Disusun oleh :
YOGA ASMARA
15.420.410.0962
Disusun oleh :
YOGA ASMARA
15.420.410.0962
II
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh :
Yoga Asmara
15.420.410.0962
III
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Proposal Tugas Akhir ini dengan
judul “ANALISA ON-BOTTOM STABILITY DAN INSTALASI PIPA
BAWAH LAUT”.
Adapun maksud dan tujuan dari proposal Tugas Akhir ini adalah untuk
memenuhi persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana di Jurusan Teknik
Perminyakan, Fakultas Teknik, Universitas Poklamasi 45 Yogyakarta.
Pada kesempatan Tugas Akhir ini pula penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bambang Irjanto, S.E., M.BA selaku Rektor Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta.
2. Syamsul Ma’arif, S.T., M.Eng selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta.
3. Aisyah Indah Irmaya, S.T., M.T selaku Ketua Program Studi Teknik
Perminyakan Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta.
4. Segenap Dosen Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta.
5. Wirawan Widya Mandala, S.T., M.T., selaku Koordinator Tugas Akhir.
6. Seluruh keluarga yang selama ini telah banyak membantu untuk menyelesaikan
Proposal Tugas Akhir ini, baik dari segi moril, ekonomi dan motivasi.
7. Rekan-rekan Mahasiswa yang telah banyak memberikan bantuan hingga
terselesaikanya Proposal Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa proposal Tugas Akhir ini masih jauh dari
sempurna, oleh karenanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan. Penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Yogyakarta, Maret 2019
Penulis
IV
I. JUDUL
ANALISA ON-BOTTOM STABILITY DAN INSTALASI PIPA BAWAH
LAUT
II. PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara maritim dengan luas wilayah lautannya
sebesar 2/3 dari luas wilayah Indonesia. wilayah laut Indonesia
mengandung potensi-potensi yang besar dan harus dimanfaatkan dengan
maksimal untuk menunjang pembangunan negara. Salah satu potensi itu
ialah melimpahnya sumber daya alam yang dimiliki, salah satu sumber daya
alam itu ialah tambang minyak dan gas (MIGAS), yang termasuk dalam
golongan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Sektor MIGAS
merupakan salah satu andalan untuk mendapatkan devisa dalam rangka
kelangsungan pembangunan negara. Permintaan terhadap MIGAS yang terus
meningkat mendorong pemerintah untuk lebih serius dalam penanganan
masalah ini. Pembangunan sistem distribusi yang efektif dapat menunjang
produksi hasil migas yang lebih efektif dan efisien. Pembangunan pipa
bawah laut merupakan langkah yang tepat untuk mengurangi biaya
operasional distribusi material cair seperti minyak dan gas dari lokasi
pengeboran. Informasi mengenai kondisi dasar laut sangat dibutuhkan untuk
kegiatan pembangunan pipa bawah laut. Pipa bawah laut merupakan suatu
infrastruktur transportasi minyak dan gas sebagai alternatif pengganti kapal
tanker LNG/CNG dan sebagainya. Pipa bawah laut memerlukan design awal
yang sempurna dan proses instalasi yang teliti agar keseluruhan proses
pembangunan pipa berhasi dan cost effective. Mengingat pentingnya suatu
jaringan pipa agar dapat mengalirkan fluida maka diperlukan suatu strategi
khusus sehingga jaringan pipa akan selalu dapat berfungsi dengan baik dan
aman. Ada beberapa metode yang digunakan agar suatu jaringan pipa tetap
dapat mengalirkan fluida dengan baik dan aman antara lain inspection
(pengawasan), maintenance (pemeliharaan), dan repair (perbaikan) yang
1
dilakukan secara berkala. Pembangunan jaringan pipa bawah laut dibagi
menjadi tiga tahapan, yaitu survei pra-pemasangan pipa bawah laut,
pemasangan pipa bawah laut, dan survei pasca-pemasangan pipa bawah laut.
Tujuan utama dilakukannya survei pra-pemasangan pipa bawah laut ialah
untuk memastikan tidak adanya gangguan di dasar laut yang teridentifikasi
pada saat pre-engineering survey, dan untuk memastikan design data
sepanjang koridor pemasangan pipa bawah laut. Sedangkan tujuan utama
dilakukannya survei pasca-pemasangan pipa bawah laut ialah untuk
melakukan inpeksi visual sepanjang jalur pipa bawah laut dan mendapatkan
posisi absolut dari pipa bawah laut tersebut. Terdapat dua jenis kondisi posisi
pipa bawah laut pasca pemangan pipa, yaitu buried pipe dan exposed pipe.
Buried pipe adalah pipa yang terkubur di bawah dasar laut, pipa tersebut
terkubur di dasar laut agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti
pipa tersebut terkena jangkar dari kapal, ataupun hal –hal lainnya. Sedangkan
exposed pipe ialah pipa yang terdapat di atas dasar laut yang biasanya
terdapat di lautan dalam. Untuk kasus jalur pipa yang terkubur di bawah dasar
laut dapat digunakan data Sub-bottom profiler sebagai data pendukung untuk
mengetahui keberadaan pipa tersebut. Survei menggunakan Sub-bottom
profiler bertujuan untuk investigasi dan identifikasi lapisan sedimen dekat
dengan permukaan dasar laut (biasanya hingga 10 m).
2
3. Menentukan pembebanan pada pipa bawah laut.
4. Menenetukan diameter dan pemilihan material pipa bawah laut.
5. Menentukan tebal dinding pipa (wall Thickness).
6. Menentukan stabilitas desain pipa dasar laut.
3
III. DASAR TEORI
3.1 PENGERTIAN PIPELINE
4
tangki untuk distribusi.
o Stasiun pusat penyimpan untuk kapal laut. Secara fungsi sama
dengan stasiun penyimpanan namun areanya lebih luas. Biasanya
stasiun ini memiliki lebih dari 20 tangki penyimpan berdiameter
besar dan lebih dari 20 stasiun pompa dengan daya lebih dari
3000 HP. Stasiun ini biasanya untuk menyimpan minyak mentah
dan jarak antar stasiun besar yang lain lebih dari 1000 mill.
5
antar stasiun pompa pendorong berjarak 50 – 100 mill.
o Stasiun pompa pembuka ( Break-out pumps stations ).
Fungsinya sama seperti stasiun pompa pendorong tetapi
perbedaannya stasiun pompa pembuka memiliki tangki
penyimpan berjumlah 2 s/d 10 buah dan memiliki pompa
berjumlah 2 s/d 6 buah.
Jalur pengumpul: jalur pipa untuk menyalurkan fluida atau gas dari
sumur-sumur pengeboran ke stasiun pengumpul, ukuran pipa
biasanya lebih dari 16 inchi serta tekanan operasinya sama dengan
tekanan operasi jalur transmisi yaitu berkisar 500
– 1400 Psi..
Jalur transmisi: jalur untuk menyalurkan fluida atau gas dari
stasiun pengumpul ke fasilitas pemrosesan atau tangki pengumpul.
Untuk pipa gas tekanan operasi antara 500 – 1400 Psi dan memiliki
diameter luar lebih dari 16 inchi.
Jalur distribusi: jalur untuk menerima fluida atau gas dari jalur
transmisi dan mendistribusikannya ke konsumen. Untuk pipa gas
tekanan operasinya berkisar antara 30 mBar – 16 Bar dan memiliki
diameter antara 0,5 – 16 inchi.
Jenis-jenis katup dalam pemipaan:
o Gate Valve, fluida tidak mengalir apabila plat penghambat gate
valve dalam posisi di bawah dan aliran fluida akan mengalir jika
plat penghambatnya dinaikan keatas. Katup ini lebih sulit
dioperasikan secara manual jika dibandingkan dengan ball atau
plug namun secara otomatis lebih mudah dengan menggunakan
bantuan piston. Katup ini sangat baik jika digunakan untuk aliran
fluida bertekanan tinggi dan berdiameter besar, namun kurang
bagus jika digunakan untuk pipa yang berdiameter kurang dari 12
6
inchi.
7
Gambar 3.3. Ball valve8)
8
3.2 Aliran Fluida dalam Media Berpori.
Aliran fluida adalah suatu gejala perpindahan zat akibat gerakan-gerakan
massa materi zat, dimana fluida dapat berupa gas atau cair atau kedua-duanya.
Fluida yang mengalir dari formasi ke lubang sumur dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor sebagai berikut :
a. Jumlah fasa yang mengalir
b. Sifat fisik fluida reservoir
c. Sifat fisik batuan reservoir
d. Konfigurasi disekitar lubang bor, seperti : adanya lubang perforasi, Skin
(kerusakan formasi), gravel pack, rekahan hasil perekahan hidrolik
e. Kemiringan lubang sumur
f. Bentuk daerah pengurasan
Keenam faktor di atas, secara ideal harus mewakili dalam setiap
persamaan perhitungan kelakukan aliran fluida dari formasi ke lubang sumur.
Aliran fluida dalam media berpori telah dikemukakan oleh Darcy (1856),
dimana persamaan dibedakan berdasarkan sistem aliran dan jenis fluidanya.
9
b. Sistem Aliran Linier Miring
Laju alir dari sistem aliran linier miring dapat dituliskan dengan
persamaan sebagai berikut.
0.001127kA ( P2 P1 )
q gL sin ..............................................(3-2)
B L
LZT
e. Sistem Aliran Radial Gas
Laju alir dari sistem aliran radial untuk gas dapat dituliskan dengan
persamaan sebagai berikut.
0.7032kh
qsc ( Pe Pw ) .............................................................(3-5)
2 2
ln( re / rw )TZ
Dimana :
q = laju alir, STB
k = permeabilitas, mD
h = ketebalan lapisan, ft
P = tekanan, psi
A = luas, ft2
L = panjang media berpori, ft
α = sudut kemiringan lapiran, °
ρg = gradien tekanan fluida, 0.433 psi/ft (air tawar), 0.465 psi/ft (air asin)
B = faktor volume formasi, bbl/STB
= viskositas fluida yang mengalir, cp
10
re = jari – jari pengurasan sumur, ft
rw = jari – jari sumur, ft
qsc = laju alir gas pada kondisi standar, SCF
Z = faktor devias gas
T = temperatur, °R
11
laminer atau turbulen. Perbedaan antara aliran laminar dan turbulen secara
eksperimen pertama sekali dipaparkan oleh Osborne Reynolds pada tahun
1883. Eksperimen itu dijalankan dengan menyuntikkan cairan berwarna ke
dalam aliran air yang mengalir di dalam tabung kaca. Jika fluida bergerak
dengan kecepatan cukup rendah, cairan berwarna akan mengalir didalam
sistem membentuk garis lurus tidak bercampur dengan aliaran air.
Pada kondisi seperti ini, fluida masih mengalir secara laminar. Jadi pada
prinsipnya, jika fluida mengalir cukup rendah seperti kondisi eksperimen ini,
maka terdapat garis alir. Bila kecepatan fluida ditingkatkan, maka akan
dicapai suatu kecepatan kritis. Fluida mencapai kecepatan kritis dapat
ditandai dengan terbentuknya gelombang cairan warna. Artinya garis alir
tidak lagi lurus, tetapi mulai bergelombang dan kemudian garis alir
menghilang, karena cairan berwarna mulai menyebar secara seragam ke
seluruh arah fluida air,
Perilaku ketika fluida mulai bergerak secara acak (tak menentu)
dalambentuk arus-silang dan pusaran, menunjukkan bahwa aliran air tidak
lagi laminar. Pada kondisi seperti ini garis alir fluida tidak lagi lurus dan
sejajar.
Menurut Reynold, untuk membedakanapakah aliran itu turbulen atau
laminar dapat menggunakan bilangan tak berdimensi yang disebut dengan
Bilangan Reynold.
Dimana:
Re = Bilangan Reynold (tak berdimensi)
v = kecepatan rata-rata (ft/s atau m/s)
D = diameter pipa(ft atau m)
k = viskositas kinematik(m2/s)
Pada Re < 2300, aliran bersifat laminer.
12
Pada Re > 4000, aliran bersifat turbulen.
Pada Re = 2300 - 4000 terdapat daerah transisi.
1. Kegiatan Survey
13
Gambar 3.7. Aktivitas survey di area mangrove6)
2. Kegiatan Pre-trenching
14
Spud Barge Swamp
Backhoe
15
4. Kegiatan Beveling
Yaitu pekerjaan pembuatan bevel (J Bevel) pada kedua ujung
pipa di daerah incoming rack sebelum dapat dilakukan
pengelasan.
5. Kegiatan Welding
Yaitu proses penyambungan pipa dengan mengelas single pipe (12 mtr).
yang di dalamnya termasuk:
Preheat, adalah pemanasan dengan menggunakan “Torch”
yang bertujuan untuk memanaskan permukaan pipa agar
menghasilkan pengelasan yang sempurna.
16
Cleaning, adalah pembersihan pipa dari kotoran yang tidak
diinginkan dengan menggunakan blow machine/air
compressor.
17
8. Kegiatan Holiday Test
Aktifitas holiday tes pada offshore sama dengan aktifitas holiday tes
pada onshore.
9. Kegiatan Grouting
18
pergerakan barge sesuai dengan panduan jangkarnya sehingga
satu batang pipa yang baru pat dilakukan pengelasan.
19
12. Kegiatan Re-Survey
- Kapal Survey
- GPS
- Echo Sounder
Hasil yang diperoleh :
20
𝑫−𝒕𝟏
𝝈𝒉 = (𝑷𝒊 − 𝑷𝒆 ) ≤ 𝜼(𝑺𝑴𝒀𝑺 − 𝒇𝒚,𝒕𝒆𝒎𝒑 )…………………………(3-7)
𝟐𝒕𝟏
Dimana:
𝝈𝒉 = Hoop Stress
𝑷𝒊 = tekanan internal
𝑷𝒆 = tekanan eksternal
𝑫 = diameter pipa
pada pipa
𝜼 = usage factor
Menurut DNV 2000 nilai dari Usage factor dapat dirumuskan seperti pada
persamaan 2.6
𝟐.𝜶𝒖
𝜼= …………………………………………………(3-8)
√𝟑.𝜸𝒎 .𝜸𝒔𝒄 .𝜸𝒊𝒏𝒄
Dimana:
Nilai usage factor untuk 𝜸𝒊𝒏𝒄 = 1.10 (10% incidental pressure) diberikan
pada Tabel 3.1.
21
Tabel 3.1 Usage Factor untuk Pressure Containmet11)
Sedangkan dalam konsep load and resistance factor design (LRFD) kiteria
pressure containment dituliskan sebagai berikut.
𝑃𝑏 (𝑡) 𝑃𝑏 (𝑡)
𝑃𝑙𝑖 − 𝑃𝑒 ≤ atau 𝑃𝑑 ≤ …..………………………(3-9)
𝛾𝑠𝑐 .𝛾𝑚 𝛾𝑠𝑐 .𝛾𝑚
Dimana :
Pld = Pd + ρcont.g.h…………………………….…………………….(3-11)
Plt = Pt + ρcont.g.h…………………………………………………….(3-13)
Dimana :
22
Pt = 1.05. Pinc ( normal and hight safety class)
g = percepatan gravitasi
23
deformasi bentuk pipa selama masa layannya. Kiteria ini sangat
dipengaruhi oleh kapasitas plastis, kapasitas elastis, dan ovalitas dari baja.
3. Propagation Buckling
24
Mengubur pipa didalam seabed tujuan dari cara ini adalah untuk
mengurangi gaya-gaya hidrostatik yang bekerja kalau pipa berada
diatas seabed.
Kondisi lingkungan.
Kondisi geoteknik dasar laut.
Kondisi topografi dasar laut (kondisi kemiringan pantai, batuan, dll).
Bathymetry (kontur kedalam laut).
Data properties pipa.
Lokasi pipeline restraint.
3.6.1. Gaya-Gaya Yang Bekerja Pada Analisa Stabiltas Pipa Bawah Laut
Kestabilan pipa bawah laut meliputi kestabilan dalam dua arah yaitu
arah vertikal dan horizontal/lateral. Kestabilan ini diperhitungkan
terhadap gaya-gaya lingkungan yang bekerja pada pipa, gaya-gaya
tersebut adalah gaya inesia, gaya seret (drag force) dan gaya angkat (lift
force). Sedangkan resistensi permukaan dasar laut merupakan gaya gesek
antara pipa dengan permukaan tanah laut/seabed.
Gaya seret dan gaya inersia adalah gaya yang secara bersama-sama
bekerja dalam arah horizontal/lateral pada pipa, sedangkan gaya angkat
bekerja secara vertikal, gaya angkat ini adalah gaya yang mengurangi berat
pipa dalam air yang mempengaruhi kestabilan pipa. Gambar 2.4 berikut
adalah gambaran gaya-gaya dalam analisis perhitungan stabilitas pipa
bawah laut.
25
Gambar 2. 4 Sketsa gaya-gaya yang bekerja pada pipa bawah laut11)
Lapisan beton
ID
tcor
tcc D st
Dcor
26
DC = diameter luar selimut beton
B = gaya apung
2. Berat baja
𝜇
𝑊𝑠𝑡 = 4 . (𝐷𝑠2 − 𝐷𝑖2 ). 𝜌𝑠𝑡 . 𝑔 ……………………………………….(3-15)
27
3. Berat lapisan anti korosi
𝜇
𝑊𝑐𝑜𝑟𝑟 = 4 . [(𝐷𝑠 + 2𝑡𝑐𝑜𝑟𝑟 )2 − 𝐷𝑠2 ]𝜌𝑐𝑜𝑟𝑟 . 𝑔 ……………….….…….(3-16)
𝜇
𝑊𝑡ℎ𝑒𝑟𝑚 = . [(𝐷𝑠 + 2𝑡𝑐𝑜𝑟𝑟 + 2𝑡𝑡ℎ𝑒𝑟𝑚 )2 − (𝐷𝑠 + 2𝑡𝑐𝑜𝑟𝑟 )2 ]𝜌𝑡ℎ𝑒𝑟𝑚 . 𝑔(3-17)
4
𝜇
𝑊𝑐𝑐 = . [𝐷2 − (𝐷𝑠 + 2𝑡𝑐𝑜𝑟𝑟 + 2𝑡𝑡ℎ𝑒𝑟𝑚 )2 ]𝜌𝑐 . 𝑔………………….(3-18)
4
𝜇
𝑊𝑐𝑜𝑛𝑡 = . 𝐷𝑖2 . 𝜌𝑐𝑜𝑛𝑡 . 𝑔…………….………………….………….(3-19)
4
7. Gaya apung
𝜋.𝐷 2
Β = 𝜌𝑠𝑤 . 𝑔. 𝑉 = 𝜌𝑠𝑤 . 𝑔. ( )………………………….…..…….(3-20)
4
[𝑊𝑆+𝐵]
𝐵 ≥ 1.1…………………………………………………….(3-23)
28
IV. RENCANA WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan penulis, direncanakan berlangsung selama
kurang lebih satu bulan dengan lokasi penelitian bertempat di PT. REKAYASA
INDUSTRI pada tanggal 10 April – 10 Mei 2019 atau disesuaikan dengan waktu
yang telah ditentukan oleh pembimbing dari PT. REKAYASA INDUSTRI.
Adapun rencana kegiatan yang diusulkan selama tugas akhir ini selama satu
bulan (empat minggu) adalah sebagai berikut:
Waktu Minggu ke -
Kegiatan I II III IV
Orientasi Kantor
dan lapangan
Observasi
Lapangan dan
Pengumpulan
Data
Analisa Data
Pembuatan
Laporan
3. PENUTUP
Demikian proposal tugas akhir yang akan dilaksanakan. Besar
harapan penulis, rencana penelitian tugas akhir ini mendapat sambutan yang
baik dari perusahaan. Atas perhatian dan bantuan yang diberikan, penulis
ucapkan terimakasih.
29