Anda di halaman 1dari 12

TUGAS BIMBINGAN ENDODONTIK

PERAWATAN SALURAN AKAR

Pembimbing :
drg. Elfira Megasari, Sp. KG

Disusun Oleh:
Ghinda Nevithya 160112170502

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2021
1. Tata Cara Access Opening
Preparasi akses kavitas bertujuan sebagai berikut:

1) Untuk menghilangkan semua karies


2) Melindungi struktur gigi
3) Untuk menghilangkan semua jaringan coronal pulpa (vital/nekrotik)
4) Untuk menemukan orifis saluran akar
5) Untuk memperoleh straight or direct line access pada foramen apikal / ke initial
curvature pada saluran akar
6) Untuk membuat margin restoratif / meminimalisir kebocoran margin pada restorasi gigi

Untuk melakukan preparasi akses kavitas dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:


1) Visualization of the Likely Internal Anatomy

Anatomi internal pada gigi dapat menggambarkan bentuk akses pertama dan sebagai
petunjuk pertama pada saat penetrasi initial bur.

(1) Memvisualisasikan posisi jarak pulpa pada gigi


(2) Visualisasi ini membutuhkan evaluasi atau pemeriksaan penunjang dengan radiografi
periapikal (pemeriksaan anatomi gigi pada bagian koronal, servikal, dan akar)
(3) Melakukan palpasi sepanjang attached gingival untuk mengetahui arah dan lokasi
penetrasi inisial dari bur
(4) Radiografi untuk menentukan posisi kamar pulpa, jumlah akar, dan salurannya serta
perkiraan panjang saluran akar

2) Evaluation of the Cementoenamel Junction and Occlusal Anatomy

Akses kavitas tradisional umumnya bergantung hanya pada anatomi oklusal gigi. Namun
hal ini berbahaya apabila mahkota hancur / telah direstorasi, sehingga lokasi CEJ lebih
diandalkan. Cementoenamel Junction (CEJ) adalah anatomi pada gigi yang menjadi
patokan dalam menentukan lokasi kamar pulpa dan orifis saluran akar. Berikut ini 9
pedoman anatomi kamar pulpa untuk menentukan jumlah dan lokasi orifis kamar pulpa:

(1) Law of Centrality

Lantai kamar pulpa berada di tengah gigi pada tingkat CEJ.


(2) Law of Concentricity

Dinding kamar pulpa konsentris terhadap outline eksternal gigi pada tingkat CEJ.

(3) Law of CEJ

Jarak permukaan eksternal mahkota klinis ke dinding kamar pulpa sepanjang


keliling gigi pada CEJ, membuat CEJ semakin konsisten sebagai petunjuk untuk
menentukan lokasi posisi kamar pulpa.

(4) First Law of Symetry

Orifis saluran akar mempunyai jarak yang sama jauh yaitu dari garis khayal
mesio-distal sampai kamar pulpa, kecuali pada molar RA.

Gambar 2.1 Orifis memiliki jarak yang sama dengan garis M-D sampai kamar pulpa
(5) Second Law of Symetry

Orifis saluran akar terletak pada garis lurus yang tegak lurus dengan garis mesio-
distal tadi.

Gambar 2.2 Orifis tegak lurus dengan garis mesio-distal yg pertama

(6) Law of Color Change

Lantai kamar pulpa selalu lebih gelap dibandingkan dengan dindingnya.

Gambar 2.3 Warna kamar pulpa lebih gelap dari dinding sekitarnya
(7) First Law of Orifice Location

Orifis saluran akar lokasinya selalu dari pertemuan dinding dan lantai.

Gambar 2.4 Orifis selalu terletak pada pertemuan dinding dasar kamar pulpa

(8) Second Law of Orifice Location

Orifis saluran akar selalu terletak di sudut pertemuan lantai dan dinding.

Gambar 2.5 Orifis selalu terletak pada sudut perbatasan dinding-dasar


(9) Thrid Law of Orifice Location

Orifis saluran akar terletak pada perbatasan root developmental line

Gambar 2.6 Diagram PedomanKrasner dan Rankow (tahap 1 dan 2 law of symmetry serta
tahap 1-3 law of orifice location)

3) Preparation of the Access Cavity Through the Lingual and Occlusal Surfaces

Akses kavitas gigi anterior selalu dipreparasi melalui permukaan lingual gigi dan pada
gigi posterior dipreparasi di bagian permukaan oklusal. Hal tersebut dilakukan untuk
mendapatkan akses straight line.

4) Removal of All Detective Restorations and Caries Before Entry Into the Pulp Chamber

Open preparation à letak saluran akar mudah ditemukan, dibentuh, dibersihkan, dan
obturasi mudah dilakukan. Semua dentin karies harus dihilangkan selama akses preparasi
àmencegah larutan irigasi dari kebocoran robber dam ke mulut, mencegah ke saluran
akar. Jika dinding kamar pulpa perforasi waktu menghilangkan karies dentin à saliva
masuk ke ruang pulpa dan dinding à diperbaiki dengan bahan tambalan sementara.

5) Removal of Unsupported Tooth Structure

Setelah preparasi dokter gigi harus menghilangkan struktur gigi yang tidak mendukung
untuk menilai restorability dan mencegah gigi fraktur.

6) Creation of Access Cavity Walls That Do Not Restrict Straight or Direct-line Passage
of Instruments to the Apical Foramen or Initial Canal Curvature.

Penghilangan struktur gigi yang cukup dapat memungkinkan instrumen untuk


ditempatkan dengan mudah ke setiap lubang kanal tanpa gangguan dari dinding saluran.
Desain akses tidak hanya bergantung pada lokasi orifis, tetapi juga pada posisi dan
kelengkungan seluruh saluran. Instrumen akan sulit masuk pada sudut lancip saluran
akar. Hal ini mencegah terbentuknya ledges (saluran baru yang terbuat dari kesalahan
instrumentasi). Kegagalan lain yang mungkin terjadi karena kesalahan perawatan, seperti
perforasi akar, , patahnya instrumen, atau pembentukan saluran yang salah (apical
transportation).

7) Delay of Dental Dam Placement Until Difficult Canals Have Been Located and
Confirmed

Terkadang penempatan rubber dam mempersulit pengevaluasian saluran akar. Cara yang
paling tepat adalah mencabut dental dam terlebih dahulu. Lakukan access opening hanya
hingga tanduk pulpa (tidak mencapai kamar pulpa). Gunakan instrument stainless yang
fleksibel (#04/#06) berbentuk taper. Setelah itu barulah taruh kembali rubber dam
sebelum kamar pulpa dipenetrasi.

8) Location, Flaring, and Exploration of All Root Canal Orifices

Caranya dengan

a. Sondasi/eksplor setiap orasi


b. Eksplorasi terlebih lagi dengan K-files (#06, #08, #10)
c. Instrumen dapat dilubrikasi dengan lubricating agent (RC-PREP)
d. Semua orifis dibuat flaring
e. Hindari jaringan pulpa yang menggumpal yang dapat menghambat apex gigi

9) Inspection of the Pulp Chamber, Using Magnification and Adequate Illumination.

Inspeksi dilakukan dengan DOM, surgical loupes, dan endodontic endoscope. Inspeksi
ini dapat melihat jaringan yang terkalsifikasi, bengkok, constricted, dan perubahan
warna.

10) Tapering of Cavity Walls and Evaluation of Space Adequacy for a Coronal Seal

Access Cavity yang adekuat yaitu luas di oklusal dan mengecil ke apikal. Sebaiknya
material filling mengisi 3.5 mm untuk coronal seal. Tutup orifis dengan komposit/GI/
mineral trioxide untuk mencegah kontaminasi bakteri dan leakage.

2. Definisi IAF dan MAF

2.1 IAF (Initial Apical File)


IAF (Initial Apical File) adalah instrumen atau K-file pertama yang masuk ke dalam
saluran akar yang berukuran sepanjang ukuran panjang kerja (UPK) dan sesuai dengan
diameter gigi yang dikerjakan. IAF dicari dengan mencoba memasukkan satu persatu file
secara berurutan mulai dari K-file nomor terkecil sampai ditemukan nomor terbesar
pertama yang tidak bisa masuk sepanjang panjang kerja. IAF adalah satu nomor lebih
kecil dari K-file tersebut.

2.2 MAF (Master Apical File)

MAF (Master Apical File) adalah instrumen atau K-file terbesar yang digunakan yang
mencapai panjang kerja. MAF berukuran lebih besar 3-4 K-file dari IAF dan lebih
pendek 1 mm dari UPK.

3. Jenis Jarum dan Cara Penggunaannya

NO NAMA ALAT FUNGSI TEKNIK PENGGUNAAN


1 K-FILE  Melebarkan dan  Digunakan dengan tekanan
menghaluskan SA ke lateral (dinding SA)
sambil ditarik keluar dari
SA / Push-pull

NOTE :
 Ulirnya bulat-bulat
 Lebih ramping daripada
reamer
 Ujung alat berbentuk
segiempat
 Ukuran 15 – 40
 Ukuran 45 – 80

2 K-REAMER  Melebarkan dinding SA  Melebarkan SA apabila


 Meletakkan semen dputar kekanan
 Meletakkan semen SA
apabila diputar kekiri
 Memutar 1/4 - 1/2 putaran
NOTE : searah jarum jam kemudian
 Ulirnya lonjong-lonjong diputar sedikit berlawanan
 Lebih gendut dari reamer arah dengan jarum jam dan
 Ujung alat berbentuk ditarik keluar dari SA
segitiga
 Ukuran 15 – 40
 Ukuran 45 – 80
3 BARBED BROACH  Mengambil kapas, paper Masukkan jaruma ke dalam SA,
(JARUM EKSTIRPASI) point yang ada dalam putar perlahan-lahan hingga terasa
kavitas dan saluran akar ada sangkutan lalu tarik
 Mengambil jaringan pulpa
dalam cavum pulpa

 Ukuran 10 – 40
4 SMOOTH BROACH  Diagnosa pada pulpa Jarum diberi stopper sepanjang
(JARUM MILLER)  Menentukan lokasi orifice ukuran panjang gigi rata-rata lalu
 Menentukan panjang SA dikurangi 1 mm

 Ukuran all size

4. Teknik Preparasi Step Back dan Crown Down

4.1 Perbedaan Teknik Step Back dan Crown Down

Perbedaan teknik step back dan crown down terletak dari cara preparasinya. Teknik
step-back dengan cara mengurang panjang kerja kerja secara bertahap menggunakan file
yang terkecil dan preparasinya dimulai pada ¼ apikal. Oleh karena itu, teknik step back
dilakukan dengan mengukur ukuran panjang kerja (UPK) terlebih dahulu. Sedangkan,
teknik crown down diawali dengan menggunakan K-file terbesar untuk melebarkan
bagian 1/3 korona kemudian baru menentukan ukuran panjang kerja (UPK) setelahnya.

4.2 Teknik Step Back

1) Indikasi Teknik Step Back

Teknik step back diindikasikan untuk saluran akar yang sudah tumbuh lengkap, ada
penyempitan saluran akar di apikal, saluran akar yang sempit, dan dapat dilakukan untuk
saluran akar yang lurus maupun bengkok.
2) Tata Cara Teknik Step Back

Teknik ini terbagi menjadi 2 fase yaitu:

a. Fase 1 yaitu preparasi apikal yang dimulai dari kontriksi apikal


b. Fase 2 yaitu preparasi sisa saluran akar yang secara bergradasi semakin
membesar.

Cara Preparasi

a. Fase 1

1. Ukur ukuran panjang kerja (UPK)

2. Periksa dengan jarum 08/10/15 (untuk memastikan adanya saluran akar/eksplorasi


saluran akar, jarum tersebut disebut dengan jarum negosiasi)

3. Masukkan K-file yang sesuai dengan diameter saluran akar dan sepanjang UPK (K-file
tersebut disebut dengan Inisial Apical File (IAF))

4. Lakukan pembesaran saluran akar (agar debris terbuang). Preparasi dilakukan dengan
pengulangan sampai dirasa halus.

5. Lanjutkan dengan K-file yang lebih besar (3 atau 4 K-file, yang disebut dengan Master
Apical File (MAF) dan lebih pendek 1 mm dari UPK. Irigasi dengan NaOCl 2,5%.

b.Fase 2

6. Terus dilanjutkan sampai ukuran K-file 3 lebih besar dari MAF dan lebih pendek 1 mm
(batas K-file terakhir adalah jika K-file diangkat maka sudah tidak ada debris)
7. Lakukan rekapitulasi dengan K-file MAF untuk menghaluskan saluran. Irigasi dengan
NaOCl 2,5%.

4.3 Teknik Crown Down

1) Indikasi Teknik Crown Down

Teknik crown down diindikasikan untuk saluran akar yang bengkok.

2) Tata Cara Teknik Crown Down

1. Gunakan kfile 10 dan 15 sampai 2/3 koronal

2. Lanjutkan dengan membuka jalan/saluran akar dengan file S1

3. Gunakan Sx untuk memperbesar koronal (dapat juga diganti dengan gg (untuk 1/3
koronal) untuk membuang debris agar mempermudah irigasi

4. Tentukan UPK menggunakan K-file 10/15

5. Preparasi saluran dengan F1 dengan gerakan witch winding. K-file diputar 60-90o
setiap putarannya dengan arah searah jarum jam dan diputar kembali berlawanan arah
jarum jam.

Anda mungkin juga menyukai