Skenario 2
UNIVERSITAS JEMBER
2020
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis hanturkan ke-hadirat Tuhan YME, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya lah, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, akhirnya laporan ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Karena
itu, sudah sepantasnya jika penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa atau segala berkah dan rahmat-Nya sehingga laporan tutorial ke
empat blok “Perawatan Penyakit Kelainan Gigi” ini dapat selesai
2. Dosen Pembimbing tutorial Dr. drg. Sri Hernawati, M.Kes yang telah memberi masukan
yang membantu bagi pengembangan ilmu yang telah didaptkan.
3. Teman-teman satu kelompok yang telah berpartisipasi dalam pembelajaran dan penyusunan
laporan.
Penulis sadar dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan
makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Akhir kata penulis ucapkan terima
kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB 1.........................................................................................................................................................4
1.1. Latar belakang...........................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................5
2.1 Skenario.......................................................................................................................................5
2.2 Step 1 mengklarifikasi istilah (clarifying unfamiliar terms).........................................................5
2.3 step 2 menetapkan permasalahan (problem definition)................................................................5
2.4 Step 3 menganalisis masalah (brainstorming)..............................................................................5
2.5 Step 4 peta konsep (mind mapping)...........................................................................................11
2.6 Step 5 menentukan tujuan belajar (learning object)...................................................................11
2.7 Step 6 belajar mandiri (self study )............................................................................................12
2.8 Step 7 pembahasan tujuan belajar ( pembahasan learning object)..............................................12
BAB III......................................................................................................................................................45
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................45
Daftar Pustaka...........................................................................................................................................46
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Glass ionomer cement (GIC) adalah salah satu bahan restorasi yang digunakan
dalam dunia kedokteran gigi, pertama kali dikembangkan oleh Wilson dan Kent pada
tahun 1971 pada saat mereka mengembangkan semen silikat karena tingginya permintaan
untuk material alternatif pengganti amalgam dalam beberapa dekade terakhir. Glass
ionomer cement terdiri dari bubuk semen kaca fluoroaluminosilikat dan larutan asam
poliakrilat dimana kombinasi dari kedua bahan ini dapat menggabungkan kekerasan,
kepadatan, dan kemampuan untuk melepaskan fluoride dari bubuk kaca silikat dengan
biokompatibilitas dan sifat adhesif dari asam poliakrilat (Kramer N, 2001; Fransisconi,
2008).
Keuntungan GIC yaitu pelepasan fluoride dari semen silikat, sedangkan semen
polikarboksilat mempunyai kemampuan melekat secara kimia pada struktur gigi
(Meizarini, 2005). Fluoride dalam kandungan GIC memiliki kemampuan antikariogenik.
Indikasi penggunaan GIC untuk perawatan gigi anak yang mempunyai resiko karies
tinggi dan pada dewasa digunakan restorasi untuk kelas III dan V (Tanga, 2016). Selain
memiliki banyak kelebihan glass ionomer cement juga memiliki berbagai kelemahan
seperti sifatnya yang rapuh, daya tahan terhadap fraktur yang 3 rendah, dan ketahanan
terhadap keausan yang rendah apabila diletakkan pada permukaan oklusal. Kegagalan
perlekatan yang terjadi pada restorasi glass ionomer cement bukan merupakan kegagalan
ikatan kimiawi antara bahan restorasi dengan struktur gigi, namun merupakan kegagalan
kohesifitas antar partikel semen dalam restorasi, ini menggambarkan sifat adhesif yang
baik dari glass ionomer cement (Yilmas Y, 2006; Fransisconi, 2008)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Skenario
Seorang wanita umur 19 tahun datang ke tempat praktek dokter gigi mengeluh
gigi bawah kanan berlubang Pasien menginginkan untuk dilakukan penambalan sewarna
gigi. Hasil pemeriksaan klinis tampak gigi 16 karies media klas I Black, tes vitalitas
positif, tes perkusi dan tekanan negatif, tidak ada kegoyangan, dan gigi masih bisa
dipertahankan. Diagnosa gigi 16 adalah pulpitis reversible dan dapat dilakukan
penumpatan dengan bahan Semen Ionomer Kaca (SIK).
Kavitas
Restorasi
Prosedur Penumpatan
SIK
Evaluasi Perawatan
2.6 Step 5 menentukan tujuan belajar (learning object)
1. Mahasiswa mampu memahami, mengetahui dan menjelaskan
pengertian,komposisi,syarat dan sifat SIK.
2. Mahasiswa mampu memahami, mengetahui dan menjelaskan klasifikasi dari SIK.
3. Mahasiswa mampu memahami, mengetahui dan menjelaskan kelebihan dan
kekurangan SIK.
4. Mahasiswa mampu memahami, mengetahui dan menjelaskan mengenai indikasi dan
kontraindikasi SIK.
5. Mahasiswa mampu memahami, mengetahui dan menjelaskan prosedur tumpatan
dengan SIK(meliputi alat, bahan dan urutan).
6. Mahasiswa mampu memahami, mengetahui dan menjelaskan evaluasi pasca
perawatan
Semen ionomer kaca adalah bahan restorasi yang paling akhir berkembang
dan mempunyai sifat perlekatan yang baik. Semen ini melekat pada enamel dan
dentin melalui ikatan kimia Semen ionomer kaca sering disebut dengan ASPA
(Alumine Silicate and polyacrylic acid ). Reaksi yang terbentuk dari Semen
ionomer kaca adalah reaksi antara alumina silikat kaca dalam bentuk powder
dengan asam poliakrilik sebagai liquid. Selain sebagai bahan restorasi, Semen
ionomer kaca dapat digunakansebagai bahan perekat, bahan pengisi untuk
restorasi gigi anterior dan posterior, pelapiskavitas, penutup pit dan fisur, bonding
agent pada resin komposit, serta sebagai semen adhesif pada perawatan
ortodontik.. Kekurangan SIK jika dibandingkan dengan bahan tumpatan lain
adalah kurang estestik, sulit dipolish, dan mempunyai sifat brittle
Bahan SIK memiliki sifat adhesif dan mampu melepaskan ion fluor.Pada
SIK terdapat 10 hingga 23% ion fluor.Ion fluor terletak di dalam matriks yang
dilepaskan dari bubuk kaca pada saat pencampuran bubuk dan cairan. Bubuk dan
cairan dari SIK bercampur, reaksi setting dimulai dengan pelepasan ion fluor dari
bubuk dengan ion kalsium dan aluminium untuk membangun matriks semen
sebagai ion, garam dan gel. Pada SIK yang baru saja setting memiliki kandungan
fluor lebih banyak daripada kandungan fluor di gigi. Hal ini menyebabkan
terjadinya difusi ion fluor dari SIK ke gigi dengan membentuk kristal
fluoroapatite untuk membantu gigi melawan proses terjadinya karies gigi.Bahan
restoratif yang memiliki kemampuan pelepasan ion fluor dapat mengurangi
terjadinya demineralisasi gigi di sekitar restorasi. Bahan restorasi SIK
menunjukkan efektivitas yang lebih besar daripada bahan restorasi berbasis resin.
Ion fluor mampu mengurangi demineralisasi email dengan mengubah
hidroksiapatit dalam gugus email menjadi fluorapatit yang lebih tahan terhadap
asam. Pelepasan ion fluor dari bahan restorasi dipengaruhi oleh faktor intrinsik
dan faktor ekstrinsik, salah satu dari faktor ekstrinsiknya adalah pH.
Komposisi
a. Powder
Komposisi bubuknya terdiri dari kuarsa (SiO2), alumina (Al2O3),
aluminium fluorida (AlF3), kalsium fluorida (CaF2), natrium fluorida (NaF),
kriolit (Na3AlF6), dan aluminium fosfat (AlPO4), yang digabung dengan cara
dipanaskan hingga suhu 1100–1500°C sehingga membentuk kaca yang
homogen dengan bentuk ikatan SiO2Al2O3CaF2Na3AlF6AlPO4.Untuk
memberikan sifat radiopak maka ditambahkan lantanum oksida (La2O3) dan
stronsium oksida (SrO).
b. Liquid
Cairannya mengandung 40-50% larutan 2:1 kopolimer asam akrilik-asam
itakonik atau kopolimer asam maleik/ asam akrilik. Asam itakonik atau asam
maleik meningkatkan reaktivitas cairan, mengurangi kekentalan, dan
mengurangi kecenderungan menjadi gel. Penambahan komponen asam
tartarik untuk memudahkan pelepasan ion dari bubuk kaca, memperbaiki
karakteristik manipulasi, meningkatkan waktu manipulasi, dan memperpendek
waktu pengerasan.
Syarat
a. Tidak beracun dan tidak mengiritasi pulpa serta jaringan yang lain
c. Sifat mekanis
g. Bakteriostatik
i. Sifat rheological yaitu Kekentalan yang rendah (sesuai denga kebutuhan) dan
ketebalan selapis tipis (Film thickness)
Sifat
Imbibisi dan Sineresis
Semen Ionomer Kaca merupakan suatu bahan restorasi yang bersifat
sangat peka terhadap kondisi lembab atau kering. Bahan ini dapat mengalami
imbibisi atau penyerapan air yang dapat menyebabkan matriks semen ionomer
kaca menjadi rusak atau tidak dapat bereaksi. Sebaliknya sineresis atau
kehilangan air karena penguapan cairan yang terjadi dapat menyebabkan
restorasi ini retak dengan dinding kavitas gigi (kebocoran tepi). Imbibisi dan
sineresisi SIK dapat dicegah dengan cara pemberian pelindung permukaan
restorasi berupa vaseline, varnish, cat kuku bening atau flowable resin
(Rizzante, dkk.,2015)
Komposisi:
Bisphenol A Glycidyl methacrylate 35,6%, methacrylate groups, B.H.T,
silicium dioxide, sodium fluoride, calcium fluoride, catalyst.
e. Tipe V: Luting for orthodontic purpose
SIK tipe ini dapat digunakan sebagai braket ortodhontikn namun bahan
yang paling sering digunakan adalah bahan resin komposit. Namun SIK memiliki
beberapa kelebihan diantaranya adalah memiliki ikatan langsung ke jaringan gigi
yaitu melalui interaksi ion Plyacrylate dan kristal hisroksi apatiti, dengan
demikian dapat menghindari etsa asam. Selain itu juga SIK memiliki efek
antikarogenik yang dapat melepaskan flour (Powers, 2008).
f. Tipe VI: Core build up material
SIK digunakan sebagai inti atau core didasarkan karena kemudahan SIK
dalam penempatan, adhesi, flour yang dihasilkan dan baik dalam koefesien
termal. SIK ini diperkuat dengan bahan logam yang bertujuan untuk memperluat
gigi dan mencegah fraktru akar ketiksa saluran akar terlalu melebar. Namun
demikian, banyak yang menganggap SIK tidak cukup kuat untuk menopang inti
(core). Maka direkomendasikan bahwa gigi harus memiliki minimal dua dinding
utuh jika menggunakan SIK (Powers, 2008).
g. Tipe VII : High flouride releasing commad
Hasil dari satu percobaan, dengan salah satu tindak lanjut periode
terpanjang, menemukan bahwa SIK konvensional menghasilkan fluorida lima kali
lebih banyak daripada kompomer dan 21 kali lebih banyak dari resin komposit
dalam waktu 12 bulan. Jumlah fluorida yang dihasilkan, selama 24 jam periode
satu tahun setelah pengobatan, adalah lima sampai enam kali lebih tinggi dari
kompomer atau komposit yang mengandung fluor (Craig, 2004).
h. Tipe VIII : Atraumatic restorative treatment
Atraumatic restorative tratment merupakan suatu metode atau prosedur
penumpatan di bidang konservasi gigi dengan cara membuang jaringan karies gigi
hanya membersihkan dan menumpat dengan bahan tumpat yang bersifat adhesif.
ART ini merupakan metode manajemen karies yang dikembangkan untuk
digunakan di negar-negara dimana tenaga terampil gigi dan fasilitas terbatas
namun kebutuhan penduduk tinggi. Bahan yang digunakan untuk restorasi ini
adalah GIC. Peralatan untuk ART sangat sederhana, tidak memerlukan instalasi
air, dan instalasi listrik khusus, baik dental chair dan dental unit. Konsep dari
ART ini adalah meminimalkan invasi dan mengurangi trauma pada gigi. Pada
beberapa negara salah satu Indonesia telah melakukan studi sesuai dengan
pedoamn WHO dengan menggunakan bahan tumpat GIC Fuji IX untuk
melakukan prosedur ART. Fuji IX merupakan bahan tambal glass ionomer
cement yang dikembangkan secara khusus untuk mengembangkan teknik ART
dengan kekuatan tekan yang lebih besar dan ketahanan pemakaian lebih baik yang
memungkinkan dipakai pada gigi belakang. Bahan tumapatan ini memiliki
kelemahan tidak bisa digunakan untuk diagnosis karies kelas dua. Penumpatan
ART-GIC dapat menjadi salah satu alternatif sebagai uapaya preventif dan kuratif
untuk daerah dengan alokasi pendanaan terbatas dan prevalensi karies tinggi
(Agtini M.D, 2010).
Gambar 2.5 GIC yang dimodifikasi resin. A dan B, Sistem cairan bubuk dua
botol. C, Photac Fil Aplikasi Cepat. D, GC Fuji Plus Kapsul. E, Ketac Nano;
sistem paste-paste menggunakan pencampuran statis.
Pada umumnya, Semen Ionomer Kaca diklasifikasikan menjadi empat tipe dasar,
yaitu:
a. Semen Ionomer Kaca Konvesional
Semen Ionomer Kaca Konvesional pertama kali diperkenalkan pada tahun
1972 oleh Wilsondan Kent. Berasal dari asam polyalkenoat cair seperti asam
polyacrilic dan komponen kaca fluoroaluminosilikat. Saat bubuk dan cairan di
campur terjadi reaksi asam basa kemudian asam polyalkenoat mengalami
percepatan hingga terjadi pengentalan sampai semen mengeras.
b. Semen Ionomer Hybrid (juga disebut sebagai semen ionomer kaca yang
dimodifikasi resin yang dicured secara kimia atau sinar atau Ionomer kaca dual-
cured).
Komponen bubuk terdiri dari partikel kaca ion-leachable
fluoroaluminosilicate dan inisiator untuk light curing atau chemical curing.
Komponen cairan biasanya terdiri dari air dan asam polyacrylic atau bisa juga
menggunakan asam polyacrilyc yang sudah dimodifikasi dengan monomer
methacrylate dan hydroxyethyl methacrylate. Karakteristik dari penanganan
ionomer kaca hibrid telah diatur sehingga mereka bisa digunakan sebagai
liners atau bases.
Mekanisme pengikatan terhadap struktur gigi dari semen ini sama
dengan ionomer kaca konvensional. Diharapkan, adanya aktifitas ionik yang lebih
sedikit karena adanya pengurangan dari asam karboksilat dari cairan ionomer
kaca dengan modifikasi resin. Akan tetapi, bagaimanapun juga kekuatan ikat pada
struktur gigi bisa lebih tinggi dari semen ionomer kaca konvensional. Bila
dibandingkan dengan ionomer kaca konvensional, maka ionomer kaca
denganmodifikasi resin dapat memperlihatkan kekuatan ikat yang lebih tinggi
kepada komposit berbasis resin.
pada pasien muda yang cenderung mengalami karies melalui etsa asam
pada email. Dengan adanya perlepasan fluor maka SIK dapat mengurangi white
spot yang umumnya nampak disekeliling orthondontic brackets.
h. Untuk karies proksimal gigi anterior, karies permukaan halus (sisi bukal atau
lingual)
k. Restorasi gigi susu. Penggunaan SIK pada gigi decidui sangat berguna dalam
mencegah terjadinya karies rekuren dan melindungi email gigi permanen.
l. Untuk perawatan dengan segera pasien yang mengalami trauma fraktur. Dalam
hal ini semen menyekat kembali dentin yang terbuk dalam waktu yang singkat
n. Restorasi lesi karies kelas III, diutamakan yang pembukaannya dari lingual atau
palatinal belum melibatkan bagian labial.
o. Penutupan / penumpatan pit dan fisura oklusal.
Kontraindikasi
Kontraindikasi pengunaan bahan restorasi SIK antara lain adalah sebagai berikut.
(Garg, 2017; Sikri, 2017)
a. Semen SIK tidak dianjurkan digunakan pada kavitas yang dalam tanpa
menggunakan pelapis kalsium hidroksida. Walaupun SIK tidak berbahaya bagi
pulpa, beberapa penelitian menunjukkan terjadinya patologi pulpa akibat
aplikasi SIK.
b. SIK tidak dapat digunakan bilamana kontrol atas kekeringan daerah kerja tidak
terjamin, misalnya pada pasien yang hipersaliva, semen sangat peka terhadap
hidrasi dan dehidrasi. Masuk atau keluarnya cairan keadaan dari dalam semen
yang sedang mengeras akan sangat mempengaruhi kekuatannya.
c. Tidak pada lesi melibatkan area luas pada email labial gigi karena
mengutamakan estetika.
d. Restorasi pengganti amalgam (karena tidak dapat digunakan untuk gigi yang
mendapat beban oklusal yang tinggi).
e. Restorasi karies klas 2, 4 dan 6, dibandingkan dengan resin, SIK lebih rendah
nilai estetiknya.
f. Area yang menerima beban oklusal tinggi (Karies klas IV, klas I, klas II).
Karena ketika menerima beban oklusal kuat mudah fraktur (SIK lebih kuat
berikatan dengan enamel daripada dentin).
g. Digunakan sebagai veneers (karena kekuatan dan warnanya kurang).
h. Kehilangan daerah tonjol/cups
a.
l. Matriks Retainer
Matrix
- Untuk dua permukaaan (Ivory) : Sebagai dinding sementara pada
waktu penambalan kelas dua, untuk dua permukaan. Contohnya :
MO dan Do
- Untuk tiga permukaan (Universal/Toffle Mire)
o. Mixing Pad : Tempat diperlukan pada pengadukan glass ionomer. Ada dua jenis
mixing pad: Glass slab dan paper pad yang disposable.
Bahan
a. Liquid dan Powder GIC : Sebagai bahan tambalan Glass Ionomer.
b. Dentin Conditioner : Bahan perekat/ pembuka pori pori pada tumpatan glass
ionomer.
g. Artikulating Paper : Untuk menandai daerah kontak gigi yang saling berhadapan
dan untuk memeriksa ketinggian atau kelebihan bahan tambalan.
h. Cotton Roll : Untuk membatasi jumlah saliva atau air ludah pada saat penambalan
gigi.
Prinsip preparasi
Adapun prinsip dari preparasi gigi pada GIC meliputi 7 prinsip yaitu:
a. Outline form
Yaitu garis terluar dari hasil preparasi kavitas yang terdapat di permukaan
gigi. Untuk kelas III mengambil jaringan karies yang disertai pembuatan
dovetail dengan cara mengambil sedikit jaringan sehat sekitarnya. Untuk kelas
V sendiri mengambil jaringan karies disertai pengambilan sedikit jaringan sehat
biasanya berbentuk seperti ginjal.
a. Resistance form
Merupakan bentuk dan penempatan dinding kavitas pada kedudukan yang
tepat sehingga rstorasi dan jaringan gigi yang masih sehat dan berfungsi sebagai
tempat penahan dapat bekerja sama dalam menahan tekanan tanpa
menimbulkan fraktur.
b. Retention form
bentuk dari preparasi kavitas yang tahan terhadap pergeseran atau
hilangnya restorasi dari gaya dorong dan daya angkat. Kebutuhan retensi
berhubungan dengan jenis material restorasi yang digunakan, prinsip
dari retention form bermacam-macam tergantung dari bahan material yang
digunakan. Restorasi Glass Ionomer Cement (GIC) melekat di dalam gigi oleh
ikatan kimiawi yang timbul antara material dan gigi yang dikondisikan.
c. Removal of caries
merupakan Pembuangan jaringan karies dentin dan debris-debris pada
dinding kavitas . Karies tidak boleh ditinggalkan didalam kavitas. Sebeb jika
terjadi kebocoran bakteri yang tinggal didalam kavitas akan terjadi aktif dan
dapat menimbulkan gejala sakit dan masalah endodontik
d. Finishing of the enamel wall
merupakan Suatu tindakan yang dilakukan untuk membentuk dinding
enamel margin yang halus dan rata agar mendapatkan kontak marginal serta
adaptasi tumpatan yang baik. Penghalusan dinding dan dasar kavitas
menggunakan fine finishing bur sampai halus dan rata. Pada kunjungan
berikutnya penghalusan akhir bisa dilakukan dengan menggunakan bur batu
putih (white stone), bur tungsten carbide dan karet abrasif dengan kecepatan
rendah.
e. Convenience form
Biasanya dilakukan dengan cara membentuk kavitas sedemikian rupa
untuk mempermudah pengerjaan kavitas dan memasukkan bahan tumpatan
ke \dalam kavitas. Convenience form dapat diperoleh dengan cara :
- Memperluas preparasi kavitas
- Pemilihan alat yg dapat memudahkan pekerjaan
- Pemasangan separator mekanis untuk retraksi gingiva.
f. Toilet of the cavity
merupakan tindakan terakhir dari prinsip preparasi kavitas yang bertujuan
untuk membersihkan kavitas dari debris. Kavitas dibersihkan dengan air hangat,
menggunakan cleanser cavity atau aquadest.
Manipulasi GIC
Untuk mencapai restorasi yang tahan lama dan prostesis yang tetap kuat, kondisi-
kondisi untuk SIK berikut harus dipenuhi: (1) permukaan gigi yang disiapkan harus
bersih dan kering, (2) konsistensi campuran semen harus memungkinkan untuk
dapat melapisi seluruh permukaan yang bergelombang dan dudukan prostesis, (3) semen yang
berlebih harus dikeluarkan pada waktu yang tepat, (4) permukaan harus selesai tanpa
pengeringan yang berlebihan, dan (5) perlindungan permukaan restorasi harus
dipastikan untuk mencegah retak atau disolusi. Kondisi-kondisi ini serupa untuk
aplikasi luting, tetapi tidak dibutuhkan finishing permukaan (Anusavice, 2009).
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
A. Prosedur pengadukannya bubuk dan cairan dan dilakukan dengan cepat
selama 30-60 detik tergantung produk dan konsistensi adonan yang
didapat. Seperti semua semen lain, sifat semen ionomer kaca tipe
I sangat dipengaruhi oleh faktor manipulasi. Rasio bubuk yang
dianjurkan tergantung merknya, tetapi umumnya berkisar antara 1,25-1,5
gram bubuk per 1 ml cairan.
B. Perbandingan powder/liquid, biasanya berkisar 1,3-1,35 :1, pencampuran
harus cepat, gigi seabaiknya diisolasi dahulu agar tidak lembab, untuk
proteksi pulpa sebaiknya menggunakan calcium hydroxide bila
ketebalan dentin <0,5 mm, kemudian varnish digunakan untuk
melindungi semen dari keadaan yang lembab setelah semen selesai
diaplikasikan.
C. Retensi tuangan dapat diperbaiki jika permukaan bagian dalamnya
dibersihkan. Penyemenan harus dilakukan sebelum semen kehilangan
kilapnya, ionomer kaca menjadi rapuh(mudah patah)begitu mengeras.
Setelah mengeras ,kelebihan semen dapat dibuang dengan cara
mencungkil atau mematahkan semen menjauh dari tepi restorasi.
Kelebihan semen perlu dijaga agar tidak melekat ke permukaan gigi atau
protesa.semen ini sangat peka terhadap kontaminasi air selama
pengerasan. Karena itu tepi restorasi harus dilapisi untuk melindungi
semen dari kontak yang terlalu dini dengan cairan.
D. Setting time dapat diperpanjang dengan cara menggunakan cold glass slab
pada saat mencampur bubuk dan cairan. Akan tetapi hal ini akan
menyebabkan compressive srength dari GIC menurun. .(Van Noort, 2007)
E. Mekanisme perekatan antara GIC dengan dentin atau enamel melibatkan
ion polyacrylate dari GIC dengan struktur apatit pengganti kalsium dan
ion phosphat sehingga menghasilkan intermediate layer dari polyacrylate,
ion phosphat dan kalsium atau dapat langsung melekat pada kalsium dari
struktur apatit gigi.
F. Kekuatan perlekatan GIC kurang baik jika dibandingkan dengan semen
zinc polyacrylate yang mungkin disebabkan oleh sensitivitas GIC
terhadap kelembaban selama setting. Oleh karena itu, diberikan acidic
cleaning agent dan larutan FeCl3 untuk meningkatkan perlekatan pada
dentin.. (Craig, 1992) GIC mengalami ekspansi jika dalam keadaan yang
basah (lembab), dan akan mengkerut dalam keadaan yang terlalu kering.
GIC mengalami perubahan dimensi jika berada pada lingkunagn dengan
kelembaban relatif sebesar 80%. (Chartlon) Glass ionomer cement dapat
menempel dengan baik pada enamel, stainless steel, tin oxide – plated
platinum dan gold alloy.
Reaksi pengerasan GIC
a. Reaksi setting dari GIC konvensional
dibagi menjadi tiga tahap berdasarkan hubungannya dengan air. Tahap
pertama, yaitu reaksi awal, merupakan tahap yang sensitif terhadap air. Tahapan
ini berlangsung sekitar 20-30 menit pertama, dan 5 menit pertama merupakan
tahap yang paling penting dalam proses setting dari GIC, dimana pada periode
ini berlangsung setting awal. Tahap kedua, yaitu kelanjutan reaksi setting,
merupakan tahap yang stabil di dalam air, berlangsung sejak tahap pertama
selesai sampai sekitar 4 bulan pertama. Pada tahap ini reaksi setting GIC akan
berlanjut dan stabil di dalam lingkungan berair. Tahap ketiga, yaitu tahap akhir
reaksi setting, merupakan tahap yang stabil di dalam air dan udara, berlangsung
setelah tahap kedua selesai. Salah satu kekurangan dari GIC konvensional
adalah memiliki tingkat penyerapan air yang tinggi saat terjadinya reaksi awal.
( Gopikrishna,2013)
b. Reaksi Setting GIC
Setting dari GIC terdiri dari 3 fase, yaitu fase pelepasan ion, fase hydrogel
dan fase polysalt gel. Fase pelepasan ion terjadi ketika bubuk dan cairan
pertama kali dicampurkan. Larutan encer dari polyacid copolymer dan
akselerator tartaric acid memecah bubuk ion-leachable aluminofluoro-silicate
dan melarutkan permukaan luar kaca. Ion hidrogen dari polyacid copolymer dan
tartaric acid menyebabkan pelepasan dari kation logam, seperti Ca2+ dan Al3+,
dari permukaan luar kaca, yang kemudian bereaksi dengan ion fluor untuk
membentuk kompleks CaF2, AlF2-, dan AlF2-. Pada tahap awal dari fase ini,
GIC akan melekat pada struktur gigi. GIC terlihat licin dan mengkilap hasil dari
matriks yang belum bereaksi. Pada tahap lanjut dari fase ini, material akan
kehilangan kilauannya, karena matriks bebas yang ada telah bereaksi dengan
kaca. (Garg, 2017)
Fase kedua adalah fase hydrogel. Fase ini terjadi lima sampai sepuluh
menit setelah pencampuran, menyebabkan terjadinya initial set. Selama fase ini
ion kalsium positif akan dilepaskan lebih cepat dan bereaksi dengan rantai
polyacrilic acid untuk membentuk ikatan silang. Fase hydrogel ini menurunkan
mobilitas dari rantai polimer, menyebabkan gelasi awal dari matriks ionomer.
Pada tahap ini, GIC akan terlihat kaku dan opak. (Garg, 2017)
Fase terakhir adalah fase polysalt gel. Pada fase ini material mencapai
final set. Matriks mengalami proses maturasi ketika ion aluminum yang
dilepaskan lebih lambat, membentuk polysalt hydrogel yang mengelilingi bahan
pengisi kaca yang belum bereaksi. Pada tahap ini GIC akan terlihat lebih seperti
gigi. (Garg, 2017)
Prosedur perawatan
1. Preparasi kavitas untuk membuat akses ke jaringan karies di enamel dan dentin
dengan menggunakan bur high speed, yaitu round bur, yang dimasukkan
perlahan hingga mencapai kedalaman karies.
4. Kavitas diisolasi dari kontaminasi saliva. Jika dentin terbuka selama preparasi,
dianjurkan memberikan semen pelapis untuk perlindungan pulpa dari iritan
bakteri.
6. Tuangkan bubuk dan liquid GIC di atas paper pad dan aduk dengan spatula
agate dengan gerakan melipat. Bubuk ditambahkan sedikit demi sedikit ke
liquid, diaduk sampai mencapai konsistensi dempul yang teksturnya halus.
7. Campuran semen ini diaplikasikan kedalam kavitas secepat mungkin sampai
seluruh kavitas terisi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Semen ionomer kaca adalah bahan restorasi yang paling akhir berkembang dan
mempunyai sifat perlekatan yang baik. Semen ini melekat pada enamel dan dentin
melalui ikatan kimia.Semen ionomer kaca sering disebut dengan ASPA (Alumine Silicate
and polyacrylic acid ). ifat signifikan dari glass ionomer adalah adhesi dengan
struktur gigi, pelepasan fluorida dalam jangka waktu yang lama, efek minimal
terhadap pulpa, biokompatibel, memiliki koefisien ekspansi termal yang lebih
kurang sama dengan struktur gigi, sewarna gigi, dan toksisitas yang rendah.
Namun, peka terhadap dehidrasi dini pada proses pengerasan, khususnya semen
konvensional, dan rapuh/brittle sehingga tidak cocok digunakan pada daerah
yang menerima tekanan. Dilihat dari sifat ini, semen ionomer kaca dapat digunakan
sebagai bahan fisur sealant, restorasi proksimal anterior, restorasi servikal (baik
karies dan non-karies), pada gigi sulung, sebagai pelapis dan semen perekat, dan
sebagai bahan band ortodontik dan braket. Disamping keuntungannya, semen
ionomer kaca memiliki beberapa kelemahan seperti waktu kerja pendek, brittleness,
ketahanan terhadap fraktur rendah, daya tahan rendah terhadap pemakaian, rentan
terhadap kontaminasi uap atau dehidrasi selama tahap awal reaksi setting jika
dibandingkan dengan amalgam dan bahan resin komposit modern
Daftar Pustaka
Kenneth J, Anusavice,. Shen, Chiayi. H. Ralph Rawls. 2013. Phillips’ science of dental
materials 12th ed. China: Elsevier Inc.
Garg, N., Garg, A. 2017. Textbook of Preclinical Conservative Dentistry. 2nd ed. New Delhi:
Jaypee Brothers Medical Publishers.
Sikri, V. K. 2017. Textbook of Operative Dentistry. 4th ed. New Delhi : CBS Publishers &
Distributors Pvt Ltd.
Anang,D,dkk.,2015. Jurnal e Gigi (eG), vol.3 No 2.Penggunaan Bahan Tumpatan di RS Gigi dan
Mulut PSPDG FK –UNSRAT.
Sulastri, Siti. 2017. Dental Material. Pusat Pendidikan Suber Daya Manusia Kesehatan :
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Anusavice, Kenneth J. 2004. Phillips : Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Edisi 10.
Indonesia: Jakarta. EGC.
Craig R.G. 1992. Dental Materials: Properties and Manipulation. St Louis: Mosby
Van Noort, Richard. 2007. Introduction to Dental Materials. 3 rd Ed. United Kingdom: Mosby
Elsevier
Anusavice, K.J., Chiayi, S., Rawls, H.R. 2013. Phillips’ Science of Dental Materials.ed ke-12:
Elsevier.
Hayari, Kemala. 2017. Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin sebagai Bahan Restorasi. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Medan
Agtini M.D. 2010 Efektifitas Pencegahan Karies Dengan Atraumatic Restorative Treatment Dan
Tumpatan Glass Ionomer Cement Dalam Pengendalian Karies di Beberapa Negara.
Media Litbang Kesehatan Volume XXNomor 1 Tahun2010.
Sulastri Siti. 2017. Dental Material. Bahan Ajar Keperawatn Gigi. PPSDM Kemenkes NKRI.
Kinasih, C. P. (2016). Pemanfaatan bioactive glass nano silica dari abu ampas tebu sebagai
remineralizing agent untuk meminimalkan kebocoran tepi semen ionomer kaca.
Powers, JM., Wataha, JC. 2008. Dental Materials: Properties and Manipulation 9th edition.
Missouri : Mosby.
Restia, M., & Septi, M. 2016. EVALUASI KEBERHASILAN TUMPATAN KLAS I, II, III, IV
GV BLACK DENGAN BAHAN RESIN KOMPOSIT DAN SEMEN IONOMER
KACA.
Devara, Aditya Rama, Cecilia GJ Lunardhi, and Tamara Yuanita. "Perbedaan Kebocoran Tepi
antara GIC Konvensional dan Resin Modified GIC pada Restorasi Kelas V (Difference
on Microleakage of Conventional GIC and Resin Modified GIC in Class V
Restoration)." Conservative Dentistry Journal 6.2 (2016): 77-81.
Diansari, V., Ningsih, D. S., & Moulinda, C. (2016). Evaluasi kekasaran permukaan glass
ionomer cement (GIC) konvensional setelah perendaman dalam minuman
berkarbonasi. Cakradonya Dental Journal, 8(2).
K. Ulla Athiyah. 2016. Kelarutan Semen Ionomer Kaca Tipe II Setelah Di-Coating dengan
Varnish dan Cocoa Butter. Universitas Sumatera Utara.
Hadiati, Fitri W. 2014. Restorasi Semen Ionomer Kaca. Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata
Kediri.