Disusun Oleh:
Kelompok 1
Deny Prasetyo 41116120005
Roland Aditya P. S 41116120009
Kurnia Sandy 41116120010
Rico Tri Ambodo 41116120021
Faisal Ahmad 41116120023
Dosen:
Ir. Zainal Arifin, MT
KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayahnya, sehingga pelaksanaan praktikum dan penulisan
laporan praktikum ini bisa lancar dan selesai tepat pada waktunya. Kedua kalinya kami
selaku penulis dan penyusun makalah ini mengucapkan terima kasih kepada beberapa
pihak yaitu :
1. Bapak Ir. Zainal Arifin MT , selaku dosen pengampu mata kuliah Perpetaan
& SIG Universitas Mercu Buana Jakarta kampus Meruya
2. Adelfy Dara Arianti dan Siti Ratnasari selaku Assisten Dosen mata kuliah
Perpetaan & SIG Universitas Mercu Buana Jakarta kampus Meruya.
3. Teman-teman kelompok 1 kelas mata kuliah Perpetaan & SIG Universitas
MercuBuana Jakarta kampus Meruya.
4. Teman-teman Mahasiswa & Mahasiswi Universitas Mercu Buana.
5. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan dalam pelaksanaan praktikum dan penyusunan laporan
praktikum ini.
Akhirnya kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpa kepada
mereka yang sudah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini
sebagai ibadah, Amin Yaa Robbal Alamin. Dan juga kami berharap ilmu yang kami
dapatkan dalam praktikum ini dapat bermanfaat bagi diri kami sendiri dan juga untuk
orang lain.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
BAB. I. PENDAHULUAN
1.2.1 Maksud........................................................................................................ 2
BAB. V. PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.2. Tujuan
1. Praktikan dapat memahami cara menentukan jarak optis patok utama
dan detail,
2. Praktikan dapat memahami cara menentukan Beda Tinggi,
3. Praktikan dapat memahami cara menentukan koreksi kesalahan,
4. Praktikan dapat memahami cara menentukan tinggi patok, dan
5. Praktikan dapat mengolah data hasil pengukuran.
BAB II
PEMBAHASAN
Waterpass
Waterpass adalah alat sipat datar type Automatic Level dengan sistem
pengaturan garis bidik yang tidak lagi bergantung pada nivo yang terletak diatas
teropong. Alat ini hanya mendatarkan bidang nivo kotak melalui tiga sekrup
penyetel dan secara otomatis sebuah bandul menggantikan fungsi nivo tabung
dalam mendatarkan garis nivo ke target yang dikehendaki.
Lensa Okuler
Lensa Obyektif
Nivo Kotak
Tombol Penggerak Halus
Horizontal
Sekrup Pendatar
Statif / Tripod
Statif / Tripod berfungsi sebagai tempat atau dudukan pesawat waterpass
maupun pesawat lainnya.
Sekrup Pengunci
Tali Pembawa
Sekrup Penyetel
Kaki Statif
Rol Meter
Rol meter berfungsi bemberikan tanda dan mngukur jarak langsung pada
pengukuran penyipat datar dan untuk mengukur ketinggian alat.
Rambu Ukur
Fungsi rambu ukur adalah sebagai alat bantu dalam menentukan beda tinggi
dan mengukur jarak dengan menggunakan pesawat.
Palu
Palu berfungsi untuk membantu mempermudah untuk menancapkan
patok bantu pada area yang sudah ditentukan.
Patok Bantu
Patok bantu berfungsi untuk menandai area / titik yang akan di ukur.
Patok ini biasanya terbuat dari besi, kayu, beton atau bambu yang di atasnya
di cat warna merah agar mudah untuk dilihat.
Payung
Payung berguna untuk melindungi waterpass dari sinar matahari
langsung. Karena lensa waterpass sangat sensitif terhadap sinar matahari.
Khusus untuk praktikum kali ini kami membahas materi tentang waterpass
tertutup. Pada praktikum kali ini kami menggunakan waterpas untuk mengetahui
jarak optis dan beda tinggi antara patok satu dengan patok yang lain.
Dalam pengukuran beda tinggi ada istilah yang sering digunakan, yaitu :
1. BA ( Batas Atas ) adalah garis baca yang ada pada pesawat waterpass
untuk membaca ukuran bagian atas pada rambu ukur.
2. BT ( Batas Tengah ) adalah garis baca yang ada pada peswat waterpass
untuk membaca ukuran bagian tengah pada rambu ukur.
3. BB ( Batas Bawah ) adalah garis baca yang ada pada pesawat waterpass
untuk membaca ukuran bagian bawah pada rambu ukur.
4. Beda tinggi ( Bt ) adalah perbedaan elevasi antara patok 1 dengan patok
lainnya.
Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass adalah membuat garis sumbu
teropong horisontal. Bagian yang membuat kedudukan menjadi horisontal adalah
nivo, yang berbentuk tabung berisi cairan dengan gelembung di dalamnya.
BAB III
PELAKSANAAN
3.2 Peralatan
Payung
3. Pasang patok B1 dengan jarak 5 meter dari patok B1, kemudian pasang patok
B2, B3 dengan jarak masing-masing 5 meter.
4. Pasang patok C1 dengan jarak 5 meter dari patok B1, kemudian pasang patok
C2, C3 dengan jarak masing-masing 5 meter.
5. Kemudian Pasang patok D1 dengan jarak 5 meter dari patok C1, kemudian
pasang patok D2, D3 dengan jarak masing-masing 5 meter.
6. Kemudian Pasang patok E1 dengan jarak 5 meter dari patok D1, kemudian
pasang patok E2, E3 dengan jarak masing-masing 5 meter.
7. Pasang statif / tripod lurus dengan patok C1 dengan jarak 5 meter dari patok
C1.
Dirikan statif / tripod setinggi dada orang dewasa. Perhatikan kemiringan kaki
statif jangan sampai terlalu miring. Pastikan kepala statif tidak miring, dan
patikan baut sekrup penyetel kaki statif terkunci dengan kuat sehingga kaki
statif tidak merosot / bergerak.
8. Pasang waterpass pada kepala statif, kunci dengan sekrup pengunci yang
tersedia pada statif dan pastikan terkunci dengan benar dan kuat.
Setting waterpass sampai rata dengan memutar sekrup pendatar sampai nivo
berada di tengah.
BAB IV
10. Kemudian baca ukuran / tinggi Batas Atas (BA) dan Batas Bawah yang kita
lihat melalui lensa waterpass pada rambu ukur yang kita letakkan di patok
A1. Dan baca juga sudut putaran pesawat waterpass.
11. Pindahkan rambu ukur ke patok A2. Pastikan rambu ukur lurus, tidak miring
kekanan kiri atau depan belakang.
12. Kemudian baca ukuran / tinggi Batas Atas (BA) dan Batas Bawah yang kita
lihat melalui lensa waterpass pada rambu ukur yang kita letakkan di patok
A2. Dan baca juga sudut putaran pesawat waterpass.
13. Pindahkan rambu ukur ke patok A3. Pastikan rambu ukur lurus, tidak miring
kekanan kiri atau depan belakang.
14. Kemudian baca ukuran / tinggi Batas Atas (BA) dan Batas Bawah yang kita
lihat melalui lensa waterpass pada rambu ukur yang kita letakkan di patok
A3. Dan baca juga sudut putaran pesawat waterpass.
15. Pindahkan rambu ukur ke patok B1. Pastikan rambu ukur lurus, tidak miring
kekanan kiri atau depan belakang.
16. Kemudian baca ukuran / tinggi Batas Atas (BA) dan Batas Bawah yang kita
lihat melalui lensa waterpass pada rambu ukur yang kita letakkan di patok
B1. Dan baca juga sudut putaran pesawat waterpass.
17. Pindahkan rambu ukur ke patok B2. Pastikan rambu ukur lurus, tidak miring
kekanan kiri atau depan belakang.
18. Kemudian baca ukuran / tinggi Batas Atas (BA) dan Batas Bawah yang kita
lihat melalui lensa waterpass pada rambu ukur yang kita letakkan di patok
B2. Dan baca juga sudut putaran pesawat waterpass.
19. Pindahkan rambu ukur ke patok B3. Pastikan rambu ukur lurus, tidak miring
kekanan kiri atau depan belakang.
20. Kemudian baca ukuran / tinggi Batas Atas (BA) dan Batas Bawah yang kita
lihat melalui lensa waterpass pada rambu ukur yang kita letakkan di patok
B3. Dan baca juga sudut putaran pesawat waterpass.
21. Pindahkan rambu ukur ke patok C1. Pastikan rambu ukur lurus, tidak miring
kekanan kiri atau depan belakang.
22. Kemudian baca ukuran / tinggi Batas Atas (BA) dan Batas Bawah yang kita
lihat melalui lensa waterpass pada rambu ukur yang kita letakkan di patok
C1. Dan baca juga sudut putaran pesawat waterpass.
23. Pindahkan rambu ukur ke patok C2. Pastikan rambu ukur lurus, tidak miring
kekanan kiri atau depan belakang.
24. Kemudian baca ukuran / tinggi Batas Atas (BA) dan Batas Bawah yang kita
lihat melalui lensa waterpass pada rambu ukur yang kita letakkan di patok
C2. Dan baca juga sudut putaran pesawat waterpass.
25. Pindahkan rambu ukur ke patok C3. Pastikan rambu ukur lurus, tidak miring
kekanan kiri atau depan belakang.
26. Kemudian baca ukuran / tinggi Batas Atas (BA) dan Batas Bawah yang kita
lihat melalui lensa waterpass pada rambu ukur yang kita letakkan di patok
C3. Dan baca juga sudut putaran pesawat waterpass.
27. Pindahkan rambu ukur ke patok D1. Pastikan rambu ukur lurus, tidak miring
kekanan kiri atau depan belakang.
28. Kemudian baca ukuran / tinggi Batas Atas (BA) dan Batas Bawah yang kita
lihat melalui lensa waterpass pada rambu ukur yang kita letakkan di patok
D1. Dan baca juga sudut putaran pesawat waterpass.
29. Pindahkan rambu ukur ke patok D2. Pastikan rambu ukur lurus, tidak miring
kekanan kiri atau depan belakang.
30. Kemudian baca ukuran / tinggi Batas Atas (BA) dan Batas Bawah yang kita
lihat melalui lensa waterpass pada rambu ukur yang kita letakkan di patok
D2. Dan baca juga sudut putaran pesawat waterpass.
31. Pindahkan rambu ukur ke patok D3. Pastikan rambu ukur lurus, tidak miring
kekanan kiri atau depan belakang.
32. Kemudian baca ukuran / tinggi Batas Atas (BA) dan Batas Bawah yang kita
lihat melalui lensa waterpass pada rambu ukur yang kita letakkan di patok
D3. Dan baca juga sudut putaran pesawat waterpass.
33. Pindahkan rambu ukur ke patok E1. Pastikan rambu ukur lurus, tidak miring
kekanan kiri atau depan belakang.
34. Kemudian baca ukuran / tinggi Batas Atas (BA) dan Batas Bawah yang kita
lihat melalui lensa waterpass pada rambu ukur yang kita letakkan di patok
E1. Dan baca juga sudut putaran pesawat waterpass.
35. Pindahkan rambu ukur ke patok E2. Pastikan rambu ukur lurus, tidak miring
kekanan kiri atau depan belakang.
36. Kemudian baca ukuran / tinggi Batas Atas (BA) dan Batas Bawah yang kita
lihat melalui lensa waterpass pada rambu ukur yang kita letakkan di patok
E2. Dan baca juga sudut putaran pesawat waterpass.
37. Pindahkan rambu ukur ke patok E3. Pastikan rambu ukur lurus, tidak miring
kekanan kiri atau depan belakang.
38. Kemudian baca ukuran / tinggi Batas Atas (BA) dan Batas Bawah yang kita
lihat melalui lensa waterpass pada rambu ukur yang kita letakkan di patok
E3. Dan baca juga sudut putaran pesawat waterpass.
PENGOLAHAN DATA
4.1 Rumus
Dalam praktikum waterpass memanjang melintang kali ini ada beberapa rumus
yang kami gunakan, yaitu :
Untuk mencari Batas Tengah ( BT )
BT = ( BA + BB )
2
Keterangan :
BT = Batas Tengah
BA = Batas Atas
BB = Batas Bawah
Untuk menghitung beda tinggi ( Bt )
Bt = BA BB
Keterangan :
BA = Batas Atas
BB = Batas Bawah
Bt = Beda tinggi
Untuk menghitung volume
Metode memanjang
Volume Area [ { ( A1 + A2 ) : 2 } + { ( B1 + B2 ) : 2 } x Luas Area ] : 2
Metode melintang
Volume Area [ { ( A1 + B1 ) : 2 } + { ( A2 + B2 ) : 2 } x Luas Area ] : 2
4.2 Perhitungan
Titik D2 - Titik D3
BT = ( BA + BB ) BT = ( BA + BB )
2 2
= ( 145.6 + 134.9 ) = ( 156.0 + 137.0 )
2 2
= 140.25 cm = 146.5 cm
Titik E1 - Titik E2
BT = ( BA + BB ) BT = ( BA + BB )
2 2
= ( 146.4 + 135.6 ) = ( 149.2 + 135.8 )
2 2
= 141.0 cm = 142.5 cm
Titik E3
BT = ( BA + BB )
2
= ( 152.5 + 135.5 )
2
= 144.0 cm
Metode Memanjang :
Volume area AB :
Volume Area [{(A1+A2):2}+{(B1+B2):2} x Luas Area ] : 2
Volume AB 1=[{(0.118+0.144):2}+{(0.74+0.115):2}x25] : 2=6.982 m3
Volume AB 2=[{(0,144+0.184):2}+{(0.115 + 0.163):2}x25] : 2=3.788 m3
Volume area BC :
Volume Area [{(B1+B2):2}+{(C1+C2):2} x Luas Area ] : 2
Volume BC 1=[{(0.74+0.115):2}+{(0.052 + 0.101):2}x25] : 2=6.300 m3
Volume BC 2=[{(0.115+0.163):2}+{(0.101 + 0.15):2}x25] : 2=3.307 m3
Volume area CD :
Volume Area [{(C1+C2):2}+{(D1+D2):2} x Luas Area ] : 2
Volume CD 1=[{(0.052+0,101):2}+{(0.68 + 0.107):2}x25] : 2=5.875 m3
Volume CD 2=[{(0,101+0.15):2}+{(0.107 + 0.19):2}x25] : 2=3.425 m3
Volume area DE :
Volume Area [{(D1+D2):2}+{(E1+E2):2} x Luas Area ] : 2
Volume DE 1=[{(0.68+0,107):2}+{(0.108 + 0.134):2}x25] : 2=6.432 m3
Volume DE 2=[{(0,107+0.19):2}+{(0.134 + 0.17):2}x25] : 2=3.757 m3
Metode Melintang :
Volume area AB :
Volume Area [{(A1+B1):2}+{(A2+B2):2} x Luas Area ] : 2
Volume AB 1=[{(0.118+0.74):2}+{(0.144 + 0.115):2}x25] : 2=6.982 m3
Volume AB 2=[{(0,144+0.115):2}+{(0.184 + 0.163):2}x25] : 2=3.788 m3
Volume area BC :
Volume Area [{(B1+C1):2}+{(B2+C2):2} x Luas Area ] : 2
Volume BC 1=[{(0.74+0.052):2}+{(0.115 + 0.101):2}x25] : 2=6.300 m3
Volume BC 2=[{(0.115+0.101):2}+{(0.163 + 0.15):2}x25] : 2=3.307 m3
Volume area CD :
Volume Area [{(C1+D1):2}+{(C2+D2):2} x Luas Area ] : 2
Volume CD 1=[{(0.052+0.68):2}+{(0.101 + 0.107):2}x25] : 2=5.875 m3
Volume CD 2=[{(0,101+0.107):2}+{(0.15 + 0.19):2}x25] : 2=3.425 m3
Volume area DE :
Volume Area [{(D1+E1):2}+{(D2+E2):2} x Luas Area ] : 2
Volume DE 1=[{(0.68+0.108):2}+{(0.107 + 0.134):2}x25] : 2=6.432 m3
Volume DE 2=[{(0,107+0.134):2}+{(0.19 + 0.17):2}x25] : 2=3.757 m3
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCUBUANA | 29
LAPORAN PRAKTIKUM PERPETAAN DAN SIG Kelompok 1
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran