Pembimbing :
drg. Elfira Megasari, Sp. KG
Disusun Oleh:
Ghinda Nevithya 160112170502
Anatomi internal pada gigi dapat menggambarkan bentuk akses pertama dan sebagai
petunjuk pertama pada saat penetrasi initial bur.
Akses kavitas tradisional umumnya bergantung hanya pada anatomi oklusal gigi. Namun
hal ini berbahaya apabila mahkota hancur / telah direstorasi, sehingga lokasi CEJ lebih
diandalkan. Cementoenamel Junction (CEJ) adalah anatomi pada gigi yang menjadi
patokan dalam menentukan lokasi kamar pulpa dan orifis saluran akar. Berikut ini 9
pedoman anatomi kamar pulpa untuk menentukan jumlah dan lokasi orifis kamar pulpa:
Dinding kamar pulpa konsentris terhadap outline eksternal gigi pada tingkat CEJ.
Orifis saluran akar mempunyai jarak yang sama jauh yaitu dari garis khayal
mesio-distal sampai kamar pulpa, kecuali pada molar RA.
Gambar 2.1 Orifis memiliki jarak yang sama dengan garis M-D sampai kamar pulpa
(5) Second Law of Symetry
Orifis saluran akar terletak pada garis lurus yang tegak lurus dengan garis mesio-
distal tadi.
Gambar 2.3 Warna kamar pulpa lebih gelap dari dinding sekitarnya
(7) First Law of Orifice Location
Orifis saluran akar lokasinya selalu dari pertemuan dinding dan lantai.
Gambar 2.4 Orifis selalu terletak pada pertemuan dinding dasar kamar pulpa
Orifis saluran akar selalu terletak di sudut pertemuan lantai dan dinding.
Gambar 2.6 Diagram PedomanKrasner dan Rankow (tahap 1 dan 2 law of symmetry serta
tahap 1-3 law of orifice location)
3) Preparation of the Access Cavity Through the Lingual and Occlusal Surfaces
Akses kavitas gigi anterior selalu dipreparasi melalui permukaan lingual gigi dan pada
gigi posterior dipreparasi di bagian permukaan oklusal. Hal tersebut dilakukan untuk
mendapatkan akses straight line.
4) Removal of All Detective Restorations and Caries Before Entry Into the Pulp Chamber
Open preparation à letak saluran akar mudah ditemukan, dibentuh, dibersihkan, dan
obturasi mudah dilakukan. Semua dentin karies harus dihilangkan selama akses preparasi
àmencegah larutan irigasi dari kebocoran robber dam ke mulut, mencegah ke saluran
akar. Jika dinding kamar pulpa perforasi waktu menghilangkan karies dentin à saliva
masuk ke ruang pulpa dan dinding à diperbaiki dengan bahan tambalan sementara.
Setelah preparasi dokter gigi harus menghilangkan struktur gigi yang tidak mendukung
untuk menilai restorability dan mencegah gigi fraktur.
6) Creation of Access Cavity Walls That Do Not Restrict Straight or Direct-line Passage
of Instruments to the Apical Foramen or Initial Canal Curvature.
7) Delay of Dental Dam Placement Until Difficult Canals Have Been Located and
Confirmed
Terkadang penempatan rubber dam mempersulit pengevaluasian saluran akar. Cara yang
paling tepat adalah mencabut dental dam terlebih dahulu. Lakukan access opening hanya
hingga tanduk pulpa (tidak mencapai kamar pulpa). Gunakan instrument stainless yang
fleksibel (#04/#06) berbentuk taper. Setelah itu barulah taruh kembali rubber dam
sebelum kamar pulpa dipenetrasi.
Caranya dengan
Inspeksi dilakukan dengan DOM, surgical loupes, dan endodontic endoscope. Inspeksi
ini dapat melihat jaringan yang terkalsifikasi, bengkok, constricted, dan perubahan
warna.
10) Tapering of Cavity Walls and Evaluation of Space Adequacy for a Coronal Seal
Access Cavity yang adekuat yaitu luas di oklusal dan mengecil ke apikal. Sebaiknya
material filling mengisi 3.5 mm untuk coronal seal. Tutup orifis dengan komposit/GI/
mineral trioxide untuk mencegah kontaminasi bakteri dan leakage.
MAF (Master Apical File) adalah instrumen atau K-file terbesar yang digunakan yang
mencapai panjang kerja. MAF berukuran lebih besar 3-4 K-file dari IAF dan lebih
pendek 1 mm dari UPK.
NOTE :
Ulirnya bulat-bulat
Lebih ramping daripada
reamer
Ujung alat berbentuk
segiempat
Ukuran 15 – 40
Ukuran 45 – 80
Ukuran 10 – 40
4 SMOOTH BROACH Diagnosa pada pulpa Jarum diberi stopper sepanjang
(JARUM MILLER) Menentukan lokasi orifice ukuran panjang gigi rata-rata lalu
Menentukan panjang SA dikurangi 1 mm
Perbedaan teknik step back dan crown down terletak dari cara preparasinya. Teknik
step-back dengan cara mengurang panjang kerja kerja secara bertahap menggunakan file
yang terkecil dan preparasinya dimulai pada ¼ apikal. Oleh karena itu, teknik step back
dilakukan dengan mengukur ukuran panjang kerja (UPK) terlebih dahulu. Sedangkan,
teknik crown down diawali dengan menggunakan K-file terbesar untuk melebarkan
bagian 1/3 korona kemudian baru menentukan ukuran panjang kerja (UPK) setelahnya.
Teknik step back diindikasikan untuk saluran akar yang sudah tumbuh lengkap, ada
penyempitan saluran akar di apikal, saluran akar yang sempit, dan dapat dilakukan untuk
saluran akar yang lurus maupun bengkok.
2) Tata Cara Teknik Step Back
Cara Preparasi
a. Fase 1
3. Masukkan K-file yang sesuai dengan diameter saluran akar dan sepanjang UPK (K-file
tersebut disebut dengan Inisial Apical File (IAF))
4. Lakukan pembesaran saluran akar (agar debris terbuang). Preparasi dilakukan dengan
pengulangan sampai dirasa halus.
5. Lanjutkan dengan K-file yang lebih besar (3 atau 4 K-file, yang disebut dengan Master
Apical File (MAF) dan lebih pendek 1 mm dari UPK. Irigasi dengan NaOCl 2,5%.
b.Fase 2
6. Terus dilanjutkan sampai ukuran K-file 3 lebih besar dari MAF dan lebih pendek 1 mm
(batas K-file terakhir adalah jika K-file diangkat maka sudah tidak ada debris)
7. Lakukan rekapitulasi dengan K-file MAF untuk menghaluskan saluran. Irigasi dengan
NaOCl 2,5%.
3. Gunakan Sx untuk memperbesar koronal (dapat juga diganti dengan gg (untuk 1/3
koronal) untuk membuang debris agar mempermudah irigasi
5. Preparasi saluran dengan F1 dengan gerakan witch winding. K-file diputar 60-90o
setiap putarannya dengan arah searah jarum jam dan diputar kembali berlawanan arah
jarum jam.