TIK :
Mahasiswa dapat mengetahui cara memindahkan/mentransper titik-titik yang ada
di peta perencanaan ke lapangan (permukaan Bumi).
Deskripsi Singkat :
Akan dibahas cara pematokan untuk jalur lurus, lengkung horisontal baik yang
berupa lingkaran maupun spiral dan lengkung vertikal.
I. Bahan Bacaan
1. Anonim: Ukur Tanah 2: PEDC Bandung, 1983
2. Russell C. Brinker dkk, Alih Bahasa Djoko Walijatun: Dasar-Dasar
Pengukuran Tanah: Penerbit Erlangga, Jakarta, 1987
3. Hendriatiningsih S., Geometrik Jalan Raya dan Stake Out, Jurusan Teknik
Geodesi, ITB, 1984.
III. Tugas :
Kerjakan soal-soal/test pada bagian akhir bab VI dan diskusikan
VI - 0
BAB VI
PEMATOKAN / STAKE-OUT
6.1. Pendahuluan
Deskripsi singkat.
Akan dibahas cara pematokan untuk jalur lurus, lengkung horisontal baik yang
berupa lingkaran maupun spiral dan lengkung vertikal.
Relevansi.
Pematokan dilakukan untuk memindahkan/mentransper titik-titik dalam peta
perencanaan ke lapangan untuk pelaksanaan suatu konstruksi, ini merupakan
kegiatan awal yang sangat menentukan tercapainya suatu pelaksanaan konstruksi
sesuai rencana.
TIK :
Mahasiswa dapat mengetahui cara memindahkan/mentransper titik-titik yang ada
di peta perencanaan ke lapangan (permukaan Bumi).
2.2 Penyajian
A. Pengantar.
VI - 1
Gambar 6-1
Kemudian untuk lengkungan yang kedua juga dihitung dari (PI2 Sta ... + …
Jadi :
TS Sta …2 + Sta
… =
…- TS +(PI
… )
SS Sta … + …+ …
= )S (TS
+ L Sta …
ST Sta= … (
+ SS
… Sta
S … + … ) + L
Untuk stationing selanjutnya sampai dengan station akhir, cara melakukannya
sama dengan cara sebelumnya (dihitung dulu sta PI).
VI - 2
B. Isi Materi
Yb - Xa
Tan αab = -----------
Yb - Ya
0
αab = ……’ …”
VI - 3
Gambar 6-2
.
2. Hitung sudut jurusan garis AO ( αao) ;
X0 - Xa
Tan αao = -------------
Y0 - Ya
αao =0 …
… ‘ …”
α= αab - αao
Xo - Xa Yo - Ya
αao = --------------- atau ------------
sin αao cos αao
2 2
atau √(X
o –Xa) + (Yo –Ya)
VI - 4
***). Kemudian putar alat ukur searah jarum jam sehingga
bacaan lingkaran horisontalnya = 11 + (3600 - £).
****). Ukurkan jarak sepanjang dao yang searah dengan garis
bidik teropong pada ***).
*****).Dengan demikian letak titik Sta 0 + 000 dapat dipatok.
Xa - Xb
Tan αba = -----------
Ya - Yb
αba =0 …’
… …”
X0 - Xb
Tan αbo = -----------
Yo - Yb
0
αab = ……’ …”
β = αao - αba
Xo - Xb Yo - Yb
Dbo = --------------- atau ------------
sin αbo cos αbo
2 2
atau √(X
o –Xb) + (Yo –Yb)
VI - 5
***). Kemudian putar teropong tersebut searah jarum jam
sehingga bacaan lingkaran horisontalnya = 12 + β.
****). Ukurkan jarak sepanjang dbo yang searah dengan garis
bidik teropong pada ***).
*****).Dengan demikian letak titik Sta 0 + 000 dapat dipatok.
Gambar 6-3
VI - 6
1). Hitung sudut jurusan OB = αob
Xb - Yo
Tan αob = -------------
Yb - Yo
αob =o …’
… …”
X1 - X0
Tan α01 = ----------
Y1 –Yo
0
α01 = …’… …”
γ= αob - αo1
X1 - Xo Y1 - Yo
4). Hitung Jarak = PI1 = do1 = -------------- atau ------------
Sin α01 cos α01
Atau √ - X0)2
1(X + (Y1 - Yo)2
- Letakkan alat ukur sudut dititk Sta 0 + 000 dan atur alat
tersebut.
- Arahkan alat tersebut ketitik B dan baca lingkaran
horisontalnya, misalkan = 1/3.
- Kemudian putar teropong tersebut serah jarum jam sehingga
bacaan lingkaran horisontalnya = 1/3 + (360 –γ
).
- Ukuran jarak setiap 50m yang searah dengan garis bidik
teropong sampai dengan jarak dari Sta 0 + 000 ketitik PI1
sehingga titik PI1 dapat dipatok.
- Setelah titik PI1 dipatok maka titik PI2 juga dapat dipatok
dengan data-data hitungan £12 atau dari data lengkungan ( Δ).
VI - 7
B.2. Pematokan Lengkungan Horisontal :
Pematokan pada lengkungan horizontal dibedakan atas bentuk lengkungan
tersebut yaitu :
( 1 ). Lingkaran
( 2 ). Spiral
Pada pematokan lengkungan berbentuk lingkaran ada 5 cara, dari titik TC.
a. Cara dengan selisih busur yang sama panjang
b. Cara dengan selisih absis yang sama panjang
c. Cara dengan perpanjangan tali busur
d. Cara dengan koordinat polar (metoda sudut defleksi).
e. Cara dengan membuat politon.
dan cara dari titik O dan titik PI.
Sedangkan pada lengkungan berbentuk spiral ada 2 cara yaitu :
a. Cara/metoda sudut defleksi
b. Cara absir dan ordinat
Gambar 6-4
VI - 8
Dari data lengkungan diketahui unsure-unsur RC, ΔC dan LC.
Misalkan panjang busur yang sama panjang = a meter = LC/n -- dimana n adalah
banyaknya titik (harga a diambil antara 8 m s/d 12,5 m).
Dari segitiga TC - 1 - 0 (lihat Gambar 6-4 diatas).
Panjang busur a membentuk sudut γ
, maka :
a 3600
γ= ------ . -------
RC 2
n. γ
2
YCT = Yn = 2 RC sin ------ = RC –RC cos n. γ
2
VI - 9
ΔC
2
= 2 RC sin ------ ( 1 –cos ΔC )
2
a.2. Cara dengan selisih absis yang sama panjang dari titik TC.
Gambar 6-5
Selisih absis = a
Untuk titik 1 :
X1 = a
2 2 2 2
Y1 = RC - √R
C –X1 = RC - √RC –(2a)
Untuk titik 2 :
X2 = 2a
2 2 2 2
Y2 = RC - √R C –X 2 = RC - √R C –(2.a) =
Untuk titik 3 :
X3 = 3a
2 2 2 2
Y3 = RC - √R C –X 3 = RC - √R C –(3.a) =
Untuk titik n :
XCT = Xn = na = Rc sin∆C
VI - 10
2 2 2 2
YCT = Yn = RC - √R C –X n = RC - √R C –(n.a) =
2
- √R C –(RCsinΔC)2
Cara ini banyak juga perhitungannya dan letak titik-titiknya pada lengkungan
tidak teratur.
Panjang talibusur = a
γ a γ
Sin ------ = ------- , sudut ----- dan dapat dihitung.
2 2 RC 2
γ a a
------- arc sin ------- ------ γ= 2 arc som --------
2 2 RC 2 RC
Dimana : θ
S = sudut spiral dalam derajat
VI - 11
3
C”
S = koreksi spiral = 0,0031 θS (CS satuan detik sedangka θ
S satuan
derajat).
Alat didirikan diatas titik TS, kemudian diukurkan sudut-sudut Ǿ1 dan
jarak-jarak 11.
Gambar 6-6
pematokan sbb :
a). 1i = Jarak antara titik TS dengan titik-titik i pada busur spiral.
i. = Titik –titik pada busur spiral.
b). X1 = Jarak titiktangan
TS ketitik i’ pada
-titik i’ = tangen.
pada garis Titik
1i5
Xi = 1i - --------------- ≈ 1 cos
1 Ǿi
2 2
40 R CL S
VI - 12
Dimana : Ǿ = Sudut spiral dalam deraja
1i
Ǿi = ½ (----)2 Ǿ- CS
LS
LS = Panjang spiral
CS = Koreksi spiral dalam detik
CS = 0,0031 Ǿ3S
1i . ǾS 13i
Yi = ---------- = ---------- ≈ i sin1
Ǿi
3 6 RC.LS
I5S
X6 = XS = LS - ------------ ≈LS cos ǾC
40 R2C . L
LS . ǾS L2S
X6 = YS = --------- = -------- ≈ S L
sin ǾC
3 6 RC
Dimana : ǾC = ½ ǾS - CS
Setelah data tersebut dihitung untuk setiap titik, maka jalannya pengukuran
adalah sbb :
Bila arah garis tangent yaitu dari TS ke PI sudah diketahaui, maka :
- Dikirim alat di TS, arahkan ke PI
- Kemudian ukurkan jarak-jaran Xi sehingga didapat titik – titik i’.
- Dari titik-titik i’-garis
dibuat garis
yang tegak lurus garis tangent
atau dibuat sudut-sudut sebesar 900 kemudian diukurkan jarak-jarak
Yi, sehingga di dapat titik-titik i pada busur spiral.
VI - 13
B.2.3. Problema Rintangan Pada Lengkungan
Problema rintangan pada lengkungan, dapat terjadi pada busur lengkungan
lingkaran dan spirat.
Disini akan dibahas bila pada pematokan busur lingkaran dengan cara polar atau
sudut defleksi ternyata ada gangguan/rintangan berupa bangunan atau lainnya.
Sedangkan pada lengkungan spiral pada prinsipnya sama saja bila menggunakan
metoda sudut defleksi.
Gambar 6-7.
VI - 14
Seperti cara sebelumnya pematokan busur lingkaran dapat dilakukan sampai titik
3 dari titik TC.
Kemudian alat dipindahkan ketitik 3, arahkan ketitik TC, putar 1800
(perpanjangan arah TC -3) kemudian buat sudut defleksi yang besarnya sama
dengan sudut defleksi dari titik TC ketitik 3 ditambah γ/2, yaitu 4γ/2,
didapat titik 4.
Bila titik 5 dan CT masih dapat terlihat dari titik 3, maka untuk mendapatkan titik
5 dan TC hanya dengan menambhkan sudut γ/2 dan γ
γ a
Dimana : sin ----- = -------
2 2 RC
Secara umum, bila pematokan hanya dapat dilakukan sampai dengan titik i, maka
dititik i tersebut alat dibuat sudut sebesar (i + 1) γ
/2 dengan jarak a, maka akan
didapat titik (i + 1).
Dan titik CT dapat ditentukan dari titik TC dengan membuat sudut ½ ΔC dari arah
tangent (TC – PI) dan jarak “TC”
E CT = 2RC sin ½ ΔC. K
Juga titik CT dapat ditentukan dari titik PI dengan membuat sudut (180 + ΔC) dari
arah TC dan jarak PI ke TC sebesar TC = RC tan1/2 ∆C
VI - 15
Gambar 6-8.
Untuk menggantikan titik 3 dan 4, maka dibuat titik P dan Q disisi bangunan, dari
TC dan CT dengan jarak TC –P = P dan jarak CT –Q = q dimana sudut yang
dibuat di TC dan CT adalah αdan β, dimana :
Sin ½ α= p/2RC dan sin ½ β= q/2 RC.
Jadi dapat dihitung sudut αdan β.
VI - 16
Dititik 1 menurut peta perencanaan harus digali sedalam x meter.
Jadi tinggi rencana titik 1 = T1 = t1 - x.
Rencana kelandaian adalah g %, dari rencana kelandaian ini dapat dihitung tinggi
rencana titik 2 (Sta 0 + 050), yaitu,
g
T2 = + T1 + ------ x 50
100
Untuk titik n :
g
Tn = T1 + ------ x dn
100
Gambar 6-9
VI - 17
Setelah mengetahui tinggi rencana dari titik-titik stasion, maka dilakukan
pengukuran beda tinggi dengan cara tinggi garis bidik.
Rambu-rambu ukur diletakkan pada titik-titik stasion 1, 2, 3, …
Baca rambu yang dibidik tersebut misalka
Jadi tinggi garis bidik adalah tgb = t1 + a.
Dapat dihitung tinggi titik-titik 2, dalah
3,: ………n, a
T2 = tgb - b
T3 = tgb - c
•
•
Tn = tgb –z
Kemudian dibandingkan dengan tinggi rencana titik-titik stasiun 2, 3,
Bila Tn > tn maka pada titik n ditulis :
F = Tn = tn atau Fill (ditimbun) = (Tn - tn) m.
Bila Tn < tn maka pada titik n ditulis :
C = tn - Tn atau Cut (digali) = (tn –Tn) m.
Dimana :
Tn = Tinggi rencana titik n.
Tn = Tinggi permukaan tanah asli titik n.
Rumus-rumus hitungan diatas berlaku pula untuk kelandaian yang negatife.
Gambar 6-10
VI - 18
Gambar 6-10 adalah rencana kelandaian negative.
Terlebih dahulu dihitung tinggi rencana titik-titik 4, 5, 6, (Tn) kemudian dengan
cara tinggi garis bidik dihitung tinggi permukaan tanah titik-titik 4, 5, 6, (tn),
sehingga dapat dihitung galian atau timbunan pada titik-titik tersebut.
Dengan cara yang sama, bila pda peta perencanaan ada station-station PLV, PVI
dan PTV, maka pada station-station tersebut dipasang patok selain station-station
tiap 25m –50m.
Gambar 6-11 adalah gambar rencana lengkung vertical cembung.
Biasanya dari peta perencanaan ada data –data lengkungan sebagai berikut :
Gambar 6-11.
g2 LV
T20 ( = TPLV) = TPVI + ------ . -------
100 2
VI - 19
Sedangkan titik-titik 17, 18 dan 19 dihitung dengan rumus :
g1 . X
TX = TPLV + --------- + Y
100
Dan :
g2.X
TX = TPTV - ------- + Y
100
Dimana :
X = Jarak mendatar suatu titik dilengkungan dari titik PLV atau PTV.
A
Y = ----------- . X2 dalam meter
200 LV
VI - 20
Gambar 6-12.
VI - 21
2.3. Penutup.
A. Kesimpulan.
- Pematokan/stake out dilakukan secara benar karena pematokan/stake
out merupakan salah satu pengukuran yang sangat menentukan
keberhasilan suatu konstruksi.
- Rintangan/kendala dalam pematokan/stake out yang sering dijumpai
di lanpangan dapat diselesaikan jika prosedur dan pegukuran dapat
dilaksanakan secara benar dan teliti.
B. Contoh Soal
- Tentukan koordinat setiap jarak 25 meter pada suatu perencanaan
jalan yang mempunyai tikungan (Gambar disediakan oleh pengajar).
- Buat suatu lengkung vertikal dan tentukan elevasinya setiap jarak 10
m (Cembung dan Cekung).
C. Test/Umpan Balik
- Apa tujuan melakukan pematokan/stake out.
- Jelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk pelaksanaan
pematokan pada lengkung horisontal dan lngkung vetikal.
VI - 22