Anda di halaman 1dari 18

I.

JUDUL

"PEMODELAN INJEKSI AIR BERPOLA PADA LAPANGAN X


UNTUK PERENCANAAN OPTIMASI PENDESAKAN"
II. LATAR BELAKANG
Waterflood merupakan salah satu metode produksi yang umum digunakan
pada proses secondary recovery, karena selain bahan injeksi yang tersedia dalam
jumlah yang besar, waterflood mempunyai efisiensi pendesakan yang lebih besar
jika dibandingkan dengan secondary recovery process yang lain (immicible gas
injection). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan faktor
perolehan minyak adalah dengan membuat pola sumur injeksi-produksi (pattern
waterflood), yang bertujuan untuk mendapatkan pola penyapuan yang seefisien
mungkin. Pada operasi pattern waterflood, sumur-sumur injeksi dan produksi
umumnya dibentuk dalam suatu pola tertentu yang beraturan, misalnya pola tiga
titik, lima titik, tujuh titik, dan sebagainya, baik normal (regular) maupun terbalik
(inverted).
Optimasi pattern waterflood biasanya dilakukan setelah produksi minyak
yang dihasilkan sudah tidak optimal, yang ditandai dengan besarnya water cut.
Optimasi pola pendesakan pada injeksi air berpola dapat dilakukan dengan :

pengaturan pola baru dari pola yang sudah ada (pattern re-alignment)

penentuan metode penginjeksian air injeksi (injection strategy)

perubahan perforasi dan acre-spacing,

perubahan sumur injeksi menjadi sumur produksi.


Sebelum penentuan dan perencanaan jenis optimasi yang akan diterapkan,

terlebih dulu harus dilakukan studi yang berhubungan dengan kinerja yang akan
dihasilkan dari masing-masing jenis optimasi serta pengaruh-pengaruhnya. Studi
ini dapat dilakukan dengan pembuatan model matematis dari sistem yang akan
dipelajari. Validasi data yang akurat pada proses simulasi, diharapkan dapat
menghasilkan gambaran yang jelas dan mewakili kenyataan mengenai kinerja
sistem.

II. MAKSUD DAN TUJUAN


Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk merencanakan suatu
program optimasi pattern waterflood yang sudah ada dan sedang berjalan, yang
didasarkan pada hasil proses simulasi. Program optimasi ini diharapkan dapat
meningkatkan perolehan minyak dan memperpanjang usia produksi.
III. TEORI DASAR
4.1. Konsep Dasar Pendesakan Minyak oleh Air
Konsep pendesakan fluida reservoir berhubungan dengan karakteristik
batuan reservoir. Secara garis besar karakteristik batuan reservoir dapat
dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu sifat dasar batuan itu sendiri, seperti
porositas, permeabilitas dan distribusi ukuran pori, serta sifat yang terbentuk
dengan adanya interaksi antara batuan dengan fluida, seperti wettabilitas, tekanan
kapiler, dan distribusi saturasi fluida.

F lu

Zo n
a M
na
in y
da
T
In j
ra
ek
s
Zo

ak

ns

is i

A ra h P e n d e s a k a n

Gambar 4.1.
Proses Pendesakan Minyak 6)
Pada proses pendesakan minyak oleh air akan terdapat suatu zona transisi
diantara keduanya. Zona tersebut mempunyai perubahan saturasi dari minyak dan
air dengan jarak yang dipengaruhi oleh sifat fisik fluida dan batuan, tingkat
misibilitas antara fluida injeksi dan fluida yang diinjeksi. Zona transisi
mempunyai perubahan saturasi fluida dengan variasi 100% minyak sampai 100%
air.

Wettabilitas
Pada interaksi kontak permukaan antara fluida dan batuan, terjadi gaya
tarik-menarik antara cairan dengan benda padat (gaya adhesi), yang merupakan
faktor dari tegangan permukaan antara fluida dan batuan.
Suatu cairan dapat dikatakan membasahi zat padat jika tegangan adhesinya
positip ( < 75o), yang berarti batuan bersifat water wet. Apabila sudut kontak
antara cairan dengan benda padat antara 75 - 105, maka batuan tersebut bersifat
intermediet. Apabila air tidak membasahi zat padat maka tegangan adhesinya
negatip ( > 105o), berarti batuan bersifat oil wet.
Gambaran tentang water wet dan oil wet ditunjukkan pada Gambar 4.2.,
yaitu pembasahan fluida dalam pori-pori batuan. Fluida yang membasahi akan
cenderung menempati pori-pori batuan yang lebih kecil, sedangkan fluida tidak
membasahi cenderung menempati pori-pori batuan yang lebih besar.

a . O il W e t

b . W a te r W e t

P o re s p a c e o c c u p ie d b y H O
R o c k m a tri x
P o re s p a c e o c c u p ie d b y O il

Gambar 4.2.
Pembasahan Fluida dalam Pori-pori Batuan

2)

Pada umumnya reservoir bersifat water wet, sehingga air cenderung untuk
melekat pada permukaan batuan sedangkan minyak akan terletak diantara fasa air.
Jadi minyak tidak mempunyai gaya tarik-menarik dengan batuan dan akan lebih
mudah mengalir. Harga wetabilitas dan sudut kontak nyata dapat ditentukan
berdasarkan karakteristik pembasahan, yang merupakan fungsi dari threshold
pressure (Pt).

Tekanan Kapiler
Tekanan kapiler (Pc) didefinisikan sebagai perbedaan tekanan yang ada
antara permukaan dua fluida yang tidak tercampur (cairan-cairan atau cairan-gas)
sebagai akibat dari terjadinya pertemuan permukaan yang memisahkan kedua
fluida tersebut.
Saturasi Fluida
Besarnya kandungan fluida yang mengisi pori-pori batuan reservoir
dinyatakan dengan saturasi, yaitu perbandingan antara volume fluida tersebut
dengan volume pori-porinya. Pada pori batuan yang berisi fluida gas-minyak-air,
maka jumlah ketiga saturasinya adalah satu, sedangkan pada pori batuan yang
hanya berisi gas dan minyak, ataupun air dan minyak, jumlah kedua saturasinya
tetap satu.
Saturasi minyak, gas dan air yang terdapat sebelum

injeksi dimulai

disebut saturasi awal (initial saturation). Besarnya harga saturasi awal ini
tergantung dari tahap produksinya. Apabila dalam reservoir telah dilakukan tahap
produksi primer, maka saturasi minyak yang ditinggalkan merupakan saturasi
minyak awal produksi tahap kedua (secondary recovery).
Distribusi Saturasi sebelum Injeksi Fluida
Fluida yang mengisi reservoir biasanya tidak terdistribusi secara merata,
melainkan bervariasi. Pada saat produksi primer, terjadi pengurangan saturasi
fluida di sekitar sumur produksi, sehingga akan mempengaruhi saturasi fluida
secara keseluruhan.
Variasi saturasi fluida reservoir dipengaruhi oleh karakteristik batuan
reservoir, antara lain :

litologi batuan,

distribusi ukuran pori dan distribusinya,

derajat kebasahan batuan reservoir, dan

posisi struktur.

Besarnya lubang pori-pori adalah bervariasi untuk setiap reservoir,


tergantung jenis batuannya. Secara umum dibagi menjadi pori-pori kecil, sedang,
dan besar, tergantung jari-jari lubang pori-pori tersebut. Jari-jari pori yang kecil
cenderung untuk diisi oleh fluida yang membasahi, sedangkan untuk jari-jari pori
yang besar cenderung diisi oleh fluida yang tidak membasahi. Fluida yang
membasahi hanya membentuk suatu film yang tipis pada dinding pori-porinya,
dan apabila jumlah fluida yang membasahi hanya sedikit, maka fluida tersebut
akan berusaha untuk menempati pori-pori yang kecil.
Distribusi Saturasi pada saat Pendesakan
Pada saat injeksi fluida mulai dilaksanakan melalui suatu sumur injeksi,
maka fluida injeksi tersebut akan mengisi pori-pori yang semula ditempati oleh
fluida yang didesaknya. Fluida yang didesak tersebut akan berusaha menuju
sumur produksi dengan mendesak fluida yang terdesak didepannya.
Pada zona transisi akan terdapat suatu perkembangan saturasi, dari saturasi
fluida pendesak di belakang dan saturasi fluida yang didesak di bagian depannya.
Apabila fluida yang terdapat di muka front lebih dari satu seperti minyak dan gas,
maka distribusi saturasi yang berada di depan front akan lebih kompleks.
Contohnya adalah proses pendesakan air pada reservoir solution gas drive.
Minyak dan gas yang ada dalam reservoir, keduanya dapat bergerak. Gas
umumnya mempunyai viskositas yang lebih kecil dan mobilitas yang lebih besar
dari minyak, sehingga gas akan lebih cepat bergerak meninggalkan minyak.
Perbedaan mobilitas ini membentuk zona tertentu didepan front yang mempunyai
saturasi minyak yang lebih besar. Zona ini disebut zona oil bank.
Dalam zona transisi fluida pendesak dan fluida yang didesak, saturasi dan
fraksi aliran fluida pendesak akan bertambah besar ke arah sumur injeksi,
kemudian saturasi dan fraksi aliran fluida yang didesak akan bertambah besar ke
arah sumur produksi. Pada beberapa proses injeksi, fluida yang diinjeksikan akan
mengisi semua ruangan pori-pori di daerah reservoir yang tersapu. Ada juga
kemungkinan bahwa fluida yang diinjeksikan tidak dapat mengisi semua pori-

porinya, karena pori-pori tersebut ditempati oleh minyak, air atau gas yang
merupakan suatu saturasi residu.
Mobilitas Fluida
Mobilitas fluida adalah suatu ukuran yang menunjukkan kemudahan suatu
fluida untuk mengalir melalui media berpori dengan suatu gradien tekanan
tertentu. Mobilitas Fluida didefinisikan sebagai perbandingan antara permeabilitas
efektif fluida tersebut terhadap viskositasnya pada kondisi reservoir, sesuai
dengan Persamaan (4-1), sebagai berikut :
k
f f
f

.............................................................................................. (4-1)

Mobilitas merupakan fungsi dari sifat fluida batuan, dimana harganya


bervariasi sesuai dengan saturasi, tekanan dan temperaturnya. Mobilitas fluida
akan berbeda-beda tergantung pada tempat fluida itu berada dan waktu
pelaksanaan injeksi fluidanya.
Mobilitas rasio didefinisikan sebagai perbandingan mobilitas minyak
dengan mobilitas fluida pendesak. Mobilitas rasio air terhadap minyak dinyatakan
dengan persamaan sebagai berikut :
M w, o

w
k

rw x o
o
k ro w

............................................................... (4-2)

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam Persamaan (4-2) diatas adalah :

Pendesakannya seperti pendesakan piston (piston like displacement), yaitu


saturasi fluida yang didesak berkurang dengan tajam dari saturasi awal
sampai dengan ke saturasi residunya setelah dilalui bidang front.

Pada daerah yang belum tersapu oleh fluida pendesak hanya terdapat satu
aliran fluida saja yaitu fluida yang didesak, sedangkan pada daerah yang
tersapu juga terdapat aliran satu macam fluida yaitu fluida yang merupakan
fluida pendesak.

Seluruh batuan reservoir mempunyai spesifik permeabilitas yang sama


(reservoir homogen isotropik)

Viskositas, permeabilitas efektif, mobilitas fluida pendesak dan fluida


yang didesak dianggap tetap selama pendesakan berlangsung.
Apabila proses pendesakannya oleh fluida yang tercampur, maka

permeabilitas efektif fluida pendesak dan fluida yang didesak adalah sama.
Dengan demikian mobilitas rasionya dapat disederhanakan menjadi perbandingan
viskositanya saja.
4.1.1. Efisiensi Pendesakan
Efisiensi pendesakan didefinisikan sebagai perbandingan antara volume
hidrokarbon yang dapat didesak dari pori-pori dengan volume hidrokarbon total
dalam pori-pori tersebut.
Pada kasus pendesakan linier, contohnya media berpori berbentuk silinder
dan semua pori-pori di belakang front dapat diisi oleh fluida pendesaknya, maka
efisiensi volumetrik akan mencapai 100% dan hubungan umum yang
menunjukkan efisiensi pendesakan adalah sebagai berikut :
Ed

Soi Sor
..................................................................................... (4-3)
Soi

Pada saat dan sebelum breaktrough terjadi, efisiensi pendesakan


ditunjukkan oleh Persamaan :
S (Sor ) BT
(E d ) BT oi
S oi

...................................................................... (4-4)

Harga Sor akan berkurang dan Ed akan bertambah dengan terus berlalunya
zona transisi melalui sumur produksi, sehingga setelah zona transisi ini berlalu
akan diperoleh harga Sor minimum yang merupakan harga saturasi minyak
irreducible dan efisiensi pendesakan mencapai harga maksimum, sesuai dengan
Persamaan :
S (Sor ) min
(E d ) max oi
....................................................................... (4-5)
Soi

Pendesakan Tak Tercampur


Kondisi pendesakan tak tercampur terjadi pada fluida pendesak yang
mempunyai sifat tidak mencampur (immicible) dengan fluida pendesak. Apabila
fluida pendesak bersifat tidak membasahi, maka akan terbentuk suatu bidang antar
permukaan, antara fluida yang membasahi dan fluida yang bersifat tidak
membasahi.
Proses pendesakan pada waterflooding dapat dikategorikan sebagai proses
pendesakan tak tercampur. Air yang bersifat tidak membasahi akan berusaha
menempati pori-pori yang besar yang semula diisi oleh minyak, dan berusaha
menerobos minyak ke arah sumur produksi. Jadi dalam pendesakan ini tidak
terdapat suatu front yang jelas antara fluida pendesak dengan fluida yang didesak,
meskipun terdapat gradien saturasi antara sumur injeksi dengan sumur produksi,
tetapi pendesakan ini mempunyai efisiensi pendesakan yang relatif kecil sehingga
masih banyak meninggalkan volume minyak residu. Apabila fluida pendesak
bersifat membasahi, maka gradien tekanan pendesakan tidak mutlak diperlukan.
Proses pendesakan akan terus berlangsung selama fluida yang didesak masih terus
mengalir hingga dicapai suatu keadaan dimana fluida yang didesak akan
merupakan fasa tidak kontinyu dan mempunyai harga permeabilitas efektif
mendekati harga nol yang sudah dapat mengalir lagi.
Proses pendesakan oleh fluida membasahi lebih efisien jika dibandingkan
dengan pendesakan oleh fluida yang tidak membasahi. Hal ini terjadi karena
adanya efek kapiler, gradien saturasi di belakang front, zona transisi yang sempit
dan saturasi fluida yang diinjeksi lebih sempit. Apabila fluida pendesak lebih
viscous daripada fluida yang didesak (seperti air mendesak gas atau minyak
ringan) dan perbedaan porositas yang terdapat pada batuan reservoir tidak begitu
banyak, maka bidang front akan lebih jelas nampak. Jadi semua fluida yang
didesak, baik gas ataupun minyak akan mengalir di depan front sedangkan di
belakang front hanya terdapat saturasi residu dari fluida-fluida yang didesak
tersebut.

Persamaan yang digunakan untuk menghitung efisiensi pendesakan


dikembangkan pertama kali oleh Buckley-Leverret kemudian dikembangkan oleh
beberapa penulis lainnya.
Untuk pendesakan satu dimensi di dalam media berpori, fraksi aliran
fluida pendesak adalah :
f1

gsin
M
1
1 M
(1 M)

1
k
r1 2
2
k r2 1

1Pc
(1 M)

......................................... (4-6)

............................................................................ (4-7)

Fraksi aliran adalah fungsi dari saturasi sepanjang variasi permeabilitas


relatif. Plot antara fraksi aliran versus saturasi fluida pendesak disebut kurva
fraksi aliran (fractional flow curve), yang biasanya bebrbentuk kurva S. Bentuk
dan posisi kurva tergantung dari kurva permeabilitas relatif, viskositas fluida,
densitas, sudut kemiringan dan hubungan saturasi-tekanan kapiler.
Kemajuan front pendesakan tak tercampur dapat ditentukan dengan
menghitung saturasi fluida pendesak sebagai fungsi waktu dan jarak dari slope
kurva fractional flow. Termasuk juga waktu breakthrough, yaitu pada saat fluida
pendesak tiba di ujung media berpori dan dan air injeksi ikut terproduksi ke
permukaan. Gambar 4.3. menggambarkan saturasi pada saat breakthrough,
sedangkan Gambar 4.4. menunjukkan profil saturasi air sebelum, pada saat dan
stelah breakthrough.
Saturasi fluida pendesak rata-rata sebelum breakthrough ditentukan dengan
material balance untuk media berpori, setelah breakthrough ditentukan dengan
perluasan tangen terhadap kurva fractional flow pada satu titik yang
menghubungkan kondisi di ujung jalan keluar.
Efisiensi pendesakan minyak (ED), jika terdapat dua fluida di dalam proses
pendesakan tak tercampur (immiscible) seperti yang digambarkan di atas, dapat
dirumuskan sebagai berikut :
ED 1

So B oi
Soi B o

............................................................................... (4-8)

F ra c tio n a l F lo w

g s in < 0
M > 1 ( h ig h )

g s in > 0
M < 1 ( lo w )

S1r

1- S2r
S 1f
D is p la c in g F lu id S a tu ra tio n

Gambar 4.3.
Penentuan Saturasi Breakthrough

6)

D is p la c in g F lu id S a tu ra t io n

B e f o re
B re a k th ro u g h

At
B r e a k th r o u g h

1 - S2r

S 1f

S1r

In le t E n d

A fte r
B re a k th ro u g h

O u tl e t E n d
F ro n t

D is t a n c e fr o m In je c tio n W e ll

Gambar 4.4.
Profil Saturasi dalam Pendesakan Tak Tercampur Satu Dimensi

6)

Berdasarkan Persamaan fraksi aliran, maka faktor yang mempengaruhi


pendesakan tak tercampur adalah :
1. Mobilitas rasio
Pada suku pertama dalam Persamaan (4-6), yang menunjukkan gaya
viscous merupakan faktor yang berpengaruh pada fraksi aliran. Pada harga
saturasi tertentu, fraksi aliran fluida pendesak akan mengecil pada
mobilitas rasio yang kecil. Akibatnya terjadi keterlambatan breakthrough
dan meningkatkan efisiensi pendesakan pada volume yang diinjeksikan.
Dengan kata lain, efisiensi pendesakan pada abondonment akan lebih
tinggi pada mobilitas rasio yang lebih kecil karena berkurangnya
producing cut dari fluida pendesak.
2. Gaya Gravitasional
Suku kedua dalam Persamaan (4-6), menyajikan perbandingan antara
gaya gravitasional dan gaya viscous. Hal ini dapat ditulis lagi sebagai
Bilangan Gravitasi (Ng), adalah :
f1

M
1 N g sin
M 1

................................................... (4-9)

g
Ng 2
..................................................................... (4-10)
u
Jika harga (Ng sin ) besar, gaya gravitasional akan berpengaruh terhadap

kurva fraksi aliran. Harga positif yang lebih tinggi dari N g sin
menurunkan fraksi aliran fluida pendesak pada saturasinya.
Pengaruh dari mobilitas rasio dan gaya gravitasional terhadap fraksi aliran
dapat dilihat pada Gambar 4.5.
3. Tekanan Kapiler
Pada suku ketiga Persamaan (4-6)., menunjukkan perbandingan gaya
kapiler dan gaya viscous. Gradien tekanan kapiler dalam arah aliran adalah
positif, karena gradien saturasi air dan turunan tekanan kapiler berkenaan
dengan saturasi air adalah negatif. Pengaruh ini akan lebih besar pada
gradien saturasi air yang lebih besar, seperti pada daerah didekat flood
front, seperti terlihat pada Gambar 4.6.

F r a c tio n a l F lo w

N
M

o
g
o

s in

< 0

> 1

s in

= 0
M

o
g

= 1

< 1

s in
M

> 0

D is p la c in g F lu id S a tu ra t io n

Gambar 4.5.
Pengaruh Mobilitas Rasio dan Gaya Gravitasional
terhadap kurva Fractional Flow 6)

1
D is p la c in g F lu id S a tu ra t io n

1 - S2r
N o C a p illa r y P r e s s u r e
W ith C a p illa r y P r e s s u re

S1r

In le t E n d

0
0

O u t le t E n d

D is ta n c e f ro m In je c tio n W e ll

Gambar 4.6.
Pengaruh Tekanan Kapiler
terhadap Profil Saturasi dalam Pendesakan Tak Tercampur

6)

4.1.2. Efisiensi Penyapuan


Efisiensi penyapuan didefinisikan sebagai perbandingan antara luas daerah
hidrokarbon yang telah didesak di depan front dengan luas daerah hidrokarbon
seluruh reservoir atau dengan luas daerah hidrokarbon yang terdapat pada suatu
pola.
4.1.2.1. Efisiensi Penyapuan Areal
Efisiensi penyapuan areal didefinisikan sebagai perbandingan antara
luasan reservoir yang kontak dengan fluida pendesak terhadap luas areal total atau
fraksional dari reservoir yang tersapu oleh fluida injeksi.
Faktor Cakupan (Coverage Factor)
Pada pola sumur yang teratur, efisiensi tersebut dapat diperkirakan sebagai
fungsi dari bentuk pola, volume pori yang diinjeksikan dan perbandingan
mobilitas. Kegiatan perolehan minyak tahap lanjut tidak semuanya menggunakan
pola sumur teratur, sehingga efisiensi penyapuan areal akan menurun dengan
adanya coverage factor.
Coverage factor (faktor cakupan) adalah perbandingan sederhana antara
volume reservoir didalam pola sumur yang teratur dengan volume reservoir total
8)

, seperti terlihat pada Gambar 4.7. Volume reservoir digunakan sebagai

pengganti areal untuk memasukkan variasi ketebalan lapisan.


Korelasi Efisiensi Penyapuan Areal
Untuk pola-pola sumur teratur di dalam reservoir yang homogen,
diperlukan korelasi efisiensi penyapuan areal. Korelasi ini dipersiapkan untuk
pengujian pendesakan dan dibantu dengan beberapa pertimbangan analitik.
Efisiensi penyapuan areal pada volume pori yang telah diinjeksi, akan
berkurang dengan naiknya perbandingan mobilitas. Perbandingan mobilitas akan
meningkat dengan naiknya volume yang telah diinjeksikan, sehingga harga akhir
untuk efisiensi penyapuan areal akan diambil pada harga volume pori yang telah
diinjeksikan dihubungkan dengan limiting cut yang ditentukan dalam produksi.

To ta l A re a
R e s e r v o ir V o lu m e
(V t)

C o n fi n e d A re a
R e s e r v o ir V o lu m e
( Vc )

C o v e ra g e F a c to r = V t / V c
Gambar 4.7.
Faktor Cakupan (Coverage Factor) 6)
Harga efisiensi penyapuan yang ditentukan dari korelasi tidak dapat
menunjukkan beberapa anisotropi (variasi permeabilitas directional) atau
heterogenitas. Untuk kasus dimana terdapat faktor tersebut, teknik simulasi
reservoir harus dipakai untuk mendapatkan peramalan efisiensi penyapuan areal
yang memberikan hasil yang lebih baik.
Pada kebanyakan korelasi penyapuan areal, perbandingan mobilitas
dihitung dengan memakai permeabilitas relatif end-point, biasanya dipakai
mobilitas rasio rata-rata, yang dirumuskan sebagai berikut :
M

( r1 r2 ) b
( r1 r2 ) a

................................................................................ (4-11)

Pengaruh Viscous Fingering


Front pendesakan yang tidak stabil akan menyebabkan fluida pendesak
tersembul di dalam lebar finger yang kecil melewati fluida terdesak. Sebagai
hasilnya fluida terdesak tertinggal di belakang front pendesakan. Keadaan seperti
ini terjadi akibat adanya proses pendesakan di dalam reservoir yang homogen dan

terlebih lagi pada heterogenitas reservoir. Viscous fingering berhubungan dengan


perbedaan viskositas antara fluida pendesak dengan fluida terdesak.
Model konseptual yang digunakan untuk menghitung pengaruh viscous
fingering adalah dengan memodifikasi Persamaan aliran fraksional, dengan
memasukkan

transfer

massa

antara

fluida-fluida

di

sepanjang

finger,

memodifikasi viskositas fluida, dengan mempertimbangkan pencampuran fluida


dan mengkombinasikan pengaruh dispersi dengan fingering. Pengaruh viscous
fingering pada proses pendesakan menentukan efisiensi pendeskan. Pada kondisi
tersebut, efisiensi penyapuan vertikal dan areal tidak membutuhkan penyesuaian
terhadap pengaruh viscous fingering.
Jika efisiensi pendesakan tidak memasukkan pengaruh tersebut, dan
ternyata diketahui pengaruh tersebut ada, maka harus dilakukan beberapa
penyesuaian untuk efisiensi penyapuan vertikal dan areal. Perbedaan antara dua
kondisi tersebut digambarkan pada Gambar 4.8. Jika pengaruh viscous fingering
dimasukkan dalam efisiensi pendesakan, maka volume yang tersapu sama dengan
daerah terinvasi (invaded region). Jika efisiensi pendesakan tidak memasukkan
pengaruh tersebut, maka volume penyapuan hanya merupakan daerah yang

A re a l V ie w
o f F lo o d P a t te r n

V e r tic a l
C ro s s - S e c t io n

terkena kontak dengan fluida pendesak.

In v a d e d
R e g io n
C o n ta c te d
R e g io n

Gambar 4.8.
Perbedaan antara Invaded Region dan Contacted Region 6)

4.1.2.2. Efisiensi Penyapuan Vertikal


Efisiensi penyapuan vertikal adalah fraksi dari bagian vertikal pada
reservoir yang tersapu oleh fluida injeksi. Efisiensi penyapuan vertikal
dipengaruhi oleh gravitasi dan heterogenitas lapisan reservoir. Pengaruh gravitasi
disebabkan oleh perbedaan densitas antara fluida pendesak dengan fluida
terdesak. Jadi pengaruh gravitasi dapat terjadi di semua reservoir (homogen dan
heterogen). Gas akan mendahului minyak lewat bagian atas (overrides) dan air
akan mendahului minyak pada bagian bawah (underruns), karena itu terjadi
breakthrough lebih awal di bagian atas dan bawah reservoir. Secara teori,
stabilitas front pendesakan dan sudut ke arah mana menghadap (terhadap arah
aliran) berhubungan dengan laju penginjeksian, mobilitas fluida dan perbedaan
densitas. Gambar 4.9 menunjukkan efisiensi penyapuan vertikal sebagai fungsi
perbandingan mobilitas dan Ngh/L (perbandingan bilangan gravitas dikalikan
ketebalan terhadap panjang). Perbandingan mobilitas yang tinggi dan bilangan
gravitasi yang besar menunjukkan rendahnya efisiensi penyapuan vertikal pada
saat breakthrough.

V e r tic a l S w e e p E f f ic ie n c y a t B r e a k t h r o u g h

1 .0

0 .1

M o b ilit y R a tio

0 .8
1

0 .6
2

0 .4
5

0 .2
50
0
0 .0 0 1

0 .1

Ngh / L

Gambar 4.9.
Pengaruh Mobilitas Rasio dan Gravitasi
terhadap Efisiensi Penyapuan Vertikal 6)

10

Jika reservoir menunjukkan variasi permeabilitas dan porositas terhadap


kedalaman, heterogenitas lapisan, flood front akan terpengaruh oleh variasi
tersebut. Fluida pendesak akan bergerak lebih cepat dilapisan dengan
permeabilitas yang tinggi dan breakthrough terjadi lebih awal dalam sumur
produksi. Gambar 4.10 menunjukkan kecenderungan adanya pengaruh tersebut.
Perbandingan mobilitas yang tinggi dan heterogenitas yang besar akan
menurunkan efisiensi penyapuan vertikal.

V e r tic a l S w e e p E f f ic ie n c y

M o b ility R a tio a n d
H e t e ro g e n e ity
In c r e a s in g

0
P o r e V o lu m e s I n je c t e d

Gambar 4.10.
Pengaruh Mobilitas Rasio dan Heterogenitas
terhadap Efisiensi Penyapuan Vertikal 6)
4.1.2.3. Efisiensi Invasi
Efisiensi invasi adalah perbandingan antara volume hidrokarbon dalam
pori-pori yang telah didesak oleh fluida atau front terhadap volume hidrokarbon
yang masih tertinggal di belakang front. Pada efisiensi penyapuan, seolah-olah
dianggap bahwa yang sedang mengalami proses pendesakan mempunyai sifat
merata (uniform) ke arah vertikal. Pada keadaan yang sebenarnya, dalam reservoir
jarang terjadi hal seperti itu. Oleh karena itu, supaya pengaruh aliran ke arah
vertikal turut diperhitungkan, maka harus diketahui efisiensi invasi.

Pengaruh perubahan sifat batuan ke arah vertikal dinyatakan dengan


adanya perlapisan dalam reservoir yang sifat batuannya berbeda terutama
permeabilitasnya. Pengaruh perlapisan terhadap bidang front atau zona transisi
adalah bidang front akan bergerak lebih cepat pada daerah dengan permeabilitas
yang tinggi, sehingga breakthrough air akan lebih dahulu terjadi pada lapisan yang
lebih permeabel. Pengaruh perlapisan terhadap penentuan efisiensi invasi
ditunjukkan pada Gambar 4.11.

K1
K1
K2
K3

K2

K3
Z o n a M in y a k

Z o n a Tra n s is i
(a ) Ta n p a K o m u n ik a s i d a n C r o s s F lo w

K1
K2

Z o n a M in y a k

K3

Z o n a Tra n s is i
(b ) D e n g a n K o m u n ik a s i d a n C ro s s F lo w

Gambar 4.11.
Pengaruh Perlapisan dan Komunikasi
antar lapisan terhadap Pendesakan fluida 6)

Anda mungkin juga menyukai