Anda di halaman 1dari 39

PERENCANAAN DAN MENINGKATAN PEROLEHAN

MINYAK SUMUR NATURAL FLOW DENGAN


EOR METODE CO2 FLOODING PADA
SUMUR“MBD” LAPANGAN “IT”

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH:
MARIA BERNADETE DA SILVA
16.420.410.1101

JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
2020
PERENCANAAN DAN MENINGKATAN PEROLEHAN
MINYAKS UMUR NATURAL FLOW DENGAN
EOR METODE CO2 FLOODING PADA
SUMUR“MBD” LAPANGAN “IT”

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar


SarjanaTeknik Pada Jurusan Teknik Perminyakan FakultasTeknik
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

DISUSUN OLEH:
MARIA BERNADETE DA SILVA
16.420.410.1101

JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kuasa dan
rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan proposal penelitianSkripsi dengan judul
“PERENCANAAN DAN MENINGKATKAN PEROLEHAN MINYAK
SUMUR NATURAL FLOW DENGAN EOR METODE CO2 FLOODING
PADA SUMUR “MBD” LAPANGAN “IT”.
Maksud dan tujuan dari proposal penelitianSkripsiini untuk memenuhi
persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana di Jurusan Teknik Perminyakan,
Fakultas Teknik, Universitas Poklamasi 45 Yogyakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Ir. Bambang Irjanto, M.BA selaku Rektor Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta.
2. Syamsul Ma’arif, S.T., M.Eng selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta.
3. Lia Yunita, S.T., M.Pdselaku Kepala Jurusan Teknik Perminyakan Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta.
4. Wirawan Widya Mandala, S.T.,M.T selaku dosen Koordinator Skripsi.
5. Segenap Dosen Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Universitas Proklamasi
45 Yogyakarta.
6. Orangtua yang selalu memberikan dukungan moril dan materiil sehingga
proposal penelitianSkripsi ini dapat diselesaikan.
7. Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak memberi bantuan hingga
terselesaikannya proposal penelitian Skripsi ini.
Dalamproposal penelitian Skripsi ini, tentu ada kelemahan dalam teknik
pelaksanaan maupun tata cara penulisan, maka saran dan kritik yang membangun
sangat dibutuhkan guna menemukan refleksi peningkatan mutu dari proposal
serupa dimasa mendatang.
Yogyakarta,Januari 2020

Penulis
I. JUDUL
PERENCANAAN DAN MENINGKATKAN PEROLEHAN MINYAK
SUMUR NATURAL FLOW DENGAN EOR METODE CO2 FLOODING
PADA SUMUR “MBD” LAPANGAN “IT”.

II. PENDAHULUAN
2.1. Latar Belakang
Metode produksi adalah kegiatan mengangkat atau mengalirkan fluida yang
ada di reservoir menuju ke permukan.Metode produksi dibagi menjadi tiga
metode, yang terdiri dari Primary Recovery, Secondary Recovery dan Tertiary
Tecovery. Tahapan Primary Recovery terdiri dari dua metode yaitu metode
Natural Flow dan Artificial Lift, pada tahap Secondary Recovery terdapat dua
metode yaitu Water Flooding dan Pressure Maintenance dan tahap Tertiary
Tecovery terdapat metode EOR (Enhanced Oil Recovery). Seiring dengan
berjalannya waktu kegitan produski hidrokarbon lama kelaman akan semakin
berkurang untuk diperlukan pengurasan tahap lanjut yang disebut dengan EOR
(Enhanced Oil Recovery).
EOR merupakan metode yang dilakukan untuk meningkatkan perolehan
minyak dari suatu reservoir dengan cara mengubah karateristik reservoir.
Mekanisme pendesakannya terdiri dari pendesakan area, penyapuan dan
pendesakan dengan cara penginjeksian yang terdiri dari Four Spot, Five Spot,
Seven Spot, Staggered Line Drive dan Direct Line Drive. Tahapan dari EOR terdiri
dari studi laboratorium, pilot project dan aplikasi lapangan. Secara umum
metode Enhanced Oil Recovery (EOR) terbagi atas empat, yakni injeksi kimia
(Chemical Flooding), injeksi gas tercampur (Miscible gas), injeksi panas
(Thermal Injection), dan MEOR (Microbial Enhanced Oil Recovery). Diantara
beberapa metode EOR yang telah terbukti berhasil meningkatkan produksi
minyak salah satunya adalah injeksi gas CO2.
Injeksi gas CO2 atau sering juga disebut sebagai injeksi gas CO2 tercampur
yaitu dengan menginjeksikan sejumlah gas CO2 ke dalam reservoir dengan
melalui sumur injeksi sehingga dapat diperoleh minyak yang tertinggal. CO2
adalah molekul stabil dimana 1 atom karbon mengikat 2 atom oksigen, berat
molekulnya 44.01 mol, temperatur kritik 31.0 0C dan tekanan kritik 73.3 Bars
(1168.65 psi). Gas CO2 merupakan fluida pendesak yang sangat ideal untuk
beberapa jenis minyak, karena gas tersebut dapat bercampur dengan minyak
pada zona transisi untuk mencapai pendesakan atau efisiensi penyapuan yang
sempurna. Hal ini telah terbukti pada skala mikroskopis di laboratorium dengan
menggunakan core.

2.2. Batasan Masalah


Batasan masalah dari penelitian Skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Merubah sifat fisik fluida dan batuan yang berpengaruh terhadap
peningkatan efisiensi pendesakan dan penyapuan injeksi CO2.
2. Meningkatkan laju produksi dengan menggunakan stimulasi.

2.3. Maksud dan Tujuan Penelitian


Adapun maksud dan tujuan dari penelitian Skripsi ini adalah sebagai berikut:
2.3.1 Maksud
Maksud dari penelitian Skripsi ini adalah agar dapat mengetahui
semua faktor yang berpengaruh dalam perencanaan sehingga dapat
menghasilkan perencanaan yang optimum pada Kajian Laboratorium
Pengujian Pengaruh Terhadap Resistensi Faktor.
2.3.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian Skripsi ini adalah agar dapat merencanakan
injeksi CO2 baik dalam penanggulangan masalah produksi maupun dalam
usaha meningkatkan produktivitas sumur.
2.4. Metodologi Penelitian
Metodologi yang dilakukan dalam penelitian Skripsi ini adalah sebagai
berikut :
2.4.1 Studi Pustaka dan Laboratorium
Studi Pustaka difokuskan pada pencarian informasi dari buku-buku
penunjang yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.
2.4.2Pengambilan dan Pengumpulan Data
Pengambilan data mengenai uji Laboratorium yang dilakukan di
LEMIGAS, kemudian dilakukan tanya jawab langsung kepada pihak yang
bersangkutan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penelitian.
2.4.3 Perhitungan dan Analisa Data
Setelah memperoleh data, mendapatkan materi yang menunjang
penelitian, maka selanjutnya dilakukan perhitungan dan analisa dari data
tersebut.

III. DASAR TEORI


3.1. Produktivitas Formasi
Produktivitas formasi adalah kemampuan suatu formasi untuk
memproduksikan fluida yang dikandungnya pada kondisi tekanan tertentu. Pada
umumnya sumur-sumur yang baru diketemukan mempunyai tenaga pendorong
alamiah yang mampu mengalirkan fluida hidrokarbon dari reservoir kepermukaan
dengan tenaganya sendiri. Akan tetapi dengan berjalannya waktu produksi,
kemampuan dari formasi untuk mengalirkan fluida tersebut akan mengalami
penurunan, yang besarnya sangat tergantung pada penurunan tekanan reservoir.
Parameter yang menyatakan produktivitas formasi adalah Index Produktivitas (PI)
dan Inflow Performance Relationship (IPR).
3.1.1. Aliran Fluida Dalam Media Berpori
Aliran fluida adalah suatu gejala perpindahan zat akibat gerakan-
gerakan massa materi zat, dimana fluida dapat berupa gas atau cair atau
kedua-duanya. Fluida yang mengalir dari formasi ke lubang sumur dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :
1. Jumlah fasa yang mengalir
2. Sifat fisik fluida reservoir
3. Sifat fisik batuan reservoir
4. Konfigurasi di sekitar lubang bor, seperti : adanya lubang perforasi, skin
(kerusakan formasi), gravel pack, rekahan hasil perekahan hidrolik
5. Kemiringan lubang sumur
6. Bentuk daerah pengurasan
Aliran fluida dalam media berpori telah dikemukakan oleh Darcy (1856),
di mana persamaan dibedakan berdasarkan sistem aliran dan jenis fluidanya.
3.1.1.1 Sistem aliran linier horizontal minyak
Laju alir dari sistem aliran linier horizontal untuk minyak dapat
dituliskan dengan persamaan sebagai berikut:
0.001127 kA( P1 − P2 )
q= ...........................................................(3-1)
BL
dimana :
q = laju alir, STB
k = permeabilitas, mD
A = luas, ft2
L = panjang media berpori, ft
P = tekanan, psi
B = faktor volume formasi, bbl/STB
 = viskositas fluida yang mengalir, cp
3.1.1.2 Sistem aliran linier miring minyak
Laju alir dari sistem aliran linier miring untuk minyak dapat
dituliskan dengan persamaan sebagai berikut :
− 0.001127kA  ( P2 − P1 ) 
q=  + gL sin   ........................................(3-2)
B  L 
3.1.1.3 Sistem aliran radial minyak
Laju alir dari sistem aliran radial untuk minyak dapat dituliskan
dengan persamaan sebagai berikut.
0.00708kh( Pe − Pw )
q= ..................................................................(3-3)
B ln( re / rw )
3.1.1.4 Sistem aliran linier gas
Laju alir dari sistem aliran linier untuk gas dapat dituliskan dengan
persamaan sebagai berikut.
0.1118kA
qsc = ( P1 − P2 ) ................................................................(3-4)
2 2

LZT

3.1.1.5 Sistem aliran radial gas


Laju alir dari sistem aliran radial untuk gas dapat dituliskan dengan
persamaan sebagai berikut :
0.7032kh
qsc = ( Pe − Pw ) ......................................................(3-5)
2 2

 ln( re / rw )TZ
dimana :
Q = laju alir, STB
K = permeabilitas, md
H = ketebalan lapisan, ft
P = tekanan, psi
A = luas, ft2
L = panjang media berpori, ft
Α = sudut kemiringan lapiran, °
Ρg = gradien tekanan fluida, 0.433 psi/ft (air tawar), 0.465 psi/ft (air
asin)
B = faktor volume formasi, bbl/STB
 = viskositas fluida yang mengalir, cp
re = jari – jari pengurasan sumur, ft
rw = jari – jari sumur, ft
qsc = laju alir gas pada kondisi standar, SCF
Z = faktor deviasi gas
T = temperatur, °R

3.1.2. Productivity Index(PI)


Productivity Index merupakan indeks yang digunakan untuk
menyatakan kemampuan suatu sumur untuk berproduksi pada kondisi. Secara
matematis, Productivity Index (J) adalah perbandingan antara laju aliran
produksi yang dihasilkan oleh suatu sumur pada suatu harga tekanan aliran di
dasar sumur tertentu dengan perbedaan tekanan dasar sumur dalam kondisi
statik (Ps) dan tekanan dasar sumur saat terjadi aliran (Pwf).

PI = J = q ......................................................................................... (3-6)
Ps - Pwf
keterangan :
J = Productivity Index, Bbl/d/psi
Q = laju produksi, STB/d
Ps = tekanan statik, psi
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psi
Untuk menentukan harga PI secara langsung adalah sewaktu sumur
tersebut flowing. Kemudian dicatat harga Pwf dan q sumur tersebut.
Berdasarkan pengalamannya, Kermitz E Brown (1967) telah mencoba
memberikan batasan terhadap besarnya produktivitas sumur, yaitu sebagai
berikut:
1. PI rendah jika besarnya kurang dari 0,5
2. PI sedang jika besarnya berkisar antara 0,5 sampai 1,5
3. PI tinggi jika lebih dar 1,5
3.1.3. Inflow Performance Relationship (IPR)
Inflow Performance Relationship (IPR) merupakan pernyataan PI
secara grafis yang menggambarkan perubahan dari harga tekanan alir dasar
sumur (Pwf) versus laju alir (q) yang dihasilkan karena terjadinya perubahan
tekanan alir dasar sumur tersebut.
IPR menunjukan produktivitas sumur/lapisan produktif. Jika
hubungan tersebut diplot dalam bentuk grafik, maka kurva yang dihasilkan
disebut sebagai kurva IPR. Kurva IPR merupakan kurva plot antara laju alir
(q) dengan tekanan alir dasar sumur (Pwf). Dari kurva plot ini kita dapat
menentukan PI (Productivity Index).
3.1.3.1 Kurva IPR Satu Fasa
Dasar dari aliran fluida pada media berpori diambil dari teori “Darcy”
(1856), dengan persamaan :
q k dP
v= =− ....................................................................... (3-7)
A  dL
Persamaan tersebut mencakup beberapa anggapan diantaranya adalah :
1. Aliran mantap
2. Fluida yang mengalir satu fasa
3. Tidak terjadi reaksi antara batuan dengan fluidannya
4. Fluida bersifat incompressible
5. Viskositas fluida yang mengalir konstan
6. Kondisi aliran Isotermal
7. Formasi homogen dan arah aliran horizontal
Persamaan di atas selanjutnya dikembangkan untuk kondisi aliran radial, di
mana dalam suatu lapangan persamaan tersebut berbentuk :

k o h( Pe − Pwf )
q = 0.007082 .............................................................. (3-8)
µ o Bo Ln(re / rw )
keterangan :
q = laju produksi, STB/d
ko = permeabilitas efektif minyak, mD
h = ketebalan formasi produktif, ft
Pe = tekanan formasi pada jarak re dari sumur, psi
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psi
µo = viskositas minyak, cp
Bo = Faktor volume formasi, Bbl/STB
re = jari – jari pengurasan sumur, ft
rw = jari – jari sumur, ft
Prosedur dalam membuat kurva IPR untuk aliran satu fasa adalah
sebagai berikut :
1. Siapkan data hasil uji tekanan dan produksi yaitu ; tekanan reservoir (Ps),
tekanan alir dasar sumur (Pwf), dan laju produksi (q).
2. Hitung indeks produktivitas (PI) dengan persamaan.
3. Pilih tekanan alir dasar sumur (Pwf) anggapan.
4. Hitung laju aliran (qo) pada tiap harga Pwf tersebut dengan menggunakan
persamaan .
5. Plot qo terhadap Pwf yang diperoleh dari langkah 3 dan 4 pada kertas
grafik kartesian, dengan qo sebagai sumbu datar dan Pwf sebagai sumbu
tegak. Hasil plot ini akan membentuk garis yang linier seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3.1 di bawah ini.
.
Gambar 3.1 Kurva IPR 1 Fasa5)

3.1.3.2 Kurva IPR Dua Fasa


Untuk membuat kurva IPR di mana fluida yang mengalir dua fasa,
Vogel mengembangkan persamaan hasil regresi sederhana yang mudah
penggunaannya. Model ini ditulis dalam bentuk fraksi Pwf/Ps versus q/qmax.
Sehingga persamaan itu akan terbentuk seperti dibawah ini :
2
qo  Pwf  P 
= 1 − 0.2   − 0.8  wf
 P
 .................................................... (3-9)

q max  Ps   s 
qo
Pwf = Ps − ............................................................................... (3-10)
PI
keterangan :
qo = laju produksi minyak, STB/d
qmax = laju produksi maksimum pada Pwf=0, STB/d
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psi
Ps = tekanan statik, psi
Dalam pengembangan Kurva IPR Dua Fasa, Vogel berlaku anggapan:
1. Reservoir bertenaga dorong gas terlarut
2. Harga skin disekitar lubang bor sama dengan nol
3. Tekanan reservoir di bawah tekanan saturasi (Pb)
Prosedur pembuatan kurva IPR untuk aliran dua fasa dari Vogel adalah
sebagai berikut :
1. Mempersiapkan data penunjang meliputi ; tekanan reservoir/tekanan statis
(Ps), tekanan alir dasar sumur (Pwf), laju produksi minyak (qo).
2. Menghitung harga (Pwf/Ps)
3. Mensubtitusikan harga (Pwf/Ps) dari langkah 1 dan harga laju produksi (qo)
ke dalam persamaan dan menghitung harga laju produksi maksimum (qo
max).

4. Untuk membentuk kurva IPR, gunakan beberapa nilai anggapan Pwf dan
menghitung harga qo dari persamaan (3-9)
5. Memplot qo terhadap Pwf pada kertas grafik linier. Kurva yang diperoleh
adalah kurva kinerja aliran fluida dari formasi ke lubang sumur. Bentuk
kurva tersebut akan melengkung seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.2
dibawah ini.

Gambar 3.2 Kurva IPR 2 Fasa5)

3.1.3.3 Kurva IPR Tiga Fasa


Laju produksi sumur yang diinginkan harus sesuai dengan
produktifitas sumur. Pada umumnya fluida yang mengalir dari formasi ke
lubang sumur terdiri dari tiga fasa, yaitu gas, minyak dan air, maka dalam
pengembangan kelakuan aliran tiga fasa dari formasi ke lubang sumur dapat
menggunakan Metode Pudjo Sukarno.
Asumsi yang digunakan metode ini adalah :
1. Faktor skin sama dengan nol.
2. Minyak, air dan gas berada pada satu lapisan dan mengalir bersamasama
secara radial.
Untuk menyatakan kadar air dalam laju produksi total digunakan
parameter Water Cut (WC), yaitu perbandingan laju produksi air dengan laju
produksi total, di mana harga water cut dinyatakan dalam persen.
Dengan membuat kurva IPR tersebut kita dapat mengetahui laju
produksi maksimum dari sumur.
qo
= A o + A1(Pwf Pr ) + A 2 (Pwf Pr )2 ............................ (3-11)
q t , max

Keterangan :
An =konstanta persamaan (n = 0, 1 dan 2) di mana harganya berbedauntuk
water cut yang berbeda. Hubungan antara konstanta tersebut dengan
water cut ditentukan pula dengan analisis regresi:
An = C0 + C1 (WC ) + C2 (WC )
2

Cn =konstanta untuk masing-masing harga An.

Tabel 3.1 Konstanta Cn untuk Masing-masing An

An C0 C1 C2

A0 0.980321 -0.115661.10-1 0.179050.10-4


A1 -0.414360 0.392799.10-2 0.237075.10-5
A2 0.564870 0.762080.10-2 -0.202079.10-4
Sedangkan hubungan antara tekanan alir dasar sumur terhadap water
cut dapat dinyatakan sebagai Pwf / Pr terhadap WC / (WC @ Pwf = Pr), di mana
(WC @ Pwf = Pr) telah ditentukan dengan analisis regresi dan menghasilkan
persamaan berikut :

= P1  Exp P2Pwf / Pr  ..................................... (3-12)


WC
WC @ Pwf = Pr
Dimana harga P1 dan P2 tergantung dari harga water cut dan dapat ditentukan
dengan persamaan berikut :
P1 = 1.606207 − 0.130447  Ln ( WC)
P2 = −0.517792 + 0.110604 Ln ( WC)
Dimana water cut dinyatakan dalam persen (%) dan merupakan data uji
produksi.
Prosedur pembuatan kinerja aliran tiga fasa dari Metode Pudjo
Sukarno adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan data penunjang meliputi tekanan reservoir / tekanan statis
sumur, tekanan alir dasar sumur, laju produksi minyak dan air, harga
Water Cut (WC) berdasarkan data uji produksi (%)
2. Penentuan WC@ Pwf ≈ Ps. Menghitung terlebih dahulu harga P1 dan P2
yang diperoleh dari Persamaan P1 dan P2. Kemudian hitung harga WC @
Pwf ≈ Ps dengan Persamaan (3-11).
3. Penentuan konstanta A0, A1 dan A2. Berdasarkan harga WC @ Pwf ≈ Ps
kemudian menghitung harga konstanta tersebut menggunakan Persamaan
di mana konstanta C0, C1 dan C2 diperoleh dalam Tabel 3.1.
4. Menghitung Qt maksimum dari Persamaan dan konstanta A0, A1 dan A2
dari langkah 3.
5. Penentuan Laju Produksi Minyak (Qo). Berdasarkan Qt maksimum
langkah 4, kemudian menghitung harga laju produksi minyak qo untuk
berbagai harga Pwf.
6. Penentuan Laju Produksi Air (Qw). Menghitung besarnya laju produksi
air dari harga Water Cut (WC) pada tekanan alir dasar sumur (Pwf)
dengan persamaan :

 WC 
Qw =    Qo ......................................................... (3-13)
 100 − WC 
7. Membuat tabulasi harga Qw, Qo dan Qt untuk berbagai harga Pwf pada
Ps aktual .
8. Membuat grafik hubugan antara Pwf terhadap Qt , di mana Pwf mewakili
sumbu Y dan Qt mewakili sumbu X.

Gambar 3.3 Kurva IPR 3 Fasa5)

3.1.4. Aliran Laminar dan Turbulen dalam Pipa


Aliran fluida dapat dibedakan menjadi aliran laminar dan aliran
turbulen, tergantung pada jenis garis alir yang dihasilkan oleh partikel-
partikel fluida. Jika aliran dari seluruh partikel fluida bergerak sepanjang
garis yang sejajar dengan arah aliran (atau sejajar dengan garis tengah pipa,
jika fluida mengalir di dalam pipa), fluida yang seperti ini dikatakan laminar.
Kata laminar berasal dari bahasa latin lamina, yang berarti lapisan atau
plat tipis. Sehingga, aliran laminar berarti aliran yang berlapis-lapis.
Lapisan-lapisan fluida akan saling bertindihan satu sama lain tanpa
bersilangan.
Menurut Reynold, untuk membedakan apakah aliran itu turbulen atau
laminar dapat menggunakan bilangan tak berdimensi yang disebut dengan
Bilangan Reynold.
Bilangan ini dihitung dengan persamaan berikut :
𝝆𝒗𝑫
𝑹𝒆 = ................................................................................... (3-14)
µ

Dimana:
Re =BilanganReynold (tak berdimensi)
v = kecepatan rata-rata (ft/s atau m/s)
D = diameter pipa(ft atau m)
k = viskositas kinematik(m2/s)
Pada Re < 2300, aliran bersifat laminar.
Pada Re > 4000, aliran bersifat turbulen.
Pada Re = 2300-4000 terdapat daerah transisi.
Pada Gambar 3.4 di bawah ini menunjukkan aliran turbulen dan
aliran laminar.

Gambar 3.4 Aliran Turbulent (atas) Aliran Laminar (bawah) 5)


3.2. Metode Produksi
Pada umumnya perolehan minyak (oil recovery) dari reservoir dapat
dibagi menjadi 3 tahapan:
3.2.1. Metode Primer (Primary Recovery)
Metode Primer dibagi menjadi dua yaitu metode sembur alam (Natural
Flow) dan metode pengangkatan buatan (Artificial Lift).
1. Metode Sembur Alam (Natural Flow)
Natural Flow yaitu produksi sumur minyak dan gas bumi secara
alami tanpa bantuan peralatan-peralatan buatan. Sumur produksi ini
memiliki fluida yang dapat mengalir dengan sendirinya ke permukaan
melalui tubing karena memiliki tekanan reservoir yang lebih tinggi
daripada tekanan hidrostatik kolom fluida yang berada dalam lubang
sumur tersebut.
2. Metode Pengangkatan Buatan (Artificial Lift)
Artificial Lift adalah metode pengangkatan buatan fluida dengan
menggunakan peralatan pengangkatan buatan. Pertimbangan untuk
memasang alat bantu tersebut karena kecilnya tekanan sumur yang ada.
Selain itu peralatan ini juga untuk mengejar target produksi, sehingga
sumur-sumur yang masih mengalir secara alami juga dipasang peralatan
Artificial baru.

3.2.2. Metode Sekunder (Secondary Recovery)


Secondary Recovery merupakan salah satu metode produksi yang
dilakukan apabila tekanan reservoir sudah tidak mampu mendorong minyak
ke sumur produksi atau ke permukaan sehingga perlu diberikan tekanan
tambahan. Tekanan tambahan yang diberikan bergantung pada kedalaman
sumur. Metode Secondary Recovery yang biasa digunakan antara lain:
1. Water Injection (Water Flooding)
Air bertekanan diinjeksikan ke dalamsumur produksi sehingga
minyak mentah yang kental pecah (menjadi encer) dan terdorong ke
dalam sumur. Metode ini digunakan pada sumur dengan kedalaman
2000-3000 ft untuk minyak ringan.
2. Pressure Maintenance
Prinsip metode ini sama dengan water injection, hanya saja
yang diinjeksikan adalah gas atau air untuk menjaga tekanan sumur
agar minyak tersapu naik ke permukaan.

3.2.3. Metode Tersier (Tertiary Recovery/ EOR)


Metode produksi yang terakhir adalah Tertiary Recovery. Tertiary
Recovery adalah metode produksi yang dilakukan untuk meningkatkan
produksi suatu reservoir tanpa merusak formasi yang ada. Enhaced Oil
Recovery (EOR) adalah metode Tertiary Recovery yang merupakan teknik
lanjutan untuk mengangkat minyak jika berbagai teknik dasar sudah dilakukan
tetapi hasilnya tidak seperti yang diharapkan atau tidak ekonomis. Dilakukan
Enhanced Oil Recovery (EOR) ini karena dari hasil perkiraan reservoir
tersebut masih mempunyai jumlah cadangan yang masih besar,tetapi tekanan
sudah sangat menurun sehingga apabila dilakukan produksi tahap lanjut maka
hasilnya masih menguntungkan.
Secara umum metode Enhanced Oil Recovery (EOR) terbagi atas
empat bagian, sebagai berikut :
1. Injeksi Kimia (Chemical Flooding)
Merupakan salah satu metode EOR (Enhanced Oil Recovery)
dengan cara menginjeksikan zat kimia kedalam reservoir, yang bertujuan
merubah sifat fisik fluida dan batuan yang berpengaruh terhadap
peningkatan efisiensi pendesakan dan penyapuan.
2. Injeksi Gas Tercampur (Miscible gas)
Merupakan salah satu metode EOR (Enhanced Oil Recovery)
dengan cara menginjeksikan sejumlah besar gas CO2 (15% pore volume
atau lebih) kedalam reservoir. Peningkatan perolehan minyak dengan
injeksi gas CO2 dimungkinkan dengan terjadinya proses :
a. Terbentuknya kondisi dapat baur
b. Membengkaknya minyak bumi (swelling)
c. Mengurangi viskositas minyak
d. Mengurangi tegangan permukaan
3. Injeksi Panas ( Thermal Injection)
Merupakan salah satu metode EOR (Enhanced Oil Recovery)
dengan cara menginjeksikan energi panas ke dalam reservoir untuk
mengurangi viskositas minyak yang tinggi yang akan menurunkan
mobilitas minyak, sehingga akan memperbaiki efisiensi pendesakan dan
efisiensi penyapuan.
4. MEOR ( Microbial Enhanced Oil Recovery)
Merupakan teknologi yang memanfaatkan aktivitas mikroba yang
dilakukan dengan tujuan meningkatkan perolehan minyak pada suatu
reservoir minyak bumi dengan cara menginjeksikan mikroba ke dalam
reservoir tersebut.
3.2.3.1 Penentuan Pola Sumur Injeksi Produksi
Pada operasi sumur injeksi dan produksi umumnya dibentuk dalam
suatu pola tertentu yang beraturan, misalnya tiga titik, lima titik, tujuh titik,
dan sebagainya. Pola sumur dimana sumur produksi dikelilingi oleh sumur-
sumur injeksi disebut pola normal. Sedangkan bila sebaliknya sumur-sumur
produksi mengelilingi sumur injeksi disebut pola inverted. Masing-masing
pola mempunyai alur arus berbeda-beda sehingga memberikan luas daerah
penyapuan yang berbeda-beda.
Gambar 3.5 Pola Sumur Injeksi Produksi5)
Pola-pola yang paling umum digunakan, sebagai berikut :
1. Direct Line Driver
Sumur injeksi dan produksi membentuk garis tertentu dan saling
berlawanan. Dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam sistem ini
adalah jarak antara sumur-sumur sejenis dan sumur-sumur tak sejenis.
2. Staggered Line Drive
Sumur-sumur yang membentuk garis tertentu dimana sumur
injeksi dan produksinya saling berlawanan dengan jarak yang sama
panjang, umumnya adalah ½ yang ditarik secara lateral dengan ukuran
tertentu.
3. Four Spot
Terdiri dari tiga jenis sumur ineksi yang membentuk segitiga dan
sumur produksi terletak ditengah-tengahnya.
4. Five Spot
Pola yang paling dikenal dalam Waterflooding dimana sumur
injeksi membentuk segi empat dengan sumur produksi terletak ditengah-
tengahnya.
5. Seven Spot
Sumur-sumur ineksi ditempatkan pada sudut-sudut dari bentuk
hexagonal dan sumur produksinya terletak ditengah-tengahnya.

3.3.Injeksi Gas CO2


3.3.1. Definisi Injeksi CO2
Injeksi gas CO2 atau sering juga disebut sebagai injeksi gas CO2
tercampur yaitu dengan menginjeksikan sejumlah gas CO2 ke dalam reservoir
dengan melalui sumur injeksi sehingga dapat diperoleh minyak yang
tertinggal. CO2 adalah molekul stabil dimana 1 atm karbon mengikat 2 atom
oksigen, berat molekulnya 44.01 mol, temperatur kritik 31.00C dan tekanan
kritik 73.3 Bars (1168.65 psi ).

3.3.2. Sifat-Sifat CO2


Apabila CO2 di injeksikan ke reservoir, maka minyak akan mengalami
perubahan kimia fisika sebagai berikut :
1. Pengembangan volume (Swelling)
2. Penurunan viskositas
3. Kenaikan densitas
4. Ekstraksi sebagian komponennya.
3.3.2.1 Pengembangan Volume
Adanya CO2 yang terlarut dalam minyak dapat mengakibatkan
pengembangan volume (Swelling) minyak. Pengembangan volume minyak
dinyatakan oleh Swelling Factor yang didefinisikan sebagai perbandingan
volume minyak yang telah dijenuhi CO2 dengan volume minyak awal
sebelum dijenuhi CO2. Harga Swlling Factor lebih besar dari satu
menunjukan terjadinya Swelling.
Simon dan Craue menyatakan bahwa Swelling Factor dipengaruhi
oleh fraksi mol CO2 yang terlarut dalam minyak (KCO2) dan ukuran molekul
minyak yang dinyatakan sebagai perbandingan berat molekul dengan
densitasnya ( M/ρ).
3.3.2.2 Penurunan Viskositas
Adanya CO2 yang terlarut dalam minyak akan mengakibatkan
penurunan viskositas.
Simon dan Craue menyatakan bila besarnya penurunan viskositas
tersebut dipengaruhi oleh tekanan dan viskositas minyak awal (sebelum
dijenuhi CO2). Pengaruh CO2 terhadap penurunan viskositas minyak akan
lebih besar untuk minyak kental (Viscous). Untuk suatu jenis minyak,
kenaikan tekanan saturasi akan menyebabkan menurunnya viskositas
minyak.
3.3.2.3 Kenaikan Densitas
Terlarutnya CO2 dalam minyak akan menyebabkan kenaikan
densitas. Dimana, besarnya kenaikan densitas dipengaruhi oleh tekanan
saturasinya. Meskipun demikian, bila fraksi mol CO2 terlarut telah
mencapai suatu harga tertentu, kenaikan fraksi mol lebih lanjut akan
menyebabkan turunnya densitas.
3.3.2.4 Ekstraksi Sebagian Komponen Minyak
Karakteristik CO2 yang terpenting adalah kemampuannya untuk
mengekstraksikan sebagian komponen minyak.
Hasil studi Menzie dan Nelson menunjukan bahwa pada 135 0F dan
7000 psi minyak dengan gravity 35 0API mengalami ekstraksi lebih dari
50%.

3.3.3. Sumber CO2


Sumber CO2 sangat menentukan dalam keberhasilan proyek injeksi
CO2, sebab CO2 yang diperlukan harus tersedia untuk jangka waktu yang
panjang. Gas yang tersedia juga harus relatif murni sebab beberapa gas seperti
metana dapat meningkatkan tekanan yang diperlukan untuk bercampur,
sedangkan yang lainnya seperti Hidrogen Sulfida berbahaya dan berbau serta
menimbulkan permasalahan lingkungan. Perlu diperhatikan bahwa adanya
kesulitan dalam menentukan volume aktual dan waktu pengantaran gas ke
proyek, sebab kebocoran dapat terjadi pada proyek injeksi skala besar selama
periode waktu yang panjang. Faktor yang tidak diketahui lainnya adalah
volume CO2 yang harus dikembalikan lagi (Recycle). Jika gas CO2 menembus
sebelum waktunya ke dalam sumur produksi, maka gas ini harus diproses dan
CO2 diinjeksikan kembali.
Sumber CO2 alami adalah yang tebaik, baik yang berasal dari sumur
yang memproduksi gas CO2 yang relatif murni ataupun yang berasal dari
pabrik yang mengolah gas hidrokarbon yang mengandung banyak CO2
sebagai kontaminan. Sumber yang lain adalah kumpulan gas ( Stack Gas)
dari pembakaran batubara (Coal Fired) . Alternatif lain adalah gas yang
dilepaskan dari pabrik amonia. Beberapa kelebihan sumber tersebut adalah :
1. Pabrik amonia dan lapangan minyak yang dapat didirikan berdekatan
2. Kuantitas CO2 dari tiap sumber dapat diketahui
Gas CO2 yang dilepaskan dari pabrik amonia cenderung dapat
dikumpulkan dalam sebuah area industrial yang tersediatidak memerlukan
pemurnian, karena CO2 yang diperoleh mempunyai kemurnian 98 % (Pullman
Kellog,1977). Keberhasilan suatu proyek CO2 tergantung pada:
1. Karakteristik minyak
2. Bagian reservoir yang kontak secara efektif

3.3.4. Miscibility dan Pengaruhnya


Miscibility didefinisikan sebagai kemampuan suatu fluida untuk
bercampur dengan fluida lain dan membentuk suatu fasa yang homogen
sehingga tidak nampak batas-batas antara kedua fluida tersebut. Tercapainya
miscibility CO2 dan minyak ditandai dengan mengecilnya tegangan
permukaan sampai mendekati nol. Untuk mencapai miscibility kondisi
tekanan, temperatur serta komposisi harus memenuhi syarat tertentu.
Faktor-faktor yang penting untuk tercapainya miscibility CO2 dan
minyak adalah :
1. Kemurnian karbon dioksida
2. Komposisi minyak
3. Temperatur
4. Tekanan
3.3.4.1 Kemurnian Karbon Dioksida
Pada hasil percobaan dengan berbagai tingkat kemurnian CO2 yang
digunakan ditunjukan bahwa semakin murni CO2 semakin besar miscibility-
nya. Adanya C1 dan N2 di dalam CO2 akan mempengaruhi terjadinya
miscibility sedangkan adanya H2S di dalam CO2 pengaruhnya lebih sedikit
dibandingkan dengan adanya C1, N2.
3.3.4.2 Komposisi Minyak
Holm dan Josendal menyatakan bahwa dalam sistem biner (diagram
dua fasa), komposisi dari minyak juga akan mempengaruhi tekanan yang
diperlukan untuk pendorongan miscibility.
Menurut penelitian dari Holm dan Josendal didapatkan komposisi
kimia CO2 dan hidrokarbon selama pendorongan CO2 terdapat minyak “Mead
Strawn” pada tekanan 2000 psi dan temperatur 135 0F. Pada daerah miscible
hanya terdapat sejumlah kecil pada komponen C2-C4 dalam fasa gabungan zat
cair dan uap. Dari analisa produksi fasa uap selama pendorongan telah
breakthrough CO2, tetapi sebelum miscible, diperlihatkan penguapan
komponen C2-C4 cenderung menempati bagian depan front pendorong.
3.3.4.3 Temperatur
Temperatur minyak juga akan mempengaruhi tekanan yang diperlukan
untuk pendorongan miscible. Pada temperatur yang makin besar, tekanan
pendorongan miscible akan makin besar (baik untuk masing-masing berat
molekul C5+ maupun untuk berat molekul C5+ yang makin besar).
3.3.4.4 Tekanan
Tekanan yang diperlukan untuk pendorongan miscible akan
dipengaruhi oleh kemurnian CO2, komposisi minyak dan temperatur reservoir.
Tekanan pendorongan miscible CO2 terhadap minyak reservoir dengan adanya
komponen hidrokarbon ringan C2, C3, C4 di dalam minyak reservoir tidak
begitu mempengaruhi proses miscibility. Pendorongan miscibility sangat
dipengaruhi oleh adanya komponen C5-C30 di dalam minyak reservoir.

3.3.5. Jenis-Jenis Pendorongan CO2


Ada dua jenis pendorongan CO2 yakni, Solution Gas Drive dan
Dynamic Miscible Drive.
3.3.5.1 Solution Gas Drive
Kelarutan CO2 dalam minyak makin besar dengan adanya kenaikan
tekanan, dengan diikuti pula dengan pengembangan volume minyak makin
besar.
Holm dan Jonsendal melakukan pengamatan terhadap jenis drive ini
dengan menggunakan minyak gravity 220API yang dijenuhi dengan Berea
Sandstone sepanjang 4 feet. Penjenuhan dilakukan pada tekanan 900 psi yang
berisi 47.2% PV dan sisanya air asin. Minyak yang diproduksikan 14.2% OIP
sampai penurunan tekanan 400 psig, dan 18.6% OIP pada tekanan mencapai
200 psig.
Jadi CO2 adalah gas yang masuk dalam larutan dengan pengembangan
minyak sebagai suatu kenaikan tekanan, minyak dapat keluar dari larutan
dengan penurunan tekanan.
3.3.5.2 Dynamic Miscible Drive
Sifat yang cukup penting dari CO2 adalah kemampuannya
mengekstraksi atau menguapkan sebagian fraksi hidrokarbon dari minyak di
reservoir. Skema kondisi miscible dan mendekati miscible dari proses
pendorongan gas CO2 pada temperatur 3150F.
Menurut Holm dan Josendal tekanan pendorongan CO2 terhadap
minyak pada tekanan 1800 dan 2200 psi, saat diinjeksikan CO2 selanjutnya
akan mengekstrasi CO2, C5- C30 dan membentuk zona transisi CO2
hidrokarbon. Luasnya zona transisi CO2 sampai hidrokarbon merupakan
fungsi dari tekanan pendorongan. Zona transisi yang cukup panjang
menandakan pendorongan pada tekanan yang rendah. Konsentrasi
hidrokarbon yang tinggi akan terdapat pada zona transisi dengan tekanan
pendorongan yang tinggi dan “Total Residual Saturation” yang lebih rendah
akan tertinggal dalam media porous setelah proses pendesakan. “Total
Residual Saturation” yang tidak turut terdesak pada saat pendorongan CO2
0
terhadapminyak pada tekanan 1800 psi dan 135 F yaitu komponen
C10+ berarti komponen C1 sampai C18ikut terdesak oleh pendorongan CO2
tersebut.
Sedangkan pada proses pendorongan CO2 terhadap minyak pada
2200 psi dan 1350F, ternyata komponen hidrokarbon C22+ tidak ikut
terdesak, hal ini membuktikan bahwa tekanan pendorongan yang lebih tinggi
maka lebih banyak lagi komponen hidrokarbon yang turut terproduksi. Hal ini
membuktikan bahwa untuk mendapatkan recovery minyak yang tinggi,
haruslah pada tekanan pendorongan yang tinggi. Gas CO2 telah tercampur
dengan Oil In Place, dimana tekanan pendorongan CO2 menyebabkan CO2
dan minyak tercampur secara sempurna. Dalam hal ini tidak terjadi ekstraksi
hidrokarbon dan dari analisa zona transisi diperlihatkan terjadinya campuran
CO2 dan Oil In Place dalam satu fasa.

3.3.6. Mekanisme Injeksi CO2


Ada empat jenis mekanisme pendesakan injeksi CO2 yang dapat
dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :
1. Injeksi CO2 secara kontinyu selama proyek berlangsung.
2. Injeksi Carbonate Water (Injeksi slug CO2 diikuti air).
3. Adanya slug CO2 oleh cairan yang diikuti dengan air (Injeksi slug
CO2dan air secara bergantian).
4. Adanya slug CO2 oleh cairan yang diikuti injeksi air dan CO2 (Injeksi
CO2 dan air secara simultan).

Untuk gas yang dibawa dengan menginjeksikan terus menerus gas CO2
ke dalam reservoir maka diharapkan gas CO2 ini dapat melarut dalam minyak
dan mengurangi viskositasnya, dapat menaikkan densitas (sampai tahap
tertentu, yang kemudian diikuti dengan penurunan densitas), dapat
mengembangkan volume minyak dan merefraksi sebagian minyak, sehingga
minyak akan lebih banyak terdesak keluar dari media berpori.
Untuk cara yang kedua, yaitu dengan menginjeksikan carbonat
water ke dalam reservoir. Sebenarnya carbonat water adalah percampuran
antara air dengan gas CO2 (reaksi CO2 + H20) sehingga membentuk air
karbonat yang digunakan sebagai injeksi dalam proyek CO2 flooding. Tujuan
utama adalah untuk terjadi percampuran yang lebih baik terhadap minyak
sehingga akan mengurangi viskositas dari minyak serta mengembangkan
sebagian volume minyak sehingga dengan demikian penyapuan akan lebih
baik.
Pada cara yang ketiga, yaitu membentuk slug penghalang dari CO2
yang kemudian diikuti air sebagai fluida pendorong. Sama seperti cara
pertama dan kedua, pembentukan slug ini untuk lebih dapat mencampur gas
CO2 kedalam minyak, kemudian karena adanya air yang berfungsi sebagai
pendorong maka diharapkan efisiensi pendesakan akan lebih baik.
Untuk cara yang keempat sebenarnya sama dengan cara yang ketiga
tetapi disini lebih banyak fluida digunakan CO2 untuk lebih melarutkan
minyak setelah proses penyapuan terhadap campuran dari dua fluida.
3.3.7. Kelebihan dan Kekurangan Injeksi CO2
3.3.7.1 Kelebihan Injeksi CO2
Penggunaan CO2 untuk meningkatkan perolehan minyak mulai
menarik banyak perhatian sejak tahun 1950. Ada beberapa alasan (kelebihan
utama), sehingga dilakukan injeksi CO2 yaitu :
1. Injeksi CO2 mengembangkan minyak dan menurunkan viskositas.
2. Membentuk fluida bercampur dengan minyak karena ekstraksi,
penguapan dan pemindahan kromatologi.
3. Injeksi CO2 bertindak sebagai Solution Gas Drive sekalipun fluida tidak
bercampur sempurna.
4. Permukaan fluida campur (Miscible Front ) jika rusak akan memperbaiki
diri.
5. CO2 akan bercampur dengan minyak yang telah berubah menjadi fraksi
C2-C6.
6. CO2 mudah larut di air menyebabkan air mengembang dan
menjadikannya bersifat agak asam.
7. Ketercampuran/miscibility dapat dicapai pada tekanan diatas 1500 psi
pada beberapa reservoir.
8. CO2 merupakan zat yang tidak berbahaya, gas yang tidak mudah meledak
dan tidak menimbulkan problem lingkungan jika hilang ke atmosfir
dalam jumlah yang relatif kecil.
9. CO2 dapat diperoleh dari gas buangan atau dari reservoir yang
mengandung CO2.
3.3.7.2 Kekurangan Injeksi CO2
Adapun beberapa kekurangan injeksi CO2 adalah sebagai berikut :
1. Kelarutan CO2 di air dapat menaikkan volume yang diperlukan selam
bercampur dengan minyak.
2. Viskositas yang rendah dari setiap gas CO2 bebas pada tekanan
reservoir yang rendah akan menyebabkan penembusan yang lebih awal
pada sumur produksi sehingga mengurangi effisiensi penyapuan.
3. Setelah fluida tercampur terbentuk, viskositas minyak lebih rendah
dari pada minyak reservoir sehingga menyebabkan fingering dan
penembusan yang belum waktunya. Untuk mengurangi fingering maka
diperlukan injeksi slug water.
4. CO2 dengan air akan membentuk asam karbonik yang sangat korosif.
5. Injeksi alternatif slug CO2 dan air memerlukan sistem injeksi ganda
dan hal ini akan menambahbiaya dan kerumitan sistem.
6. Diperlukan injeksi dalam jumlah yang besar (5 – 10 MCF gas untuk
memproduksi satu STB minyak).

IV. RENCANA TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN


Penelitian yang dilakukan penulis, direncanakan selama kurang lebih dua
bulan dengan lokasi penelitian bertempat di LEMIGAS pada tanggal 01 Februari
2020 – 31 Maret 2020 atau disesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan oleh
pembimbing dari LEMIGAS. Adapun rencana kegiatan yang diusulkan selama
penelitian Skripsi ini selama dua bulan (delapan minggu) adalah sebagai berikut:
Waktu Minggu Minggu Minggu Minggu
No.
Kegiatan ke-1 ke-2 ke-3 ke-4
1. Orientasi Kantor dan
Lapangan
Praktik Lapangan dan
2.
Pengumpulan Data
3. Analisis Data
4. Pembuatan Laporan

Dalam melakukan penelitian Skripsi ini, mahasiswa akan terjun langsung ke


bagian-bagian yang telah ditentukan perusahaan dalam mengambil data yang
diperlukan.
V. PENUTUP
Demikian proposal Skripsi yang akan dilaksanakan. Besar harapan penulis,
rencana penelitian Skripsi ini mendapat sambutan yang baik dari perusahaan.
Atas perhatian dan bantuan yang diberikan, penulis mengucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmed, Tarek, “Advance Reservoir Engineering”, Gulf PublisingCompany,


Houston, Texas, 2005.

2. Amyx, James W, Bass Daniel M., Robert L. Whiting, “Petroleum Reservoir


Engineering Phisical Properties”, Mc.Graw Hill Book CompanyNew
York, USA – Toronto Canada – London, England,1960.

3. Brown, K. E. and Beggs, H. D., “The Technology of Artificial Lift Methods


Vol 1”, PennWell Publishing Company, Tulsa, Oklahoma,1977.

4. Clark, Norman. J, “Element Of Petroleum Reservoir”,RevisionEdition,


America Institute OF Mining, Metalurgical and Petroleum
Engineering, Inc., Dallas-Texas,1969.

5. Dylan Eyrton Wattimur,Evaluasi Pelaksanan Matrix AcidizingUntuk


Meningkatkan Sumur Produksi“X” Lapangan“Y”,
Skripsi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, 2018

6. Gatlin, Carl. Petroleum Engineering Drilling and WellCompletion.

7. Guo, B. Ph.D., et. al., “Petroleum Production Engineering”, Elsevier


Science & Technology Books,2007.

8. Horner Roland N., “Modern Well Test Analysis”, United State ofAmerica,
1995.

9. Jhonson, A., King G., Crabtree, M., Eslinger, D., Miller, P.F.M., “Fighting
Scale- Removal and Prevention”, Oilfield Review
Schlumberger,1999.

10. Koesoemadinata,R.P.,Geologi Minyak dan Gas Bumi,Jilid1,Dapartemen


Geologi ITB, Bandung 1973

11. Larry, W. Lake. Petroleum Engineering Handbook VolumeIV, Production


Operations Engineering. SPE.2007.
12. Mandala, Wirawan W., “Mekanika Reservoir”, Gallery Ilmu,Yogyakarta,
2014.

13. Nind, T.E.W. Principles of Oil Well Production. United States of America:
McGraw-Hill Inc.1964

14. Patton,C.,C., “Oilfield Water System”, Campbell Petroleum Series,


Norman, Oklaboma,1981.

15. Pettijhon. S.J. Sedimentary Rock. New York: Oxford and IBH
PublishingCo. 1957.
16. Rukman, Dadang dkk., “Teknik Reservoir Teori dan Aplikasi”,Pohon
Cahaya, Yogyakarta,2011.

17. Sukarno, P., “Inflow PerformanceRelation-ship Curve in Two and


ThreePhase Flow Condition”, PhD Disertation, The University of
Tulsa, OK,1986

18. Tiab, Djebbar and C. Donaldson, Erle. Petrophysics. Second Edition,Gulf


Professional Publishing. Houston, Texas.2004.
LAMPIRAN

Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan,kami sertakan beberapa


Lampiran,antara lain :
1. Proposal Skripsi
2. CurriculumVitae
3. Surat Pengantar Penelituan Skripsi dari Jurusan Teknik Perminyakan,
FakultasTeknik, Universitas Proklamasi 45Yogyakarta
4. Transkrip IPKSementara
CURRICULUM VITAE

Profession : University Student


Name : Maria Bernadete Da Silva
DateofBirth : Mei, 31nd, 1998
Nationality :Indonesian
Sex : Female
Religion : Catholic
Address : Tulamalae RT 017,RW 002 Atambua – Atambua
Barat, 85714, Nusa Tenggara Timur –Indonesia
Marital Status : Unmarried
Bloodtype :O
Phone Number : 082225270436
Email :itadasilva.310598@gmail.com

EDUCATIONAL BACKGROUND

2016 –Until now S1 Department of petroleum engineering , Faculty of engineering,


universitas Proklamasi 45 Yogyakarta (UP 45).
2013-2016 Senior High School at SMA Negeri 1ATAMBUA.

2010-2013 Junior High School at SMPK DON BOSCO ATAMBUA.


2004-2010 Elementry School at SDITULAMALAEATAMBUA.

FIELD EXPRIENCES

2018 Field Trip Geothermal in PT. Geo Dipa Energi Dieng – Wonosobo
&Banjarnegara, UP45 Yogyakarta.

2018 Field Trip “Introducing Oil and Gas Gathering Station in Pertamina Cepu” UP45
Yogyakarta.
2018 Field Trip “PUSDIKLAT MIGAS CEPU”UP45 Yogyakarta
2018 Field Trip “Introducing Geologic Field in Pertamina Cepu” UP45 Yogyakarta.
2018 Field Trip “Exxon Mobile Cepu Limited”UP45 Yogyakarta
2019 Internship At PetroChina International Jabung Ltd. Filed

ORGANIZATIONAL EXPERIENCE

1. Staff of “Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia” (IATMI)/Society of Indonesia


Petroleum Engineers as a Project Even in UP 45 (2018 – 2019)
2. Board of “Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia “ (IATMI)/Society of
Indonesia Petroleum Engineers as a Coordinator Project Even in UP 45 (2019 –
Sekarang)
3. Staff of “Himpunan Mahasiswa Teknik Perminyakan “ (HMTP ) in UP 45 (2018 –
2019)
4. The committee DIKLAT BELANEGARA HIMPUNAN MAHASISWA
TEKNIK PERMINYAKAN (10-11 Januari2019)
5. The committee PYRO SEMINARY “KETAHANAN ENERGI”(08
OKTOBER2019)
6. The committee GUEST LECTURE “OPTIMAZING OIL AND GAS
RECOVERY TO SUPOORT THE INCREASING DEMAND FOR OIL AND
GAS WITH EOR”(2 DESEMBER2019)
7. The committee SEMINARY “AFTER GRADUATION PATH”(24
NOVEMBER2018)

SEMINAR

1. Participant in Ikatan Ahli Teknik Perminyakan SM Universitas Proklamsi


45 Yogyakarta “Aplikasi Petrofisik dalam Eksplorasi Shale gas Serta
Prospekdan PeluangKerjanya"
2. Participant in Improve Oil Revenue with Enhanced Oil Recovery Universitas
Pembangunan Nasional yogyakarta “SEMINAR NASIOANAL RAISE 2019”
ADDITIONAL SKILL

1. Familiar with Microsoft Office ( Ms - Word, Power Point, Ms - Excel)

2. Good Communications in Indonesian (Active) & English(Passive)

Anda mungkin juga menyukai