Anda di halaman 1dari 17

Ujian Tengah Semester

ENHANCE OIL RECOVERY (EOR)


Program Studi Magister Teknik Perminyakan
2016

Oleh : Radityo Danisworo


Nim : 171.141.011

Jurusan Magister Teknik Perminyakan


Universitas Trisakti
Jakarta
2016
1. Jelaskan perbedaan pengertian berikut:
 Primary recovery
 Secondary recovery
 Tertiary recovery
 Enhanced Oil Recovery (EOR)
Jawaban:
 Primary recovery :
merupakan proses memproduksikan hidrokarbon dengan memanfaatkan energi
alami yang terkandung dalam reservoir tersebut (water drive, solution gas drive,
gas cap drive, dll), baik dengan metode sembur alami (natural flow) atau dengan
menggunakan pengangkatan buatan (artificial lift). Tahapan ini merupakan
tahapan yang paling mudah dan paling murah dalam memproduksikan
hidrokarbon, tetapi hanya dapat menghasilkan perolehan hidrokarbon sebesar 10-
30% dari total cadangan hidrokarbon.
 Secondary recovery :
merupakan proses produksi hidrokarbon setelah tahapan primary recovery,
dimana tenaga alami reservoir tidak mampu mengangkat hidrokarbon ke
permukaan. Metode ini meliputi pressure maintenance (gas/water injection) dan
waterflooding. Tahapan ini mampu menghasilkan perolehan hidrokarbon sebesar
30-40% dari total cadangan hidrokarbon.
 Tertiary recovery :
merupakan proses produksi hidrokarbon setelah tahapan secondary recovery,
dimana hidrokarbon tiak dapat lagi diproduksi pada proses secondary recovery
secara ekonomis. Metode ini meliputi thermal flooding, solvent injection,
chemical flooding, dll. Tahapan ini mampu menghasilkan perolehan hidrokarbon
sebesar 40-60% dari total cadangan hidrokarbon.
 Enhanced Oil Recovery :
adalah proses produksi hidrokarbon dengan menginjeksikan material yang secara
normal bukan berasal dari reservoir

2. Jelaskan faktor penting dalam perencanaan waterflooding yang terkait antara lain
dengan pola sumur (pattern), fractional flow, dan sweep efficiency

Jawaban:
Injeksi air bertujuan untuk memberikan tambahan energi kedalam reservoir. Pada
proses waterflooding, air akan mendesak minyak mengikuti jalur-jalur arus (stream
line) yang dimulai dari sumur injeksi dan berakhir pada sumur produksi. Perencanaan
waterflood didasarkan pada pertimbangan teknik dan keekonomisannya. Analisa
ekonomis tergantung pada perkiraan hasil dari proses waterflood itu sendiri. Perkiraan
ini bisa baik atau buruk tergantung pada kebutuhan khusus dari proyek atau keinginan
pelaksana. Lima langkah utama dalam perencanaan waterflood adalah;
- Evaluasi reservoir meliputi hasil hasil produksi dari primary recovery
- Pemilihan waterflood plan yang potensial
- Perkiraan laju injeksi dan produksi
- Prediksi oil recovery untuk setiap perencanaan proyek waterflood
- Identifikasi variabel-variabel yang menyebabkan ketidak tepatan analisa
secara teknik

Analisa teknik produksi waterflood dilakukan dengan memperkirakan jumlah volume


dan kecepetan fluida. Perkiraan diatas juga berguna untuk penyesuaian atau pemilihan
peralatan serta sistem pemeliharaan fluida.

Berikut faktor-faktor penting dalam perencanaan waterflooding, antara lain:


a. Penentuan Lokasi Sumur Injeksi-Produksi
Pada umumnya dipegang prinsip bahwa sumur-sumur yang sudah ada sebelum
injeksi dipergunakan secara maksimal pada waktu berlangsungnya injeksi nanti.
Jika masih diperlukan sumur-sumur baru maka perlu ditentukan lokasinya. Untuk
memilih lokasi sebaiknya digunakan peta distribusi cadangan minyak tersisa. Pada
daerah yang sisa minyaknya masih besar mungkin diperlukan lebih banyak sumur
produksi daripada daerah yang minyaknya tinggal sedikit. Peta isopermeabilitas
juga membantu dalam memilih arah aliran supaya penembusan fluida injeksi
(breakthrough) tidak terjadi terlalu dini.

b. Penentuan Pola Sumur Injeksi-Produksi


Salah satu cara untuk meningkatkan faktor perolehan minyak adalah dengan
membuat pola sumur injeksi-produksi, yang bertujuan untuk mendapatkan pola
penyapuan yang seefisien mungkin. Pertimbangan-pertimbangan dalam penentuan
pola sumur injeksi produksi tergantung pada:
 Tingkat keseragaman formasi, yaitu penyebaran permeabilitas ke arah lateral
maupun ke arah vertikal.
 Struktur batuan reservoir meliputi patahan, kemiringan, dan ukuran.
 Sumur-sumur yang sudah ada (lokasi dan penyebaran).
 Topografi.
 Ekonomi.

Masing-masing pola mempunyai sistem jaringan tersendiri yang mana


memberikan jalur arus berbeda-beda sehingga memberikan luas daerah penyapuan
yang berbeda-beda seperti contoh gambar dibawah ini:

Gambar 2. Pola-pola sumur injeksi-produksi


c. Penentuan Debit dan Tekanan Injeksi
Debit injeksi yang akan ditentukan di sini adalah untuk sumur-sumur dengan pola
tertutup dengan anggapan bahwa mobility ratio (M) sama dengan satu. Besarnya
debit injeksi tergantung pada perbedaan tekanan injeksi di dasar sumur dan
tekanan reservoirnya.Untuk mencapai keuntungan ekonomis yang maksimal,
biasanya diinginkan debit injeksi yang maksimal, namun ada batasan yang harus
diperhatikan. Batas bawah debit injeksi adalah debit yang menghasilkan produksi
minyak yang merupakan batas ekonomisnya. Batas atas debit injeksi adalah debit
yang berhubungan dengan tekanan injeksi yang mulai menyebabkan terjadi
rekahan di reservoir.

d. Interaksi Batuan dan Fluida


Fluida dua fasa atau lebih dikatakan immiscible (tidak bercampur) pada tekanan
atau temperatur tertentu jika terbentuk suatu lapisan kasat mata antar fasa setelah
fasa- fasa fluida tersebut dicampurkan satu sama lain sampai mencapai
kesetimbangan kimia. Kehadiran fasa-fasa immiscible ini di reservoir akan
mengubah kemampuan batuan dalam menyalurkan fluida. Fasa-fasa immiscible di
reservoir seperti : minyak-air, minyak-gas, air-gas, atau air-minyak-gas.

e. Efisiensi Pendesakan Minyak


Efisiensi pendesakan minyak diantaranya :
 Microscopic Efficiency
Efisiensi mikroskopik merupakan efisiensi yang dipengaruhi oleh nilai saturasi
minyak tersisa dan sifat pembasahan batuan. Didefinisikan sebagai fraksi
minyak pada awal proses yang dapat diambil pada 100 % area vertikal.
Persamaan efisiensi mobilitas adalah sebagai berikut :

dimana
EM = efisiensi mobilitas
Soi = saturasi minyak awal
Sorp = saturasi minyak residual/immobile oil

 Areal Sweep Efficiency


Pada pelaksanaan waterflood, air diinjeksikan dari beberapa sumur injeksi dan
produksi akan terjadi dari sumur yang berbeda. Ini akan menyebabkan
terbentuknya distribusi tekanan dan streamlines di daeah antara sumur injeksi
dengan sumur produksi. Dua faktor ini akan menentukan seberapa besar
kontak waterflood dengan daerah antara tersebut. Besar daerah reservoir yang
mengalami kontak dengan air ini yang disebut dengan Areal sweep
efficiency.Secara rumus, Areal sweep efficiency didefinisikan sebagai :

 Vertical Sweep Efficiencies


Bervariasinya nilai permeabilitas pada arah vertikal dari reservoir
menyebabkan fluida injeksi akan bergerak dengan bentuk front yang tidak
beraturan. Semakin sedikit daerah berpermeabilitas bagus, semakin lambat
pergerakan fluida injeksi.
Ukuran ketidakseragaman invasi air adalah vertical sweep efficiency yang
juga sering disebut sebagai invasion efficiency.Vertical sweep efficiency ini
bisa didefinisikan sebagai bidang tegak lurus yang mengalami kontak dengan
air injeksi dibagi dengan keseluruhan bidang tegak lurus di darah belakang
front. Secara sederhana, vertical sweep efficiency ini menyatakn seberapa
banyak bagian tegak lurus (vertikal) reservoir yang dapat dijangkau oleh air
injeksi.
Persamaan untuk vertical sweep efficiency adalah :

 Volumetric sweep efficiency


Volumetric sweep efficiency ini merupakan ukuran pendesakan tiga dimensi.
Definisi volumetric sweep efficiency adalah perbandingan antara total volume
pori yang mengalami kontak dengan air injeksi dibagi dengan total volume
pori area injeksi. Volumetric sweep efficiency dirumuskan dalam persamaan
berikut :

Faktor-faktor yang mempengaruhi volumetric sweep efficiency sama dengan


faktor-faktor yang mempengaruhi vertical sweep efficiency

3. Uraikan disertai dengan ilustrasi/sketsa gambar:


a. Efisiensi pendesakan microscopic dan faktor apa yang mempengaruhi?
b. Efisiensi pendesakan areal dan faktor apa yang mempengaruhi?
c. Efisiensi pendesakan vertical dan faktor apa yang mempengaruhi?
d. Efisiensi pendesakan volumetric/total
Jawaban:
Ada tiga jenis efisiensi yang dikenal dalam teori pendesakan dan ketiganya
merupakan parameter penting dalam proses permodelan EOR, yaitu displacement
efficiency, areal efficiency, dan vertical efficiency (Gambar 3 dan 5).

Gambar 3. Microscopic/displacement efficiency


a. Displacement efficiency – merupakanan jumlah minyak yang berhasil didesak
pada proses injeksi, dirumuskan dalam persamaan;

Dimana nilai So diperoleh dari persamaan:

̅𝑆̅̅̅
𝑤 merupakan saturasi air rata-rata setelah breakthrough dan nilainya didapat dari
plot grafik Sw vs fwseperti apda grafik dibawah (Gambar 5)

Gambar 4. Grafik Sw vs fw

Faktor factor penting yang mempengaruhi besaran microscopic/displacement


efficiency antara lain:
 Gaya Kapiler, meliputi; surface tension, interfacial tension, solid
wettability, capillary pressure
 Gaya Viscous, yang direpresentasikan dengan capillary number, Nca.

Displacement efficiency merupakan fungsi dari:


 Mobility ratio
 Transmissibility
 Wettability
 Dip angle
 Capillary number

b. Areal efficiency – merupakan area yang tersapu dibandingkan dengan total area
pendesakan. Fassihi (1986) menyusun suatu korelasi untuk mencari nilai areal
efficiency dengan persamaan:

Dimana
Nilai a1 hingga a6 tergantung dari pola injeksi EOR

Faktor-faktor yang mempengaruhi areal efficiency antara lain:


 Mobility ratio
 Dimentionless time
 Viscous fingering
 Pola sumur injeksi-produksi
 Injection volume
 Fractional flow pada fasa pendesak

c. Vertical efficiency– merupakan area yang tersapu disbanding kan dengan total
area pendesakan dalam penampang vertical. Fassihi (1986) juga menyusun
korelasi untuk vertical efficiency dengan persamaan:

Dimana

Nilai a1 hingga a6 tergantung dari pola injeksi EOR

Faktor-faktor yang mempengaruhi vertical efficiency antara lain:


 Mobility ratio
 Heterogenitas permeabilitas reservoir
 Gravity effect
 Gaya kapiler

Gambar 5. (a) areal effiency, dan (b) vertical efficiency

d. Volumetric/Total Efficiency (Recovery Factor)– adalah produk kombinasi dari tiga


individual efficiency factor; Displacement efficieny, Areal efficiency, dan Vertical
efficiency, dimana
𝐸 = 𝐸𝐴 𝐸𝑉
4. Jelaskan:
 Dampak dari perbedaan yang tinggi antara viskositas fluida pendesakan
dengan viskositas minyak. Apa kaitannya dengan Mobility Ratio? Metoda
EOR apa saja yang digunakan untuk mengatasi masalah itu? Jelaskan!
 Mengapa masih terdapat saturasi minyak residual (Sor) setelah dilakukan
injeksi/pendesakan air yang cukup intensif ke dalam pori-pori batuan
reservoir? Metoda EOR yang mana yang dapat digunakan untuk menurunkan
Sor tersebut? Jelaskan!
Jawaban:
Mobilitas (λ) didefinisikan sebagai mekanisme pendesakan satu fluida dengan fluida
lainnya yang dikontrol dari rasio permeabilitas efektif terhadap viskositas. Mobility
ratio (M) merupakan rasio perbandingan antara mobilitas fluida pendesak (air)
terhadap mobilitas fluida reservoir/ terdesak (minyak atau gas).
k  D w kw / w
 M   
 d o ko / o

λD = mobilitas fluida pendesak (air)


λd = mobilitas fluida terdesak (minyak atau gas)

Gambar 6. Konsep mobility ratio dalam EOR.

Konsep dari EOR adalah:


a. Menurunkan mobility ratio, dimana dengan menurunkan mobility ratio maka
diharapkan dapat memberikan kesempatan pada minyak atau gas untuk dapat
mengalir dari reservoir ke dalam sumur produksi dan meningkatkan recovery
minyak atau gas. Untuk mendapatkan hal ini, maka diperlukan pengontrolan
viskositas sehingga didapat beda viskositas yang besar antara fluida pendesak
dengan fluida reservoir. Adapun metode EOR yang digunakan terkait dengan
konsep pengontrolan viskositas adalah:
 Injeksi polimer (polymer flooding). Polimer disini berguna untuk
meningkatkan viskositas air sehingga akan menurunkan mobility ratio dan
pendesakan akan berupa piston-like effect, dimana nilai M = 1, dan
mendesak minyak dengan baik masuk ke dalam sumur produksi sehingga
memberikan efisiensi penyapuan pendesakan dan volumetric yang lebih
baik selama injeksi air. Pada injeksi polimer, polimer tertentu dengan berat
molekul yang tinggi (umumnya polyacrylamide atau xanthan) dilarutkan
dalam air yang diinjeksikan untuk menurunkan mobilitas air. Digunakan
konsentrasi polymer dari 250 sampai 2,000 mg/L; perlakuan ukuran yang
layak membutuhkan 25 sampai 60% PV reservoir

(a) (b)
Gambar 7. Mobility control dengan polimer (a) Piston-like effect, M = 1, (b)
Fingering, M > 1

Oleh karena itu perlu diproduksikan polimer yang dapat bekerja secara
efektif didalam reservoir. Adapun parameter yang perlu diperhatikan dari
suatu design polimer untuk injeksi EOR, diantaranya:
1. Tahan terhadap salinitas reservoir
2. Shear stability
3. Thermal stability
4. Rheology
5. Retention
6. Biostability
7. Surfactant compatibility
8. Cost efficient

 Steam flooding. Steam akan bekerja sebagai agen untuk memanaskan


hidrokarbon rantai panjang dengan viskositas tinggi. Panas dari uap
tersebut akan mampu menurunkan viskositas minyak berat dan efeknya
adalah memperbesar mobilitas minyak sehingga minyak dapat mengalir
lebih baik ke sumur produksi. injeksi uap melibatkan injeksi kontinu
sekitar 80% kualitas uap untuk memindahkan minyak mentah menuju
sumur produksi. Praktek yang biasa adalah untuk mendahulukan dan
mengiringi daya dorong uap tersebut dengan stimulasi uap siklik dari
sumur produksi (disebut huff ‘n’ puff).
 Insitu Combustion, dimana metode ini melibatkan pembakaran dalam
reservoir dan penginjeksian udara untuk memungkinkan terbakarnya
sebagian minyak mentah. Prinsip dasar dari metode ini adalah untuk
menurunkan viskositas minyak. Teknik yang paling umum adalah
pembakaran di depan (forward combustion) dimana reservoir di”bakar”
pada sumur injeksi dan udara diinjeksikan untuk meneruskan pembakaran
ke arah depan sumur. Salah satu variasi teknik ini adalah kombinasi dari
forward combustion dan injeksi air (COFCAW). Teknik kedua adalah
pembakaran terbalik (reverse combustion) dimana api dinyalakan di sumur
yang pada akhirnya akan menjadi sumur produksi, dan udara yang
diinjeksikan diubah arahnya ke sumur yang berdekatan;
 Injeksi CO2, dimana metode ini dilakukan dengan menginjeksikan
CO2yang dapat larut dalam komponen ringan minyak mentah dalam
reservoir sehingga minyak akan mengembang (swelling) sehingga
viskositas minyak tersebut akan turun. Injeksi CO2 dilakukan dengan
menginjeksikan dalam jumlah besar (30% atau lebih dari PV hidrokarbon)
ke dalam reservoir. CO2 mengekstrak komponen ringan sampai menengah
dari minyak, dan jika tekanan cukup tinggi, membentuk pencampuran
untuk memindahkan minyak mentah dari reservoir (MMP).
b. Meningkatkan capillary number, Nc, dimana
Viscous Force 
Nc  
Capillary Force  cos 

Dengan meningkatkan Nc maka residual oil saturation akan turun dan pada
akhirnya akan meningkatkan microscopic efficiency.

Gambar 8. Konsep efisiensi perolehan dalam EOR

Pada tahapan injeksi air, masih terdapat nilai residual oil saturation dimana nilai
ini menggambarkan jumlah minyak yang terjebak dalam matrix batuan dan tidak
dapat terdesak dengan baik pada tahapan injeksi air, karena minyak tersebut
terikat pada matrix batuan dengan membentuk gaya tegang permukaan dan gaya
kapiler yang tidak memungkinkan untuk air melawan gaya tersebut. Oleh karena
itu, untuk melawan gaya tersebut diperlukan injeksi zat kimia yang dapat
menurunkan gaya kapiler dan gaya tegang permukaan ini sehingga residual oil
saturation diharapkan dapat berkurang secara signifikan. Adapun metode EOR
terkait dengan pengontrolan residual oil saturation antara lain:
 Injeksi CO2, dimana metode ini selain sebagai viscocity control, CO2 juga
dapat menurunkan tegangan permukaan antara minyak dengan fasa CO2-
minyak pada daerah hamper tercampur dan membentuk pencampuran lebih
lanjut pada tekanan tinggi
 Miscible hydrocarbon gas flooding, dimana metode ini terdiri dari
penginjeksian hidrokarbon ringan ke dalam reservoir untuk membentuk suatu
daerah pencampuran, dimana daerah ini akan mampu membentuk daerah
dengan tegangan permukaan rendah sehingga mampu menciptakan
pendesakan residual oil. Ada tiga metode berbeda yang telah digunakan. Yang
pertama, metode kontak tercampur menggunakan sekitar 5% PV slug dari
liquified petroleum gas (LPG), seperti propana, dilanjutkan dengan gas alam
atau gas dan air. Metode kedua disebut daya dorong kondensat gas
(enriched/condensing gas drive), terdiri dari penginjeksian 10 – 20% PV slug
dari gas alam yang diperkaya dengan etana sampai heksana (C2 sampai C6),
dilanjutkan dengan leangas (kering, sebagian besar metana) dan, ada
kemungkinan, air. Komponen-komponen yang telah diperkaya ditransfer dari
gas ke minyak. Metode ketiga dan yang paling umum disebut daya dorong gas
bertekanan tinggi (vaporizing gas drive), terdiri dari penginjeksian lean gas
pada tekanan tinggi untuk menguapkan komponen C2 sampai C6 dari minyak
mentah yang dipindahkan.
 Surfactant flooding, dimana metode ini dilakukan dengan menginjeksikan
surfaktan yang akan berdifusi dalam air dan teradsorpsi pada batas antar muka
air dan minyak. Bagian hidrofobik surfaktan akan menjangkau masuk ke
dalam fasa minyak sedangkan bagian hidrofilik surfaktan akan tetap berada
dalam fasa air, sehingga fenomena ini membentuk suatu micellar yang
mengakibatkan turunnya tegangan antar permukaan minyak dan air dan
membentuk emulsi (Gambar 9).

Gambar 9. Sistem micellar pada injeksi surfaktan.


 Alkaline flooding, dimana metode ini dilakukan dengan menginjeksikan zat
alkali yang memiliki sifat kebasaan yang tinggi dan mampu menciptakan
serupa surfaktan jika beraksi dengan hidrokarbon reservoir sehingga mampu
menurunkan nilai tegangan permukaan. Alkali juga dapat mengubah sifat
wettabilitas batuan reservoir menjadi water wet sehingga dapat menurunkan
residual oil saturation. Alkali yang umum digunakan adalah NaOH (caustic
soda), sodium orthosilicate, atau sodium carbonate dan diaplikasikan pada
reservoir sandstone.

5. Injeksi Gas Terbaur (Miscible Gas Injection):


a. Apa maksud dan tujuan dari metoda EOR ini?
b. Jelaskan pengertian Minimum Miscible Pressure?
c. Sebutkan metoda EOR yang termasuk dalam metode ini
d. Uraikan kriteria utama reservoir yang harus diperhatikan dalam screening
pemilihan metoda tersebut
e. Jelaskan dengan menggunakan diagram phasa ternair posisi fluida injeksi vis-à-vis
minyak yang terkandung di reservoir pada masing-masing metoda tersebut.
Jawaban:
a. Injeksi gas terbaur (miscible gas flooding) adalah metode EOR yang digunakan
untuk menciptakan satu fasa homogen tanpa adanya suatu lapisan antarmuka
(interface) dengan menginjeksikan sejumlah gas ringan dengan volume tertentu
(slug) dalam segala proporsi. Gas yang biasanya digunakan dalam metode ini
antara lain gas LPG atau gas hidrokarbon dengan molecular weight ringan
(metana, etana, propane, dan butane) sebagai pelarut untuk first contact miscible
flooding.
b. Minimum Miscible Pressure (MMP) adalah tekanan terendah yang dibutuhkan
untuk menciptakan first-contact atau multiple-contact miscibility (dynamic
miscibility) pada suhu dan komposisi konstan. Pada MMP, dicapai tegangan
permukaan sebesar nol dan tidak ditemukan lapisan antar muka (interface). MMP
dapat ditentukan dengan slimtube test.

Gambar 10. Slimtube test dalam menentukan MMP

c. MetodeEOR yang termasuk dalam kategori miscible gas injection antara lain:
 High Pressure Miscible Gas Injection
 Enriched gas injection
 CO2 gas injection
 N2 gas injection
 LPG slug injection
 Alcohol slug injection

d. Kriteria utama reservoir yang harus diperhatikan dalam screening pemilihan


metode injeksi gas terbaur (miscible gas flooding) disajikan dalam tabel berikut:
e. Prinsip kerja dari Miscible Gas Injection dapat diterangkan dengan menggunakan
diagram fasa terner (Gambar ) untuk multiple gas contact. Sebagai contoh,minyak
mentah memiliki komposisi hidrokarbon yang terdeskripsikan pada titik Oil B
dalam Gambar . Gas injeksi dengan komposisi G diinjeksikan ke dalam reservoir
dan akan mengalami first contact miscible di titik M1 pada tieline L1 – G1 .
Kondisi ini akan membentuk kesetimbangan baru yang akan menghasilkan gas
dengan komposisi gas G1 yang bertindak sebagai gas injeksi pada second contact
miscible M2 pada tieline L2 – G2. Kondisi ini akan membentuk kesetimbangan
baru yang akan menghasilkan gas dengan komposisi gas G2 dan terus berulang
hingga mencapai plait / critical point pada critical tieline, dan pada titik inilah
terjadi pembauran sempurna (complete miscibility).

Gambar 11. Multiple contact miscible process


6. Injeksi Kimia:
a. Apa maksud dan tujuan dari metoda EOR ini?
b. Sebutkan metoda EOR yang termasuk dalam metode ini
c. Apakah larutan kimia yang diinjeksikan ke dalam reservoir dilakukan secara
terus-menerus (kontinyu) atau sampai volume tertentu (slug)? Jelaskan
d. Uraikan kriteria utama reservoir yang harus diperhatikan dalam screening
pemilihan metode tersebut
e. Jelaskan fasilitas apa yang diperlukan dalam proyek Chemical Flooding serta
operasi-operasi dan pemantuan-pemantauan yang perlu dilakukan selama
berlangsungnya proyek tersebut.
Jawaban:
a. Injeksi kimia (chemical flooding) bertujuan untuk mengubah sifat tegangan
permukaan dari residual oil yang terjebak dalam matrix batuan, mengubah
wettability batuan, dan juga menurunkan mobility ratio dengan menaikkan
viskositas fluida pendesak sehingga menciptakan piston-like displacement.
b. Metode EOR yang termasuk dalam metode chemical flooding antara lain:
 Surfactant flooding
 Polymer flooding
 Alkaline flooding
c. Injeksi micellar/polymer klasik terdiri dari penginjeksian suatu slug yang
mengandung air, surfaktan, polymer, elektrolit (garam), kadang suatu kosolven
(alkohol), dan kemungkinan suatu hidrokarbon (minyak). Ukuran slug biasanya 5
– 15% PV untuk sistem surfaktan konsentrasi tinggi dan 15 - 50% PV untuk
konsentrasi rendah. Slug surfaktan diikuti oleh air yang sudah dicampur dengan
polymer. Konsentrasi polymer biasanya berkisar dari 500 sampai 2,000 mg/L, dan
volume dari larutan polymer yang diinjeksikan bisa mencapai 50% PV atau lebih.
Injeksi ASP mirip dengan injeksi polymer, kecuali sebagian besar surfaktan
digantikan dengan alkali berbiaya rendah sehingga ukuran slug menjadi lebih
besar dengan biaya keseluruhan lebih rendah dan polymer biasanya tergabung
dalam slug yang lebih besar dan cair. Untuk injeksi alkali, sebagian besar air yang
diinjeksikan telah di”treat” dengan suatu alkali agent dengan konsentrasi rendah
dan surfaktan terbentuk di tempat dengan adanya interaksi dengan minyak dan
batuan..

Seluruh metode injeksi surfaktan dan alkali memperoleh minyak dengan :


 Menurunkan tegangan permukaan antara minyak dan air.
 Kelarutan minyak pada beberapa sistem micellar.
 Emulsifikasi minyak dan air, terutama pada metode alkaline.
 Perubahan kebasahan (pada metode alkaline).
 Peningkatan mobilitas.

d. Kriteria utama reservoir yang harus diperhatikan dalam screening pemilihan


metode injeksi kimia (chemical flooding) disajikan dalam tabel berikut:
e. Fasilitas yang diperlukan dalam Chemical Flooding antara lain:
 Large Scale Polymer Dispersion/Mixing
 Large Scale ASP Injection Facility
 Emulsion Treatment Facility
 ASP Produced Fluid Treatement Facility
 Fully Automatic Modular Units for Pilot Testing

Gambar 12. Contoh Chemical Flooding Facility Plant.

7. Injeksi Panas (Thermal Flooding):


a. Apa maksud dan tujuan dari metoda EOR ini?
b. Sebutkan metoda EOR yang termasuk dalam metoda ini
c. Uraikan kriteria utama reservoir yang harus diperhatikan dalam screening
pemilihan metoda tersebut
d. Mengapa metoda ini sangat efektif bila diaplikasikan pada minyak berat?
Jawaban:
a. Injeksi termal (thermal flooding) bertujuan untuk memberikan panas ke fluida
reservoir melalui fluida panas sehingga menurunkan viskositas minyak dan
memperbesar mobilitas minyak tersebut.
b. Metode EOR yang termasuk dalam thermal flooding antara lain:
 Steam flooding
 Huff ‘n’ Puff
 Insitu Combustion
c. Kriteria utama reservoir yang harus diperhatikan dalam screening pemilihan
metode injeksi termal (thermal flooding) disajikan dalam tabel berikut:

d. Metode thermal flooding sangat efektif dalam aplikasi pada reservoir minyak
berat karena tidak ada metode EOR lainnya yang dapat memberikan recovery
factor yang cukup tinggi dengan memodifikasi sifat-sifat minyak berat seefektif
thermal flooding. Masalah utama yang dihadapi dalam recovery minyak berat
adalah viskositasnya yang sangat tinggi. Hanya temperatur lah yang dapat
menurunkan viskositas minyak berat dan meningkatkan mobilitas minyak,
sehingga thermal flooding merupakan meode EOR yang paling efektif dalam
merecover minyak berat

8. Harap selesaikan dan jelaskan injeksi gas terbaur (miscible) sesuai dengan diagram
terlampir:
Tekanan reservoir pada saat ini P = 3000 psi
a. Tentukan komposisi minyak reservoir O1 dan komposisi gas injeksi G1
b. Apabila injeksi gas G1 dilakukan pada tekanan reservoir maka injeksi gas tersebut
dalam kondisi tidak terbaur (dalam kondisi 2 fasa).
 Perkirakan komposisi campuran (M1) dari fluida O1 dan G1.
 Tarik garis yang menurut anda merupakan tie-line dari fasa gas/uap (V1)
dan fasa cair (L1) dari campuran fluida tersebut dan tentukan komposisi
masing-masing dari V1 dan L1.
c. Berapa tekanan injeksi minimum agar (MMP) injeksi berlangsung secara terbaur.
d. Pada tekanan reservoir (P = 3000 psi) berapa penambahan komponen intermediate
(C2-6) kedalam gas injeksi agar tercapai injeksi terbaur (komponen C7+ pada gas
injeksi tetap)?
e. Apabila gas injeksi adalah C1 (murni) berapa tekanan injeksi minimum (MMP)
agar injeksi berlangsung secara terbaur dengan minyak O1?

Anda mungkin juga menyukai