Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM KONSTRUKSI JALAN

PENGUJIAN TITIK LEMBEK


Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perencanaan Perkerasan
dan Praktik Bahan Konstruksi Jalan
Di Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Mata Kuliah:
Perencanaan Perkerasan dan Praktik Bahan Konstruksi Jalan

Dosen Pengampu:
Maris Setyo Nugroho, M.Pd.

Disusun oleh:

Debora Titisari (19510334077)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


2020

2
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia-Nya Saya
dapat menyelesaikan laporan praktikum titik nyala dan titik bakar aspal mata
kuliah Perkerasan dan Praktik Bahan Konstruksi.
Tujuan penulisan laporan praktikum ini adalah agar saya (mahasiswa) dapat
mengetahui titik nyala dan titik bakar aspal, hingga pada nantinya ilmu yang
diperoleh dapat berguna di masa yang akan datang. Pada kesempatan ini pula saya
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Maris Setyo Nugroho, M.Eng selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing saya selama kegiatan penyusunan laporan praktikum ini
hingga selesai.
2. Pihak-pihak yang telah membantu saya, baik itu secara langsung maupun
tidak langsung, untuk mengembangkan tugas ini selama pengerjaan
makalah dilaksanakan
Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan
praktikum ini. Maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan laporan praktikum ini. Akhir kata, Saya
harapkan semoga laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat kepada
pembaca.

Yogyakarta, Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
A. PENDAHULUAN....................................................................................1
1. Job Safety Analysis...............................................................................1
2. Tujuan Praktikum...............................................................................4
B. KAJIAN TEORI......................................................................................4
1. Deskripsi Umum..................................................................................4
2. Jenis dan Spesifikasi Bahan................................................................4
3. Standar Bahan, Alat, dan Pengujian.................................................7
4. Hasil Praktikum sebelumnya...........................................................10
C. METODE PENGUJIAN.......................................................................14
1. Alat dan Bahan..................................................................................14
2. Langkah Kerja...................................................................................20
D. HASIL PENGUJIAN............................................................................22
1. Pelaporan Hasil Pengujian...............................................................22
2. Analisis Data......................................................................................25
E. PEMBAHASAN....................................................................................27
F. KESIMPULAN......................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28

DAFTAR GAMBA

ii
iii
DAFTAR TABEL

iv
A. PENDAHULUAN
1. Job Safety Analysis
Dalam setiap pekerjaan memiliki risikonya masing-masing. Job
safety analysis digunakan sebagai panduan untuk praktikan agar dapat
meningkatkan kewaspadaan untuk menghindari potensi bahaya dan
mengerti bagaimana upaya pengendalian dari bahaya tersebut.
Tabel 1. Job Safety Analysis
Urutan Potensi Bahaya Upaya Pengendalian
Kegiatan
Persiapan di Adanya penyebaran Menggunakan masker
ruang materi virus dalam ruangan dan menerapkan
social distancing
Melewati pintu Praktikan
dengan terburu-buru menertibkan diri dan
datang tepat waktu
Menuju Lab Adanya penyebaran Menggunakan masker
virus dalam ruangan dan menerapkan
social distancing
Praktikan tersandung, Berjalan bergiliran,
terpelesat atau tidak terburu-buru,
menyenggol barang- dan tetap berhati-hati
barang di dalam lab
Menyiapkan Adanya penyebaran Menggunakan masker
dan mengecek virus dalam ruangan dan menerapkan
alat dan bahan social distancing
uji Alat dan bahan uji Berhati-hati dan
terjatuh menjaga fokus saat
menyiapkan dan
mengecek alat dan
bahan uji
Pembuatan Adanya penyebaran Menggunakan masker
bahan uji virus dalam ruangan dan menerapkan
social distancing
Praktikan terkena Tidak bercanda
aspal panas selama melakukan
praktikum,
menggunakan
wearpack
Pengujian Adanya penyebaran Menggunakan masker
virus dalam ruangan dan menerapkan
social distancing
Terkena benda uji Menggunakan masker
mencair saat untuk meminimalisasi

1
memasukkan benda terhirupnya karbon
uji ke dalam cawan dari aspal yang
Cleveland mengganggu
pernafasan dan
menggunakan sarung
tangan.
Titik nyala aspal Tidak berdiri terlalu
dapat menyala besar dekat dengan alat uji.
dengan seketika Menyiapkan kain
sehingga basah guna sebagai
mengakibatkan langkah preventif
kebakaran kerika terjadi
kebakaran
Percikan aspal dapat Menggunakan
melukai praktikan kacamata untuk
menghindari
terkenanya percikan
aspal pada mata dan
tidak bercanda saat
melakukan
pengujian. 
Membersihkan Adanya penyebaran Menggunakan masker
alat yang virus dalam ruangan dan menerapkan
digunakan social distancing
Praktikan terluka Membersihkan alat
karena tidak berhati- praktikum dengan
hati berhati-hati
Pengembalian Adanya penyebaran Menggunakan masker
alat dan bahan, virus dalam ruangan dan menerapkan
membersihkan social distancing
area Lab, dan Alat dan bahan yang Mengembalikan alat
Penutup bersifat sensitif tidak dan bahan
disimpan pada ketempatnya semula
tempatnya
Tersandung atau Berhati-hati dan tidak
terpeleset saat terburu-buru
merapikan ruangan
Merapikan dan Adanya penyebaran Menggunakan masker
keluar ruangan virus dalam ruangan dan menerapkan
social distancing
Tersandung atau Berhati-hati, tidak
terpeleset saat terburu-buru, dan
merapikan/keluar keluar secara teratur
ruangan

2
2. Tujuan Praktikum

Dalam praktikum pengujian penetrasi aspal ini mengacu pada SNI


2433-2011 mulai persiapan bahan hingga pengujian. Praktikum ini
bertujuan untuk:
a. Mengetahui kecenderungan aspal dapat menyala dan terbakar
akibat panas dan api yang dilakukan di laboratorium dengan suhu
terkontrol.
b. Mengetahui informasi untuk keselamatan kerja pada pengiriman
untuk bahan mudah terbakar.
c. Mengetahui suhu yang diperlukan untuk mengetahui
kecenderungan aspal menguap dan terbakar.
d. Melakukan praktikum dan menganalisis hambatan pengujian untuk
mendapatkan hasil pengujian yang akurat.

B. KAJIAN TEORI
1. Deskripsi Umum
Pengujian titik nyala dan titik bakar aspal digunakan untuk
mengetahui temperature saat aspal mula menyala dan temeoratur saat
aspal mulai terbakar. Data ini digunakan dalam proses pencampuran
demi keselamatan kerja. Titik nyala digunakan untuk mengerahui
kecenderungan aspal dapat terbakar akibat padas dan api pada kondisi
terkontrol di dalam laboratorium.
Beberapa kegunaan dari pengujian titik nyala dan titik bakar
menurut SNI 2433-2011 adalah sebagai berikut:
a. Titik nyala merupakan salah satu cara untuk menentukan
kecenderungan aspal dapat menyala akibat panas dan api, pada
kondisi di laboratorium yang terkontro, hasil tersebut dapat
digunakan sebagai informasi bahaya kebakaran sesungguhnya di
lapangan.
b. Titik nyala digunakan sebagai informasi keselamatan pada
pengiriman untuk bahan yang mudah terbakar
c. Titik nyala yang rendah memberikan pentujuk adanya bahan yang
mudah menguap dan terbakar.
d. Titik bakar merupakan salah satu cara untuk menentukan
kecenderungan aspal dapat terbakat akibat panas dan api, pada
kondisi di laboratorium yang terkontrol.
2. Jenis dan Spesifikasi Bahan
Menurut Sukirman (1999:62-64) aspal dibedakan menjadi
dua menurut cara diperolehnya, yaitu:

3
a) Aspal Alam
Aspal alam merupakan aspal yang sudah terbentuk di alam.
Manusia tinggal mengolahnya menjadi aspal siap pakai. Aspal
alam dapat didapatkan di:
1) Aspal Danau (Lake Asphalt)
Aspal danau adalah aspal yang terbentuk secara alami hingga
menjadi sebuah danau. Danau Pitch, La Brea, Trinidad,
merupakan danau aspal terbesar di dunia dengan kualitas yang
baik

Gambar 1. Diagram Aspal Danau Pitch

2) Aspal Gunung (Rock Asphalt)


Aspal gunung juga disebut sebagai batuan aspal karena aspal
ini berbentuk batuan. Aspal ini lebih sulit diolah untuk menjadi
aspal siap pakai karena berbentuk batuan. Contoh dari aspal
jenis ini adalah aspal dari Pulau Buton.

Gambar 2. Aspal Gunung

b) Aspal Buatan
Aspal buatan diperoleh dari sisa hasil pengolahan minyak bumi.
Aspal minyak dibedakan menjadi dua, yaitu:

4
1) Aspal Minyak (Petroleum Asphalt)
Berdasarakan bahan dasar aspal, aspal minyak dibedakan atas
bentuknya menjadi tiga, yaitu:
a) Aspal Keras/Panas (Asphalt Cement)
Pada suhu ruang (25°-30°C) aspal ini berbentuk padat.
Pengelompokan aspal semen dilakukan berdasarkan nilai
penetrasi pada temperatur 25°C. Di Indonesia, aspal semen
dibedakan berdasarkan nilai penetrasinya, yaitu:
 AC pen 40/50, yaitu AC dengan penetrasi antara 40-50
 AC pen 60/70, yaitu AC dengan penetrasi antara 60-70
 AC pen 85/100, yaitu AC dengan penetrasi antara 85-
100
 AC pen 120/150, yaitu AC dengan penetrasi antara 120-
150
 AC pen 200/300, yaitu AC dengan penetrasi antara 200-
300
Aspal semen dengan penetrasi rendah digunakan di daerah
dengan cuaca yang panas atau lalu lintas dengan volume
tinggi, sedangkan aspal semen dengan penetrasi tinggi
digunakan untuk daerah dengan cuaca yang dingin atau lalu
lintas dengan volume yang rendah. Di Indonesia, umumnya
aspal semen yang digunakan memiliki penetrasi 60/70 dan
80/100.
b) Aspal Cair/Dingin (Cut-Back Asphalt)
Aspal cair adakah campuran antara aspal semen dengan
bahan pencair dari hasil penyulingan minyak bumi. Dengan
demikian cut-back asphalt berbentuk cair dalam
temperatur ruang. Berdasarkan bahan pencairnya dan
kemudahan menguap bahan pelarutnya, aspal cair dapat
dibedakan atas:
 RC (Rapid Curing cut-back)
Merupakan aspal semen yang dilarutkan dengan bensin
atau premium. RC merupakan cut-back asphalt yang
paling cepat menguap.
 MC (Medium Curing cut-back)
Merupakan aspal semen yang dilarutkan dengan bahan
pencair yang lebih kental seperti minyak tanah.
 SC (Slow Curing cut-back)
Merupakan aspal semen yang dilarutkan dengan bahan
pencair yang lebih kental seperti solar.
Berdasarkan nilai viskositas pada temperatur 60°C, cut-
back asphalt dapat dibedakan atas:

5
Tabel 2. Nilai Penetrasi Aspal
RC MC SC
30 – 60 30 – 60 30 – 60
70 – 40 70 – 40 70 – 40
250 – 500 250 – 500 250 – 500
800 – 1600 800 – 1600 800 – 1600
3000 – 6000 3000 – 6000 3000 – 6000

c) Aspal Emulsi (Emulsion Asphalt)


Aspal emulsi adalah suatu campuran aspal dengan air dan
bahan pengemulsi. Berdasarkan muatan listrik yang
dikandungnya, aspal emulsi dapat dibedakan atas :
 Kationik disebut juga aspal emulsi asam, merupakan
aspal emulsi yang bermuatan arus listrik positif.
 Anionik disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan
aspal emulsi yang bermuatan negatif.
 Nonionik merupakan aspal emulsi yang tidak
mengalami ionisasi, yang berarti aspal ini tidak dapat
menghantarkan listrik.
Aspal yang umumnya digunakan sebagai perkerasan jalan
adalah aspal emulsi anionik dan kationik. Berdasarkan
kecepatan pengerasan, aspal emulsi dapat dibedakan atas:
 Rapid Setting (RS), merupakan aspal yang mengandung
sedikit bahan pengemulsi sehingga pengikatan terjadi
lebih cepat.
 Medium Setting (MS)
 Slow Setting (SS), merupakan jenis aspal emulsi yang
paling lambat mengalami penguapan.
2) Tar
Tar adalah hasil dari penyulingan batu bara. Umumnya tar
tidak digunakan dalam perkerasan jalan karena sifatnya yang
cepat mengeras, peka terhadap perubahan suhu, dan beracun.
3. Standar Bahan, Alat, dan Pengujian
Dalam praktikum pengujian penetrasi aspal alat dan bahan
yang digunakan harus sesuai dengan yang tertera dalam SNI 2433-
2011 Cara Titik Nyala dan Titik Bakar Aspal. Spesifikasi alat dan
bahan yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
a. Alat Claveland Open Cup
Alat ini memiliki ketentuan sebagai berikut:

6
Gambar 3. Alat Claveland Open Cup
(Sumber: SNI 2433-2011)
Tabel 3. Keterangan Dimensi Alat
Ukuran
Bagian Alat
Minimum (mm) Maksimum (mm)
A Diameter 3.2 4.8
B Radius 152 -
C Diameter 1.6 -
D - 2
E 6 7
F Diameter 0.8 -
(Sumber : SNI 2433:2011)

b. Cawan Cleveland
Dalam pengujian titik nyala dan titik bakar aspal, spesifikasi
cawan claveland yang digunakan adalah sebagai berikut:

7
Gambar 4. Cawan Claveland
(Sumber : SNI 2344-2011)

Tabel 4. Notasi Cleveland Cup


Ukuran
Bagian Alat
Minimum (mm) Maksimum (mm)
A 67.5 69
B 63 64
C 2.8 3.5
D 4 -
E 32.5 34
F 9 10
G 31 32.5
H 2.8 3.5
I 67 70
J 97 100
(Sumber: SNI 2433-2011)

c. Pelat Pemanas
Pelat pemans digunakan untuk mengahantarakn panas dari sumber
api ke cawan yang berisi sampel benda uji. Spesifikasi untuk pelat
pemanas adalah sebagai berikut:

8
Gambar 5. Pelat Pemanas
(Sumber: SNI 2433-2011)
Tabel 5. Ukuran Pelat Pemanas
Ukuran
Bagian Alat
Minimum (mm) Maksimum (mm)
A 6 7
B 0.5 1.0
C 6 7
D Diameter 55 56
E Diameter 69.5 70.5
F Diameter 146 159
(Sumber: SNI 2344-2011)
d. Termometer
Termometer harus dikalibrasi dengan maksimum kesalahan skala
tidak melebihi 0.1°C atau dapat juga digunakan pembagian skala
termometer lain yang sama ketelitian dan kepekaannya.
Termometer yang digunakan harus sesuai dengan SNI 19-6421-
2000 Spesifikasi Standar Termometer. Termometer yang sesuai
dan umum digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Spesifikasi Standar Termometer
No. ASTM Rentang
17C 19°C – 27°C
63C 8°C – ±32°C
64C 25°C – 5°C
(Sumber: SNI 2456:2011)
Termometer yang digunakan untuk bak perendam harus
dikalibrasi secara periodik dengan cara sesuai ASTM E77.

4. Hasil Praktikum sebelumnya


Data pengujian yang pernah dilaksanakan sebelumnya
dibutuhkan untuk menjadi pembanding hasil pengujian yang telah

9
dilakukan. Hasil pengujian dari lima praktikan sebelumnya adalah
sebagai berikut:
a. Fendy Ramadhan
Data hasil pengujian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

Tabel 7. Hasil Pengujian Sebelumnya


No Suhu (°C) Waktu Keterangan
1 253 10’43”83° Percobaan 1
2 258 10’51”40°
3 263 11’04”78°
4 268 11’17”86° Percobaan 2
5 273 11’25”01°
6 278 11’37”06°
7 283 11’44”49° Percobaan 3
8 288 11’56”43°
9 293 12’20”74° Percobaan 4
10 298 12’37”07°
11 303 12’47”85° Titik Nyala
12 308 13’26”52°
13 313 13’40”89° Percobaan 5
14 318 14’18”22°
15 323 13’40”89° Percobaan 6
16 328 14’18”22°
17 338 14’32”29° Titik Bakar
18 343 14’56”90°
(Sumber: Ramadhan, 2018:14)
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilampirkan, aspal
mencapai titik nyala pada suhu 303°C pada menit 12’47”85°, dan
titik bakar aspal terjadi pada suhu 338°C pada menit 14’56”90°.

b. Ega Pramudita Dwi Pintaningtyas


Data hasil pengujian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

Tabel 8. Hasil Pengujian Sebelumnya


No Suhu (°C) Waktu Keterangan
1 284 07:35:46 Percobaan 1
2 289 07:42:02
3 294 07:48:89 Percobaan 2
4 299 07:54:07
5 304 08:03:42
6 309 08:12:96 Titik Nyala
7 314 08:17:96
8 319 08:33:12 Percobaan 3

10
9 324 08:42:30
10 329 08:49:71 Percobaan 4
11 334 08:59:89
12 339 09:06:55 Percobaan 5
13 344 09:25:98 Titik Bakar
(Sumber: Pintaningtyas, 2018:16)
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilampirkan, aspal
mencapai titik nyala pada suhu 309°C pada menit 08:12:96 dan
titik bakar aspal terjadi pada suhu 344°C pada menit 09:25:98.

c. Wildan Setyawan
Data hasil pengujian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel 9. Hasil Pengujian Sebelumnya
No Suhu (°C) Waktu Keterangan
1 253 10:43:83 Percobaan 1
2 258 10:51:40
3 263 11:04:78
4 268 11:17:86 Percobaan 2
5 273 11:25:01
6 278 11:37:06
7 283 11:44:49 Percobaan 3
8 288 11:56:43
9 293 12:07:77 Percobaan 4
10 298 12:20:74
11 303 12:37:07 Titik Nyala
12 308 12:47:85
13 313 13:06:90 Percobaan 5
14 318 13:26:52
15 323 13:40:89 Percobaan 6
16 328 14:18:22
17 338 14:32:29 Titik Bakar
18 345 15:02:21
(Sumber: Setyawan, 2019:17)
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilampirkan, aspal
mencapai titik nyala pada suhu 303°C pada menit 12:37:07 dan
titik bakar aspal terjadi pada suhu 338°C pada menit 14:32:29.

d. Candra Ramadhan
Data hasil pengujian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

Tabel 10. Hasil Pengujian Sebelumnya


No Suhu (°C) Waktu Keterangan
1 259 07:42:02 Percobaan 1

11
2 294 07:48:89
3 299 07:54:07
4 304 08:03:42 Percobaan 2
5 309 08:12:96
6 314 08:17:96 Titik Nyala
7 319 08:33:12
8 324 08:42:30 Percobaan 3
9 329 08:44:71
10 334 08:59:89 Percobaan 4
11 339 09:06:55
12 344 09:25:98 Titik Bakar
(Sumber: Ramadhan, 2018:16)
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilampirkan, aspal
mencapai titik nyala pada suhu 314°C pada menit 08:17:96 dan
titik bakar aspal terjadi pada suhu 344°C pada menit 09:25:98.

e. Muhammad Kevin Guntur Pratama


Data hasil pengujian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel 11. Hasil Pengujian Sebelumnya
No Suhu (°C) Waktu Keterangan
1 242 06:19:79 Percobaan 1 titik nyala
2 247 06:26:72
3 252 06:31:96
4 257 07:09:99 Percobaan 2 titik nyala
5 262 07:17:16
6 267 07:25:55
7 272 07:32:89 Percobaan 3 titik nyala
8 277 07:41:68
9 282 07:50:71
10 287 08:01:26 Titik Nyala
11 292 08:02:62
12 297 08:08:42
13 302 08:11:75
14 307 08:19:30
15 312 08:22:61 Percobaan 1 titik bakar
16 317 08:29:78
17 322 08:37:77 Percobaan 2 titik bakar
18 327 08:47:21
19 332 09:03:91
20 337 09:24:71
21 342 09:46:18
22 347 10:34:55
23 350 12:03:90 Titik Bakar
(Sumber: Pratama, 2018:18)

12
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilampirkan, aspal
mencapai titik nyala pada suhu 287°C pada menit 08:01:26 dan
titik bakar aspal terjadi pada suhu 350°C pada menit 12:03:90.

C. METODE PENGUJIAN
1. Alat dan Bahan
a. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam pengujian penetrasi aspal adalah:
1) Alat Pengambil Aspal
Aspal disimpan dalam tempat khusus sehingga dalam
pengambilan sampel aspal yang akan dijadikan benda uji
dibutuhkan alat bantu seperti sendok yang terbuat dari
aluminium.

Gambar 6. Alat Pengambil Aspal


(Nugroho, 2020)

2) Cawan Claveland
Claveland merupakan alat yang dipakai sebagai wadah dimana
nanti sampel aspal yang akan diuji ditempatkan.

Gambar 7. Cawan Claveland


(Nugroho, 2020)

13
3) Alat Pemanas (Claveland Electric)
Alat ini digunakan untuk memanaskan aspal higga mencapai
titik nyala dan titik bakarnya.

Gambar 8. Claveland Electric


(Nugroho, 2020)
A = Termometer
B = Alat Pematik
C = Suhu Kontrol
D = Tempat Cawan Claveland Open CUp
E = Saklar Power
F = Indikator Pemanasan

4) Termometer
Termometer berguna untuk mengecek suhu ruang dan suhu
aspal ketika dipanaskan dan akan diuji. Menurut SNI
2456:2011 termometer harus dikalibrasi dengan maksimum
kesalahan skala tidak melebihi 0.1°C atau dapat juga digunakan
pembagian skala termometer lain yang sama ketelitian dan
kepekaannya. Termometer yang digunakan harus sesuai dengan
SNI 19-6421-2000 Spesifikasi Standar Termometer.
Termometer yang sesuai dan umum digunakan adalah sebagai
berikut:
No. ASTM Rentang
17C 19°C – 27°C
63C 8°C – ±32°C
64C 25°C – 5°C

14
Gambar 9. Termometer

5) Stopwatch
Berdasarkan SNI 2456:2011, stopwatch atau pengukur waktu
elektrik digunakan untuk penetrometer yang dijalankan secara
manual dan mempunyai skala terkecil 0.1 detik atau kurang
dengan kesalahan tertinggi 0.1 detik untuk setiap 60 detik.

Gambar 10. Stopwatch


6) Pematik
Pematik api digunakan untuk mengetahui apakah aspal telah
mencapai titik nyala atau titik lembek.

Gambar 11. Alat Pematik


(Nugroho, 2020)

15
7) Kacamata
Safety google digunakan untuk melindungi mata dan
mengantisipasi kecelakaan kerja.

Gambar 12. Safety Google


(Nugroho, 2020)
8) Sarung Tangan
Sarung tangan digunakan untuk menghindarkan kontak
langsung antara tangan praktikan dan alat pengujian yang
menghasilkan panas.

Gambar 13. Sarung Tangan


(Nugroho, 2020)

16
9) Kain Lap
Kain lap digunakann untuk membersihkan bekas dan kotoran
material yang menempel pada alat praktikum. Alat-alat yang
digunakan harus dibersihkan supaya terjaga keawetannya.

Gambar 14. Kain Lap


(Nugroho, 2020)

b. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pengujian penetrasi aspal
adalah:
1) Aspal
Sampel aspal yang akan diuji titik nyala dan titik bakarnya.

Gambar 15. Sampel Aspal


(Nugroho, 2020)

17
2) Minyak Tanah
Minyak tanah digunakan sebagai bahan pembantu untuk
membersihkan sisa-sisa aspal yang meletak pada peralatan
yang digunakan dalam praktikum.

Gambar 16. Minyak Tanah


(Nugroho, 2020)

18
c. Pengambilan Sampel
Sebelum pengujian dilaksanakan sampel harus dipersiapkan.
Proses persiapan sampel aspal adalah sebagai berikut:
1) Mendapatkan arahan dari dosen pengampu mata kuliah
praktikum.
2) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
praktikum.
3) Mengambil sampel yang telah tersedia dan memasukan
kedalam cawan.
4) Meletakan sampel aspal ke dalam cawan claveland sampai
garis batas cawan

Gambar 17. Garis Batas Sampel


(Nugroho, 2020)

d. Persiapan Benda Uji


Pengujian penetrasi aspal melalui beberapa persiapan sebagai
berikut:
1) Memastikan sampel telah disiapkan sesuai dengan garis
batas cawan.
2) Mengatur sushu alat pemanas sama dengan suhu ruangan
sebelum pengujian dimulai.
3) Menyiapkan K3 berupa kain basah untuk mengantisipasi
kebakaran ringan.
4) Aspal yang digunakan merupakan aspal pen 60/70 sesuai
dengan bahan yang telah tersedia di laboratorium.
2. Langkah Kerja
Cara pengujian titik nyala dan titik bakar aspal menurut SNI 2433-
2011 adalah sebagai berikut:
a) Memanaskan contoh bahan yang keras atau semi padat sampai cair.
Temperatur pemanasan contoh uji tidak boleh lebih dari 150°C.
b) Mengisi cawan claveland dengan contoh uji sampai batas
pengisidan dan menempatkan cawan di atas plat pemanas.
c) Menyalakan api penguji dan atur diameter api penguji antara 3.2
mm sampai dengan 4.8 mm atau nyala api penguji seukuran
dengan ujung pipa penguji

19
d) Menggunakan gas dengan hati-hati untuk nyala api, bila api
penguji padam, gas untuk nyala penguji akan mempengaruhi hasil
uji.
e) Melakukan pengujian dengan hati-hati, aspal dengan titik nyala
rendah dapat menyala dengan seketika. Selain itu, pengujian
sampai dengan temperatur 400°C dapat mengeluarkan gas beracun.
f) Melakukan pemanasan awl dengan keanikan temperatur antara
14°C – 17°C per menit sampai benda uji mencapai temperatur
56°C di bawah titik nyala perkiraan. Kurangi pemanasan hingga
kecepatn kenaikan temperatur antara 5°C – 6°C per menit sampai
benda uji mencapai temperatur 28°C di bawah titik nyala
perkiraan.
g) Menggunakan nyala pengujiam pada waktu temperatur benda uji
mencapai ±28°C di bawah titik nyala perkiraan dan lintaskan api
penguji setiap kenaikan temperatur 2°C . Lintasan api penguji
mengikuti faris lengkung yang mempunyai jari-jari minimum 150
mm ± 1 mm.
h) Api penguji harus bergerak horizontal dan jarak dengan tepi cawan
tidak lebih dari 2 mm. Waktu yang dibutuhkan api penguji untuk
melintasi cawan kurang lebih 1 detik ± 0.1 detik.
i) Melakukan pemanasan dari temperatur 28°C di bawah titik nyala-
perkiraan sampai titik nyala-perkiraan untuk menghindari
terganggunya nyala api penguji akibat pengaruh angina di atas uap
pada cawan Cleveland lakukan lintasan api penguji dengan cfepat
dan hati-hati.
j) Apabila terjadi pembusaan dipermukaan benda uji sampai
temperature 28°C di bawah titik nyala perkiraan, pengujian
dihentikan dan diulangi.
k) Memperhatikan besarnya nyala api penguji, kecepatn kenaikan
temperature dan kecepatan gerakan api penguji di atas benda uji.
l) Mencatat hasil pengujian titik nyala yang diperoleh dan pembacaan
thermometer pada saat benda uji mulai menyala.
m) Melanjutkan pemanasan untuk menentukan titik bakar. Pemanasan
pada benda uji setelah titik nyala dicata, kenaikan temperature 5°C
– 6°C per menit. Lanjutkan oenggunaan nyala penguji pada
interval kenaikan temperature 2°C samapi benda uji menyala dan
terbakat minimal 5 detik.
n) Mencatat temperature titik bakar benda uji.

20
D. HASIL PENGUJIAN
1. Pelaporan Hasil Pengujian
Pengujian yang telah dilakukan mendapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 12. Hasil Pengujian 1


Waktu Suhu Selisih Temperatu Keterangan
No
(menit) (°C) Suhu r Kontrol
1 0 30.3 - 50
2 1 32.3 2
3 2 33.3 1
4 3 34.3 1
5 4 34.3 0
6 5 34.3 0
7 6 34.3 0 100
8 7 35.3 1
9 8 36.3 1
10 9 36.3 0
11 10 36.3 0
12 11 36.3 0
13 12 36.3 0
14 13 37.3 1 150
15 14 38.3 1
16 15 38.3 0
17 16 40.3 2
18 17 42.3 2
19 18 46.3 4
20 19 57.3 11
21 20 84.3 27
22 21 118.3 34
23 22 148.3 30
24 23 162.3 14
25 24 169.3 7
26 25 174.3 5
27 26 177.3 3
28 27 177.3 0
29 28 176.3 1
30 29 176.3 0
31 30 172.3 4 200
32 31 170.3 2
33 32 170.3 0
34 33 174.3 4
35 34 182.3 8
36 35 193.3 11

21
37 36 204.3 11
38 37 218.3 14
39 38 224.3 6
40 39 226.3 2
41 40 226.3 0
42 41 224.3 2 250
43 42 224.3 0
44 43 228.3 4
45 44 234.6 6
46 45 232.3 8
47 46 235.3 12
48 47 264.3 10
49 48 271.3 7
50 49 274.3 3
51 50 272.3 2
52 51 270.3 2
53 52 266.3 4
54 53 266.3 0
55 54 270.3 4
56 55 276.3 6
57 56 284.3 8
58 57 292.3 8
59 58 300.3 8
60 59 301.3 1
61 60 300.3 1
62 61 300.3 0
63 62 304.3 4
64 63 309.3 5
65 64 314.3 5
66 65 322.3 8
67 66 326.3 4
68 67 324.3 2
69 68 320.3 4
70 69 314.3 6
71 70 302.3 12
72 71 297.3 5
73 72 290.3 7

Tabel 13. Hasil Pengujian 2


Waktu Suhu Selisih Temperatu Keterangan
No
(menit) (°C) Suhu r Kontrol
1 0 19.3 -
2 1 19.3 0

22
3 2 19.3 0
4 3 20.3 1
5 4 21.3 1
6 5 22.3 1
7 6 26.3 4
8 7 28.3 2
9 8 32.3 4
10 9 35.3 3
11 10 38.3 3
12 11 39.3 1
13 12 44.3 5
14 13 52.3 8 100
15 14 68.3 16
16 15 84.3 16
17 16 91.3 7
18 17 92.3 1
19 18 92.3 0
20 19 91.3 1 150
21 20 90.3 1
22 21 90.3 0
23 22 88.3 2
24 23 93.3 5
25 24 106.3 13
26 25 127.3 21
27 26 150.3 23
28 27 171.3 21
29 28 191.3 20
30 29 204.3 13
31 30 210.3 6
32 31 212.3 2
33 32 210.3 2
34 33 206.3 4 200
35 34 203.3 3
36 35 205.3 2
37 36 210.3 5
38 37 219.3 9
39 38 229.3 10
40 39 240.3 11
41 40 249.3 9
42 41 250.3 1
43 42 250.3 0 225
44 43 248.3 2
45 44 249.3 1
46 45 255.3 6

23
47 46 262.3 7
48 47 268.3 6
49 48 266.3 2 250
50 49 264.3 2
51 50 266.3 2
52 51 270.3 4
53 52 279.3 8
54 53 284.3 6
55 54 282.3 2 275
56 55 282.3 0
57 56 283.3 1
58 57 287.3 4 Titik Nyala
59 58 293.3 6
60 59 298.3 5
61 60 300.3 2
62 61 296.3 4 300
63 62 294.3 2
64 63 293.3 1
65 64 296.3 3
66 65 302.3 6 Titik Nyala
67 66 308.3 6
68 67 320.3 12
69 68 326.3 6
70 69 328.3 2
71 70 321.3 7 325
72 71 315.3 6
73 72 310.3 5
74 73 309.3 1
75 74 314.3 5
76 75 320.3 6 Titik Bakar
77 76 327.3 7 Titik Bakar
78 77 335.3 5 Titik Bakar
79 78 331.3 1 Titik Bakar

2. Analisis Data
Pada tabel 000, pemanasan aspal dilakukan dan dicatat suhunya
setiap 1 menit, kemudian diberikan api. Pada menit ke-57 dan 66
dengan suhu 287.3°C dan 302.3°C, aspal mencapai titik nyala dengan
tanda berupa adanya nyala api yang durasinya tidak lebih dari 5 detik.
Pengujian dilanjutkan dan pada menit ke-75 sampai 78 dengan suhu
320.3°C, 327.3°C, 335.3°C, dan 331.3°C aspal mencapai titik
bakarnya dengan tanda berupa nyala api selama lebih dari 5 detik.

24
Selisih waktu antara titik nyala dan titik bakar aspal adalah sebagai
berikut:
Selisih Waktu = Menit Aspal Terbakar - Menit Aspal Menyala
= 75 - 57
= 18 Menit
Selisih Suhu = Suhu Aspal Terbakar - Suhu Aspal Menyala
= 320.3°C - 287.3°C
= 33°C

25
E. PEMBAHASAN
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, didapatkan suhu titik
nyala sebesar 287.3°C pada menit ke-57. Sedangkan titik bakar dicapai
pada suhu 320.3°C pada menit ke-75. Dari hasil ini dapat diketahui waktu
aspal untuk mencapai titik bakar setelah titik nyala diraih adalah 18 menit.
Apabila dibandingkan dengan SNI 2433-2011, terdapat beberapa
perbedaan yang dapat mempengaruhi hasil pengujian seperti:
1. Alat yang digunakan merupakan alat dengan bahan bakar listrik,
sedangkan alat yang digunakan menurut SNI 2433-2011 menggunakan
bahan bakar gas.
2. Cawan Cleveland yang digunakan terpadat sisa-sisa aspal dari
praktikum sebelumnya yang sudah mengering, sedangakan cawan
yang seharusnya digunakan harus bersih dati aspal dan kering.
3. Benda uji yang seharusnya digunakan sebanyak 70 mL, sedangkan
pada pengujian yang dilakukan hanya menggunakan garis batas yang
tertera pada cawan.
4. Kenaikan suhu tidak bisa dikontrol setiap menitnya, sedangkan dalam
SNI 2433-2011 dianjurakn kenaikan suhu antara 14°C – 17°C sampai
temperature benda uji 56°C di bawah titik nyala perkiraan.
F. KESIMPULAN
Setelah melakukan pengujian titik nyala dan titik bakar aspal dan
telah mendapatkan hasil baik hasil pengujian maupun hasil pengolahan
data, maka didapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Titik nyala aspal dicapai pada menit ke-57 dengan suhu 287.3°C.
2. Titik bakar aspal dicapai pada menit ke-75 dengan suhu 320.3°C.
3. Beberapa hal berbeda dengan apa yang sudah distandarkan di
dalam SNI 2433-2011.
4. Kurangnya pemahaman dan ketelitian praktikan dalam melakukan
pengujian mempengaruhi hasil pengujian yang diperoleh.

26
DAFTAR PUSTAKA

Aenah, Ayu S, dkk. Praktikum Perkerasan Jalan. Universitas Jendral


Achmas Yani. Cimahi.
Badan Standarisai Nasional. (2011). SNI 2433:2011. Cara Uji Titik
Nyala dan Titik Bakar. Jakarta.
Nugroho, Ibnu P. A. (2020) Praktikum Konstruksi Jalan Pengujian
Titik Nyala dan Titik Bakar Aspal. Yogyakarta. Universitas
Negeri Yogyakarta.
Pemerintah Indonesia. (2012). Undang-Undang Nomor 50 Tahun
2012 tenteang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Lembaran RI 2007 No. 39. Jakarta.
Sekretariat Negera.
Pitaningtyas, Ega. P. D. (2018). Praktikum Konstruksi Jalan
Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar Aspal. Yogyakarta.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Pratama, Muhammad K.G.(2018). Praktikum Konstruksi Jalan
Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar Aspal. Yogyakarta.
Universitas Negeri Yogyakrta.
Ramadhan, Candra. (2018). Praktikum Konstruksi Jalan Pengujian
Titik Nyala dan Titik Bakar Aspal. Yogyakarta. Universitas
Negeri Yogyakarta.
Ramdhan, Fendy. (2018). Praktikum Konstruksi Jalan Pengujian Titik
Nyala dan Titik Bakar Aspal. Yogyakarta. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Setyawan, Wildan. (2019). Praktikum Konstruksi Jalan Pengujian
Titik Nyala dan Titik Bakar Aspal. Yogyakarta. Universitas
Negeri Yogyakarta.
Sukirman, Silvia (1999). Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan.
Bandung : Nova.

27

Anda mungkin juga menyukai