Anda di halaman 1dari 30

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS


Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah
subhanahu wataala, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami telah dapat
diselesaikan penyusunan modul petunjuk praktikum Teknik Irigasi dan Drainase
ini.

Modul petunjuk praktikum Teknik Irigasi dan Drainase ini dimaksudkan


sebagai pegangan dan pedoman bagi mahasiswa / praktikan dalam melaksanakan
kegiatan praktikum Teknik Irigasi dan Drainase. Diharapkan dengan adanya
modul ini, kegiatan praktikum yang dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar
dan mencapai hasil sesuai dengan apa yang diharapkan.

Modul ini terdiri dari 4 Bab, yakni Bab 1 Irigasi Permukaan, Bab 2
Kebutuhan Air Tanaman, Bab 3 Drainase, Bab 4 Irigasi Tetes dan Irigasi
Sprinkler. Keempat objek tersebut dirangkum dan disusun sedemikian mungkin
dan seefektif mungkin agar mahasiswa mudah memahami topik yang dibahas.

Kami mengharapkan semoga modul petunjuk praktikum Teknik Irigasi


dan Drainase ini dapat dibaca dan digunakan dengan sebaik-baiknya. Semoga kita
semua mendapat berkah dari Allah SWT. Amin

Padang, September 2022

Penulis

Nama : Miko Kurniawan


No. BP : 2011112035
Kelompok : IV (Empat)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang

I. PANDUAN PRAKTIKUM
1. Pelaksanaan Praktikum

a. Praktikum dilaksanakan dengan bobot 1 sks.

b. Praktikum dilaksanakan sesuai dengan banyak objek yang akan dipraktikumkan

c. Ujian Akhir Praktikum (UAP) dilaksanakan setelah semua objek


dipraktikumkan dan semua laporan praktikum sudah dijilid.

2. Kelompok dan Jadwal Praktikum

a. Pembagian kelompok praktikum disusun oleh asisten lapangan

b. Praktikum dilaksanakan pada hari sabtu dimulai dari jam 07.00 WIB sampai
selesai, tergantung objek praktikum

3. Tata Tertib Pelaksanaan Praktikum

a. Praktikan menghadiri praktikum 100%,

b. Setiap praktikan mendapat perlakuan yang sama dalam pelaksanaan praktikum,

c. Praktikan hadir 5 menit sebelum praktikum dimulai. Praktikan yang hadir


setelah kegiatan responsi awal tidak diizinkan untuk mengikuti praktikum pada
hari tersebut,

d. Praktikan tidak dibenarkan menggunakan pakaian ketat dan dengan bahan dasar
transparan,

e. Praktikan mengenakan baju kemeja, celana atau rok berbahan dasar jeans, dan
sepatu kets bertali,

f. Praktikan diperbolehkan tidak mengikuti praktikum menyangkut urusan


akademik dan kesehatan dengan melampirkan surat tugas atau keterangan dokter,
dan dilaksanakan praktikum susulan,

g. Praktikan wajib membawa modul praktikum,

h. Praktikan wajib membawa kalkulator beserta alat tulis lainnya yang diperlukan,

i. Tidak dibenarkan MEROKOK selama praktikum berlangsung,

j. Praktikan dilarang melakukan tindakan yang dapat menggangu jalannya


praktikum,

Nama : Miko Kurniawan


No. BP : 2011112035
Kelompok : IV (Empat)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang

k. Tidak diperbolehkan menggunakan aksesoris, termasuk jam tangan,

l. Praktikan diwajibkan berambut rapi (laki – laki).

4. Pelaksanaan Responsi

a. Responsi dilaksanakan pada awal dan akhir praktikum,

b. Responsi memuat bahasan materi yang akan dan telah dipraktikumkan,

c. Responsi menggunakan hf (header footer).

5. Laporan

a. Laporan individu membuat hasil pada tabel yang telah disediakan di modul,
pembahasan dan penutup di kertas hf, dibuat dengan tulis tangan (tinta warna
biru) di dalam modul praktikum sesuai dengan objek praktikum,

b. Tidak dibenarkan copy-paste dalam pembuatan laporan baik individu

c. Laporan tidak diperbolehkan adanya coretan menggunakan tipe-x atau label.

6. Ujian Akhir Praktikum

a. Ujian akhir praktikum dilaksanakan setelah semua objek praktikum


diselesaikan untuk semua kelompok praktikum,

b. Ujian akhir praktikum merupakan ujian tulis dan ujian praktek,

c. Materi ujian berhubungan dengan semua objek yang telah dipraktikumkan dan
disiapkan oleh asisten praktikum.

7. Penilaian

a. Penilaian dilakukan secara objektif oleh setiap asisten kelompok praktikum,

b. Nilai akhir untuk setiap praktikan ditentukan berdasarkan format penilaian yang
telah dibuat dan ditetapkan dosen penanggung jawab dan tim asisten,

c. Nilai akhir setiap praktikan akan diserahkan ke Program Studi Teknik Pertanian
dan Biosistem melalui Koordinator asisten setelah praktikum selesai dilaksanakan,

d. Praktikan yang gagal dalam praktikum harus mengulang praktikum untuk


semua objek pada tahun berikutnya.

Nama : Miko Kurniawan


No. BP : 2011112035
Kelompok : IV (Empat)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang

II. PELAKSANAAN PRAKTIKUM


2.1 Objek I (Irigasi Permukaan)

2.1.1 Latar Belakang

Air merupakan salah satu kebutuhan penting bagi tanaman, karena


sebagian besar penyusun tubuh tanaman adalah air. Kebutuhan air pada setiap
lahan pertanian berbeda antara satu sama lain. Air yang dimanfaatkan oleh
tanaman berasal dari dua sumber, yaitu air yang berasal dari hujan dan air yang
berasal dari sistem irigasi. Kebutuhan tanaman terhadap air merupakan air yang
diganti akibat terjadinya proses pengupan, baik transpirasi berasal dari tanaman,
permukaan tanah, maupun evapotranspirasi. Jika kebutuhan air tanaman tidak
terpenuhi, maka dapat menyebabkan tanaman menjadi layu dan dapat mati. Untuk
menghindari hal tersebut, maka dibutuhkan sistem irigasi dan drainase.

Pengenalan sistem irigasi menjadi salah satu ilmu yang penting bagi
mahasiswa/i yang berkecimpung di bidang Teknik Pertanian. Tanpa adanya
sistem irigasi, usaha pertanian menjadi tidak maksimal, dikarenakan irigasi
menjadi salah satu faktor penting penunjang dalam bidang usaha pertanian. Irigasi
menjadi suatu usaha manusia untuk mengalirkan air dari sumbernya ke lahan
pertanian guna untuk memenuhi kebutuhan air tanaman menurut jumlah air yang
dibutuhkan tanaman tersebut tentunya menurut kondisi ruang dan waktu. Irigasi
tidak terlepas dari jaringan irigasi, dalam jaringan irigasi ada empat unsur pokok
yang terdiri atas bangunan irigasi, bangunan utama, jaringan pembawa,
kelengkapan pendukung, saluran pembuang dan petak tersier.

Pemberian air pada tanaman haruslah sesuai dengan jumlah air yang
dibutuhkan oleh tanaman. Tidak tersedia atau kekurangan air di suatu tempat
merupakan salah satu faktor yang dapat mengahambat proses pertanian, sehingga
dibutuhkan sistem manajemen irigasi yang baik. Menurut PP Nomor 20 tahun
2006 tentang irigasi dinyatakan bahwa fungsi irigasi salah satunya untuk
mendukung produktivitas pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan
kesejahteraan masyarakat khususnya kepada para petani. Mengetahui debit aliran
dalam sebuah saluran irigasi sangat penting, agar dapat mengontrol laju
penggunaan air pada petak sawah yang sesuai dengan kebutuhan suatu lahan atau
tanaman

Menganalisa kebutuhan air pada tanaman tentunya membutuhkan


perhitungan- perhitungan tertentu, terutama perhitungan debit aliran air. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui apakah jumlah air yang tersedia mencukupi
kebutuhan tanaman atau sebaliknya. Sehingga dapat dilakukan tindakan-tindakan

Nama : Miko Kurniawan


No. BP : 2011112035
Kelompok : IV (Empat)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang

tertentu apabila kebutuhan air yang tersedia kurang ataupun berlebih. Perhitungan
debit air biasanya dilakukan pada saluran terbuka seperti sungai yang menjadi
sumber dari air untuk dialiri ke lahan pertanian. Perhitungan debit air pada saluran
terbuka dapat terbagi atas beberapa macam, yaitu dengan metode menggunakan
current meter, cipoletti dan dapat juga dengan menggunakan metode pelampung.

Sebagai mahasiswa Teknik Pertanian, praktikan harus memahami


mengenai suatu sistem jaringan irigasi, yang digunakan sebagai usaha dalam
menunjang pertanian. Pada sistem jaringan irigasi, terlebih dahulu mahasiswa
harus memahami bagaimana cara mengukur debit aliran air pada saluran terbuka
yang menjadi sumber irigasi untuk lahan pertanian. Jaringan irigasi sangat
berperan penting dalam bidang teknik pertanian yaitu dalam pengelolaan maupun
dalam pendistribusian air pada lahan petanian melalui saluran.

2.1.2 Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan praktikum objek ini adalah sebagai berikut :

1. Menentukan hubungan head dengan debit pada bangunan ukur cipoletti;

2. Mengukur debit dengan pelampung;

3. Mengukur debit dengan current meter;

4. Mengukur debit dengan ambang lebar;

5. Mengenal bangunan yang ada pada suatu jaringan irigasi;

6. Mengenal macam-macam fungsi bangunan irigasi;

2.1.3 Manfaat

Manfaat dari pelaksanaan praktikum objek ini adalah sebagai berikut :

1. Praktikan dapat menentukan hubungan antara head dengan debit pada bangunan
ukur Cipoletti;

2. Praktikan dapat mengukur debit air dengan menggunakan pelampung;

3. Praktikan dapat mengukur debit air dengan menggunakan current meter;

4. Praktikan dapat mengukur debit air dengan menggunakan ambang lebar;

5. Praktikan mengetahui apa saja bangunan yang ada pada jaringan irigasi;

6. Praktikan mengetahui bangunan-bangunan irigasi beserta fungsinya;

Nama : Miko Kurniawan


No. BP : 2011112035
Kelompok : IV (Empat)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang

2.1.4 Tinjauan Pustaka

2.1.4.1 Pengertian Sistem Irigasi dan Fungsi Sistem Irigasi

Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air irigasi


untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi
rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak (PP No. 20 tahun
2006 tentang Irigasi). Menurut Gandakusuma (1981:9), Irigasi adalah suatu usaha
untuk mendatangkan air dengan membuat bangunan dan saluran untuk
mengalirkan air guna keperluan pertanian, membagikan air ke sungai, atau ladang
dengan cara yang teratur dan membuang air yang tidak digunakan lagi, setelah
digunakan air semuanya mengambil tindakan untuk melakukan pembatasan dari
pengambilan air ke sumbernya dibawa ke tempat dimana air yang dibutuhkan atau
diperlukan untuk membagikan kepada tanaman yang membutuhkan. Menurut
Wirosoedarmo (1985), Irigasi adalah kegiatan yang berhubungan dengan usaha
untuk mendapatkan air untuk sawah, ladang, perkebunan, perikanan atau tambak
dan sebagainya, yang intinya untuk keperluan usaha tani.

Irigasi sebagian subsistem tidaklah mandiri melainkan selalu dengan


sistem lainya yang lebih luas. Sebagai unit produksi misalnya sistem irigasi
merupakan salah satu subsistem dari suatu wilayah pertanian dan sebagai unit
hidrologi merupakan sumber yang penting dari pengelolaan irigasi, karena air
yang tersedia dalam suatu daerah irigasi kadang dimusim kemarau jarang cukup
mengairi seluruh areal pelayanan, maka tiap tahun ditetapkan prioritas dalam
penggunaan air (Pasadaran dan Taylor, 1984). Jaringan irigasi adalah saluran,
bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan dan
diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan,
pembagian, pemberian, pembinaan dan pembuangannya. Jaringan utama adalah
jaringan irigasi yang berada dalam satu sistem irigasi, mulai dari bangunan utama,
saluran induk atau primer, saluran sekunder, dan bangunan sadap serta
pelengkapnya.

Beberapa komponen dalam sistem irigasi adalah :

1. Siklus hidrologi;

2. Kondisi fisik dan kimiawi;

3. Kondisi biologis tanaman;

4. Aktifitas manusia.

Nama : Miko Kurniawan


No. BP : 2011112035
Kelompok : IV (Empat)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang

Menurut Hansen et al., (1992) menyatakan bahwa terdapat delapan


kegunaan sistem irigasi yaitu:

1. Menambah air ke dalam tanah untuk menyediakan lengas tanah yang


diperlukan untuk pertumbuhan tanaman;

2. Untuk menyediakan jaminan panen pada saat musim kemarau yang pendek;

3. Untuk mendinginkan tanah dan atmosfir, sehingga menimbulkan lingkungan


yang baik untuk pertumbuhan tanaman;

4. Untuk mengurangi bahaya pembekuan;

5. Untuk mencuci atau mengurangi garam dalam tanah;

6. Untuk mengurangi bahaya erosi tanah;

7. Untuk melunakkan pembajakan dan gumpalan tanah;

8. Untuk memperlambat pembekuan tunas dengan pendinginan karena penguapan;

Fungsi jaringan irigasi yang utama adalah memenuhi kebutuhan air bagi
pertumbuhan tanaman. Fungsi dari sebuah jaringan irigasi adalah lebih kompleks.
Fungsi sistem irigasi lainnya adalah :

1. Mengambil air dari sumber air (diverting). Sumber air yang umumnya
digunakan sistem sumur air, sungai, waduk, bendungan dan danau;

2. Membawa atau mengalirkan air dari sumber air ke lahan pertanian (conveying).
Fungsi ini, air sistem dibawa melalui saluran terbuka (kanal) dan saluran tertutup
melalui pipa-pipa (main line);

3. Mendistribusikan air ke tanaman (distributing). Dalam sebuah jaringan irigasi,


pendistribusian air dapat dilakukan dengan beberapa metode. Metode dalam
melakukan pendistribusian air, yaitu:

a. Continuos flow, merupakan metode distribusi yang sederhana dimana


air dialirkan secara terus menerus ke lahan pertanian tanpa penyesuaian
dengan kebutuhan tanaman sesuai fase pertumbuhannya.

b. Rotational flow, merupakan metode distribusi yang dilakukan secara


bergantian dari lahan satu ke lahan lainnya berdasarkan perencanaan dan
jadwal yang telah disepakati bersama sistem petani pemakai air irigasi.
Jadwal yang direncanakan tentunya telah disesuaikan dengan fase
pertumbuhan dan kebutuhan tanaman.

Nama : Miko Kurniawan


No. BP : 2011112035
Kelompok : IV (Empat)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang

c. On demand, merupakan metode distribusi yang lebih modern dan


kompleks. Dibutuhkan beberapa komponen otomatisasi dalam jaringan,
sehingga petani pemakai air dapat mendistribusikan air sewaktu waktu.
Keuntungan dari metode ini adalah kebebasan petani memakai air irigasi
dalam aplikasi air tanaman. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah
kebutuhan modal yang lebih banyak untuk pembangunan jaringannya,
serta potensi terjadinya kekurangan air saat seberapa petani pemakai air
menggunakan air secara bersamaan.

d. Reservoir, merupakan metode gabungan sistem continous flow dan on


demand. Bak penampungan air dibangun di sepanjang lahan pertanian.
Bak tersebut akan diisi terus menerus seperti pada metode continous flow.

2.1.4.2 Klasifikasi Jaringan Irigasi

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 23/1982 Ps. 1, Jaringan irigasi


adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk
pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian pemberian
dan penggunaannya. Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran aliran air dan
lengkapnya fasilitas, jaringan irigasi dapat dibedakan kedalam tiga jenis yaitu
(Dumairy, 1992):

1. Irigasi sederhana (Non Teknis)

Jaringan irigasi sederhana biasanya diusahakan secara mandiri oleh suatu


kelompok petani pemakai air, sehingga kelengkapan maupun kemampuan dalam
mengukur dan mengatur masih sangat terbatas. Ketersediaan air biasanya
melimpah dan mempunyai kemiringan yang sedang sampai curam, sehingga
mudah untuk mengalirkan dan membagi air. Jaringan irigasi sederhana mudah
diorganisasikan karena menyangkut pemakai air dari latar belakang sosial yang
sama. Namun jaringan ini masih memiliki beberapa kelemahan antara lain, terjadi
pemborosan air karena banyak air yang terbuang, air yang terbuang tidak selalu
mencapai lahan di sebelah bawah yang lebih subur, dan bangunan penyadap
bersifat sementara, sehingga tidak mampu bertahan lama.

2. Irigasi semi teknis

Jaringan irigasi semi teknis memiliki bangunan sadap yang permanen


ataupun semi permanen. Bangunan sadap pada umumnya sudah dilengkapi
dengan bangunan pengambil dan pengukur. Jaringan saluran sudah terdapat
beberapa bangunan permanen, namun sistem pembagiannya belum sepenuhnya
mampu mengatur dan mengukur. Karena belum mampu mengatur dan mengukur

Nama : Miko Kurniawan


No. BP : 2011112035
Kelompok : IV (Empat)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang

dengan baik, sistem pengorganisasian biasanya lebih rumit. Sistem pembagian


airnya sama dengan jaringan sederhana, bahwa pengambilan dipakai untuk
mengairi daerah yang lebih luas daripada daerah layanan jaringan sederhana.

3. Irigasi teknis

Jaringan irigasi teknis mempunyai bangunan sadap yang permanen.


Bangunan sadap serta bangunan bagi mampu mengatur dan mengukur. Disamping
itu terdapat pemisahan antara saluran pemberi dan pembuang. Pengaturan dan
pengukuran dilakukan dari bangunan penyadap sampai ke petak tersier. Petak
tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis. Sebuah petak
tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhan yang umumnya
berkisar antara 50 – 100 ha, kadang-kadang sampai 150 ha. Petak tersier
menerima air di suatu tempat dalam jumlah yang sudah diukur dari suatu jaringan
pembawa yang diatur oleh Dinas Pengairan. Untuk memudahkan sistem
pelayanan irigasi kepada lahan pertanian, disusun suatu organisasi petak yang
terdiri dari petak primer, petak sekunder, petak tersier, petak kuarter dan petak
sawah sebagai satuan terkecil.

2.1.4.3 Bangunan Irigasi

Bangunan irigasi digunakan untuk keperluan dalam menunjang


pengambilan dan pengaturan air irigasi, sehingga air dapat mengalir dengan baik
ke areal persawahan. Keberadaan bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang
pengambilan dan pengaturan air irigasi. Beberapa jenis bangunan irigasi yang
sering dijumpai dalam praktek irigasi antara lain bangunan utama, bangunan
pembawa, bangunan bagi, bangunan sadap, bangunan pengatur muka air,
bangunan pembuang dan penguras serta bangunan pelengkap.

Jaringan irigasi ada empat unsur pokok dari bangunan irigasi yaitu:

1. Bangunan utama

Bangunan utama adalah suatu komplek bangunan yang dirancang dan


direncanakan dibangun di sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan air
ke saluran irigasi. Bangunan utama dapat mengatur debit dan mengurangi sedimen
yang masuk ke saluran irigasi. Bangunan utama terdiri dari bangunan penggelak
dengan peredam, pengambilan utama pintu bilas, kolam olak, kantung lumpur,
dan tanggul banjir.Ada bagian yang mengatur dan meninggikan muka air hingga
dapat disadap.

Bangunan-bangunan yang biasa terdapat terdapat di sepanjang saluran irigasi


adalah sebagai berikut :

Nama : Miko Kurniawan


No. BP : 2011112035
Kelompok : IV (Empat)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang

a. Bangunan bendung / free intake (pengambilan bebas), berfungsi untuk


menampung aliran air sungai baik itu dengan drempel ataupun mercu
bendung, kemudian mengarahkan aliran air tersebut ke pintu intake
bendung.

b. Bangunan alat ukur, berfungsi untuk mengatur debit air yang keluar dari
intake bendung.

c. Bangunan penguras, berfungsi untuk menguras air pada saat pekerjaan


perbaikan bangunan ataupun saluran.

d. Bangunan pelimpah, diperlukan untuk mengurangi debit air yang


berlebihan.

e. Bangunan bagi, berfungsi untuk membagikan air ke beberapa saluran.

2. Jaringan pembawa dan kelengkapan bangunannya

Terdiri dari jaringan utama dan jaringan tersier. Jaringan saluran utama
terdiri dari saluran primer dan jaringan sekunder. Sedangkan saluran tersier terdiri
dari saluran kuarter di petak tersier.Bangunan sadap berfungsi sebagai pengatur
debit.

3. Saluran Pembuang

Saluran pembuang terdiri dari saluran pembuang utama yaitu saluran yang
menampung dan membuang air dari petakan sawah ke saluran pembuang primer
atau sekunder.

4. Petak Tersier

Kumpulan petak sawah yang merupakan tanggung jawab petani. Petak


tersier adalah bagian dari petak sekunder yang dialiri oleh saluran tersier.
Meskipun petak tersier merupakan bagian petak terakhir, saluran tersier masih
dapat dibagi lagi menjadi beberapa saluran yaitu saluran sub tersier atau saluran
kwarter.

Simbol – simbol pada jaringan irigasi :

Nama : Miko Kurniawan


No. BP : 2011112035
Kelompok : IV (Empat)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang

Nama : Miko Kurniawan


No. BP : 2011112035
Kelompok : IV (Empat)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang

Nama : Miko Kurniawan


No. BP : 2011112035
Kelompok : IV (Empat)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang

Gambar 1. Simbol -simbol Jaringan Irigasi


Sumber: KP-07
2.1.4.4 Perbedaan Bendung dan Bendungan

Bendung adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi meninggikan


muka air sungai agar bisa di sadap. Bendung merupakan salah satu dari bagian
bangunan utama. Bangunan utama adalah bangunan air (hydraulic structure) yang
terdiri dari bagian-bagian: Bendung (weir structure), bangunan pengelak
(diversion structure), bangunan pengambilan (intake structure), bangunan
pembilas (flushing structure), dan bangunan kantong lumpur (sediment
trapstructure). Fungsi utama dari bendung adalah untuk meninggikan elevasi
muka air dari sungai yang dibendung sehingga air bisa disadap dan dialirkan ke
saluran lewat bangunan pengambilan (intake structure), dan untuk mengendalikan
aliran, angkutan sedimen dan geometri sungai sehingga air dapat dimanfaatkan
secara aman, efisien, dan optimal, (Mawardi & Memed, 2010).

Nama : Miko Kurniawan


No. BP : 2011112035
Kelompok : IV (Empat)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang

Gambar 2. Bendung
Sumber: http://pelajaran.co.id

Menurut Kartasapoetra (1991), bendungan adalah bangunan air yang


dibangun secara melintang sungai, sedemikian rupa agar permukaan air sungai di
sekitarnya naik sampai ketinggian tertentu, sehingga air sungai tadi dapat
dialirkan melalui pintu sadap ke saluran-saluran pembagi kemudian hingga ke
lahan-lahan pertanian. Menurut Sani (2008), bendungan adalah bangunan yang
berfungsi sebagai peninggi muka air dan penyimpanan di musim hujan waktu air
sungai mengalir dalam jumlah besar yang melebihi kebutuhan baik untuk
keperluan irigasi, air minum industri atau yang lainnya.

Gambar 3. Bendungan
Sumber : http://kajianpustaka.com

Nama : Miko Kurniawan


No. BP : 2011112035
Kelompok : IV (Empat)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang

Menurut Sarono dkk (2007), ada beberapa fungsi dan manfaat bendungan
diantaranya yaitu:

1. Irigasi

Pada saat musim hujan, air hujan yang turun di daerah tangkapan air
sebagian besar akan ditampung sehingga pada musim kemarau, air yang
tertampung tersebut bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti untk
irigasi lahan pertanian.

2. Penyediaan Air Baku

Waduk juga dimanfaatkan sebagai bahan baku air minum dimana daerah
perkotaan sangat langka dengan air bersih. Sebagai PLTA, waduk dikelola untuk
mendapatkan kapasitas listrik yang dibutuhkan. Pembangkit listrik tenaga air
(PLTA) merupakan suatu sistem pembangkit listrik yang biasanya terintegrasi
dalam bendungan dengan memanfaatkan energi mekanis aliran air untuk memutar
turbin, diubah menjadi energi listrik melalui generator.

3. Pengendali Banjir

Dengan adanya bendungan-bendungan di hulu sungai, maka kemungkinan


terjadinya banjir bisa dikurangi dan pada musim kemarau, air yang ditampung
bendungan bisa digunakan untuk keperluan perairan lainnya.

4. Perikanan

Waduk juga dapat digunakan sebagai tempat budidaya ikan dengan


menggunakan jaring apung atau keramba, dan itu bisa dijadikan sebagai mata
pencaharian.

5. Pariwisata dan Olahraga Air

Waduk dengan pemandangan indah dapat dijadikan sebagai tempat


rekreasi, selain itu juga bisa dijadikan sebagai tempat olahraga air.

2.1.4.5 Pengertian Debit

Debit adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam satuan SI besarnya debit
dinyatakan dalam satuan (m3/dt). Dalam laporan teknis, debit aliran biasanya
ditunjukkan dalam bentuk hidrograf aliran. Hidrograf aliran adalah suatu perilaku
debit sebagai respon adanya perubahan karakteristik biogeofisik yang berlangsung
dalam suatu DAS (oleh adanya kegiatan pengelolaan DAS) dan atau adanya

Nama : Miko Kurniawan


No. BP : 2011112035
Kelompok : IV (Empat)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang

perubahan (fluktuasi musiman atau tahunan) iklim lokal (Asdak, 1995). Debit
adalah suatu koefesien yang menyatakan banyaknya air yang mengalir dari suatu
sumber persatuan waktu, biasanya diukur dalam satuan liter per/detik, untuk
memenuhi keutuhan air pengairan, debit air harus lebih cukup untuk disalurkan ke
saluran yang telah disiapkan (Dumairy, 1992). Pada dasarnya debit air yang
dihasilkan oleh suatu sumber air ditentukan oleh beberapa faktor - faktor yaitu :

1. Intensitas hujan;

2. Penggundulan hutan

3. Pengalihan hutan.

Debit air adalah jumlah air yang mengalir dalam suatu penampang tertentu
(sungai/saluran/mata air). Pemilihan lokasi pengukuran debit air. Di bagian sungai
yang relatif lurus, jauh dari pertemuan cabang sungai tidak ada tumbuhan air
aliran tidak turbelen aliran tidak melimpah melewati tebing sungai. Pengukuran
debit air sangat dipengaruhi oleh kecepatan arus air. Kecepatan arus yang
berkaitan dengan pengukuran debit air ditentukan oleh kecepatan gradien
permukaan, tingkat kekasaran, kedalaman, dan lebar perairan.

2.1.4.6 Jenis Aliran Terbuka

Menurut (Harsoyo, 1977) aliran permukaan bebas dapat diklasifikasikan


menjadi berbagai tipe tergantung kriteria yang digunakan. Berdasarkan perubahan
kedalaman dan kecepatan mengikuti fungsi waktu, aliran dibedakan menjadi
aliran permanen (steady) dan tidak permanen (unsteady), sedangkan berdasarkan
fungsi ruang, aliran dibedakan menjadi aliran seragam (uniform) dan tidak
seragam (non-uniform). Secara garis besar dapat dibedakan atau dikelompokkan
jenis aliran adalah sebagai berikut :

1. Aliran tunak (Steady flow)

Aliran tunak adalah aliran yang mempunyai kedalaman tetap untuk selang
waktu tertentu. Aliran tunak dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Aliran seragam

Aliran saluran terbuka akan dikatakan seragam apabila kedalaman air


sama pada setiap penampang saluran.

b. Aliran berubah

Nama : Miko Kurniawan


No. BP : 2011112035
Kelompok : IV (Empat)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang

Aliran saluran terbuka dikatakn berubah apabila ke dalaman air


disepanjang aliran atau saluran.

2. Aliran tak tunak (Unsteady flow)

Adalah aliran yang mempunyai ke dalaman aliran yang berubah tidak


sesuai dengan waktu. Aliran tak tunak diklasifikasikan atas :

a. Aliran seragam tak tunak

Aliran saluran terbuka dimana alirannya mempunyai permukaan yang


berfluktuasi sepanjang waktu dan tetap sejajar dengan saluran.

b. Aliran berubah tak tunak

Aliran saluran terbuka dimana kedalaman aliran berubah sepanjang waktu


dan ruang.

3. Aliran kompresibel.

4. Aliran inkompresibel.

Berdasarkan tipe aliran ada dua jenis aliran pada fluida yang dapat
mempengaruhi laju aliran atau debit air pada sungai, yaitu :

1. Aliran Turbulen.

Didalam aliran turbulen partikel–partikel fluida bergerak secara teratur,


kohesi lebih efektif daripada perpindahan momentum dalam menyebabkan
tegangan geser, perpindahan terjadi pada skala molekular saja dan tegangan geser
pada umumnya lebih besar daripada dalam aliran laminar serupa. Pada umumnya
aliran turbulen terjadi hal–hal yang menyangkut pada fluida yang sangat viskos,
aliran yang sangat sempit atau tabung kapiler dan arus air yang sangat lambat.

2. Aliran laminar

Dalam aliran laminar diperlukan eksperimentasi untuk kasus aliran– aliran


yang sederhana, berlaku hukum newton tentang viskositas, partikel fluida
bergerak dalam lintasan yang tidak teratur, viskositas dalam aliran laminar
dianggap tidak penting dan perbandingan τ/(du/dy) bergantung pada aliran
(Sosrodarsono, 2011).

2.1.4.7 Metode Pengukuran Debit

Nama : Miko Kurniawan


No. BP : 2011112035
Kelompok : IV (Empat)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang

Penentuan debit sungai dapat dilaksanakan dengan cara pengukuran aliran


dan cara analisis. Pelaksanaan pengukuran debit sungai dapat dilakukan secara
langsung dan cara tidak langsung, yaitu dengan melakukan pendataan terhadap
parameter alur sungai dan tanda bekas banjir (Elisa, 2011).

A. Pengukuran Debit Secara Langsung

Besarnya aliran tiap waktu atau disebut dengan debit, akan tergantung
pada luas tampang aliran dan kecepatan aliran rerata. Pendekatan nilai debit dapat
dilakukan dengan cara mengukur tampang aliran dan mengukur kecepatan aliran
tersebut. Cara ini merupakan prosedur umum dalam pengukuran debit sungai
secara langsung( Elisa, 2011).

a. Pengukuran Debit secara langsung terbagi atas :

1. Alat ukur pintu Romijn

Ambang dari pintu romijn dalam pelaksanaan pengukuran yang langsung


menunjukkan ketersediaan air pengairan bagi penyaluran melalui jaringan-
jaringan yang dapat naik dan turun yaitu dengan bantuan alat pengangkat.

Pengukuran air menggunakan rumus :

Q = 1,71. b . h3/2.......................................................................................... (1)


Keterangan :

b = Lebar dasar datum

h = tinggi permukaan air

2. Bangunan ukur tipe Cipoletti

Bangunan ini merupakan penyempurnaan dari alat ukur ambang tajam


yang di kontruksi sepenuhnya dengan cara berbentuk trapesium. Lubang
pengaliran berbentuk trapesium dengan sisi – sisi yang miringnya. Kelebihan
bangunan ukur ini ialah bangunannya sederhana dan mudah dibuat dengan biaya
yang tidak terlalu mahal, jika diberi papan duga berskala liter petani akan mudah
mengetahui volume air yang dipakai. Sedangkan kelemahannya ialah pengukuran
debit sulit karena harus dilakukan dua orang, sedimentasi terjadi di hulu, benda –
benda hanyut tidak mudah di lewatkan.

Perhitungan debit dengan bangunan ukur tipe cipoletti adalah :

Q = 1,86 . L .h3/2.............................................................................................. (2)


Keterangan :

Nama : Miko Kurniawan


No. BP : 2011112035
Kelompok : IV (Empat)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang

Q = Debit air (l/s)

L = Lebar ambang (m)

h = Tinggi muka air dari ambang (m)

(Mawardi, 2007)

B. Pengukuran Debit Secara Tidak Langsung

Dalam hal tertentu pengukuran debit secara tidak langsung seringkali


diperlukan. Pengukuran dengan cara ini dapat dilaksanakan apabila pengukuran
secara langsung sulit dilaksanakan karena faktor kondisi atau permasalahan.

1. Pelampung

Terdapat dua tipe pelampung yang digunakan yaitu:

(i) pelampung permukaan;

(ii) pelampung tangkai.

Tipe pelampung tangkai lebih teliti dibandingkan tipe pelampung


permukaan. Pada permukaan debit dengan pelampung dipilih bagian sungai yang
lurus dan seragam, kondisi aliran seragam dengan pergolakannya seminim
mungkin. Pengukuran dilakukan pada saat tidak ada angin. Pada bentang terpilih
(jarak tergantung pada kecepatan aliran, waktu yang ditempuh pelampung untuk
jarak tersebut tidak boleh lebih dari 20 detik) paling sedikit lebih panjang
dibanding lebar aliran. Kecepatan aliran permukaan ditentukan berdasarkan rata –
rata yang diperlukan pelampung menempuh jarak tersebut. Sedang kecepatan rata
– rata didekati dengan pengukuran kecepatan permukaan dengan suatu koefisien
yang besarnya tergantung dari perbandingan antara lebar dan kedalaman air.
Koefisien kecepatan pengaliran dari pelampung permukaan sebagai berikut:

B/H 5’ 10’ 15’ 20’ 30’ 40’

Vm/Vs 0,98 0,95 0,92 0,90 0,87 0,85

Keterangan:

B = lebar permukaan aliran (m)

H = kedalaman air (m)

Vm = kecepatan rata – rata (m/s)

Nama : Miko Kurniawan


No. BP : 2011112035
Kelompok : IV (Empat)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang

Vs = kecepatan pada permukaan (m/s)

Persamaan debit aliran kecepatan rata – rata:

Q = C . Vp Ap...................................................................................................(3)
Keterangan:

Q = debit aliran

C = koefisien yang tergantung dari macam pelampung yang digunakan

Vp = kecepatan rata – rata pelampung

Ap = luas aliran rata – rata

2. Pengukuran kecepatan arus dengan Current Meter

Kecepatan aliran biasanya diukur dengan menggunakan alat ukur current


meter (alat ukur kecepatan aliran yang berbentuk propeler). Alat berbentuk
plopeler tersebut dihubungkan dengan kontak pencatat (alat monitor yang akan
mencatat jumlah putaran selama plopeler tersebut berada dalam air) kemudian
dimasukkan ke dalam sungai yang akan diukur kecepatan alirannya. Kecepatan
aliran sungai bervariasi dari yang paling kecil pada dasar sungai sampai pada
kecepatan terbesar dekat atau pada permukaan air sungai. Perhitungan yang lazim
dilakukan di lapangan adalah bahwa untuk memperoleh kecepatan rata-rata aliran
sungai, kedalaman 0,2 dan 0,8 di bawah permukaan air sungai umum dipakai
sebagai lokasi alat ukur.

Kedalaman saluran Jumlah titik


Titik Kedalaman
(h) dalam m Pengukuran

0,0 - 0,6 1 0,6 h

Nama : Miko Kurniawan


No. BP : 2011112035
Kelompok : IV (Empat)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang

0,6 - 3,0 2 0,2 h ; 0,8 h

3,0 - 6,0 3 0,2 h ; 0,6 h ; 0,8 h

> 6,0 4 0,2 h ; 0,6 h ; 0,8 h dan


dasarnya

Prinsipnya adalah makin cepat aliran, maka makin cepat putaran baling –
baling pada alat. Kecepatan dihitung atas dasar jumlah putaran baling -baling dan
waktu putaran.

Debit aliran dihitung dari rumus :

Q = V x A.......................................................................................................(4)
Keterangan :

V = Kecepatan aliran

A = Luas penampang

Dengan demikian dalam pengukuran tersebut disamping harus mengukur


kecepatan aliran, diukur pula luas penampangnya. Distribusi kecepatan untuk tiap
bagian pada saluran tidak sama, distribusi kecepatan tergantung pada :

a. Bentuk saluran;

b. Kekasaran saluran;

c. Kondisi kelurusan saluran.

2.1.4.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengukuran Debit

Hal-hal berikut ini adalah yang mempengaruhi debit air:

1. Angin

Karena angin berpengaruh pada kecepatan aliran fluida maka berpengaruh


pula pada debit air. Semakin cepat angin yang berhembus pada aliran tersebut,
maka debit aliran semakin tinggi. Dan semakin lambat angin yang berhembus
maka aliran akan memiliki kecepatan yang rendah dan debit air pun akan rendah.

Nama : Miko Kurniawan


No. BP : 2011112035
Kelompok : IV (Empat)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang

2. Kecepatan Aliran

Kecepatan aliran sangat berpengaruh dalam debit aliran. Semakin cepat


aliran mengalir maka semakin besar debit aliran yang dihasilkan. Semakin lambat
aliran mengalir maka semakin sedikit debit aliran yang dihasilkan.

3. Permukaan Saluran

Debit aliran akan besar apabila permukaan aliran halus atau tidak
bergelombang. Karena permukaan yang kasar atau bergelombang akan
mempengaruhi kecepatan aliran sehingga berdampak pada debit aliran yang
dihasilkan. Hal ini juga mempengaruhi kehilangan head aliran yang berpengaruh
pada debit.

4. Intensitas Hujan

Semakin besar intensitas curah hujan maka semakin besar debit air pada
saluran irigasi. Intensitas hujan mempengaruhhi infiltrasi, aliran air tanah, dan
aliran permukaan tanah. Lama waktu hujan sangat penting dalam hubungannya
dengan lama waktu pengaliran air hujan menuju sungai

5. Pengundulan hutan

Hutan yang terjaga dengan baik akan memberikan manfaat ketersediaan


sumber – sumber air pada musin kemarau . sebaliknya hutan yang gundul akan
menjadi malapetaka bagi penduduk di hulu maupun di hilir. Hutan yang gundul
akan membuat aliran air semakin besar .

6. Topografi

Daerah permukaan miring akan menyebabkan aliran permukaan yang


deras dan besar bila dibandingkan dengan daerah yang agak datar.

7. Geologi , jenis dan struktur tanah

Mempengaruhi kepadatan drainas. Kepadatan drainase yang rendah


menunjukkan secara relatif pengaliran melalui permukaan tanah yang panjang
menuju saluran, kehilangan air yang besar sehingga air saluran menjadi lambat.

8. Luas Permukaan Saluran

Luas permukaan berbanding lurus terhadap hasil pengukuran debit. Hal ini
karena jika luas permukaan besar maka debit akan besar juga. Begitupun
sebaliknya jika luas permukaan kecil maka debit aliran juga akan kecil.

Nama : Miko Kurniawan


No. BP : 2011112035
Kelompok : IV (Empat)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang

9. Kekasaran Saluran

Jika kekasaran saluran tinggi maka air akan terhambat lajunya dana kan
terjadi banyak pergolakan, sehingga debit yang dihasilkan akan semakin kecil.

10. Evaporasi dan Transpirasi

Evaporasi dan transpirasi juga merupakan salah satu komponen atau


kelompok yang dapat menentukan besar kecilnya debit air di suatu kawasan DAS.

11. Kedalaman

Pada saluran sekunder kedalaman lebih dangkal, jadi debit lebih cepat,
sedangkan paada saluran primer, kedalamn lebih dalam, sehingga debit yang
dihasilkan juga lebih lambat.

12. Intensitas Penyinaran Matahari

Semakin besar intensitas penyinaran matahari, maka penguapan akan


terjadi dengan cepat. Begitu pula sebaliknya, jika penyinaran matahari kecil, maka
penguapan yang terjadi juga kecil.

13. Intersepsi

Intersepsi merupakan proses ketika air hujan jatuh pada permukaan


vegetasi diatas permukaan tanah, tertahan beberapa saat, untuk diuapkan kembali
ke atmosfer atau diserap oleh vegetasi yang bersangkutan. Proses intersepsi terjadi
selama berlangsungnya curah hujan dan setelah hujan berhenti.

Nama : Miko Kurniawan


No. BP : 2011112035
Kelompok : IV (Empat)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang

2.1.5 Metode Praktikum

2.1.5.1 Alat dan Bahan

Irigasi Permukaan (Surface Irrigation)

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu :

a) Bangunan ukur cipolleti;

b) Meteran;

c) Current meter;

d) Pelampung;

e) Rambu ukur;

f) Stopwatch.

2.1.5.2 Prosedur Praktikum

Irigasi Permukaan (Surface Irrigation)

Cara kerja pada praktikum ini yaitu :

a. Pengukuran debit saluran dengan menggunakan cipoletti

1. Ukur luas penampang basah di bangunan ukur cipoletti;

2. Lakukan pengulangan pengukuran minimal sebanyak tiga kali


pengulangan;

3. Catat hasil pengukuran;

4. Masukkan data pengukuran ke dalam persamaan menghitung debit


aliran dengan menggunakan cipoletti.

b. Pengukuran debit saluran dengan menggunakan pelampung

1. Ukur luas penampang basah saluran irigasi;

2. Tentukan titik awal dan titik akhir dengan menggunakan meteran untuk
pengukuran (biasanya dengan jarak 30 meter);

3. Jatuhkan pelampung di saluran, sebelum titik awal. Ketika pelampung


telah mencapai titik awal, hidupkan stopwatch;

Nama : Miko Kurniawan


No. BP : 2011112035
Kelompok : IV (Empat)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang

4. Catat waktu tempuh pelampung hingga titik akhir;

5. lakukan pengukuran tinggi bagian pelampung yang berada di atas


permukaan air;

6. lakukan pengulangan pengukuran minimal sebanyak tiga kali


pengulangan.

c. Pengukuran debit saluran dengan menggunakan current meter

1. Ukur luas penampang saluran irigasi;

2. Ukur kedalaman air, lalu bagi lebar saluran dengan beberapa segmen
pengukuran;

3. Lakukan pengukuran kecepatan aliran air dengan menggunakan current


meter pada setiap segmen, berdasarkan kedalaman saluran;

4. Catat hasil pengukuran kecepatan aliran.

d. Pengukuran debit saluran dengan menggunakan ambang lebar

1. Ambil datum lebih kurang 1 meter sebelum ambang lebar

2. Ukur lebar dasar datum

3. Ukur Kedalaman air dan lakukan pengulangan pengukuran minimal


sebanyak tiga kali pengulangan;

4. Catat hasil pengukuran;

5. Masukkan data pengukuran ke dalam persamaan menghitung debit


aliran dengan menggunakan ambang lebar.

Nama : Miko Kurniawan


No. BP : 2011112035
Kelompok : IV (Empat)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang

2.1.6 Hasil dan Pembahasan

2.1.6.1 Hasil

Nama : Miko Kurniawan


No. BP : 2011112035
Kelompok : IV (Empat)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang

2.1.6.2 Pembahasan

Nama : Miko Kurniawan


No. BP : 2011112035
Kelompok : IV (Empat)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang

2.1.7 Kesimpulan dan Saran

2.1.7.1 Kesimpulan

2.1.7.2 Saran

Nama : Miko Kurniawan


No. BP : 2011112035
Kelompok : IV (Empat)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang

DAFTAR PUSTAKA
Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Dumairy. 1992. Ekonomika Sumberdaya Air. Penerbit PBFE. Yogyakarta

Elisa. 2011. Pengukuran dan Perkiraan Debit Sungai. Diakses dari


http://elisa.ugm.ac.id (Diakses pada 11 September 2019).

Gandakusuma, R., 1981. Irigasi. Sinar Bandung. Bandung

Hansen, V. E., O. W. Israelsen dan G. E. Stringham, 1992. Dasar-Dasar dan


Praktek Irigasi. Penerjemah: Endang. Erlangga, Jakarta.

Harsoyo, Bangun. 1977. Pengelolaan Air Irigasi. Dinas Pertanian Jawa Timur.

Kartasapoetra. A. G dan Mulyani., 1990. Teknologi Pengairan Pertanian


(Irigasi). Bumi Aksara, Jakarta.

Kartasapoetra, A.G. 1991. Teknologi Pengairan Pertanian Irigasi. Jakarta: Bumi


Aksara.

Keller, J. and D, R. Bliensner. 2000. Springkler and Trickle Irrigation. Blackburn


Presss

Mawardi E., 2007. Desain Hidraulik Bangunan Irigasi. ALFABETA, Bandung

Mawardi, E, dan Memed, M, 2010. Desain Hidraulik Bendung Tetap. Alfabeta.


Bandung.

Pasandaran, Effendi dan Taylor, Donald C. 1984. Irigasi Perencanaan dan


Pengelolaan. Buku I. Gramedia. Jakarta.

Sani, Asrul. 2008. Analisis Kapasitas Waduk dengan Metode Ripple dan
Behaviour (Studi Kasus Pada Waduk Mamak Sumbawa).

Sarono , W dan Asmoro , W. 2007. Evaluasi Kinerja Waduk Wadas Lintang.


Semarang: Universitas Diponegoro.

Sosrodarsono, S. dan Takeda. 2006.Aplikasi Untuk Menghitung Nilai Debit Air


Sungai Berbasis Mobile Pada Sungai Pemali Kabupaten Brebes

Sumarna, A. 1998. Irigasi Tetes pada Budidaya Cabai. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran: Bandung. 31 hlm

Nama : Miko Kurniawan


No. BP : 2011112035
Kelompok : IV (Empat)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang

Tusi, A. 2013. Bahan Ajar MK Rancangan sistem irigasi. Unila. Lampung

Wirosoedarmo. 1985. Dasar Dasar Irigasi Pertanian. Universitas Brawijaya:


Malang

Nama : Miko Kurniawan


No. BP : 2011112035
Kelompok : IV (Empat)

Anda mungkin juga menyukai