Anda di halaman 1dari 36

PROGRAM DIPLOMA SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah - Nya sehingga kami selaku mahasiswa - mahasiswi
DiplomaSipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah PEMETAAN 1 ini. Segala hambatan dan rintangan yang kami
alami dalam proses penyusunan makalah ini telah menjadi sebuah pelajaran bagi kami
untuk meningkatkan kinerja dan kesolidaritasan kelompok kerja sehingga makalah ini
diharapkan dapat menjadi makalah yang baik.

Keberhasilan penyusunan makalah ini merupakan kinerja keras kelompok kami yang
tentunya tidak lepas dari pengarahan beberapa pihak. Tidak lupa kami menyampaikan
terima kasih kepada Ibu/Bapak dosen.
Kami harapkan makalah ini dapat membantu para pembaca untuk mengerti tentang
teknik pengukuran. Selain itu kami harap makalah ini dapat menjadi jendela kecil bagi
kalangan pembaca lebih luas untuk mengetahui tentang teknik pengukuran. Tetapi kami
juga menyadari bahwa kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa, untuk itu
kami selalu menerima kritik dan saran membangun bagi majunya makalah ini.

Surabaya, 20 november 2014

Penulis

PEMETAAN 1| BAB III 1


METODOLOGI
PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................1
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………………………………………………..……2

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................3
1.2 Tujuan dan Manfaat................................................................................................................3
1.3 Waktu Pengukuran.................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................................5
2.1 Kerangka Kontrol Horisontal (KKH)..........................................................................................5
2.2 Metode Pengukuran................................................................................................................5
2.2.1 Definisi Poligon………………………………………………………….…………………………………………………..8
2.2.2 Jenis-Jenis…………………………………………………………….………………………………………………………..9
2.2.3 Metode Pengukuran dan Perhitungan …………………….…………………………………………………..11
2.3 Tachimetri ……………………………………………………………………………………………………………………….13
2.3.1 Definisi …….………………………………………………………..…………………………………………………………13
2.3.2 Tujuan Pengukuran Titik Titik Detail Metode Tachimetri ……………………………………………..13
2.3.4 Metode Pengukuran dan Perhitungan ………………………….………………………………………..……14
BAB III METODOLOGI...........................................................................................................................17
3.1 Survey Lapngan …………………………………………………………………………………………………………………17
3.2 Pelaksanaan Pengukuran …………………………………………………………………………………………………..18
3.3 Langkah Kerja ……………………………………………………………………………………………………………………28
3.3.1 Poligon …………………………………………………………………………………………………………………………28
3.3.2 Tachimetri ……………………………………………………………………………………………………………………29
3.4 Keselamatan Kerja …………………………………………………………………………………………………………….29
BAB IV HASIL PENGUKURAN POLIGON DAN TACHIMTERI…………………………………………………………..……30

BAB V PENUTUP ………………………………………………………………………………………………………………………………32

LAMPIRAN ………………………………………………………………………………………………………………………………………33

PEMETAAN 1| BAB III 2


METODOLOGI
PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu ukur tanah (Pemetaan 1) merupakan ilmu terapan yang mempelajari dan
menganalisis bentuk topografi permukaan bumi beserta obyek-obyek di atasnya untuk
keperluan pekerjaan-pekerjaan konstruksi. Ilmu Ukur Tanah menjadi dasar bagi beberapa
mata kuliah lainnya seperti rekayasa jalan raya, irigasi, drainase dan sebagainya. Dalam
kegiatan hibah pengajaran ini. Misalnya semua pekerjaan teknik sipil tidak lepas dari
kegiatan pengukuran pekerjaan konstruksi seperti pembuatan jalan raya, saluran drainase,
jembatan, pelabuhan, jalur rel kereta api dan sebagainya memerlukan data hasil
pengukuran agar konstruksi yang dibangun dapat dipertanggung jawabkan dan terhindar
dari kesalahan konstruksi.
Untuk memperoleh hasil pengukuran yang berkualitas baik,dan murah dari segi biaya
serta tepat waktu dari segi kesesuaian dengan spesifikasi teknis maka diperlukan metode
pengukuran yang tepat dan peralatan ukur yang tepat pula. Pengukuran dengan
menggunakan waterpas, theodolit, total station dan sebagainya harus menghasilkan data
yang dapat dipertanggungjawabkan.
Pengukuran titik detil tachimetri adalah suatu pemetaan detil lengkap (situasi) yaitu
pengukuran dengan menggunakan prinsip tachimetri (tacheo artinya menentukan posisi
dengan jarak) untuk membuat peta yang dilengkapi dengan data-data koordinat
planimetris (X,Y) dan koordinat tinggi (Z). Atau membuat peta situasi secara menyeluruh
dari permukaan bumi.

1.2 Tujuan
Praktikum Poligon dan Tachimetri ini bertujuan agar:
1. Mahasiswa mampu memahami arti Kerangka Kontrol Horisontal, terutama
Poligon.
2. Mahasiswa mampu memahami jenis, cara kerja, dan kegunaan dari masing-
masing komponen theodolithe.
3. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran sudut-sudut, jarak dan azimuth dalam
suatu kerangka poligon.
PEMETAAN 1| BAB III 3
METODOLOGI
PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

4. Mahasiswa mampu dan terampil melakukan pengukuran, menghitung dan


melakukan koreksi dari suatu pengukuran poligon.
5. Mahasiswa mampu menentukan koordinat titik-titik yang belum diketahui
koordinatnya dari titik-titik yang telah diketahui koordinatnya.
6. Mahasiswa mampu memahami definisi Detail Situasi dan Tachimetri.
7. Mahasiswa mampu membuat sebuah detail situasi dari sebuah kerangka poligon.
8. Mahasiswa mampu menggambarkan detail dan kondisi wilayah dari suatu
kerangka poligon yang telah dibuat.

1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum Poligon dan Tachimetry

1. Mahasiswa memahami arti pengukuran situasi.

2. Mahasiswa mengetahui pengertian kerangka kontrol horizontal

3. Mahasiswa mengerti dan memahami cara pengukuran dengan poligon.

4. Mahasiswa mengetahui dan memahami cara pengukuran tachimetri

5. Mahasiswa dapat terampil dalam melakukan perhitungan dan melakukan


koreksi dari setiap pengerjaan pengukuran situasi.

6. Mahasiswa dapat melakukan penggambaran dari hasil perhitungan data.

1.3 Waktu Pengukuran


Pengukuran poligon : 17 November 2014 pada pukul 10.00 s.d selesai
Pengukuran tachymetri : 24 November 2014pada pukul 10.00 s.d selesai

PEMETAAN 1| BAB III 4


METODOLOGI
PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Kontrol Horisontal (KKH)
Kerangka Kontrol Horisontal (KKH) merupakan kerangka dasar pemetaan yang
memperlihatkan posisi horisontal (X,Y) antara satu titik relatif terhadap titik yang lain di
permukaan bumi pada bidang datar. Untuk mendapatkan posisi horisontal dari KKH dapat
digunakan banyak metode, salah satu metode penentuan posisi horisontal yang sering
digunakan adalah metode poligon. Metode poligon digunakan untuk penentuan posisi
horisontal banyak titik dimana titik yang satu dan lainnya dihubungkan dengan jarak dan
sudut sehingga membentuk suatu rangkaian sudut titik-titik (polygon). Pada penentuan posisi
horisontal dengan metode ini, posisi titik yang belum diketahui koordinatnya ditentukan dari
titik yang sudah diketahui koordinatnya dengan mengukur semua jarak dan sudut dalam
poligon.

2.2 Metode Pengukuran


Untuk mendapatkan Kerangka Kontrol Horisontal (KKH) ada beberapa cara,
yaitu sebagai berikut:
a) Poligon
Untuk menentukan posisi titik yang belum diketahui koordinat dari titik yang
sudah diketahui koordinatnya, semua jarak dan sudut dalam polygon di ukur.
b) Perpotongan Kemuka
Koordinat suatu titik dicari dari dua buah titik tetap yang telah diketahui,
kemudian diukur sudut dan jarak dari titik tetap kearah titik yang akan dicari
koordinatnya.

C ( ?)

dBC

dAC

α β

PEMETAAN 1| BAB III 5


METODOLOGI
PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

A(Xa;Ya) B (Xb;Yb)

c) Perpotongan Kebelakang
Minimum dibutuhkan tiga buah titik tetap, alat ukur sudut diletakkan pada titik
yang akan dicari koordinatnya. Dari titik tersebut diukur masing-masing sudut dan
jarak antar titik dari data tersebut koordinat titik akan didapatkan.

D (?)

α β dCD

dAD dBD C (Xc;YC)

A(Xa;Ya) B (Xb;Yb)

d) Triangulasi
Untuk menentukan posisi horizontal dari suatu titik dengan metode
Triangulasi, semua sudut dalam segitiga harus diukur dan satu basis/sisi segitiga harus
diketahui.

Y U

α AB B

Ya β1 C E

Xa X

PEMETAAN 1| BAB III 6


METODOLOGI
PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

e) Trilaterasi
Semua sisi dari segitiga harus diukur jaraknya untuk mendapatkan posisi
horizontal dari suatu titik. Jadi jarak setiap sisi segitiga diukur sehingga membentuk
rangkaian segitiga-segitiga.
f) Triangulaterasi
Semua sisi dan jarak dari segitiga harus diukur untuk mendapatkan posisi
horizontal suatu titik.
Sedangkan untuk mendapatkan Kerangka Kontrol Vertikalada beberapa cara,
yaitu sebagai berikut:
1. Cara Polar
Di bedakan menjadi 2 macam :

1. Dengan argument azimuth magnetis dan jarak.


2. Dengan menggunakan sudut dan jarak.
2. Trilaterasi
Semua sisi dari segitiga harus diukur jaraknya untuk mendapatkan posisi

horizontal dari suatu titik. Jadi jarak setiap sisi segitiga diukur sehingga

membentuk rangkaian segitiga-segitiga.


PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

2.2.1 Definisi Poligon

Gambar 1 Contoh Gambar Pengukuran Poligon

http://ilmu-civil1001.blogspot.com/p/pengukuran-poligon-tertutup-terikat.html

Poligon berasal dari kata poli yang berarti banyak dan gonos yang berarti
sudut. Secara harfiahnya, poligon berarti sudut banyak. Namun arti yang sebenarnya
adalah rangkaian titik-titik secara berurutan sebagai kerangka dasar pemetaan.
Sebagai kerangka dasar, posisi atau koordinat titik-titik poligon harus
diketahui atau ditentukan secara teliti. Karena akan digunakan sebagai ikatan detil,
pengukuran poligon harus memenuhi kriteria atau persyaratan tertentu.

2.2.2 Manfaat Pengukuran dari Praktikum Poligon adalah:


 Dapat memahami arti Kerangka Kontrol Horisontal, terutama Poligon.
 Dapat memahami jenis, cara kerja, dan kegunaan dari masing-masing komponen
theodolit.
 Dapat melakukan pengukuran sudut-sudut, jarak dan azimuth dalam suatu kerangka
poligon dengan baik dan sesuai prosedur.
 Dapat dengan mudah dan terampil melakukan pengukuran, menghitung dan
melakukan koreksi dari suatu pengukuran poligon.
PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

 Dapat menentukan koordinat titik-titik yang belum diketahui koordinatnya dari titik-
titik yang telah diketahui koordinatnya.

2.2.2 Jenis-Jenis
 Menurut Bentuknya, poligon dibagi menjadi 3 ialah:
a. Poligon Terbuka adalah suatu poligon yang titik awal dan titik akhirnya
merupakan titik yang berlainan (tidak pada satu titik)

Gambar2. Poligon Terbuka

http://ilmu-konstruksi.blogspot.com/2013/01/pengukuran-kerangka-dasar-horizontal.html

b. Poligon Tertutup (Poligon Kring) adalah suatu poligon yang titik awal dan titik
akhirnya bertemu pada satu titik yang sama. Pada poligon ini, walaupun tanpa
ikatan sama sekali koreksi sudut dan koordinat tetap dapat dilakukan mengingat
titik awal dan titik akhirnya pada titik yang sama.
PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Gambar3. PoligonTertutup

http://ilmu-konstruksi.blogspot.com/2013/01/pengukuran-kerangka-dasar-horizontal.html

c. Poligon Bercabang adalah suatu poligon yang dapat mempunyai simpul satu atau
lebih titik simpul, yaitu titik dimana cabang itu terjadi. Cabang ini biasanya
terbuka, tetapi dapat juga cabang itu menutup pada cabang yang lain.
PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Gambar 4.Poligon Bercabang

http://ilmu-konstruksi.blogspot.com/2013/01/pengukuran-kerangka-dasar-horizontal.html

d. Poligon Kombinasi adalah perpaduan antara poligon terbuka dan poligon tertutup.
PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Gambar 5. Poligon Kombinasi

http://sibujang6.blogspot.com/2013/10/poligon.html

 Menurut Titik Ikatnya


a Poligon Terikat Sempurna
Suatu poligon yang terikat sempurna dapat terjadi pada polygon tertutup
atau terbuka, suatu titik dikatakan sempurna sebagai titik ikat apabila diketahui
koordinat dan jurusannya atau azimuthnya minimum 2 buah titik ikat dan
tingkatnya berada di atas titik yang dihasilkan
 Poligon tertutup terikat sempurna, apabila yang terikat oleh azimuth dan
koordinat
 Poligon terbuka terikat sempurna, apabila masing-masing ujungnya terikat
azimuth dan koordinat
b Poligon Terikat Tidak Sempurna
Dapat terjadi pada polygon tertutup ataupun terbuka, dikatakan titik ikat
sempurna apabila titik ikat tersebut diketahui koordinatnya atau hanya jurusannya
atau azimutnya.

2.2.3 Metode PengukurandanPerhitungan


Poligon disini merupakan kumpulan titik-titik yang terhubungkan dalm suatu
garis khayal. Dalam penentuan koordinat titik satu ke titik lain, pekerjaan pengukuran
harus meliputi:
1 Koordinat titik awal awal/akhir
Koordinat ini bisa diketahui dari pengukuran-pengukuran sebelumnya atau
ditentukan sembarang.
2 Azimuth awal/akhir
PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Azimuth dapat ditentukan dari perhitungan koordinat yang sudah ada,


pengamatan astronomi (bintang/matahari) ataupun pengukuran dengan
mengguakan teodolit kompas.
3 Jarak
Pengukuran jarak merupakan data yang diperoleh dari lapangan, dapat
dilakukan dengan cara manual (menggunakan pita ukur). Usahakan dalam
pengukuran jarak pita ukur dalam posisi sedater mungkin.
4 Sudut dalam
Pengukuran sudut ini menggunakan alat ukur teodolit dengan arah putaran alat
sebaiknya searah dengan arah jarum jam
Prinsip perhitungan poligon yaitu :
1 Perhitunganbesarkoreksisudut

fß= (αakhir - αawal)+(Σß)+n.180°


Keterangan :
fß = koreksisudutdalam
α = azimuth
Σß = jumlahsudutdalam
n = banyakpengukuransudut
2 Perhitungansudutdalamterkoreksi
ßi = ß + 1 . fß
n

ßi+1= ßi+1 + 1. fß
n
3 Perhitungan azimuth terkoreksi
αi=αawal+ßi+180°

αi+1=αi+ßi+1+180°

Dalam perhitungan azimuth tiap titik sebaiknya selalu memperhatikan sketsa dari
polygon tersebut ,untuk mempermudah penentuan apakah formula tersebut diatas
menggunakan tanda + (ditambah) atau – (dikurangi).
PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

4 Perhitungankoreksikoordinat X dan Y

fx = (Xakhir-Xawal)-Σ(di.sin αi)

fy = (Yakhir-Yawal)-Σ(di.cos αi)

5 Perhitunganselisihabsisdankoordinat yang sudahdikoreksi

di
Δ Xi=
[ Σd ]
. fx +di sin αi

di
Δ Yi=
[ Σd ]
. fy +di .cos αi

6 Perhitungankoordinat X terkoreksidan Y terkoreksi

Xi+1 = Xi+∆Xi Yi+1 = Yi+∆Yi

2.3 Tachimetri

2.3.1 Definisi
Tachimetri adalah suatu metode pengukuran jarak horizontal dan jarak vertikal
dengan membaca nonius horizontal dan nonius vertikal serta membaca benang –
benang silang pada alat teodolit terhadap rambu.
Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan tacimetri antara
lain :
 Ketelitian cukup tinggi, yaitu antara 1 : 500 sampai dengan 1 : 10.000,
 Tidak terpengaruh oleh keadaan permukaan tanah yang jelek,
 Pengukuran cepat,
 Tidak banyak membutuhkan banyak tenaga / pertugas lapangan dan
perlengkapan

2.3.2 Tujuan Pengukuran Titik-Titik Detail Metode tachimetry


Untuk keperluan pengukuran dan pemetaan selain pengukuran kerangka dasar
vertikal yang menghasilkan tinggi titik-titik ikat dan pengukuran kerangka dasar
PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

horizontal yang menghasilkan koordinat titik-titik ikat juga perlu dilakukan


pengukuran titik-titik detail untuk menghasilkan titik-titik detail yang tersebar di
permukaan bumi yang menggambarkan situasi daerah pengukuran. Pengukuran titik-
titik detail dilakukan sesudah pengukuran kerangka dasar vertikal dan pengukuran
kerangka dasar horizontal dilakukan. Pengukuran titik-titik detail mempunyai orde
ketelitian lebih rendah dibandingkan orde pengukuran kerangka dasar.

Pengukuran titik-titik detail dengan metode tachymetri pada dasarnya


dilakukan dengan menggunakan peralatan dengan teknologi lensa optis dan elektronis
digital. Dalam pengukuran titik-titik detail pada prinsipnya adalah menentukan
koordinat dan tinggi titik –titik detail dari titik-titik ikat. Pengukuran titik-titik detail
pada dasarnya dapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu offset dan tachymetri.Metode
offset menggunakan peralatan sederhana, seperti pita ukur, jalon, meja ukur, mistar,
busur derajat, dan lain sebagainya.
Metode tachymetri menggunakan peralatan dengan teknologi lensa optis dan
elektronis digital. Pengukuran metode tachymetri mempunyai keunggulan dalam hal
ketepatan dan kecepatan dibandingkan metode offset. Pengukuran tiitk-titik detail
metode tachymetri ini relatif cepat dan mudah karena yang diperoleh dari lapangan
adalah pembacaan rambu, sudut horizontal (azimuth magnetis), sudut vertikal
(zenith atau inklinasi) dan tinggi alat. Hasil yang diperoleh dari pengukuran
tachymetri adalah posisi planimetris X, Y, dan ketinggian Z.

2.3.3 Metode PengukurandanPerhitungan


Dalam penentuan koordinat titik-titik detail,pekerjaan pengukuran harus
meliputi:
1. Elevasi tanah tiap patok.
Elevasi ini bisa dihitung yaitu dengan menentukan bacaan muka dan belakang.
2. BA, BB, BT setiap titik detail.
Dapat diketahui dengan pembidikan theodolit dan Baak ukur dengan sudut
vertical 90° atau mendekati 90°.
3. Sudut vertical dan horizontal setiap titik detail.
PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Bisa diketahui dengan pembacaan theodolit biasa, namun pemutaran alat harus
searah jarum jam dan menjadikan salah satu patok sebagai awal pengukuran
disetiap permulaan.

Prinsip perhitungan tachimetri yaitu :


BA’
BA

BT
do
BB’
BB
V

h dm

TA TPB

ΔHAB

TPA

A
 Untuk Jarak Mendatar Dan Miring
do = 100 (BA – BB)
,
rumus jarak optis bila garis bidik tegak lurus pada rambu ukur (waterpass)
Karenatidaktegaklurus,maka yang digunakanadalahgaris BA,BB
Sehinggadidapathubungansebagaiberikut:
BA’BB’ = BA BB Cos h
Jadi do = 100 (BA – BB) Cos h
dm = do Cos h
Jadi, dm = 100 (BA – BB) Cos h . Cos h

dm = 100 (BA – BB) Cos2 h


PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Dimana
dm = Jarak mendatar antara titik A dan B
do = Jarak optis antara titik A dan B
= JARAK MIRING
BA = bacaan benang atas

BB = bacaan benang bawah

 Untuk Beda Tinggi :.

HAB = TAA + TPA + V – BT – TPB

Dimana :
TAA = Tinggi Alat
TPA= Tinggi Patok A
TPB = Tinggi Patok B
V = Vertikal (dm tg )
BT = Bacaan Benang Tengah

 Untuk Tinggi Detail (Elevasi)

HB = HA + HAB

Dimana :
HB = Elevasi di Patok B
HA= Elevasi di Patok A (Elevasi Awal)
HAB = Beda Tinggi Patok A dengan Patok B
PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB III
METODOLOGI
3.1 Survey Lapangan
Pengukuran poligon menggunakan theodolite lakukan dijalan JL. RAYA MENUR

Gambar 6 lokasi praktek

http://www.google.com/maps/@-72886954.112.7594435.17z
PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

3.2 Pelaksanaan Pengukuran


A) Peralatan

Gambar 7 peralatan theodolit

1) Pesawat Theodolit
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan
tinggi anah dengan sudut mendatar dan sudut tegak.

Gambar 8 theodolit dan bagian-bagiannya

Oerleebook.wordpress.com
PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

a. BAGIAN – BAGIAN DARI THEODOLIT


Secara umum, konstruksi theodolit terbagi atas dua bagian :
1. Bagian atas, terdiri dari :
o Teropong / Teleskope
o Nivo tabung
o Sekrup Okuler dan Objektif
o Sekrup Gerak Vertikal
o Sekrup gerak horizontal
o Teropong bacaan sudut vertical dan horizontal
o Nivo kotak
o Sekrup pengunci teropong
o Sekrup pengunci sudut vertical
o Sekrup pengatur menit dan detik
o Sekrup pengatur sudut horizontal dan vertikal
2. Bagian Bawah terdiri dari :
o Statif / Trifoot
o Tiga sekrup penyetel nivo kotak
o Unting – unting
o Sekrup repetisi
o Sekrup pengunci pesawat dengan statif
Bagian-bagian yang penting dari alat theodolit:
 Teropong yang dilengkapi dengan garis bidik
 Lingkaran skala vertical
 Sumbu mendatar
 Indeks pembaca lingkaran skala tegak
 Penyangga sumbu mendatar
 Indeks pembaca lingkaran skala mendatar
 Sumbu tegak
 Lingkaran skala mendatar
 Nivo kotak
PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

 Nivo tabung
 Tribrach
 Skrup kaki tribrach
2). Statif (THREEPORT / KAKI TIGA)
Alat ini digunakan untuk membantu agar theodolite dapat berdiri tegak meskipun
diletakkan pada suatu landasan yang landai. Sesuai namanya mempunyai kaki tiga yang
terbuat dari besi ujungnya runcing agar dapat menancap di tanah dan bagian atasnya sebagai
tempat theodolite yang bagian tengahnya terdapat lubang untuk mengunci theodolite

Gambar 9 threeport/kaki tiga

3) BAAK Ukur

Alat yang terbuat dari aluminium ini terdapat angka-angka ukur sebagai penunjuk
pengukuran.

Gambar 10 BAAK UKUR


PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

4) Rol Meter
Untuk pengukuran jarak secara langsung digunakan pita ukur, baik yang
terbuat dari plastik maupun yang terbuat dari plat baja pita ukur ini biasanya lebar ± 2
cm, panjang 50 m dengan menggunakan skala bolak-balik.

5) Unting-Unting Gambar 11 ROL Meter

Unting-Unting digunakan untuk membantu meluruskan prisma sudut dengan


titik yang berada dibawahnya. Alat ini terbuat dari logam pejal yang salah satu
ujungnya runcing dan ujung yang lain tumpul dan diberi seutas tali.

Gambar 2 Unting-Unting
6) Alat Penunjang lainnya

Gambar 13 Alat Penunjang Lainnya


PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

7) Patok dan Paku Payung

Gambar 14 Paku Payung


8) Payung
Berguna untuk melindungi theodolite dari sinar matahari secara langsung
yang dapat menyebabkan Nivo pecah, mengerasnya klem pengunci, mengubah
persyaratan alat serta digunakan untuk melindungi theodolite dari air hujan.

Gambar 15 Payung
PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

9) Traffic Cones
Traffic cone banyak digunakan untuk mengarahkan lalu lintas untuk
menghindari bagian jalan yang sedang ada perbaikan, mengalihkan lalu lintas
pada kecelakaan lalu-lintas, atau untuk melindungi pekerja di jalan yang sedang
melakukan pekerjaan perawatan dan pemeliharaan jalan.

Gambar 16 Traffic Cones

10) Rompi Safety


Safety Vest adalah salah satu jenis Alat Pelindung Diri atau APD yang
bermanfaat untuk mengurangi dampak bilamana terjadi kecelakaan akibat kontak
dengan benda lain yang berbahaya, maka Safety Vest bertujuan untuk mencegah
terjadinya kontak / kecelakaan

Gambar 17Rompi Safety


PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

11) Jalon
Alat ini berwarna merah-putih dari bahan kayu atau alumunium.yang dibulatkan dan
biasanya berukuran panjang 160-200 cm. Fungsi dari tongkat ini dalah untuk
pelurusan.Tongkat ini terdiri atas 4 bagian: 2 merah, 2 putih berselang seling dan
setiap bagian 50 cm. Setiap ujung tongkat kayu ini dipasang besi yang lancip agar
mudah ditancapkan kedalam tanah. Apabila tongkat tersebut tidak dapat ditancapkan,
misalnya pada jalan aspal, maka dapat digunakan bantuan tripot (standar kakitiga)
untuk menegakkannya.
PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

B) Persyaratan Operasi Theodolit

Syarat–syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolite sehingga siap


dipergunakan untuk pengukuran yang benar adalah sebagai berikut :

1) Sumbu I harus tegak lurus dengan sumbu II (dengan menyetel nivo tabung dan nivo
kotaknya).
2) Garis bidik harus tegak lurus dengan sumbu II.
3) Garis jurusan nivo skala tegak, harus sejajar dengan indeks skala tegak.
4) Garis jurusan nivo skala mendatar, harus tegak lurus dengan sumbu II. (syarat 2, 3,
dan 4 sudah dipenuhi oleh pabrik pembuatnya).

C) Mengatur Sumbu Tegak

Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengatur sumbu tegak adalah


sebagai berikut:

1) Usahakan agar nivo lingkaran mendatar sejajar dengan arah 2 sekrup kaki statif.
2) Tengahkan posisi gelembung nivo dengan cara memutar kedua skrup kaki statif
secara bersamaan dengan arah yang berlawanan.
3) Setelah keadaan gelembung nivo berada di tengah maka putar theodolit 90º,
tengahkan posisi gelembung nivo dengan hanya memutar skrup kaki statif yang
ketiga.
4) Kemudian kembalikan ke kedudukan semula (sejajar skrup kaki statif 1 dan 2).
5) Tengahkan kembali posisi nivo apabila gelembung nivo belum berada ditengah.
6) Kemudian putar theodolit 180º, sehingga nivo berputar mengelilingi sumbu tegak
dalam kedudukan nivo yang sejajar dengan skrup kaki kiap 1 dan 2.
7) Bila garis arah nivo tegak lurus dengan sumbu tegak, maka gelembung nivo akan
tetap berada ditengah.

D) Penyetelan Alat Theodolit

1) Mendirikan statif sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.


2) Pasang pesawat diatas kepala statif dengan mengikatkan landasan peawat dan sekrup
pengunci di kepala statif.
PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

3) Stel nivo kotak dengan cara:


a. Putarlah sekrup A,B secara bersama-sama hingga gelembung nivo bergeser kearah
garis sekrup C. (lihat gambar 3a)
b. Putarlah sekrup c ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo bergeser ketengah
(lihat gambar 3b).
c. Setel nivo tabung dengan sekrup penyetel nivo tabung.

4) Gambar 18 Penyetelan Alat Theodolit

http://ilmu-civil1001.blogspot.com/p/pengukuran-poligon-tertutup-terikat.html

Bila penyetelan nivo tabung menggunakan tiga sekrup penyetel (A,B,C), maka caranya
adalah:
a. Putar teropong dan sejajarkan dengan dua sekrup A,B (lihat gambar 4a).
b. Putarlah sekrup A, B masuk atau keluar secara bersama-sama, hingga gelembung
nivo bergeser ke tengah (lihat gambar 4a).
c. Putarlah teropong 90º ke arah garis sekrup C (lihat gambar 4b)
d. Putar sekrup C ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo bergeser ketengah.
PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

5) P e r i k s a l a h

Gambar 19 Penyetelan Alat Theodolit

http://ilmu-civil1001.blogspot.com/p/pengukuran-poligon-tertutup-terikat.html

memutar teropong ke segala arah. Bila ternyata posisi gelembung nivo bergeser, maka
ulangi beberapa kali lagi dengan cara yang sama seperti langkah sebelumnya.
penyetelan akan dianggap benar apabila gelembung nivo kotak dan nivo tabung dapat
di tengah-tengah, meskipun teropong diputar ke segalaarah.

E) Langkah Pengukuran

1. Siapkan catatan, daftar pengukuran dan buat sket lokasi areal yang akan diukur.
2. Tentukan dan tancapkan patok pada titik-titik yang akan dibidik.
3. Dirikan pesawat di atas titik P1 dan lakukan penyetelan alat sampai didapat
kedataran.
4. Arahkan pesawat ke arah utara dan nolkan piringan sudut horizontal dan kunci
kembali dengan memutar sekrup piringan bawah.
5. Putar teropong dan arahkan teropong pesawat ke titik P2, baca dan catat sudut
horizontalnya yang sekaligus sebagai sudut azimuth. Bacaan ini merupakan bacaan
biasa untuk bacaan muka.
6. Dengan posisi pesawat tetap di titik P1, putar pesawat 180º searah jarum jam,
kemudian putar teropong 180º arah vertikal dan arahkan teropong ke titik P2.
7. Lakukan pembacaan sudut horizontal. Bacaan ini merupakan bacaan luar biasa untuk
bacaan muka.
8. Putar teropong pesawat dan arahkan di titik P akhir dan lakukan pembacaan sudut
horizontal pada bacaan biasa dan luar biasa. Bacaan ini merupakan bacaan belakang.
PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

9. Dengan cara yang sama, lakukan pada titik-titik poligon berikutnya hingga kembali
lagi ke titik P1.
10. Lakukan pengukuran jarak antar titik dengan meteran.
11. Lakukan perhitungan sudut pengambilan, sudut azimuth dan koordinat masing-
masing titik.
12. Gambar hasil pengukuran dan perhitungan.

3.3 LANGKAH KERJA

 Poligon
1) Lakukan pematokan pada titik-titik yang memungkinkan untuk dilakukan
pengukuran dengan baik (lokasi bebas, antar patok terlihat, cukup cahaya dan lain-
lain). Dalam pematokan cari juga informasi tentang letak patokawal di sekitar lokasi
pengukuran, patok salah satu titik poligon di lokasi yang dapat terlihat oleh
patokawal tersebut.
2) Setelah dilakukan pematokan, ukur secara manual (dengan pita ukur) jarak antar
patok pada poligon tersebut.
3) Mulailah lakukan pembidikan, letakkan theodolith di titik BM dan setting-lah alat
ukur theodholit tersebut. Apabila kondisi topografi relatif datar usahakan setting
sudut vertikal adalah 900 dan kuncilah. Tujuan pen-setting-an sudut vertikal 900
adalah untuk memudahkan pengukuran, pencatatan dan analisis data.
4) Tentukanlah arah azimuth, misalnya berdasarkan arah utara kompas, arah jalan dan
lain-lain. Pada azimuth ini setting posisi sudut horisontal di 00 0’ 0’’ pada arah utara.
5) Setelah itu, arahkan theodolith ke poligon pada patok terdekat dan mudah dibidik
dimana yallon diletakkan.
6) Selanjutnya, settinglah sudut horisontal tepat pada bidikan kemudian kunci dan
catatlah.
7) Setelahituputar theodolite 180° searahjarum jam lalulakukanpembidikanlagidancatat
8) Selanjutnyalakukanpembidikan di patok lain danlakukansearahjarum jam

 Tachimetri
1) Dirikan teodolith di titik poligon. Lakukan centering dan sumbu I vertikal.
PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

2) Arahkan teropong ke salah satu titik poligon yang digunakan sebagai titik acuan.
Kemudian baca dan catat lingkaran horisontalnya
3) Dirikan rambu ukur di atas salah satu titik detil
4) Arahkan teropong pada rambu ukur. Baca dan catat benang atas, benang tengah,
benang bawah, bacaan lingkaran horisontal, dan bacaan lingkaran vertikal.
5) Lakukan tahap 3 dan 4 pada titik detail yang lainnya

3.4. KESELAMATAN KERJA


1. Menggunakan pakaian kerja dan helm.
2. Pergunakan alat sesuai dengan kegunaan dan fungsinya.
3. Menggunakan sepatu untuk melindungi kaki.
4. Melindungi PPD dari sinar matahari langsung dengan menggunakan payung.
5. Serius dan tidak bersenda gurau ketika praktek serta melaksanakan praktek sesuai
dengan instruksi dosen dan asisten.
PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB VI
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

 Poligon
Kesimpulan yang bisa diambil dari praktikum ini yaitu pengukuran dengan metode
poligon sangat penting bagi kepentingan umum, terutama bagi dunia sipil. Dengan
poligon kita bisa menggambar bentuk muka bumi atau keadaan yang ada di sekitar kita
selain itu kita juga akan mendapatkan koordinat yang pasti untuk batas-batas wilayah
yang telah kita ukur.
Praktikum poligon ini adalah suatu metode yang memudahkan kita dalam membuat peta
atau yang disebut pemetaan.

 Tachimetri
Kesimpulan yang bisa diambil dari praktikum ini yaitu pengukuran dengan
tachimetripenting bagi kepentingan umum, terutama bagi dunia sipil. Dengan tachimetri
kita bisa mendapatkan kerangka dasar yang akan digunakan untuk menentukan letak
bangunan yang akan dibangun.Selainletakbangunan,kitajugadapatmengetahuiletak
detail-detail daribangunantersebut, gariskonturdantinggiatastanahdarisuatu detail yang
ada. Praktikum tachimetri ini adalah suatu metode yang memudahkan kita dalam
membuat peta atau yang disebut pemetaan.

5.2 Saran
1. Mengupayakan ketelitian dalam pembacaan alat, pengutaraan dan pemegangan bak
ukur yang tidak boleh miring.
2. Melakukanpengukuransudutbiasadanluarbiasauntukmengecekketepatandalampembidi
kanbakukur.
3. Mengusahakan pemilihan waktu pelaksanaan, dankeadaan cuaca yang cerah.
4. Pemilihan lokasi patok dengan tanah yang mendukung.
PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

LAMPIRAN
‘Polygon dan Tachimetri’
PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
PROGRAM DIPLOMA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Anda mungkin juga menyukai