Disusun oleh :
IR.KAMALUDDIN LUBIS.MT
Ir.Kamaluddin lubis.MT
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
iii
TATA TERTIP
PRAKTIKUM
A.Umum.
1. Peserta praktikum adalah mahasiswa aktif dan yang terdaftar namanya pada
KRS online. aoc.uma.ac.id di program studi teknik sipil Universitas Medan Area.
2. Peserta praktikum harus mematuhi segala peraturan dan ketentuan yang
berlaku di laboratorium survei & pemetaan program studi teknik sipil
Universitas Medan Area.
3. Peserta praktikum wajib hadir lima belas menit sebelum praktikum dimulai .
4. Peserta praktikum wajib mengisi absen yang disediakan pada amadi.uma.ac.id
Universitas Medan Area dan wajib mengikuti seluruh modul yang diberikan.
5. Penggunaan alat harus mendapat izin dari petugas/ pelaksana laboratorium
dengan terlebih dahulu harus menandatangi surat tanda peminjaman alat
dilaboratorium.
6. Peserta praktikum harus menjaga alat dengan sebaik-baiknya semua alat yang
dipakai , kerusakan akibat kecerobohan dan kelalaian praktikan adalah menjadi
tanggangung jawab praktikan/ group.
7. Tidak diperkenankan untuk memakai alat yang tidak digunakan atau juga
memindah-mindahkan alat dari tempat kedudukannya semula.
8. Alat yang telah selesai digunakan harus dikembalikan dalam keadaan baik ,
bersih dan tetap berfungsi baik dan bila terjadi kerusakan alat harus diperbaiki
dan merupakan tanggung jawab bersama praktikan/ group .
9. Peserta praktikum harus mamatuhi segala peraturan yang ada termasuk
menggunakan APD selama praktikum berlangsung.
B. Pelaksanaan .
1
C. Laporan Praktikum.
Pembuatan laporan praktikum harus dibuat sesuai dengan format atau tempelate
yang telah ditentukan sebagai berikut , diketik menggunakan kertas HVS ukuran
A4 , letter camberia pon 12, dengan jarak space 1,5 dan margin 4,3,3,3.
Sistematika pembuatan laporan terdiri dari :
1. Judul pengukuran
2. Maksud dan tujuan pengukuran.
3. Peralatan yang digunakan
4. Prosedur pengukuran prosedur percobaan merupakan tata cara percobaan
yang dilakukan pada saat praktikum , isi ,prosedur tidak perlu sama dengan
yang tertera pada modul, namum harus mewakili langkah-langkah percobaan
yang dila kukan.
5. Perhitungan data pengukuran terdiri dari pengolahan kuantitatif terhadap
data percobaan yang didapat , pengolahan data harus mendapatkan nilai hasil
data yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan percobaan.serta yang tertera
pada point perhitungan pada modul.
6. Analisa kesalahan merupakan analisa yang dilakukan untuk menyatakan
kesalahan-kesalahan apa saja yang dilakukan sehingga menyebabkan
penyimpangan terhadap hasil percobaan , pada umumnya kesalahan itu
adalah :
- Kesalahan faktor alat. misalnya , kalibrasi alat
- Kesalahan faktor manusia , misalnya , pembacaan alat
- Kesalahan alam misalnya , faktor cuaca
7. Hasil pengukuran digambar menggunakan autocad.
8. Kesimpulan
2
DEFENISI
SURVEI & PEMETAAN
A. Umum
Ilmu ukur tanah ( survei & pemetaan ) adalah merupakan ilmu bahagian kecil
dari ilmu yang lebih luas yang dinamakan ilmu geodesi yang mempunyai dua
maksud yaitu :
1. Maksud ilmiah adalah membuat / menentukan dari permukaan bumi
2. Maksud praktis adalalah membuat bayangan /peta dari bagian kecil/ bagian
dari permukaan bumi.
Ilmu ukur tanah termasuk dalam dua maksud praktis bertujuan :
1. Menentukan posisi/letak relative dari ttik-titik dipermukaan bumi hingga
dapat dinyatakan dengan baik dan teliti diatas kertas dari lapangan
kegambar/peta.
2. Menentukan posisi/letak relative suatu konstruksi dilapangan dengan
perantaraan peta dari peta kelapangan.
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan melakukan pengukuran-pengukuran yang
teliti diatas permukaan bumi dengan bentuk tidak beraturan , karena adanya
gunung, lembah, sungai dan lain-lain. pengukuran-pengukuran yang begitu
banyak jenis dan ragamnya terbagi atas dua macam yaitu :
1. Pengukuran mendatar, untuk memperoleh hubungan profil mendatar
semua titik –titik yang diukur dengan yang lainnya diatas permukaan
bumi/lapangan.
2. Pengukuran tegak untuk memperoleh hubungan tegak dari titik-titik
tersebut yang disebut pengukuran tinggi ataupun beda tinggi atau
mengukur tinggi titik polygon.
Ilmu ukur tanah (survei & pemetaan ) dapt digunakan dalam bidang sebagai
berikut :
1. Badan pertanahan nasional (BPN) untuk menentukan batas-batas tanah
dimiliki negara dan milik swasta .
2. Departemen pekerjaan umum (DPU) dalam merencanakan pembuatan
drainase jalan, irigasi ,jalan raya ,kereta api dan lain-lain.
3. Departemen kehutanan untuk menentukan batas –batas posisisi hutan dan
tumbuh- tumbuhannya
4. Departemen perhubungan untuk keperluan perhubungan atau perairan
laut. Perencanaan perkotaan, tata kota / landscap dan lain-lain
3
C. Data lapangan
Data-data ini berupa sketsa (tanpa ukuran ) keadaan lapangan maupun jalannya
pengukuran dan keterangan- keterangan yang dapat membantu dalam
penggambaran situasi.
4
BAGIAN-BAGIAN YANG PENTING
DALAM PESAWAT UKUR
Konstruksi alat ukur tanah berbeda-beda sesuai dengan maksud penggunaan
masing-masing alat pekerjaan konstruksinya . tetapi alat-alat ukur tanah ini
mempunyai beberapa bagian yang sama. Jadi ada beberapa bagian yang selalu
dapat pada bermacam-macam alat ukur tanah.
A. Lensa
Lensa merupakan bagian penting dari suatu teropong yang digunakan sebagai
saat bidik, lensa dapat digolongkan dalam dua macam :
1. Lensa konveks, lensa konveks adalah lensa yang mempunyai tebal terbesar
ditengah tengah.
2. Lensa konkaf, lensa konkaf adalah lensa yang mempunyai tebal terbesar
ditepinya ( lihat dalam gambar .1 )
Dua titik pusat kedua bidang bulatan disebut optis, sedangkan pada suatu sumbu
optis terdapat titik pusat optis lensa.
B. Teropong
Suatu teropong yang sederhana terdiri dari dua lensa yang dimuka dinamakan
lensa objektif dan yang dibelakang dinamakan lensa okuler. kedua lensa ini
ditempatkan sedemikian rupa sehingga kedua optisnya , berimpit supaya dapat
digunakan sebagai alat bidik. maka teropong dibahagian belakang , dilengkapai
dengan dua garis salib sumbu.
5
Gambar.2.a Lensa okuler
Gambar.2.b.Lensa konkaps
C. Nivo
Nivo ini terdiri dari tabung atau kotak gelas terisi cairan ringan esther alcohol dan
mempunyai selisih ruang udara berisi uap esther/alkohol , ruang kotak
merupakan bidang lengkung yang dibagiannya atas diberi skala nivo, jarak dari
skala atas 2,256 mm dan garis-garis ini disebut juga dengan garis-garis.
Bila kita tarik garis singgung pada lengkung tersebut melalui titik pusat (titik
tengah skala ) maka garis singgung tersebut garis jurusan nivo atau garis arah nivo
( SAN ).
6
Gambar.3.Nivo
D. Nonius
Untuk alat tertentu ada alat yang mempunyai nonius, nonius adalah alat
pembacaan sudut mendatar yang memberi hasil yang lebih teliti sampai detik ,
nonius terdiri dari suatu skala dengan bagian-bagian lebih kecil dari skala
lingkaran , nonius berjalan bersama-sama dengan garis bidik dan merapat skala-
skala lingkaran garis bidik pertama lingkaran nonius menjadi garis indeks
(diberi tanda nol). Untuk ini perlu ditentukan besarnya jarak antara garis indeks
nonius dengan skala lingkaran dibelakangnya.
Gambar.4.Nonius
Skala nol nonius berimpit dengan lebih kecil dari 2 º, 40 ´ .untuk mencari lebih
sedikit dilihat sebelah kanan dari skala nol nonius yang berimpit dengan skala
derajat. dengan contoh diatas , yang berimpit adalah pada garis ( a –a ) dan (a-a )
ke skala nol nonius adalah = 6 º 20 ´ jadi pembacaan sudutnya = 2 º, 40 ´ + 6 º 20 ´
= 2 º 46´ 20”
7
E. Miknometer
Suatu garis indeks selain dapat berputar bersama-sama garis bidik dapat juga
digerakkan dengan skrup mikrometer .
Gambar 5, Miknometer
Skala diatas adalah skala lingkaran tegak , skala tengah adalah skala lingkaran
mendatar dan skala bawah adalah skala miknometer. Untuk melakukan
pembacaan pada skala lingkaran tegak ataupun pada lingkaran mendatar , putaran
miknometer hingga garis indeks berimpit dan skala lingkaran maka dalam hal ini
pembacaan adalah 80 º 55 ´
8
PENYETELAN
DAN PEMAKAIAN ALAT UKUR
A .Rambu Ukur .
Rambu ukur sering juga disebut baak ukur , mistar ukur, dan rambu ukur bisa
terbuat dari kayu atau aluminium yang mempunyai panjang 3,00 sampai 5,00
meter. Baak ukur ini dapat dilipat atau dipendekkan bila diperlukan panjanngnya
sekitar 1,10 meter atau 1,20 meter konstuksinya dibuat seperti ini agar mudah
mempergunakannya . Titik potong garis bidik dengan sumbu rambu ditentukan
dengan perbandingan x dan y , dimana perbandingan ini harus berjumlah sama
dengan 10 supaya x dan y dinyatakan dalam mm. maka blok atau bagian pada
mistar atau rambu harus 1 cm =10 mm penentuan x dan y dalam pembacaan yang
berfungssi sebagai a- a adalah benang mendatar diafragma Ba, Bt dan Bb.
Jadi nyata dengan begitu skala rambu adalah dalam satuan cm, disamping itu ada
pula rambu yang didampingi blok-blok ½ cm , berarti ketelitiannya lebih baik
karena penafsirannya dalam pembacaan x + x = 5 mm kalau dibandingkan dengan
1 cm saja perhatikan gambar a dan b .
- Berdirinya rambu harus vertikal untuk itu biasanya rambu ukur dilengkapi dengan
gelembung nivo.
- Cara membidik target benang diafragma harus tampak berimpit sumbu rambu
9
Gambar 6a, Baak ukur Gambar.6b Baak ukur
B. Jalon.
Jalon dibuat dari kayu atau besi/aluminum yang mempunyai panjang 2 meter
sampai 3 meter dengan penampang lingkaran berdiameter 2 cm sampai 3 cm
dengan penampang segitiga atau bulat.
Jalon ini dicat berselang-seling dengan warna merah dan putih pada jarak
tertentu dan dibawahnya diberi sepatu besi kalau kayu pada tanah keras dimana
jalon tidak bisa ditancapkan maka untuk berdirinya jalon harus dibantu dengan
kaki tiga. sama seperti rambu jalon harus berdirinya vertical untuk itu biasanya
jalon dilengkapi dengan gelembung nivo.
C.Statif.
Kaki tiga atau tripod dalam fotografi, adalah alat standart untuk membantu
agar badan kamera bisa berdiri dengan tegak dan tegar. Hal
10
ini dimaksudkan untuk mengurangi kelelahan juru ukur tanah dalam
pembacaan rambu ukur dan mengurangi kesalahan pengukuran yang
ditimbulkan oleh guncangan tangan atau pengaruh goyangan..
Gambar. 8 Statif
D. Water Pass
Pesawat water pass pada umunya terdiri dari : Teropong dengan garis
bidiknya melalui pusat lensa mata okuler dan lensa objektif, nivo dengan garis-
garis arah nivo statif sumbu teropong / sumbu I serta letak alat pengatur
lainnya berupa skrup-skrup teropong terdiri dari :
1. Teropong bernivo tetap, nivo tabung sebagai nivo pengatur vertikal dan
horizontal ketelitian tinggi 2 mm / meter.
2. Teropong bernivo yang dapat dibalik pada tempatnya sebesar 180 º .
3. Teropong bernivo koinsidensasi
4. Dan lain-lain
Syarat-syarat pesawat waterpass sebagai berikut :
1. Sumbu I teropong harus vertical garis bidik teropong harus sejajar dengan
arah garis nivo
2. Benang mendatar diafragma harus tegak lurus sumbu I teropong.
11
Gambar 8, Alat water pass
Keterangan :
1.Nivo mendatar ( nivo kotak) gunanya untuk mengatur tegak lurus teropong
vertical dengan memutar skrup A, B, dan C.
2. Skrup pengatur gerakan harus mendatar (horizontal) teropong
3. Piringan skala derajat
4. Skrup pengatur diafragma ( untuk memperjelas diafragma )
5. Lensa objektif ( teropong)
6. Bidikan kasar instrument
7. Skrup pengatur bayangan benda
8. Skrup A, B dan C untuk mengatur gelembung nivo.
a. Cara Penyetelan alat :
Ambil statif , buka pengikat serta skrup pengunci kaki tiga tersebut.
12
5. Kencangkan skrup pengunci pesawat secara hati-hati agar centring tidak
berobah.
6. Atur skrup penyetel A dan B hingga gelembung nivo berada pada posisi
sama jauh dari skrup A dan skrup B.
7. Atur skrup penyetel C hingga gelembung nivo berada ditengah-tengah skala
nivo.
8. Putar teropong secara mendatar sejauh 180º.
9. Bila gelembung nivo bergeser dari tengah-tengah skala nivo atur kembali
skrup A dan B sehingga gelembung nivo berada ditegah-tengah skala nivo.
10. Demikian seterusnya diulang kembali hingga kemanapun pesawat diputar
atau diarahkan gelembung nivo tetap berada ditengah-tengah skala nivo.
11. Pada setiap pembacaan rambu , gelembung nivo harus tetap berada
ditengah-tengah skala nivo , untuk itu kedudukan statif dan pesawat water
pass harus tidak bergoyang.
12. Tetapkan derajat nol nonius dengan memutar lingkaran luar piringan
derajat pada pertama kali pesawat digunakan.
13. Setelah penyetelan alat sudah dilakukan seperti diatas maka pengoperasian
dan pembacaan alat sudah dapat dilakukan.
E. Theodolite
Theodolite adalah alat pengukur sudut datar , sudut tegak dan juga
digunakan dalam pengukuran jarak optis/jarak taechymetri, hampir semua
theodolite yang digunakan adalah jenis transit yaitu teropong yang dapat
diputar melaliui posisi vertical dan pembacaan sudut tegak ditepatkan dikiri /
kanan lensa okuler. Pembacaan sudut terbagi dua berdasarkan letak piringan
vertical ( pada alat tertentu) skala mendatar dan skala tegak. syarat-syarat
theodolite untuk dapat dipakai dalam pengukuran adalah sebagai berikut :
13
Gmbar.9.a . Theodolite. digital
14
F. Alat pelindung diri (APD)
Alat pelindung diri adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja/ praktikum
terutama dilapangan sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan
pekerjaan itu sendiri dan orang di sekelilingnya.
15
MODUL.1
PENGUKURAN WATER PASS I (WI )
1.3.Skets Pengukuran
16
Gambar, pengukuran jarak
1.4.Prosedur Pengukuran
1. Dirikan alat waterpass diatas titik yang telah diketahui tingginya, sampai
siap alat untuk digunakan , lihat tata cara penyetelan alat ukur pada
langkah-langah kerja penyetelan pesawat water pass.
2. Ukur tinggi alat ( Ta. A) dititik A mulai dari pertengahan lensa okuler sampai
tegak luurus ke permukaan tanah.
3. Arahkan alat ukur kearah titik 1, sebagai titik awal atur skala nonius pada
posisi 00º, 00´,00.”
4. Baca dan catat benang atas (Ba) benang tengah (Bt) dan benang bawah (Bb)
sebagai control bahwa Ba+ Bb = Bt.
5. Ukur jarak A-1 dengan pita ukur untuk selanjutnya control perhitungan
dengan pengkuran jarak pita ukur ,sebagai control jarak optis harus sama
dengan jarak pita ukur.
6. Putar alat dan arahkan ke titik A-2 catat besar sudutnya lakukan pembacaan
dan pencatatan benang diafragma dan lakukan pengukuran jarak antara
titik A ke titik 2 dengan menggunakan pita ukur.
17
7. Untuk titik- titik 3 ,4 ,5, dan seterusnya dapat dilakukan seperti titik 2
sebelumnya.
8. Pindahkan alat ukur ketitk B , beritanda patok pada salah satu titk ikat
sebelumnya dengan cara membuat patok ikat.
9. Atur kembali alat waterpas seperti awal sehingga alat siap dioperasikan .
10. Ukur tinggi alat dititik B (Ta.B) kemudian arahkan alat ke titik 4 lakukan
pembacaan diafragma Ba, Bt dan Bb , impitkan nonius pada 00º,00´.00”.
ukur jarak dengan pita ukur , control kembali pengukurannya.
11. Lakukan pembidikan ke titik selanjutnya 7, 8, 9, 10 dan seterusnya sesuai
dengan langkah-langkah sebelumnya.
12. Buat tabel dan catat hasil pengukuran
Rumus :
Dimana :
1.6. Pelaporan .
18
1.7.Hasil pengukuran digambar autocad
1.8.Kesimpulan
Catatan.
Untuk memudahkan pembacaan sudut maka usahakan pesawat selalu diputar searah
jarum jam.
19
MODUL.2
PENGUKURAN WATER PASS II (WII)
2.3..Skets Pengukuran
20
2.4. Prosedur pengukuran
A. Profil Memanjang.
1. Pengukuran dibagi atas jumlah slog yang genap, buat patok/ tanda pada titik-
tittk , 1 –I, 2- II, 3- III , 4 dan 5. Letak titik IV akan ditentukan kemudian.
2. Pasang dan atur pesawat dititik I pada garis ukur ditaksir sehingga db1 =
dm1
3. Bidik pesawat ke titik 1 (belakang dan catat BA, BT dan BB).
4. Hitung jarak pesawat ketitik 1 db1 = ( BA - BB) x 100
5. Arahkan pesawat ketitik 2 , baca Ba, Bt dan BB dan hitung dm1.
6. Pindahkan alat ketitik 2 dan stel dengan baik sebelumnya ditaksir db2 =dm2
7. Pemegang rambu 1pindak ke titim 3 sedangkan pemegang rambu 2 cukup
memutar rambunya menghadap slog 2.
8. Bidikkan pesawat ketitik 2 ( Belakang ) baca Ba, Bt dan Bb dan hitung db2.
9. Bidikkan pesawat ketitik 3 ( muka ) baca Ba, Bt dan Bb dan hitung dm2.
10. Demikian seterusnya hingga ke titik IV .
21
11. Khusus slog terahkir jumlah db1 + db2 +db3 = db jumlahkan dm1m+dm2 =
dm. Ukur jarak titik 4 dan 5 yaitu db4 + db3 = db4 buat persamaan db + db4
= dm + dm4 sehingga harga db4 dan dm4 dapat dihitung. Tempatkan pesawat
dititk IV sesuai dengan jarak db4 dan dm4 tersebut.
12. Untuk pengukuran pulang analog dengan pergi.
13. Letakkan alat pada pengukuran pergi tidak boleh sama dengan letak alat
pada pengukuran pulang.
B. Profil Melintang.
A.Profil memanjang.
Tinggi titik 2 , T2 = T1 + ^t 1 – 2
Dimana :
B.Profil Melintang.
Tinggi titik-titk 1, 2, 3, 4 dan 5 adalah tinggi yang didapat dari profil memanjang .
22
Tinggi titik profil = TGB –Bt pa
Dimana :
Ketelitian Pengukuran.
Dimana :
= - 0,002 = 2 mm
S = 500 + 499 ¿ 1 km
= ± 6 mm √ 1
= ± 6 mm = - 2 mm
23
2.6. Analisa kesalahan
2.8.Kesimpulan
24
MODUL.3
PENGUKURAN WATER PASS III (WIII)
3.4.Prosedur Pengukuran
1. Tentukan titik tetap ( titik 1 dengan titik 8) yang membentuk suatu polygon
tertutup. Jangan sampai ada bangunan yang menghalangi atau menutupi
25
pada saat pengukuran dilapangan. Usahakan jarak setiap titik tidak lebih
dari 50 meter.
2. 2.Untuk mengetahui besar sudut 1 juga jarak 1 - 2 dan 1 – 8 , stel alat
ukur sehingga siap untuk digunakan dititik 1.
3. 3.Arahkan pesawat ke titik 2 atur skala nonius posisi derajat ( 0 º)
4. Arahkan pesawat ke titik 8 , lakukan pembacaan skala derajat dan baca BA,
BT dan BB ukur jarak dengan pita ukur .
5. .Untuk diketahui bahwa pembacaan BA,BT dan BB pada rambu tiik 2 dan
titik 8 tidak dicantumkan dalam tabel perhitungan , yang dicantumkan
adalah jarak optis dan jarak pita ukur .
6. Untuk mengetahui beda tingggi maka pindahkan pesawat ke slog 1
( diantara titik 1 dan 2). Stel pesawat sehingga siap untuk digunakan , taksir
letak pesawat ditengah-tengah titik 1 dan 2 (db1 = dm1) dan terletak
pada garis ukur titik 1 dan 2.
7. Arahkan pesawat ke titik 1 lakukan pembacaan Ba, Bt dan Bb kemudian
hitung db1.
8. Arahkan pesawat ke titik 2 searah jarum jam lakukan pembacaan BA Bt dan
BB dan hitung dm1.
9. .Pindahkan pesawat ketitik 2 selanjutnya analogkan dengan prosedur 2, 3,
4, dan 5.
10. .Pindahkan pesawat ke slog 2 ( diantara titik 2 dan titik 3 ) selanjutnya
analogkan dengan prosedur 6. 7 dan 8.
11. Demikian seterusnya dilakukan sehingga pengukuran kembali lagi ke titik 1
sebagai rambu muka.
12. Khusus untuk slog terakhir dalam hal ini adalah antara titik 8 dan titik 1
letak pesawat ditempatkan sedemikian rupa sehingga db = dm ingat
pengukuran water pass II.
13. Sistem perpindahan rambu untuk slog berikutnya seperti percobaan water
pass II
1. Hitung tinggi setiap titik dan buatlah hasil pengukuran , pada ( lihat
format tabel)
2. Gambarkan hasil pengukuran serta buatkan latar belakang dan hasil
kegiatan dengan skala tertentu.
3.6.Analisa kesalahan
Koreksi sudut.
Bila persamaan diatas tidak sama besar berarti ada selisih yang disebut
koreksi sudut
Karena bentuk pengukuran adalah water pass tertutup maka jumlah beda
tinggi harus nol,
Bila # 0 ini disebut koreksi beda tinggi. Koreksi beda tinggi ini dididtribusikan
merata kepada semua beda tinggi dengan catatan koreksi terbesar diberikan
kepada jarak terpanjang.
Koreksi sudut ini didistribusikan merata kepada sebanyak sudut nya. Dengan
catatan koreksi terbesar diberikan kepada sudut dengan kaki /terpendek..
3.8.Kesimpulan
27
MODUL.4
PENGUKURAN THEODOLITE I (T.I)
1. Alat Theodolite
2. Unting-unting
3. Baak ukur
4. Pita ukur
5. Jalon
6. Payung
7. Patok kayu
8. Perlengkapan APD
28
4.4.Prosedur Pengukuran
4.6.Analisa kesalahan
1. Selisih sudut biasa (B) dan luar biasa (LB) harus 180º
2. Koreksi sudut , lihat koreksi sudut pada percobaan water pass III ( WIII).
4.7.Hasil pengukuran digambar Autocad
4.8.Kesimpulan
29
MODUL5
PENGUKURAN THEODOLITE II (T.II)
1. Alat Theodolite
2. Unting-unting
3. Baak ukur
4. Pita ukur
5. Jalon
6. Payung
7. Patok kayu
8. Perlengkapan APD
5.3.Sketsa pengukuran
Utara
1. Dirikan dan stel pesawat sehingga siap untuk digunakan diatas titik 1 ( Titik
yang diketahui koordinatnya).
30
2. Arahkan objektif kearah utara hingga jarum magnit tepat menunjukkan utara
lakukan pembacaan skala derajat.
3. Bidik ke titik 2 lakukan pembacaan skala derajat juga BA, BT dan BB . kemudian
ukur jarak titik 1 – 2 dengan pita ukur sebagi konrol jarak optis maka dari
langkah-langkah diatas didapat : α1-2 ,dan : d 1-2.
4. Untuk menghitung = ß1 dan dan = d1-5 arahkan pesawat ketitik 5 lakukan
pembacaan skala derajat juga baca Ba, Bt dan Bb ukur jarak 1- 5 dengan pita
ukur sebagai control perhitungan.
5. Pindahkan pesawat ke titik 2 stel sehinggga siap untuk digunakan.
6. Arahkan objektif ketitik 3 baca skala derajat jug abaca Ba, Bt dan Bb. Ukur jarak
= d2-3 dengan pita ukur sebagai control jarak optis.
7. Arahkan objektif ketitik 1 baca skala derajat dari langkah 7 dan 8 dapat dihitung
d 2-3 dan ß2.
8. Pembacaan sudut –sudut diatas dilakukan dua kali yaitu secara biasa (B) dan
Luar biasa (LB)
9. Demikian seterusnya pesawat dipindahkan ketitik 3, 4 dan 5 dimana langkah
analog dengan pesawat diletakkan dititik 2
1. Sudut jurusαan :
31
Misal = 193º ini dikwadrant III
6. Kontrol/ koreksi
a. sudut dalam/luar :
32
Untuk sudut dalam = ∑ α =( n+2 ) 180º
b. Koreksi absis .
X akhir – X awal = ∑ Ω
Absis (fx) yang harus dididstribusikan kepada semua absis yang dihitung besarnya ,
sebanding dengan jarak.
Y akhir−¿ Y awal = ∑ Þ
Bila persamaan diatas tidak terpenuhi maka ada koreksi ordinat (f1) yang
harus ddistribusikan juga seperti halnya dengan ( fx )
d. Koreksi jarak
f1 = √ fx ² +fy ²
dimana :
33
f1 = koreksi jarak yang harus dikurangkan kepada semua jarak dengan
besarnya sebanding dengan jarak masing-masing.
Fx = koreksi absis
Fy = koreksi ordinat
5.7.Analisa kesalahan
5.8.Kesimpulan
34
MODUL6
PENGUKURAN THEODOLITE III (T.III )
1. Alat Theodolite
2. Unting-unting
3. Baak ukur
4. Pita ukur
5. Jalon
6. Payung
7. Patok kayu
8. Perlengkapan APD
35
Gambar Countur
6.4.Prosedur Pengukuran
1. Dirikan dan atur pesawat pada titik poligon 1 (titik yang sudah diketahui
ordinat dan tinggi titiknya) sehingga siap untuk digunakan.
2. Atur tinggi alat sedemikian rupa sehingga tinggi alat (TA) mempunyai
ukuran bulat misalnya 1,50 m , 1,60 m dan lain-lain.
3. Arahkan objektif kearah utara sehingga jarum jam magnetic menunjukkan
tepat kearah utara dan selatan, lakukan pembacaan skala derajat mendatar.
4. Bidik kearah polygon 2 tepatkan pembacaan Bt = TA lalukukan pembacaan
Ba, Bt dan Bb serta skala derajat mendatar dan skala derajat tegak.
5. Putar objek ke titik detail yang diperlukan misalnya: 1-a . lakukan seperti
prosedur 4.
6. Ambil data-data pada semua titik detail misalnya ;( 1-a, ) (1-,c ) dan
seterusnya seperti prosedur .5
7. .Arahkan objektif pada polygon 6 ikuti pada prosedur 4.
8. Demikian seterusnya dilakukan pembidikan terhadap titik polygon dan titik
detail dari arah utara sampai kembali kearah utara dengan searah
perputaran jarum jam.
9. Pesawat dipindahkan ke titik polygon 2 selanjutnya analog dengan prosedur
1 sampai 8.
10. Pindahkan alat ke titik piligon , 3, 4, 5 dan 6 sehingga siap untuk
melaksanakan kegiatan praktikum theodolite 3.
36
6.5..Perhitungan Data pengukuran
Misalnya koordinat titik detail 1a, 1b, 1c diambil berdasarkan titik polygon 1
yang sudah dikoreksi.
Karena bentuk pengukuran adalah polygon tertutup maka selisih beda tinggi
= 0, Bila ada koreksi beda tinggi , maka koreksi ini didistribusikan kepada
semua titik polygon dengan besar masing-masing koreksinya sebanding
dengan jarak.
5. Rumus –Rumus
α = sudut kemiringan
37
6.6.Analisa kesalahan
6.7.Hasil pengukuran
6.8.Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
38
1. Wongsotjitro,S. 2019, Ilmu Ukur Tanah, edisi revisi penerbit UGM press.
2. Ispen Sabrel 2020 “ Buku petunjukan praktikum ilmu ukur tanah” laboratorium
Ilmu ukur tanah jurusan teknik sipil Universitas Negeri Semarang .
3. Anonim, Laboratorium ukur tanah program studi teknik sipil fakultas teknik
Universitas Pembangunan Nasional
4. Hendro K, Andy H, 2012, “Ilmu Ukur Tanah, metode dan aplikasi, penerbit
DIOMA, Malang
5. Indra S. M. Surv. Sc, 1994, Pengukuran dan pemetaan pekerjaan kontruksi,
penerbit pustaka sinar harapan, Jakarta.
6. Ing D. De Ruiter; Penterjemah E. Diraatmadja, 1983, membangun mengukur dan
menentukan titik-titik di lapangan, penerbit Erlangga, Jakarta.
7. Russell C Binker; Paul R. Wolf ; Joko Walijatun, 1983, dasar-dasar pengukuran
tanah (surveying), jilid II, penerbit Erlangga, Jakarta.
8. Slamet Basuki, 2014, Ilmu Ukur Tanah, Penerbit Gajah Mada University,
Yogyakarta.
39
LAMPIRAN FROM DATA
40
CONTOH FROM DATA PENGUKURAN WATER PASS II ( WII )
PROFIL MEMANJANG
41
CONTOH FROM DATA PENGUKURAN WATER PASS II ( WII )
PROFIL MELINTANG
42
CONTOH FROM DATA PENGUKURAN WATERPASS III ( W III)
43
CONTOH FROM DATA PENGUKURAN THEODOLITE I ( T I )
44
CONTOH FROM DATA PENGUKURAN THEODOLITE II ( T II )
FX FY
45
CONTOH FROM DATA PENGUKURAN THEODOLITE III ( T III )
46
47