Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

“ILMU UKUR TANAH”

DOSEN PENGAMPU : ANITA RAHMAWATI S.ST.MT

DISUSUN OLEH KELOMPOK 8 :

ADITYA NOVAN SASONGKO 21601051036


MOHAMAD AFANDI GOTAWA 21601051037
M. RIDWAN 21601051038
YUSRIL FAHRUDIANSYAH 21601051039
FADILAH 21601051040

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia tidak akan ada henti-hentinya melakukan pembangunan, yaitu
selama bumi ini masih dihuni oleh manusia yang memiliki nalar analitis dan logis.
Pembangunan selalu berakibat perubahan di permukaan maupun kulit bumi.
Perencanaan yang didasarkan pada perhitungan yang teliti bagi pembangunan
tersebut akan mengantar manusia mendapatkan hasil yang optimal sebagai
imbalan terhadap jerih payahnya. Sebagai bagian dari perencanaan, para
perancang dan ahli perencanaan membutuhkan peta sebagai alat bahkan landasan
utama dalam membuat rencana dan rancangannya baik secara menyeluruh
maupun perbagian.
Pekerjaan kontruksi sangat erat kaitannya dengan kemampuan membuat dan
memakai peta yang dibuat oleh perencana dan pelaksanaan pembangunan.
Dengan hasil pengukuran dan pemetaan yang baik dapat diharapkan hasil
perencanaan yang baik pula.
Oleh karena itu, pengukuran dan pemetaan bidang tanah merupakan kegiatan
dasar dalam konsentrasi geomatika. Pengukuran dan pemetaan bidang tanah
adalah proses pemastian dan penggambaran letak, batas, dan luas satu atau
beberapa bidang tanah. Pengukuran, pemetaan dalam laporan praktikum ini
dilakukan dengan metode poligon. Adapun alat yang digunakan adalah Total
Station (TS) untuk pengkuran gedung dan alat penyipat datar (Waterpass) untuk
pengukuran jalan raya.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan kegiatan praktek pengukuran dan pemetaan adalah
sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat menggunakan alat sekaligus mengetahui fungsi dari alat
Total Station yang disediakan.
2. Mahasiswa dapat memperoleh data-data langsung dan juga hasil
pengukuran, serta dapat mengolah data, kemudian menggambarkan hasil
dari perhitungan.
3. Mahasiswa dapat menggambarkan garis kontur yaitu garis yang
menghubungkan titik-titik dengan ketinggian sama. Sehingga dengan garis
ini dapat mengetahui ketinggian elevasi yang diinginkan, serta juga dapat
menghitung volume galian dan timbunan.
4. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami ilmu perpetaan sehingga dapat
menerapkan teori yang diterima untuk dikembangkan dalam masyarakat
demi pemerataan pembangunan negara.
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam laporan praktikum perpetaan ini, difokuskan pada pengukuran-
pengukuran:
1. Jarak antara dua titik dan titik-titik yang lain
2. Sudut yang berarah horizontal dan vertikal
3. Elevasi/ketinggian sudut titik
Metode yang dipakai dalam pembuatan laporan yaitu dengan teknik praktek
lapangan
Sedangkan dalam laporan praktikum ilmu ukur tanah, difokuskan pada
pengukuran daerah atau ruas jalan dengan pengukuran menggunakan instrument
alat Total Station. Proses pelaksanaannya meliputi bagaimana cara memulai
pemasangan dan penyetelan alat total station, mensketsa daerah yang akan survei,
membaca angka di display yaitu didapatkan dari penembakan di prisma. Disini
kami hanya mengukur luasan di Gedung B Universitas Islam Malang

1.4 Keselamatan Kerja


Adapun keselematan kerja yang perlu diperhatikan adalah:
a. Gunakan alat sebagaimana fungsinya.
b. Bersihkan alat bila kotor setelah dipakai.
c. Jangan bergurau saat bertugas.
d. Hati-hati saat menggunakan alat Total Station
e. Lindungi pesawat dari sinar matahari langsung karena mempengaruhi fokus.
f. Gunakan helm proyek dan rompi sebagai keamanan K3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ilmu Ukur Tanah


Ilmu ukur tanah adalah cabang dari ilmu Geodesi yang khusus mempelajari
sebagian kecil dari permukaan bumi dengan cara melakukan pengukuran-
pengukuran guna mendapatkan peta. Pengukuran yang di lakukan terhadap titik-
titik detail alam maupun buatan manusia meliputi  posisi horizontal (x,y) maupun
posisi vertikal nya (z) yang diferensikan terhadap permukaan air laut rata-rata.
Agar titik-titik di permukaan bumi yang tidak teratur bentuknya dapat di
pindahkan ke atas bidang datar maka di perlukan bidang perantara antara lain :
bidang Ellipsoid, bidang  bultan dan bidang datar (untuk luas wilayah 55 km).
Dalam pengertian yang lebih umum pengukuruan tanah dapat dianggap sebagai
disiplin yang meliputi semua metoda untuk menghimpun dan melalukan proses
informasi dan data tentang  bumi dan lingkungan fisis. Dengan perkembangan
teknologi saat ini metoda terestris konvensional telah dilengkapi dengan metoda
pemetaan udara dan satelit yang berkembang melalui program- program
pertanahan dan ruang angkasa. deskripsi ilmu ukur tanah. Secara umum tugas
surveyor adalah sebagai berikut:
a. Analisa penelitian dan pengambilan keputusan. Pemilihan metoda
pengkuran, peralatan,  pengikatan titik-titik sudut dsb.  
b. Pekerjaan lapangan atau pengumpulan data, yakni melaksanakan
pengukuran dan pencatatan data di lapangan.
c. Menghitung atau pemrosesan data, yakni hitungan berdasarkan data yang
dicatat untuk menentukan letak, luas dan volume.
d. Pemetaan atau penyajian data. Menggambarkan hasil ukuran dan
perhitungan untuk menghasilkan  peta, gambar rencana tanah dan peta
laut, menggambarkan data dalam bentuk numeris atau hasil komputer.
e. Pemancangan. Pemancangan tugu dan patok ukur untuk menentukan
batas-batas pedoman dalam  pekerjaan konstruksi.
2.2 Perlengkapan Kerja dan Peralatan
Adapun alat yang digunakan dalam pengukuran poligon tertutup :
a. Total Station
Theodolit digital(Total Station) adalah salah satu alat ukur tanah yang
digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut
tegak.

Operasionalisasi total starion prinsipnya sama dengan theodolit pada


umumnya, bedanya hanya pada tayangan angka bacaan lngkaran horizontal dan
penggerak halusnya, tidak mempunyai limbus. karena bacaan lingkaran secara
digital, maka tidak ada bacaan yang diestimasi sebagimana pada skala garis. sudut
horizontal dapat diukur kearah kanan maupun kiri, bacaat sudut dapat dilihat pada
layer display monitor, layer ini ada yang dua muka sehingga memudahkan
pembacaan, namun adapula yang hanya satu saja. bacaan lingkaran vertical bias
berupa helling/sudut vertical adapula sudut zenith, adapula yang dapat diatur sesui
selera operator.
Total station dapat digunakan dari beberapa bagian yang terdiri atas :
1. Aplikasi
Total station banyak digunakan dalam pemetaan lahan, seperti pemetaan
topografi untuk konstruksi jalan dan bangunan. Total station juga digunakan di
situs arkeologi untuk mengukur kedalaman penggalian, dan oleh kepolisian
untuk melakukan investigasi tempat kejadian perkara.
2. Pertambangan
Total station banyak digunakan dalam pemetaan kawasan pertambangan.
Teknologi ini dapat digunakan di dalam tambang tertutup untuk mengukur
kedalaman dan jarak tambang dari permukaan dan mulut tambang, juga
kedalaman penggalian pada tambang terbuka.
3. Konstruksi
Total station yang digunakan dalam bidang konstruksi umumnya untuk
melakukan pengukuran lokasi pembangunan sebelum dilakukan perataan tanah
dan peletakan pondasi, juga mengukur tingkat kemiringan dan kerataan lantai
yang dikehendaki serta posisi bangunan tertentu terhadap bangunan lainnya.
Selain itu, pemasangan perpipaan dan kabel juga membutuhkan teknologi ini;
terutama perpipaan untuk meningkatkan efisiensi pemompaan fluida
Adapun rekomendasi dari pemakaian alat total station tersebut yaitu:
a. Total Station sebaiknya digunakan untuk pengukuran tata batas baru, baik itu
tata batas hutan maupun tata batas dengan pihak ketiga seperti halnya pinjam
pakai dan tukar menukar kawasan hutan.
b. Total Station sebaiknya digunakan untuk pengukuran berulang (contoh :
rekonstruksi batas kawasan hutan).
Keterangan dari masing-masing tombol pada alat total station adalah sebagai

Gambar 1. Total station


Sumber: https://vancivil.blogspot.com/2016/01/fungsi-total-station-dan-cara-
dkerjanya.htm- diakses pada tanggal 3 juli 2018 pada pukul 18.30

Berikut Fungsi masing-masing bagian pada alat total station tersebut ialah sebagai
berikut:
a. Teropong/teleskop, untuk membaca pada masing-masing titik.
b. Alat bantu bidik, untuk membidik kasar pada saat sebelum pembacaan titik.
c. Nivo tabung, untuk mengatur kestabilan alat total station.
d. Operation key, untuk mengunci alat agar tidak terjadi pergeseran pada saat
pembacaan titik.
e. Center point, untuk mengatur titik pusat alat yang sejajar dengan patok/titik.
f. Nivo kotak, untuk menormalkan kedudukan alat total station sebelum
melakukan pembacaan
g. Batu baterai, untuk membatu saat megaktifkan total station
h. Sekrup gerak vertical, untuk mengatur arah vertical pada saat pembacaan
titik
i. Sekrup gerak horizontal, untuk mengatur arah horizontal pada saat
pembacaan titik
j. Display windows, untuk melihat dari hasil pembacaan titik
k. Tiga sekrup penyetel, untuk mengatur letak posisi nivo yang ada pada total
station
Mendukung kedua teknologi prisma berbasis dan reflectorless Anda dapat
yakin pengukuranberulang akurat sepanjang hari untuk titik apapun.Pengukuran
jarak yang cepat dan fleksibel dengan seri Nivo M. Gunakan MSR1 & MSR2
kunci untuk mengkonfigurasi secara terpisah prisma yang berbeda atau parameter
pengukuran reflectorless, menghilangkan waktu mempesonakan limbah antara
mode pengukuran.
Penggunaan Total Station pada umumnya sama dengan penggunaan pada
Theodolite hanya saja kita perlu mengerti fungsi tombol tombol tambahan dari
Total Station tersebut yang setiap merk berbeda beda.
Tujuan penggunaan TS, antara lain :
a) Upaya mengurangi kesalahan (dari manusia) Contohnya adalah kesalahan
pembacaan dan kesalahan pencatatan data
b) Aksesibilitas ke sistem berbasis komputer
c) Mempercepat proses
d) Memberikan kemudahan (ringkas)
Adapun kendala atau kekurangannya antara lain :
a) Adanya ketergantungan terhadap sumber tegangan
b) Ketergantungan akan kemampuan sumber daya manusia yang ada
c) Biayanya lebih mahal daripada alat konvensional biasa
Centring Alat TS
1. Dirikan statif di atas titik, ketinggian disesuaikan dengan pembidik atau
pengukur
2. Pasang TS di atas statif kemudian putar sekrup pengunci pada statif
3. Angkat dan gerakkan 2 kaki statif sambil melihat titik patok melalui
centering optik sampai benang centering mendekati titik patok
4. Apabila benang centering sudah mendekati titik patok, tancapkan kembali 2
kaki statif yang diangkat tadi
5. tur nivo tabung dengan cara menaik-turunkan kaki statif
6. Setelah nivo tabung tepat ditengah, atur nivo kotak dengan memutar 3
sekrup A,B,C secara secara searah dan bersamaan sampai gelembung udara
nivo kotak tepat di tengah lingkaran
7. Kemudian, cek kembali apakah benang centering optik masih tepat berada
pada prisma BM.
Untuk kepentingan kerangka dasar, titik-titik poligon tersebut harus diketahui
atau ditentukan posisi atau koordinatnya.

a. Statif

Gambar 2. Statif

Sumber : https://www.technogis.co.id/list-perlengkapan-untuk-survey-dan-
pemetaan-topografi/-diakses pada tanggal 3 juli 2018 pada pukul 19.03
Statif digunakan untuk menempatkan pesawat theodolit saat melakukan
praktek pembacaan sudut. Statif ini umumnya berkaki tiga dan terbuat dari
alumunium.

b. Roll Meter
Gambar 3. Roll Meter
Sumber: https://www.technogis.co.id/list-perlengkapan-untuk-survey-dan-
pemetaan-topografi/- diakses pada tanggal 3 juli 2018 pada pukul 19.20

Roll meter ini digunakan untuk mengukur jarak antar titik dan juga untuk
mengukur tinggi alat. Roll meter yang digunakan memiliki panjang 50
meter.

c. Prisma ADS/Polygon Topcon

Gambar 4. Prisma

Sumber:https://www.google.co.id/search?q=gambar+prisma+pemetaan – diakses
pada tanggal 3 juli 2018 pada pukul 19.50

Prisma adalah target total station dalam menentukan sudut dan jarak.
Prisma ADS / Polygon didudukkan dengan menggunakan statif atau
jalon.

d. Pole Stick Prisma / Jalon


Gambar 5. Jalon

Sumber: https://www.technogis.co.id/list-perlengkapan-untuk-survey-dan-pemetaan-
topografi/- diakses pada tanggal 3 juli 2018 pada pukul 20.06

Pole stick prisma / jalon adalah alat bahan aluminium berfungsi untuk
penyangga prisma.

e. Payung

Gambar 6. Payung

Sumber: https://www.technogis.co.id/list-perlengkapan-untuk-survey-dan-pemetaan-
topografi/ - diakses pada tanggal 3 juli 2018 pada pukul 20.29

Payung digunakan untuk melindungi pesawat theodolit dari sinar


matahari dan hujan, agar pada saat pembacaan sudut tidak mengalami
kesalahan akibat silau dari sinar matahari.

f. Paku Payung

Gambar 7. Payung

Sumber : https://www.gambar –paku-payung.com – diakses pada tanggal 3 juli 2018


pada pukul 21.0da pukul 21.09
Paku payung digunakan sebagi patok yang merupakan titik sudut yang
akan diukur .

2.3 Macam-Macam Poligon

Adapun macam-macam poligon, antara lain:


a. Atas dasar titik ikat:
1. Poligon terikat sempurna : poligon yang ujung-ujungnya terikat
pada dua titik yang diketahi koordinatnya.
2. Poligon terikat sepihak: poligon yang salah satu titik ujungnya
terikat atau diketahui koordinatnya.
3. Poligon bebas: poligon yang ujung-ujungnya tidak terikat.
b. Atas dasar bentuk:
1) Poligon Terbuka: poligon yang ujungnya tidak saling bertemu
satu dengan yang lain,
2) poligon tertutup: poligon yang ujungnya saling bertemu (titik
awal dan titik ahir menjadi satu) dan membentuk suatu loop atau
kring,
3) poligon cabang: poligon yang merupakan cabang dari poligon
yang lain.
c. Atas dasar hirarki dalam pemetaan :
1) poligon yang utama : poligon yang koordinat titik-titiknya
diperoleh langsung dari penentuan koordinat titik local atau
diikatkan langsung melaui pengukuran dari titik kontrol terdekat.
2) cabang: poligon yang koordinat titik-titiknya diikatkan dari
poligon utama.
Gambar 8 . Poligon

Sumber : https://www.gambar –poligon-survey-dan-pemetaan – diakses pada tanggal 3 juli


2018 pada pukul 21.0da pukul 21.29

2.4 Mengukur Sudut Horizontal dan Vertikal


1. Sentering alat di titik A dan target polygon di titik B & C
2. Hidupkan alat dengan menekan tombol POWER

3. Bidik target B, set 0 bacaan horizontal [F1] OSET)


4. Bidik target C, maka sudut horizontal BAC (a) dan vertical akan
ditampilkan di layar

2.5 Pengukuran Jarak


1. Sentering alat di titik A dan target di titik B
2. Hidupkan alat dengan menekan tombol POWER
3. Bidik target B, masuk ke mode pengukuran ( )

4. Untuk mengukur jarak ke target lain, bidik target, tekan [F1] MEAS
5. Kembali ke mode pengukuran sudut, tekan tombol ANG
BAB III
METODOLOGI

3.1 Langkah Pengukuran


Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan kegiatan
pengukuran adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan catatan, mendaftar pengukuran dan membuat sket lokasi areal
yang akan diukur.
2. Menentukan patok/paku pada titik-titik yang akan dibidik.
3. Mendirikan pesawat di atas titik P1 dan melakukan penyetelan alat sampai
didapat kedataran.
4. Mendirikan prisma di atas titik P2 dan melakukan penyetelan alat sampai
didapat kedataran lalu arahkan prisma ke pesawat.
5. Mendirikan jalon prisma di atas titik yang belum diketahui (Px).
6. Bidik prisma di titik B, tekan pada [F1] / 0 set sehingga titik B menjadi
sudut awal, kemudian baca dan catat Sudut, Jarak dan Elevasinya.
7. Bidik prisma di titik yang belum diketahui (Px), kemudian tekan F1 /
[MEAS] dan catat Jarak, Sudut, dan Elevasinya.
8. Pindahkan jalon ke pojok gedung atau sudut gedung lalu arahkan prisma
yang di jalon ke pesawat.
9. Bidik prisma di jalon prisma, kemudian tekan F1 / [MEAS] dan catat Jarak,
Sudut, dan Elevasinya.
10. Bidikkan pesawat ke arah utara (Azimuth) dengan kompas dan kunci,
kemudian tekan F1 / [MEAS] dan catat Sudut.
11. Pindahkan pesawat dari titik P1 ke titik P2.
12. Dengan cara yang sama, lakukan pada titik-titik poligon berikutnya hingga
kembali lagi ke titik P1.
13. Melakukan perhitungan sudut pengambilan, sudut azimuth dan koordinat
masing-masing titik.
14. Menggambar hasil pengukuran dan perhitungan. Mencatat semua hasil
bacaan dan menghitung sudut azimuth.
BAB IV
PENGOLAHAN DATA

4.1 Hasil dan Pembahasan


4.1.1 Perhitungan Poligon

Gambar 1 Sketsa Area Poligon Tertutup

Sumber :Hasil Pengukuran – diakses pada tanggal 5 juli 2018 pada pukul 19.08

a. Perhitungan jarak

Data-data perhitungan jarak yang didapatkan pada praktikum ini


menggunakan metode pengukuran jarak tidak langsung, yaitu dengan
memanfaatkan fitur EDM (Electronic Distance Measure) yang terdapat pada
Total Station Topcon GTS-250. Adapun total jarak antar titik-titik poligon
adalah sebagai berikut :

DP1-P4 =d1 + d2 + d3 + d4+d5


= 68,632m + 24,564 m + 62,698 m + 83,627 m + 87,020 m
= 326,541 m

b. Perhitungan sudut

Dari sket poligon diatas terlihat bahwa hasil pengukuran sudut menggunakan
alat Total Station merupakan sudut dalam, karena jalur pengukuran adalah searah
jarum jam. Berikut hasil pengukuran sudut di tiap-tiap titik :

TITIK SUDUT DALAM (β)

º ' " desimal


         
P1 86 17 23 86,3
         
P2 119 53 49 119,896
         
P3 157 45 37 157,76
         
P4 84 42 39 84,71
         
P5 91 22 54 91,38

Jumlah sudut yang seharusnya (secara geometris) memenuhi persamaan :

β0 = ( n ± 2 ) * 180º
= ( 5 ± 2 ) * 180º
= 540º
Sedangkan jumlah sudut horizontal hasil pengukuran (β) adalah 540°2’22”. Jadi
besar kesalahan sudut dalam horisontalnya :
f(β) = β- β0
= 540°2’22”- 540º
=0º2’22”
Lalu, besar koreksi untuk tiap sudutnya adalah :
f (β)
kβ =
jumlahtitik ( n)
0 , 040
=
5
= 0,008
Sehingga sudut horizontal setelah koreksi menjadi :
βn’ = βn ± kβ ...................

TITI SUDUT LUAR (β) KOREKSI SUDUT LUAR


K SUDUT (K TERKOREKSI (β')
º ' " desimal º ' " desimal
β)
                   
P1 86 17 23 86,3 0,008 86 17 27,6 86,291
                   
P2 119 53 49 119,896 0,008 119 53 13,2 119,887
                   
P3 157 45 37 157,76 0,008 157 45 3,6 157,751
                   
P4 84 42 39 84,71 0,008 84 42 3,6 84,701
         
P5 91 22 54 91,38 0,008 91 22 15,6 91,371

c. Perhitungan Azimuth

Untuk menghitung sudut azimuth tiap-tiap titik poligon, diperlukan sebuah


azimuth awal. Pada pengukuran ini, sudut azimuth awal yang digunakan adalah
azimuth P1-P2 (α1-2) yang diperoleh menggunakan kompas sebesar 215°27’50”.
Formula yang digunakan untuk menghitung azimuth adalah :

αn = αn-1 ±βn’± 180º....................

Maka,
 Azimuth P2-P3 (α2-3)
α2-3 = α1-2 - β2’+ 180º
= 215°27’50” -119°53’49” + 180°
= 275°34’1”

 Azimuth P3-P4 (α3-4)


α3-4 = α2-3 - β3’+ 180º
= 275°34’1”-157°45’37”+ 180°
= 297°48’24”

 Azimuth P4-P5 (α4-5)


α4-5 = α3-4 - β4’+ 180º
= 297°48’24” -84°42’39”+ 180°
= 393°5’45”

 Azimuth P5-P1 (α5-1)


Α5-1 = α4-5- β5’+ 180º
= 393°5’45” -91°22’54”+ 180°
= 481°42’51”
Dengan menggunakan rumus yang sama, dilakukan perhitungan kembali
azimuth P1-P2, maka :
α1-2 = α5-1 - β1’+ 180º
= 481°42’51” -86°17’23” + 180°
= 575°25’28”
Karena perputaran sudut 0o = 360o maka nilai dari azimuth perhitungan
menghasilkan sudut yang sama dengan azimuth awal, yang digunakan titim acuan
penentuan azimuth tiap titik polygon. Sehingga mengindikasikan bahwa koreksi
kesalahan sudut telah dilakukan dengan benar.

d. Mencari HargaΔx
Δx P1 = 68,632 m x Sin 215° 27’ 50” = - 39,82 m
Δx P2 = 25,564 m x Sin 275° 3’ 41” = - 25,46 m
Δx P3 = 62,698 m x Sin 297° 48’ 24” = - 55,46 m
Δx P4 = 83,627 m x Sin 393° 5’ 45” = 45,66 m
Δx P5 = 87,020 m x Sin 481° 42’ 51” = 74,03 m

e. Mencari Koreksi Δx
Rumus : Koreksi = ∑ Δx : n
Koreksi = - 1,05 : 5 = - 0,21

f. Mencari Harga Δx Sesudah Koreksi


Rumus : Δx’ = Δx Sebelum Koreksi - Koreksi
Δx’ P1 = - 39,82 + 0,21 = - 39,61
Δx’ P2 = - 25,46 + 0,21 = - 25,25
Δx’ P3 = - 55,46 + 0,21 = - 55,25
Δx’ P4 = 45,66 + 0,21 = 45,87
Δx’ P5 = 74,03 + 0,21 = 74,24

g. Mencari Harga Δy Sebelum Koreksi


Rumus : Δy = Jarak x Cos α
Δx P1 = 68,632 m x Cos 215° 27’ 50” = - 55,90 m
Δx P2 = 25,564 m x Cos275° 3’ 41” = - 2,26 m
Δx P3 = 62,698 m x Cos 297° 48’ 24” = 29,25 m
Δx P4 = 83,627 m x Cos393° 5’ 45” = 70,06 m
Δx P5 = 87,020 m x Cos 481° 42’ 51” = - 45,74 m

h. Mencari Koreksi Δy
Rumus : Koreksi = ∑ Δy : n
Koreksi = -4,59 : 5
Koreksi = -0,918

i. Mencari Harga Δy Sesudah Koreksi


Rumus : Δy’ = Δy Sebelum Koreksi - Koreksi
Δy’P1 = - 55,90 + ( -0,918 ) = - 56,818
Δy’P2 = - 2,26 + ( -0,918 ) = - 3,178
Δy’P3 = 29,25 + ( -0,918 ) = 28,332
Δy’P4 = 70,06 + ( -0,918 ) = 69,142
Δy’P5 = - 45,74 + ( -0,918 ) = - 46,658

2 Perhitungan Luas Poligon dan Bangunan

Gambar 2 Sketsa Luasan Area

Sumber :Hasil Pengukuran – diakses pada tanggal 5 juli 2018 pada pukul 19.30

▲1 ▲2 ▲3 ▲4 ▲5

a = 78,49 a= 38,49 a=107,59 a=107,59 a=100,03


b = 71,89 b=70,12 b=87,4 b=100,03 b=83,72

c = 33,76 c=34,07 c=68,63 c=24,56 c=62,7

Menghitung luas dengan teorema Heron

1) Luas bangunan (titik) = luas segitiga I + luas segitiga II


Luas segitiga I
S= ½ x keliling segitiga I
= ½ x (78,49 + 71,86 + 33,76)
= ½ x 184,11
= 92,055 m

L1 = (S x (( S-a) x (S-b) x (S-c)1/2


= 92,055 x ((92,055-78,49) x (92,055-71,89) x (92,055-33,76)1/2
= (92,055 x (13,565 x 20,165 x 58,295 )1/2
= 1211,569 m2

2) Luas segitiga II
S= ½ x keliling segitiga II
= ½ x (78,49 + 70,12 + 34,07)
= ½ x 182,68
= 91,34 m

L2 = (S x (( S-a) x (S-b) x (S-c)1/2


= 91,34 x ((91,34 -78,49) x (91,34 -70,12) x (91,34 -34,07)1/2
= (91,34 x (12,85 x 21,22 x 57,27 )1/2
= (91,34 x 15579,754)1/2
= 1192,918 m2

Jadi luas dari segitiga I dan segitiga dua adalah

Rumus : L = L1 + L2

= 1211,569 + 1192,918

= 2404,487m2
a. Perhitungan Luas Poligon

Menghitung Luas Daerah/Area

Luas Segitiga III

S = ½ x keliling segitiga III

= ½ x (107,59+87,4+68,63)

= ½ x (263,62)

= 131,81 m

LIII = ( S x (( S-a) x (S – b) x ( S- c ) 1/2

= (131,81 ((131,81-107,59) x (131,81-87,4) x (131,81x68,63)1/2

= (131,81 ((24,22 x 44,41 x 68,18 )1/2

= 3109,067 m2

Luas Segitiga IV

S = ½ x keliling segitiga IV

= ½ x (107,59+100,03+24,58)

= ½ x (232,3)

= 116,1 m

Luas IV = ( S x (( S-a) x (S – b) x ( S- c )1/2

= (116,1 ((116,1 -107,59) x (116,1-100,03) x (116,1 x24,58)1/2

= (116,1 ((8,51x 16,07 x 91,52 )1/2

= (116,1 x 12515,881)1/2

= 1205,443 m2

Luas Segitiga V

S = ½ x keliling segitiga V
= ½ x (100,03+83,72+62,71)

= ½ x (246,45)

= 123,225 m

Luas V = ( S x (( S-a) x (S – b) x ( S- c ) 1/2

=(123,225((123,225-100,03)x(123,225-83,72)x(123,225x62,71)1/2

= (123,225((23,175 x 39,505 x 60,525 )1/2

= (123,225 x 55460,175)1/2

= 2614,207 m2

Anda mungkin juga menyukai