Disusun oleh :
YOGA ASMARA
15.420.410.0962
Disusun oleh :
YOGA ASMARA
15.420.410.0962
Oleh :
Yoga Asmara
15.420.410.0962
II. PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang
Sejalan dengan bertambahnya waktu produksi maka akan terjadi
penurunan produktivitas formasi yang tercermin melalui penurunan laju
produksi minyak dari sumur-sumur produksi. Penurunan laju produksi
minyak tersebut disebabkan oleh banyak hal seperti penurunan tekanan
reservoir, berkurangnya jumlah cadangan minyak dan dapat juga disebabkan
oleh terjadinya kerusakan formasi, dimana kerusakan formasi tersebut akan
mengakibatkan terjadinya penurunan permeabilitas batuan. Penurunan
permeabilitas batuan ini disebabkanoleh adanya penyumbatan pori-pori
batuan akibat invasi padatan maupun filtrat lumpur bor, penyemenan, fuida
komplesi, operasi stimulasi sebelumnya, kompaksi mekanik akibat perforasi
dan proses interaksi antara fluida dengan batuan formasi produktif selama
proses produksi. Selain itu kecilnya laju produksi minyak dapat juga
disebabkan oleh rendahnya permeabilitas alami batuan. Dengan adanya
penurunan produktivitas formasi tersebut, maka perlu dilakukan upaya untuk
meningkatkan kembali produktivitas formasi tersebut, dimana salah satunya
adalah dengan metode stimulasi perekahan hidrolik. Stimulasi perekahan
hidrolik dilakukan sebagai perangsangan dengan tujuan untuk meningkatkan
laju produksi minyak dengan cara memperbaiki permeabilitas batuan yang
mengalami kerusakan akibat kegiatan-kegiatan tersebut di atas, memperbesar
jari-jari efektif sumur dan dengan membuat saluran konduktif sebagai jalan
aliran fluida dari formasi produktif menuju lubang sumur. Mengingat
pentingnya stimulasi perekahan hidrolik terhadap perbaikan laju produksi
minyak, maka sebelum operasi perekahan tersebut dilakukan, harus dilakukan
studi untuk merencanakan proyek perekahan tersebut dan setelah proyek
perekahan tersebut selesai dikerjakan maka harus dilakukan evaluasi untuk
mengetahui keberhasilan operasi perekahan tersebut, dimana evaluasi tersebut
meliputi evaluasi pelaksanaan proyek perekahan di lapangan dan evaluasi
berdasarkan peningkatan produksi, seperti peningkatan laju produksi.
Hydraulic fracturing tidak hanya digunakan untuk meningkatkan
produksi dengan menembus zona damage dan meningkatkan permeabilitas,
tetapi juga untuk menahan fines atau produksi pasir pada formasi dengan
permeabilitas besar dan hydraulic fracturing juga sudah dilakukan bersamaan
dengan komplesi pada sumur dengan permeabilitas formasi rendah.
Hydraulic fracturing dilakukan dengan memompakan fluida perekah
pada laju dan tekanan injeksi yang tinggi sampai melebihi kekuatan formasi
batuan dengan tujuan untuk membuat rekahan (memulai dan
mengembangkan rekahan) pada batuan yang kemudian rekahan tersebut akan
diganjal dengan menggunakan proppant agar tidak menutup kembali.
2.2 Maksud Dan Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan penulis dalam pembuatan proposal tugas akhir dan
pengambilan judul “ANALISA PERENCANAAN DESIGN HYDARULIC
FRACTURING DENGAN PEMODELAN SIMULATOR FRACCADE 5.1
TERHADAP NILAI KEEKONOMIAN PRODUKSI PADA LAPANGAN
“X” DAN SUMUR “Y”” adalah :
2.2.1 Maksud
Maksud dari penelitian ini adalah Menentukan model rekahan
yang akan diterapkan pada perencanaan design hydraulic fracturing
pada lapangan “X” dan sumur “Y”.
2.2.2 Tujuan
1. Menentukan Proppant (chemical pengganjal) yang akan
digunakan dalam perencanaan design hydraulic fracturing.
2. Menentukan Fluida Perekah yang akan digunakan selama proses
hydraulic fracturing dilakukan.
3. Melakukan simulasi job hydraulic fracturing dengan
menggunakan permodelan simulator FracCADE 5.1 dan
perhitungan manual sehingga diperoleh design fracture secara
geometri.
LZT
e. Sistem Aliran Radial Gas
Laju alir dari sistem aliran radial untuk gas dapat dituliskan dengan
persamaan sebagai berikut.
0.7032kh
qsc ( Pe Pw ) ............................................................ (3-5)
2 2
ln( re / rw )TZ
Dimana :
q = laju alir, STB
k = permeabilitas, mD
h = ketebalan lapisan, ft
P = tekanan, psi
A = luas, ft2
L = panjang media berpori, ft
α = sudut kemiringan lapiran, °
ρg = gradien tekanan fluida, 0.433 psi/ft (air tawar), 0.465 psi/ft (air asin)
B = faktor volume formasi, bbl/STB
= viskositas fluida yang mengalir, cp
re= jari – jari pengurasan sumur, ft
rw = jari – jari sumur, ft
qsc = laju alir gas pada kondisi standar, SCF
Z = faktor devias gas
T = temperatur, °R
3.2 Productivity Index (PI)
Kemampuan suatu akumulasi hidrokarbon dalam batuan porous untuk
memproduksikan fluida yang dikandungnya tergantung dari produktivitas
reservoir. Ukuran keproduktifan reservoir ini dikenal dengan Productivity Index
(PI).
3.2.1 Konsep PI
Telah dibicarakan diatas bahwa Produktivity Index ialah suatu index atau
derajat pengukuran kemampuan produksi suatu sumur, yang didefinisikan
sebagai perbandingan antara rete produksi yang dinyatakan dalam stock tank
barrel per hari dengan pressure draw-down.
Kecuali secara khusus, PI didasarkan pada gross liquid production, tapi
ada juga yang mendasarkan dengan rate produksi minyak (qo).
Secara matematis bentuknya dapat ditulis sebagai berikut :
q
PI J STB/hari/psi ....................................................... (3-7)
( Ps Pwf )
Dimana :
q = gross liquid rate, STB/hari
Ps = tekanan static reservoir, psi
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psi
Ps-Pwf = draw-down pressure, psi
Besaran–besaran tersebut bisa diukur dengan beberapa cara, rate produksi
(q) dapat diukur di tangki permukaan atau pada separator di unit flow-meter.
Tekanan static reservoir (Ps) dapat ditentukan dengan alat subsurface pressure
gauge, setelah periode ditutupnya sumur dalam waktu tertentu atau dengan
metode pressure build-up.
Dengan melakukan subtitusi dari Persamaan 3-3 ke dalam Persamaan 3-
5, maka PI dapat ditentukan pula berdasarkan sifat fisik batuan reservoir, sifat
fluida reservoir serta geometri reservoir dan sumurnya, yaitu :
7.08kh
PI ................................................................................... (3-8)
re
o Bo ln
rw
Meskipun Persamaan 3-8 tidak mengandung besaran tekanan, tetapi PI
masih tetap bergantung pada tekanan, karena Bo dan μo merupakan fungsi
tekanan, sedangkan k sebagai fungsi dari saturasi minyak.
Berdasarkan pengalaman dari Kermitz E. Brown (1967) telah mencoba
memberikan batasan terhadap besarnya produktivitas sumur, yaitu:
1. PI rendah jika kurang dari 0.5.
2. PI sedang jika antara 0.5 sampai 1.5.
3. PI tinggi jika lebih dari 1.5.
3.2.2 Faktor yang Mempengaruhi PI
Beberapa faktor yang mempengaruhi terhadap harga PI antara lain :
1. Karakteristik batuan reservoir, meliputi :
a. Permeabilitas
Bila permeabilitas batuan kecil, maka fluida akan lebih sulit untuk
mengalir sehingga kemampuan berproduksi (PI) akan turun.
b. Saturasi
Dalam proses produksi, saturasi minyak akan berkurang dengan
naiknya produksi kumulatif minyak dan akibatnya pori-pori yang kosong
akan diganti oleh air atau gas bebas. Di samping itu produksi terus seiring
dengan penurunan tekanan reservoir, sehingga akan timbul fasa gas yang
mengakibatkan saturasi gas bertambah dan saturasi minyak berkurang dan
hal ini akan mengurangi permeabilitas efektif terhadap minyak sehingga
dapat menurunkan harga PI.
3. Ketebalan lapisan
Makin tebal lapisan produktif, makin besar pula harga PI-nya. Tetapi
bila lapisan tersebut diselingi oleh lapisan tipis dari air atau gas maka laju
produksi minyak akan berkurang. Terproduksinya air dapat pula
mengakibatkan terjadinya scale yang dapat mengurangi kapasitas kerja
alat-alat atau terjadinya korosi pada alat-alat tersebut.
4. Mekanisme pendorong
Kecepatan perubahan tekanan reservoir akibat proses produksi sangat
dipengaruhi oleh jenis mekanisme pendorongnya.
Dimana :
q = laju produksi, STB/d
ko = permeabilitas efektif minyak, mD
h = ketebalan formasi produktif, ft
Pe = tekanan formasi pada jarak re dari sumur, psi
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psi
µo = viskositas minyak, cp
Bo = Faktor volume formasi, Bbl/STB
re= jari – jari pengurasan sumur, ft
rw = jari – jari sumur, ft
Prosedur dalam membuat kurva IPR untuk aliran satu fasa adalah sebagai
berikut :
1. Menyiapkan data hasil uji tekanan dan produksi yaitu ; tekanan reservoir (Ps),
tekanan alir dasar sumur (Pwf), dan laju produksi (q).
2. Menghitung indeks produktivitas (PI) dengan persamaan (3-7)
3. Memilih tekanan alir dasar sumur (Pwf) anggapan
4. Menghitung laju aliran (qo) pada tiap harga Pwf tersebut dengan menggunakan
persamaan:
Td = Ta + @ D (3-11)
Keterangan :
Td = temperatur reservoir pada kedalaman D ft, °F
Ta = temperatur pada permukaan °F.
@ = gradien temperatur, °F/100 ft
D = kedalaman, ft
5. Memplot qo terhadap Pwf yang diperoleh dari langkah 3 dan 4 pada kertas
grafik kartesian, dengan qo sebagai sumbu datar dan Pwf sebagai sumbu tegak.
Hasil plot ini akan membentuk garis yang linier seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 3.1.
4. Untuk membentuk kurva IPR, gunakan beberapa nilai anggapan Pwf dan
menghitung harga qo dari persamaan (3-1)
5. Memplot qo terhadap Pwf pada kertas grafik linier. Kurva yang diperoleh
adalah kurva kinerja aliran fluida dari formasi ke lubang sumur. Bentuk kurva
tersebut akan melengkung seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.2
dibawah ini.
Gambar 3.2 Kurva IPR 2 Fasa8)
An C0 C1 C2
Seperti yang diketahui sebelumnya, harga water cut berubah sesuai dengan
perubahan tekanan alir dasar sumur pada satu harga tekanan reservoir, maka perlu
dibuat hubungan antara tekanan alir dasar sumur dengan water cut. Hubungan ini
dinyatakan sebagai: Pwf/Pr terhadap WC/(WC @Pwf = Pr) ditentukan dari sumber
simulator, untuk kelima harga water cut. Analisa regresi terhadap titik-titik data
menghasilkan persamaan sebagai berikut :
WC
P1Exp(P 2 Pwf /Pr ) .............................................................(3-18)
WC @ Pwf Pr
qw
WC ....................................................................................................(3-19)
qt
Dimana :
P1 dan P2 tergantung dari harga water cut, dan dari analisa regresi diperoleh
hubungan sebagai berikut :
P1 = 1.606207 – 0130447 ln (water cut)....................................... (3-20)
P2 = -0.517792 + 0.110604 ln (water cut) ................................... ..(3-21)
Dimana :
Water cut dinyatakan dalam persen (%).
Prosedur pembuatan kinerja aliran tiga fasa dari metode Pudjo Sukarno
adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan data-data penunjang meliputi ; tekanan reservoir/tekanan
statis sumur, tekanan alir dasar sumur, laju produksi minyak dan air, harga
water cut (WC) berdasarkan data uji produksi.
2. Penentuan WC pada Pwf ≈ Ps. Menghitung terlebih dahulu harga P1 dan P2
yang diperoleh dari persamaan (3-20) dan (3-21). Kemudian hitung harga WC
@Pwf ≈ Ps dengan persamaan (3-20).
3. Penentuan konstanta A0, A1, dan A2berdasarkan harga WC pada Pwf ≈ Ps,
kemudian menghitung harga konstanta tersebut menggunakan persamaan
(3.16) dimana konstanta C0, C1 dan C2 diperoleh dalam Tabel 3.1.
4. Menentukan qt maksimum dari persamaan dari persamaan (3-16) dan
konstanta A0, A1, dan A2 dari langkah 3.
5. Menentukan laju produksi minyak (qo) berdasarkan qt max pada langkah 4,
kemudian hitung harga laju produksi minyak qo untuk berbagai Pwf.
6. Menentukan laju produksi air (qw), dari harga water cut (WC) pada tekanan
alir dasar sumur (Pwf) dengan persamaan :
WC
qw ............................................................................... (3-22)
100 WC
7. Membuat tabulasi harga-harga qw, qo, qt, untuk berbagai harga Pwf pada Pa
aktual.
8. Membuat grafik hubungan antara Pwf terhadap qt, dimana Pwf mewakili
sumbu y dan qt mewakili sumbu x seperti pada Gambar 3.5. dibawah ini.
Gambar 3.4. Kurva IPR untuk Aliran Tiga Fasa8)
Dimana:
Re = Bilangan Reynold (tak berdimensi)
v = kecepatan rata-rata (ft/s atau m/s)
D = diameter pipa(ft atau m)
k = viskositas kinematik(m2/s)
Pada Re < 2300, aliran bersifat laminer.
Pada Re > 4000, aliran bersifat turbulen.
Pada Re = 2300-4000 terdapat daerah transisi.
dimana :
S = faktor skin, dimensionless
ke = permeabilitas reservoir (tidak berubah)
kd = permeabilitas zona yang rusak
rs = jari-jari skin
rw = jari-jari sumur bor
3.7.1 Acidizing
Acidizing merupakan suatu treatment pada sumur minyak dan gas yang
dilakukan dengan cara menginjeksikan sejumlah zat reaktif (asam) kedalam formasi
dengan laju dan tekanan tertentu. Prinsip dasar metode ini adalah melarutkan
batuan dari material-material yang menghambat aliran dalam reservoir. Dalam
metode ini digunakan asam dikarenakan beberapa kemampuanya yaitu melarutkan
mineral-mineral formasi dan mineral-mineral asing yang mungkin ikut terbawa
selama oprasi pemboran, komplesi dan produksi. Keefektifan asam untuk
meningkatkan produktivitas suatu sumur akan sangat ditentukan oleh ketepatan
analisis problem, pemilihan asam yang digunakan, pemilihan teknik pengasaman
dan pelaksanaan treatment di lapangan. Sebelum melakukan pengasaman, kita
harus mengetahui reaksi asam terhadap batuan dengan cara solubility test. Proses
penginjeksian asam ke dalam formasi dilakukan dengan tahap-tahap kegiatan
seperti :
a. Preflush
Preflush dilakukan dengan memompakan asam yang konsentrasinya rendah
dan jumlahnya kira-kira setengah dari volume untuk acidizing sebenarnya. Preflush
bertujuan untuk menghilangkan material formasi yang dapat bereaksi dengan HCl,
memindahkan air formasi yang mengandung ion-ion (Na2+, Ca2+ dan lain-lain)
yang cenderung mengendap dengan HF, mendinginkan formasi sehingga
memperdalam penetrasi asam.
b. Main treatment
Main treatment merupakan proses utama pemompaan asam untuk
memperbaiki permeabilitas batuan. Pemompaan dengan laju yang rendah dilakukan
untuk memperbaiki kerusakan disekitar lubang sumur, sedangkan laju yang tinggi
dilakukan untuk jangkauan yang lebih jauh ke dalam formasi.
c. After flush (postflush)
After flush merupakan proses pendorongan asam yang masih ada
dalamtubing agar seluruh asam masuk ke dalam formasi dan mengurangi waktu
kontak asam dengan tubing, disamping itu juga untuk memindahkan asam yang
telah terpakai jauh dari lubang sumur sehingga presipitasi yang dapat terbentuk
tidak akan banyak merusak. Cairan yang digunakan seperti minyak diesel, nitrogen,
ammonium klorida (NH4Cl), dan HCl. Berdasarkan penggunaan asam, pengasaman
dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yaitu pencucian asam (acid
washing), pengasaman matrix batuan (matrix acidizing), perekahan asam
(fracturing acidizing).
a. Fluida Perekah
Fluida perekah adalah suatu cairan yang digunakan untuk menghantarkan
daya pompa ke batuan formasi, dan juga berfungsi sebagai pembawa material
pengganjal ke dalam rekahan.
Pemilihan fluida perekah didasarkan atas beberapa hal, yaitu :
o Memiliki kemampuan yang efektif untuk membawa propping agent ke
dalam rekahan.
o Stabil terhadap tekanan dan temperetur formasi.
o Kompatible terhadap fluida reservoir, sehingga tidak menimbulkan emulsi
dan interaksi yang merugikan.
o Tidak menimbulkan kerusakan terhadap formasi.
o Tingkat kehilangan cairan (friction loss) kecil.
o Memiliki viscositas yang stabil terhadap suhu maupun tekanan sehingga
tidak terjadi penyumbatan pada saat perekahan berlangsung.
o Dapat dikeluarkan dengan mudah setelah operasi selesai dilakukan.
o Mudah didapat, ekonomis, relatif mudah dipompakan, dan aman.
b. Additive
Additive adalah suatu material yang ditambahkan ke dalam fluida perekah
untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Sifat-sifat yang harus dimiliki aleh
additive ini adalah:
a. Tidak reaktif dengan fluida reservoir.
b. Mudah dikeluarkan dari formasi.
c. Sangat efektif pada konsentrasi rendah.
d. Dapat dialirkan melalui pipa saluran.
c. Proppant
Proppant atau bahan pengganjal digunakan untuk mendapatkan saluran
aliran menuju sumur dengan permeabilitas tinggi. Kontras antara rekahan dan
formasi menentukan kenaikkan produksi dari suatu proyek perekahan.
Permeabilitas dari proppant akan menentukan hasil konduktivitas. Makin kontras
permeabilitas di rekahan, maka hasil produktivitas juga makin besar. Proppant
akan menjadi hancur (crushing) apabila mengalami stress yang melewati
kekuatannya, sehingga merugikan dalam hal produktivitasnya.
d. Pemilihan Proppant
Pemilihan proppant yang baik akan berpengaruh terhadap hasil perekahan
hidraulik, oleh karena itu ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan proppant, antara lain :
o Ukuran proppant, sangat penting untuk kesuksesan perekahan hidraulik
karena 3 alasan, yaitu : cocok dengan perforasinya, konduktivitas adalah
fungsi dari ukuran proppant, dan bridging (untuk bisa mulus, maka ukuran
lebar rekahan harus sekitar 4 kali ukuran proppant).
o Distribusi proppant, uniform (seragam) atau tidak.
o Kualitas proopant, jumlah kotoran / tambahan yang tidak diperlukan.
o Raundness (kehalusan permukaan) dan Sphericity (bentuk bulatnya).
e. Transportasi Proppant
Proses transportasi proppant dalam pelaksanaan perekahan hidraulik dibagi
dalam beberapa tahap, yaitu :
1. Prepad, yaitu fluida dengan viskositas rendah dan tanpa proppant, biasanya
minyak, air, atau foam dengan gel berkadar rendah atau friction reducer
agent, fliud loss additive dan surfactant atau KCl untuk mencegah demage
dan ini dipompakan di depan untuk membantu memulai rekahan. Viskositas
yang rendah dapat masuk ke dalam matrix lebih mudah dan mendinginkan
formasi untuk mencegah degradasi gel. Prepad tidak dipakai untuk
temperatur yang relative rendah atau gradient rekah yang kecil.
2. Pad, fluida dengan viskositas yang lebih tinggi, juga tanpa proppant
dipompakan untuk membuka rekahan dan membuat persiapan agar lubang
dapat dimasuki slurry dengan proppant. Viskositas yang lebih tinggi akan
mengurangi leak-off (kebocoran fluida meresap masuk ke formasi). Pad
diperlukan dalam jumlah cukup agar tidak terjadi 100% leak-off sebelum
perekahan terjadi dan proppant ditempatkan.
3. Slurry, merupakan proppant yang dicampur dengan fluida kental, dimana
proppant ditambahkan sedikit demi sedikit selama pemompaan, dan
penambahan proppant ini dilakukan sampai harga tertentu pada alirannya
(yang tergantung dari karakteristik formasi, sistem fluida dan gelling agent).
Pekerjaan yang efisien adalah dapat menempatkan banyak proppant dengan
fluida perekah minimum agar biaya rendah.
4. Flushing, yaitu fluida yang mendesak slurry sampai dekat dengan perforasi,
dengan viskositas dan friksi yang rendah.
3.8 Pengenalan Program FracCADE
FracCADE merupakan software berbasis windows yang dikeluarkan oleh
Schlumberger, software ini digunakan untuk mendesain dan mengevaluasi
suatu proses perekahan hidraulik. FracCADE adalah singkatan dari
Fracturing Computer Aided Design and Evaluation.
Secara garis besar FracCADE dbagi menjadi tiga bagian utama, yaitu:
1. Design
Terdiri dari : Tools, General Input, Optimizatoin, Pump Schedule
Generator (PSG), PropFRAC Placement, AcidFRAC Placement,
MultiFRAC Placement (MLF).
2. Evaluation
Terdiri dari : BHP, DataFRAC, Auto Pressure Match (APM) dan Job
Data.
3. Utilities
Terdiri dari : Pricing, Sensitivity Analysis, Tubing Movement,
Addictives and Foam Calculation dan Log Analysis.
Catatan : Tidak semua bagian FracCADE harus dijalankan.
3.8.1 Design
3.8.1.1 General Input (Pemasukan Data)
Data yang diperlukan untuk menjalankan simulasi FracCADE ini, dapat
dibagi menjadi :
1. Administration : Nama Perusahaan, Lapangan, Sumur, Lokasi, Formasi
2. Well : Data Sumur, Tubing, Casing, Perforasi dan Hole surve
3. Zone : Summary, Detailed, All Zone.
4. Reservoir Fluid : General, PVT.
5. Fluids : Database, Proprties, Addictive
6. Proppant : Database, Proprties dan Pack Data
Keenam data tersebut harus diid secara benar dan tepat. FracCADE akan
memberikan indikator warna untuk setiap input angka yang dimasukan ke
dalam program Simulasi. Indikator warna biru menandakan bahwa angka yang
tertera merupakan hasil perhitungan internal simulasi dan tidak bisa dibah.
Indikasi warna merah menandakan bahwa data yang dimasukan melebihi range
atau batas. Warna magenta menunjukan bahwa data tidak konsisten, misalnya
harga MD dikurangi TVD.
Apabila data yang kita masukan berwarna merah, maka kita harus
mengubahnya sampai berwarna biru, karena kalau masih berwarna merah kita
tidak bisa melanjutkan ke tahap berikutnya. General input merupakan data
awal/data minimum yang harus dimiliki untuk menjalankan design suatu
pekerjaan perekahan hidraulik. Setelah melengkapi general input maka langkah
selanjutnya adalah Pump schedule Generator (PSG).
3.8.1.4. Algoritma
Algoritma digunakan untuk memahami jalannya program yang
digunakan. Berdasarkan diagram alir di atas dapat dibuat algoritma seperti
dibawah ini :
1. Start
2. General input / pemasukan data umum
a. Administration
b. Well data
c. Zone
d. Res. Fluid
e. Fracturing Fluid
3. Pumsp Schedule Generator (PSG)
a. Model geometri rekahan
b. Panjang rekahan awal
c. Tinggi rekahan
d. Laju injeksi
e. Schedule pemompaan
4. Execute
a. Macet
Jika terjadi kemacetan (Screen out) maka kita harus masuk /
menjalankan PropFrac Placement Yaitu memperbaiki schedule
pemompaan proppant, kemudian setelah PropFrac Placement
diisi, selanjutnya kembali dilakukan Execute.
b. Tidak macet.
Jika execute tidak macet, maka selanjutnya dilakukan
perhitungan :
𝐼𝑛𝑠𝑖𝑡𝑢 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑠𝑠 = 𝑣 (1x1xD − Pr) + (1 − 𝐹𝑥𝑃𝑟) .....................(3-25)
47880 𝑘′
µFracfluid= 𝛾 1−𝑛′
𝑡
β= 2Ctot π W+√2𝑆𝑃.................................................(3-28)
(𝑊+2𝑆𝑃)𝑞 2β
Xf = [𝐸𝑋𝑃(β2 )𝑒𝑟𝑓𝑐(β): − 1]..............(3-29)
4𝐶21 𝜋ℎ𝑓 √π
Pembuatan
Laporan
V. PENUTUP
Demikian proposal tugas akhir yang akan dilaksanakan. Besar
harapan penulis, rencana penelitia tugas akhir ini mendapat sambutan yang
baik dari perusahaan. Atas perhatian dan bantuan yang diberikan, penulis
ucapkan terimakasih.
VI. RENCANA DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang masalah
1.2. Metode Pendekatan Masalah
1.3. Maksud danTujuan Penulisan
1.4. Metodologi Penulisan
1.5. Sistematika Penulisan
BAB II. KARAKTERISTIK RESERVOIR
2.1. Karakteristik Batuan Reservoir
2.1.1. Komposisi Kimia batuan Reservoir
2.1.2. Sifat Fisik Batuan Reservoir
2.2. Karakteristik Fluida Reservoir
2.2.1. Komposisi Kimia Fluida Reservoir
2.2.2. Sifat Fisik Fluida Reservoir
2.3. Kondisi Reservoir
2.3.1. Tekanan Reservoir
2.3.2. Temperatur Reservoir
BAB III. TEORI DASAR
3.1. Metode Produksi
3.1.1. Primary Recovery
3.1.2. Secondary Recovery
3.1.3. Tertiary Recovery
3.2. Kerusakan Formasi
3.2.1. Kerusakan Formasi Sebelum Tahap Produksi
3.2.1.1. Pengaruh Invasi Filtrat Fluida
3.2.1.2. Pengaruh Invansi Partikel Padat
3.2.2. Kerusakan Selama Tahap Produksi
3.3. Stimulasi
3.3.1. Acidizing
3.3.1.1. Acid Washing
3.3.1.2. Matrix Acidizing
3.3.1.3. Acid Fracturing
3.3.2. Hydaraulic Fracturing
3.3.2.1. Perekahan Hidraulik
3.3.2.2. Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan
Perekah
3.3.2.3. Material Pengganjal
3.3.2.4 Model Geometri Rekahan
3.3.2.5. Analisa Tekanan Perekah
3.4. Pengenalan Program FracCADE
3.4.1. Design
3.4.1.1. General Input (Pemasukan Data)
3.4.1.2. Pump Schedule Generator (PSG)
3.4.1.3. PropFrac Placement
3.4.1.4. Algoritma
BAB IV. ANALISA DAN PERHITUNGAN PERENCANAAN DESAIN
PEREKAHAN HIDROLIK
4.1. Data
4.2. Penentuan model perekahan
4.3. Penentuan fluida perekah
4.4. Simulasi Hydraulic Fracturing dengan permodelan FracCADE
5.1
4.5. Perkiraaan Kenaikan Indeks Produktivitas Sumur setelah
dilakukan Hydraulic Fracturing
4.6. Analisa Kelayakan Ekonomi job Hydraulic Fracturing
BAB V. PEMBAHASAN
BAB VI. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Jl.Proklamasi 45 Yogyakarta
Telp.: 0274-485517
Fax. : 0274-486008
Homepage: http://www.up45.ac.id