Anda di halaman 1dari 13

RESUME RESTO TGL 30 MARET

KLAS 2 amalgam dan klas 5 GIC

TUGAS II
Restorasi Klas II (MO)Amalgam (M1 RA)
Definisi restorasi Klas II adalah bila jaringan karies telah mengenai permukaan mesial atau distal
(proksimal) gigi posterior. Walaupun lesi Klas II terjadi pada permukaan proksimal, umumnya dianggap
sebagai kavitas campuran, yaitu suatu kavitas yang mengenai dua permukaan, salah satunya adalah
permukaan oklusal. Begitu sering terjadi sehingga dalam praktik kavitas Klas II dibagi menjadi mesial-
oklusal (MO), disto-oklusal (DO), atau mesial-oklusal-distal (MOD). Karena gigi-gigi biasanya saling
berkontak, akses ke kavitas tertutup dan harus dibuat dengan memotong substansi gigi dari lingual, fasial,
atau oklusal. Cara yang biasa tentunya adalah membuat akses dari oklusal; meskipun begitu, bila lesi dekat
garis servikal, kadang-kadang preparasi dari fasial atau lingual menjadi pilihan
Kavitas kelas II merupakan kavitas yang terdapat pada permukaan proksimal gigi
posterior (gigi molar dan premolar). Kavitas pada permukaan halus atau lesi mesial dan atau
distal biasanya berada di bawah titik kontak yang sulit dibersihkan. Menurut definisi Dr.
Black, karies Klas II dapat mengenai permukaan mesial dan distal atau hanya salah satu
permukaan proksimal dari gigi sehingga dapat digolongkan menjadi kavitas MO (mesio –
oklusal), DO (disto – oklusal), dan MOD (mesio – oklusal – distal).
Karena permukaan untuk perbaikan biasanya dibuat dari permukaan oklusal,
permukaan oklusal dan aproksimal dari gigi direstorasi sekaligus. Tetapi bila dilihat dari
definisinya, kavitas ini adalah lesi proksimal dan tidak selalu mencakup permukaan oklusal.

Ketika ditemukan suatu kasus kavitas kelas II disertai dengan kavitas pit dan fisure
(kelas I), maka keadaan ini diklasifikasikan sebagai kavitas kelas II.

Preparasi Kavitas Klas II Amalgam


Outline form bidang sama seperti pada klas I yang dilanjutkan pada bidang proksimal mesial
(MO) atau distal (DO) atau mesial dan distal (MOD) tergantung lokasi karies. Preparasi bidang
proksimal diperlebar sampai diluar titik kontak (daerah yang mudah dibersihkan) dengan membentuk
sudut 90, tidak boleh menyudut tajam karena mudah pecah. Bentuk outline pada bagian proksimal
konvergen ke oklusal, cara pembentukan dengan menembus lingir tepi untuk pembukaan arah
proksimal, bur bergerak seperti pendulum arah bukal lingual. Dinding gingival dibuat setinggi
interdental dengan lebar 1,8 mm untuk molar dan 1,2 mm untuk premolar atau 1/6 lebar mesiodistal.
Lebar isthmus 1/3 jarak cusp linguo bukal dan ¼ mesiodistal. Dibuat slight bevel (dibulatkan) pada
axio pulpo line angle (Eccles, 1994).
Gambar 1. Diagram preparasi gigi, nomenklatur dasar dari kavitas .A.Dinding dan dasar B. Pulpa dan
dinding gingival boleh juga dinamakan lantai

Indikasi dan Kontra Indikasi


Indikasi Amalgam untuk Kavitas kelas II:
1. Kehilangan jaringan gigi sebelum dan selama perawatan minimal. Karies
melibatkan permukaan occluso-distal atau mesio-occlusal.
2. Prognosis yang tidak meyakinkan sehingga yang paling baik adalah memberikan
restorasi semipermanen yang tahan lama.
3. Mudah dikerjakan dan murah.
4. Gigi masih vital.

Kontra Indikasi Amalgam untuk Kavitas kelas II:


1. Jumlah karies yang tinggi.
2. Karies yang luas melibatkan cups.
3. Dibutuhkan estetik.
4. Gigi antagonis logam yang tidak sejenis.

Kegagalan Restorasi Amalgam Kelas II


Penelitian terhadap restorasi amalgam yang gagal menunjukkan bahwa kesalahan operator
pada saat preparasi dan manipulasi bahan mempunyai peranan yang penting terhadap
ketahanan sebuah restorasi amalgam.

Kegagalan restorasi kelas II meliputi :


4.   Fraktur marginal ridge (lingir tepi)
     Penyebabnya adalah axiopulpal line angle tidak dibulatkan saat preparasi, marginal ridge
terlalu tinggi, dan embrasur oklusal tidak benar. Solusi untuk mengatasi fraktur ini adalah
axiopulpal line angle dibulatkan saat preparasi, tinggi marginal ridge disesuaikan dengan gigi
sebelahnya dan dengan oklusi dan menciptakan embrasur oklusal yang bersesuaian dengan
gigi sebelahnya.

5.   Karies sekunder
     Karies sekunder dapat terjadi pada gigi yang sudah direstorasi. Biasanya terjadi kebocoran
pada margin tumpatan dengan jaringan gigi yang sehat.  Dapat juga disebabkan karena bagian
isthmus pecah sehingga menjadi pintu masuk bagi saliva, sisa makanan dan bakteri. Preparasi
yang tidak tepat pada daerah proksimal hingga ke bagian yang mudah dibersihkan (self
cleansing) juga mendorong terjadinya karies sekunder.

6.   Tumpatan overhanging sehingga mengiritasi gingiva


     Penyebabnya adalah hesalahan peletakan wedge yang terlalu ke gingival saat insersi
amalgam. Posisi wedge harus diletakkan secara benar.

7.   Patah pada isthmus


     Daerah isthmus pada tumpatan kelas II adalah daerah sempit yang menghubungkan dua
daerah tumpatan yang lebih besar, sehingga apabila patah pada daerah ini menyebabkan
lepasnya dinding proksimal. Pencegahan terhadap patah di daerah isthmus dapat dilakukan
dengan memperhatikan letak pembuatan isthmus, yaitu pada sepertiga atau seperempat lebar
kuspid mesio-distal dan lebar isthmus ideal sekitar sepertiga jarak buko-lingual. Dasar kavitas
pada perbatasan dinding aksial dan oklusal dibuat bevel untuk memberi ketebalan yang cukup
sehingga mampu menahan beban kunyah.

8.   Tepi amalgam lemah


     Penyebabnya adalah kertidaksesuaian antara tumpatan amalgam dengan arah dinding
mesiolingual dan mesiofasial. Solusinya,harus diperhatian khusus pada arah prisma email dan
sifat amalgam saat preparasi dan insersi amalgam.

9.   Restorasi lepas seluruhnya


     Retensi sangat dibutuhkan pada setiap restorasi terutama pada kelas II. Untuk menghindari
lepasnya restorasi dari kekuatan tarik maka pada bentuk kavitas kelas II harus dibuat dovetail.

1. Landasan teori
Amalgam merupakan bahan yang paling banyak digunakan oleh dokter gigi khususnya
untuk restorasiposterior .Komponen utama amalgam terdiri dari liquid yang berisi logam
merkuri dan powder yang berisi logam paduan yang kandungan utamanya terdiri dari perak,
timah, dan tembaga. Untuk dapat membuat suatu restorasi restorasi amalgam yang baik dan
tahan terhadap beban daya kunyah dalam menggambarkan outline preparasi operator harus
mengingat syarat pokok preparasi yaitu :
a. Extension for prevention yang berarti perluasan untuk pencegahan, bahwa pit dan fisure
yang dalam perlu diikut sertakan dalam preparasi (meskipun belum terkena karies)
untuk mencegah terjadinya karies skunder .
b. Resistance formyang berarti bahwa preparasi perlu dilakukan dengan tidak terlalu
banyak membuang jaringan gigi yang sehat sehingga sisa jaringan gigi tersebut cukup
kuat menahan beban daya kunyah dan restorasi disanggah oleh jaringan dentin yang
sehat .
c. Retention form yang berarti bahwa preparasi perlu dilakukan dengan mengingat bahan
restorasi tidak mudah lepas, jadi perlu dilakukan pembuatan retensi misalnya berupa
undercut ataupunpembuatan dinding aksial yang tegak atau konvergen ke arah
oklusal /divergen ke arah servikal.
Disamping 3 persyaratan pokok tersebut ada persyaratan tambahan lainnya yaituremoval of caries
yang berarti membuang seluruh jaringan karies yang infeksius terutama jaringan dentin yang lunak.
d. Finish of the enamel wall yang berarti menghaluskan seluruh bidang preparasi.
e. Convenience form yang berarti bahwa preparasi dilakukan sedemikian rupa sehingga
memudahkan operator dalam menggunakan peralatan dan menempatkan bahan restorasi
ke dalam kavitas gigi.
f. Toilet of the cavity yang berarti melakukan pembersihan sisa jaringan nekrotik dan
bekas preparasi serta sterilisasi kavitas dengan menggunakan bahan sterilisasi kavitas
yang ada .
Bentuk kavitas
restorasi amalgam
berupa boks
(dinding tegak
lurus), tepi dengan
hubungan but joints, dan
undercut untuk
retensi bahan dapat
diletakkan didalam
kavitas atau berupa
kemiringan dinding
aksial. Dalam membuat desain preparasi operator perlu mengingat syarat-syarat pokok preparasi
sebagaimana telah dijelaskan di atas.Pada kavitas yang dalam (karies profunda) perluperawatan
endodotik yang paling sederhana yaitu pulp capping.Bahan yang biasa digunakan untuk
pulpcapping ini adalah kalsium hidroksida karena dapat merangsang pembentukan dentinsekunder
secara efektif dibandingkan bahan lain. Tujuan pulp capping adalah untukmenghilangkan iritasi ke
jaringan pulpa dan melindungi pulpa sehingga jaringan pulpadapat mempertahankan vitalitasnya.
Teknik pulp capping ini ada dua yaitu indirect pulp capping dan directpulp capping.
2. Metode
a. Outline form
Membuat gambaranoutline form preparasi klas II di bidang oklusal dengan pensil
tinta dengan memperhatikan resistance form, extention form prevention dan convenience
form. Kemudian melakukan preparasi sesuai dengan outline yang telah dibuat. Dilakukan
pemberian pulp capping sebelum penempatan basis semen.
b. Preparasi kavitas
Preparasi dimulai dengan menggunakan round bur kecil sedalam 2,5 mm kemudian
dilebarkan ke arah proksimal dengan but fissure.Preparasi dilanjutkan hingga memotong
margin proksimal dengan bentuk seperti ekor merpati (dovetail). Dinding gingival dibuat
datar selebar 2 mm dan setinggi interdental papil di daerah proksimal. Isthmus dibuat pada
1/3 linguo bukal dan ¼ mesio distal . Dibuat bevel pada axio pulpo line angle. Sudut tepi
kavitas pada kavitas proksimal dibuat tegak lurus dengan dinding proksimal.Sudut-sudut
luar dinding bukal dan lingual pada bagian proksimal dibulatkan dengan bur fissure. Yang
perlu diperhatikan lebar permukaan didaerah proksimal diukur sampai ujung sonde dapat
lewat disela gigi tetangganya. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan menempatkan
matriks band serta mendapatkan ketebalan yang cukup di daerah proksimal untuk
menghindari terjadinya kepatahan restorasi amalgam klas II tersebut.

Gambar : Gunakan bur kecepatan rendah pada


kavitas proksimal
Gambar : Preparasi kavitas klas II (MO)
c. Sub base untuk pulp capping

Untuk pulp capping digunakan Subbase


dengan mengaduk seng oksida dan eugenol pada
glass slab dengan spatula semen
(untuk pulp capping indirek),
kemudian dimasukkan ke dalam kavitas
menggunakan plastic filling instrument serta
diratakan menutup dasar kavitas dengan kapas sebagai perlindungan jaringan
pulpa.Perlu diperhatikan bahwa subbase ini menutup seluruh permukaan
dentin yang terbuka.

d. Basis

Setelah pemberian subbase dilakukan penutupan dengan basis semen


seng oksida fosfat.Ambil bahan semen secukupnya disesuaikan dengan besar
kavitas, perbandingan bubuk dan cairan semen 1:1.Ambil 1/3 bagian bubuk
dengan spatula semen masukkan ke dalam cairan kemudian
2
diaduk.Selanjutnya /3nya serta aduk sampai homogen dengan waktu
pengadukan kurang lebih 60 detik. Semen kemudian dimasukkan kedalam
kavitas menggunakan stopper semen (besar stopper disesuaikan dengan lebar
kavitas) serta diratakan mendatar pada seluruh permukaan dasar kavitas
setinggi dentin. Bila telah terlanjur keras semen dapat diratakan
menggunakan alat putar inverted bur.

Yang perlu diperhatikan ialah bahwa basis menutup seluruh permukaan


subbase, perhatikan basis didaerah dinding ginggiva hanya sebatas dentin
yang terbuka, tidak sampai ke tepi enamel.
Gambar: teknik pulp capping :a. subbase (ZnOE / Ca(OH)2) ; b. basis (ZnPO4) ; c.
Tumpatan sementara Fletcher / Cavit)

e. Penumpatan
Setelah pemberian basis dilakukan pemasangan matriks band ( ¾ atau 4/4)
dengan retainernya. Didaerah proksimal dipasang wedge untuk mendapatkan
adaptasi matriks yang baik didaerah servikal sehingga bahan amalgam juga
beradaptasi dengan baik pada jaringan gigi.

Pertama – tama dilakukan pencampuran logam campur amalgam (amalgam


alloy) menggunakan mortal dan pestle atau ada pula logam campur amalgam yang
berada dalam kapsul kemudian pencampurannya menggunakan amalgamator.
Kelebihan merkuri diperas dengan selembar kain kecil.Dengan menggunakan
amalgam pistol atau amalgam plugger, logam campur amalgam dimasukkan ke
dalam kavitas sedikit demi sedikit, sambil dikondesasi menggunakan stopper
amalgam.

Penumpatan dimulai dari bagian proksimal, diisi sedikit demi sedikit,


dikondensasi baru kemudian pada bagian oklusal sampai padat. Kemudian
dicarving umtuk membentuk anatomi aklusal yang baik, serta dilakukan
burnishing. Terakhir wedge dan matriks dibuka dan dilepas secara hati – hati agar
amalgam daerah proksimal tidak pecah. Bagian margin proksimal dibulatkan
sesuai bentuk anatomi yang baik.
Gambar: Penempatan matrix retainer 4/4 untuk penumpatan kavitas klas II dengan
bahan restorasi amalgam

f. Pemolesan

Pemolesan logam campur amalgam dilakukan setelah 24 jam penumpatan.


Pertama – tama dilakukan penyelesaian tumpatan dengan menggunakan stone
merah kemudian stone hijau untuk menghaluskan permukaan amalgam.
(Perhatikan jangan sampai mengubah bentuk anatomi yang sudah baik).
Selanjutnya menggunakan rubber cup merah kemudian rubber cup hijau dan
bahan poles pumice. Terakhir menggunakan brush dengan bahan poles kriyt
sehingga gambaran permukaan amalgam halus dan mengkilat .

Gambar. Pemulasan amalgam klas II


DISKUSI RESTORASI KLAS II

1. Sebutkan dan gambarkan aplikasi prinsip preparasi kavitas pada restorasi klas II
Amalgam (outline form, retension form dan resistension form)!

2. Sebutkan indikasi dan kontraindikasi penumpatan amalgam klas II!

3. Sebutkan alat – alat yang dipakai untuk penumpatan amalgam klas IIMO mulai
preparasi sampai pulas!

4. Sebutkan prinsip preparasi amalgam klas II !

5. Jelaskan cara preparasi kavitas restorasi klas IIMO amalgam dan sebutkan syarat
preparasi kavitas dikatakan selesai!

6. Sebutkan dinding – dinding yang terbentuk setelah preparasi!

7. Sebutkan ukuran rata – rata tiap dinding!

8. Sebutkan campuran bahan dalam amalgam,waktu setting dan teknik pengadukan


amalgam yang digunakan dalam preklinik!

9. Sebutkan bahan Subbase dan fungsinyax


10. Jelaskan cara aplikasi Subbase dan alat yang digunakan pada dinding apa saja yang
diberi Subbase, mengapa!

11. Sebutkan macam-macam basis beserta indikasinya

12. Bagaimana cara aplikasi basis dan pada dinding apa saja yang diberi basis,
mengapa!

13. Jelaskan cara pemasangan matrix pada penumpatan amalgam klas IIMO

14. Sebutkan fungsi dari pemasangan matrix pada penumpatan amalgam klas IIMO

15. Sebutkan alat restorasi amalgam dan jelaskan cara restorasi amalgam klas IIMO
dan kapan dikatakan selesai!
16. Sebutkan alat pemulasan amalgam dan Jelaskan cara pemulasan amalgam klas II
MO dan kapan dikatakan selesai

17. Kapan dilakukan pemulasan amalgam? Mengapa

TUGAS III
Restorasi Klas III Glass Ionomer ( I1 RB M/D)
(KESALAHAN MENGGOSOK GIGI) Kavitas
kelas V merupakan kavitas yang terdapat pada 1/3 gingival
pada semua  gigi, di permukaan bukal, labial, lingual dan
palatinal (bukan pada pit dan fisur), namun lesi ini lebih
dominan timbul di permukaan yang menghadap ke bibir
dan pipi daripada lidah. Kavitas Klas V bisa mengenai
sementum selain email. Kavitas kelas V pada gigi incisivus
sentralis kanan atas. (Shuman, 2004
Outline preparasi Klas III, IV, V
Karies klas V : karies yang terdapat pada 1/3 cervical
dari permukaan bukal / labial atau lingual/ palatal dari seluruh gigi.
Tahap preparasi :
1. Desain outline tergantung pada karies yang mengenai gigi, bisa seperti ginjal pada
sepertiga servical , kurang lebih 1 mmm dari servikal.
2. Dengan menggunakan round bur di tengah-tengah outline dengan kedalaman kurang
lebih 2,5 mm
3. Dilanjutkan dengan menggunakan fissure bur pada dinding-dinding kavitas. Preparasi
diperluas sampai cavo surface line angel didukung dentin yang utuh. Dinding
preparasi bisa dibuat divergen ke arah oklusaluntuk mendapatkan margincavosurface
yang 90 derajat.
4. Retensinya berupa undercut pada dinding insisal dan dinding gingival dengan
inverted bur atau round bur kecil.
5. Bevel dibuat pada seluruh bagian preparasi yang dikelilingi oleh email tetapi tidak
dibuat pada preparasi yang berakhir pada sementum.

Tahap pembersihan karies Tahap preparasi klas V

Hasil akhir preparasi klas V

Indikasi dan kontra Indikasi 


            Indikasi Amalgam untuk Kavitas kelas V:
Kelas V amalgam digunakan untuk menumpat kavitas di sepertiga cervical mahkota gigi baik
fasial maupun lingual. Restorasi amalgam biasanya digunakan untuk merestorasi area non-
estetik, area dimana akses dan visibilitasnya terbatas dan dimana kontrol kelembapannya
sulit, dan untuk area dengan area yang dalam secara gingival. Amalgam lebih dipilih saat lesi
karies meluas ke arah gingival dimana flap jaringan lunak harus direfleksikan untuk
mendapatkan akses dan visibilitas yang cukup.

Kontra Indikasi Amalgam untuk Kavitas kelas V:


Kelas V amalgam kontraindikasi untuk area-area yang penting secara estetik seperti gigi-gigi
anterior karena akan terlihat selama berbicara.
Kegagalan restorasi
      Restorasi amalgam kelas 5 dikontraindikasikan pada pentingnya area secara estetik, karena
banyak pasien dengan objek restorasi metal  itu nampak selama konservasi. Kerugian secara
primer restorasi amalgam kelas 5 bahwa bersifat metalik yang berpotensi untuk kontaminasi
merkuri dan tidak estetik.
      Secara umum, amalgam kelas 5 ditempatkan pada permukaan facial caninus mandibula,
premolar, dan molar itu tidak nampak secara siap sedangkan amalgam yang ditempatkan
pada premolar maksila dan molar pertama mungkin akan nampak. Oleh karena itu tuntutan
estetik pasien seharusnya dipertimbangkan ketika perencanaan perawatan.
      Perbedaan kedalaman permukaan halus juga menaikkan ketebalan pada sisa dentin antara
dinding axial dan pulpa di aspek gingiva pada preparasi untuk membantu melindungi pulpa.
Untuk preparasi gigi yang diluaskan secara incisogingiva, dinding axial harus lebih konvex
karena itu mengikuti kontur DEJ.
      Bila amalgam diaplikasikan pada area yang tajam maka amalgam sulit beradaptasi, karena
amalgam mudah beradaptasi pada area yang bulat untuk retensi alur.
      Penggunaan amalgam tanpa matrix dapat mempersulit terjadinya kondensasi pada preparasi
gigi dengan dinding axial yang mesiodistalnya konvex, oleh karena itu amalgam harus
dibuat landsliding selama overpaking, dan akan membantu menahan tekanan pada restorasi.
      Kegagalan pada saat carving area marginal akan menyebabkan kontur konvex tidak komplit
pada restorasi. Bila terdapat kelebihan amalgam pada area marginal akan merusak area tepi
bahkan menyebabkan iritasi gingiva.
      Overkontur pada permukaan terjadi karena peningkatan food impaction dalam sulkus
gingiva dan diperparah dengan kurangnya kesadaran pasien akan kebersihan rongga
mulutnya. Oleh sebab itu overkontur harus dicegah karena dapat menurunkan stimulasi dan
kebersihan gingiva selama pengunyahan.

1. Landasan Teori
Bahan restorasi yang digunakan adalah glass ionomer cement yang merupakan
bahan restorasi gabungan semen silikat dan polikar boksilat. Menurut teori
dikatakan bahwa bahan ini melekat secara kimiawi terhadap permukaan jaringan
keras gigi, oleh sebab itu tidak selalu diperlukan retensi.Disini tidak digunakan
teknik etsa, hanya dilakukan pengulasan bahan conditioner yang berfungsi sebagai
permbersih terhadap sisa debris pada kavitas gigi.Komposisi glass ionomer cement
terdiri atas bubuk dan cairan.Bubuk terdiri atas kaca kalsium flouroalumino silikat
yang larut asam dan cairannya mirip larutan asam poliakrilik. Cairan memegang
peranan penting selama proses pengerasan dan dapat mengubah sifat fisik GIC,
maka untuk mendapat hasil yang maksimal maka selama proses pengerasan GIC
perlu dilakukan perlindungan dengan bahan isolasi yang efektif dan kedap air.
Bahan pelindung yang biasa digunakan adalah varnish

2. Metode

a. Outline form

Menggambarkan outline form


dengan pensil tinta pada
permukaan proksimal palatal
elemen gigi I2 RA (disto
palatal) kemudian melakukan preparasi sesuai dengan outline yang telah
dibuat.

b. Preparasi kavitas

Preparasi dimulai dari bagian palato proksimal dengan bur bulat kecil
dengan arah bur tegak lurus bidang labial gigi. Selanjutnya kavitas
dibentuk sesuai outline preparasi yang telah dibuat dengan menggunakan
bur silindris fissure yang berujung bulat. Dapat pula dibuat retensi berupa
undercut di daerah sudut yang menghadap ke insisal maupun servikal gigi.
Selanjutnya seluruh permukaan kavitas dihaluskan dengan fine finishing
diamond bur sehingga diperoleh hasil preparasi yang halus, yaitu pada 3
tempat; incisal point angle, labial point angle dan lingual point angle
dengan menggunakan round bur kecil.

Gambar: Untuk kavitas klas III bila memungkinkan preparasi didesain dari palatal / lingual.
Perhatian : bagian insisal titik kontak tidak dibuang.

c. Aplikasi dentin conditioner


Permukaan gigi dipersiapkan dengan mengoleskan dentin conditioner
yang berisi asam poliakrilik 10%. Waktu standart yang diperlukan untuk satu
kali aplikasi adalah 20 detik. Kemudian pembilasan dilakukan selama 30
detik, setelah itu kavitas dikeringkan.

d. Penumpatan
Cocokan warna gigi dengan shade guide warna restorasi yang sesuai.
Pertama – tama siapkan celluloide matrix, matrix strip dari plastik, potong
sepanjang 5 cm sebagai matriks untuk penumpatan dengan bahan glass ionomer
cement maupun resin komposit sehingga bahan dapat beradaptasi dengan baik
pada kavitas gigi.

Kemudian ambil bahan restorasi dengan bubuk dan cairan serta cara
pengadukan sesuai petunjuk pabrik diatas paper pad (bila bahan tersebut
terbentuk bubuk dan cairan) karena ada bahan lain berupa pasta yang
pelimerisasinya memerlukan penyinaran. Pengadukan bahan restorasi yang
sewarna dengan warna gigi sebaiknya menggunakan pengaduk plastic atau
agoat spatel.Selanjutnya bahan dimasukkan ke dalam kavitas menggunakan
plastic filling instrument.Sebelumnya matriks yang telah disiapkan tadi di
pasang melalui sela proksimal.Sebelum terjadi pengerasan sisa bahan yang
melebihi matriks dibersihkan dengan ujung sonde.Matriks ditahan selama
kurang lebih 3 – 5 menit sampai terjadi pengerasan. Perhatikan bahwa bahan
tidak boleh berkontak dengan jari operator sebelum terjadi pengerasan dan cara
manipulasi dalam keadaan bersih. Terakhir ulasi permukaan bahan tersebut
dengan varnish .

e. Pemolesan
Penyelesaian tahap akhir dilakukan dengan menggunakan fine finishing
diamond bur atau hingsten carbide bur untuk membuang kelebihan bahn yang
telah terlanjur mengeras serta membentuk anatomi gigi yang baik. Memang
sebaiknya bahan restorasi tersebut akan menampakkan permukaan yang halus
dan mengkilat bila dibawah matriks, jadi penyelesaian lebih lanjut dengan
menggunakan bur sebenarnya akan menghasilkan permukaan yang buram.

DISKUSI RESTORASI KLAS III

1. Sebutkan dan gambarkan aplikasi prinsip preparasi kavitas pada restorasi klas III
GIC (outline form, retension form dan resistension form)!

2. Sebutkan indikasi dan kontraindikasi penumpatan klas III GIC!

3. Sebutkan klasifikasi bahan GIC beserta fungsinya


4. Sebutkan alat – alat yang dipakai untuk penumpatan klas III GIC mulai preparasi
kavitas dikatakan selesai!

5. Jelaskan cara preparasi kavitas restorasi klas III GIC dan sebutkan syarat
preparasi kavitas dikatakan selesai!

6. Sebutkan dinding – dinding yang terbentuk setelah preparasi!

7. Sebutkan bahan dentin conditioner GIC

8. Jelaskan cara aplikasi bahan dentin conditioner GIC

9. Jelaskan fungsi bahan dentin conditioner GIC

10. Jelaskan cara pemasangan matriks seluloid

11. Jelaskan fungsi pemasangan matriks seluloid

12. Jelaskan cara restorasi klas III GI dan kapan dikatakan selesai!

13. Jelaskan cara pemulasan klas III GI dan kapan dikatakan selesai!

14. Sebutkan campuran bahan dalam GI, waktu setting dan teknik pengaduan GI
yang digunakan dalam preklinik!

15. Sebutkan konsistensi GI yang dibutuhkan untuk restorasi!

16. Jelaskan cara finishing dan polishing GIC dan kapan dilakukan Polishing

17. Sebutkan kekurangan dan kelebihan GIC!

Anda mungkin juga menyukai