KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah
subhanahu wataala, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami telah dapat
diselesaikan penyusunan modul petunjuk praktikum Teknik Irigasi dan Drainase
ini.
Modul ini terdiri dari 4 Bab, yakni Bab 1 Irigasi Permukaan, Bab 2
Kebutuhan Air Tanaman, Bab 3 Drainase, Bab 4 Irigasi Tetes dan Irigasi
Sprinkler. Keempat objek tersebut dirangkum dan disusun sedemikian mungkin
dan seefektif mungkin agar mahasiswa mudah memahami topik yang dibahas.
Penulis
I. PANDUAN PRAKTIKUM
1. Pelaksanaan Praktikum
b. Praktikum dilaksanakan pada hari sabtu dimulai dari jam 07.00 WIB sampai
selesai, tergantung objek praktikum
d. Praktikan tidak dibenarkan menggunakan pakaian ketat dan dengan bahan dasar
transparan,
e. Praktikan mengenakan baju kemeja, celana atau rok berbahan dasar jeans, dan
sepatu kets bertali,
h. Praktikan wajib membawa kalkulator beserta alat tulis lainnya yang diperlukan,
4. Pelaksanaan Responsi
5. Laporan
a. Laporan individu membuat hasil pada tabel yang telah disediakan di modul,
pembahasan dan penutup di kertas hf, dibuat dengan tulis tangan (tinta warna
biru) di dalam modul praktikum sesuai dengan objek praktikum,
c. Materi ujian berhubungan dengan semua objek yang telah dipraktikumkan dan
disiapkan oleh asisten praktikum.
7. Penilaian
b. Nilai akhir untuk setiap praktikan ditentukan berdasarkan format penilaian yang
telah dibuat dan ditetapkan dosen penanggung jawab dan tim asisten,
c. Nilai akhir setiap praktikan akan diserahkan ke Program Studi Teknik Pertanian
dan Biosistem melalui Koordinator asisten setelah praktikum selesai dilaksanakan,
Pengenalan sistem irigasi menjadi salah satu ilmu yang penting bagi
mahasiswa/i yang berkecimpung di bidang Teknik Pertanian. Tanpa adanya
sistem irigasi, usaha pertanian menjadi tidak maksimal, dikarenakan irigasi
menjadi salah satu faktor penting penunjang dalam bidang usaha pertanian. Irigasi
menjadi suatu usaha manusia untuk mengalirkan air dari sumbernya ke lahan
pertanian guna untuk memenuhi kebutuhan air tanaman menurut jumlah air yang
dibutuhkan tanaman tersebut tentunya menurut kondisi ruang dan waktu. Irigasi
tidak terlepas dari jaringan irigasi, dalam jaringan irigasi ada empat unsur pokok
yang terdiri atas bangunan irigasi, bangunan utama, jaringan pembawa,
kelengkapan pendukung, saluran pembuang dan petak tersier.
Pemberian air pada tanaman haruslah sesuai dengan jumlah air yang
dibutuhkan oleh tanaman. Tidak tersedia atau kekurangan air di suatu tempat
merupakan salah satu faktor yang dapat mengahambat proses pertanian, sehingga
dibutuhkan sistem manajemen irigasi yang baik. Menurut PP Nomor 20 tahun
2006 tentang irigasi dinyatakan bahwa fungsi irigasi salah satunya untuk
mendukung produktivitas pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan
kesejahteraan masyarakat khususnya kepada para petani. Mengetahui debit aliran
dalam sebuah saluran irigasi sangat penting, agar dapat mengontrol laju
penggunaan air pada petak sawah yang sesuai dengan kebutuhan suatu lahan atau
tanaman
tertentu apabila kebutuhan air yang tersedia kurang ataupun berlebih. Perhitungan
debit air biasanya dilakukan pada saluran terbuka seperti sungai yang menjadi
sumber dari air untuk dialiri ke lahan pertanian. Perhitungan debit air pada saluran
terbuka dapat terbagi atas beberapa macam, yaitu dengan metode menggunakan
current meter, cipoletti dan dapat juga dengan menggunakan metode pelampung.
2.1.2 Tujuan
2.1.3 Manfaat
1. Praktikan dapat menentukan hubungan antara head dengan debit pada bangunan
ukur Cipoletti;
5. Praktikan mengetahui apa saja bangunan yang ada pada jaringan irigasi;
1. Siklus hidrologi;
4. Aktifitas manusia.
2. Untuk menyediakan jaminan panen pada saat musim kemarau yang pendek;
Fungsi jaringan irigasi yang utama adalah memenuhi kebutuhan air bagi
pertumbuhan tanaman. Fungsi dari sebuah jaringan irigasi adalah lebih kompleks.
Fungsi sistem irigasi lainnya adalah :
1. Mengambil air dari sumber air (diverting). Sumber air yang umumnya
digunakan sistem sumur air, sungai, waduk, bendungan dan danau;
2. Membawa atau mengalirkan air dari sumber air ke lahan pertanian (conveying).
Fungsi ini, air sistem dibawa melalui saluran terbuka (kanal) dan saluran tertutup
melalui pipa-pipa (main line);
3. Irigasi teknis
Jaringan irigasi ada empat unsur pokok dari bangunan irigasi yaitu:
1. Bangunan utama
b. Bangunan alat ukur, berfungsi untuk mengatur debit air yang keluar dari
intake bendung.
Terdiri dari jaringan utama dan jaringan tersier. Jaringan saluran utama
terdiri dari saluran primer dan jaringan sekunder. Sedangkan saluran tersier terdiri
dari saluran kuarter di petak tersier.Bangunan sadap berfungsi sebagai pengatur
debit.
3. Saluran Pembuang
Saluran pembuang terdiri dari saluran pembuang utama yaitu saluran yang
menampung dan membuang air dari petakan sawah ke saluran pembuang primer
atau sekunder.
4. Petak Tersier
Gambar 2. Bendung
Sumber: http://pelajaran.co.id
Gambar 3. Bendungan
Sumber : http://kajianpustaka.com
Menurut Sarono dkk (2007), ada beberapa fungsi dan manfaat bendungan
diantaranya yaitu:
1. Irigasi
Pada saat musim hujan, air hujan yang turun di daerah tangkapan air
sebagian besar akan ditampung sehingga pada musim kemarau, air yang
tertampung tersebut bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti untk
irigasi lahan pertanian.
Waduk juga dimanfaatkan sebagai bahan baku air minum dimana daerah
perkotaan sangat langka dengan air bersih. Sebagai PLTA, waduk dikelola untuk
mendapatkan kapasitas listrik yang dibutuhkan. Pembangkit listrik tenaga air
(PLTA) merupakan suatu sistem pembangkit listrik yang biasanya terintegrasi
dalam bendungan dengan memanfaatkan energi mekanis aliran air untuk memutar
turbin, diubah menjadi energi listrik melalui generator.
3. Pengendali Banjir
4. Perikanan
Debit adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam satuan SI besarnya debit
dinyatakan dalam satuan (m3/dt). Dalam laporan teknis, debit aliran biasanya
ditunjukkan dalam bentuk hidrograf aliran. Hidrograf aliran adalah suatu perilaku
debit sebagai respon adanya perubahan karakteristik biogeofisik yang berlangsung
dalam suatu DAS (oleh adanya kegiatan pengelolaan DAS) dan atau adanya
perubahan (fluktuasi musiman atau tahunan) iklim lokal (Asdak, 1995). Debit
adalah suatu koefesien yang menyatakan banyaknya air yang mengalir dari suatu
sumber persatuan waktu, biasanya diukur dalam satuan liter per/detik, untuk
memenuhi keutuhan air pengairan, debit air harus lebih cukup untuk disalurkan ke
saluran yang telah disiapkan (Dumairy, 1992). Pada dasarnya debit air yang
dihasilkan oleh suatu sumber air ditentukan oleh beberapa faktor - faktor yaitu :
1. Intensitas hujan;
2. Penggundulan hutan
3. Pengalihan hutan.
Debit air adalah jumlah air yang mengalir dalam suatu penampang tertentu
(sungai/saluran/mata air). Pemilihan lokasi pengukuran debit air. Di bagian sungai
yang relatif lurus, jauh dari pertemuan cabang sungai tidak ada tumbuhan air
aliran tidak turbelen aliran tidak melimpah melewati tebing sungai. Pengukuran
debit air sangat dipengaruhi oleh kecepatan arus air. Kecepatan arus yang
berkaitan dengan pengukuran debit air ditentukan oleh kecepatan gradien
permukaan, tingkat kekasaran, kedalaman, dan lebar perairan.
Aliran tunak adalah aliran yang mempunyai kedalaman tetap untuk selang
waktu tertentu. Aliran tunak dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Aliran seragam
b. Aliran berubah
3. Aliran kompresibel.
4. Aliran inkompresibel.
Berdasarkan tipe aliran ada dua jenis aliran pada fluida yang dapat
mempengaruhi laju aliran atau debit air pada sungai, yaitu :
1. Aliran Turbulen.
2. Aliran laminar
Besarnya aliran tiap waktu atau disebut dengan debit, akan tergantung
pada luas tampang aliran dan kecepatan aliran rerata. Pendekatan nilai debit dapat
dilakukan dengan cara mengukur tampang aliran dan mengukur kecepatan aliran
tersebut. Cara ini merupakan prosedur umum dalam pengukuran debit sungai
secara langsung( Elisa, 2011).
(Mawardi, 2007)
1. Pelampung
Keterangan:
Q = C . Vp Ap...................................................................................................(3)
Keterangan:
Q = debit aliran
Prinsipnya adalah makin cepat aliran, maka makin cepat putaran baling –
baling pada alat. Kecepatan dihitung atas dasar jumlah putaran baling -baling dan
waktu putaran.
Q = V x A.......................................................................................................(4)
Keterangan :
V = Kecepatan aliran
A = Luas penampang
a. Bentuk saluran;
b. Kekasaran saluran;
1. Angin
2. Kecepatan Aliran
3. Permukaan Saluran
Debit aliran akan besar apabila permukaan aliran halus atau tidak
bergelombang. Karena permukaan yang kasar atau bergelombang akan
mempengaruhi kecepatan aliran sehingga berdampak pada debit aliran yang
dihasilkan. Hal ini juga mempengaruhi kehilangan head aliran yang berpengaruh
pada debit.
4. Intensitas Hujan
Semakin besar intensitas curah hujan maka semakin besar debit air pada
saluran irigasi. Intensitas hujan mempengaruhhi infiltrasi, aliran air tanah, dan
aliran permukaan tanah. Lama waktu hujan sangat penting dalam hubungannya
dengan lama waktu pengaliran air hujan menuju sungai
5. Pengundulan hutan
6. Topografi
Luas permukaan berbanding lurus terhadap hasil pengukuran debit. Hal ini
karena jika luas permukaan besar maka debit akan besar juga. Begitupun
sebaliknya jika luas permukaan kecil maka debit aliran juga akan kecil.
9. Kekasaran Saluran
Jika kekasaran saluran tinggi maka air akan terhambat lajunya dana kan
terjadi banyak pergolakan, sehingga debit yang dihasilkan akan semakin kecil.
11. Kedalaman
Pada saluran sekunder kedalaman lebih dangkal, jadi debit lebih cepat,
sedangkan paada saluran primer, kedalamn lebih dalam, sehingga debit yang
dihasilkan juga lebih lambat.
13. Intersepsi
b) Meteran;
c) Current meter;
d) Pelampung;
e) Rambu ukur;
f) Stopwatch.
2. Tentukan titik awal dan titik akhir dengan menggunakan meteran untuk
pengukuran (biasanya dengan jarak 30 meter);
2. Ukur kedalaman air, lalu bagi lebar saluran dengan beberapa segmen
pengukuran;
2.1.6.1 Hasil
2.1.6.2 Pembahasan
2.1.7.1 Kesimpulan
2.1.7.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Harsoyo, Bangun. 1977. Pengelolaan Air Irigasi. Dinas Pertanian Jawa Timur.
Sani, Asrul. 2008. Analisis Kapasitas Waduk dengan Metode Ripple dan
Behaviour (Studi Kasus Pada Waduk Mamak Sumbawa).
Sumarna, A. 1998. Irigasi Tetes pada Budidaya Cabai. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran: Bandung. 31 hlm