Anda di halaman 1dari 11

MALOKLUSI

1. Klasifikasi Maloklusi

1.1 Klasifikasi Angle (Neutrooclusion)

a. Kelas 1

Mesiobukal cusp M1 rahang atas berada pada mesiobukal groove rahang bawah.

Gambar 1. Klas 1 Angle

(sumber : Thomas Rakoshi Color Atlas of Dental Medicine)

Kelas 1 Angle memiliki 5 tipe, yaitu :

Tipe 1 : Gigi anterior berjejal

Tipe 2 : Gigi anterior Protrusi

Tipe 3 : Gigi anterior crossbite

Tipe 4: Gigi posterior crossbite

Tipe 5 : Mesial drifting gigi posterior

b. Kelas 2 (Distoclusion)

Gigi geligi rahang bawah lebih retrusi (lebih distal) daripada gigi geligi rahang atas.

Kelas 2 Angle memiliki 2 divisi, yaitu

Divisi 1. Kelas 2 Angle dengan gigi incisor maksila labioversi


Gambar 2. Kelas 2 Angle, Divisi 1

(sumber : Thomas Rakoshi Color Atlas of Dental Medicine)

Divisi 2.Kelas 2 Angle dengan gigi incisor maksila linguoversi.

Gambar 3. Kelas 2 Angle, divisi 2

(sumber : Thomas Rakoshi Color Atlas of Dental Medicine)

c. Kelas 3 Angle (Mesioclusion)

Hubungan gigi geligi rahang bawah lebih anterior (lebih mesial) daripada gigi geligi

rahang atas.

Gambar 4. Kelas 3 Angle


2. Klasifikasi Skeletal

Hubungan rahang satu sama lain juga bervariasi pada ketiga bidang ruang, dan variasi

pada setiap bidang bisa mempengaruhi.

Hubungan posisional antero-posterior dari bagian basal rahang atas dan bawah, satu

sama lain dengan gigi-gigi berada dalam keadaan oklusi, disebut sebagai hubungan

skeletal. Keadaan ini kadang-kadang disebut juga sebagai hubungan basis gigi atau pola

skeletal. Klasifikasi dari hubungan skeletal sering digunakan, yaitu:

1. Klas 1 skeletal-dimana rahang berada pada hubungan antero-posterior yang ideal pada

keadaan oklusi.

kelas I skeletal

2. Klas 2 skeletal-dimana rahang bawah pada keadaan oklusi, terletak lebih ke belakang

dalam hubungannya dengan rahang atas, dibandingkan pada Klas 1 skeletal.


kelas II skeletal

3. klas 3 skeletal-dimana rahang bawah pada keadaan oklusi terletak lebih ke depan

daripada kelas 1 skeletal.

kelas III skeletal

2.5. Klasifikasi Proffit-Ackerman

Di tahun 1960-an, Ackerman dan Profitt meresmikan sistem tambahan informal pada
metode Angle dengan mengidentifikasi lima karakteristik utama dari malocclusi untuk

digambarkan secara sistematis pada klasifikasi. Pendekatan tersebut menutupi kelemahan

utama skema Angle. Secara spesifik, ia (1) menyertakan evaluasi pemadatan dan asimetri pada

gigi dan menyertakan evaluasi incisor protrusion, (2) mengenali hubungan antara protrusion

dan crowding, (3) menyertakan bidang transversal dan vertikal dan juga anteroposterior, dan

(4) menyertakan informasi tentang proporsi rahang pada titik yang tepat, yaitu pada gambaran

hubungan pada tiap bidang. Pengalaman membuktikan bahwa minimal lima karakteristik harus

dipertimbangkan dalam evaluasi diagnostik lengkap.

Klasifikasi merupakan alat penting dalam prosedur perencanaan diagnosis-pengobatan.

Klasifikasi yang ideal akan menyimpulkan data diagnostik dan menunjukkan rencana

pengobatan. Dalam konsep diagnosis, klasifikasi bisa dianggap sebagai reduksi database

menjadi satu daftar masalah pasien.

2.5.1. 5 Karakteristik Sistem Klasifikasi

Dua hal yang secara seksama membantu menganalisis hal ini adalah: (1)

mengevaluasi orientasi dari garis estetik (esthetic line) dari pertumbuhan gigi yang

berhubungan tetapi berbeda dengan fungsi garis Angle pada oklusi dan (2)

menambahkan mengenai 3 dekripsi dimensional dari wajah dan hubungan gigi

dengan karakteristik rotasi sekitar daerah dari setiap alat.

2.5.1.1. Estethic Line of Dentition

Lebih dari satu abad, garis Angle (Angle’s line) pada oklusi digunakan

untuk menggolongkan posisi dari gigi pada lengkung dental dan sebagai

referensi untuk menilai pembentukkan lengkung dan kesimetrian dari lengkung.

Konsep Angle ini menyebutkan jika garis oklusi pada bukal dari lengkung gigi

mandibula letaknya bersamaan dengan garis fossa central dari lengkung gigi

maksila dan gigi terletak pada satu garis lurus maka akan dihasilkan oklusi yang
ideal. Garis dari oklusi tersembunyi dari penglihatan ketika terjadi kontak antara

maksila dan mandibula.

Pada analisis moderen, garis kurva yang lain mengkarakteistikkan

kemunculan dari pertumbuhan gigi sangatlah penting. Garis estetik ini

mengikuti tepi muka dari maksila anterior dan gigi posterior. Orientasi dari garis

ini, seperti pada kepala dan rahang yang dideskripsikan ketika terjadi rotasi

tepat pada (pitch) aksis, perputaran (roll), dan pergeseran (yaw) sebagai

tambahan pada bagian transverse, anteroposterior dan vertikal.

2.5.1.2. Ketepatan, Perputaran, Pergeseran dari dekripsi sitematik

Kunci dari aspek yang telah dijelaskan dari sistem klasifikasi di atas

adalah penggabungan dari analisis sistematik dari skeletal dan hubungan gigi

pada tiga bagian sehingga tingkat kesalahan (deviasi) pada setiap arah dapat

digabunggkan ke dalam daftar masalah pasien. Deskripsi yang lengkap

membutuhkan pertimbangan dari kedua pergerakan secara translasi (ke

depan/ke belakang, ke atas/ke bawah, ke kiri/ke kanan) pada bidang tiga

dimensi dan rotasi mengenai garis tegak lurus pada aksis dengan posisi yang

tepat, berputar atau bergeser (pitch, roll, dan yaw). Pengenalan dari rotasi aksis

ke dalam deskripsi yang sistematis dari ciri dentofacial secara signifikan

meningkatkan ketelitian dari pendeskripsian dan dengan demikian terjadi

peningkatan fasilitas terhadap setiap masalah yang ada.

Ketepatan, perputaran, dan pergeseran dari garis estetik pertumbuhan

gigi berguna untuk mengevaluasi hubungan dari gigi dengan jaringan lunak.

Dari pandangan ini, rotasi ke atas/ke bawah yang berlebihan dari gigi dan

cenderung pada bibir dan dagu dapat diperhatikan sebagai salah satu aspek dari

ketepatan. Ketepatan dari pertumbuhan gigi cenderung pada jaringan lunak di


daerah wajah dan harus dievaluasi dengan percobaan klinis. Ketepatan dari

rahang dan gigi satu dengan yang lainnya serta otot skeletal di wajah dapat

diperhatikan secara klinis, tetapi harus dipastikan dengan menggunakan

cephalometric radiograph pada klasifikasi final, di mana ketepatan dinyatakan

sebagai orientasi/patokan dari palatum, oklusal, dan daerah mandibula ke

bagian horisontal yang benar.

Perputaran (roll) dideskripsikan sebagai perputaran/rotasi ke atas dan ke

bwaha pada satu sisi atau sisi yang lain. Pada percobaan klinis, hal ini sangat

penting untuk menghubungkan orientasi transverse dari gigi ( garis estetik)

dengan kedua jaringan lunak dan skeleton pada wajah. Hubungan dengan

jaringan lunak dievaluasi secara klinis dengan garis intercommissure sebagai

referensi. Baik cetakan maupun foto dapat digunakan untuk menandai bagian

oklusal (Fox plane) yang akan memperlihatkan bagian frontal maupun oblique

ketika bibir tersenyum. Hubungan skeleton wajah memeperlihatkan keterkaitan

dengan garis interokular. Penggunaan Fox plane adalah dengan memberi tanda

pada kemiringan dari bidang oklusi yang dapat memepermudah untuk

memperlihatkan hubungan gigi pada garis oklusal namun dengan perlengkapan

ini tidak mungkin untuk dapat melihat hubungan gigi dengan garis

intercommissure. Hal ini membuat dokter gigi dapat mendeteksi

ketidaksesuaian antara sisi-sisi dari gigi ke bibir yang berjarak 1mm sedangkan

pada orang normal berjarak 3mm.

Rotasi dari rahang dan gigi satu dengan yang lainnya disekitar aksis

vertikal memproduksi skeletal atau ketidaksesuain garis tengah yang disebut

dengan pergeseran. Pergerakan gigi yang relatif ke rahang, atau pergerakan dari

rahang bawah atau rahang atas yang mengambil gigi dengan hal itu, dapat
terjadi. Efek pergerakan, selain gigi dan / atau penyimpangan yang skeletal

midline, biasanya terjadi secara unilateral antara hubungan Kelas II atau Kelas

II molar. Pergerakan yang ekstrim berhubungan dengan asmetris posterior

crossbite, buccal pada satu sisi dan pada bagian lingual yang lain. Pergerakan

meninggalkan klasifikasi sebelumnya, tetapi pada bagian transverse yang

asimetris memudahkan pendeskripsisan hubungan yang akurat.

Penyimpangan midline gigi hanya dapat sebagai bayangan dari salah

penempatan incisive karena gigi yang tumpang tindih. Hal ini harus dibedakan

dari ketidaksesuaian pergerakan dimana seluruh lengkung gigi dapat berputar

di satu sisi. Jika ketidaksesuaian pergerakan terjadi, pertanyaan berikutnya

adalah apakah rahang itu sendiri mengalami penyimpangan, atau apakah gigi

cenderung menyimpang ke arah rahang. Penyimpangan pergerakkan maksila

dapat terjadi namun jarang, suatu kasus asimetri dari mandibula terjadi pada

40% pasien dari pasien normal mandibular pertumbuhan yang berlebihan, dan

pada pasien ini giginya akan cenderung mengalami penyimpangan dalam

penyeimbangan arah ke rahang. Hal ini dapat terdeteksi dengan pemeriksaan

klinis dengan seksama karena mungkin tidak terlihat jelas dalam catatan

diagnostik.

Meskipun merupakan tambahan kepada evaluasi diagnostik, ciri-ciri

dentofacial harus dapat menggambarkan lima karakteristik utama. Pemeriksaan

lima karakteristik utama sesuai dengan urutan akan memeprmudah dalam

mengorganisir informasi diagnostik untuk meyakinkan bahwa tidak ada hal

penting yang terlewatkan.

2.5.2. Klasifikasi berdasarkan karakteristik maloklusi

2.5.2.1. Langkah 1: Evaluasi dari proporsi wajah dan estetika


Langkah ini dilakukan selama pemeriksaan klinis pertama, dimana

asimetris wajah, proporsi wajah anteroposterior dan vertikal, dan hubungan

bibir-gigi (pada saat istirahat dan tersenyum) dievaluasi. Evaluasi ini telah

ditemukan lebih awal pada konteks pertimbangan makro-, mini-, dan mikro-

estetik. Penyatuan data ke dalam skema klasifikasi, menggunakan sumbu rotasi

sebagai tambahan terhadap tiga bidang, yang akan dijelaskan kemudian.

Hasilnya diringkas sebagai masalah positif dari bagian pemeriksaan ini.

Masalah klinis dapat diperiksakan berlawanan dengan fotto wajah dan lateral

cephalometric radiograph, yang mana harus dikonfirmasikan dengan

prtimbangan klinis.

2.5.2.2. Langkah 2 : Evaluasi kesejajaran dan simetri pada dental arches

Langkah ini dilakukan dengan cara memeriksa dental arches dari sisi

oklusal, mengevaluasi pertama simetri pada masing-masing dental arch dan

kedua, jumlah crowding atau spacing. Analisis space mengukur crowding atau

spacing, namun cara/pola ini harus diinterpretasikan dalam jumlah sedikit pada

masalah lain dalam evaluasi keseluruhan pasien. Poin yang utama ialah adanya

atau tidak adanya protusi incisor yang berlebihan, yang tidak dapat dievaluasi

tanpa pnegetahuan mengenai pemisahan bibir pada akhirnya. Untuk alasan

tersebut, hubungan dentofacial dikenal pada pemeriksaan klinis pertama yang

harus dipertimbangkan sesegera mungkin sejalan dengan hubungan gigi dengan

garis oklusi.

2.5.2.3. Langkah 3, Evaluasi rangka dan hubungan gigi pada bidang

transversal

Pada tahap ini, cast dibawa ke dalam oklusi dan hubungan oklusal

diperiksa, dimulai dengan bidang transverse (crossbite posterior). Sisi


objektifnya adalah untuk mendeskripsikan secara akurat oklusinya dan untuk

membedakan antara kontribusi maloklusi rangka dan gigi. Pada poin ini,

evaluasi yang utama adalah dental cast dan radiografi, tapi perlu kita ingat

bahwa baik roll dan yaw pada rahang dan pertumbuhan gigi mempengaruhi

hubungan transverse dentofacial. Faktor-faktor tersebut seharusnya sudah dapat

dikenali pada klasifikasi langkah pertama, dan dapat diperjelas pada langkah

ketiga ini.

Posterior crossbite dideskripsikan pada keadaan molar atas (gbr. 6-71).

Dengan demikian crossbite lingual (atau palatal) maksila bilateral berarti bahwa

molar atas lebih ke posisi lingual dari posisi normalnya pada kedua sisi,

sedangkan crossbite buccal mandibular unilateral berarti molar mandibula

berada pada posisi lebih ke buccal pada satu sisi. Terminologi ini memerincikan

gigi mana (maksila atau mandibula) yang tergeser dari posisi normalnya.

Penting juga untuk mengevaluasi hubungan underlying skeletal untuk

menjawab pertanyaan "Mengapa cross bite dapat terjadi?" di kelainan lokasi

anatomi. Apabila terjadi bilateral pada palatal maksilari, maka masalah

utamanya adalah maksila yang sempit, yang akan membuat basis skeletal pada

crossbite, atau kepada dental arch yang menjadi lebih sempit walaupun lebar

skeletalnya benar?

Lebar dari skeletal maksila dapat dilihat dari lebar palatal vault pada

casts. Apabila dasar dari palatal vault lebar tetapi processus dentoalveolar

masuk ke dalam, maka crossbite disebabkan oleh distorsi dari dental arch.

Apabila palatal vault sempit dan gigi maksila keluar tetapi crossbite,

permasalahannya ada pada skeletal yang dihasilkan dari lebar maksila yang

sempit. Hanya karena disana adalah dental compensations untuk deformasi


skeletal di anteroposterior dan planes vertikal dari space, gigi dapat

berkompensasi untuk masalah transverse skeletal.

Treatment

Pengobatan untuk Kelas I maloklusi umumnya dilakukan pada usia remaja atau
kadang-kadang pada orang dewasa. Maloklusi semacam ini umumnya diobati dengan
menggunakan alat cekat. Pilihan alat dan kebutuhan untuk ekstraksi harus
dinilai berdasarkan kasus individu.
Kasus kelas I skeletal yang didiagnosa sebagai ketidaksesuaian panjang arkus yang parah
dapat diobati pada tingkat pra-remaja dengan serial ekstraksi. Untuk penyelarasan crowding ringan,
ruang dapat dibuat dengan ekspansi arkus (Gbr. 50,4), proclining gigi anterior (Gbr. 50,5), stripping
proksimal (Gbr. 50,6) atau derotasi gigi posterior yang berdekatan (Gbr. 50,7). Proklinasi Bimaxillary
(Gbr. 50,1) dan kasus crowding berat (Gbr. 50,2) mungkin memerlukan ekstraksi semua premolar
pertama atau kedua tergantung pada ruang dan persyaratan anchorage

Anda mungkin juga menyukai