Anda di halaman 1dari 3

.

Tahap Prosedur Survey (Davenport,1989) :


  1. Penilaian visual pendahuluan model studi (preliminary visual assessment of the study cast)

   Model dipegang dan diinspeksi dari arah atas untuk melihat susunan gigi, ridge, dan kelainan
yang ada pada model.

  2. Survey awal (initial survey)  Model diposisikan sesuai dengan oklusal plane horizontal,
kemudian gigi dan ridges disurvey untuk mengidentifikasi area undercut yang digunakan untuk
menyediakan retensi.

  3. Analisis

   Model dianalisis menggunakan analisis rod

  4. Survey akhir (final survey)

   Berguna untuk mendapatkan retensi yang optimum, retensi tersebut perlu dipahami guna
mengetahui bagaimana posisi cengkram yang baik pada relasi dari 2 garis survey.

  TAHAP PROSEDUR SURVEY (Gunandi,1995) :

  1. Penempatan Model Kerja pada Surveyor Model kerja diletakkan pada meja survey.

  2. Menentukan Bidang Bimbing (Guiding Plane)

Bidang bimbing diperlukan untuk mempermudah pemasangan dan pengeluaran gigi tiruan tanpa
paksaan. Bidang bimbing dapat ditemukan dengan mencari kesejajaran antara permukaan
proksimal gigi. Kesejajaran ini dapat didapat dengan cara meletakkan model kerja dengan posisi
bidang oklusal sejajar dengan meja basis surveyor, sehingga arah pemasangan dapat tegak lurus
permukaan oklusal. Tetapi bila dengan posisi tersebut tidak dapat ditemukan kesejajaran antara
permukaan proksimal gigi, maka dapat dilakukan pemiringan model kerja (tilting) agar ditemukan
bidang bimbing. Patokan pasti untuk melakukan pemiringan model tidak berlaku sama pada setiap
kasus, tetapi petunjuk berikut ini dapat digunakan sebagai pegangan. Masing-masing cara ini ada
indikasi penggunaannya sesuai dengan kasus. Macam pemiringan model tersebut: a. Pemiringan
Anterior Pada cara ini, tepi anterior model dimiringkan ke bawah dan digunakan untuk kasus
berujung bebas yang lebih posterior dari gigi premolar. Pemiringan semacam ini memberikan arah
pemasangan dari posterior ke anterior, dengan memanfaatkan gerong yang ada pada bagian distal
premolar.

  Gambar: Pemiringan Anterior

  b. Pemiringan Posterior Cara ini diterapkan pada kasus-kasus berikut:

  Kasus kehilangan banyak gigi anterior karena pemiringan ini memberikan arah  pemasangan
dari anterior ke posterior. Di sini gerong mesial dari premolar dan molar yang dimanfaatkan. Cara ini
sekaligus menempatkan gigi tiruan sebagian lepasan lebih dekat kepada penyangga, sehingga
secara estetik hasilnya lebih baik.
  Kasus kehilangan gigi pada bagian anterior maupun posterior. Pemiringan ini  akan
memberikan arah pemasangan yang akan menempatkan protesa lebih dekat kepada gigi
penyangga anterior, serta mengurangi terlihatnya ruang lebar yang terjadi antara gigi tiruan dan gigi
penyangga anteriornya.

  Gambar: Pemiringan Posterior

  c. Pemiringan Lateral Cara ini dipilih untuk kasus yang posisi salah satu gigi penyangganya
abnormal. Sebagai contoh: Bila sebuah gigi molar kiri bawah sangat miring ke lingual, arah
pemasangan harus dipilih ke kanan atau ke kiri, sehingga gigi miring ini dapat dimanfaatkan. Hal
serupa dilakukan bila gerong jaringan tertentu perlu dibiarkan, contohnya pada tuberositas yang
menonjol.

  d. Pemiringan Anterior atau Posterior Pada kasus dukungan gigi, di mana daerah tak bergigi
dibatasi gigi-gigi penyangga, biasanya dipilih cara ini. Pada cara ini, model rahang harus dimiringkan
sedemikian rupa, sehingga gigi penyangga terkuat akan memberikan retensi dan dukungan
terbesar. Contoh: Bila M2 kuat, sedangkan P2 lemah, maka dilakukan pemiringan posterior. Dengan
demikian diperoleh efek penguat (bracing) cengkeran pada M2. Hal sebaliknya bila M2 yang lemah.

  Gambar: Pemiringan Anterior atau Posterior

  3. Penentuan Garis Survey Garis survey menandai garis kontur terbesar dari gigi atau jaringan
pada suatu kedudukan tertentu dari sebuah model. Garis ini didapat dengan menyentuhkan karbon
penanda pada sekeliling permukaan gigi atau bagian model lain. Garis survey membagi gigi menjadi
dua bagian. Bagian gerong (undercut) berada di bawah garis ini dan bagian lain disebut tanpa
gerong (non undercut) berada di atas garis survey.

  Gambar: Garis Survey

  4. Pengukuran Daerah Retensi Besarnya retensi pada gerong diukur dengan menggunakan alat
penukur gerong (undercut gauge), yang besarnya 0,01 inci, 0,02 inci, atau 0,03 inci. Pengukuran
gerong dilakukan dengan menempelkan ujung pengukur pada titik di mana ujung lengan cengkeram
akan berakhir. Sebagian gerong (retentive undesirableundercut) di bawah garis survey berguna
untuk menahan protesa dalam mulut, karena bisa dipakai untuk meletakkan lengan cengkeram
untuk retensi gigi tiruan. Bagian gerong lain juga dapat menyulitkan pemasangan atau pengeluaran
gigi tiruan.

  Gambar: Daerah Gerong dan Daerah Tanpa Gerong

  5. Evaluasi Masalah Hambatan (Interference) Pada survey model rahang bawah, hendaknya
diperiksa dengan cermat permukaan lingual yang akan dilewati konektor utama berupa lingual bar,
karena gigi-gigi belakang sering kali miring ke lingual. Tonjolan tulang dan gigi premolar yang miring
seing mengganggu konektor. Suatu tindakan bedah dan atau pengasahan bagian lingual tidak dapat
dihindari, bila hambatan terdapat pada kedua sisi. Pada hambatan satu sisi saja, pemiringan model
ke lateral mungkin sudah bisa dijadikan jalan keluar.

  Pada rahang atas jarang dijumpai hambatan terhadap konektor utama. Hambatan pada maksila
biasanya berupa miringnya gigi ke bukal atau bagian tulang yang menonjol ke bukal pada regio tak
bergigi. Seperti halnya kasus pada rahang bawah, harus dipilih salah satu cara: hambatan
dihilangkan, arah pemasangan saja yang diubah atau membuat konektor utama dan basis yang bisa
menghindarinya.
  6. Evaluasi Faktor Estetik Arah pemasangan terpilih harus dipertimbangkan lagi dari segi
estetik, baik mengenai penempatan lengan cengkeran maupun penyusunan elemennya.

  7. Rekaman Hubungan Model Kerja dengan Surveyor Ada beberapa cara rekaman yang bisa
digunakan:

  a. Tripoding Pada cara ini tiga buah tanda dibuat pada permukaan model kerja pada ketinggian
atau bidang horizontal yang sama. Jadi, ketiga titik ini akan terletak pada bidang horizontal yang
sama. Pada saat pengembalian model ke kedudukan semula di atas meja surveyor, model diatur
sedemikian rupa, sehingga tongkat analisis berkontak kembali dengan ketiga tanda yang sudah
dibuat, pada ketinggian yang sama. Hal ini akan mengembalikan model pada posisi awal dan
dengan demikian juga arah pemassangan yang sebelumnya sudah ditentukan.

  Gambar: Tripoding

  b. Pemberian Tanda Garis Di sini tepi lateral (kiri dan kanan) serta dorsal model diberi tanda
garis. Pemberian tanda dengan pensil dilakukan dengan menyentuhkan tongkat analisis pada ketiga
sisi model.

  Pada saat pengembalian posisi, model dimiring-miringkan sampai tongkat menyentuh kembali
dengan tepat ke tiga garis tersebut.

  Gambar: Pemberian Tanda Garis

  c. Pemberian Tanda Goresan Dengan cara dan prosedur yang sama seperti pemberian tanda
garis, dapat pula dilakukan pemberian tanda berupa goresan pada permukaan model. Cara
penggoresan ini lebih menguntungkan, karena pada duplikasi model, tanda gorensan ini tak akan
hilang dan tetap ada pada model duplikat.

  Gambar: Pemberian Tanda Goresan

  d. Pemasangan Pin `Selesai dengan prosedur penentuan arah pemasangan, bagian tengah
dasar model dilubangi. Tongkat surveyor kemudian diganti dengan sebuah pin. Masih dalam
kedudukan sama, pin ini lalu dimasukkan ke dalam lubang tadi, lalu disemen. Supaya tidak
mengganggu proses pekerjaan selanjutnya, pembuatan lubang hendaknya diatur pada bagian yang
tak ada kerangkanya.

Anda mungkin juga menyukai