Anda di halaman 1dari 94

No.

18/PKL/D3-KG/2019

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

PROYEK PEMBANGUNAN THE PAKUBUWONO MENTENG

MENTENG, JAKARTA PUSAT

Disusun Oleh :

SYAVIRA RIZKI AMELIA

(1117030021)

ZAHRA PANGASTUTI

(1117030030)

Pembimbing :

Ir. Drs. R. AGUS MURDIYOTO MSi.

(NIP : 19590819 198603 1 002 )

JURUSAN TEKNIK SIPIL

PROGRAM STUDI KONSTRUKSI GEDUNG

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas kehendak-Nyalah kami dapat menyelesaikan laporan kerja praktik yang
dilaksanakan di The Pakubuwono Menteng – Jakarta Pusat, selama 5 minggu (26
Agustus 2019 – 04 Oktober 2019).

Penyusunan laporan praktik kerja lapangan ini sebagai bukti dalam


pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dan untuk memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan mata kuliah Kerja Praktik Program Diploma III (DIII) Jurusan
Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta, Program Studi Teknik Konstruksi Gedung.
Selain itu, PKL ini juga bertujuan untuk memperoleh pengetahuan di lapangan yang
bertujuan untuk memberikan perbandingan antara teori yang didapat di bangku
perkuliahan dengan kenyataan yang terdapat di lapangan dan membantu agar
mahasiswa memperoleh gambaran yang menyeluruh dalam pelaksanaan
pembangunan suatu proyek serta mengenal kendala-kendala yang mungkin
dihadapi suatu protyek serta bagaimana cara untuk menyelesaikan kendala-kendala
tersebut (solusi).

Dalam penulisan laporan kerja praktik ini, kami banyak mengalami banyak
kesulitan, terutama dalam hal ilmu pengetahuan. Namun, berkat dukungan dan
bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya laporan kerja praktik ini dapat
diselesaikan, walaupun masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, sudah
sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua beserta keluarga kami yang selalu memberikan dukungan moral
baik dalam hal materi maupun doa.
2. Bapak Agung Budi Broto, S.T., M.T. sebagai Ketua Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Jakarta.
3. Bapak Ir.Drs.R.Agus Murdiyoto,MSi. sebagai Dosen Pembimbing Praktik
Kerja Lapangan yang selalu membimbing dan memberi masukan dalam
menyusun laporan ini.
4. Bapak Ir.Mozes Tuanakotta selaku Associate Director yang telah menerima
kami untuk melakukan praktik kerja lapangan di proyek The Pakubuwono
Menteng.

ii
5. Bapak Richard Tan selaku Project Manager yang telah menerima kami
untuk melakukan praktik kerja lapangan di proyek The Pakubuwono
Menteng.
6. Bapak Robin selaku Site Engineer dan juga sebagai pembimbing kami di
proyek The Pakubuwono Menteng.
7. Bapak Adrian selaku Quality Assurance Manager dan juga sebagai
pembimbing kami di proyek The Pakubuwono Menteng.
8. Serta seluruh staff karyawan PT. Total Bangun Persada Tbk yang telah
banyak membantu dan memberikan masukan selama Praktik Kerja
Lapangan berlangsung.
9. Teman-teman Paktik Kerja Lapangan yang membantu dalam segala hal.
10. Dan teman-teman Gedung 3 2017 yang telah membantu dalam segala hal.

Kami menyadari bahwa laporan kerja sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran yang positif agar laporan ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa
yang akan datang.

Harap kami, mudah-mudahan laporan kerja praktik ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Amin.

Depok, Oktober 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .................................................................... 1


1.1.1. Proyek yang Diamati .......................................................... 1
1.1.2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ....................................... 1
1.1.3. Lokasi Proyek ...................................................................... 2
1.2. Tujuan dan Manfaat ........................................................... 3
1.2.1. Tujuan .................................................................................. 3
1.2.2. Manfaat ................................................................................ 3
1.3. Metodologi Penulisan .......................................................... 4
1.4. Ruang Lingkup .................................................................... 5
1.5. Sistematika Penulisan Laporan ......................................... 5

BAB II PENGENALAN PERUSAHAAN

2.1. Pengenalan PT Total Bangun Persada Tbk ..................... 7


2.2. Sejarah Singkat PT Total Bangun Persada Tbk ............. 9
2.3. Misi,Visi dan Nilai-Nilai PT Total Bangun Persada ........ 11
2.4. Bidang Usaha PT Total Bangun Persada Tbk ................. 13
2.5. Struktur Organisasi PT Total Bangun Persada Tbk ....... 13
2.6. Keunggulan PT Total Bangun Persada Tbk .................... 14
2.7. Prestasi dan Sertifikasi PT Total Bangun Persada Tbk .. 15
2.8. Proyek yang Telah Dibangun ............................................. 18
2.9. Prosedur Mendapatkan Proyek ......................................... 22
2.9.1. Tahap Perencanaan ............................................................ 22
2.9.2. Tahap Pengorganisasian ..................................................... 23

v
2.9.3. Tahap Pelaksanaan ............................................................. 23
2.9.4. Tahap Pengawasan ............................................................. 24

BAB III PENGENALAN PROYEK

3.1. Gambaran Umum Proyek .................................................. 25


3.1.1. Data Umum Proyek ............................................................. 26
3.1.2. Data Teknis Proyek ............................................................. 26
3.2. Struktur Organisasi Proyek ............................................... 28
3.2.1. Pihak-Pihak yang Terlibat ................................................. 29
3.3. Pelaksanaan Disiplin Kerja ................................................ 47
3.4. Proses Pelaksanaan Proyek ................................................ 49
3.5. Kurva S ................................................................................ 50

BAB IV KEGIATAN YANG DIAMATI

4.1. Ruang Lingkup .................................................................... 51


4.2. Pekerjaan yang Diamati ..................................................... 52
4.2.1. Metode Pelaksanaan Konstruksi ........................................ 52
4.2.1.1. Metode Pemasangan Pasangan Bata Ringan ................... 52
4.2.1.1.1. Pelaksanaan Pekerjaan Pasangan Bata Ringan ............... 52
4.2.1.2. Pekerjaan Plesteran Dinding ............................................. 57
4.2.1.2.1. Mempelajari Gambar Kerja .............................................. 57
4.2.1.2.2. Alat Kerja ............................................................................ 57
4.2.1.2.3. Pelaksanaan Pekerjaan Plesteran ...................................... 58
4.2.1.3. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Acian .............................. 60
4.2.1.3.1. Alat yang digunakan ........................................................... 60
4.2.1.3.2. Bahan yang digunakan ....................................................... 60
4.2.1.3.3. Pelaksanaan Pekerjaan Acian ............................................ 60
4.2.2. Pekerjaan Struktur ............................................................. 62
4.2.2.1. Kolom ................................................................................... 62
4.2.2.1.1. Pekerjaan Pembesian .......................................................... 62
4.2.2.1.2. Pekerjaan Pemasangan ....................................................... 63
4.2.2.1.3. Pekerjaan Pemasangan Bekisting ...................................... 65
4.2.2.1.4. Pekerjaan Pengecoran ........................................................ 66

vi
4.2.2.1.5. Pekerjaan Pelepasan Bekisting .......................................... 69
4.2.2.2. Core Wall dan Shear Wall ................................................. 70
4.2.2.2.1. Pekerjaan Pembesian .......................................................... 71
4.2.2.2.2. Pekerjaan Pemasangan Bekisting ...................................... 72
4.2.2.2.3. Pekerjaan Pengecoran ........................................................ 74
4.2.2.2.4. Pekerjaan Pelepasan Bekisting dan Curing ..................... 76
4.3. Tugas Selama Praktik ......................................................... 77
4.3.1. Melalukan Mapping Progress ............................................ 77
4.3.2. Melakukan Monitoring NCR Struktur ............................. 78
4.3.3. Melalukan NDT UPV pada Kolom Lantai 12 .................. 80
4.4. Studi Kasus .......................................................................... 83
4.4.1. Core Wall Bunting .............................................................. 83
4.4.2. Balok Retak ......................................................................... 83

BAB V PENUTUP

6.1. Kesimpulan .......................................................................... 85


6.2. Saran .................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Lokasi Proyek Pembangunan The Pakubuwono Menteng

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT.Total Bangun Persada

Gambar 2.2 Sertifikasi Perusahaan kontraktor terbaik

Gambar 2.3 Sertifikasi Nihil Kecelakaan Kerja 2007

Gambar 2.4 Sertifikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2009

Gambar 2.5 Pemenang Konstruksi Indonesia Award 2010

Gambar 2.6 Sertifikasi Pengahargaan Karya Konstruksi Indonesia 2011

Gambar 2.7 Penghargaan IAMPI untuk Proyek of The Year

Gambar 2.8 Penghargaan Oleh Kementrian Pekerjaan Umum 2013

Gambar 2.9 Penghargaan Annual Report Award dari Bursa Efek Indonesia

Gambar 2.10 Penghargaan Terbaik Pertama Kinerja Proyek Konstruksi 2014

Gambar 2.11 Penghargaan TOP ASEAN Infrastructure 2015

Gambar 2.12 Berau Kalimantan Airport

Gambar 2.13 Menara Tendean

Gambar 2.14 Hotel Mercure BSD City Tangerang

Gambar 2.15 Potato Head Hotel

Gambar 2.16 ITK Binus Malang

Gambar 2.17 The Breeze Building

Gambar 2.18 The Proposed Anchor Mall and Lagoi Bay

Gambar 2.19 Central Park Building

Gambar 2.20 The Smith

Gambar 2.21 The Pakubuwono Menteng

viii
Gambar 3.1 Tampak Depan Apartemen The Pakubuwono Menteng

Gambar 3.2 Struktur Organisasi Proyek Apartemen The Pakubuwono Menteng

Gambar 3.3 Kurva S Proyek The Pakubuwono Menteng

Gambar 4.1 Proses Pekerjaan Marking

Gambar 4.2 Proses Pekerjaan Pasangan Dinding

Gambar 4.3 Proses Pemasangan Zincsheet

Gambar 4.4 Pemasangan Stickwall pada Dinding

Gambar 4.5 Proses Pemasangan Gypsum

Gambar 4.6 Pekerjaan As Kepalaan

Gambar 4.7 Pekerjaan Kepalaan

Gambar 4.8 Pekerjaan Plesteran

Gambar 4.9 MU-202 (Instan)

Gambar 4.10 Pekerjaan Acian

Gambar 4.11 Pekerjaan Tulangan Kolom

Gambar 4.12 Pemasangan Tulangan Kolom

Gambar 4.13 Sepatu Kolom

Gambar 4.14 Hasil Pemasangan Tulangan

Gambar 4.15 Pemasangan Sabuk Kolom

Gambar 4.16 Hasil Pemasangan Bekisting Kolom

Gambar 4.17 Pekerjaan Test Slump

Gambar 4.18 Pengambilan Sampel Uji Beton

Gambar 4.19 Pekerjaan Pengecoran Kolom

Gambar 4.20 Pelepasan Bekisting

ix
Gambar 4.21 Pemasangan Tulangan Core Wall

Gambar 4.22 Pemasangan Stop Cor Pipa

Gambar 4.23 Pemasangan Bekisting Core Wall

Gambar 4.24 Flat Rod

Gambar 4.25 Pekerjaan Veticality Check

Gambar 4.26 Pekerjaan Pengecoran Core Wall

Gambar 4.27 Pekerjaan Pengecoran Shear Wall

Gambar 4.28 Cover Laporan Mapping Progress

Gambar 4.29 Hasil Laporan Mapping Progress

Gambar 4.30 Balok Keropos

Gambar 4.31 Pembobokan dan Chipping

Gambar 4.32 Perbaikan Dengan Menggrouting

Gambar 4.33 Marking

Gambar 4.34 Pengolesan Ultrasonic Gel

Gambar 4.35 Pengujian NDT UPV

Gambar 4.36 Hasil Tes NDT UPV

Gambar 4.37 CoreWall Bunting yang Telah Dibobok

Gambar 4.38 Retakan pada Balok

Gambar 4.39 Setelah Dilakukan Perbaikan

x
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 DAFTAR ISIAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

LAMPIRAN 2 SURAT PERMOHONAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

LAMPIRAN 3 SURAT JAWABAN DARI PERUSAHAAN

LAMPIRAN 4 SURAT KETERANGAN TELAH MENYELESAIKAN PKL

LAMPIRAN 5 DAFTAR HADIR PKL

LAMPIRAN 6 DAFTAR KEGIATAN HARIAN PKL

LAMPIRAN 7 LEMBAR ASISTENSI DOSEN PEMBIMBING JURUSAN

LAMPIRAN 8 SITE PLAN

LAMPIRAN 9 STRUKTUR ORGANISASI PT TOTAL BANGUN PERSADA


TBK

LAMPIRAN 10 DENAH PROYEK THE PAKUBUWONO MENTENG

LAMPIRAN 11 DENAH KOLOM PROYEK THE PAKUBUWONO


MENTENG

LAMPIRAN 12 POWERPOINT HASIL MAPPING

LAMPIRAN 13 KURVA S

LAMPIRAN 14 MASTER SCHEDULE

xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Praktik Kerja Lapangan adalah sebuah kegiatan yang menjadi salah satu
syarat kelulusan dalam menempuh jenjang pendidikan Diploma III (D-III)
Jurusan Teknik Sipil bidang studi konstruksi bangunan gedung yang dilakukan
pada akhir semester IV hingga awal semester V selama 8 minggu di sebuah
proyek perusahaan jasa konstruksi. Pada kerja praktik ini, mahasiswa
ditugaskan pada proyek konstruksi yang sedang berlangsung. Mahasiswa akan
dibimbing oleh para pelaku proyek professional melalui penjelasan, pembagian
tugas, diskusi, dan melalui pengamatan langsung di lapangan. Mahasiswa
Teknik Sipil kemudian diharapkan dapat membandingkan perencanaan yang
dibuat dengan pelaksanaannya di lapangan, melihat dan mengalami secara
langsung permasalahan-permasalahan yang terjadi selama masa konstruksi
suatu struktur bangunan sipil, dan mengetahui cara-cara atau solusi-solusi
praktis yang dapat digunakan selama konstruksi berlangsung.
Banyaknya pengalaman yang bisa didapat oleh mahasiswa selama Praktik
Kerja Lapangan atau Job Training, diharapkan tuntutan kebutuhan akan dunia
konstruksi lulusan Politeknik yang terampil dan cerdas bisa tercapai. Serta
terjalin hubungan yang erat antara perusahaan jasa kosntruksi dengan lembaga
pendidikan tinggi khususnya Politeknik Negeri Jakarta.

1.1.1. Proyek yang Diamati


Proyek yang diamati adalah Pembangunan The Pakubuwono Menteng
yang beralamat di Jalan KH. Wahid Hasyim No.110-112 Kb. Sirih,
Menteng, Jakarta Pusat dan dilaksanakan oleh PT. Total Bangun
Persada Tbk sebagai kontraktor utama.

1.1.2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Tempat : Proyek The Pakubuwono Menteng
Alamat : Jalan KH. Wahid Hasyim No.110-112 Kb. Sirih,
Menteng, Jakarta Pusat

1
Tanggal : 26 Agustus 2019 – 05 Oktober 2019
Waktu : Senin – Sabtu, Pukul 08.30 – 17.30

1.1.3. Lokasi Proyek

Laporan Praktik Kerja Lapangan ini disusun sesuai dengan


pengamatan dan tinjauan pembangunan The Pakubuwono Menteng yang
berlokasi di kawasan Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat.

Gambar 1.1 Lokasi Proyek Pembangunan The Pakubuwono


Menteng

Dengan lokasi yang strategis, The Pakubuwono Menteng didesain


sebagai Apartment. Pekerjaan dalam pembangunan meliputi pekerjaan
struktur, pekerjaan arsitektur, pekerjaan Plumbing, dan pekerjaan
Mechanical Electrical.

1.2. Tujuan dan Manfaat


1.2.1. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan adalah agar
mahasiswa dapat :

2
1. Memperoleh pengetahuan di lapangan yang digunakan sebagai
perbandingan antara teori yang didapat di bangku perkuliahan
dengan kenyataan di lapangan.
2. Mengetahui bagaimana suatu perusahaan layanan jasa
pelaksanaan konstruksi itu berdiri dan siapa saja pihak yang
terlibat didalamnya.
3. Mengetahui jenis-jenis dokumen yang ada pada suatu proyek
konstruksi.
4. Mengetahui struktur organisasi baik dalam perusahaan jasa
konstruksi maupun proyek konstruksi.
5. Mengetahui pembagian tugas (job description) semua personal
yang terlibat dalam pelaksanaan proyek konstruksi.
6. Memahami metode pelaksanaan proyek konstruksi.
7. Mengamati dan menjalankan tugas yang diberikan di proyek
konstruksi.
8. Mengetahui bagaimana cara menyelesaikan masalah yang ada di
proyek.
9. Membuat laporan PKL dengan baik dan sesuai dengan tata tulis
penulisan ilmiah.
1.2.2. Manfaat
Berikut adalah manfaat Praktik Kerja Lapangan bagi mahasiswa :
1. Memberikan mahasiswa informasi yang bermanfaat mengenai
ilmu yang berhubungan dengan konstruksi gedung.
2. Dapat menambah pengalaman di lapangan secara langsung.
3. Menjadi mahasiswa yang berpotensi kompetitif yang siap
memasuki era dunia kerja.

Manfaat bagi penyelenggara program :

1. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengetahui


proyek konstruksi.
2. Memperkenalkan Politeknik Negeri Jakarta kepada pihak luar.

Manfaat bagi instansi tempat PKL :

3
1. Memperoleh masukan – masukan baru dari lembaga pendidikan,
melalui mahasiswa yang sedang melaksanakan PKL.
2. Menjalin hubungan baik dengan Politeknik Negeri Jakarta.
3. Memperluas jejaring komunikasi antara Politeknik Negeri Jakarta
dengan industry konstruksi.

1.3. Metodologi Penulisan


Metode yang digunakan Penulis dalam menyusun Laporan Praktik Kerja
Lapangan adalah sebagai berikut :
1. Observasi Lapangan (Pengamatan)
Penulis akan melakukan tinjauan langsung ke lapangan untuk
mengamati proses pelaksanaan konstruksi The Pakubuwono Menteng,
berdiskusi dengan orang – orang yang bekerja di dalam proyek itu
dengan segala posisi pekerjaan, sehingga pada akhirnya data – data
terkait proses pelaksaan proyek dapat diperoleh untuk dimuat di laporan
ini.
2. Pelaksanaan Tugas Selama PKL
Penulis diberikan pekerjaan selama melakukan Praktik Kerja Lapangan
di The Pakubuwono Menteng, dimana pekerjaan – pekerjaan tersebut
diberikan oleh pembimbing industry maupun orang – orang yang
bekerja di kantor proyek tersebut yang kemudian hasil pekerjaan itu
dijadikan data yang akan dilaporkan.
3. Interview atau Wawancara
Penulis juga melakukan wawancara kepada Pembimbing Industri,
Pelaksana, Staf Administrasi, Inspektur Lapangan, dan Project Manager
dalam hal ini adalah dari pihak kontraktor untuk mengetahui cara – cara
pelaksanaan konstruksi, kontrak terkait, dan juga data – data fisik
lainnya terkait proses pelaksanaan.

1.4. Ruang Lingkup


Laporan kerja praktik ini merupakan hasil pengamatan dan juga merupakan
hasil dari konsultasi – konsultasi yang penulis lakukan kepada pihak – pihak

4
yang terlibat dalam proyek ini. Waktu kerja praktik yang dilakukan adalah 2
(dua) bulan. Dalam waktu 2 (dua) bulan tersebut rasanya sulit bagi penulis
untuk menguasai semua kegiatan yang dilakukan pada proyek yang besar ini.
Oleh karena itu, dalam laporan kerja praktik ini diperlukan batasan. Batasan
yang disajikan dalam laporan ini adalah memfokuskan pada pekerjaan struktur
dan arsitektur yang terdiri dari :

1. Pekerjaan perancah dan bekisting,


2. Pekerjaan penulangan,
3. Pekerjaan pengecoran, dan
4. Pekerjaan finishing.

Penulis akan berusaha semaksimal mungkin dalam mengumpulkan data –


data berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan proyek mulai dari tujuan proyek,
manajemen proyek, material dan perlatan yang digunakan oleh tenaga kerja,
serta pelaksanaan pekerjaan yang terjadi selama penulis melakukan kerja
proyek.

1.5. Sistematika Penulisan Laporan


Penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan ini secara keseluruhan dibagi
menjadi beberapa BAB yaitu :
BAB I : Pendahuluan
Menjelaskan tentang latar belakang, tujuan Praktik Kerja Lapangan ,
metodologi penulisan, ruang lingkup, dan sistematika penulisan laporan.
BAB II : Pengenalan Perusahaan
Menjelaskan tentang sejarah atau latar belakang perusahaan, visi dan misi
perusahaan, prestasi atau sertifikat perusahaan, organisasi perusahaan,
pelaksanaan disiplin kerja dari PT. Total Bangun Persada Tbk, dan proses
mendapatkan proyek The Pakubuwono Menteng.
BAB III : Pengenalan Proyek

5
Menjelaskan tentang latar belakang dan tujuan proyek, gambaran umum
proyek, struktur organisasi proyek, serta proses persiapan dan pelaksanaan
Proyek The Pakubuwono Menteng.
BAB IV : Kegiatan Yang Diamati
Melaporkan kegiatan pelaksanaan konstruksi yang diamati pada Proyek The
Pakubuwono Menteng selama Praktik Kerja Lapangan.
BAB V : Penutup
Berisikan tentang kesimpulan yang dapat diambil dari tujuan Praktik Kerja
Lapangan dan saran kepada Praktikan yang selanjutnya akan melaksanakan
kerja praktik.

6
BAB II

PENGENALAN PERUSAHAAN

Jasa konstruksi adalah layanan jasa yang terdiri dari konsultansi


perencanaan pekerjaan konstruksi, pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan
konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi. Pada bab ini, akan dijelaskan
mengenai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang layanan jasa pelaksanaan
konstruksi, yaitu PT. Total Bangun Persada Tbk. Hal – hal yang akan dibahas pada
bab ini diantaranya mengenai pengenalan perusahaan, sejarah singkat perusahaan,
visi, misi, dan nilai korporasi perusahaan, bidang usaha perusahaan, struktur
organisasi perusahaan, keunggulan perusahaan, sertifikasi dan prestasi perusahaan,
proyek yang telah dibangun serta prosedur perusahaan dalam mendapatkan proyek
The Pakubuwono Menteng.

2.1. Pengenalan PT. Total Bangun Persada Tbk


TOTAL dikenal sebagai kontraktor yang memiliki keahlian utama dalam
pengembangan properti maupun gedung bertingkat. Keahlian tersebut diperoleh
melalui pengalaman TOTAL selama lebih dari 40 tahun pada sektor konstruksi.
Berdiri dengan nama PT Tjahja Rimba Kentjana pada tanggal 4 September
1970, TOTAL yang bergerak di bidang bangunan dan konstruksi melakukan
restrukturisasi dan mengubah namanya menjadi PT Total Bangun Persada pada
awal tahun 1981. Melalui proses pematangan profesional, Perusahaan berjuang
keras untuk memposisikan diri dalam kompetisi jasa konstruksi dengan merintis
kiprahnya sebagai pelaksana konstruksi bangunan gedung.
Tahun 2006, PT Total Bangun Persada menjadi perusahaan publik dengan
nama PT Total Bangun Persada Tbk dan mencatat 2.750 juta lembar saham di
Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) dengan kode TOTL. Saat
ini, TOTAL beroperasi didukung dengan modal yang kuat dan tim manajemen
yang handal. Perusahaan memiliki visi baru untuk ‘menjadi kontraktor
bangunan terkemuka’ yang didukung oleh kebanggaan dan keunggulan di
bidang konstruksi; dan visi tersebut sekarang menjadi kenyataan. Perusahaan
juga berkomitmen untuk menerapkan standar internasional di bidang konstruksi

7
bangunan dan manajemen proyek di industri konstruksi Indonesia, seiring
dengan keahlian di bidang konstruksi gedung-gedung tinggi yang selalu
dibutuhkan.
TOTAL memiliki pengalaman dan kompetensi yang terpercaya dalam
bidang jasa konstruksi selama lebih dari 40 tahun. TOTAL secara
berkesinambungan melahirkan konsep diferensiasi serta transformasi yang
berkualitas dan menjunjung inovasi sebagai landasan kerja. Tekad TOTAL
untuk menjadi perusahaan jasa konstruksi kelas dunia diwujudkan dengan
melakukan improvement dan inovasi, baik di pusat maupun di proyek, dari segi
waktu, kualitas, proses kerja, dan waste management sehingga mampu
menjawab tantangan serta dinamika bisnis di masa mendatang.
Prinsip Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance) merupakan
elemen penting dalam mewujudkan perusahaan yang sustainable serta searah
dengan visi dan misi perusahaan. Manajemen telah membentuk pihak-pihak
pendukung sebagai unit kerja untuk mengendalikan, mengawal, dan
bertanggung jawab atas implementasi GCG sekaligus sebagai mitra kerja dari
komite-komite di bawah Dewan Komisaris.
Pemahaman tentang tata kelola Perusahaan atau Good Corporate
Governance (GCG) memiliki peran penting untuk memastikan serta menjamin
pelaksanaan manajemen yang dijalankan dengan baik sehingga dapat
mengembangkan Perusahaan untuk meraih kesuksesan. Implementasi GCG
merupakan upaya optimalisasi Perusahaan untuk memberi nilai lebih kepada
pelanggan, masyarakat, juga para pemangku kepentingan, selain menjadikan
Perusahaan yang memiliki tingkat korporasi yang tinggi. GCG diperlukan untuk
menunjang Perusahaan agar kuat dan sustainable. GCG juga berimplikasi pada
sistem strukturisasi di Perusahaan yang kokoh dan rapih.
Corporate Governance (CG) berawal dari usulan untuk menyempurnakan
peraturan bagi emiten yang tercatat di BEJ (sekarang Bursa Efek Indonesia)
tahun 1998, yang mewajibkan seluruh Perusahaan untuk mengangkat Komite
Audit dan Komisaris Independen serta memberikan peran aktif Sekretaris
Perusahaan untuk memenuhi kewajiban keterbukaan informasi.

8
Pemerintah Indonesia mendirikan Komite Nasional tentang Kebijakan
Governance (KNKG) dengan surat Keputusan Menteri Negara Koordinator
Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Nomor: KEP-31/M.EKUIN/06/2000.
KNKCG bertugas merumuskan dan membuat rekomendasi kebijakan nasional
mengenai GCG, mempelopori, dan memantau perbaikan dan inovasi dalam
bidang corporate governance di Indonesia. Salah satu usahanya adalah
menerbitkan pedoman GCG Indonesia.
Penerapan GCG dalam Perusahaan sangat penting guna mengelola seluruh
struktur dan sistem dengan baik. Pengimplementasian GCG akan berdampak
positif pada Perusahaan, seperti efisiensi, kompetitif, sustainable growth,
optimum value serta high return. Penerapan GCG akan meningkatkan
keyakinan investor terhadap Perusahaan dan menambah daya tarik Perusahaan
sebagai target investasi. Di TOTAL, GCG menjadi sebuah sistem yang dapat
mengarahkan serta memonitor Perusahaan guna peningkatan kemakmuran
bisnis yang accountable. Secara fungsional, penerapan GCG memberikan hak
dan tanggung jawab kepada pihak-pihak yang berkepentingan atas Perusahaan.
Hal ini menciptakan keseimbangan eksternal dan internal karena proses kontrol
yang efektif di keduanya.
Di masa mendatang, TOTAL berharap untuk menjadikan GCG sebagai
corporate culture guna meminimalisir seluruh aspek yang merugikan dalam
Perusahaan.

2.2. Sejarah Singkat PT. Total Bangun Persada Tbk


Sejarah Singkat PT. Total Bangun Persada Tbk adalah sebagai berikut :
1. Tahun 1970
 Didirikan sebagai PT. Tjahja Rimba Kentjana.
2. Tahun 1971
 Dibangun Pengadilan Negeri Maritim, proyek konstruksi pertama
sebagai kontraktor utama.
3. Tahun 1981
 PT. Tjahja Rimba Kentjana mengubah nama menjadi PT. Total
Bangun Persada Tbk.

9
4. Tahun 1986
 Pelopor penggunaan metal scaffolding untuk Konstruksi Bangunan.
5. Tahun 1987
 Renovasi Grand Hotel Preanger Jl. Asia Afrika, Bandung
6. Tahun 1990
 Dibangunnya Pembangunan Gedung TOTAL
7. Tahun 1993
 Pelopor penggunaan struktur composite steel untuk gedung
bertingkat, membangun hotel resort pertama di Bintan pertama
kalinya, gedung tertinggi di Jakarta, dan
 Terminal ferry pertama dengan standar internasional
8. Tahun 1994
 Pelopor penggunaan prosedur “slip form for core wall”
9. Tahun 2000
 Membangun pusat grosir terbesar
10. Tahun 2002
 Meraih ISO 9001:2000
11. Tahun 2003
 Meraih Penghargaan Superbrand 2003/2004
12. Tahun 2006
 Mendapatkan penghargaan sebagai Kontraktor Terbaik dari
Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI), dan
 Mendapat Akreditas OHSAS
13. Tahun 2009
 Menerima Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008,
 Menerima OHSAS 18001:2007 Occupational Health and Safety
Assessment Series,
 Menerima SMK3:1996 Occupational Health Management System,
Menerima ISO 14001:2004, dan
 Mendapatkan Penghargaan Kontraktor Terbaik untuk K3 Kabupaten
Kutai Timur.
14. Tahun 2010

10
 Mendapatkan Pengharagaan dari Asosiasi Kontraktor Indonesia
(AKI) sebagai Pelopor Kontraktor Gedung Komersial 2010.
 Pemenang Konstruksi Indonesia 2010, yang diselenggarakan oleh
Kementrian Pekerja Umum, untuk kinerja Konstruksi Proyek
Kategori Gedung Bertingkat.
 Mendapatkan Penghargaan dari Asosiasi Kontraktor Indonesia
(AKI) sebagai Kontraktor Terbaik untuk Kualitas Konstruksi
Bangunan 2010.
 Pemenang Indocement Award 2010 untuk kategori Kinerja
Keselamatan Terbaik, Sertifikasi ISO 9001:2008 untuk Sistem
Manajemen Mutu diakreditasi oleh SGS.
 Sertifikasi Kesehatan Kerja dan Sistem Manajemen Keselamatan
OHSAS 18001:2007 diakreditasi oleh SGS.
 Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Audit, disertifikasi oleh
Sucofindo.
15. Tahun 2011
 Legalisasi DPLH (Document of Environmental Management) untuk
kantor pusat dan TOTAL Building oleh Badan Pengelola
Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta.

2.3. Misi, Visi dan Nilai-Nilai Perusahaan PT. Total Bangun Persada Tbk
Visi PT. Total Bangun Persada Tbk adalah sebagai berikut :
1. Total Bangun Persada–perusahaan konstruksi bangunan gedung terbesar,
terdepan dan kekuatan utama dalam industri konstruksi Indonesia.
2. Perusahaan konstruksi bangunan gedung utama dan terpandang di Asia
Tenggara.
3. Kami ingin dikenal sebagai organisasi konstruksi yang berintegritas,
terpandang, adil dalam berbisnis (fair dealing), berkualitas, keselamatan,
bangga dan prima.
4. Perusahaan yang berkomitmen untuk kepuasan pelanggan dengan
menghasilkan kualitas kerja dalam lingkungan yang risikonya terkendali,
serta memberikan pelayanan prima.

11
5. Perusahaan yang segenap karyawannya bangga bekerja di dalam industri
konstruksi, dimana mereka dapat tumbuh dan berkinerja yang terbaik, dan
secara terus-menerus berupaya untuk mencapai keprimaan.

Misi PT. Total Bangun Persada Tbk adalah Bangga & Prima dalam
Konstruksi.

Nilai-nilai perusahaan PT. Total Bangun Persada Tbk adalah sebagai


berikut :
1. Kinerja
 Komitmen terhadap mutu & K3L yang prima
 Komitmen terhadap pelayanan yang prima kepada pelanggan
 Mengerjakan hal-hal biasa secara luar biasa
 Mengadakan inovasi terus menerus
2. Karakter
 Memiliki kedisiplinan & integritas yang tinggi
 Dapat dipercaya dan dapat diandalkan
 Bersikap fair dan adil terhadap siapapun
 Selalu menepati janji
3. Semangat
 Bekerja erat dan menghargai setiap karya dan upaya rekan kerja &
mitra usaha
 Mampu menyesuaikan dengan keadaan yang berubah
 Berorientasi ke depan
 Bangga terhadap profesi dan hasil karya

2.4. Bidang Usaha PT. Total Bangun Persada Tbk


TOTAL berkomitmen untuk menjadi perusahaan yang mampu memberi
manfaat bagi seluruh pelanggan dengan terus-menerus meningkatkan nilai
perusahaan sebagai tujuan utama dari seluruh aspek usahanya. Peningkatan
nilai perusahaan tidak hanya melalui strategi bisnis dan perhitungan aspek
finansial, tetapi juga mempertimbangkan secara menyeluruh setiap kegiatan

12
usaha dan kebijakan yang dibuat. Untuk mencapai hal tersebut di atas, TOTAL
melakukan kegiatan usaha sebagai berikut:
1. Proyek tender yang lazim dilakukan perusahaan jasa konstruksi dengan
memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Menerima pekerjaan Design and build beberapa proyek, terutama proyek
dari pelanggan berulang yang menginginkan koordinasi TOTAL secara
terpadu dalam hal waktu, biaya, dan mutu.
3. Target Cost Project: membantu owner dalam mencapai target cost suatu
proyek sesuai dengan budget mereka, antara lain dengan cara: Value
Engineering.
4. Membangun proyek khusus dengan tingkat keahlian disertai mutu dan
presisi yang tinggi, antara lain bangunan industri, fasilitas rumah sakit
khusus, dimana peralatan medisnya mengandung unsur radioaktif.

2.5. Struktur Organisasi PT. Total Bangun Persada Tbk


1. Dewan Komisaris
a. Presiden Komisaris : Reyno Stephanus Adhiputrant
b. Komisaris : Pinarto Susanto
c. Komisaris : Liliana Komajaya
d. Komisaris : Wibowo
e. Komisaris : Rudi Suryajaya Komajaya
f. Komisaris Independen : Rusdy Daryono
2. Direktur
a. Presiden Direktur : Janti Komadjaja
b. Direktur : Handoyo Rusli
c. Direktur : Moeljati Soetrisno
d. Direktur : Dedet Syafinal
e. Direktur : Lio Sudarto
f. Direktur : Saleh
g. Direktur : Teddy Budjamin
h. Sekretaris Perusahaan : Ir. Mahmilan Sugiyo Warsana. MM, MH,.

13
2.6. Keunggulan PT Total Bangun Persada Tbk
Keahlian dan keunggulan TOTAL terletak pada pemenuhan standar
internasional yang didukung oleh beberapa faktor, meliputi:
 Perusahaan memiliki catatan kerja atas layanan yang unggul
terhadap pelanggan baik sebelum, saat proses, dan setelah
penyelesaian proyek.
 Perusahaan dikenal akan konsistensi dalam memenuhi ekspektasi
kualitas dan keselamatan kerja dalam setiap kegiatan operasi, serta
penyelesaian dan penyerahan proyek yang selalu tepat waktu.
Kelebihan TOTAL didukung oleh kerangka kerja yang dikhususkan untuk
menyediakan layanan berkualitas, melalui sumber daya manusia, peralatan, dan
sistem. Manusia TOTAL diberi pendidikan secara intensif agar memiliki pola
pikir yang sejalan dengan perusahaan, yaitu orientasi terhadap kepentingan
pelanggan. Berbagai pelatihan untuk meningkatkan kompetensi dan
kemampuan teknis dilakukan guna menciptakan sumber daya yang mampu
menjawab dinamika jasa konstruksi.
Kegiatan usaha TOTAL dalam bisnis jasa konstruksi, khususnya dalam
perencanaan proyek gedung, selalu menekankan pada aspek-aspek terbaik,
inovatif, serta ramah lingkungan. Hal ini terlihat dari konsep green construction
serta pengembangan ide dari kegiatan Innovation Days yang menjadi
karakteristik dari kinerja TOTAL.
Dari sisi perencanaan dan pengembangan proyek, TOTAL memiliki
sejumlah aspek terbaik yang dapat terlihat dari proses pengelolaan manajemen
yakni, pengelolaan, pengalokasian, dan penjadwalan sumber daya m-TOTAL
dalam proyek guna mencapai sasaran yang dituju yaitu biaya, waktu dan mutu
proyek gedung.
Setelah proyek gedung selesai, TOTAL memiliki komitmen untuk tetap
menjaga hubungan harmonis dengan pelanggan. Oleh karena itu, sebagai wujud
dari prioritas terhadap pelanggan, TOTAL memberikan service atas gedung
yang selesai dibangun, selama gedung tersebut murni hasil kinerja dari PT Total
Bangun Persada Tbk. Hal ini merupakan upaya TOTAL untuk memprioritaskan
pelanggan sebagai mitra kerja yang harus mendapatkan pelayanan terbaik.

14
TOTAL melaksanakan bisnis jasa konstruksi dengan berfokus pada Layanan
Kontraktor Utama (Main Contractor) dan Layanan Rancang dan Bangun
(Design and Build).

2.7. Prestasi dan Sertifikasi PT. Total Bangun Persada Tbk

Gambar 2.2 Sertifikasi Perusahaan Kontraktor Terbaik

Gambar 2.3 Sertifikasi Nihil Kecelakaan kerja 2007

Gambar 2.4 Sertifikasi Kelesamatan dan Kesehatan Kerja 2009

15
Gambar 2.5 Pemenang Konstruksi Indonesia Award 2010

Gambar 2.6 Sertifikasi Penghargaan Karya Konstruksi Indonesia 2011

Gambar 2.7 Penghargaan IAMPI untuk Proyek of The Year

16
Gambar 2.8 Penghargaan Oleh Kementrian Pekerjaan Umum 2013

Gambar 2.9 Penghargaan Annual Report Award dari Bursa Efek Indonesia

Gambar 2.10 Penghargaan Terbaik Pertama Kinerja Proyek Konstruksi 2014

Gambar 2.11 Penghargaan TOP ASEAN Infrastructure 2015

17
2.8. Proyek yang Telah Dibangun
Berikut ini adalah proyek - proyek yang telah dibangun oleh PT. Total
Bangun Persada Tbk :

1. Berau Kalimantan Airport


Lokasi : Berau, Kalimantan
Timur

Klien : Pemerintah
Kabupaten Berau
Dinas Perhubungan
Komunikasi dan
Informatika Kegiatan
Pembangunan
Prasarana dan
Fasilitas Bandara

Gambar 2.12 Berau Kalimantan Airport Tahun : 2009-2011

2. Menara Tendean
Lokasi : Jakarta, DKI Jakarta
Klien : PT. Singa Propertindo Haryono
Tahun : 2018-2019

Gambar 2.13 Menara Tendean

18
3. Hotel Mercure BSD City Tangerang
Lokasi : BSD City, Tangerang
Klien : PT. Serpong Regency Hotel
Tahun : 2018-2019

Gambar 2.14 Hotel Mercure BSD City Tangerang


4. Potato Head Hotel
Lokasi : Seminyak, Bali
Klien : PT. Tiga Rasa
Tahun : 2017-2019

Gambar 2.15 Potato Head Hotel

5. ITK Binus Malang


Lokasi : Malang, Jawa Timur
Klien :PT. Genta Prasada
Mandiri
Tahun : 2018-2019

Gambar 2.16 ITK Binus Malang

6. The Breeze Building


Lokasi : Tangerang, Jawa
Barat
Klien : PT. Bumi Serpong
Damai Tbk
Tahun : 2012-2013

Gambar 2.17 The Breeze Building

19
7. The Proposed Anchor Mall and Lagoi Bay
Lokasi : Lagoi, Bintan
Klien : Buana
Megawisatatama
Tahun : 2010-2011

Gambar 2.18 The Proposed Anchor Mall and Lagoi Bay

8. Central Park Building


Lokasi : Jakarta, DKI Jakarta
Klien : Tiara Metropolitan
Jaya
Tahun : 2007-2011

Gambar 2.19 Central Park Building

9. The Smith
Lokasi : Alam Sutera, Tangerang
Klien : PT. Triniti Dinamik
Tahun : 2018-2020

Gambar 2.20 The Smith

20
10. The Pakubuwono Menteng
Lokasi : Jakarta, DKI Jakarta

Klien : PT. Intergraha Ekamakmur

Tahun : 2018-2021

Gambar 2.21 The Pakubuwono Menteng

2.9. Prosedur Mendapatkan Proyek


Proyek The Pakubuwono Menteng terdiri dari 1 Tower Apartment. PT
Intergraha Ekamakmur selaku owner (Pemberi Tugas) dari proyek The
Pakubuwono Menteng melakukan pelelangan terbatas untuk memilih
Konsultan Perencana, Konsultan Manajemen Konstruksi, Konsultan Arsitek,
Konsultan Stuktur, Konsultan ME dan Plumbing, Quality Surveyor, Konsultan
Lansekap, dan Konsultan Interior, tetapi untuk Kontraktor Utama proyek The
Pakubowono Menteng owner menunjuk langsung PT. Total Bangun Persada
Tbk sebagai Kontraktor Utama.
2.9.1. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan merupakan tahap penempatan garis-garis besar


rencana proyek yang kegiatannya meliputi pemilihan konsultan, membuat
kerangka metode kerja, studi kelayakan, pemilihan design, penetapan
budget dan pemilihan penyedia jasa atau kontraktor untuk kegiatan
konstruksi yang akan dilaksanakan.

21
Pada tahap perencanaan, konsultan yang dibutuhkan antara lain
adalah konsultan perencana struktur, Arsitektur, dan Mechanical Electical
(ME), yang ditugaskan untuk mengimplementasikan ide dari owner menjadi
gambar lengkap sebagai dasar pelaksanaan. Selain konsultan perencana,
pada tahap ini owner akan membutuhkan Quantity Surveyor (QS) untuk
membantu menentukan nilai pagu yang digunakan sebagai standar untuk
memilih kontraktor utama dalam pelelangan.

Setelah tahap perencanaan selesai, kemudian dilaksanakan kegiatan


pengadaan/pelelangan untuk memilih penyedia jasa konstruksi (kontraktor).
Pada saat pelelangan (tender), biasanya owner dibantu oleh konsultan
Manajemen Konstruksi untuk memilih kontraktor. Namun, owner pada
proyek The Pakubuwono Menteng tidak melakukan Pelelangan secara
umum, TOTAL secara langsung dipilih oleh owner sebagai kontraktor
utama.

2.9.2. Tahap Pengorganisasian

Tahap pengorganisasian diartikan sebagai proses kegiatan


pembagian tugas-tugas pada individu – individu yang terlibat dalam
aktivitas organisasi, sesuai dengan kompetensi sumber daya manusia yang
dimiliki. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kegiatan ini merupakan
keseluruhan proses memilih masing – masing individu seta mengalokasikan
sarana dan prasarana untuk menunjang tugasnya dalam organisasi, serta
mengatur mekanisme kerjanya sehingga dapat menjamin pencapaian tujuan
dari sebuah perencanaan. Hasil dari tahap ini dituangkan dalam bentuk
organisasi. Untuk struktur organisasi proyek The Pakubuwono Menteng
dapat dilihat pada gambar.

2.9.3. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan kegiatan mewujudkan bangunan


yang dibutuhkan oleh pemberi tugas (owner) yang sudah dirancang oleh
konsultan perencana dalam batasan biaya dan waktu yang telah disepakati,
serta dengan kualitas yang disyaratkan.

22
Penyedia jasa/kontraktor dalam melaksanakan kegiatan pekerjaan
konstruksi harus mendapatkan pengawasan dari penyedia jasa pengawasan
konstruksi atau penyedia jasa manajemen konstruksi. Pelaksanaan
konstruksi harus sesuai dengan ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3). Hal ini berguna agar tercapainya sebuah perencanaan sesuai dengan
biaya, mutu, waktu dan safety. Pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan
konstruksi dilakukan berdasarkan hasil perencanaan teknik. Pada pekerjaan
konstruksi yang termasuk dalam tahap pelaksanaan antara lain pekerjaan
struktur, arsitektur (finishing), dan Mechanical Electircal Plumbing (MEP)
yang akan dibahas lebih lanjut pada bab berikutnya.

2.9.4. Tahap Pengawasan

Pengawasan (controlling) adalah proses pengamatan, penentuan


standar yang akan diwujudkan, menilai kinerja pelaksanaan, dan jika
diperlukan mengambil tindakan korektif sehingga pelaksanaan dapat
berjalan dengan semaksimal mungkin dalam mencapai tujuan dari sebuah
perencanaan. Kegiatan pengawasan pada proyek The Pakubuwono Menteng
dilakukan oleh konsultan manajemen konstruksi yaitu PT Monstera CM.

Agar pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, maka


akan dibutuhkan pengontrolan yang optimal, baik itu dalam bentuk
pengawasan, inspeksi atau audit. Tujuan utama dari kegiatan pengawasan
adalah menciptakan kegiatan – kegiatan manajemen yang dinamis dan
terwujud secara efektif dan efisiem sesuai dengan perannya dalam sebuah
organisasi.

Kegiatan yang termasuk pengawasan dalam kegiatan konstruksi


adalah monitoring pekerjaan yang telah dilaksanakan seperti pengujian
material yang digunakan, pembesian, dan pengecoran, serta pembuatan
laporan berkala seperti laporan harian, mingguan, dan bulanan.

23
BAB III

PENGENALAN PROYEK

Apartemen adalah salah satu jenis akomodasi tempat tinggal yang


pemasarannya dengan cara disewakan kepada masyarakat umum. Apartemen
merupakan sebuah solusi untuk model tempat tinggal yang hanya mengambil
sebagian kecil ruang dari suatu bangunan. Di dalam apartemen terbagi – bagi dalam
beberapa puluhan bahkan ratusan ruang atau unit sehingga dapat menampung
banyak masyarakat di ibukota walaupun dalam luas yang tidak terlalu banyak
mengambil lahan, dan lokasi apartemen biasanya berada di tengah kota yang dekat
dengan berbagai pusat kegiatan (bisnis, komersial, pendidikan, kesehatan, hiburan,
dan lain-lain) sehingga kebutuhan masyarakat yang tinggal di apartemen dapat
terpenuhi. Oleh karena itu sebuah apartemen mempunyai peranan penting untuk
menangani tamu ataupun penduduk Jakarta dan turis yang ingin tinggal di bangunan
tersebut.

Salah satu pembangunan gedung apartemen yang sedang berlangsung di


Jakarta adalah Apartemen The Pakubuwono Menteng. Pada bab ini akan dijelaskan
mengenai gambaran umum, prosedur merencanakan dan mempersiapkan proyek,
struktur organisasi proyek, disiplin kerja di proyek dan daftar pekerjaan yang
dilaksanakan dan kurva S proyek The Pakubuwono Menteng.

3.1. Gambaran Umum Proyek

Proyek The Pakubuwono Menteng memiliki 1 tower terdiri dari 3 lantai


basement dan 35 lantai dengan 6 unit/lantai. Tim Pakubuwono telah bekerja
bersama sejak proyek pertama, The Pakubuwono Residence, dan Tim
Pakubuwono telah melanjutkan kolaborasi untuk mengambil proyek apartemen
yang lebih baik dan menantang, yaitu The Pakubuwono View, The pakubuwono
Signature, The pakubuwono House dan The Pakubuwono Spring. Sekarang, The
Pakubuwono Development (Tim Pakubuwono) kembali untuk mengembangkan
upaya terbaru dengan membangun sebuah apartemen mewah di Pusat Kota
Jakarta : The Pakubuwono Menteng.

24
Gambar 3.1 Tampak depan apartemen The Pakubuwono Menteng

3.1.1. Data Umum Proyek


a) Nama Proyek : The Pakubuwono Menteng
b) Alamat Proyek : Jl. KH Wahid Hasyim No.110-112
Kb.Sirih, Menteng, Jakarta Pusat
c) Fungsi Bangunan : Apartemen
d) Pemilik Proyek : PT. Intergraha Ekamakmur
e) Manajemen Konstruksi : PT. Monstera
f) Konsultan Struktur : Davy Sukamta & Partners
g) Konsultan Arsitek : PT. Airmas Asri
h) Konsultan Lanscape : PT. Airmas Asri
i) Konsultan Interior : D – Associates Architect
j) Konsultan ME : PT. Sigmatech Tatakarsa
k) Quantity Surveyor : PT. Arcadis Indonesia
l) Kontraktor : PT. Total Bangun Persada
m) Sub Kontraktor : 1. PT. PP Presisi
n) Waktu Pelaksanaan : 35 bulan
o) Mulai Pelaksanaan : 15 Maret 2018

3.1.2. Data Teknis Proyek


a) Luas Lahan : ± 11.600 m2
b) Luas Arsitek : ± 67.600 m2
c) Luas Struktur : 73.400 m2
d) Jumlah Tower :1
e) Jumlah Lantai : 35 Lantai + 3 Basement

25
f) Tinggi Lantai ke Lantai : 3.7 m
g) Jenis Pondasi : Bor Pile dan Secant Pile
h) Ukuran Bor Pile : Tipe A, B, dan C = Ø 1,5 m
Tipe D = Ø 0,8 m
i) Jumlah Bor Pile : 176 titik
j) Struktur Bangunan : Beton bertulang
k) Mutu Bahan
 Beton
o Bor Pile : f’c 40 MPa
o Pile Cap : f’c 27,5 MPa
o Secant Pile : f’c 25 MPa
o Shear Wall, Core Wall dan Kolom :
- fc’55 MPa untuk lantai
basement 3 sampai lantai 10
- fc’50 MPa untuk lantai 11
sampai lantai 20
- fc’ 40 MPa untuk lantai 21
sampai lantai 30 dan kolom
podium lantai basement 3
sampai lantai GF
- fc’ 30 MPa untuk lantai 31
sampai Top Roof
o Balok dan Pelat Lantai:
- fc’ 40 MPa untuk Lantai
basement 2 sampai lantai 20 dan
lantai basement 2 sampai lantai
Ground Floor
- fc’ 30 MPa untuk lantai 21
sampai lantai 30
- fc’ 25 MPa untuk lantai 31
sampai Top Roof
o Tangga : f’c 25 MPa

26
 Besi Tulangan Ulir
o Mutu Besi : fy 420 MPa dan fy 520 MPa
l) Slump Test
 Bor Pile : 14 ± 2 cm
 Shear Wall : 17 ± 2 cm
 Core Wall : 17 ± 2 cm
 Kolom : 17 ± 2 cm
 Balok dan Pelat : 13 + 3 - 1 cm
m) Mulai Pelaksanaan : 15 Maret 2018
n) Selesai Pelaksanaan : 31 Januari 2021

3.2. Struktur Organisasi Proyek


Untuk melaksanakan suatu proyek besar maupun kecil diperlukan suatu
manajemen proyek yang mengelola dan mengontrol jalannya pelaksanaan
proyek. Manajemen proyek adalah proses yang terdiri atas tindakan – tindakan
perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian, pengaturan, dan pengendalian
sehingga proyek
Struktur organisasi proyek adalah suatu kesatuan yang saling berhubungan
dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain dalam melaksanakan suatu pekerjaan.
Organisasi proyek tersebut harus mempunyai badan hokum, sarana serta
personil yang dapat bekerja sama secara kolektif dan kualitatif agar mendapat
hasil yang baik. Sedapat mungkin segala urusan dalam proyek dapat
diselesaikan dengan cara musyawarah demi kelancaran proyek.
Semakin baik suatu pengorganisasian proyek maka semakin optimal pula
kelangsungan suatu proyek. Hal ini seiring dengan kenyataan bahwa semakin
besar suatu proyek maka pengorganisasian proyek yang dilaksanakan juga akan
terlihat rumit. Secara garis besar pengorganisasian proyek memiliki arti penting
antara lain:
1. Membantu pencapaian tujuan proyek
2. Menjaga keseimbangan antara tujuan proyek yang saling bertentangan
atau kepentingan yang berbeda dalam proyek

27
3. Mencapai efisiensi dan efektifitas penyelesaian suatu pekerjaan

Gambar 3.2 Struktur Organisasi Proyek Apartement The Pakubuwono Menteng

3.2.1. Pihak – Pihak Yang Terlibat

Pada proyek apartement The Pakubuwono Menteng, organisasi yang


ada secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pemberi tugas atau
owner, konsultan perencana, dan pelaksana atau konstraktor. Konsultan dan
kontraktor memiliki tanggung jawab secara langsung kepada owner, dan
antara konsultan dan kontraktor terdapat hubungan koordinasi satu sama
lain secara berkeseimbangan hingga proyek diselesaikan.

Konsultan dan kontraktor bertanggung jawab langsung ke pihak


owner selaku pemberi tugas, dan mereka terikat kontrak yang menjamin
ketetapan waktu, mutu, dan biaya pekerjaan. Konsultan memberikan
persyaratan – persyaratan teknis untuk dipatuhi kontraktor dalam
pelaksanaan. Artinya pihak kontraktor secara tidak langsung memiliki
tanggung jawab terhadap konsultan. Konsultan pun juga harus memberikan

28
perencanaan dan gambar yang tepat dan benar serta dapat dikerjakan di
lapangan. Apabila gambar konsultan tidak bisa dilaksanakan, kontraktor
mempunyai hak untuk mengubah gambar, namun tanpa mengurangi
persyaratan – persyaratan dan angka – angka yang dikelurakan oleh
konsultan. Sedangkan owner dan manajemen konstruksi bekerja sama untuk
pengontrolan di lapangan.

Pihak utama yang terlibat secara langsung dibagi menjadi beberapa


bagian dengan tugas dan wewenang yang berbeda – beda sesuai dengan
posisi atau jabatannya dalam suatu proytek, antara lain :

1. Pemilik Proyek (owner)


Pemilik proyek adalah orang atau badan hokum pemerintah ataupun
swasta yang memiliki kemampuan dana untuk membuat suatu
bangunan nyata sesuai kebutuhan yang diinginkan dan memberikannya
kepada penyedia jasa. Pada proyek The Pakubuwono Menteng yang
menjadi pemilik proyek adalah PT. Intergraha Ekamakmur.

Adapun tugas dan wewenang dari pemilik proyek antara lain :

a. Menentukan penyedia jasa yang diperlukan.


b. Menyediakan biaya perencanaandan pelaksanaan pekerjaan
proyek.
c. Mengadakan kegiatan adminitrasi proyek.
d. Meminta laporan secara periodic mengenai pelaksanaan pekerjaan
yang telah dilakukan oleh penyedia jasa.
e. Memberikan informasi, bantuan dan kerja sana yang diperlukan
kontraktor sepanjang batas kewenangan dan kewajiban pemilik.
f. Memberikan semua instruksi kepada kontraktor.
g. Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan.
h. Dapat memberhentikan sebagian atau seluruh pekerjaan apabila
kontraktor tidak memberikan hasil pekerjaan yang sempurna dan
melanggar ketentuan.
i. Menentukan keputusan akhir yang mengikat mengenai proyek.

29
j. Menandatangani Surat Perintah Kerja (SPK) dan surat perjanjian
dengan kontraktor.
k. Mengesahkan semua dokumen pembayaran kepada pihak
kontraktor.

2. Konsultan Perencana
Konsultan perencana merupakan suatu badan perorangan atau badan
hokum yang dipilih oleh pemilik proyek atau kontraktor pelaksana
untuk melakukan perencanaan. Selain itu konsultan atau perencana
merencanakan proyek secara detail sesuai dengan spesialisasi
pekerjaannya. Pada proyek The Pakubuwono Menteng ada beberapa
pihak yang menjadi konsultan perencana. Berikut adalah penjelasan
lebih jauh mengenai wewenang dan tugas konsultan perencana.
a. Konsultan Arsitektur
Konsultan arsitektur adalah pihak atau badan professional yang
menerjemahkan tampilan, tata ruang dan fungsi, dan bentuk
bangunan keinginan pemilik proyek kedalam suatu desain yang
nantinya akan dibangun menjadi bangunan sesungguhnya.
Konsultan arsitektur untuk proyek The Pakubuwono Menteng
adalah PT. Airmas Asri. Dalam mendesain sebuah bangunan,
konsultan arsitektur harus memperhatikan pula bagaimana aspek
teknis yang berhubungan dengan struktur bangunan dan bagian
mechanical electrical dan plumbing. Konsultan arsitektur dalam
mendesain juga harus dapat memahami apakah desain bangunan
itu memang dapat diwujudkan atau tidak.
Konsultan arsitektur memiliki tugas sebagai berikut :
1) Membuat gambar atau desain dan dimensi bangunan secara
lengkap dengan spesifikasi teknis, fasilitas, dan penempatannya.
2) Menentukan spesifikasi bahan bangunan untuk finishing pada
bangunan proyek.
3) Membuat gambar – gambar rencana dan syarat – syarat teknis
secara administrasi untuk pelaksanan proyek.

30
4) Membuat perencanaan dan gambar – gambar ulang atau revision
bila diperlukan.
5) Bertanggung jawab sepenuhnya atas hasil perencanaan yang
dibuatnya apabila sewaktu – waktu terjadi hal – hal yang tidak
diinginkan.
Konsultan arsitektur memiliki wewenang sebagai berikut :
1) Merubah desain yang sudah ada dengan persetujuan
pemilik/owner.
2) Mengawasi pelaksanaan kegiatan finishing di lapangan.

b. Konsultan Struktur
Konsultan struktur adalah orang atau badan professional
yang bertugas dalam merencanakan desain bangunan dari segi
kekuatan struktur dan perhitungannya. Konsultan struktur
merencanakan elemen – elemen struktur yang menompang semua
bagian yang ada pada desain arsitek, dan merencanakan kekuatan
lain seperti sistem ketahanan gempa, ketahanan terhadap angina,
hingga perencanaan pondasi. Konsultan struktur untuk proyek The
Pakubuwono Menteng adalah DAVY SUKAMTA & PARTNERS.
Konsultan struktur memberikan landasan baku kepada pihak
pelaksana berkenaan dengan kekuatan dan posisi elemen – elemen
struktur dan detail teknik pelaksanaannya.
Konsultan struktur bertanggung jawab penuh terhadap
perkuatan suatu bangunan sampai sebatas gambar perencanaan.
Angka – angka yang tertera pada gambar konsultan perencana tidak
bisa dikurangi, namun berdasarkan pengalaman yang didapat
penulis di lapangan, pihak pelaksana (kontraktor utama) dapat
mengubah angka – angka kekuatan maupun posisi elemen struktur
pada gambar rencana dengan syarat angka – angka yang dirubah
tidak mengurangi kekuatan atau kekakuan struktur yang sudah
direncanakan. Perubahan – perubahan ini dapat disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu karena pertimbangan pelaksanaan di lapangan,

31
atau karena posisi elemen struktur tadi bersinggungan dengan
keperluan mechanical electrical, plumbing (MEP) atau desain
arsitektural. Namun demikian, konsultan struktu harus kembali
memeriksa perubahan – perubahan ini agar tidak mengurangi
perkuatan struktur yang dari awal sudah direncanakan.
Konsultan struktur memiliki tugas sebagai berikut :
1) Merencakan perkuatan dan posisi elemen – elemen struktur
sesuai dengan kebutuhan bangunan dan arsitektural, dan harus
memenuhi persyaratan – persyaratan dan peraturan – peraturan
yang ada.
2) Merencanakan perkuatan struktur berdasarkan semua beban
yang bekerja.
3) Melakukan pengawasan dan pemeriksaan selama proyek
berlangsung.
4) Memberikan laporan atau analisis perkuatan struktur yang ada
kepada owner.
5) Mendampingi pihak pelaksanaan selama merubah kekuatan
atau posisi.

Konsultan struktur memiliki wewenang sebagi berikut :

1) Menyetujui atau menolak perubahan – perubahan yang diajukan


pihak pelaksana atau pihak manapun sehubungan dengan
kekuatan struktur.
2) Menolak atau menyetujui rancangan arsitektural yang diajukan
sehubungan dengan masalah teknik.
3) Menolak perubahan – perubahan pada gambar rencana apabila
perubahan tersebut mengurangi kekuatan struktur.

c. Konsultan MEP (Mechanical Electrical Plumbing)


Konsultan MEP adalah orang atau badan professional yang
merencanakan dan merancang keperluan utilitas bangunan yang
berhubungan dengan bidang listrik, elektronik, drainase air
bangunan, pengadaan air, dan utilitas bangunan lainnya. Pada

32
proyek ini konsultan MEP adalah PT. Sigmatech Tatakarsa, yang
bertugas memastikan segala peralatan utilitas gedung dapat
berfungsi dan memenuhi kebutuhan pengguna gedung dengan
baik, dan memenuhi standar keamanan yang ada.
Selain rancangan dari konsultan arsitek, rancangan
konsultan ME menjadi pertimbangan yang mendasar dari sebuah
desain struktur. Konsultan struktur dalam mendesain perkuatan
struktur gedung harus memperhitungkan pembebanan dan posisi
peralatan MEP yang umumnya sangat spesifik dan berat. Beberapa
elemen struktur tambahan bahkan harus dibangun demi memenuhi
kebutuhan MEP. Bahkan menurut pengalaman yang dialami
penulis selama Kerja Praktek, perubahan – perubahan perkuatan
atau posisi elemen struktur yang di ajukan pihak pelaksana
seringkali disebabkan untuk memenuhi kebutuhan MEP.

Konsultan MEP memiliki tugas sebagai berikut :

1) Merencang dan menentukan keperluan-keperluan utilitas


bangunan yang berhubungan dengan pengadaan air dan listrik
seperti pipa-pipa dan kabel-kabel.
2) Merancang fasilitas pengelolaan air seperti WTP (Water
Treatment Plant) dan WWTP (Waste Water Treatment Plant).
3) Merancang fasilitas pengadaan listrik seperti ruang genset,
ruang mesin, ruang panel, dan sebagainya.
4) Merancang pengadaan utilitas pengamanan bangunan terhadap
api
5) Merivisi gambar rencana apabila terjadi kesalahan atau
perubahan terkait perkuatan struktur maupun desai arsitektural.

Konsultan MEP memiliki wewenang sebagai berikut :

1) Menyetujui atau menolak perubahan pada gambar rencana.


2) Dapat menolak perubahan pada rancangannya apabila
keberadaan dan kepentingan utilitas tersebut memang tidak bisa
diganggu-gugat.

33
d. Konsultan Manajemen Konstruksi
Konsultan Manajemen Konstruksi pada pembangunan
berfungsi sebagai mediator dan wakil dari pemberi tugas atau
pemilik kegiatan dalam menjalankan dan berkomunikasi dengan
para pelaksana kegiatan yang lain. Keberadaannya sangat
diperlukan mengingat pemilik tidak sepenuhnya memiliki sumber
daya manusia yang kompeten maupun waktu yang cukup untuk
mengelola, mengendalikan dan mengawasi kegiatan persiapan
pelaksanaan sampai dengan serah terima pekerjaan. Pada proyek
The Pakubuwono Menteng konsultan manajemen konstruksinya
adalah PT. Monstera CM.

Konsultan Manajemen Konstruksi memiliki tugas sebagai berikut:

1) Membantu Project Manager mengimplementasikan dokumen


kontrak.
2) Mengawasi jalannya pekerjaan di lapangan apakah sesuai
dengan metode konstruksi yang benar atau tidak.
3) Meminta laporan progress dan penjelasana pekerjaan tiap item
dari kontraktor secara tertulis.
4) Konsultan manajemen konstruksi berhak menegur dan
menghentikan jalannya pekerjaan apabila terjadi tidak sesuai
dengan kesepakatan.
5) Mengadakan rapat rutin baik mingguan maupun bulanan dengan
mengundang konsultan perencana, wakil owner, dan kontraktor.
6) Berhubungan langsung dengan owner dalam menyampaikan
segala sesuatu di proyek.
7) Mengesahkan material yang akan digunakan apakah sesuai
dengan spesifikasi kontrak atau tidak.
8) Mengelola, mengarahkan, dan mengkoordinasi pelaksanaan
pekerjaan oleh kontrakor dalam aspek mutu dan waktu.
9) Memeriksa gambar shop drawing dari kontraktor sebelum
dimuali pelaksanaan pekerjaan.

34
10) Menyusun pembuatan rencana mutu dan K3 proyek termasuk
jadwal serta metode kerja.
11) Menyusun jadwal mingguan/bulanan.
12) Menjamin tersedianya tenaga kerja, shop drawing, dana
pembiayaan upah pelaksanaan pekerjaan, dan keselamatan
kerja.
13) Memberikan Site Instruction secara tertulis apabila ada
pekerjaan yang harus dikerjakan namun tidak ada di konstrak
untuk mempercepat schedule.

Konsultan Manajemen Konstruksi memiliki wewenang sebagai


berikut :

1) Menerapkan dan mengevaluasi metode kerja.


2) Mengatur dan mengendalikan pelaksanaan proyek.
3) Menandatangani dokumen dalam lingkup tanggung jawabnya.
4) Menegur, memperingatkan atau mengganti mando dan
melakukan penilaian.

3. Kontraktor Utama
Kontraktor Utama adalah orang atau badan yang menjalankan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang diberikan oleh pemilik dan telah
direncanakan oleh pihak konsultan secara detail dan jelas dengan segala
ketentuan dan syaratnya, sesuai dengan biaya yang telah disepakati
dengan pihak pemilik. Kontraktor harus bisa bertanggung jawab atas
segala pekerjaan yang ada di proyek kepada pihak pemilik. Pada proyek
The Pakubuwono Menteng yang berperan sebagai kontraktor utama
adalah PT. Total Bangun Persada. Struktur organisasi PT. Total Bangun
Persada untuk proyek The Pakubuwono Menteng dapat dilihat pada
lampiran.

Hak dan kewajiban kontraktor adalah:

1) Melaksanakan pekerjaan sesuai gambar rencana, peraturan dan


syarat – syarat.

35
2) Membuat gambar – gambar pelaksanaan yang disahkan oleh
konsultan pengawas sebagai wakil dari pengguna jasa.
3) Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan
dalam peraturan untuk menjaga keselamatan pekerja dan
lingkungan sekitar.
4) Membuat laporan hasil pekerjaan baik harian, mingguan, maupun
bulanan.
5) Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah
diselesaikan sesuai ketetapan yang berlaku.
6) Berhak menerima pembayaran.
Pelaksanaan suatu proyek dapat berjalan lancar dan sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan bila dibuat suatu pembagian tugas yang
jelas antara bagian – bagian institusi dalam proyek. Berikut adalah
penjelasan tentang tugas dan wewenang dari pihak kontraktor:

a. Project Manager (PM)


Project Manager bertanggung jawab langsung kepada
cabang atas terlaksananya dengan baik tugas yang diberikan.
Project Manager memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut:
1) Mengkonsolidasikan penggunaan sumber daya (man-power)
dengan Koordinator Proyek guna kelancaran awal pelaksanaan
proyek dan seterusnya hingga proyek berakhir.
2) Menjamin pengelolaan operasi proyek berjalan efektif dan
efisien sesuai dengan acuan dokumen kontraknya, atau
terlaksananya prosedur secara efektif sesuai standar yang
ditetapkan (tertib administrasi).
3) Menjamin adanya koordinasi yang efektif dengan pihak
pemasok guna menjamin kejelasan dan kelancaran operasi
proyek.

36
4) Menjamin terselenggaranya pelaporan berkala guna tindakan
evaluasi sehingga proses operasi tetap terkendali hingga proyek
berakhir.
5) Melaksanakan proses klaim atau pekerjaan tambah kurang
berikut administrasinya secara rapi sebagai bukti klaim dan
melaporkan kepusat.
6) Memutuskan sendiri tanpa lapor, seperti pengaturan sumber
daya intern proyek, pemilihan mandor dan upah borong.
7) Memutuskan kemudian lapor, seperti: perubahan metode
pelaksanaan kerja, rekruitmen karyawan proyek setingkat
pelaksana serta mutasi atau promosi, dan menentukan volume
tagihan dalam berita acara.
8) Mengatur, melaksanakan dan mengontrol kegiatan operasional
pelaksanaan proyek.

b. Construction Manager
Construction Manager memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut:
1) Menguasai dokumen kontrak (konseptual) dan berkerja sama
dengan pihak Contract Administration Manager.
2) Menyusun pembuatan Rencana Mutu Proyek termasuk jadwal
serta metode kerja, bersama-sama dengan QC dan Site Manager
pada awal proyek.
3) Memimpin kegiatan pelaksanaan proyek sesuai persyaratan
mutu, waktu dan biaya yang telah disepakati.
4) Mengidentifikasi dan menyelesaiakan masalah yang timbul
selama proses kegiatan konstruksi di proyek dibawah koordinasi
Project Manager.
5) Memantau proses kegiatan proyek dilapangan dan segera
mengambil langkah koreksi bila terjadi penyimpangan.
6) Menjamin keselamatan kerja dan kebersihan lingkungan kerja
selama pelaksanaan proyek.

37
c. Site Manager
Tugas dan tanggung jawab:
1) Melaksanakan rapat koordinasi operasional secara berkala
dengan pihak – pihak yang terkait.
2) Mengkoordinir dan menjamin terselenggaranya rencana kerja
harian oleh para pelaksana atas dasar rencana kerja mingguan.
3) Menjamin hasil kerja yang mendasarkan pada rencana mutu,
waktu, biaya, dan keselamatan kerja yang ditetapkan.
4) Bertanggung jawab atas hasil inspeksi baik material maupun
proses atau hasil kerja.
5) Memutuskan langsung tindakan operasional lapangan yang
harus segera ditindak lanjuti selama tidak menyimpang dari
target atau spek yang ditetapkan.

d. Quality Control Staff (QC)


Kualitas bangunan yang baik merupakan harapan pemilik
proyek yang diamanatkan kepada kontraktor, oleh karena itu
diperlukan seorang Quality Control Staff untuk memastikan setiap
item pekerjaan di proyek. Quality Control dalam pekerjaan
konstruksi memegang peranan yang cukup penting. Pengawasan
terhadap mutu pekerjaan yang baik akan menghasilkan kualitas
pekerjaan yang baik pula.
Quality Control memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut :
1) Menerima dan melakukan pemeriksaan kualitas dan kuantitas
material yang diterima dari pemasoknya.
2) Bertanggung jawab dalam pelaksanaan inspeksi pekerjaan.
3) Mempersiapkan Rencana Mutu Proyek (RMP) sebagai acuan
kerja mutu proyek.
4) Mengendalikan semua dokumen sistem mutu yang dipakai
sebagai acuan kerja proyek secara terkendali.

38
5) Menjamin bahwa dokumen – dokumen sistem mutu dipahami
dan diterapkan oleh semua aparat proyek terkait.
6) Mengkoordinir dan melaksanakan inspeksi hasil kerja berikut
proses dan inspeksi material.
7) Melaporkan hasil penerapan sistem mutu, serta menjamin
laporan sesuai ketentuan prosedur.
8) Mengambil keputusan tentang solusi atas permasalahan –
permasalahan penerapan sistem mutu dan melaporkannya ke
Project Manager.

e. Staff Engineering
Tugas dan tanggung jawab:
1) Bertanggung jawab atas pelaksanaan pengendalian dokumen
dan rekaman mutu, baik menyangkut gambar kerja, spek,
schedule, dan lain – lain hasil kerja yang harus dikendalikan.
2) Bersama SM mempersiapkan rencana kerja bulanan (item
pekerjaan, progress, man power, material dan alat) atas dasar
Master Schedule revisi terakhir yang telah diajukan atau
mendapat approval owner.
3) Mempersiapkan shop drawing atas acuan construction drawing
yang sesuai dan mendistribusikannya secara terkendali.
4) Mempersiapkan dan menyampaikan laporan bulanan proyek
kepada Project Manager.
5) Mengatur mekanisme kerja operasional di unit kerja yang
dipimpin.
6) Memutuskan langsung pembuatan rencana teknis yang harus
segera di tindak lanjuti dan segera melaporkan ke Project
Manager jika rencana dalam keadaan kritis.
7) Menilai dan menyampaikan usulan pengembangan training
karyawan di bawah koordinasinya, atau sebaliknya dapat
memberikan peringatan atau sangsi terhadap karyawan yang

39
tidak mengindahkan instruksi apabila selalu berbuat
menyimpang.

f. Drafter
Drafter memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
1) Membuat gambar-gambar kerja sesuai pengarahan engineer
proyek.
2) Memeriksa kesesuaian gambar for construction dari konsultan
atau owner terkait dengan bidang kerja lainnya (MEP, sipil,
arsitek, landscape, dll) untuk diterapkan dalam pembuatan shop
drawing.
3) Menyampaikan shop drawing yang telah dibuat ke Chief
Engineering untuk diperiksa dan untuk kepentingan approval
oleh owner dan waktu proses approval agar tercatat dengan
jelas.
4) Memeriksa kelengkapan dan sistem gambar dengan standar yang
telah ditetapkan.
5) Menyusun dan menyiapkan dokumen As Built Drawing hingga
final dan mengendalikannya.
6) Bertanggung jawab melaksanakan pengendalian dokumen
khususnya menyangkut penerimaan gambar maupun penerbitan
gambar setelah approval sesuai acuan prosedur pengendalian
dokumen dan data.
7) Memelihara semua gambar-gambar yang menjadi arsip di proyek.
8) Melaksanakan peraturan tata tertib, sistem dan prosedur proyek.
9) Mengerjakan tugas-tugas lainnya yang berkaitan dengan
pekerjaan proyek dibidangnya yang diberikan oleh atasan
langsung atau yang lebih tinggi.
10) Melaksanakan K3 dan memelihara kebersihan dan kerapihan
area kerja.

g. Quantity Surveyor.

40
Quantity Surveyor bertugas menghitung volume dan
kebutuhan material bangunan yang digunakan untuk melaksanakan
pekerjaan proyek pembangunan baik itu gedung maupun
infrastruktur.
Quantity Surveyor memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut:
1) Merencanakan program kerja meliputi tagihan, progres proyek,
pekerjaan tambah atau kurang, evaluasi anggaran, opname
Mandor atau Subkontraktor, volume pekerjaan, dan final account
kepada Owner atau Subkontraktor.
2) Melakukan koordinasi dengan Site Manager atau Project
Manager terkait dengan kebutuhan material.
3) Melakukan koordinasi dengan Project Manager terkait dengan
progres klaim proyek.
4) Melakukan koordinasi dengan Cost Control terkait dengan
evaluasi proyek.
5) Melakukan koordinasi Subkontraktor terkait dengan volume dan
progres pekerjaannya.
6) Menghitung volume pekerjaan pada awal proyek untuk
pembuatan Rencana Anggaran Proyek.
7) Menyiapkan SPK untuk Mandor berdasarkan kuantitas yang
sudah dihitung dari approved shop drawing dan BBS.
8) Memberikan informasi upah Mandor kepada Site Manager atau
Project Manager berdasarkan prosedur dan ketentuan yang
berlaku, dalam pembuatan SPK dan opname Mandor.
9) Menghitung prestasi volume kerja Subkontraktor dan Mandor dari
pencapaian progres pelaksanaan di lapangan.
10) Menghitung pekerjaan tambah dan kurang atau variation order
di lapangan sebelum disetujui oleh Project Manager dan
diajukan ke Owner.
11) Membuat progres pekerjaan yang akan ditagihkan kepada
Owner dan membuat laporan kepada Project Manager.

41
h. Surveyor
Tugas dan tanggung jawab:
1) Koordinasi tentang pelaksanaan shop drawing khususnya
menyangkut aktivitas pengukuran sesuai acuan setting out yang
ditetapkan.
2) Membuat acuan – acuan untuk memudahkan kegiatan
pelaksanaan.
3) Memperjelas acuan – acuan marking sehingga tidak ada
keraguan dalam ukuran.
4) Meyakinkan kebenaran acuan – acuan marking pada pelaksana
di lapangan.

i. Pelaksana atau Supervisior


Tugas dan tanggung jawab:
1) Merencanakan, mengkoordinasikan, mengatur, dan
mengendalikan proses kerja.
2) Mengkoordinir dan memberikan teguran kepada pemasok atau
pemborong sehubungan dengan masalah operasional lapangan.

j. Manager Safety.
Manager Safety memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut :
1) Membuat perencanaan kegiatan kesehatan dan keselamatan
kerja.
2) Mengatur kegiatan operasional kesehatan dan keselamatan
kerja.
3) Melaksanakan kegiatan operasional kesehatan dan keselamatan
kerja.
4) Mengontrol pelaksananaan operasional kesehatan dan
keselamatan kerja.

42
k. Safety Supervisor.
Safety Supervisor memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut:
1) Memastikan prosedur K3 telah dilaksanakan dan melaporkan jika
ada ketidaksesuaian atau pelanggaran.
2) Melaksanakan kegiatan K3L dengan mengisi Form Kegitan
Harian dan Form Hasil Inspeksi K3 untuk dilaporkan kepada
Manager Safety.
3) Membuat laporan K3 per bulan dan mengirimkan ke Chief Safety
maksimal tanggal 5 setiap bulan.
4) Dengan bantuan safety team memberikan pertolongan pertama
pada kecelakaan kepada korban kecelakaan, bila perlu segera
dikirim ke rumah sakit.
5) Membuat berita acara kecelakaan.
6) Bekerjasama dengan team proyek melaksanakan kegiatan
keselamatan kerja, kebersihan lingkungan dan keamanan proyek
sesuai prosedur K3.

l. General Affair (GA).


General Affair memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
1) Menganalisis kebutuhan anggaran atas pengadaan dan
pemeliharaan seluruh fasilitas dan sarana penunjang aktifitas
kantor dan berkoordinasi dengan pihak eksternal.
2) Mendukung seluruh kegiatan operasional kantor dengan
melakukan proses pengadaan seluruh peralatan kebutuhan kerja.
3) Membina hubungan dengan vendor/supplier barang dan jasa
fasilitas serta membantu dalam menangani komplain atas
vendor/supplier termasuk tindak lanjut atas penanganan nota
pembayaran maupun kontrak kerja dengan pihak terkait.
4) Menyiapkan laporan bulanan untuk keperluan rapat anggaran,
laporan keuangan atas aset dan beban biaya kantor.

43
m. Project Administration Staff.
Tugas dan tanggungjawabnya sebagai berikut :
1) Membuat perencanaan kegiatan operasional administrasi di
proyek.
2) Mengatur pelaksanaan kegiatan operasional administrasi di
proyek.
3) Melaksanakan kegiatan operasional pelaksanaan proyek.
4) Mengontrol pelaksanaan kegiatan operasional administrasi di
proyek.

n. Staff Keuangan (Cashier)


Tugas dan tanggung jawab:
1) Bertanggung jawab atas semua pengeluaran dana proyek dan
menjamin pengeluaran/pembayaran dana sesuai ketentuan
perusahaan.
2) Menjamin laporan keuangan berjalan akurat dan tepat waktu.
3) Membuat rencana pengeluaran/ pembayaran mingguan dan
bulanan guna menjaga keseimbangan dana proyek sesuai
rencana kurva S proyek dan posisi cashflow.
4) Menyampaikan permintaan dana ke kantor pusat dengan
lengkap dan benar, termasuk tambahan dana mengikuti rencana
progres kurva S.
5) Mengatur pembayaran sesuai ketentuan klasifikasi Kas A, B,
dan C (proyek luar kota).
6) Membukukan pemasukan dan pengeluaran proyek setiap hari.
7) Membuat laporan keuangan periodik sesuai jadwal yang
ditetapkan dalam prosedur serta memberikan bukti dokumen
pembayaran secara lengkap dan benar.
8) Melaporkan pemasukan dana dari hasil penjualan bahan bekas
atau pendapatan lainnya.
9) Melaksanakan dan melaporkan serah terima laporan keuangan
proyek.

44
4. Subkontraktor
Subkontraktor adalah seseorang atau perencana yang
ditunjuk baik oleh kontraktor maupun konsultan untuk membantu
dalam pelaksanaan, baik menyediakan bahan maupun pelaksanaan
pekerjaan. Subkontraktor dalam melaksanakan pekerjaannya
sesuai dengan schedule / jadwal yang diberikan dan berkewajiban
untuk membuat laporan pada setiap pekerjaan yang nantinya akan
dipergunakan sebagai bahan evaluasi kontraktor utama dalam rapat
direksi. Pada proyek ini pemberi tugas telah menunjuk:
a. PT. PP.
b. PT. Labora.
Adapun tugas dan tanggung jawab subkontraktor adalah :

1) Melaksanakan pekerjaan-pekerjaan khusus / paket pekerjaan


yang ditentukan dan disepakati bersama kontraktor utama.
2) Membuat rencana kerja, jadwal pelaksanaan dan metode
pelaksanaan konstruksi yang kemudian diajukan kepada
kontraktor utama.
3) Bertanggung jawab atas kualitas bahan dan pekerjaan yang
ditangani.
4) Bertanggung jawab untuk memperbaiki segala kerusakan yang
timbul pada bagian pekerjaan yang ditangani.
5) Membuat laporan mengenai kemajuan dan perkembangan
kepada kontraktor utama.
6) Menjalin koordinasi yang baik dengan pihak kontrator utama.

3.3. Pelaksanaan Disiplin Kerja


Kedisiplinan kerja sangat penting agar staff PT. Total Bangun Persada dapat
menciptakan lingkungan kerja yang kondusif. Untuk itulah perlu
dikeluarkannya suatu tata tertib karyawan perusahaan tersebut, antara lain:

1. Jam Kerja

45
Jam kerja hari Senin s/d Sabtu (kecuali jam kerja di lapangan, masuk setiap
hari).

a. Senin – Jumat
Masuk kerja : 08.00 WIB
Pulang kerja : 20.00 WIB
Istirahat : 12.00 - 13.00 WIB dan 18.00 - 19.00 WIB
b. Sabtu
Masuk kerja : 08.00 WIB
Pulang kerja : 14.00 WIB
Istirahat : 12.00 - 12.30 WIB

2. Jam Lembur
Bagi karyawan yang bekerja terus selama 1 (satu) jam atau lebih bahkan
bisa sampai 24 jam setelah jam 20.00 WIB dapat diperhitungkan sebagai
jam lembur. Karyawan yang bekerja hingga jam lembur, akan
mendapatkan uang makan. Besarnya uang tersebut per jam diberikan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Istirahat Setelah Lembur


Bagi karyawan yang berkerja lewat dari jam 02.00 WIB akan diberikan
waktu istirahat/keringanan untuk libur selama satu hari.

4. Tidak Masuk Kerja


Bagi karyawan yang tidak masuk kerja karena sakit, harus membawa bukti
surat keterangan Dokter. Dan bagi karyawan yang tidak masuk tanpa
keterangan,terdapat beberapa sanksi

5. Hak Cuti Karyawan


Hak cuti karyawan dapat diberikan apabila karyawan tersebut sudah satu
tahun bekerja. Karyawan mendapatkan hak cuti sebanyak 14 hari pertahun.
Hak cuti tersebut tidak dapat diganti dengan kompensasi uang dan dapat
diubah atau ditunda apabila ada pekerjaan yang mendesak.

6. Absensi

46
Setiap karyawan wajib melakukan absensi faceprint dengan lengkap
(Absen masuk dan Absen pulang).

3.4. Proses Pelaksanaan Proyek


Proses pelaksanaan proyek The Pakubuwono Menteng yang dilaksananakan
di daerah Jakarta rencananya dilaksanakan hingga awal tahun 2020. Adapun
tahapan pelaksanaan proyek dijabarkan sebagai berikut:
a) Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan dibuat agar suatu hasil perencanaan yang sesuai dan
efisien pada pekerjaannya. Pekerjaan persiapan yang harus dilakukan dalam
pelaksanaan proyek konstruksi adalah sebagai berikut:
1) Pembersihan lahan.
2) Pengukuran dan survey lahan konstruksi.
3) Perencanaan site plan.
4) Penyediaan sumber daya (air kerja dan listrik kerja).
5) Pembuatan shop drawing.
6) Pengadaan material.
7) Mobilisasi peralatan.
b) Pekerjaan Tanah
Pekerjaan tanah meliputi penyediaan tenaga kerja, alat – alat dan
pengangkutan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut
seperti tertera dalam gambar – gambar rencana dan spesifikasi teknis.
Pekerjaan ini juga meliputi:
1) Pekerjaan pembersihan dan penebasan atau pembabatan.
2) Galian dan urugan untuk jalan.
3) Galian dan urugan untuk bangunan
4) Pekerjaan dinding penahan tanah yang ditentukan oleh Direksi.
c) Pekerjaan Struktur
Pekerjaan struktur meliputi:
1) Pekerjaan pondasi bore pile
2) Pekerjaan Kolom
3) Pekerjaan Balok dan Pelat

47
d) Pekerjaan Arsitektur
Pekerjaan arsitektur atau finishing merupakan pekerjaan yang paling
lama pelaksanaannya. Pekerjaan arsitektur meliputi:
1) Pekerjaan dinding bata ringan dan kolom praktis.
2) Pekerjaan plester dinding.
3) Pekerjaan acian.
4) Pekerjaan rangka plafond.
5) Pekerjaan pemasangan plafond.
6) Pekerjaan pemasangan kusen.
7) Pekerjaan pemasangan dan grouting keramik.
8) Pekerjaan pengecatan.
9) Pekerjaan waterproofing.
10) Pekerjaan screed lantai.
11) Pekerjaan tanggulan dan janggutan.

3.5. Kurva S
Kurva S adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara persentase
pekerjaan yang harus diselesaikan dengan waktu yang telah ditentukan. Kurva
ini digunakan untuk mengontrol pelaksanaan pekerjaan pada setiap waktu,
dengan membandingkan bobot persen rencana dengan bobot persen realisasi di
lapangan, sehingga perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan tidak
mengganggu atau mempengaruhi waktu pekerjaan secara keseluruhan.
Kurva S Proyek The Pakubuwono Terlampir.

48
BAB IV

KEGIATAN YANG DIAMATI

4.1. Ruang Lingkup


Aspek teknologi sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi.
Umumnya, aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metode-metode
pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat
dan aman, sangat membantu dalam penyelasaian pekerjaan pada suatu proyek
konstruksi.
Dalam melaksanakan suatu proyek konstruksi, diperlukan adanya suatu
sistem manajemen yang baik, guna memastikan kelancaran dan keberhasilan
pengerjaan proyek tersebut. Berbagai metode dilakukan oleh pihak pelaksana
untuk tercapainya tujuan proyek dengan baik. Metode-metode tersebut
kemudian dikenal dengan istilah metode pelaksanaan konstruksi. Dimana semua
metode itu mempunyai satu tujuan yang terpenting yaitu bagaimana
menggabungkan semua sumber daya yang ada sehingga memperoleh hasil yang
maksimal sesuai dengan perencanaan.
Dalam bab ini, penulis akan menjelaskan mengenai kegiatan yang diamati
dan metode pelaksanaan konstruksi pengerjaan struktur pada proyek
pembangunan The Pakubuwono Menteng yang diperoleh selama kegiatan kerja
praktek.
Selama Praktik Kerja Lapangan (PKL) di proyek tersebut, berikut pekerjaan
yang diamati dan akan dibahas pada laporan ini:
a. Pekerjaan kolom dimulai dari pekerjaan penulangan/pembesian, pekerjaan
bekisting, pekerjaan pengecoran, dan curing.
b. Pekerjaan core wall dan shear wall dimulai dari pekerjaan
penulangan/pembesian, pekerjaan bekisting, pekerjaan pengecoran, dan
curing.
c. Pekerjaan pemasangan bata ringan dimulai dari pekerjaan persiapan bata
ringan, pemotongan bata ringan, persiapan adukan sampai dengan
pemasangan bata ringan.

49
d. Pekerjaan plesteran dan acian dimulai dari pekerjaan pembersihan lahan,
hingga pelaksanaan plesteran dan acian dilakukan.

4.2. Pekerjaan yang Diamati


4.2.1. Metode Pelaksanaan Konstruksi
4.2.1.1. Metode Pemasangan Pasangan Bata Ringan
Dengan penggunaan bata ringan akan mengurangi berat bangunan,
yang berarti menguntungkan sekali dalam perhitungan pondasi dan
konstruksi balok atau kolom bangunan. Meskipun bata ringan
mempunyai bobot isi yang kecil, namun bata ringan mempunyai sifat-
sifat kekuatan yang luar biasa. Kuat tekan rata-rata 4,0 N/mm2. Dengan
panjang 60 cm dan tebal 75-200 cm hebel dapat memikul beban sampai
>20 ton.
Bata ringan merupakan anorganik tahan api, yang mengurangi
resiko kebakaran. Tahan terhadap api selama kurang lebih 4 jam. Dan
bata ringan memiliki sifat isolasi suara luar biasa melebihi bahan padat
lainnya dari berat dan luas permukaan yang sama.
4.2.1.1.1. Pelaksanaan Pekerjaan Pasangan Bata Ringan
Pada proyek The Pakubuwono Menteng pekerjaan pasangan bata
ringan menggunakan bahan material hebel. Sehingga bata ringan
dengan mudah dapat dikerjakan dengan alat-alat pertukangan
kayu bata ringan dapat dipaku, dibor, dipahat, dan dapat digergaji.
Kemudahan ini menguntungkan sekali jika memasang pipa air
atau listrik di dalam dinding.
Adapun ukuran standar hebel yaitu:

50
Tabel Ukuran Standar Hebel
Cara pengerjaan pemasangan bata ringan sebagai berikut:
1. Marking
Marking dilakukan untuk memberikan tanda pada lokasi
yang akan dipasang pasangan bata ringan. Dengan membuat
basic finishing dan garis pinjaman pada lantai dan kolom.
Pinjaman dibuat untuk mengecek kesesuaian pemasangan
dan mengetahui angka toleransi kesalahan maksimal.

Gambar 4.1 Proses Pekerjaan Marking


2. Pemasangan Stek dan Tulangan
Pemasangan stek dibuat agar tulangan kolom praktis dan
tanggulan (sloof) tidak bergeser keluar dari garis basic
finishing. Setelah dilakukan marking, lubang untuk stek
dibor kemudian tulangan stek dimasukan ke dalam lubang
dengan dilumasi epoxy terlebih dahulu agar stek dapat
merekat dengan beton slab. Stek untuk sloof dibuat setinggi
20 cm dan untuk tulangan kolom praktis dibuat 20-25 cm.
Adapun stek untuk kolom praktis ke dinding (ALC),

51
dipasang setiap 600 mm atau setara tiga hebel ke atas. Setelah
dipasang stek, pasang tulangan tanggulan dan kolom praktis.
3. Pasang Rockwool
Rockwool adalah serat mineral ringan yang terbuat dari
bahan dasar bebatuan, yang dirancang sebagai bahan
peredam suara, isolasi terhadap panas, dan dapat juga
digunakan sebagai media tanam hidroponik. Bahan yang satu
ini termasuk salah satu jenis bahan konstruksi yang bisa
dibilang multifungsi.
Rockwool dipasang pada bagian paling atas dinding. Sebagai
pembatas antara dinding dengan struktur utama, supaya pada
saat terjadi gempa rockwool dapat menahan getaran dari
struktur atas sehingga dinding tidak terjadi keretakan.
4. Bekisting Tanggulan
Pemasangan bekisting tanggulan dilakukan apabila
pemasangan tulangan tanggulan sudah dilakukan. Bekisting
yang digunakan adalah bekisting kayu sederhana.
5. Cor Tanggulan
Untuk pengecoran tanggulan digunakan Decon Beton Instan
DCS175 sebagai bahan material utama.
6. Buka Bekisting Tanggulan
Bekisting tanggulan akan dilepaskan setelah cor tanggulan
berumur 24 jam.
7. Pasang Dinding
Pasangan dinding menggunakan bata ringan jenis hebel.
Dengan ukuran dimensi yang berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan. Bahan adukan utama pasangan bata ringan adalah
MU-382. Dengan siar-siar adukan setebal 3 mm.

52
Gambar 4.2 Proses Pekerjaan Pasangan Dinding
8. Cek verticality
Cek verticality dilakukan dengan membuat pinjaman 1000
pada kolom terlebih dahulu untuk memudahkan pengukuran.
Cek verticality dilakukan setiap dinding naik 1200 mm atau
setara dengan enam hebel ke atas.
9. Cor kolom praktis
Cor kolom praktis sejajar dengan tinggi dinding. Pengecoran
dilakukan setiap tinggi dinding 1200 mm.
10. Ulangi kegiatan nomor 7-9, secara bertahap sampai
mencapai tinggi yang diinginkan.
11. Pemasangan Zinc Sheet
Zinc Sheet pada awalnya dirancang untuk aplikasi industri
seperti atap, perlindungan katoda, ukiran, peredam suara dan
aplikasi ilmiah. Saat ini bahan serba guna ini dapat dilihat
dengan beragam penampilan berbeda dan ditemukan dalam
aplikasi perumahan bergengsi, termasuk penutup atap,
penghitung dekorasi, area memasak dapur, penutup kompor,
panel pelindung panas, tutup wastafel dan lemari, serta pelat
tendangan dan cetakan.
Pemasangan zinc sheet dilakukan untuk menutupi bagian
paling atas pada dinding yaitu rockwool.

53
Gambar 4.3 Proses Pemasangan Zincsheet
12. Cutter dan Pasang Conduit
Pembobokan untuk conduit dikerjakan apabila marking
mekanikal telah dilakukan. Setelahnya baru dipasang pipa-
pipa conduit sesuai dengan penempatannya masing-masing.
Kemudian dipelester rata dengan pasangan dinding.
13. Pemasangan Stick Wall Gypsum
Pemasangan stick wall gypsum dikerjakan setelah
pemarkingan dilakukan. Digunakan stick wall gypsum agar
saluran mekanikal di luar dinding dapat tertutup.

Gambar 4.4 Pemasangan Stickwall pada dinding

14. Pemasangan Gypsum


Pemasangan gypsum dilakukan dengan memberikan lem
gypsum pada dinding. Gypsum yang digunakan ada dua jenis
yaitu, moldstop dan impactstop. Untuk gypsum moldstop
memiliki tebal 12 mm dengan penutup gypsum berwarna
hijau, berfungsi untuk menutupi bagian luar dinding kamar
mandi karena memiliki kelebihan anti jamur. Sedangkan

54
untuk gypsum impactstop memiliki tebal 19 mm dengan
penutup gypsum berwarna putih, berfungsi untuk menutupi
bagian luar dinding kamar tidur dan ruang tamu karena
memiliki kelebihan kedap suara.

Gambar 4.5 Proses Pemasangan Gypsum

4.2.1.2. Pekerjaan Plesteran Dinding


4.2.1.2.1. Mempelajari Gambar Kerja
Pelajarilah denah keseluruhan lokasi dinding yang akan diplester
beserta denah pelengkap (jika diperlukan), dalam skala 1:200,
1:100 dan 1:50 yang telah menggambarkan:
1. Posisi dan jarak pasangan dinding
2. Tebal plesteran dan detail material finishing pada dinding
3. Letak kusen pintu dan jendela
4.2.1.2.2. Alat Kerja
 Steger / tangga kerja
 Hand mixer
 Meteran
 Siku besi
 Ember
 Palu & paku
 Waterpass
 Benang

55
 Helm pengaman
 Unting-unting/ lot
 Kotak tempat adukan
 Drum air
 Sendok semen & roskam
 Alat penampung adonan yang jatuh
 Jidar alumunium
4.2.1.2.3. Pelaksanaan Pekerjaan Plesteran
1. Umur pasangan minimal 1 hari (24 jam) dan dinding beton
minimal 14 hari.
2. Bersihkan area plesteran dan permukaan dindingnya dari
kotoran
3. Pada dinding beton, permukaannya terlebih dahulu diciping
atau dapat juga dikamprot lalu dibiarkan selama 24 jam sampai
kering.
4. Markinglah bidang yang akan diplester menggunakan benang
arah vertical dengan jarak antar benang 1 m.
5. Setelah itu buat kepalaan menggunakan pipa pvc diameter 10
mm sebagai as. Kepalaan dibuat setelah as berumur 24 jam.
Kepalaan diratakan dengan menggunakan jidar.

Gambar 4.6 Pekerjaan As Kepalaan

56
Gambar 4.7 Pekerjaan Kepalaan
6. Setelah kepalaan berumur 24 jam pekerjaan plesteran dapat
dilakukan. Adukan untuk pekerjaan plesteran menggunakan
MU-302.

Gambar 4.8 Pekerjaan Plesteran

4.2.1.3.Metode Pelaksanaan Pekerjaan Acian


4.2.1.3.1. Alat yang Digunakan :
 Hand mixer
 Ember
 Sendok semen
 Roskam
 Siku + waterpass
 Meteran
 Unting-unting dan benang
 Jidar alumunium

57
4.2.1.3.2. Bahan yang Digunakan :
 MU-202
 Air

Gambar 4.9 MU-202 (Instan)


4.2.1.3.3. Pelaksanaan Pekerjaan Acian
1. Pekerjaan Persiapan:
a. Persiapkan semua peralatan yang digunakan
b. Atur lay out untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan
c. Bersihkan permukaan plesteran dari butir pasir yang
mudah lepas dengan sapu/sikat
d. Jika permukaan plesteran kering siram dengan air, disiram
dengan menggunakan botol bekas yang dilubangi sampai
permukaan plesteran jenuh
2. Pencampuran Material:
a. Masukan MU-202 ke dalam ember secukupnya
b. Tambahkan air ± 1/3 bagian semen dalam ember
c. Aduk dengan menggunakan hand mixer
d. Aduk ± 3-4 menit hingga diperoleh campuran homogeny
3. Cara Penebaran Acian:
a. Sebarkan adukan acian dengan sendok spesi
b. Penebaran dimulai dari sisi bawah ke atas
c. Penebaran bertahap tiap segmen
d. Ketebalan acian yang dikehendaki 2 s/d 3 mm atau sesuai
dengan spesifikasi material
e. Tunggu beberapa saat 2-3 menit sampai kondisi acian
setengah basah
f. Gosok dan ratakan dengan ruskam halus/cement paper

58
g. Gosok dengan arah gosokan searah
h. Cek kerataan permukaan dengan jidar/waterpass
i. Tambahkan pada area yang cekung
j. Kurangi pada area-area yang berlebih

Gambar 4.10 Pekerjaan Acian

4.2.2. Pekerjaan Struktur


4.2.2.1. Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang
memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur
tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga
keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat
menyebabkan keruntuhan total seluruh struktur. Fungsi kolom adalah
sebagai penerus beban seluruh bangunan, dan beban lainnya seperti
beban hidup (manusia dan barang-barang) ke pondasi. Untuk membuat
bangunan yang kokoh dan kuat harus dibuat pula kolom yang kokoh
dan kuat. Untuk itu, pembuatan kolom harus dilaksanakan dengan
metode yang sebaik-baiknya.
4.2.2.1.1. Pekerjaan Pembesian
Baja tulangan merupakan komponen yang sangat terkait dengan
keberhasilan mutu pekerjaan struktur bangunan. Dalam
mengerjakan pembesian perlu diperhatikan Bar Bending Schedule
(BBS) untuk mengatur pemotongan, pembengkokan, dan

59
penyambungan pada besi-besi yang tersedia agar meminimalisir
besi-besi sisa yang terbuang yang akan merugikan kontraktor.
Pembuatan BBS terlebih dahulu harus memperhatikan shop
drawing atau gambar kerja yang memuat gambar-gambar
penyambungan dan diameter tulangan yang direncanakan.
Pemotongan dan pembengkokan dilakukan oleh tukang
menggunakan alat bar bending dan bar cutter.
Selanjutnya, merangkai tulangan-tulangan yang telah dipotong dan
dibengkokkan tersebut menjadi satu rangkaian tulangan kolom.
Perlu diperhatikan diameter tulangan, jumlah tulangan, dan jarak
tulangan utama. Tulangan sengkang, dan tulangan sepihak diikat
kencang menggunakan kawat bendrat dengan sistem silang dan
telah sesuai dengan shop drawing. Untuk mempercepat proses
pabrikasi, proyek ini menggunakan 3 tempat pabrikasi yang
masing-masing terdapat alat bar bending dan bar cutter.

Gambar 4.11 Pekerjaan Tulangan Kolom


4.2.2.1.2. Pekerjaan Pemasangan
Setelah proses pabrikasi selesai, tulangan kolom akan diikatkan
pada pengait tower crane dan diangkat menuju area kolom
tersebut berada dengan koordinasi antara pekerja dan operator
tower crane dengan menggunakan HT, kemudian tulangan kolom
disambungkan pada daerah overlap. Selanjutnya diikat dengan

60
kawat bendrat pada daerah overlap tersebut. Kemudian disanggah
dengan besi agar tidak menekuk, dan dipasangkan beton decking
sebagai tebal selimut beton.
Pengerjaan selanjutnya adalah pemasangan sepatu kolom.
Pemasangan sepatu kolom terletak pada setiap sudut kolom dan
dilas pada tulangan kolom. Fungsi dari sepatu kolom untuk
menyanggah bekisting agar pemasangannya sesuai pada marking
dan bekisting tidak bergerak-gerak saat pengecoran.

Gambar 4.12 Pemasangan Tulangan

Gambar 4.13 Sepatu Kolom

61
Gambar 4.14 Hasil Pemasangan Tulangan
4.2.2.1.3. Pekerjaan Pemasangan Bekisting
Sebelum dilakukan pemasangan bekisting, perlu dipastikan
diameter tulangan, banyaknya tulangan, dan jarak tulangan dari
tulangan utama, sengkang, dan sepihak sesuai dengan gambar
perencanaan. Selanjutnya pembersihan area kolom dengan
menggunakan air compressor agar bersih dari sisa-sisa kawat
bendrat, serpihan kayu dan debu.
Selanjutnya permukaan bekisting alumunium diberikan minyak
bekisting (mould oil) sebagai pelapis agar pada saat
pembongkaran bekisting mudah dibuka dan beton tidak menempel
pada permukaan bekisting. Sehingga pada saat bekisting dilepas
permukaan beton tetap terjaga kehalusannya. Kemudian,
bekisting alumunium dipasang pada kolom yang telah siap.
Dengan memasang bekisting perpanel sesuai dengan kode yang
ada dan jangan lupa untuk masukkan flat tie pada antar panel.
Kemudian pasang round pin dan wedge pin untuk pengunci antar
panel. Dan pasang sabuk kolom agar posisi bekisting kolom tidak
melendut saat dilakukan pengecoran.
Untuk memastikan pemasangan bekisting kolom sudah benar,
maka dilakukan verticality check. Dilakukan dengan memasang
unting-unting, shoring jack, dan u head jack di semua sisi kolom.
Unting-unting merupakan alat bantu verticality yang
menggunakan sebuah besi tulangan pada sisi bagian atas

62
bekisting, dilengkapi benang yang digantungi dengan pemberat
kecil seperti beton decking. Kemudian dilakukan pengukuran
jarak dari benang ke muka kolom pada bagian atas dan bawah.
Jarak atas menjadi tolak ukur, dimana untuk bagian bawah
diizinkan penyimpangan maksimum dan minimum sebesar 2 mm.
Jika melebihi 2 mm maka dapat diatur kelurusannya dengan
menggunakan shoring jack dan u head jack.

Gambar 4.15 Pemasangan Sabuk Kolom

Gambar 4.16 Hasil Pemasangan Bekisting Kolom


4.2.2.1.4. Pekerjaan Pengecoran
Sebelum pengecoran dilakukan, pada bekisting bagian bawah
diberi adukan mortar, ini berfungsi agar pada saat pengecoran, air
beton tidak keluar melalui bawah bekisting.
Sebelum truck mixer masuk ke dalam proyek, pihak Quality
Control (QC) dari kontraktor utama akan melakukan uji slump dan

63
penganbilan sampel untuk uji kuat tekan. Pengambilan sampel uji
slump dianggap memenuhi apabila hasil uji slump berada pada
batas 16 ± 2 cm. Pengambilan sampel uji slump dilakukan 1 kali
setiap truck mixer.

Gambar 4.17 Pekerjaan Test Slump


Dan untuk uji kuat tekan diambil 8 sampel yang dibuat di tempat
penuangan beton dari truck mixer, pembagian untuk 8 sampel
ialah:

 2 sampel untuk uji tekan hari ke-7


 2 sampel untuk uji tekan hari ke-14
 2 sampel untuk uji tekan hari ke-28
 2 sampel untuk cadangan

Gambar 4.18 Pengambilan Sampel uji beton


Setelah proses uji slump beton dan pengambilan sampel untuk uji
kuat tekan beton selesai dilaksanakan, beton yang telah siap

64
dituangkan dari truck mixer ke concrete bucket dengan volume 7
m3 dan diangkat menggunakan tower crane untuk dicor pada area
kolom yang diinginkan. Untuk mengendalikan dan mengontrol
volume beton yang masuk pada kolom, ditugaskan seorang
operator pada concrete bucket yang tugasnya mengatur lubang,
bukan untuk menuangkan beton pada area kolom. Pada bagian
bawah concrete bucket terdapat selang untuk menyalurkan beton
ke area kolom. Untuk mencegah terjadinya segregasi, perlu
diperhatikan bahwa tinggi jatuh maksimum dari ujung selang
adalah sejauh 1.5 m untuk menghindari tercerai berainya agregat
kasar dengan mortar.

Adonan beton yang sudah dituangkan harus di getarkan


menggunakan vibrator supaya udara yang masih berada di dalam
beton tersebut bisa keluar sehingga tidak mengurangi kualitas
mutu beton dan juga agar tidak menimbulkan rongga dan lubang.
Vibrator yang digunakan ada dua jenis yaitu vibrator internal dan
vibrator eksternal. Digunakan dua vibrator karena jarak tulangan
yang rapat, sehingga sulit dijangkau dengan vibrator internal dan
hasil pengecoran kurang maksimal. Penggetaran dengan waktu
yang lama atau hanya sebentar tidak baik karena dapat membuat
beton menjadi bleeding atau segregasi. Waktu yang dianjurkan
adalah ± 3 detik untuk vibrator eksternal dan ± 7 detik untuk
vibrator internal. Harus diperhatikan bahwa proses penggetaran
tidak boleh mengenai tulangan maupun bekisting itu sendiri
karena akan mengakibatkan berkurangnya lekatan beton dengan
tulangan atau perubahan posisi bekisting.

65
Gambar 4.19 Pekerjaan Pengecoran Kolom

4.2.2.1.5. Pekerjaan Pelepasan Bekisting


Pelepasan bekisting kolom dilakukan setelah 24 jam. Karena
walaupun beton telah dianggap dalam keadaan setting setelah 12
jam, beton masih harus disanggah bekisting terlebih dahulu.
Lepaskan shoring jack dan u head jack terlebih dahulu. Kemudian
sabuk kolom, round pin, dan wedge pin dapat dipelas dari kolom.
Pelepasan bekisting harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak
merusak permukaan kolom.
Untuk proses curing kolom, dilakukan setelah bekisting kolom
terlepas sempurna dengan mengoleskan curing compound pada
permukaan kolom dengan menggunakan kuas.

Gambar 4.20 Pelepasan Bekisting

66
4.2.2.2. Core Wall dan Shear Wall
Pada proyek pembangunan apartemen The Pakubuwono Menteng
ini memiliki lima shear wall dan dua core wall. Shear wall dan core
wall ini menahan dua tipe gaya yaitu, gaya geser dan gaya angkat.
Hubungan pada struktur ini dapat memindahkan gaya horizontal shear
wall dan core wall. Pemindahan ini menimbulkan gaya-gaya geser
disepanjang tinggi dinding antar puncak dan bawah penghubung
dinding. Adanya gaya angkat pada struktur ini karena gaya arah
horizontal terjadi pada puncak dinding, gaya angkat ini mencoba salah
satu ujung dinding dan menekan pada ujung bagian lainnya.
Dua fungsi utama dari shear wall dan core wall adalah sebagai
kekuatan dan sebagai pengaku. Shear wall dan core wall diharapkan
mampu menahan segala beban seperti beban geser, lateral, dan
sebagainya. Sedangkan fungsi shear wall dan core wall sebagai
pengaku adalah menahan goyangan-goyangan yang terjadi pada
bangunan akibat gempa bumi, sehingga semua elemen struktur
mempunyai tingkat kekakuan yang sama. Jika ada salah satu elemen
struktur yang tidak kaku maka akan terjadi tingkat kerusakan pada
seluruh bangunan. Berikut ini metode konstruksi shear wall dan core
wall pada proyek The Pakubuwono Menteng.
4.2.2.2.1. Pekerjaan Pembesian
Proses pekerjaan pembesian corewall dan shearwall sama halnya
dengan proses pembesian kolom yaitu mengacu pada Bar Bending
Schedule (BBS) dan shop drawing. Sama halnya pula dengan
kolom yang perlu diperhatikan yaitu diameter tulangan, jumlah
tulangan, jarak tulangan dari tulangan utama, sengkang, dan
sepihak. Yang membedakannya, corewall dan shearwall hanya
memiliki dimensi lebih panjang daripada kolom. Hal-hal teknik
perangkaian besi kurang lebih sama dengan pembuatan kolom.
Selanjutnya setelah pabrikasi selesai, rangkaian tulangan corewall
dan shearwall diikat dengan pengait tower crane dan diangkat
menuju area corewall dan shearwall tersebut akan disambungkan

67
pada daerah overlap. Setelah itu, ikat dengan kawat bendrat pada
daerah stek corewall dan shearwall yang terdapat sebelumnya dan
disanggah dengan besi agar tidak menekuk.

Gambar 4.21 Pemasangan Tulangan Core Wall


Untuk proses selanjutnya kurang lebih sama dengan pengerjaan
kolom untuk pemasangan beton decking, pemeriksaan tulangan,
dan pemasangan sepatu corewall dan shearwall.

Di tulangan corewall diberi pipa yang gunanya untuk


meninggalkan area pada corewall yang tidak ingin dicor (stopcor).
Area tersebut sengaja ditinggalkan untuk instalasi plumbing dan
untuk penyambungan tulangan struktur balok.

Gambar 4.22 Pemasangan Stop Cor Pipa

68
4.2.2.2.2. Pekerjaan Pemasangan Bekisting
Sama halnya seperti pemasangan bekisting kolom, pembersihan
area corewall dan shearwall menggunakan air compressor agar
bersih dari sisa-sisa kawat bendrat dan debu. Permukaan bekisting
alumunium dilapisi dengan minyak bekisting (mould oil).
Kemudian, bekisting alumunium dipasang pada tulangan corewall
dan shearwall yang telah siap. Dengan memasang bekisting
perpanel sesuai dengan kode yang ada dan jangan lupa untuk
masukkan flat tie pada antar panel. Lakukan pemasangan round
pin dan wedge pin untuk pengunci antar panel.

Gambar 4.23 Pemasangan Bekisting Corewall

Gambar 4.24 Flat Rod


Untuk memastikan pemasangan bekisting sudah benar, maka
dilakukan verticality check. Pada proyek The Pakubuwono
Menteng, letak sisi dalam dari corewall berada mengelilingi luar
tangga sementara shearwall berada pada daerah void. Sehingga
untuk mengecek kelurusan vertikal dari bekisting shearwall,
tidak bisa menggunakan unting-unting untuk mengukur jarak

69
pertemuan bekisting ke marking, sehingga harus menggunakan
alat theodolite.

Sementara untuk verticality check sisi luar corewall dan


shearwall, dilakukan dengan memasangkan unting-unting,
shoring jack, dan u head jack di sisi luar, yang langkahnya sama
dengan kolom. Kemudian dilakukan pengukuran jarak dari
benang ke muka corewall dan shearwall pada bagian atas dan
bawah. Jarak atas menjadi tolak ukur, dimana untuk bagian
bawah diizinkan penyimpanan maksimum sebesar ± 2 mm. Jika
melebihi atau kurang dari 2 mm maka dapat diatur kelurusannya
dengan shoring jack dan u head jack.

Gambar 4.25 Pekerjaan Verticality Check


4.2.2.2.3. Pekerjaan Pengecoran
Sama halnya dengan kolom, pada bagian bawah bekisting
corewall dan shearwall diberi adukan mortar agar air pada beton
tidak mengalir keluar saat pengecoran. Sebelum truck mixer
masuk ke dalam proyek, dilakukan uji slump dan pengambilan
sampel untuk uji kuat tekan. Pengambilan sampel uji slump
dianggap memenuhi apabila hasil uji slump berada pada batas 16
± 2 cm. Pengambilan sampel uji slump dilakukan 1 kali setiap
truck mixer untuk struktur vertikal. Dan untuk sampel uji kuat
tekan diambil 8 sampel, yang dibuat ditempat penuangan beton
dari truck mixer. Pembagian untuk 8 sampel ialah:

70
 2 sampel untuk uji tekan hari ke-7
 2 sampel untuk uji tekan hari ke-14
 2 sampel untuk uji tekan hari ke-28
 2 sampel untuk cadangan
Setelah proses uji slump beton dan pengambilan sampel untuk uji
kuat tekan beton selesai dilaksanakan, beton yang telah siap
dituangkan dari truck mixer ke concrete bucket dengan volume 7
m3 dan diangkat menggunakan tower crane untuk dicor pada area
corewall dan shearwall. Untuk mengendalikan dan mengontrol
volume beton yang masuk pada corewall dan shearwall,
ditugaskan beberapa pekerja di area corewall dan shearwall yang
tugasnya untuk mengarahkan selang ke area corewall dan
shearwall. Untuk mencegah terjadinya segregasi, perlu
diperhatikan bahwa tinggi jatuh maksimum dari ujung selang
adalah sejauh 1.5 m untuk menghindari tercerai berainya agregat
kasar dengan mortar.

Adonan beton yang sudah dituangkan harus di getarkan


menggunakan vibrator supaya udara yang masih berada di dalam
beton tersebut bisa keluar sehingga tidak mengurangi kualitas mutu
beton dan juga agar tidak menimbulkan rongga dan lubang.
Vibrator yang digunakan ada dua jenis yaitu vibrator internal dan
vibrator eksternal. Digunakan dua vibrator karena jarak tulangan
yang rapat, sehingga sulit dijangkau dengan vibrator internal dan
hasil pengecoran kurang maksimal. Penggetaran dengan waktu
yang lama atau hanya sebentar tidak baik karena dapat membuat
beton menjadi bleeding atau segregasi. Waktu yang dianjurkan
adalah ± 3 detik untuk vibrator eksternal dan ± 7 detik untuk
vibrator internal. Harus diperhatikan bahwa proses penggetaran
tidak boleh mengenai tulangan maupun bekisting itu sendiri karena
akan mengakibatkan berkurangnya lekatan beton dengan tulangan
atau perubahan posisi bekisting.

71
Gambar 4.26 Pekerjaan Pengecoran Core Wall

Gambar 4.27 Pekerjaan Pengecoran Shear Wall

4.2.2.2.4. Pekerjaan Pelepasan Bekisting dan Curing


Pelepasan bekisting corewall dan shearwall dilakukan setelah 24
jam. Karena walaupun beton telah dianggap dalam keadaan
setting setelah 12 jam, beton masih harus disanggah bekisting
terlebih dahulu. Kemudian melepaskan shoring jack dan u head
jack. Untuk proses curing corewall dan shearwall, dilakukan
setelah bekisting corewall dan shearwall terlepas dengan
sempurna, dengan cara mengoleskan curing compound pada
seluruh permukaan corewall dan shearwall dengan menggunakan

72
kuas. Namun pada saat pelepasaan bekisting terdapat bekas
lubang yang disebabkan oleh penggunaan flat tie, sehingga harus
di lapisi lagi dengan semen untuk memperhalus permukaan
corewall dan shearwall.
Selain mengamati pekerjaan-pekerjaan yang sedang dilaksanakan pada
proyek The Pakubuwono Menteng, Penulis juga diberikan beberapa tugas selama
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan ini. Tugas-tugas yang diberikan diantaranya
melakukan mapping, melakukan monitoring NCR struktur, serta melakukan NDT
UPV pada kolom lantai 12. Selain itu, selanjutnya akan dibahas mengenai studi
kasus atau permasalahan yang terjadi di proyek The Pakubuwono Menteng.

4.3. Tugas Selama Praktik


4.3.1. Melakukan Mapping Progress
Mapping memiliki arti pemetaan dalam bahasa Inggris. Dalam proyek
mapping digunakan untuk menggambarkan keadaan pekerjaan yang
memuat segala sesuatu yang ada di daerah proyek. Mapping dilakukan
setiap hari untuk mengetahui progress pekerjaan setiap lantai perharinya.
Semua kegiatan yang terjadi di proyek dalam satu hari harus direkam
secara rinci dan informatif. Laporan harian dibuat untuk mengetahui hasil
kemajuan pekerjaannya apakah sesuai dengan rencana atau tidak, yang
nantinya akan menjadi pertanggungjawaban terhadap apa yang telah
dilaksanakan. Laporan ini juga akan memberikan informasi kepada pihak
owner tentang perkembangan proyek. Berikut merupakan contoh laporan
harian pekerjaan kolom, shear wall, core wall, dan balok dan slab.

Gambar 4.28 Cover Laporan Mapping Progress

73
Gambar 4.29 Hasil Laporan Mapping Progress

4.3.2. Melakukan Monitoring NCR Struktur


NCR merupakan singkatan dari Non Comformance Report. Non
Comformance Report adalah lembar atau laporan berisikan gambar atau
bukti hasil pekerjaan yang tidak sesuai atau mendapatkan complain dari
pihak Owner. Masalah yang biasa menjadi NCR adalah kolom keropos,
pertemuan balok dan slab keropos, corewall dan shearwall keropos, dan
lain-lain. Pekerjaan ini biasanya dilakukan oleh tim Quality Control
bagian NCR yang bertugas untuk melakukan pengecekan dan perbaikan
terhadap hasil pekerjaan yang tidak sesuai atau mendapatkan complain
dari pihak Owner.

Sebelum melakukan monitoring ke lapangan, kami mempersiapkan


peralatan yang dibutuhkan, seperti kamera untuk dokumentasi bukti
pelaksanaan perbaikan NCR, dan denah letak titik NCR. Setelahnya kami
mendatangi dan melakukan pemeriksaan pada titik NCR. Jika titik NCR
tersebut telah dilakukan perbaikan, maka dokumentasikan dan beri nama
hasilnya sesuai dengan as dan lantai, agar tidak kesulitan saat menginput.
Setelah monitoring selesai, hasil dokumentasi perbaikan NCR diinput
dalam Power Point.

Permasalahan yang sering terjadi pada pekerjaan NCR adalah


lambatnya perbaikan NCR, sehingga tidak sesuai dengan targetnya. Solusi
dari permasalahan tersebut adalah menegur mandor untuk segera

74
melakukan perbaikan dan mengingatkan pekerja agar tidak melakukan
kembali kesalahan tersebut.

Gambar 4.30 Balok Keropos

Gambar 4.31 Pembobokan dan Chipping

Gambar 4.32 Perbaikan Dengan Menggrouting

4.3.3. Melakukan NDT UPV pada Kolom Lantai 12


NDT adalah singkatan dari Non Destructive Test merupakan suatu
teknik pengujian material tanpa merusak benda yang diuji. Pengujian ini
dilakukan untuk menjaga material yang sedang digunakan masih aman
untuk digunakan dan tidak mengalami kerusakan. Pada proyek The
Pakubuwono Menteng pengujian NDT yang digunakan adalah metode

75
UPV Test, yaitu pengujian kerapatan, kepadatan, dan homogenitas mutu
beton.

Metode pengujian dilakukan dengan alat PUNDIT. Alat ini dapat


memberikan informasi yang banyak mengenai kondisi bagian permukaan
ataupun bagian dalam beton. Alat ini secara tidak langsung juga dapat
memberikan informasi mengenai nilai kuat tekan beton, jika hubungan
antara sifat-sifat elastis suatu benda padat dengan nilai kuat tekannya
diketahui.

Kecepatan Gelombang (m/s) Kualitas Beton


> 4500 Sangat Baik
3000 – 4500 Baik
3000 – 3500 Cukup Baik
<3000 Kurang Baik

Tabel Kriteria penilaian dengan gelombang untrasonik

Peralatan UPV Pundit terdiri dari:

1. UPV Pundit Lab+ Versi Digital


2. Media kalibrasi
3. Ultrasonic gel/Grease
4. Meteran
5. Spidol
6. Benang sipat

Metode pelaksanaan:
1. Persiapan Lokasi Uji
Penentuan lokasi uji didasarkan dengan kondisi beton dengan
permukaan yang relatif bagus diantara lainnya. Setelah itu ratakan
permukaan titik uji (flattening) dan memberi tanda lokasi uji dengan
benang sipat (marking)

76
Gambar 4.33 Marking
2. Persiapan Alat
Menyetel alat UPV Pundit sesuai keperluan kemudian dikalibrasi sesuai
ketentuan pada benda uji kalibrasi (oles permukaan benda uji dengan
Gel Ultrasonik).
3. Pengujian
Tahap pengambilan pulse velocity dengan alat pundit. Untuk pengujian
menggunakan metode direct transmission, karena memiliki hasil yang
paling akurat namun keterbatasan pengambilannya di lapangan.
Sebelum melakukan pengujian diwajibkan mengoleskan ultrasonic gel
pada beton yang akan diuji.

Gambar 4.34 Pengolesan Ultrasonic Gel

77
Gambar 4.35 Pengujian NDT UPV
Setelah mendapatkan nilai pada alat UPV Pundit, kita dapat melihat
nilai kecepatan gelombang dan dapat mengklasifikasikan kualitas beton
tersebut. Apabila kualitas beton kurang baik maka beton harus di bobok
dan di cor ulang.

Gambar 4.36 Hasil Tes NDT UPV

4.4. Studi Kasus


4.4.1. Core Wall Bunting
Beton bunting adalah istilah lain dari beton yang mengembang tidak
sesuai dengan bekisting yang dibuat. Penyebabnya bisa karena bekisting
tidak mampu menahan berat beton basah saat pengecoran karena shoring
jack tidak terpasang dengan kuat, sehingga bekisting dapat bergerak
keluar dari as yang ditentukan. Atau bisa juga karena tulangan besi yang
geser akibat dari pengecoran lantai di bawahnya.
Solusi dari masalah tersebut adalah dengan melakukan pembobokan
pada daerah yang bunting tersebut. Namun pembobokan tidak boleh
sampai mengenai tulangan. Kemudian di grouting menggunakan beton
instan Sika-214.

78
Gambar 4.37 Core Wall Bunting yang Telah Dibobok
4.4.2. Balok Retak
Kesalahan yang tidak boleh dianggap remeh pada struktur adalah
adanya retak rambut pada balok. Balok merupakan struktur horizontal
yang menopang pelat. Jika mutu beton saat pengecoran tidak sesuai
dengan perencanaan bisa menyebabkan retak atau crack pada tengah
bentang balok dan pelat beton. Hal ini bisa berbahaya jika tenyata lebar
retak dan panjang retaknya besar. Solusi yang tepat untuk memperbaiki
adalah identifikasi telebih dahulu jenis retaknya dan injek dengan semen
khusus.

Pada proyek The Pakubuwono Menteng ini solusi yang diberikan


adalah dengan meng- V cut bagain balok yang retak tersebut. Kemudian
di grouting menggunakan beton instan Sika-214.

Gambar 4.38 Retakan pada Balok

79
Gambar 4.39 Setelah Dilakukan Perbaikan

80
BAB V

PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Kurang lebih 8 minggu kami melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
di PT. Total Bangun Persada Tbk. pada proyek The Pakubuwono Menteng.
Selama melaksanakan kegiatan praktik kami mengambil beberapa kesimpulan:
1. PT. Total Bangun Persada Tbk. didirikan pada 4 September 1970, dengan
nama awal Tjahja Rimba Kentjana dan resmi mengganti nama pada tahun
1981. Pada tahun 1986, Total mempelopori penggunaan perancah besi dan
struktur baja untuk konstruksi gedung di Indonesia.
2. Proyek The Pakubuwono Menteng mempunyai struktur organisasi yang
terdiri dari Pemilik, Manajemen Konstruksi, Kontraktor Utama, Konsultan
Arsitek, Konsultan Struktur, Konsultan Mekanikal Elektrikal dan Plumbing,
Konsultan Interior, Konsultan Lansekap, Quantity Surveyor, dan Sub
Kontraktor.
3. Metode pekerjaan yang ada di lapangan. Metode pekerjaan dilakukan agar
pekerjaan yang dilakukan tercapai sesuai harapan. Metode pekerjaan ini
meliputi pekerjaan arsitektur dan pekerjaan struktur. Pekerjaan arsitektur
adalah pekerjaan yang dilakukan setelah pekerjaan struktur selesai.
Pekerjaan struktur meliputi pembesian, bekisting, dan pengecoran.
4. Pekerjaan di lapangan tidak selamanya sesuai dengan harapan, banyak
kasus-kasus yang terjadi. Kasus yang terjadi di lapangan dapat diperbaiki
dengan cara yang berbeda-beda contohnya beton yang keropos dapat
diperbaiki dengan grouting.

81
6.2. Saran
Berdasarkan pengamatan di lapangan yang kami lakukan di Proyek The
Pakubuwono Menteng, maka kami menyarankan:
1. Sebagai tempat mahasiswa menggali dasar-dasar dan mempelajari sesuatu
tentang dunia konstruksi, kampus diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pendidikan dan ikut membuka wawasan teknologi atau metode baru dalam
dunia konstruksi untuk disampaikan kepada mahasiswa sehingga
mahasiswa lebih ter-update dengan hal-hal baru dalam dunia konstruksi.
Dan dalam pelaksanaan praktik kerja lapangan agar ditambah waktu
pelaksanaannya agar mahasiswa lebih lama untuk memahami masalah-
masalah yang terjadi di lapangan.
2. Proyek atau Industri konstruksi sebagai tempat melaksanakan praktik kerja
lapangan agar lebih terbuka kepada mahasiswa terhadap masalah-masalah
yang terdapat di lapangan, agar mahasiswa lebih mudah menganalisa dan
mengetahui permasalahan tersebut demi tercapainya segala tujuan yang ada
pada praktik kerja lapangan ini.

82
Daftar Pustaka

http://informasihargabahanbangunan.blogspot.com/2013/05/perbedaan-bata-
ringan-aac-dan-clc-celcon.html
Rencana Kerja dan Syarat-syarat Proyek …………. hal 41 Formwork
Rachmadina, Yola., dan Apriliansyah, Cintya Triayu. 2018. Laporan Praktik Kerja
Lapangan Proyek Pembangunan Green Sedayu Apartement. Depok: Jurusan
Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta.
https://indonusa-conblock.com/keunggulan-hebel-beton-ringan-aerasi/
http://www.hebelpanel.com/2013/02/perbandingan-bata-merah-dan-bata-
ringan.html
http://batadindinghebel.blogspot.com/2015/03/efek-hebel-aac-terhadap-interior-
rumah.html
http://www.ndt-indonesia.com/mengenal-ndt-non-destructive-test-135
https://www.kompasiana.com/sakkabumi/58eefc8c5693736b0728806a/bahan-
kebutuhan-industri-dengan-bermacam-fungsi-rockwool
https://www.belmontmetals.com/product-category/zinc-sheet-for-countertop/
http://ikons.id/Tips/7%20kesalahan%20umum.html
http://www.totalbp.com/index/id

83

Anda mungkin juga menyukai