Anda di halaman 1dari 25

SKENARIO 2

Seorang wanita umur 19 tahun datang ke tempat praktek dokter gigi mengeluh gigi bawah kanan
berlubang Pasien menginginkan untuk dilakukan penambalan sewarna gigi. Hasil pemeriksaan klinis
tampak gigi 16 karies media klas I Black, tes vitalitas positif, tes perkusi dan tekanan negatif, tidak
ada kegoyangan, dan gigi masih bisa dipertahankan. Diagnosa gigi 16 adalah pulpitis reversible dan
dapat dilakukan penumpatan dengan bahan Semen Ionomer Kaca (SIK).

Karies Media yaitu karies yang mengenai email dan telah mencapai setengah dentin
Kelas I Karies yang terjadi pada pit dan fissure semua gigi, baik anterior maupun posterior.
karies yang terjadi pada fit dan fisur pada permukaan oklusal molar dan premolar serta pada pit
bukal dan lingual, serta pit pada bagian lingual gigi insisivus, begitu juga dengan karies yang
terjaid pada bagian labial.
Kavitas yang terjadi pada :
• Pit dan fisur di dataran oklusal gigi posterior.
• Daerah bukal, lingual atau groove palatinal gigi posterior.
• Lingual atau palatinal gigi anterior (foramen caecum).

tumpatan gigi adalah pengembalian fungsi gigi dalam mulut dengan jalan menghentikan proses
karies dan menjaga pulpa agar tetap vital dan sehat. Penumpatan gigi merupakan suatu tidakan
restorasi gigi dengan cara membuang jaringan karies dan meletakkan bahan restorasi pada gigi
yang mengalami kerusakan. Tindakan perawatan menggunakan bahan restorasi lebih efektif
dibandingkan pencabutan karena pertimbangan estetika dan fungsional.

Restorasi gigi adalah hasil prosedur kedokteran gigi yang memiliki tujuan mengembalikan bentuk,
fungsi, dan penampilan gigi (Harty dan Ogston, 1995). Restorasi gigi pada dasarnya yaitu tindakan
penggantian jaringan keras gigi yang rusak dengan bahan restorasi.

Semen ionomer kaca pertama diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971, yang
merupakan gabungan dari semen silikat dan semen polikarboksilat dengan tujuan untuk
mendapatkan sifat translusen, pelepasan flour dari semen silikat dan kemampuan untuk melekat
secara kimia pada struktur gigi dari semen polikarboksilat. Semen ionomer kaca ialah bahan restorasi
yang paling akhir berkembang dan mempunyai sifat perlekatan yang baik. Sifat utama semen
ionomer kaca adalah kemampuan utama untuk melekat pada email dan dentin tanpa ada
penyusutan atau panas yang bermakna, mempunyai sifat biokompatibilitas dengan jaringan
periodontal dan pulpa, ada pelepasan flour yang berfungsi sebagai antimikroba dan kariostatik,
kontraksi volume pada pengerasan sedikit, koefesien ekspansi termal sama dengan struktur gigi
(Noort, 2003).

Semen Ionomer Kaca (GIC)


Semen ionomer kaca melekat dengan enamel dan dentin secara fisiko khemikal, kavitas
konvensional akan memberikan retensi optimal. Semen ionomer kaca mempunyai potensi untuk
dipakai pada modifikasi preparasi. Prinsip desain ini adalah tidak perlu menghilangkan semua
enamel yang demineralisasi sekitar lesi. Sebagai contoh lesi pada aproksimal gigi depan atau
belakang, enamel bagian aproksimal dan ridgenya tidak dibuang.
Sebelum dilakukan penumpatan, dinding kavitas dibersihkan dengan menggunakan asam poliakrilik
10% aatau 25% tanik, kemudian dicuci dengan air dan keringkan.

Seperti halnya tumpatan resin komposit, penggunaan matriks tumpatan yang tipis perlu dibentuk
dengan burnisher sehingga dapat berkontak dengan gigidan wedge dipasangkan pada margin
servikal. Bahan dicampur sesuai dengan petunjuk pabrik dan dimasukkan sedikit demi sedikit ke
bagian kavitas yang terdalam terlebih dahulu dengan ujung instrumen yang kecil atau dengan
menggunakan syringe yang khusus lalu dikondensasikan. Restorasi dibentuk sesuai dengan anatomis
gigi. Di atasnya dioleskan varnish agar tidak terjadi kontaminasi selama pengerasan.

Pemolesan dilakukan 24 jam setelah penumpatan dengan menggunakan white points atau set fine
finishing bur atau super fine diamond points dengan kecepatan rendah.

Sifat – sifat semen ionomer kaca adalah :


1. Perlekatan terhadap dentin dan email
Perlekatan terhadap dentin dan email berupa ikatan kimia antara ion kalsium dari jaringan gigi dan
ion COOH dari semen ionomer kaca. Ikatan dengan enamel dua kali lebih besar daripada ikatannya
dengan dentin. Dengan sifat ini maka kebocoran tepi tambalan dapat dikurangi.
2. Anti karies
Semen ionomer kaca mengandung ion fluor dalam konsistensi tinggi yang dilepaskan terus menerus
berkaitan dengan struktur gigi sehingga gigi lebih tahan terhadap karies.
3. Biokompatibilitas
Semen ionomer kaca merupakan suatu bahan tambalan yang mempunyai sifat biokompatibilitas
yang cukup baik, artinya tidak mengiritasi jaringan pulpa sejauh ketebalan sisa dentin ke arah pulpa
tidak berkurang dari 0,5 mm.

Glass Ionomer Cement (GIC)


a. Klasifikasi
Klasifikasi GIC menurut Combe 1992 :
· Tipe I : Luting agent (Perekat)
· Tipe II.1 : Aesthetic agent (bahan restorasi dan aplikasi)
· Tipe II.2 : Base reinforced filling material (tidak estetik)
· Tipe III : Lining, base & fissure sealing materials
b. Komposisi
1. GIC powder, yang terdiri dari Flourualumino Silicat Glass
2. GIC liquid, yang terdiri dari Polyalcenoic Acid atau Itaconic acid copolymer dalam air
3. Tartaric acid sebagai accelerator

c. Kelebihan dan Kekurangan


1. Kelebihan
· Bahan tambal ini meraih popularitas karena sifatnya yang dapat melepas fluor yang sangat
berperan sebagai antikaries. Dengan adanya bahan tambal ini, resiko kemungkinan untuk terjadinya
karies sekunder di bawah tambalan jauh lebih kecil dibanding bila menggunakan bahan tambal lain
· Biokompatibilitas bahan ini terhadap jaringan sangat baik (tidak menimbulkan reaksi merugikan
terhadap tubuh)
· Material ini melekat dengan baik ke struktur gigi karena mekanisme perlekatannya adalah secara
kimia yaitu dengan pertukaran ion antara tambalan dan gigi. Oleh karena itu pula, gigi tidak perlu
diasah terlalu banyak seperti halnya bila menggunakan bahan tambal lain. Pengasahan perlu
dilakukan untuk mendapatkan bentuk kavitas yang dapat ‘memegang’ bahan tambal.
2. Kekurangan
· Kekuatannya lebih rendah bila dibandingkan bahan tambal lain, sehingga tidak disarankan
untuk digunakan pada gigi yang menerima beban kunyah besar seperti gigi molar (geraham)
· Warna tambalan ini lebih opaque, sehingga dapat dibedakan secara jelas antara tambalan
dan permukaan gigi asli
· Tambalan glass ionomer cement lebih mudah aus dibanding tambalan lain

GLASS IONOMER CEMENT


Komposisi glass ionomer cement adalah serbuk (calcium fluoroaluminosilicate glass) dan
cairan (poly (alkenioid acid) liquid).
Glass ionomer cement memiliki beberapa keunggulan antara lain: dapat berikatan secara kimiawi
dengan gigi, dapat berikatan pula dengan email dan dentin, dapat melepaskan fluoride, memiliki
stabilitas dimensi tinggi, serta mempunyai sifat biokompatibilitas (Bakar,2011).
Indikasi glas ionome cement adalah:
- Restorasi pada lesi erosi/ abrasi tanpa preparasi kavitas
- Penutupan/penumpatan pit dan fisura oklusal
- Restorasi gigi decidui
- Restorasi lesi karies kelas V
- Restorasi lasi karies kelas III, diutamakan yang pembukaan nya dari lingual atau palatinal
belum melibatkan bagian labial

Glass ionomer cement memiliki beberapa tipe yakni:


Tipe 1: luting Tipe 6 : core build up
Tipe 2 : restorasi Tipe 7 : fluoride release
Tipe 3 : lining/base Tipe 8 : ART
Tipe 4 : fissure sealant tipe 9 : Decidui restoration
Tipe 5 : orthodontic cement
Waktu proses manipulasi glass ionomer cement tergantung dengan tipe glasionomer yang
digunakan , berikut ini waktu0waktu yang dibutuhkan dari mixing time, working time serta setting
time dari masing-masing bahan glass ionomer:

Tatalaksana restorasi glass ionomer cement pada gigi yang engalami karies adalah sebagai berikut:
1. Preparasi gigi yang mengalami karies
2. Aplikasikan dentin conditioning dengan cairan glass ionomer yang diencerkan, aplikasikan pada
kavitas selama 10=15 detik
3. Bersihakan kavitas dan keringkan
4. Manipulasi glass ionomer
5. Aplikasikan ke dalam tumpatan dengan mengguankan plastis instrumen
6. Oleskan varnish di atas tumpatan, biarkan 1-2 menit

PRINSIP – PRINSIP PREPARASI KAVITAS


Black (1924) menentukan beberapa aturan preparasi yang perlu diikuti untuk restorasi gigi
permanen yang karies. Restorasi gigi sulung masih mengikuti prinsip preparasi Black dengan
beberapa modifikasi.
Prinsip – prinsip Black untuk preparasi kavitas ada tujuh, yaitu :
Outline form.
Removal of caries (Membuang jaringan karies).
Resistance form (Membuat bentuk resistensi).
Retention form (Membuat bentuk retensi).
Convenience form.
Finishing the enamel margin (Menghaluskan dinding / tepi kavitas).
Toilet of the cavity (Membersihkan kavitas dari debris).

4.1 OUTLINE FORM


Outline form yaitu pola menentukan bentuk luar suatu preparasi kavitas.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan outline form antara lain:
• Tempat atau permukaan yang mudah diserang karies harus dimasukkan dalamoutline form
• Semua pit, fisur dan developmental groove yang terkena karies harus dimasukkan dalam outline
form
• Tonjol – tonjol gigi sebaiknya tidak dimasukkan dalam outline form.
• Harus diusahakan jangan samapi ada dinding enamel yang tipis.
• Extention for prevention dari Black menyatakan bahwa tepi – tepi kavitas harus ditempatkan pada
daerah – daerah gigi yang imun terhadap karies, yaitu pada tempat – tempat di mana kemungkinan
terjadinya karies kecil.
Perluasan preparasi dapat dilakukan ke arah :
a. Oklusal.
b. Mesial, distal
c. Bukal, lingual, palatinal
d. Servikal, gingival.
Pelebaran ke arah oklusal dalam prinsipnya harus dimasukkan pit dan fisur.
• Jangan membiarkan overhanging enamel yang tidak didukung oleh dentin yang sehat karena
enamel yang demikian sangat rapuh.
• Bila ada dua kavitas pada fisur dipisahkan oleh lapisan enamel yang tipis, maka lapisan enamel itu
sebaiknya dipreparasi juga.

4.2 REMOVAL OF CARIES (Membuang jaringan karies)


Membuang jaringan karies atau yang diduga akan karies digunakan ekskavator atau bur bulat
kecepatan rendah. Pada kvitas yang dangkal dilakukan serentak karena jaringan karies sudah
terambil ketika membentuk resistance dan retention form. Karies tidak boleh ditinggalkan dalam
kavitas karena bila terjadi kebocoran tumpatan, bakteri yang tinggal di kavitas akan menjadi aktif.
4.3 RESISTANCE FORM (Membuat bentuk resistensi)
Resistance form bertujuan membentuk preparasi kavitas sedemikian rupa sehingga gigi dan
tumpatan cukup kuat menerima tekanan serta menahan daya kunyah. Berikut adalah hal – hal yang
perlu diperhatikan :
• Enamel yang tidak disokong dentin yang sehat dibuang. Bila pada kavitas Klas II overhanging
enamel sedemikian besar, enamel yang tidak disonkong dentin sehat perlu dihilangkan. Dengan
demikian akan menyebabkan sisa jaringan gigi menjadi tipis. Dalam hal ini perlu diisi terlebih dahulu
bagian undermine (dasarnya) dengan semen Zn fosfat.
• Dengan kedalaman kavitas 0,5 mm ke dalam dentin, kekuatan akan bertambah dua kali jika
isthmus didalamkan.
• Isthmus harus dibuat 1/3 – ¼ jarak antar tonjol.
• Line angle harus dibulatkan dan enamel harus didukung dentin yang sehat.
• Selain itu perlu dibuat bevel atau dibulatkan pada axio-pulpa line angle sehingga didapatkan “Bulk
of Amalgam“. Hal ini penting untuk menghindarkan pecahnya amalgam pada daerah tersebut
terhadap daya kunyah. Dengan adanya bevel, maka amalgam di daerah tersebut akan lebih tebal
dan daya kunyah dapat dibagi rata.
• Cavo surface angle harus tegak lurus untuk mengurangi fraktur pinggir restorasi dan memudahkan
carving.

4.4 RETENTION FORM


Retention form bertujuan membentuk kavitas sedemikian rupa sehingga tumpatan tersebut
memperoleh pegangan yang kuat dan tidak mudah bergeser terhadap daya kunyah. Tumpatan tidak
lepas ketika gigi berfungsi.

4.5 CONVENIENCE FORM


Convenience form adalah upaya membentuk kavitas sedemikian rupa sehingga memudahkan untuk
bekerja dengan alat – alat, baik dalam hal preparasi maupun memasukkan bahan tumpatan ke
dalam kavitas.
Pembuatan conviniece form untuk preparasi tumpatan amalgam diperlukan juga sehingga
meluaskan lapangan penglihatan pada waktu preparasi. Misalnya :
• Pada kavitas pit dan fisur, di permukaan luar hanya terdapat kavitas yang kecil dan sempit. Tetapi
bagian dalam kavitas sudah meluas. Sehubungan dengan ini maka kavitas perlu dilebarkan pada
permukaan luar sebelum kavitas sebelah dalam dipreparasi.
• Pada kavitas aproksimal, di mana masih ada kontak dengan gigi tetangga yang letaknya
tersembunyi dan tidak terlihat dari luarnya. Untuk preparasi kavitas tersebut sebelumnya harus
dipreparasi dahulu jaringan gigi sebelah oklusal, bukal, lingual / palatal sekitar aproksimal kavitas
yang baik.
• Memilih alat – alat yang kecil ukurannya.

4.6 FINISHING THE ENAMEL MARGIN (Menghaluskan dinding / tepi kavitas)


Finishing the enamel margin adlah tindakan untuk membuat dinding yang halus dan rata dengan
tujuan mendapatkan kontak marginal yang baik.

4.7 TOILET OF THE CAVITY (Membersihkan kavitas debris / sisa – sisa preparasi)
Toilet of cavity yaitu bertujuan membersihkan kavitas dari debris / sisa – sisa preparasi.
Tingkatan pekerjaan preparasi kavitas yang terakhir ini ialah :
• Kavitas dibersihkan dari debris dengan air.
• Kavitas diperiksa lagi pada kavitas, mungkin masih terdapat jaringan karies yang harus segera
dikeluarkan.
• Kemudian dinding – dinding kavitas, diulas dengan alkohol atau stelirizing agent lain, dan
dikeringkan dengan semprotan udara.
• Kavitas yang telah memenuhi syarat tersebut di atas harus tetap dijaga terhadap semua kotoran –
kotoran, kuman – kuman dan saliva dengan memblokir kelenjar ludah dengan cotton roll sebelum
pemberian basis dan mengisi tumpatan.
2.1 Defenisi Semen Ionomer Kaca (SIK)
Semen ionomer kaca adalah bahan restorasi yang paling akhir berkembang dan
mempunyai sifat perlekatan yang baik. Semen ini melekat pada enamel dan dentin melalui
ikatan kimia. Kekurangan SIK jika dibandingkan dengan bahan tumpatan lain adalah kurang
estestik, sulit dipolish, dan mempunyai sifat brittle (Robert, 2002).
Semen ionomer kaca terdiri dari campuran bubuk dan cairan yang kemudian
dicampur dengan air. Bubuk semen ionomer kaca adalah kaca aluminosilikat dan cairannya
adalah larutan dari asam poliakrilik. Beberapa sifat yang dimiliki semen ionomer kaca adalah
bersifat biokompatibilitas terhadap jaringan gigi, sifat perlekatan baik secara kimia terhadap
dentin dan enamel, serta mempunyai beberapa sifat fisis (Robert, 2002).

Gambar 2.1 Contoh produk Semen Ionomer Kaca

Semen ionomer kaca melepaskan ion fluor dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga
dapat menghilangkan sensitivitas dan mencegah terjadinya karies sekunder. Kemampuan
dalam melepaskan ion fluor terhadap compressive strength dari bahan restorasi Semen
ionomer kaca, mengakibatkan korelasi negatif antara pelepasan
ion fluoride dengancompressive strength. Bahan material yang memiliki tingkat pelepasan
ion fluoride yang lebih tinggi, secara umum mempunyai kekuatan yang lebih rendah dari
material yang memiliki tingkat pelepasan ion fluoride yang rendah (Robert, 2002).
Semen ionomer kaca sering disebut dengan ASPA (Alumine Silicate and polyacrylic
acid ). Reaksi yang terbentuk dari Semen ionomer kaca adalah reaksi antara alumina silikat
kaca dalam bentuk powder dengan asam poliakrilik sebagai liquid. Selain sebagai bahan
restorasi, Semen ionomer kaca dapat digunakansebagai bahan perekat, bahan pengisi untuk
restorasi gigi anterior dan posterior, pelapiskavitas, penutup pit dan fisur, bonding agent pada
resin komposit, serta sebagai semen adhesif pada perawatan ortodontik. Ukuran partikel gelas
Semen ionomer kaca bervariasi, yaitu sekitar 50 µm sebagai bahan restorasi dan sekitar 20
µm sebagai bahan luting (Robert, 2002).

2.2 Komposisi Semen Ionomer Kaca


Semen ionomer kaca terdiri dari bubuk dan cairan yang dapat mengeras setelah
dilakukan manipulasi.
a. Komposisi Bubuk
Bubuk Semen Ionomer Kaca adalah kaca alumina-silikat. Walaupun memiliki
karakteristik yang sama dengan silikat tetapi perbandingan alumina-silikat lebih tinggi pada
semen silikat (Anusavice, 2003).
b. Komposisi Cairan
Cairan yang digunakan semen Ionomer Kaca adalah larutan dari asam
poliakrilatdalam konsentrasi kira-kira 50%. Cairan ini cukup kental cenderung membentuk
gel setelah beberapa waktu. Pada sebagian besar semen, cairan asam poliakrilat adalah dalam
bentuk kopolimer dengan asamitikonik, maleic atau asam trikarbalik. Asam-asam ini
cenderung menambah resktifitas dari cairan, mengurangi kekentalan dan mengurangi
kecenderungan membentuk gel (Anusavice, 2003).
Asam tartarik juga terdapat dalam cairan yang memperbaiki karakteristik manipulasi
dan meningkatkan waktu kerja, tetapi memperpendek pengerasan. Terlihat peningkatan yang
berkesinambungan secara perlahan pada kekentalan semen yang tidak mengendung asam
tartaric. Kekentalan semen yang mengandung asam tartaric tidak menunjukkan kenaikan
kekentalan (Anusavice, 2003).
Ketika bubuk dan cairan semen ionomer kaca dicampurkan, cairan asam akan
memasuki permukaan partikel kaca kemudian bereaksi dengan membentuk lapisan semen
tipis yang akan mengikuti inti. Selain cairan asam, kalsium, aluminium, sodium sebagai ion-
ion fluoride pada bubuk semen ionomer kaca akan memasuki partikel kaca yang akan
membentuk ion kalsium (Ca2+) kemudian ion aluminium (Al3+) dan garam fluor yang
dianggap dapat mencegah timbulnya karies sekunder. Selanjutnya partikel-partikel kaca
lapisan luar membentuk lapisan (Anusavice, 2003).

2.3 Sifat semen ionomer Kaca


a. Sifat Fisis
1) anti karies ion fluor yang dilepaskan terus menerus membuat gigi lebih tahan terhadap
karies.
2) Termal ekspansi sesuai dengan dentin dan enamel
3) Tahan terhadap abrasi, ini penting khususnya pada penggunaan dalam restorasi dari groove
(Power, 2008).
b. Sifat Mekanis
1) Compressive strength: 150 Mpa, lebih rendah dari silikat
2) Tensile strength : 6,6 Mpa, lebih tinggi dari silikat
3) Hardness : 4,9 KHN, lebih lunak dari silikat
4) Frakture toughness : beban yang kuat dapat terjadi fraktur (Power, 2008).
c. Sifat Kimia
semen ionomer kaca melekat dengan baik ke enamel dan dentin, perlekatan ini berupa
ikatan kimia antara ion kalsium dari jaringan gigi dan ion COOH dari semen ionomer kaca.
Ikatan dengan enamel dua kali lebih besar daripada ikatannya dengan dentin. Dengan sifat ini
maka kebocoran tepi tambalan dapat dikurangi. Semen ionomer kaca tahan terhadap suasana
asam, oleh karena adanya ikatan silang diantara rantai-rantai semen ionomer kaca. Ikatan ini
terjadi karena adanya polyanion dengan berat molekul yang tinggi ( Anusavice, 2004).
2.4 Klasifikasi Semen Ionomer Kaca
2.4.1 Klasifikasi Semen Ionomer Kaca Berdasarkan Bahan Pengisi
a. Semen Ionomer Kaca Konvensional
Semen ionomer kaca secara luas digunakan untuk kavitas Klas V, hasil klinis dari
prosedur ini baik meskipun penelitian in vitro berpendapat bahwa semen ionomer kaca
modifikasi resin dengan ketahanan fraktur yang lebih tinggi dan peningkatan kekuatan
perlekatan memberikan hasil yang jauh lebih baik. Beberapa penelitian berpendapat bahwa
versi capsulated lebih menguntungkan karena pencampuran oleh mesin sehingga memberikan
sifat merekatkan yanglebih baik. Penggunaan semen ionomer kaca telah meluas antara lain
sebagai bahan perekat, pelapik dan bahan restoratif untuk restorasi konservatif Klas I danKlas
II karena sifatnya yang berikatan secara kimia pada struktur gigi danmelepaskan fluorida.
Selain itu respon pasien juga baik karena teknik penempatan bahan yang konservatif dimana
hanya memerlukan sedikit pengeboran sehingga pasien tidak merasakan sakit dan tidak
memerlukan anastesi lokal. Meskipun demikian SIK tidak dianjurkan untuk restorasi Klas II
dan klas IV karena sampaisaat ini formulanya masih kurang kuat dan lebih peka terhadap
keausan penggunaan jika dibandingkan dengan komposit (McCabe, 2008).
GIC konvensional pertama kali diperkenalkan pada tahun 1972 oleh Wilson dan Kent.
Berasal dari asam polyalkenoat cair seperti asam polyacrilic dan komponen kaca yang
biasanya adalah fluoroaluminosilikat. Saat bubuk dan cairandi campur terjadi reaksi asam
basa kemudian asam polyalkenoat mengalami percepatan hingga terjadi pengentalan sampai
semen mengeras. Ini dapat dijadikan sebagai bubuk kaca yang melepaskan ion dan larut dengan
campuranyang mengandung asam polyacrilic cair dengan dikeringkan melalui pembekuan
untuk dicampur dengan air murni. Pabrik juga dapat menanbahkan sedikit asam tartaric pada
air yang dapat memperkirakan reaksi pengerasan yang lebih tepat (Gladwin, 2009).
b. Semen Ionomer Hybrid
Komponen bubuk terdiri dari partikel kaca ion-leachable fluoroaluminosilicatedan
inisiator untuk light curing atau chemical curing. Komponen cairan biasanyaterdiri dari air
dan asam polyacrylic atau asam polyacrilyc yang dimodifikasidengan monomer methacrylate
hydroxyethyl methacrylate. Komponen yang duaterakhir bertanggung jawab untuk
polimerisasi. Reaksi pengerasan awal dari bahan ini terjadi melalui polimerisasi dari gugus
methacrylate. Reaksi asam basayang lambat pada akhirnya akan bertanggung jawab pada
proses pematangan yangunik dan kekuatan akhir. Kandungan air secara keseluruhan lebih
sedikit untuk tipe ini untuk menampung bahan yang berpolimerisasi (Gladwin, 2009).
Perbedaan yang paling nyata adalah berkurangnya translusensi dari bahan ini karena
adanya perbedaan yang besar pada indeks pembiasan antara bubuk dengan matrix resin yang
mengeras. Tes in vitro dari semen ionomer hibrid melepaskanflorida dalam jumlah yang
sebanding dengan yang di lepaskan semen ionomer kaca konvensional. Kekuatan tarik dari
ionomer kaca hibrid lebih tinggi dariionomer kaca konvensional. Peningkatan ini di akibatkan
oleh moduluselastisitasnya yang lebih rendah dan deformasi plastis yang lebih banyak
yangdapat di tahan sebelum terjadinya fraktur. Sifat-sifat yang lain sulit untuk dibandingkan
karena formulasi bahan dan cara pengetesan (Lippincot, 2007).
Mekanisme pengikatan terhadap struktur gigi dari semen ini sama denganionomer
kaca konvensional. Aktifitas ionik yang lebih sedikit diharapkan karenaadanya pengurangan
dari asam karboksilat dari cairan ionomer kaca denganmodifikasi resin; namun
bagaimanapun kekuatan ikat pada struktur gigi bisa lebihtinggi dari semen ionomer kaca
konvensional. Bila dibandingkan dengan ionomer kaca konvensional maka ionomer kaca
dengan modifikasi resin memperlihatkankekuatan ikat yang lebih tinggi kepada komposit
berbasis resin. Ini sepertinya dikontrol oleh gugus fungsi non polimerisasi residu didalam
semen ionomer kacakonvensional. Akibat polimerisasi, bahan ini seharusnya memilki
derajat penyusutan yang lebih besar ketika mengeras. Lebih sedikitnya kandungan air
danasam karboksilat juga mengurangi kemampuan semen untuk membasahi substratgigi,
yang dimana akan meningkatkan kebocoran micro dibandingkan semenionomer kaca
konvensional (Anusavice, 2004.)
Biokompatibilitas dari ionomer kaca hibrid dapat dibandingkan dengan ionomer kaca
konvensional. Tindakan pencegahan yang sama harus dilakukan,seperti penggunaan kalsium
hoidroksida untuk preparasi yang dalam. Peningkatan suhu sementara yang berhubungan
dengan proses polimerisasi juga menjadi pertimbangan (Gladwin, 2009).
Karakteristik dari penanganan ionomer kaca hibrid telah diatur sehingga dapat
digunakan sebagai liners atau bases. Kekuatan tekan dan tarik dari liners lebih rendah dari
pada semen restorasi yang lain. Kegunaan yang paling utama dari liners ionomer kaca adalah
untuk bertindak sebagai bahan pengikat lanjut antara gigi dan restorasi komposit. Karena
adanya adhesi pada dentin, maka kemungkinan dari formasi celah pada tepi ginggival yang
terletak pada dentin,sementum atau keduanya disebabkan oleh penyusutan polimerisasi dari
resin (Lippincot, 2007).
Keuntungan dari ionomer kaca di atas resin bonding agent yang menjamin ikatan adhesive,
mengurangi sensitivitas tekhnik dan membentuk mekanisme anti kariogenik melalui
pelepasan florida. Ketika digunakan pada keadaan ini, prosedur yang lebih di anjurkan adalah
tekhik sandwich. Tekhnik ini memberikan keuntungan berupa kualitas yang diinginkan dari
ionomer kaca yang memberikanestetika dari restorasi komposit. Tekhnik sandwich di
rekomendasikan untuk restorasi komposit kelas 2 dan 5 ketika pasien individual memiliki
resiko karies yang tinggi. Hal tersebut berlaku untuk formulasi semen ionomer kaca
konvensional dan semen ionomer kaca hibrid like-curable (Lippincot, 2007).
c. Semen Ionomer Tri-cure
Terdiri dari partikel kaca silicate, sodium florida dan monomer yang dimodifikasi polyacid tanpa
air. Bahan ini sangat sensitif terhadap cairan, sehingga biasanya disimpan didalam kantong
anti air. Pengerasan di awali oleh foto polimerisasi dari monomer asam yang menghasil
bahan yang kaku. Selama restorasi digunakan bahan yang telah di pasang menyerap air di
dalam saliva dan menambah reaksi asam basa antara gugus fungsi asam dengan matrix dan
partikel kaca silicate. Reaksi asam basa yang di induce memungkinkan pelepasan
floridakarena tidak adanya air dalam formulasi, pengadukan semen tidak self-adhesiveseperti
semen ionomer kaca konvensional dan hibrid. Sehingga dentin-bondingagent yang terpisah di
perlukan untuk kompomer yang digunakan sebagai bahan restorasi (Gladwin, 2009).
Akhir-akhir ini, beberapa bahan dengan 2 komponen, yang terdiri dari bubuk dan cairan atu
yang terdiri dari 2 pasta telah dipasarkan sebagai kompomer untuk penerapan luting(luting
application). Bubuknya memiliki komposisi srontium aluminum fluorosilicate, metalik
oksida, inisitor dengan aktivasi kimia atau cahaya. Cairanya terdiri dari monomer asam
karboksilat atau methacrylate yang bisa berpolimerisasi, monomer multifungsional acrylate,
dan air. Sedangkan yang berbentuk pasta memilki bahan yang sama disesuaikan dengan
bubuk dan cairan.Karena adanya air di dalam cairan , maka bahan ini bersifat self-adhesive
danreaksi asam basa dimulai pada saat pengadukan (Lippincot, 2007).
Kekuatan ikat dari kompomer terhadap struktur gigi memiliki rentang yangsama
dengan semen ionomer kaca karena penggunaan dentin-bonding agent. Meskipun kompomer satu pasta
terutama di terapkan untuk restorasi pada area dengan tegangan rendah, data klinis saat ini
dibatasi mengingat penggunaan kompomer untuk restorasi kavitas kelas 3 dan 5 sebagai
alternative ionomer kaca atau komposit resin (Lippincot, 2007).
d. Semen Ionomer Kaca yang diperkuat dengan Metal
Semen glass ionomer kurang kuat, dikarenakan tidak dapat menahan gayamastikasi
yang besar. Semen ini juga tidak tahan terhadap keausan penggunaan dibandingkan bahan
restorasi estetik lainnya, seperti komposit dan keramik. Ada 2 metode modifikasi yang telah
dilakukan, metode I adalah mencampur bubuk logam campur amalgam yang berpartikel
sferis dengan bubuk glass ionomer tipe II. Semen ini disebut gabungan logam campur perak.
Metode II adalah mencampur bubuk kaca dengan partikel perak dengan menggunakan
pemenasanyang tinggi. Semen ini disebut sebagai cermet. Mikrograf skening electron
dari bubuk cermet menunjukan partikel-partikel bubuk perak melekat ke permukaan dari
partikel-partikel bubuk semen. Jumlah dari fluoride yang dilepaskan dari kedua sistem modifikasi
logam ini cukup besar. Namun, fluoride yang dilepaskan dari semen cermet lebih sedikit
daripada yang dilepaskan dari semen ionomer kaca tipe II. Hal ini dikarenakan sebagian
partikel kaca, yang mengandung fluoride telah dilapisi logam. Pada awalnya semen gabungan
melepas lebih banyak fluoride daripada semen tipe II. Tetapi besarnya pelepasan ini menurun
dengan berjalannya waktu. Karena partikel-partikel logam pengisi tidak terikat pada matriks
semen, sehingga permukaan antar semen menjadi berjalan untuk pertukaran cairan. Ini
sangatmeningkatkan daerah permukaan yang tersedia untuk pelepasan fluoride (Anusavice,
2004).
Dengan meningkatnya daya tahan terhadap keausan dan potensi anti-kariesnya, semen-semen
dengan modifikasi logam ini telah dianjurkan untuk penggunaan yang terbatas sebagai
alternative dari amalgam atau komposit untuk restorasi gigi posterior. Meskipun demikian,
bahan-bahan ini masihdiklasifikasikan sebagai bahan yang rapuh. Karena alas an inilah
penggunaan bahan tersebut umumnya terbatas pada restorasi konservatif dan umumnya kelas
I (Lippincot, 2007).
Semen-semen ini mengeras dengan cepat sehingga dapat menerima
tindakan penyelesaian dalam waktu yang relative singkat. Bersamaan dengan potensi adhesi
dan daya tahannya terhadap karies, sifat-sifat menjadikan semen tersebut digunakan untuk
membangun badan inti untuk gigi yang akan diperbaiki dengan mahkota cor penuh. Namun,
karena rendahnya kekuatan terhadap fraktur dan sifatnya yang rapuh, sebaiknya dilakukan
pendekatan yang konservatif. Bahan ini sebaiknya tidak digunakan jika bagian yang akan
menggunakan semen adalah lebih besar 40% dari keseluruhan. Untuk kasus seperti ini
sebaiknya digunakan pasak atau retensi bentuk lainnya (Gladwin, 2009).
2.4.2 Klasifikasi Semen Ionomer Kaca Berdasarkan Kegunaannya
a. Type I – Luting cements
SIK tipe luting semen sangat baik untuk sementasi permanen mahkota,
jembatan,veneer dan lainnya. Dapat digunakan sebagai liner komposit. Secara kimiawi
berikatan dengan dentin enamel, logam mulia dan porselen. Memiliki translusensiyang baik
dan warna yang baik, dengan kekuatan tekan tinggi. SIK yang diberikanpada dasar kavitas
akan menghasilkan ion fluorida serta berkurangnya sensitifitasgigi, perlindungan pulpa dan
isolasi. Hal ini mengurangi timbulnya kebocoranmikro ( micro-leakage) ketika digunakan
sebagai semen inlay komposit atau onlay (Craig, 2004).
b. Type II – Restorasi
Karena sifat perekatnya, kerapuhan dan estetika yang cukup memuaskan, SIK juga
digunakan untuk mengembalikan struktur gigi yang hilang seperti abrasi servikal. Abrasi
awalnya diakibatkan dari iritasi kronis seperti kebiasaan menyikat gigi yang terlalu keras
(Craig, 2004).
c. Type III – Liners and Bases
Pada teknik sandwich, SIK dilibatkan sebagai pengganti dentine, dan komposit
sebagai pengganti enamel. Bahan-bahan lining dipersiapkan dengan cepat
untuk kemudianmenjadi reseptor bonding pada resin komposit (kelebihan air pada matriks SIK
dibersihkan agar dapat memberikan kekasaran mikroskopis yang nantinya akan ditempatkan
oleh resin sebagi pengganti enamel (Anusavice, 2009).
d. Type IV – Fissure Sealants
Tipe IV SIK dapat digunakan juga sebagai fissure sealant. Pencampuran bahan
dengan konsistensi cair, memungkinkan bahan mengalir ke lubang dan celah gigi posterior
yang sempit (Powers, 2008).
e. Type V - Orthodontic Cements
Pada saat ini, braket ortodonti paling banyak menggunakan bahan resin komposit.
Namun SIK juga memiliki kelebihan tertentu. SIK memiliki ikatan langsung ke jaringan gigi
oleh interaksi ion Polyacrylate dan kristal hidroksiapatit, dengan demikian dapat menghindari
etsa asam. Selain itu, SIK memiliki efek antikariogenik karena kemampuannya melepas fluor.
Bukti dari tinjauan sistematis uji klinis menunjukkan tidak adanya perbedaan dalam tingkat
kegagalan braket Ortodonti antara resin modifikasi SIK dan resin adhesif (Powers, 2008).
f. Type VI – Core build up
Beberapa dokter gigi menggunakan SIK sebagai inti (core), mengingat
kemudahanSIK dalam jelas penempatan, adhesi, fluor yang dihasilkan, dan baik dalam
koefisienekspansi termal. Logam yang mengandung SIK (misalnya cermet, Ketac perak,
EspeGMbH, Germanyn) atau campuran SIK dan amalgam telah populer. Saat ini,
banyak SIK konvensional yang radiopaque lebih mudah untuk menangani daripada
logamyang mengandung bahan-bahan lain. Namun demikian, banyak yang menganggapSIK tidak cukup
kuat untuk menopang inti (core). Maka direkomendasikan bahwagigi harus memiliki minimal
dua dinding utuh jika menggunakan SIK (Powers, 2008).
g. Type VII - Fluoride releasing
Banyak laboratorium percobaan telah mempelajari fluorida yang dihasilkan SIK
dibandingkan dengan bahan lainnya. Namun, tidak ada review sistematis dengan atau tanpa
meta-analisis yang telah dilakukan. Hasil dari satu percobaan, dengan salah satu tindak lanjut
periode terpanjang, menemukan bahwa SIK konvensional menghasilkan fluorida lima kali
lebih banyak daripada kompomer dan 21 kali lebih banyak dari resin komposit dalam waktu
12 bulan. Jumlah fluorida yang dihasilkan, selama 24 jam periode satu tahun setelah
pengobatan, adalah lima sampai enam kali lebih tinggidari kompomer atau komposit yang
mengandung fluor (Craig, 2004).
h. Type VIII - ART (atraumatic restorative technique)
ART adalah metode manajemen karies yang dikembangkan untuk digunakan dinegara-negara
dimana tenaga terampil gigi dan fasilitas terbatas namun kebutuhan penduduk tinggi. Hal ini
diakui oleh organisasi kesehatan dunia. Teknik menggunakan alat-alat tangan sederhana
(seperti pahat dan excavator) untuk menerobos enamel dan menghapus karies sebanyak
mungkin. Ketika karies dibersihkan,rongga yang tersisa direstorasi dengan menggunakan SIK
viskositas tinggi. SIK memberikan kekuatan beban fungsional (Craig, 2004).
i. Type IX - Deciduous teeth restoration
Restorasi gigi susu berbeda dari restorasi di gigi permanen karena kekuatan
kunyahdan usia gigi. Pada awal tahun 1977, disarankan bahwa semen ionomer kaca dapat
memberikan keuntungan restoratif bahan dalam gigi susu karena kemampuan SIK untuk
melepaskan fluor dan untuk menggantikan jaringan keras gigi, serta memerlukan waktu yang
cepat dalam mengisi kavitas. Hal ini dapat dijadikan keuntungan dalam merawat gigi pada
anak-anak. Namun, masih diperlukan tinjauanklinis lebih lanjut (Craig, 2004)

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Semen Ionomer Kaca


Sebelum mengaplikasikan bahan GIC seorang operator harus mengetahui kekurangan
dan kelebihan dari bahan yang akan digunakan agar nantinya dapat dipertimbangkan bahan
yang cocok untuk diaplikasikan pada kavitas. Adapun kelebihan dan kekurangan dari bahan
restorasi GIC adalah sebagai berikut :
kelebihan:
1) Potensi antikariogenik
2) Translusen
3) Biokompatibel
4) Melekat secara kimia dengan struktur gigi
5) Sifat fisik yang stabil
6) Mudah dimanipulasi (Craig, 2004).
Kekurangan :
1) Water in and water out
2) Compressive strenght kurang baik
3) Resistensi terhadap abrasi menurun
4) Estetik kurang baik
5) Warna tambalan lebih opaque, sehingga dapat dibedakan secara jelas antara tambalan dengan
gigi asli (Craig, 2004)
2.6 Indikasi dan kontraindikasi
Setiap bahan semen memiliki kelebihan dan kekurangan masing0-masing yang
nantinya dari semua itu dapat dindikasikan untuk kavitas seperti apa bahan tersebut. Untuk
Glas ionomer cement (GIC) sendiri memiliki indikasi dan kontraindikasi sebagai berikut :
Indikasi :
1) Restorasi pada lesi erosi/abrasi tanpa preparasi kavitas
2) Penumpatan pit dan fisura oklusal
3) Restorasi gigi sulung
4) Restorasi lesi karies kl. V
5) Restorasi lesi karies kl. III lebih diutamakan yang pembukaannya arah lingual
6) Reparasi kerusakan tepi restorasi mahkota (Craig, 2004).
Kontraindikasi :
1) Kavitas-kavitas yang ketebalannya kurang
2) Kavitas-kavitas yang terletak pada daerah yang menerima tekanan tinggi
3) Lesi karies kelas IV atau fraktur insisal
4) Lesi yang melibatkan area luas pada email labial yang mengutamakan faktor estetika(Craig,
2004).

2.7 Prinsip preparasi gigi pada GIC


Adapun prinsip dari preparasi gigi pada GIC meliputi 7 prinsip yaitu :
• Outline Form
• Resistance Form
• Retention Form
• Removal of caries
• Finishing of the enamel wall
• Convinience Form
• Cavity toilet
Pada kasus tertentu pada karies, yang mengakibatakn kerusakan hingga mengenai pulpa,
sebaiknya langkah pertama hingga ke lima di letakkan pada langkah ke dua. Apabila terjadi
keadaan seperti ini, sangat penting untuk meletakan base yang sesuai takaran ke dalam
kavitas yang sudah di preparasi preparasi.
1. Outline form
Yaitu garis terluar dari hasil preparasi kavitas yang terdapat di permukaan gigi. Untuk
kelas III mengambil jaringan karies yang disertai pembuatan dovetail dengan cara mengambil
sedikit jaringan sehat sekitarnya. Untuk kelas V sendiri mengambil jaringan karies disertai
pengambilan sedikit jaringan sehat biasanya berbentuk seperti ginjal.
2. Resistance form adalah bentuk dan penempatan dinding kavitas pada kedudukan yang tepat
sehingga rstorasi dan jaringan gigi yang masih sehat dan berfungsi sebagai tempat penahan
dapat bekerja sama dalam menahan tekanan tanpa menimbulkan fraktur.
3. Retention form adalah bentuk dari preparasi kavitas yang tahan terhadap pergeseran atau
hilangnya restorasi dari gaya dorong dan daya angkat. Kebutuhan retensi berhubungan
dengan jenis material restorasi yang digunakan, prinsip dari retention form bermacam-macam
tergantung dari bahan material yang digunakan. Restorasi Glass Ionomer Cement
(GIC) melekat di dalam gigi oleh ikatan kimiawi yang timbul antara material dan gigi yang
dikondisikan.
4. Removal of caries merupakan Pembuangan jaringan karies dentin dan debris-debris pada
dinding kavitas . Karies tidak boleh ditinggalkan didalam kavitas. Sebeb jika terjadi
kebocoran bakteri yang tinggal didalam kavitas akan terjadi aktif dan dapat menimbulkan
gejala sakit dan masalah endodontik
5. Finishing of the enamel wall merupakan Suatu tindakan yang dilakukan untuk membentuk
dinding enamel margin yang halus dan rata agar mendapatkan kontak marginal serta adaptasi
tumpatan yang baik. Penghalusan dinding dan dasar kavitas menggunakan fine finishing bur
sampai halus dan rata. Pada kunjungan berikutnya penghalusan akhir bisa dilakukan dengan
menggunakan bur batu putih (white stone), bur tungsten carbide dan karet abrasif dengan
kecepatan rendah.
6. Convenience form dilakukan dengan cara membentuk kavitas sedemikian rupa untuk
mempermudah pengerjaan kavitas dan memasukkan bahan tumpatan ke \dalam kavitas.
Convenience form dapat diperoleh dengan cara :
– Memperluas preparasi kavitas
– Pemilihan alat yg dapat memudahkan pekerjaan
– Pemasangan separator mekanis untuk retraksi gingiva.
7. Toilet of the cavity merupakan tindakan terakhir dari prinsip preparasi kavitas yang
bertujuan untuk membersihkan kavitas dari debris. Kavitas dibersihkan dengan air hangat,
menggunakan cleanser cavity atau aquadest.

2.8 Manipulasi Semen Ionomer Kaca


Untuk mencapai restorasi yang tahan lama dan prostesis yang tetap kuat, kondisi-
kondisi untuk SIK berikut harus dipenuhi: (1) permukaan gigi yang disiapkan harus bersih
dan kering, (2) konsistensi campuran semen harus memungkinkan untuk dapat melapisiseluruh
permukaan yang bergelombang dan dudukan prostesis, (3) semen yang berlebih harusdikeluarkan pada
waktu yang tepat, (4) permukaan harus selesai tanpa pengeringan yang berlebihan, dan (5)
perlindungan permukaan restorasi harus dipastikan untuk mencegah retak atau disolusi.
Kondisi-kondisi ini serupa untuk aplikasi luting, tetapi tidak dibutuhkan finishing permukaan
(Anusavice, 2009).
Semen Ionomer Kaca merupakan sistem bubuk-cairan yang dikemas di dalam botol
atau kapsul. Botol bubuk harus disentak dengan lembut sebelum pengeluaran. Bubuk dan
cairan dikeluarkan pada paper pad atau glass slab. Bubuk dibagi menjadi dua bagian yangsama.
Bagian pertama dari bubuk dicampur dengan spatula kaku ke dalam cairan sebelum bagian
berikutnya ditambahkan. Waktu pencampuran antara 30 hingga 60 detik, tergantung pada
produk. Semen digunakan segera karena working time setelah pencampuran sekitar 2 menit
pada 22oC. Pendinginan mixing slab memperlambat setting reaction dan
memberikan tambahan working time. Semen tidak boleh digunakan dalam bentuk ”kulit” pada
permukaan atau ketika konsistensi terasa menjadi lebih tebal. Hindari kontak dengan air
selama aplikasi ruangan harus diisolasi sepenuhnya. Semen set di dalam mulut sekitar 7
menit dari awal pencampuran (Powers, 2008).
2.9 Reaksi Pengerasan Semen Ionomer Kaca
Reaksi pengerasan dimulai saat cairan asam polielektrolit berkontak dengan
permukaan kaca aluminosilikat yang kelak akan menghasilkan pelepasan sejumlah ion.
SIK mengalami 3 fase reaksi pengerasan yang berbeda dan saling overlapping. Fase pertama
adalah fase pelepasan ion yang diawali reaksi ionisasiradikal karboksil (COOH) yang
terdapat dalam rantai asam (asam poliakrilat)menjadi ion COO- (ion karboksilat) dan ion H+.
Ion H+ bereaksi pertama kalipada permukaan partikel kaca menyebabkan terlepasnya ion-ion
seperti Ca2+ dan Na+ ke dalam cairan. Kemudian ion H+ tersebut berpenetrasi kembali
hinggamencapai struktur yang kurang terorganisasi menyebabkan terlepasnya ion Al3+. Saat
fase ini, dilepaskan panas dengan suhu berkisar antara 3oC sampai 7oC. Semakin besar rasio
bubuk dan cairan SIK maka panas yang dilepaskan akan semakin besar (Craig, 2004).
Selama tahap awal tersebut terjadi, SIK berikatan dengan struktur gigi. Secarafisik
SIK terlihat berkilau. Penempatan pada struktur gigi harus dilakukan padafase ini karena
matriks poliasam bebas yang dibutuhkan untuk perlekatan ke gigitersedia dalam jumlah yang
maksimum. Pada tahap akhir dari fase pelepasan ionini, yang ditandai dengan hilangnya
tampilan berkilau SIK, matriks poliasambebas bereaksi dengan kaca sehingga kurang mampu
berikatan dengan strukturgigi atau struktur lainnya (Craig, 2004).
Fase kedua dari reaksi pengerasan SIK adalah fase hidrogel. Fase hidrogel terjadi 5
sampai 10 menit setelah pencampuran dilakukan. Selama fase ini, ion-ionkalsium yang
dilepas dari permukaan kaca akan bereaksi dengan rantai poliasam polianionik yang
bermuatan negatif untuk membentuk ikatan silang ionik. Pada fase hidrogel ini mobilitas
rantai polimer berkurang sehingga menyebabkan terbentuknya gelasi awal matriks
ionomer. Selama fase hidrogel berlangsung,permukaan SIK harus dilindungi dari lingkungan
yang lembab dan kering karena ion kalsium yang bereaksi dengan rantai poliasam polianionik
mudah larutdalam air. Jika SIK tidak dilindungi, maka ikatan silang ionik yang mudah
laruttersebut akan melemahkan SIK secara keseluruhan dan terjadi penurunan derajat
translusensi sehingga turut mempengaruhi estetika (Craig, 2004).
Pada fase hidrogel ini, SIK memiliki bentuk yang keras dan opak. Opaksitastersebut
disebabkan adanya perbedaan yang besar pada indeks refraksi antarafiller kaca dan matriks.
Opaksitas SIK ini sifatnya sementara dan akanmenghilang selama reaksi pengerasan akhir
terjadi. Fase terakhir adalah gel poligaram, yang terjadi ketika SIK mencapai pengerasan
akhir, dapat berlanjut selama beberapa bulan. Matriks yang terbentuk akan menjadi mature
ketika ion-ion aluminium, yang pelepasannya dari permukaan kaca lebih lambat, terikat ke
dalam campuran semen membantu membentuk hidrogel poligaram yang menyebabkan semen
menjadi lebih kaku (Anusavice, 2009).
Fase gel poligaram ini menyebabkan SIK terlihat lebih menyerupai gigi, disebabkan
indeks refraksi gel silika yang mengelilingi filler kaca hampir sama dengan matriks. Hal
tersebut menyebabkan berkurangnya penyebaran cahaya dan opaksitas. Jika SIK masih
terlihat opak, maka hal tersebut mengindikasikan bahwa gel poligaram tidak terbentuk
disebabkan karena adanya kontaminasi air. SIK yang telah mengeras secara sempurna terdiri
atas tiga komponen, yaitukaca pengisi, gel silika, dan matriks poliasam(Anusavice, 2009).

2.12 Cara penumpatan


1. Tahapan Isolasi. Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang dibasahi saliva
dan lidah akan menggangu penglihatan. Beberapa metode tepat digunakan untuk mengisolasi
daerah kerja yaitu saliva ejector, gulungan kapas atau cotton roll,dan isolator karet
atau rubbedam(Baum, 1997).
a. Saliva Ejector

Alat ini mempuyai diameter 4 mm. Digunakan untuk menghisap saliva yang tertumpuk
didalam mulut. Penggunaan saliva ejector adalah ujungnya dari diletakkan didasar mulut.
Pada posisi initer kadang membuat pasien tidak nyaman karena diletakkan terus menerus
didasar mulut, di bawah tekanan negatif yang konstan dapat menarik jaringan lunak dan
menimbulkan lesi jaringan lunak.
b. Gulungan Kapas atau Cotton Roll
Gulungan Kapas atau Cotton Roll Digunakan kedokteran gigi memiliki beberpa ukuran
panjang dan besar. Namun yang sering digunakan adalah cotton roll nomor 2 dengan
panjang inchi dan diameter inchi. Cotton roll dapat menyerap saliva cukup efektif sehingga
menghasilkan isolasi jangka pendek pada rongga mulut. Biasanyacotton roll harus sering
diganti karena akan sering terbashi oleh saliva. Penggunaancotton roll bersama saliva
ejector efektif dalam meminimalkan aliran saliva (Roberson dkk, 2002)
c. Isolator karetatauRubber Dam
Dari semua metode isolasi daerah kerja tidak ada yang seefektif dari rubber dam. Lembaran
karet inidengangigi-gigi yang menonjol melalui lubang pada lembaran itu memberikan isolasi
yang positif dan jangka panjang pada gigi yang perlu dirawat. Penggunaan dari rubber
dam merupakan keharusan untuk prosedur operatif. Rubber dam terdiridari 2 bagian yaitu
isolator karet dan klem.
d. Pembersihan Gigi
Gigi dibersihkan dengan rubber cups dan pumice yang dicampur dengan air. Bila ada karang
gigi dibersihkan terlebih dahulu.
e. Tahap preparasi
Gigi fraktur Karena trauma dibuat bavel pada seluruh tepi enamel selebar 2-3 mm dari tepi
kavitas dengan diamond fissure bur dengan sudut 450Gigi dengan karies dibersihkan
dengan diamond fissure bur atau excavator, kemudin dibuat bevel seperti di atas.
Tahap pertama adalah memperoleh akses ke dentin yang terkena karies. Untuk kasus kelas III
akses diperoleh dari pembuangan ridge palatal karena ridge ini tidak didukung oleh dentin
yang sehat. Dinding labial sedapat mungkin dipertahankan mengingat sampai saat ini tak
satupun warna bahan restorasi yang sama persis dengan warna gigi. Akses dari palatal
memang lebih menyusahkan operator namun akses dari labial jarang sekali dilakukan karena
akan menghasilkan estetika yang tidak begitu baik. Akses langsung bisa dilakukan jika gigi
tetangganya tidak ada.
Setelah akses tahap selanjutnya adalah pembuatan ragangan kavitas atau outlinef
orm.Ragangan pada kasus ini hanya dibuat berdasarkan perluasan kariesnya yang mengenai
email dan dentin. Semua email dan dentin yang sebenarnya tidak terserang karies tetapi
kelihatannya sudah lemah harus dihilangkan.
Perluasan kavitas ini sebagai langkah dari pencegahan atau extension for
prevention. Untuk kelas III pada tahap resisten yaitu pembuatanbevel tidak perlu dilakukan
karena menghindari jaringan yang terbuang dan menghindari kontakdengan gigi tetap pada
tetangga. Bentuk kavitas biasanya telah menyediakan retensi yang cukup tanpa membuat alur
retensi khusus. Bentuk retensi pada setiap kasus berbeda tergantung pada besar kavitasnya
apakah kecil atau besar Retensi pada kelas III adalahundercut. Undercut dibuat di dnding
gingival aproksimal dan undercut pendek berupa pit di dinding insisal. Pada restorasi
plastiskommposit proses pengetsaan juga merupakan suatu retensi mekanis. Setelah
preparasi selesai dilakukan tahap selanjutnya perlu dilakukan pengecekan tepi kavitas agar
tidak ada email dan dentin karies yang tersisa sehingga tidak menyebabkan karies sekunder.
Selanjutnya adalah pembersihan kavitas, semua debris dan sisa preparasi diirigasi dengan
aquade ststeril dan kemudian dikeringkan. Terakhir kavitas perlu diperiksa lagi dari berbagai
aspek sebelum dilakukan penumpatan.
2. Tahap Persiapan Bahan
Rasio powder dan liquid yang dianjurkan oleh pabrik. Dilakukan pada paper pad,
Powder & Liquid terpisah. Serbuk dibagi menjadi 2 bagian, I bagian dicampur sampai
konsistensi milky, sisanya di mixing dan dilakukan wkt total 45-60 detik (tgt pabrik)
a. Mixing
• dicampur dengan cepat dengan cara melipat. Pengadukan harus selesai dalam waktu 40 detik.
• Cairan tidak boleh dikeluarkan sampai tepat sebelum waktu pengadukan dilaksanakan (terjadi
penguapan air penaikan viskositas).
• Konsistensi adonan :
Terlihat kental dan berkilat di permukaan asam poliakrilat masih basah & dapat melekat ke
struktur gigi
b. Penempatan bahan ke dalam kavitas
• Adukan semen segera ditempatkan dengan alat plastis filling dan syringe insulin ke dalam
kavitas gigi
• Selanjutnya dipasang sebuah matriks yang sudah dibentuk terlebih dahulu (untuk memberi
kontur)
c. Penyelesaian permukaan dari semen yang telah mengeras
• Prosedur penyelesaian
lanjutan, dianjurkan waktu penyelesaian selama 10 menit
• untuk mengurangi resiko rusaknya permukaan atau warna restorasi menjadi agak kurang
d. Prosedur pasca restorasi
• Tambalan harus dilapisi lagi dengan bahan pelindung karena tepi semen yang terbuka akibat
baru dirapikan masih peka terhadap lingkungan Oleh karena itu, restorasi GIC dilindungi
dengan lapisan varnish atau resin.

2.13 Bahan Pelindung GIC


Keluar masuknya air dari SIK dalam 24 jam pertama akan menurunkan sifat fisik dan
estetik, sehingga diperlukan lapisan pelindung yang kedap air. Beberapa lapisan pelindung
yang saat digunakan adalah varnis dan bonding. Varnis merupakan larutan resin, shellac,
copal, sandarac, dan medikamen lain dalam pelarut yang mudah menguap seperti eter atau
alkohol. Pada penguapannya, varnis membentuk lapisan tipis yang lengket atau film yang
merupakan barier terhadap efek berbahaya dari cairan atau bahan pengiritasi. Varnis yang
diaplikasikan di atas permukaan SIK bertujuan untuk mencegah kontaminasi air dan saliva
selama 24 jam pertama setelah penempatan tumpatan SIK di dalam kavitas.15 Selain itu,
varnis juga digunakan untuk melindungi SIK yang belum mengeras secara sempurna dari
pengeringan akibat perubahan mekanisme hilangnya air. Komposisi yang terdapat di dalam
varnis yang digunakan sebagai bahan pelindung SIK di bawah ini:
a. Komposisi % komponen kimia berdasarkan berat

b. Asetat isopropyl 60-70%

c. Aseton 14%

d. Kopolimer kloride vinil dan asetat vinil 14%


2.1.2 Komposisi Semen Ionomer Kaca (SIK)

SIK terdiri atas:


Bubuk : merupakan asam larut air kalsium aluminosilikat yang mengandung fluor. Terdiri atas silika, alumina,
kalsium fluorida, oksida metal dan metal fosfat pada suhu 1100-1500ºC.

Fungsi komponen SIK:


1) Alumina (Al2O3) : meningkatkan opasitas
2) Silika (SiO2) : meningkatkan translusensi
3) Fluorida: antikariogenik, meningkatkan translusensi, working time, strength
4) Kalsium fluorida (CaF2): meningkatkan opasitas
5) Aluminium fosfat: menurunkan melting time (waktu mencair), meningkatkan translusensi
6) Kriolit (Na3AlF6): meningkatkan translusensi
7) Ion Na, K, Ca, Sr
Fungsi komponen semen ionomer kaca terdiri atas asam poliakrilat dengan konsentrasi sekitar 50%. Asam
poliakrilat yang bertindak sebagai ko-polimer dengan asam lain seperti asam itakonat, maleat, dan trikarboksilat.
Asam polielektrolitik semen ionomer kaca disebut asam polialkenoat.

Komposisi bubuknya terdiri dari kuarsa (SiO2), alumina (Al2O3), aluminium fluorida (AlF3), kalsium fluorida
(CaF2), natrium fluorida (NaF), kriolit (Na3AlF6), dan aluminium fosfat (AlPO4), yang digabung dengan cara dipanaskan
hingga suhu 1100–1500°C sehingga membentuk kaca yang homogen dengan bentuk ikatan
SiO2Al2O3CaF2Na3AlF6AlPO4.Untuk memberikan sifat radiopak maka ditambahkan lantanum oksida (La2O3) dan
stronsium oksida (SrO).
Cairannya mengandung 40-50% larutan 2:1 kopolimer asam akrilik-asam itakonik atau kopolimer asam
maleik / asam akrilik. Asam itakonik atau asam maleik meningkatkan reaktivitas cairan, mengurangi kekentalan, dan
mengurangi kecenderungan menjadi gel. Penambahan komponen asam tartarik untuk memudahkan pelepasan ion
dari bubuk kaca, memperbaiki karakteristik manipulasi, meningkatkan waktu manipulasi, dan memperpendek waktu
pengerasan.

2.1.3 Klasifikasi Semen Ionomer Kaca (SIK)


diklasifikasikan menurut reaksi komponen kimia utama mereka. :
1). Semen ionomer kaca konvensional
Semen ionomer kaca konvensional pertama kali diperkenalkan pada tahun 1972 oleh Wilson dan Kent. Bahan
ini berasal dari asam polialkenoat cair seperti asam poliakrilat dan komponen kaca yang biasanya adalah
fluoroalumino silikat. Reaksi asam basa terjadi saat powder dan liquid dicampur menjadi satu.
2). Resin-modified glass ionomer cement
Resin-Modified Glass ionomer cement mengkombinasikan reaksi asam-basa ionomer kaca tradisional dengan
reaksi polimerisasi amine-peroksida (self-cured). Sistem light-cured ini telah dikembangkan dengan menambahkan
kelompok methacrylate fungsional yang dapat dipolimerisasi dengan photo-initiator pada formulasi ini.
Dikembangkan pada tahun 1992 resin-modified glass ionomer cement dalam bentuk paling sederhana adalah semen
ionomer kaca yang mengandung sedikit komponen resin larut dalam air, yang dapat dipolimerisasi. Bahan yang lebih
rumit telah dikembangkan dengan memodifikasi asam polialkenoat dengan rantai samping yang dapat dipolimerisasi
menggunakan mekanisme light-cured dengan adanya photo initiators, namun pengerasan tetap terjadi melalui reaksi
asam-basa.
3). Metal-reinforced glass ionomer cements
Metal-reinforced glass ionomer cements pertama kali diperkenalkan pada tahun 1977. Penambahan bubuk
campuran perak-amalgam pada bahan konvensional meningkatkan kekuatan fisik semen dan memberikan
radiopasitas. Selanjutnya, partikel perak dilelehkan menjadi serpihan-serpihan seperti kaca, dan sejumlah produk
kemudian muncul dimana kandungan campuran amalgam telah ditetapkan untuk memperbaiki keluhan sampai
tingkat yang dikatakan menghasilkan sifat mekanis optimum untuk metal-reinforced glass ionomer cement

2.1.3 Klasifikasi Semen Ionomer Kaca


Semen ionomer kaca dikategorikan sebagai konvensional, metal inforced dan resin-modified. Klasifikasi semen
ionomer kaca dalam bidang kedokteran gigi ada beberapa tipe yaitu :

Tipe I: Luting cement


Semen ionomer kaca jenis ini sangat disukai karena tidak mengiritasi pulpa, mengikat ke struktur gigi dan
melepaskan fluor.

Tipe II: Restorative cement


Semen ionomer kaca sebagai bahan restorasi tidak digunakan pada daerah yang menerima tekanan kuat karena
mempunyai tensile strength yang lemah. Digunakan sebagai bahan restorasi untuk lesi servikal non karies (misalnya
abrasi sikat gigi) karena semen ini dapat ditempatkan tanpa ada harus membuang jaringan gigi untuk mendapatkan
ikatan mekanis yang berfungsi untuk menahan restorasi. Terdapat dua jenis yaitu Tipe II (a) semen restorative estetis
dan Tipe II (b) semen restorative yang diperkuat.

Tipe III: Basis dan lining


Sebagai lining, semen ini digunakan sebagai pelindung pulpa dari perubahan temperatur bahan kimia restorasi
lainnya dan asam etsa. Semen ini mengandung sedikit bubuk dan diaplikasikan selapis tipis sedangkan sebagai basis,
digunakan untuk menggantikan dentin yang hilang yang pengaplikasiannya lebih tebal dari lining dan memiliki kadar
bubuk yang lebih banyak dan kuat secara fisik.

2.1.4 Kelebihan Dan Kekurangan Semen Ionomer Kaca (SIK)


2.1.4.1 Kelebihan SIK
Sifat signifikan dari glass ionomer adalah adhesi dengan struktur gigi, pelepasan fluorida dalam jangka waktu
yang lama, efek minimal terhadap pulpa, biokompatibel, memiliki koefisien ekspansi termal yang lebih kurang sama
dengan struktur gigi, sewarna gigi, dan toksisitas yang rendah. Namun, peka terhadap dehidrasi dini pada proses
pengerasan, khususnya semen konvensional, dan rapuh/brittle sehingga tidak cocok digunakan pada daerah yang
menerima tekanan. Dilihat dari sifat ini, semen ionomer kaca dapat digunakan sebagai bahan fisur sealant, restorasi
proksimal anterior, restorasi servikal (baik karies dan non-karies), pada gigi sulung, sebagai pelapis dan semen
perekat, dan sebagai bahan band ortodontik dan braket.
2.1.4.2 Kekurangan SIK
Disamping keuntungannya, semen ionomer kaca memiliki beberapa kelemahan seperti waktu kerja pendek,
brittleness, ketahanan terhadap fraktur rendah, daya tahan rendah terhadap pemakaian, rentan terhadap
kontaminasi uap atau dehidrasi selama tahap awal reaksi setting jika dibandingkan dengan amalgam dan bahan resin
komposit modern.

2.1.5 Sifat-sifat SIK


Semen ionomer kaca menunjukkan berbagai sifat dan jelas material yang sangat beragam, yaitu:
a. Adhesi
Adhesi semen ionomer kaca membantu dalam menyediakan pendekatan konservatif untuk restorasi dan perlekatan
yang sempurna.
b. Biokompatibilitas
Pengaruh yang merugikan dari semen ionomer kaca pada jaringan hidup adalah minimal. Tidak ada efek sakit
disebabkan oleh asam poliakrilat karena merupakan asam lemah, yang menjadi lemah ketika sebagian dinetralkan.
Asam ini tidak dapat berdifusi ke dalam tubulus dentin karena berat molekul tinggi dan ikatan rantai yang kuat dan
akan mengendap oleh ion kalsium dalam tubulus.
c. Antikariogenik
Semen ionomer kaca memiliki sifat kariostatik karena pelepasan fluoride jangka panjang, yang memberikan
resistensi terhadap karies tidak hanya pada gigi yang direstorasi tetapi juga pada gigi sebelahnya. Pengaruh fluorida
ditemukan pada zona resistensi terhadap demineralisasi, dengan ketebalan restorasi semen ionomer kaca sekitar
3mm. Fluorida berkontribusi terhadap penghambatan karies dalam lingkungan mulut dengan cara mekanisme
fisikokimia dan biologis.
d. Estetik
Semen ionomer kaca memiliki derajat translusensi karena kandungan kacanya. Translusensi tergantung pada
pembentukannya. Penting untuk dicatat bahwa karena reaksi hidrasi lambat. Translusensi meningkat seiring dengan
usia semen. Resistensi terhadap stein sebagian besar tergantung pada permukaan akhir yang baik. Warna tampaknya
tidak terpengaruh oleh cairan oral dibandingkan dengan komposit yang cenderung untuk menyerap warna.
e. Stabilitas Dimensi
Pada kelembaban tinggi, semen cenderung menyerap air dan meluas dan pada kelembaban rendah, terjadi
penyusutan yang rendah.
f. Ketahanan
Menurut sebuah penelitian, restorasi semen ionomer kaca dievaluasi pada lesi erosi abrasi, 83%
menunjukkan ketahanan bahkan setelah 10 tahun . Tingkat kegagalan berkisar 0-70%, yang lebih diukur dari
keterampilan dokter dari pada kualitas perlekatan bahan.
g. Kekuatan/Strength
Salah satu keterbatasan utama dari semen ionomer kaca adalah kerentanannya terhadap fraktur. Jika
dibandingkan dengan komposit dan amalgam, semen ionomer kaca lebih lemah dan kurang rigid. Kelemahan
tampaknya berada dalam matriks, yang bersifat mudah retak.

2.1.4 Sifat-sifat Semen Ionomer Kaca


2.1.4.1 Sifat-sifat Mekanis
Persyaratan ANSI/ADA Spesifikasi No.96 (ISO 9917)untuk semen ionomer kaca yang digunakan sebagai bahan
restoratif mempunyai ketebalan film sedikit kurang dari 25 µm.14 Pengerasan semen ionomer kaca adalah enam
hingga delapan menit dari awal pencampuran. Compressive strength 24 jam semen ionomer kaca berkisar dari 90
hingga 230 MPa. Nilai kekuatan tensile strength semen ionomer kaca lebih rendah dari resin komposit disebabkan
oleh sifat rapuh semen ionomer kaca. Modulus elastis semen ionomer kaca adalah sebanding dengan resin komposit
dan semen ionomer kaca resin modified. Kekakuan semen ionomer kaca ditingkatkan oleh partikel kaca dan sifat
ikatan ionik antara rantai polimer.
Semen ionomer kaca mempunyai tensile strength antara 1-3 MPa. Kekuatan ikatan semen ionomer kaca agak
lebih rendah dari semen zinc polikarboksilat, mungkin karena semen ionomer kaca lebih sensitif terhadap
kelembaban selama proses pengerasan. Kekuatan semen ionomer kaca telah ditingkatkan dengan pengaplikasian
conditioner yang bersifat asam diikuti dengan aplikasi larutan FeCl3 pada dentin. Nilai kelarutan semen ionomer kaca
yang diukur dalam air secara substansial adalah lebih tinggi dari nilai yang diukur untuk semen lainnya.
2.1.4.2 Sifat-sifat Fisik
Dua sifat fisik penting yang mempengaruhi daya tahan klinis dari bahan restoratif adalah penyerapan air dan
kelarutan bahan.Penyerapan cairan didefinisikan sebagai peningkatan berat bahan restorasi per area atau satuan
volume karena dissolution atau dekomposisi bahan restorasi dalam jangka waktu dan suhu tertentu dalam cairan
rongga mulut. Penyerapan air dapat meningkatkan volume bahan dan dapat bereaksi dengan molekul-molekul
karboksilat dan dapat menyebabkan kerusakan struktur matriks semen ionomer kaca. Sifat penyerapan terdiri dari
kombinasi proses adsorption dan absorption. Adsorption merupakan fenonmena yang berlaku pada permukaan
bahan restorasi manakala absorption adalah proses yang melibatkan penetrasi molekul cairan ke dalam stuktur
padat melalui difusi.
Apabila bahan restorasi semen ionomer kaca direndam atau disimpan di dalam lingkungan air, dua
mekanisme yang berbeda terjadi. Pertama sekali penyerapan air (water sorption) yang berlaku apabila bahan
restorasi semen ionomer kaca ini menyerap air yang menyebabkan meningkatnya berat bahan restorasi ini. Kedua,
pelepasan atau larutnya ion-ion di dalam bahan ini di dalam saliva dalam rongga mulut akan menyebabkan berat
bahan ini berkurang. Penyerapan air dan kelarutan semen ionomer kaca dapat menyebabkan degradasi bahan
restorasi ini yang mengarah ke dekomposisi.4,6 Kondisi yang ditemukan dalam lingkungan rongga mulut khususnya,
diterapkan hanya untuk kelarutan pada jangka waktu yang pendek.
Semen ionomer kaca merupakan bahan yang berbahan dasar air. Air memegang peranan penting pada saat
proses pengerasan. Air merupakan medium reaksi di dalam kation- kation pembentuk semen (kalsium dan
aluminium) yang dilepaskan dan ditransportasikan untuk bereaksi dengan poliasam untuk membentuk suatu matriks
poliakrilat. Air juga berperan untuk menghidrasi silika dan garam-garam poliakrilat metal yang terbentuk. Air dengan
mudahnya hilang dan didapatkan kembali karena adanya ikatan longgar yang sifatnya stabil. Semen dapat stabil
dalam udara dengan kelembaban relatif 80% sehingga pada kondisi kelembaban yang tinggi, semen akan
mengabsorpsi air dan sebagai konsekuensinya ekspansi hidroskopik dapat melebihi setting shrinkage. Kontak awal
semen dengan air dapat mengakibatkan kerusakan. Semen ionomer kaca menyerap air secara cepat terutama pada
hari pertama. Jika semen tidak cukup mengeras, hal ini dapat mengakibatkan rusaknya permukaan semen ionomer
kaca akibat adanya pembengkakan atau hilangnya substansi ke lingkungan mulut yang mengakibatkan kasarnya
permukaan. Tetapi jika semen ionomer kaca terlindungi selama antara 10 dan 30 menit masalah tersebut dapat
diminimalkan. Klinisi harus menjaga agar lingkungan tetap stabil untuk restorasi yang baru ditempatkan dan
melapisinya paling tidak satu jam dan lebih baik lagi jika dilakukan pada satu hari pertama (Causton, 1982). Hal ini
dilakukan untuk mencegah absorpsi air ke dalam semen yang dapat menguraikan ikatan kalsium poliakrilat yang
mudah larut. Jika absorpsi air terjadi pada tahap di mana pembentukan rantai kalsium poliakrilat sedang terjadi,
maka ikatan divalen kalsium poliakrilat yang tidak stabil ini akan larut dan terjadi penurunan sifat fisik dan
translusensi semen. Kalsium poliakrilat, lebih rentan terhadap air dibandingkan dengan aluminium poliakrilat, yang
jumlahnya lebih dominan pada semen yang baru mengalami pengerasan, oleh karena itu dibutuhkan adanya proteksi
pada semen yang baru saja mengeras. Absorpsi air berbeda untuk setiap tipe semen ionomer kaca. Pada semen
ionomer kaca tipe II yang konvensional, kerentanan terhadap air terjadi paling tidak selama 1 hari setelah dilakukan
penumpatan pada struktur gigi, sedangkan pada tipe semen ionomer kaca yang fast set, contohnya semen ionomer
kaca modifikasi resin, kerentanan terhadap air terjadi dalam waktu 5 sampai 6 menit setelah pencampuran antara
bubuk dan cairan semen ionomer kaca dilakukan.

2.1.4.3 Sifat Kimiawi


Semen ionomer kaca mampu merekat secara permanen pada enamel dan dentin. Ini adalah karena adanya
pertukaran ion antara semen dengan jaringan gigi yang kaya dengan ion kalsium dan fosfat mengakibatkan lapisan
semen merekat pada struktur gigi.3,19 Semen ionomer kaca mempunyai adhesi terhadap tubulus dentin melalui
pertukaran ion yang berlaku berdekatan dengan dentin.9 Ia memberikan retensi yang kuat di dalam kavitas yang
telah dipreparasi dan mengelakkan karies sekunder daripada terjadi.3 Di samping itu, harus diaplikasikan surface
retreatement (dentin conditioning) pada kavitas sebelum semen ionomer kaca diaplikasikan. Dentin conditioning
digunakan untuk menguatkan perlekatan secara adhesif bahan restorasi semen ionomer kaca pada permukaan gigi. 3
Kebanyakan bahan restorasi semen ionomer kaca mengalami ekspansi atau penyusutan secara luas dari struktur gigi
atau mengalami perubahan dimensi sewaktu proses pengerasan atau bila terdedah pada kelembaban maupun saliva.
Salah satu karakteristik utama semen ionomer kaca adalah ia mempunyai stabilitas dimensi yang tinggi dan efek yang
dihasilkan langsung menguntungkan pada sifat kesenjangan marginal dan pada tekanan pulpa.
Pelepasan fluor adalah salah satu karakteristik bahan restorasi semen ionomer kaca. Fluor dilepas dari
partikel kaca yang terdapat di dalam semen ionomer kaca ke gigi yang berdekatan dengan tumpatan semen ionomer
kaca.20 Ia mempunyai efek penghambatan karies karena ia bisa menyimpan dan melepaskan fluor untuk jangka
waktu yang panjang. Namun demikian, semen ini mempunyai kapasitas untuk mengambil fluor dari lingkungan
rongga mulut (tergantung pada konsentrasi gradient). Bahan restorasi semen ionomer kaca bertindak sebagai
reservoir fluorida yang diperkirakan mengambil ion fluorida dari lingkungan sekitar dan diperkirakan dapat terus
mempertahankan bahan restorasi semen ionomer kaca.

2.1.4.4 Sifat Biologis


Bahan restorasi semen ionomer kaca mempunyai biokompatibilitas terhadap struktur gigi dan jaringan
pendukung di sekitarnya. Dalam beberapa kasus, terdapat reaksi awal terhadap pulpa yang dapat diatasi seiring
waktu, terutama jika ada dentin barrier. Akan tetapi efek panjang dari aplikasi langsung dari bahan restorasi semen
ionomer kaca pada jaringan pulpa sehingga kini masih tidak diketahui.3, 22 Semen ionomer kaca mempunyai ion-ion
seperti aluminium yang mungkin terlarut dalam rongga mulut yang mungkin memiliki potensi efek biologi. Akan
tetapi, menurut penelitian ion-ion aluminium yang terlarut akan disekresikan keluar dari badan.

2.2. Bahan Pelindung SIK


Keluar masuknya air dari SIK dalam 24 jam pertama akan menurunkan sifat fisik dan estetik, sehingga diperlukan
lapisan pelindung yang kedap air. Beberapa lapisan pelindung yang saat digunakan adalah varnis dan bonding agent.
2.2.1. Varnis
Varnis merupakan larutan resin, shellac, copal, sandarac, dan medikamen lain dalam pelarut yang mudah
menguap seperti eter atau alkohol. Pada penguapannya, varnis membentuk lapisan tipis yang lengket atau film yang
merupakan barier terhadap efek berbahaya dari cairan atau bahan pengiritasi. Varnis yang diaplikasikan di atas
permukaan SIK bertujuan untuk mencegah kontaminasi air dan saliva selama 24 jam pertama setelah penempatan
tumpatan SIK di dalam kavitas. Selain itu, varnis juga digunakan untuk melindungi SIK yang belum mengeras secara
sempurna dari pengeringan akibat perubahan mekanisme hilangnya air.
2.2.2. Bonding Agent
Lapisan pelindung dapat pula diperoleh dengan mengunakan resin bonding agent yang diaktifkan sinar. Resin
bonding agent merupakan material resin yang digunakan untuk membuat bahan tambal komposit menempel untuk
berikatan baik ke dentin maupun ke email.16 Bonding agent ini memiliki viskositas yang sangat rendah. Viskositas
yang rendah akan memberikan adaptasi yang lebih baik antara resin dan permukaan semen, sehingga terbentuk
lapisan yang lebih baik.10 Komposisi bonding agent yang digunakan sebagai bahan pelindung SIK antara lain silika
sebagai filler, BisGMA, HEMA, dimetakrilat, etanol, air, novel photoinitiator system, dan kopolimer fungsional
metakrilat dari asam poliakrilik dan poliitakonik.

Indikasi Semen Ionomer Kaca

· Lesi erosi servikal, kemampuan semen glass ionomer untuk melekatkan secara kimiawi dengan
dentin, menyebabkan semen glass ionomer saat ini menjadi pilihan utama dalam merestorasi lesi
erosi servikal. Bahan ini juga memiliki kekerasan yang cukuo untuk menahan abrasi akibat sikat gigi.
· Sebagai bahan perekat atau luting (luting agent), Karena semen glass ionomer ini memiliki
beberapa keunggulan seperti ikatannya dengan dentin dan email. Aktivitas kariostatik, flow yang
lebih baik, kelarutan yang lebih rendah dan kekuatan yang lebih besar maka sebagai luting agent
semen ini diindikasikan untuk pasien dengan frekuensi karies tinggi atau pasien dengan resesi
ginggiva yang mememrlukan kekuatan dan aktifitas kariostatik misalnya pada pemakai mahkota
tiruan ataupun gigi tiruan jembatan.
· Semen glass ionomer dapat digunakan sebagai base atau liner di bawah tambalan komposit resin
pada kasus kelas I, kelas II, kelas III, kelas V dan MOD. Bahan ini berikatan secara mikromekanik
dengan komposit resin melalui etsa asam dan member perlekatan tepi yang baik. Perkembangan
dentin bonding agents yang dapat member perlekatan yang baik antara dentin dan resin hanya
dapat digunakan pada lesi erosi servikal. Bila kavitasnya dalam atau luas, bonding sering kali gagal.
Untuk memperbaiki mekanisme bonding dan melindungi pulpa dari irirtasi, semen glass ionomer
digunakan sebagaibahan sub bonding
· Sebagai base yang berikatan secara kimiawi di bawah restorasi amalgam mempunyai kerapatan
tepi yang kurang baik sehingga dengan adanya base glass ionomer dapat mencegah karies sekunder
terutama pada pasien dengan insidens karies yang tinggi. Dalam keadaan sperti ini, proksimal box
diisi dengan semen cermet sampai ke dalam 2 mm dan sisanya diisi amalgam.
· Untuk meletakkan orthodontic brackets pada pasien muda yang cenderung mengalami karies
melalui etsa asam pada email. Dengan adanya perlepasan fluor maka semen glass ionomer dapat
mengurangi white spot yang umumnya nampak disekeliling orthondontic brackets.
· Sebagai fissure sealant karena adanya pelepasan fluor. Rosedur ini memerlukan perluasan fissure
sebelum semen glass ionomer diaplikasikan.
· Semen glass ionomer yang diperkuat dengan logam seperti semen cermet dapat digunakan untuk
membangun inti mahkota pada gigi yang telah mengalami kerusakan mahota yang parah.
· Restorasi gigi susu. Penggunaan semen glass ionomer pada gigi susu sangat berguna dalam
mencegah terjadinya karies rekuren dan melindungi email gigi permanen.
· Untuk perawatan dengan segera pasien yang mengalami trauma fraktur. Dalam hal ini semen
menyekat kembali dentin yang terbuk dalam waktu yang singka.
· Sederhana untuk ditangani secara klinik dan tidak mahal.
· Penyatuan kimia dengan enamel dan dentin dalam proses adhesi sehingga tidak bocor
(mikroleakage).
· Secara bekelanjutan ,ion bertukar dengan struktur gigi sehingga membantu proses demineralisasi.
· Sangat estetik dan bisa digabung dengan composite resin jika dibutuhkan.
· Ideal untuk digunakan dalam karies tingkat tinggi karena adanya adhesi kimia dan melepaskan
fluoride secara berkelanjutan.
· Tahan dalam jangka waktu yang lama.
· Restorasi pada lesi erosi/abrasi tanpa preparasi kavitas.
· Penutupan/penumpatan pit dan fisura oklusal.
· Restorasi gigi sulung.
· Restorasi lesi karies klas V.
· Restorasi lesi karies klas III, diutamakan yang pembukaannya dari lingual/palatinal belum
melibatkan bagian labial

Anda mungkin juga menyukai