Anda di halaman 1dari 36

Rachel’s Case

QUESTION BASED LEARNING 1

MAKALAH TUTORIAL SKILLS LAB

Kelompok 8

Windah Kalvari 160110200062

Sarah Muslimah 160110200063

Qodrina Hanafsa 160110200064

Adzin Ramadhan 160110200065

Lativa Hanif Y. 160110200067

Angievel Chandra 160110200068

Putri Syahirah 160110200069

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

BANDUNG

2021
PERNYATAAN

Dengan ini kami menyatakan:

1) Makalah tutorial dengan judul "Rachel’s Case" ini adalah merupakan hasil yang
kami kerjakan dengan upaya sendiri sebagai bagian dari proses belajar mandiri untuk
salah satu kriteria penilaian aktivitas pembelajaran tutorial.

2) Penyusunan makalah ini kami lakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah


penulisan ilmiah dan terhindar dari tindakan plagiarisme.

3) Bersedia untuk makalah ini disertakan di database repository ilmiah turnitin untuk
kemudian bisa diperiksa tingkat kemiripan (similarity index) dalam rangka
pengecekan tindakan plagiarisme.

4) Pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka kami bersedia
menerima sanksi akademik serta sanksi lainnya yang sesuai dengan norma dan etika
akademik di Universitas Padjadjaran.

Bandung, 05 April 2021

Yang membuat pernyataan,

(Kelompok 8)

i
SKENARIO/KASUS: Rachel’s CASE

Rachel adalah seorang mahasiswa FKG semester 2. Rachel akan belajar untuk
menggunakan dental simulator. Sebelum mulai bekerja, Rachel harus membersihkan area
kerja didental simulator tersebut.
Pertanyaan:
1. Bagaimana langkah desinfeksi ruangan dan dental simulator pada saat memulai
praktik maupun pergantian pasien untuk mencegah terjadinya infeksi silang?
2. Bagaimana posisi ergonomis Rachel saat melakukan pekerjaan pada dental
simulator?
Apa yang akan terjadi jika Rachel tidak memperhatikan aspek posisi ergonomis?
3. Bagaimana langkah persiapan diri operator dana sisten operator sebelum
melakukan praktik untuk menjaga keselamatan diri dan keselamatan pasien,
teurtama dalam hal:
a. Pakaian
b. Rambut
4. Pada saat selesai mengerjakan penambalan komposit pada dental simulator,
Rachel akan mencuci berbagai alat. Bagaimana langkah pembersihan yang tepat
untuk pembersih yang tepat untuk membersihkan hand instrument berikut ini:
a. Alat dasar stainless steel
b. Instrumen plastis bahan Teflon
c. instrument plastis bahan plastic
d. Contra angke
e. Mata bur
5. Saat Rachel membersihkan instrument As49 berbahan Teflon, Rachel menemukan
adanya bahan tambal komposit yang sudah mengeras menempel pada ujung
Teflon.
Bagaimana langkah melepaskan tambalan komposit tersebut pada instrument
tanpa menyebabkan instrument tergores atau rusak?
6. Saat ini pada masa pandemic COVID-19, masyarakat diminta memperhatikan
protocol 5M dan Rachel diminta memakai APD sebagai langkah perlindungan diri
selama bekerja Bersama teman2 di ruang dental simulator

ii
a. APD level berapa yang perlu dikenakan oleh Rachel? Jelaskan mengapa.
b. Bagaimana langkah penggunaan dan pelepasan APD yang tepat?

iii
DAFTAR ISI

PERNYATAAN ........................................................................................................... i
SKENARIO/KASUS: Rachel’s CASE ...................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................7
1.1 Latar Belakang ............................................................................................7
1.2 Identifikasi Masalah....................................................................................7
1.3 Tujuan Penyusunan .....................................................................................7
1.4 Manfaat penyusunaan .................................................................................8
1.5 Strategi Penyusunan....................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................10
2.1 Desinfeksi ruangan dan dental simulator ..................................................10
2.1.1 Desinfeksi ruangan .......................................................................10
2.1.2 Desinfeksi dental simulator ..........................................................11
2.2 Posisi Ergonomis saat menggunakan dental simulator .............................11
2.2.1 Dampak tidak bekerja secara ergonomis ......................................14
2.3 Persiapan diri operator dan asisten operator sebelum melakukan praktik 17
2.4 Cara membersihkan hand instrument .......................................................18
2.4.1 Sterilisasi ......................................................................................18
2.4.2 Metode Sterilisasi .........................................................................19
2.4.3 Desinfeksi .....................................................................................20
2.4.4 Pemeliharaan dan sterilisasi hands instrumen ..............................22
2.5 Melepas tambalan komposit yang mengeras pada instrumen tanpa
merusaknya ...............................................................................................23
2.6 Alat pelindung Diri (APD) .......................................................................27
2.6.1 Jenis APD .....................................................................................27
2.6.2 Tingkat APD ................................................................................27
BAB III KESIMPULAN ...........................................................................................32
BAB IV REFLEKS DIRI ..........................................................................................33
4.1 Deskripsikan ini mengenai apa (What happen) ........................................33
4.2 Apa yang telah berjalan dengan baik (What went well) ...........................33

iv
4.3 Apa yang belum berjalan dengan baik (What went wrong) .....................33
4.4 Langkah konkret selanjutnya (Action plan) .............................................33
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................34
LAMPIRAN ...............................................................................................................35
Lampiran 1 .......................................................................................................35

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2.1 Dental Simulator (sumber: https://iptek.its.ac.id/index.php/idea/article/view/7947) ............11


Gambar 2.2.2 Posisi tubuh ergonomis (sumber:
http://www.pdgimakassar.org/jurnal/index.php/MDJ/article/view/172) ..................................12
Gambar 2.2.3 Posisi yang salah saat mengambil alat atau instrumen (sumber:
https://www.researchgate.net/publication/223966297) ............................................................13
Gambar 2.2.4 Posisi yang benar saat mengambil alat atau instrument (sumber:
https://www.researchgate.net/publication/223966297) ............................................................13
Gambar 2.6.1 APD Tingkat 1 APD Tingkat 1 ..............................................................................................27
Gambar 2.6.2 APD Tingkat 2 APD Tingkat 2 ..............................................................................................28
Gambar 2.6.3 APD Tingkat 3 APD Tingkat 3 ..............................................................................................29

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi pastinya akan menggunakan dental
simulator. Dalam hal tersebut, mahasiswa diharuskan merawat dental simulator tersebut
agar dapat bertahan lama, salah satu caranya dengan membersihkan area kerja di dental
simulator tersebut.
Maka dari itu, dibuat makalah yang berjudul “Rachel’s Case” yang mana bertujuan
untuk menambah wawasan pembaca khususnya mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi
agar lebih mengenal tentang hal yang berkaitan dengan membersihkan area kerja di dental
simulator.

1.2 Identifikasi Masalah

Adapun, identifikasi masalah terkait kasus ini yaitu :


1. Langkah desinfeksi ruangan dan dental simulator
2. Posisi ergonomis saat melakukan pekerjaan dental simulator
3. Langkah persiapan diri operator dan asisten operator sebelum melakukan praktik
(pakaian dan rambut)
4. Langkah melepaskan tambalan komposit pada instrumen
5. Langkah membersihkan hand instrumen
a. Alat dasar stainless steel
b. Instrumen plastis bahan teflon
c. Instrumen plastis bahan plastik
d. Contra angle
e. Mata bur

6. Jenis-jenis APD, langkah penggunaan, dan pelepasannya.

1.3 Tujuan Penyusunan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah :

7
1. Untuk mengetahui cara disinfeksi ruangan dan dental simulator
2. Untuk memahami posisi ergonomis dokter gigi
3. Untuk mengetahui persiapan diri praktisi dan asisten sebelum praktik
4. Untuk mengetahui pembersihan alat, berupa :
• Alat dasar stainless steel
• Instrumen plastis bahan teflon
• Instrumen plastis bahan plastik
• Contra angle
• Mata bur
5. Mengetahui langkah pembersihan tambalan komposit pada instrumen tanpa
menyebabkan kerusakan
6. Mengetahui jenis-jenis APD, langkah penggunaan, serta pelepasannya.

1.4 Manfaat penyusunaan

Berdasarkan tujuan makalah di atas, manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu
sebagai berikut.
1. Menambah wawasan mengenai langkah-langkah mendisinfeksi ruangan dan
dental simuator.
2. Menambah wawasan mengenai posisi ergonomis dokter gigi dalam menggunakan
dental simulator maupun saat praktik langsung pada pasien.
3. Menambah wawasan mengenai persiapan diri praktisi dan asisten sebelum praktik.
4. Menambah wawasan mengenai pembersihan alat, seperti alat dasar stainless steel,
instrumen plastis bahan teflon, instrumen plastis bahan plastik, contra angle, dan
mata bur.
5. Menambah wawasan mengenai langkah pembersihan tambalan komposit pada
instrumen tanpa menyebabkan kerusakan.
6. Menambah wawasan mengenai jenis-jenis, langkah penggunaan, serta pelepasan
APD.

8
1.5 Strategi Penyusunan

Dalam penyusunan makalah ini, penulis melakukan penelusuran referensi dari


berbagai sumber, seperti jurnal-jurnal penelitian yang dicari melalui google scholar serta
e-book atau textbook.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Desinfeksi ruangan dan dental simulator

2.1.1 Desinfeksi ruangan

Pembersihan lingkungan kerja dan lingkungan lain meliputi ruang tunggu pasien,
pintu, jendela, kursi, dental unit, dan sebagainya, dengan menggunakan swab (kain lap)
alkohol 70%, atau benzalkonium klorida 2% (karbol), yang sudah banyak dijual dalam
produk pasaran pembersih lantai. Walaupun pemakaian jangka panjang harus
dipertimbangkan karena dapat menimbulkan korosi pada bahan metal. Pastikan bahwa
prosedur pembersihan dan desinfeksi lingkungan diikuti secara konsisten dan benar setiap
pasien usai dikerjakan.
Terlihat pada daftar di situs salah satu web EPA (https://www.epa.gov/pesticide-
registration/list-ndisinfectants-use-against-SARS-CoV-2-COVID-19) untuk disinfektan
yang terdaftar memenuhi syarat di bawah program patogen virus SARS-CoV-2.
Pembersihan dan desinfeksi area klinik gigi dilakukan setelah pasien (tanpa, dicurigai
atau terkonfirmasi COVID-19) keluar dari ruang dental unit dan pasien selanjutnya baru
dapat masuk setelah 15 menit pembersihan. Untuk membersihkan dan mendesinfeksi
operasi gigi setelah pasien dengan COVID-19, dokter dan perawat harus menunda masuk
ke dalam ruang operasi/kerja sampai waktu yang cukup untuk perubahan udara (minimal
15- 30 menit) dalam menghilangkan partikel aerosol yang berpotensi menularkan. Tidak
terlalu disarankan untuk eradikasi bakteri, dengan melakukan desinfeksi ruang kerja gigi
menggunakan fogging dengan bahan kimia seperti formaldehida, agen berbasis fenol, atau
senyawa ammonium quartineri. Namun sejak tahun 2003, CDC menyatakan bahwa
metode desinfeksi yang berbasis teknologi lebih baru seperti iradiasi UV-C (ultra violet-
C), kabut ozon (stabilized ozon mist), hidrogen peroksida yang diuapkan untuk
dekontaminasi ruang, dapat menjadi salah satu solusi desinfeksi ruangan akibat SARS-
CoV-2 walaupun masih memerlukan penelitian lanjut. Ozon nanobubble water dilaporkan
bahwa pada di Jepang, Nara Medical University, secara efektif untuk eradikasi virus
SARS-CoV-2, oleh karena itu dapat menjadi salah satu pilihan untuk proses disinfeksi
ruangan dengan keamanan yang tinggi (Nara University, 2020).

10
2.1.2 Desinfeksi dental simulator

Terdapat tempat-tempat desinfeksi pada dental simulator yang perlu diperhatikan


diantaranya: 1. Meja instrument, harus bersih dan diulas dengan alkohol 70%, 2.
Handpiece harus bersih dan diberi pelumas sesudah digunakan, 3. Three ways syringe, 4.
Penghisap saliva, 5. Penghisap darah (Vacuum tip), 6. Spitoon cuspidor bowl yang harus
disiram dengan lisol kemudian disiram dengan air bersih air bersih lalu disikat dengan
deterjen dan dibilas kembali, 7. Pegangan lampu harus bersih dan diulas dengan alkohol
70%, 8. Shoulder and head model.

2.2 Posisi Ergonomis saat menggunakan dental simulator

Gambar 2.2.1 Dental Simulator (sumber:


https://iptek.its.ac.id/index.php/idea/article/view/7947)

11
Dental simulator merupakan suatu media yang digunakan oleh mahasiswa
kedokteran gigi dalam pembelajaran keterampilan klinik yang menggunakan simulasi
manekin. Dengan begitu, mahasiswa kedokteran gigi dapat mencapai kompetensi
yang tinggi sebelum memulai praktik klinis. Dalam praktiknya, baik mahasiswa
kedokteran gigi maupun dokter gigi dapat mengalami berbagai keluhan apabila
bekerja dengan posisi yang tidak ergonomis, sehingga menimbulkan beberapa
penyakit.

Berikut ialah arahan posisi ergonomis saat menggunakan dental simulator atau melakukan
praktik kepada pasien.
a. Menggunakan kursi dental dengan sistem ergonomis yang dapat menyesuaikan
dengan posisi postur pasien secara tepat.
b. Dokter gigi (operator) berada di posisi yang berdekatan dengan pasien (naracoba)
untuk menghindari adanya postur tubuh yang membungkuk.
c. Posisi duduk tegap dan simetris.
d. Bahu rileks dengan posisi lengan atas berada di samping tubuh.
e. Siku berada di posisi sedikit terangkat dan hindari untuk mengangkat siku atau
lengan terlalu tinggi agar otot tidak tegang.
f. Sudut antara paha atas dan betis sekitar 110 derajat.
g. Kaki terbuka dengan sudut antara 30-40 derajat.
h. Lampu sorot terletak paralel dengan arah pandangan mata.

Gambar 2.2.2 Posisi tubuh ergonomis (sumber:


http://www.pdgimakassar.org/jurnal/index.php/MDJ/article/vie
w/172)
i. Menggunakan dental-loupe guna membantu penglihatan dan menghindari
kelelahan pada mata.

12
j. Letak instrumen dan alat-alat dental tidak berjauhan agar mudah untuk
mengambilnya.

Gambar 2.2.3 Posisi yang salah saat mengambil alat atau instrumen (sumber:
https://www.researchgate.net/publication/223966297)

Gambar 2.2.4 Posisi yang benar saat mengambil alat atau instrument
(sumber: https://www.researchgate.net/publication/223966297)

13
2.2.1 Dampak tidak bekerja secara ergonomis

Terdapat beberapa penyakit atau dampak yang dapat dirasakan apabila tidak
bekerja dengan posisi ergonomis, sebagai berikut.
a. Gangguan Muskuloskeletal
Gangguan muskuloskeletal merupakan gangguan yang terjadi pada bagian
otot skeletal yang disebabkan karena adanya beban statis yang diterima dalam
jangka waktu panjang sehingga terjadi kerusakan pada sendi, ligament, tendon,
atau otot. Terdapat dua keluhan otot yang dapat disimpulkan secara garis besar,
sebagai berikut.
• Keluhan otot yang bersifat sementara, yaitu keluhan yang dapat dirasakan saat
otot menerima beban statis, tetapi rasa sakit yang ditimbulkan akan hilang saat
tidak terdapat beban lagi (reversible).
• Keluhan otot yang bersifat menetap, yaitu keluhan yang dapat dirasakan saat
otot menerima beban statis. Namun, rasa sakit yang ditimbulkan tetap berlanjut
karena telah terjadi dalam jangka waktu yang panjang.
Gangguan muskuloskeletal ini biasanya terjadi pada otot rangka (skeletal)
yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung baik bagian atas
maupun bawah, pinggang, dan otot-otot bagian bawah. Terdapat juga faktor-faktor
yang menyebabkan timbulnya gangguan muskuloskeletal, sebagai berikut.
• Faktor penyebab primer, yaitu karena peregangan otot yang berlebihan karena
adanya aktivitas mengangkan, mendorong, menarik, dan menahan beban yang
cukup berat. Selain itu, adanya aktivitas berulang yang dilakukan dalam jangka
panjang secara terus-menerus dan adanya sikap atau posisi kerja yang tidak
ergonomis, seperti membungkuk sehingga menimbulkan rasa nyeri.
• Faktor penyebab sekunder, yaitu karena terjadinya tekanan langsung pada
jaringan otot yang lunak, adanya getaran dengan frekuensi yang tinggi
sehingga terjadi kontraksi otot yang menyebabkan peredaran darah tidak dapat
berjalan secara lancar dan terjadi penimbunan asam laktat yang meningkat
sehingga pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri.
• Faktor Kombinasi, yaitu faktor yang dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin
(kebanyakan terjadi pada wanita), kebiasaan merokok yang searah dengan

14
seberapa sering keluhan berupa nyeri dirasakan, jasmani (olahraga), kekuatan
fisik, dan ukuran tubuh.
Untuk mengatasi gangguan muskuloskeletal dapat diterapkan hal-hal berikut
dalam kehidupan sehari-hari, seperti melakukan penghilangan sumber bahaya
yang ada (eleminasi), mengganti alat atau bahan yang tidak ergonomis menjadi
ergonomis (substitusi), memisahkan sumber bahaya dengan pekerja (partisi),
menambah ventilasi untuk mengurangi risiko timbulnya penyakit (ventilasi),
mengikuti pelatihan untuk bekerja secara ergonomis, mengatur secara seimbang
waktu kerja dengan istirahat, dan dilakukannya pengawasan yang intensif.

b. Hernia Nucleus Pulposus (HNP)


Hernia Nucleus Pulposus merupakan penyakit yang menyebabkan timbulnya
rasa nyeri karena ada proses patologik di kolumna vertebralis pada diskus
intervertebralis ke segala arah sehingga terjadi stress fisik (trauma). Hernia
Nucleus Pulposus terklasifikasi menjadi 2, yaitu:
• Hernia Nucleus Pulposus Sentral, yaitu yang akan menimbulkan paraparesis
flasid, parestesia, dan retensi urine.
• Hernia Nucleus Pulposus Lateral, yaitu yang akan menimbulkan rasa nyeri
yang ada di punggung bagian bawah, paha, betis, belakang tumit, dan telapak
kaki
Terdapat berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan timbulnya
penyakit Hernia Nucleus Pulposus, sebagai berikut.
• Faktor fisik atau faktor pekerjaan, yaitu postur yang janggal dan dilakukan
berulang-ulang saat melakukan pekerjaan seperti mengangkat suatu beban,
membungkuk, dan memutar tubuh. Selain itu, melakukan pergerakan yang
berlebihan sehingga menimbulkan adanya beban pada otot.
• Faktor Lingkungan kerja, contohnya apabila seorang dokter gigi yang berada
di lingkungan yang tidak mendukung sehingga ia merasa berada di bawah
tekanan dan akhirnya merasa stress dan nyeri-nyeri.
• Faktor Individu dan gaya hidup, yaitu terdiri dari umur, jenis kelamin, ukuran
tubuh, dan kebiasaan merokok.

15
c. Sindrom Carpal Tunner
Sindrom Carpal Turner terjadi karena adanya tekanan atau getaran mekanis
pada nervus medianus di carpal tunner pada pergelangan tangan. Berbagai hal
seperti getaran, tekanan, dan ergonomis dapat menyebabkan timbulnya sindrom
carpal tunner. Aspek ergonomis yang dimaksud ialah sikap dan kebiasaan tenaga
kerja yang salah. Terdapat beberapa gejala klinik yang terjadi secara berangsur-
angsur dan spesifik yang dapat dirasakan apabila memiliki sindrom carpal tunner,
yaitu rasa nyeri di tangan sehingga sering terbangun saat sedang tidur, rasa kebas
(kesemutan atau kehilangan rasa pada jari), rasa nyeri dapat terjadi dan menjalar
hingga leher dan lengan atas, dan gerakan jari kurang terampil. Kemudian, untuk
pencegahan atau pengendalian terhadap sindrom carpal tunner dapat dilakukan
Langkah-langkah sebagai berikut.
• Pemeriksaan Kesehatan secara khusus pada sirkulasi perifer dan sistem saraf.
• Melakukan pemeriksaan Kesehatan secara berkala (setahun sekali) dan
dikhususkan pada keluhan pergelangan tangan dan lengan.
• Mengendalikan gerakan tangan berulang dengan menggunakan alat-alat
otomatis atau rotasi pekerjaan.
• Memerhatikan dan membenarkan posisi tangan yang salah dengan cara
menyesuaikannya dengan meja kerja atau alat kerja sehingga terasa nyaman.
• Isolasi sumber getaran dengan pegas atau bamper.

d. Low Back Pain


Low back pain merupakan penyakit yang terdapat rasa nyeri pada punggung
bagian bawah yang berkaitan dengan masalah vertebra lumbar, diskus
intervertebralis, ligamentum diantara tulang belakang dengan diskus, medulla
spinalis, saraf otot punggung bagian bawah, dan organ-organ internal pada pelvis
dan abdomen (kulit yang menutupi area lumbar). Area tulang belakang yang sering
menyebabkan nyeri pinggang ialah L4 dan L5. Tidak sedikit mahasiswa
kedokteran gigi ataupun dokter gigi yang memiliki keluhan nyeri dibagian

16
punggung bawah. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya lower
back pain, yaitu umur, jenis kelamin (misalnya saat proses menopause yang
menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan horman estrogen),
ukuran tubuh (berat dan tinggi badan), pekerjaan tidak ergonomis, kurangnya
olahraga, dan posisi tubuh yang sering tidak benar dan selalu dilakukan dalam
jangka panjang (sering membungkuk). Untuk mencegah atau mengatasi timbulnya
low back pain bisa menerapkan bekerja secara ergonomis, yaitu sebagai berikut.
• Memerhatikan dan memperbaiki postur yang salah dan menerapkan yang
benar, seperti tidak membungkung dan tetap dalam keadaan tegak.
• Memerhatikan waktu istirahat dan jam kerja.
• Melakukan stretching di sela waktu istirahat.

2.3 Persiapan diri operator dan asisten operator sebelum melakukan praktik
Sebelum melakukan praktik, operator dan asisten operator haruslah mempersiapkan
beberapa hal baik persiapan diri maupun ruangan. Pertama dalam hal ruangan, ruangan
yang digunakan haruslah dalam keadaan siap, memiliki ventilasi yang baik, dan dalam
kondisi steril. Berikutnya, alat-alat yang digunakan harus dalam keadaan bersih dan steril
juga siap pakai.
Langkah selanjutnya adalah persiapan diri operator dan asisten. Pertama, operator dan
asisten harus dalam kondisi sehat. Berikutnya, operator dan asisten tidak boleh memiliki
kuku yang panjang dan tidak boleh pula memakai perhiasan. Tidak lupa untuk selalu
mencuci tangan sesuai prosedur sebelum melakukan tindakan. Lalu, bagi operator dan
asisten yang berambut panjang diharuskan mengikat rambutnya setelah itu wajib
menggunakan penutup kepala hingga menutupi seluruh bagian rambut. Dalam berpakaian,
operator dan asisten pertama diharuskan memakai baju dan diusahakan berlengan panjang.
Berikutnya, memakai alat pelindung diri yang terdiri dari masker, handscoon, alas kaki,
penutup kepala.
Pada masa pandemi seperti saat ini, terdapat perbedaan dalam tahap persiapan operator
dan asisten. Salah satu perbedaannya adalah dalam penggunaan alat pelindung diri.
Tepatnya, harus menggunakan alat pelindung diri tingkat tiga.

17
2.4 Cara membersihkan hand instrument
Menurut Centers for Disease Control, instrumen gigi diklasifikasikan menjadi tiga
kategori tergantung pada risiko penularan infeksi. Klasifikasi kritis, semicritical dan non
kritis didasarkan pada kriteria sebagai berikut (Dr.Pradeep, 2016):

a) Instrumen kritis

Instrumen kritis adalah instrumen yang digunakan untuk menembus jaringan lunak atau
tulang, atau masukkan ke dalam atau hubungi aliran darah atau jaringan yang biasanya
steril lainnya. Mereka harus disterilkan setelah digunakan. Sterilisasi dicapai dengan uap
di bawah tekanan (autoklaf), panas kering, atau uap panas / kimia. instrumen penting
termasuk tang, pisau bedah, pahat tulang, scaler dan bur bedah.

b) Instrumen Semi-kritis (semicritical)

Instrumen semi kritis adalah mereka yang tidak menembus jaringan lunak atau tulang tapi
menghubungi selaput lendir atau kulit non utuh, seperti cermin, nampan kesan dapat
digunakan kembali dan kondensor amalgam. Perangkat ini juga harus disterilkan setelah
digunakan. Dalam beberapa kasus, bagaimanapun, sterilisasi tidak layak dan, karena itu,
disinfeksi tingkat tinggi adalah tepat. Sebuah disinfektan tingkat tinggi terdaftar dengan
US Environmental Protection Agency (EPA) sebagai "sterilisasi / desinfektan”

c) Instrumen non-kritis

Instrumen non-kritis adalah mereka yang datang ke dalam kontak hanya dengan kulit utuh
seperti komponen eksternal dari kepala x-ray, manset tekanan darah dan oximeters pulsa.
Perangkat tersebut memiliki risiko yang relatif rendah menularkan infeksi; dan, karena
itu, dapat diolah kembali antara pasien dengan tingkat menengah.

2.4.1 Sterilisasi

Sterilisasi adalah proses untuk menghilangkan semua zat-zat infeksius yang dapat
menular. Sterilisasi dapat dilakukan untuk alat-alat kedokteran gigi maupun kursi dental.
Salah satu desinfektan yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi adalah gigasept yang
berisi succindialdehyde dan dimethoxytetrahydrofuran digunakan untuk desinfeksi

18
material plastik dan karet misalnya kursi dental. Proses ini biasanya menggunakan cairan
desinfektan yang memiliki sifat sebagai berikut:
● Spektrum luas
● Waktu kerja cepat
● Non korosif
● Ramah lingkungan
● Bebas dari senyawa organic yang mudah menguap
● Tidak beracun dan tidak memberikan noda

2.4.2 Metode Sterilisasi

Selain itu, terdapat metode sterilisasi yang sering digunakan untuk sterilisasi alat
dalam kedokteran gigi. Metode sterilisasi dapat berupa (Dr.Pradeep, 2016) :
1) Dry Heat Sterilization
Metode ini memanfaatkan temperatur yang tinggi untuk memperpanjang waktu
hingga mencapai sterilisasi alat. Konveksi adalah alat sirkulasi panas dalam dry
heat sterilization yang menentukan bahwa panas sirkulasi di seluruh ruang
sterilisasi selama proses tersebut. Ini lebih efektif seperti sirkulasi terus menerus
pada udara panas untuk mempertahankan temperatur yang sama di seluruh ruang.

2) Steam Autoclave
Steam autoclave adalah metode yang paling umum digunakan dalam kedokteran
gigi. Uap masuk ke dalam ruang dari tadah air menggantikan udara yang keluar
meninggalkan ruang. Kombinasi antara tekanan udara didalam ruang, uap, dan
temperatur yang tinggi dapat memperpanjang waktu untuk membunuh semua
mikroorganisme. Siklus yang khas untuk membungkus alat alat ternasuk panas dan
waktu tekanan udara, diikuti 15-30 menit siklus selama sterilisasi berlangsung
(121°C-15psi) waktu siklus sterilisasi berkurang dan temperatur bertambah
(Enrica Laneve, 2019).

3) Sterilisasi Uap Kimia

19
Sterilisasi uap kimia bergantung pada penggunaan bahan kimia eksklusif yang
mengandung formalin, alkohol dan bahan inert lainnya untuk menghasilkan uap
pada proses sterilisasi. Penggunaan bahan kimia juga menghasilkan uap disertai
kelembaban yang rendah dan karena itu kemungkinan instrumen menjadi korosif
berkurang.

2.4.3 Desinfeksi

Proses desinfeksi dapat diklasifikasikan menjadi :


● Desinfeksi tingkat tinggi, proses desinfeksi yang menginaktivasi bakteri vegetatif,
jamur, virus dan spora bakteri dalam jumlah tinggi.
● Desinfeksi tingkat menengah, proses desinfeksi yang tidak spora bakteri.
● Desinfeksi tingkat rendah, proses penghilangan kuman kimia dan biasanya
desinfektan rumah sakit juga memiliki label untuk potensi terhadap HIV dan HBV.
● Menginaktivasi bakteri vegetatif, jamur, mikrobakteri, virus

Cleaning dental instrument adalah pembersihan mekanis yang meminimalisir penanganan


alat-alat sehingga mengurangi infeksi dari instrumen yang terkontaminasi oleh patogen.
Beberapa teknik yang digunakan (Sumit Mohan, 2017) :
a. Ultrasonic Cleaning Devices
Pembersih ultrasonik menggunakan proses yang disebut kavitasi di mana gelembung
bertindak atas puing-puing untuk menghapusnya dari instrumen.Beberapa produsen juga
menggunakan gelombang suara intermiten atau menyapu untuk membantu meningkatkan
kemampuan membersihkan perangkat dan untuk mengurangi potensi hot spot di bath
ultrasonik.
b. Disinfectors instrument
Semua mesin cuci instrumen dan disinfectors termal menggunakan salah deterjen atau
agen air pelunakan. Hal ini dimungkinkan untuk pH dari beberapa bahan kimia ini tidak
sesuai dengan logam tertentu di gigi instrumen. untuk spesifik rekomendasi, produsen
yang gigi instrumen dan produsen alat mesin cuci harus dikonsultasikan.Gunakan suhu

20
tinggi air dan kimia aditif untuk membersihkan dan mensterilkan instrumen. mesin cuci
instrumen dan disinfectors termal disetujui oleh Food and Drug Administration.
c. Pengemasan
Kemasan yang digunakan untuk instrumen dan kaset sebelum sterilisasi termasuk
bungkus, kantong kertas, kantong plastik, kertas kombinasi / kantong plastik, dan nilon
tabung. Bahan secara khusus dirancang untuk memungkinkan penetrasi panas, uap, atau
uap dan kemudian untuk menutup instrumen disterilkan di dalam paket untuk
penyimpanan steril. Setelah sterilisasi, instrumen harus tetap dalam paket sampai
digunakan.
d. Uap autoclave
Otoklaf uap adalah jenis yang paling umum digunakan sterilisasi panas dalam praktek
gigi. Dua jenis proses mempekerjakan uap, Perbedaan antara keduanya adalah cara di
mana mesin mengungsikan udara dari ruang sterilisasi dan kemudian memperkenalkan
uap. Kombinasi bertekanan dari ruang, sauna, dan suhu tinggi dalam waktu lama memiliki
kemampuan untuk membunuh hampir semua mikroorganisme. Sebuah siklus khas untuk
instrumen dibungkus termasuk panas-up dan bertekanan waktu, diikuti dengan 15 sampai
30 menit siklus selama sterilisasi berlangsung (121 ° C pada 15 psi). Waktu siklus
sterilisasi menurun karena suhu meningkat.
Keuntungan dari otoklaf:
● Autoklaf adalah metode yang paling cepat dan efektif untuk
● mensterilkan kain paket bedah dan paket handuk.
● Diandalkan dan ekonomis.
● Sterilisasi sudah terverifikasi.
Kekurangan dari otoklaf:
● Sensitif terhadap suhu tinggi item tidak dapat diautoklaf.
● Autoklaf cenderung karat instrumen baja karbon dan bur.
● Instrumen harus dikeringkan dengan udara di penyelesaian siklus.
e. Instrument Washers
Intrument washer sudah banyak digunakan di berbagai rumah sakit dan digunakan sebagai
Central Sterilization Process.
f. Packaging

21
Kemasan yang digunakan untuk instrumen sebelum sterilisasi termasuk bungkus, kantong
kertas, kantong plastik, kertas kombinasi / kantong plastik dan nilon tabung. Kemasan
sterilisasi secara khusus dirancang untuk memungkinkan penetrasi panas atau uap dan
kemudian untuk menutup instrumen disterilkan di dalam paket untuk penyimpanan steril.
Setelah sterilisasi, instrumen harus tetap dalam paket sampai digunakan. bahan yang
berbeda sesuai untuk berbagai jenis sterilisasi.

2.4.4 Pemeliharaan dan sterilisasi hands instrumen

1. Alat Dasar Stainless Steel

Hand instrumen dengan bahan stainless steel dapat dibersihkan dengan cara Steam
autoclave, Dry-heat oven, dan Shemical/disinfection sterilization. Alat dengan
bahan stainless steel tidak dapat dibersihkan dengan disposable.
2. Instrumen Plastis Bahan Teflon

Pembersihan instrumen plastis bahan teflon dapat dilakukan dengan metode


sterilisasi steam autoclave yaitu sterilisasi dengan uap panas tekanan tinggi. Selain
metode autoclave, instrumen plastis bahan teflon juga dapat disterilisasi dengan
metode chemical dan chemical disinfection/sterilization. Namun, metode yang
paling baik digunakan yaitu dengan metode steam autoclave
3. Instrumen Plastis Bahan Plastik

Salah satu desinfektan yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi adalah
gigasept yang berisi succindialdehyde dan dimethoxytetrahydrofuran digunakan
untuk desinfeksi material plastik dan karet misalnya kursi dental. Proses ini
biasanya menggunakan cairan desinfektan yang memiliki sifat sebagai berikut :
● Spektrum luas
● Waktu kerja cepat
● Non korosif
● Ramah lingkungan
● Bebas dari senyawa organic yang mudah menguap
● Tidak beracun dan tidak memberikan noda

22
4. Contra Angle

Contra angle handpiece cara pemeliharaan nya setelah pemakaian harus


dilumasi dengan minyak pelumas khusus untuk dental unit, atau dapat dengan
minyak mesin jahit. Dengan diberi pelumas maka Sebagai operator yang
melakukan perawatan pada pasien dengan mempergunakan contra angle
handpiece yang memakai bor
5. Mata bor

Mata bor paling tidak hanya baik bila dipergunakan untuk empat atau lima
pasien. Karena mata bor yang dipergunakan untuk pasien-pasien itu sudah
mulai tumpul. Analoginya, jika kita mempergunakan sebuah pisau yang sudah
tumpul untuk memotong atau mengiris sesuatu pasti dengan cara menekan
lebih kuat supaya bahan bisa teriris. Demikian juga bila kita memakai bor yang
tumpul, kita akan menekan dan hands piece akan kena goyang serta bearing
yang merupakan kepala dari hand spiece akan cepat aus dan tidak berusia
panjang

2.5 Melepas tambalan komposit yang mengeras pada instrumen tanpa


merusaknya
• Pre-cleaning
1. Langkah ini merupakan proses fisik atau metode yang didesain untuk
mengurangi jumlah mikroorganisme (bioburden) pada permukaan instrumen
agar aman selama pemrosesan.
2. Harus diperhatikan bahwa pre-cleaning atau dekontaminasi merupakan salah
satu bagian dari proses penting, pencucian. Dekontaminasi juga dilakukan
sebelum kegiatan lainnya.
3. Dekontaminasi dilakukan dengan melakukan perendaman instrumen dalam
nampan instrumen atau kontainer menggunakan deterjen enzimatik.
Penggunaan deterjen enzimatik sesuai dengan persyaratan pabrik. Perhatikan
suhu dan waktu yang dipersyaratkan. Selanjutnya lakukan pembilasan
menggunakan air mengalir.

23
4. Semua instrumen harus dilepas sebelum dilakukan dekontaminasi dan
pencucian.
5. Langkah selanjutnya adalah pencucian secara manual. Pencucian dilakukan
dengan merendam instrumen dalam deterjen enzimatis 0,8% (sesuai instruksi
pabrikan) dalam air dengan suhu 45 derajat celcius.
6. Biarkan instrumen terendam setidaknya selama 1 menit. Perendaman selama
minimal 1 menit dibutuhkan agar terjadi kontak antara instrumen dan deterjen
enzimatis. Instrumen logam (stainless steel, carbon steel, plat krom, dsb) yang
telah mengalami kerusakan minor (erosi karat misalnya) tidak boleh direndam
dalam deterjen enzimatis lebih dari 5 menit karena dapat memperparah kondisi
karat.
7. Pengurangan dan penghilangan bioburden didapat melalui pelatihan dan
pendidikan. Sehingga semua operator dapat menjalankan pembersihan secara
aman dan berkualitas.
8. Isu yang terjadi di lapangan dan menjadi masalah dan harus mendapatkan
perhatian adalah instrumen yang digunakan dalam proses perawatan atau
kegiatan pembedahan adalah tidak segera dikirim ke CSSD. Sehingga
didapatkan bioburden (darah, cairan organik, kotoran) yang mengering dan
sulit untuk dibersihkan. Terlebih apabila instrumen tidak dilakukan
dekontaminasi dan perendaman dengan deterjen enzimatis.

• Cleaning
Cleaning ada proses pembersihan debris-debris (benda-benda asing yang menempel)
dan benda-benda lainnya yang memungkinkan dapat mencegah atau menghambat agen
sterilisasi berkontak dengan target atau mikroba pada instrument yang akan disterilisasi.
Cleaning merupakan proses yang sangat penting dan sebagai prosedur pertama yang harus
dilakukan sebelum melakukan proses sterilisasi instrument. Prosedur pembersihan
(celaning) dilakukan sesuai dengan spesifikasi dan jenis instrument yang akan
dibersihkan.
Metode cleaning yang paling efektif adalah metode pembersihan menggunakan
ultrasonic Bath Instrument Spray Washer dengan mengikuti instruksi pabriknya masing-

24
masing. Selain metode itu, ada juga metode pembersihan instrument lainnya seperti Hand
Scrubbing. Ketiga metode ini sering dikombinasikan dalam membersihkan instrument
kedokteran gigi.

• Sterilisasi
Sterilisasi adalah menghancurkan mikroorganisme termasuk spora dari bakteri yang
resisten secara fisika maupun kimia. Desinfeksi adalah proses yang membunuh atau
menghilangkan mikroorganisme kecuali spora.
Idealnya semua bentuk vegetatif mikroorganisme mati, namun dengan terjadinya
pengurangan jumlah mikroorganisme patogen sampai pada tingkat yang tidak
membahayakan masih dapat diterima.
Metode dalam sterilisasi, yaitu:
1. Fisik
a. Suhu Tinggi

2. Mekanik
a. Filtrasi

3. Kimis
a. Sterilisasi dingin
b. Gas etilen oksida

Sterilisasi Panas Kering (Dry Heat Sterilization) Alat Kedokteran Gigi


Sterilisasi pemanasan kering yaitu mensterilkan alat dengan menggunakan oven dengan
panas yang tinggi, misalnya alat dari logam yang tajam, alat dari kaca yang tahan terhadap
panas. Sterilisatior pemanasan kering dapat juga digunakan untuk mensterilkan instrumen
endodonti dressing endodonti.
Sterilisasi oven dengan mengalirkan udara kering kurang efisien sebagai konduktor panas
dari pada uap panas pada temperature yang sama, sehingga siperlukan temperature yang
lebih tinggi dibandingkan penggunaan autoklaf untuk sterilisasi. Suhu yang dianjurkan
adalah mempertahankan pada temperature 1600C selama 2 jam. Pemajanan selama 1 jam
dengan temperature 170C juga efektif.

Sterilisasi Uap Panas Tekanan Tinggi (Autoklaf) Alat Kedokteran Gigi

25
Pada penerapan yang biasa autoklaf digunakan untuk tujuan sterilisasi, temperature 1210C
diaplikasikan selama 15-20 menit. Kondisi ini akan memberikan tekanan uap sebesar 15
pound. Pemanjanan langsung terhadap uap saturasi pada 1210C selama 10 menit,
normalnya dapat merusak semua bentuk kehidupan mikrobial.
Pada autoklaf dengan tekanan vakum yang tinggi, udara pertama-tama dievakuasi dan
kemudian dimasukkan, sedangkan pada autoklaf dengan pergeseran kebawah udara
langsung diganti dengan uap. Instrumen yang tidak terbungkus dapat disterilkan dalam
waktu 3 menit pada suhu 1340C atau dalam waktu 15 menit pada suhu 1210C. Instrumen
yang dibungkus dapat ditambahkan waktu selama 5 menit dan instrumen tersebut dapat
dibungkus dengan kain muslin, kertas, nilon, aluminium foil atau plastik yang dapat
menyalurkan (permeable) uap. Instrumen yang dibungkus pada saat penyimpanan dan
dibawa dalam kondisi steril, dapat digunakan autoklaf vakum yang besar.
• Penyimpanan
Bungkusan yang steril harus dicegah supaya tidak jatuh ke lantai, sobek, tertekan,
atau basah, maka harus mempertimbangkan terjadinya kontaminasi. Bungkusan
yang steril tidak boleh bercampur dengan bungkusan yang tidak steril. Indikator
kimis eksternal menyediakan pengukuran kontrol yang utama untuk
mengidentifikasi instrumen-instrumen yang telah diproses melalui sterilisasi.
Batas bersih dan kotor dalam ruang sterilisasi harus terpisah.
Bungkusan yang steril harus disimpan pada tempat yang tertutup, kering, bebas
dari debu, jauh dari bak cuci, saluran air, dan beberapa inci jauhnya dari langit-
langit, lantai, dan dinding luar. Hal ini untuk mencegah bungkusan menjadi basah
oleh percikan air, produk pembersih lantai dan kondensasi dari saluran air atau
dinding. Juga jauhkan bungkusan dari sumber panas yang dapat membuat
bungkusan menjadi rapuh dan lebih rentan sobek atau sterilisasi dan pemakaian
berulang.

26
2.6 Alat pelindung Diri (APD)

2.6.1 Jenis APD

• Masker
Masker kain, masker bedah 3 ply, masker N95, respirator
• Gaun
Gaun non-steril, gaun isolasi bedah, coverall (reusable dan disposable)
• Alas kaki
Rubber gum shoes, cover shoes
• Eye protector
Direct-vented google, indirect-vented google, face shield, safety glasses, respirator
• Head cap
Skull cap, bouffant cap

2.6.2 Tingkat APD

a. Tingkat 1

Gambar 2.6.1 APD Tingkat 1 APD Tingkat 1


(Sumber: https://covid19.go.id/storage/app/media/Protokol/2020/Agustus/standar-apd-revisi-3.pdf)

APD : Masker bedah 3ply, sarung tangan karet sekali pakai, baju
kerja
Tenaga medis : Dokter, Perawat, dan Supir ambulans

27
Lokasi cakupan kerja : Tempat praktik umum dan kegiatan yang tidak
menimbulkan aerosol, triase pra-pemeriksaan (bagian rawat jalan umum), supir
ambulans yang mengantarkan pasien, tidak kontak langsung (kabin terpisah).
b. Tingkat 2

Gambar 2.6.2 APD Tingkat 2 APD Tingkat 2


(Sumber: https://covid19.go.id/storage/app/media/Protokol/2020/Agustus/standar-apd-
revisi-3.pdf)

APD : Pelindung mata, masker bedah 3ply, penutup


kepala, sarung tangan karet sekali pakai, gown
Tenaga medis dan paramedis : Dokter, Perawat, Radiografer, Farmasi, Laboran,
Supir ambulans
Lokasi cakupan kerja : Pemeriksaan pasien dengan gejala infeksi
pernapasan, pengambilan sampel non-pernapasan yang tidak menimbulkan
aerosol, ruang perawatan pasien COVID-19, pemeriksaan pencitraan pada ODP,
PDP, atau konfirmasi COVID-19

28
c. Tingkat 3

Gambar 2.6.3 APD Tingkat 3 APD Tingkat 3


(Sumber: https://covid19.go.id/storage/app/media/Protokol/2020/Agustus/standar-apd-revisi-3.pdf)

APD : Pelindung mata dan face shield, penutup kepala/headcap,


masker N95/ekuivalen, coverall/gown dan apron, sarung tangan bedah karet steril
sekali pakai, boots/sepatu karet dengan pelindung sepatu.
Tenaga medis : Dokter, Perawat, Dokter Gigi, Perawat Gigi, dan Laboran
Lokasi cakupan kerja : Ruang prosedur dan tindakan operasi pada pasien ODP,
PDP, atau terkonfirmasi COVID-19, kegiatan yang menimbulkan aerosol
(intubasi, ekstubasi, trakeotomi, resusitasi jantung paru, bronkoskopi, pemasangan
NGT, endoskopi gastrointestinal) pada pasien ODP, PDP, atau terkonfirmasi
COVID-19, pemeriksaan gigi dan mulut, mata, THT, ruang prosedur dan tindakan
otopsi pada pasien ODP, PDP, atau terkonfirmasi COVID-19, pengambilan
sampel pernapasan (swab nasofaring dan orofaring).

Pemakaian APD
1. Gaun
● Tutupi bagian torso secara penuh dari leher hingga lutut, lengan hingga ujung
pergelangan tangan, lalu bungkus ke bagian belakang tubuh
● Ikat bagian belakang leher dan bagian belakang pinggang
2. Masker/respirator
● Eratkan ikatan atau karet elastis tepat di tengah-tengah bagian belakang kepala
dan leher

29
● Pasang dengan pas kawat fleksibel pada bagian jembatan tulang hidung
● Pasang bagian bawah masker agar menutupi bagian dagu dan bawah wajah
● Cek kecocokan respirator
3. Penutup mata/pelindung wajah
● Pasang hingga menutupi bagian wajah dan mata
● Sesuaikan hingga pas
4. Sarung tangan
● Pasang dan tarik hingga menutupi bagian pergelangan tangan pada gaun isolasi
Pelepasan APD
1. Sarung tangan
● Tarik salah satu bagian telapak tangan dengan menggunakan tangan yang lain
hingga lepas. Lalu, genggam sarung tangan yang sudah lepas di tangan yang
masih memakai sarung tangan
● Selipkan jari tangan yang sudah tidak menggunakan sarung tangan ke bagian
pergelangan tangan lain yang masih terpasang sarung tangan
● Lepaskan sarung tangan kedua menutupi sarung tangan pertama
● Buang sarung tangan ke tempat pembuangan
2. Penutup mata/pelindung wajah
● Lepaskan pelindung wajah atau penutup mata dari belakang dengan
mengangkat karet kepala atau pengait telinga
● Apabila masih bisa digunakan kembali, letakkan di wadah khusus untuk
dibersihkan. Bila tidak, langsung buang ke tempat pembuangan
3. Gaun
● Longgarkan ikatan gaun, pastikan bagian lengan tidak mengenai bagian tubuh
● Lepaskan gaun dari leher dan bahu dan hanya menyentuh bagian dalam gaun
● Balik gaun sehingga bagian dalam gaun berada di luar
● Lipat atau gulung gaun
● Apabila masih bisa digunakan kembali, letakkan di wadah khusus untuk
dibersihkan. Bila tidak, langsung buang ke tempat pembuangan
4. Masker/respirator
● Pegang bagian bawah ikatan/karet elastis masker atau respirator lalu bagian
atas

30
● Lepaskan masker atau respirator tanpa menyentuh bagian depannya

31
BAB III

KESIMPULAN

Pada tinjauan pustaka makalah skills lab Question Based Learning 1, membahas
mengenai masalah Rachel yang akan mempersiapkan diri untuk praktikum di ruang dental
simulator pada saat pandemi. Pembahasan yang dijelaskan, meliputi: desinfeksi ruangan
dan dental simulator, posisi ergonomis saat memakai dental simulator, persiapan diri
operator dan asisten operator sebelum praktikum, cara membersihkan hand instruments,
pelepasan tambalan komposit yang sudah mengeras tanpa merusak instrumen, dan alat
pelindung diri yang harus dikenakan pada saat praktikum di tengah pandemi.
Cara desinfeksi ruangan dan dental simulator berbeda pada umumnya. Pada dental
simulator, terdapat beberapa bagian yang perlu diperhatikan lebih dalam. Posisi
ergonomis saat menggunakan dental simulator berkaitan dengan posisi tubuh operator,
alat bantuan yang bisa digunakan (dental loupe), dan peletakkan instrumen yang tidak
terlalu jauh dari operator. Dampak dari tidak ergonomisnya operator atau dokter dapat
menimbulkan masalah yang kompleks, seperti lower back pain dan sindrom carpal tunnel.
Persiapan operator dan asistennya pada saat sebelum praktikum diantaranya harus steril,
seperti kuku tidak panjang, rambut diikat (jika tidak memakai kerudung) dan
menggunakan head cap, tidak memakai perhiasan, dll. Cara pembersihan hand instrument,
meliputi: instrumen kritis, instrument semi-kritis, dan instrumen non-kritis. Pelepasan
tambalan komposit yang sudah mengeras pada instrument, meliputi tahap: pre-cleaning,
cleaning, dan sterilisasi. Tingkat APD yang digunakan pada ruangan yang terkontaminasi
aerosol tingkat rendah, yaitu APD tingkat 2 yang meliputi head cap, gown, eye protector,
masker, handschoon, dan cover shoes. Tahap pemakaian atau penggunaan APD disebut
juga dengan donning. Sedangkan tahap pelepasan APD merupakan tahap doffing.

32
BAB IV

REFLEKS DIRI

4.1 Deskripsikan ini mengenai apa (What happen)


Pembelajaran mengenai tahap-tahap persiapan dan pelaksanaan praktikum sebagai
mahasiswa/i kedokteran gigi dalam situasi normal dan pandemi, seperti desinfeksi
ruangan dan dental simulator, posisi ergonomis saat menggunakan dental simulator,
persiapan diri sebelum memulai praktikum, membersihkan peralatan praktikum (hand
instruments), dan alat pelindung diri yang harus digunakan pada masa pandemi.

4.2 Apa yang telah berjalan dengan baik (What went well)
Pembahasan learning issue yang sudah mencakup Question Based Learning (QBL).
Pembahasan materi secara umumnya dan terdapat beberapa materi yang sudah terbilang
cukup lengkap.

4.3 Apa yang belum berjalan dengan baik (What went wrong)
Pencarian jawaban dengan sumber yang valid masih terasa sulit pada beberapa
pertanyaan. Terdapat materi yang seharusnya dipisah pembahasannya menjadi
digabungkan

4.4 Langkah konkret selanjutnya (Action plan)


Mulai memperluas sumber pencarian jawaban mulai dari buku, jurnal-jurnal, dan
berbagai sumber elektronik valid lainnya. Membahas satu per satu learning issue secara
teliti.

33
DAFTAR PUSTAKA

Amtha, R., Gunardi, I., Dewanto, I., Widyarman, A. S., & Theodorea, C. F. (2020). PANDUAN
DOKTER GIGI DALAM ERA NEW NORMAL. Monograph Press, 1(1).
Suarniti LP. Risiko Ergonomi Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat Gigi. ... Gigi (Dental Heal
Journal) [Internet]. 2015;113–23.
https://iptek.its.ac.id/index.php/idea/article/view/7947 diakses pada tanggal 31 Maret
2021.
https://www.researchgate.net/publication/223966297 diakses pada tanggal 31 Maret
2021.
http://www.pdgimakassar.org/jurnal/index.php/MDJ/article/view/172 diakses pada
tanggal 31 Maret 2021.
https://covid19.go.id/storage/app/media/Protokol/2020/Agustus/standar-apd-revisi-3.pdf
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/331215/WHO-2019-nCov-
IPCPPE_use-2020.1-eng.pdf
https://kawalcovid19.id/content/1008/tata-cara-mengenakan-dan-melepaskan-alat-
pelindung-diri-apd
https://phpa.health.maryland.gov/Documents/PPE%20Webinar%20Part%201%2011%2
029%2018%20hs%20FINAL%202.pdf
https://www.slideshare.net/AlnindaHutami/laporan-komuda
https://widitaputra.wordpress.com/2013/07/16/precleaning-dekontaminasi/

34
LAMPIRAN

Lampiran 1

35

Anda mungkin juga menyukai