inch atau 2.441 inch dengan Ptf
konstan pada tekanan 1,000 psia.
Data Inflow performance :
n = 0.83
Pr = 1952 psia
C = 0.0295 Mscfd/psia2
H = 10,000 ft
Penyelesaian :
Persamaan umum dari kurva Inflow Performance adalah :
qsc = C (Pr2 Pwf2)n = 0.0295 (19522 Pwf2)0.83
Mengasumsikan beberapa harga Pwf untuk menen
tukan qsc
Inflow
Pwf, psia qsc, Mscfd

1952 0

1800 1768

1400 4695

1000 6642

600 7875

200 8477

0 8551
Memplot Pwf terhadap qsc
Pwf vs Qsc

2,500

2,000
Pwf, psi

1,500

1,000

500

0
0 2 4 6 8 10
Qsc, MMscf/d
Mengasumsikan beberapa harga laju alir dan tentukan Pwf dengan
menggunakan persamaan penurunan tekanan antara tubing dan
tekanan kepala sumur untuk setiap laju alir.
25 g q 2 T Z f MD EXPS 1
pwf ptf EXPS
2 2
5
Sd

Hal ini dilakukan untuk setiap ukuran tubing. Hasil yang didapat
adalah sebagai berikut : Outflow
qsc, Pwf, psia
MMscfd d = 1.995 inch d = 2.441 inch
1 1300 1290
2 1370 1300
3 1500 1370
4 1620 1400
5 1800 1580
6 1970 1620
Memplot Pwf terhadap qsc, untuk kedua ukuran tubing
pada grafik sebelumnya.
Pwf vs Qsc

2,500

2,000
Pwf, psi

1,500

1,000

500

0
0 2 4 6 8 10
Qsc, Mscf/d

IPR d=1,995 d=2,441


Perpotongan antara inflow curve dengan outflow
curve (tubing performance curve) tersebut
memberikan harga kapasitas aliran dan Pwf untuk
setiap ukuran tubing yang digunakan.
Kesimpulan :

Tubing ID Pwf,psia qsc,Mmscfd

1.995 1,560 3,500

2.441 1,440 4,350

Jadi, dengan memperbesar ukuran tubing, kapasitas alir


sumur dapat dinaikkan 850 Mscfd atau sekitar 24%.
Pengaruh Ukuran Tubing dan Flowline
(Tekanan Kepala Sumur Tidak Konstan)

Menentukan kapasitas alir untuk 1.995 dan 2.441 ID flowline :


n = 0.83 PR = 1952 psia
C = 0.0295 Mscfd/psia2 H = 10,000 ft
Dtubing = 1.995 inch Z = 0.95
Tsep = 60oF Psep = 1000 psia
TR = 220oF Ttf = 100oF
L = 6,000 ft (flowline) g = 0.67
g = 0.012 cp = 0.0018 in
Penyelesaian :
1. Asumsi harga qsc (1,2,3 dan 4 MMscfd), tentukan Pwf menggunakan
satu persamaan inflow performance, yaitu :
qsc = C (Pr2 Pwf2)n = 0.0295 (19522 pwf2)0.83

2. Metode Tekanan dan Temperatur Rata-rata digunakan untuk


menentukan Ptf, untuk setiap qsc dan Pwf, yaitu :

Pwf2 ( 25 g q 2 T Z f H EXPS 1) / Sd 5
p tf
2

EXP( S )
3. Buat tabulasi hasil perhitungan ini bersama dengan hasil step1

inflow
qsc,Mscfd pwf ptf(tubing)
1000 1877 1500
2000 1774 1362
3000 1653 1158
4000 1512 840
4. Plot antara Ptf terhadap qsc, pada reservoirtubing subsistem
seperti pada grafik berikut :

Ptf vs Qsc

1,600
1,400
1,200
1,000
Ptf, psi

800
600
400
200
0
0 1 2 3 4 5
Qsc, MMscfd
5. Dengan laju alir yang sama pada step 1, tentukan Ptf dari subsistem
separator-pipa dimana tekanan separator adalah 1,000 psia untuk
kedua diameter pipa 1.995 dan 2.441 inch.
Persamaan yang digunakan:
Ptf Psep
2
(25 g qsc2 TZfL) / d 5
0.5

Outflow

qsc,Mscfd Ptf (1.995) Ptf (2.441)


1000 1016 1006
2000 1062 1022
3000 1134 1049
4000 1227 1085
6. Harga Ptf dan qsc untuk sub sistem separator-pipa diplot pada grafik
yang sama dengan grafik hasil dari step 4, perpotongan antara
kedua kurva tersebut memberikan harga kapasitas alir dari setiap
pipa yaitu 3,080 dan 3,360 Mscfd untuk pipa dengan diameter
1.995 dan 2.441 inch.

Ptf vs Qsc

1,600
1,400
1,200
1,000
Ptf, psi

800
600
400
200
0
0 1 2 3 4 5
Qsc, MMscfd

Inflow dfl = 1.995 dfl = 2.441


Pengaruh Tekanan Separator

Tentukan kapasitas alir sumur (sistem sumur seperti pada soal


sebelumnya) untuk flowline 1.995 inch pada tekanan separator
1,200; 1,000; 800; dan 500 psia.

Penyelesaian :
1. Asumsi harga qsc (1,2,3 dan 4 MMscfd), tentukan Pwf menggunakan
satu persamaan inflow performance, yaitu :
qsc = C (Pr2 Pwf2)n = 0.0295 (19522 Pwf2)0.83
kemudian buat tabulasi hasil perhitungan ini.
2. Metode Tekanan dan Temperatur Rata-rata digunakan untuk
menentukan Ptf, untuk setiap qsc dan Pwf , yaitu :
Pwf2 ( 25 g q 2 T Z f H EXPS 1) / Sd 5
p tf
2

EXP( S )

Buat tabulasi hasil perhitungan ini bersama dengan hasil step1.


3. Menentukan Psep pada setiap harga Ptf dan qsc dengan
menggunakan persamaan :
25 g q 2T Z fL
p12 p 22
d5
atau
a3 a4
P1 P2 1
a2
T
2 2

q g a1 E b . D a5

Pb TLZ g

qsc, Mscfd pwf ptf psep


Hasilnya : 1000 1877 1500 1490
2000 1774 1362 1320
3000 1653 1158 1042
4000 1512 840 504
4. Plot antara Psep terhadap qsc dan tentukan harga kapasitas alir
pada berbagai harga dari Psep.

Qsc vs Psep

1600
1400
1200
Psep, psia

1000
800
600
400
200
0
0 1 2 3 4 5
Qsc, MMscfd
Kesimpulan :

Flow capacity,
Psep
MMscfd
1,200 2,56
1,000 3.08
800 3.54
500 4.0
Pemilihan Kompresor
Sistem digunakan untuk menyuplai gas ke konsumen yang jaraknya
10,000 ft dari kompresor dengan tekanan yang diinginkan oleh
konsumen (sales line) adalah 1,000 psia. Diameter pipa konsumen
adalah 3.068 inch. Kompresor diletakkan dekat separator. Tentukan
perbandingan kompresi dan horse power untuk laju alir 3.5 dan 4
MMSCFD.

Penyelesaian :
1. Tekanan di separator atau kompresor untuk berbagai harga laju alir
sudah dihitung dan diplot pada soal sebelumnya di atas.
2. Dimulai dari tekanan yang dibutuhkan konsumen, tentukan
tekanan yang keluar dari kompresor, Pdis, untuk berbagai harga
laju alir, menggunakan persamaan berikut :
25 g q 2T Z fL
p1 p 2
2 2

d5

Hasilnya sebagai berikut :

qsc, Mscfd pdis, psia


1,000 1,002
2,000 1,010
3,000 1,021
4,000 1,037
5,000 1,057
3. Plot antara Pdis terhadap qsc pada grafik yang sama yang digunakan
pada soal sebelumnya. Perpotongan antara kedua kurva tersebut
memberikan kapasitas aliran atau deliverability untuk sistem yang
tidak menggunakan kompresor.

Qsc vs Pdis

1,600

1,400

1,200
Pdis, psia

1,000

800

600

400

200

0 1 2 3 4 5 6
Qsc, MMscfd

Psep Pdis
Plot pada grafik diatas memberikan perpotongan pada
Qsc = 3.04 MMscfd jika tidak menggunakan kompresor.
Untuk mendapatkan laju alir yang sesuai maka dibutuhkan
kompresor. Harga-harga dibawah ini dibaca dari grafik diatas,
yaitu :

qsc, MMscfd psep pdis r = pdis/psep Z1


3.5 810 1030 1.27 0.86
4.0 500 1040 2.08 0.92
Untuk menentukan horsepower yang diperlukan, dengan k = 1.3,
psc = 14.7 psia, Tsc = 520oR, T1 = 540oR.

Untuk qsc = 3.5 MMscfd Untuk qsc = 4.0 MMscfd

3.027 Psc T1 k Z1 ( k 10 / k w 200.27[( 2.08) 0.92( 0.3) / 1.3 1] 200.27(0.168)


w (r 1)
Tsc (k 1)

w
3.027(14.7)(540)(1.3)
[(1.27) 0.86( 0.3) / 1.3 1] w 33.6Hp / MMscfd
(520)( 0.3)

w 200.27(0.049) 9.8Hp / MMscfd

Hp = (9.8)(3.5) = 3.4 Hp Hp = (33.6)(4.0) = 134 Hp

Anda mungkin juga menyukai