Anda di halaman 1dari 14

TELAAH KASUS

PENYAKIT MULUT
VARIASI NORMAL

Oleh :
Ovy Prima Damara
1311411002

Pembimbing :
drg. Surya Nelis, Sp. PM

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
Nama : Ovy Prima Damara
BP : 1311411002
Preseptor : drg. Surya Nelis, Sp. PM
Tanda tangan :
Tanggal :
A. DATA PASIEN
Nama : Fauziah Anwar
Umur/TTL : 22 tahun / Padang, 22 Juni 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Bakti Abri no 33 A Tabing
Agama : Islam
Pendidikan : Perguruan tinggi
Pekerjaan : Mahasiswa
Status Perkawinan : Belum menikah

B. ANAMNESIS
CC : Ditemukan lapisan berwarna putih kekuningan pada permukaan atas
lidah bagian belakang.
Ditemukan bercak berwarna hitam disepanjang gusi rahang atas dan
rahang bawah.
PI : Pasien tidak menyadari adanya lapisan putih kekuningan pada lidah
Pasien merasakan lidah tebal (+), Perih (-), mulut kering (+), menyikat
lidah (-), bau mulut (+), sikat gigi 2 sehari (pagi dan sore), berdarah saat
menyikat gigi (+) dari 4 tahun yang lalu sampai sekarang dan belum
diobati (+) mengonsumsi obat saat ini (-), mengonsumsi obat jangka
panjang (-), konsumsi makanan lunak (+) ( makan bubur putih (+) 1x
setiap pagi, konsumsi susu cair cream (+) 3 x sehari, makanan panas (+) (4
x seminggu),minuman panas (+) (setiap pagi) konsumsi teh (+)setiap pagi,
konsumsi kopi (-), konsumsi coklat (-), minum air putih 1,5 L/hari.
Pasien menyadari adanya bercak hitam seperti pida pada attached gingiva
rahang atas dan rahang bawah, pasien sadar sejak 5 tahun yang lalu, perih
(-), belum pernah diobati (+), aktifitas luar ruangan (+) (penelitian diluar
ruangan sejak 2 tahun yang lalu- sekarang dari jam 8 pagi- jam 4 sore),
saat menyikat gigi gusi berdarah (+) (sejak 4 tahun yang lalu sampai
sekarang hampir setiap menyikat gigi), merokok (-), tinggal dilingkungan
perokok (+) sejak 15 tahun yang lalu. ibu pasien memiliki kondisi yang
sama (+), saudara sekandung (+), ayah pasien (+).
PMH: Pasien tidak memiliki penyakit sistemik, Pasien pernah dirawat di rumah
sakit (+) (5 tahun yang lalu karena operasi usus buntu), kosnsumsi obat
saat ini (-), konsumsi obat jangka panjang (-), alergi obat (+) (antibiotik
golongan amoxcilin)
PDH: Pasien menyikat gigi 2 x sehari (pagi dan sore), pasien menyikat gigi
dengan teknik horizontal, obat kumur (-), benang gigi (-), gusi berdarah
saat menyikat gigi (+), belum pernah diobat (+), kontrol rutin ke dokter
gigi (-), mengunyah 1 sisi (+) (sisi kiri sejak 10 tahun yang lalu karena
terbiasa), sariawan (+) (berulang setiap akan datang bulan) dan sembuh
dengan sendirinya tanpa diobati.
FH: Ayah pasien memiliki riwayat penyakit diabetes melitus sejak 7 tahun
yang lalu, dirawat di rumah sakit (+) (2 tahun yang lalu), mengonsumsi
obat rutin (+) (setiap hari), Ibu pasien tidak memiliki riwayat penyakit
sistemik, dirawat di rumah sakit (-). saudara kandung tidak memiliki
riwayat penyakit sistemik.
SH: Pasien seorang mahasiswa, sedang menyelesaikan skripsi, sibuk
penelitian, banyak pikiran (+), begadang (+) (sampai jam 2 malam),
tinggal bersama orang tua dan dua orang abang, tinggal dilingkungan
perokok (+), makan teratur (-) (3-5 kali sehari), olahraga rutin (+) (jogging
3 x seminggu setiap sore).

C. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : baik
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi :87x menit
Pernapasan :17x menit
Berat badan : 45 kg
Tinggi badan : 153 cm
EKSTRA ORAL
1. Kelenjar limfa
Submentalis : tidak teraba
Submandibularis kanan : tidak teraba
kiri : tidak teraba
Servikal kanan : tidak teraba
kiri : tidak teraba
2. Wajah : TAK
3. Mata : TAK
4. Bibir : Kompeten
5. TMJ : Kliking (kanan)
INTRA ORAL
1. Lidah

Terdapat lapisan putih kekuningan pada bagian 2/3 posterior dorsal lidah
2. Gingiva

Terdapat bercak hitam memanjang dari distal gigi 17 sampai distal gigi 27
dan terdapat bercak hitam memanjang dari distal gigi 34 sampai distal 44.
D. DIAGNOSIS
1. Coated Toungue
Diagnosis banding :
No Coated Tounge Candidiasis Oral
(Oral Thrush)
1 Gambar

2 Definisi Coated tounge adalah lapisan Candidiasis adalah infeksi


putih kekuningan yang terjadi jamur yang paling umur terjadi
karena pengumpulan epitel, sisa di rongga mulut dan merupakan
makanan dan mikroorganisme. infeksi oportunistik yang apat
berkembang karena dipicu oleh
faktor predisposisi.
3 Etiologi A. Diet Lunak (√) Biasanya disebabkan oleh jamur
B. Tidak menyikat lidah (√) candida albicans, tetapi
C. Oral Hygine yang buruk (√) dipengaruhi oleh faktor
D. Penyakit periodontal (-) predisposisi :
E. Peningkatan usia (-) A. Lokal :
F. Xerostomia (-) - Oral hygene yang buruk (√)
G. Menggunakan gigi tiruan (-) - Xerostomia (-)
H. Merokok (-) - menggunakan gigi tiruan (-)
- penggunaan obat kumur
antibiotik (-)
- merokok (-)
B. Sistemik
- penggunaan antibiotik
spektrum luas (-)
- steroid (-)
- penggunaan obat obat
imunosupresan (-)
-infeksi HIV (-)
-keganasan hematologis (-)
-gangguan endokrin (-)
4 Gejala/ A. Bau mulut (√) A. Mulut kering (√)
gambaran B. Lidah terasa tebal (√) B. sensasi terbakar (-)
klinis C. Lesi berbentuk lapisan C. Rasa tidak nyaman dan
berwarna putih kekuningan sulit menelan (-)
pada dorsum lidah (√) D. Lesi biasanya seperti plak
D. Saat di swab pada kasa bercak putih kekuningan
terangkat dan berwarna (√)
putih tetapi tidak E. Saat di swab pada kassa
meninggalkan jejas terangkatdan meninggalkan
kemerahan (√) jejas kemerahan (-)
5 Persamaan 1. Oral hygiene buruk
2. Xerostomia
3. Pemakaian gigi tiruan
4. Merokok
5. Terdapat lapisan plak putih kekuningan pada dorsum lidah
6 Perbedaan Coated Tounge :
Saat di swab dengan kassa terangkat dan berwarna putih tetapi
tidak meninggalkan jejas eritem dan tidak perih
Candidiasis Oral :
Saat di swab dengan kassa terangkat dan meninggalkan jejas
eritem, perih dan sensasi mulut terbakar.
7 Perawatan - Penyikatan lidah2×sehari - untuk penggunaan topikal :
dengan sikat gigi/ tongue nystatin dan clotrimazole
scraper - untuk penggunaan sistemik:
- mengurangi kebiasaan makan Ketokonazole, flucanazol,
makanan lunak itraconazol
- Pembersihan karang gigi
-Menjaga OHI dengan menyikat
gigi 2×sehari

Pembahasan coated tongue


Coated tounge merupakan masalah umum yang terjadi pada bagian
dorsum lidah. Coated tounge biasanya umum terjadi pada orang dewasa dan
meningkat seiring bertambahnya usia. Coated tounge merupakan kondisi yang
normal pada orang yang memiliki status kesehatan periodontal yang baik serta
pasien yang mengalami gingivitis dan periodontitis. Lapisan putih kekuningan
yang melekat pada dorsum lidah terdiri dari bakteri, desquamasi epitel dari
mukosa mulut, leukosit dari pocket periodontal, dan debris debris nutrisi.
Penelitian mikroskopis tentang ultrastruktur lidahmenunjukkanbahwa
pembentukan coated tongueberkaitan dengan penggandaan sel epitel dan
kuantitasdesmosom dan membran-coating granules. Lebih dari 100 bakteri
dapat melekat pada sel epitel pada dorsum lidah seperti Streptococcus
salivarius, streptococcus mutans, porphyromonas gingivalis, provotella
intermedia, dan sterptococcus mutans.
Coated tounge dapat terjadi karena beberapa faktor seperti kebersihan
rongga mulut, usia, diet, status periodontal, merokok, laju aliran saliva dan
menggunakan gigi tiruan. Pada usia lanjut, coated tounge memiliki prevalensi
yang lebih sering terjadi kerena perubahan kebiasaan diet menuju pemilihan
diet yang lunak, berkurangnya pembersihan alami dari lidah dan ketidak
mampuan secara fisik untuk mengatasi kebersihan mulut serta telah
mengalami penurunan aliran saliva. Selain itu, ketebalan coated tongue akan
semakin bertambah pada pasien penderita penyakit periodontal,
dimanaleukosit meningkat pada saliva pasien dengan penyakit periodontal,
dan lekosit akan terakumulasi pada permukaan lidah.
Makanan lunak memiliki kontribusi signifikan. Hal ini disebebkan oleh
diet makanan lunak yang menyebabkan keratin tidak terangsang untuk
mengelupas. Pada pasien dengan diet makanan lunak, keratin yang harusnya
terdeskuamasi justru membuat retensi untuk makanan lunak tersebut karena
makanan lunak tidak mendorong keratin yang mati dan hanya menggantinya
dengan yang baru. Sehingga papila terlihat lebih panjang karena
ketidaksimbangan keratin yang diproduksi dan yang dibuang. Selain itu
makanan dan minuman yang panas dapat menyebabkan lidah mengalami
iritasi, karena pada dasarnya permukaan lidah merupakan daearah yang rentan
iritasi. Hal tersebut menyebab bagian permukaan lidah membentuk
perlindungan berupa lapisan dari keratin yang telah mati. Dalam keadaan
normal jumlah keratin yang diproduksi sama dengan keratin yang mengelupas
(telah mati). Pada keadaan tidak normal keseimbangan tersebut terganggu
sehingga menyebabkan coated tongue.
Gambaran coated tongue secara klinis berupa pseudomembran yang
menutupi bagian permukaan atas lidah. Selaput ini dapat berwarna putih
kekuningan sampai berwarna coklat.Selaput terdiri dari akumulasi bakteri,
debris makanan, leukosit dari poket periodontal, dan deskuamasi sel
epitel.Selaput ini dapat hilang pada pengerokan tanpa meninggalkan daerah
eritem.
Pengukuran indeks coated tounge menurut indeks Oho dkk (2001)
berdasarkan luas coated tounge dan kedalamannya.

Luas Luas skor x ketebalan skor : Coated Tounge (range 0-6)


P
0 Tidak terdapat coated tounge
e
1 Kecil dari 1/3 dorsum lidah
r
2 1/3-2/3 dorsum lidah
b
3 >2/3 dorsum lidah
e
Ketebalan
d
0 Tidak terdapat coated tounge
a
1 Coated tounge ( papila terlihat)
a
2 Coated tounge ( papila tidak terlihat
n
Coated tongue dan kandidiasis oral dapat dilihat dari penyebab dan
gambaran klinisnya. Kandidiasis oral merupakan infeksi oportunistik yang
disebabkan oleh pertumbuhan berlebih dari Candida albicans. Biasanya
disebabkan oleh jamur candida albicans, tetapi dipengaruhi oleh beberapa
faktor :
A. Faktor Lokal
- Oral hygene yang buruk
- Xerostomia
- menggunakan gigi tiruan
- penggunaan obat kumur antibiotik
- merokok
B. Sistemik
- penggunaan antibiotik spektrum luas
- steroid
- penggunaan obat obat imunosupresan
- infeksi HIV
- keganasan hematologis
- gangguan endokrin
Gambaran klinis dari kandidiasis oral yaitu tampak sebagai plak mukosa
berwarna putih, difus, dan bergumpal yang dapat dikerok namun
meninggalkan permukaan eritem, kasar, atau berdarah. Palatum, lidah, dan
mukosa bukal adalah area yang sering terkena. Kandidiasis oral ini dapat
diobati dengan eliminasi faktor etiologi dan terapi antifungal.
Pasien dengan coated tongue tidak memerlukan perawatan khusus.
Menyikat gigi dan lidah adalah tindakan yang dilakukan secara luas untuk
mengeliminasi coated tongue dan diterima oleh masyarakat sebagai upaya
menjaga kebersihan mulut. Pembersihan lidah juga telah disarankan untuk
mengurangi jumlah debris dan pertumbuhan mikroorganisme di dalam lidah
sehingga dapat mengurangi terjadinya halitosis. Jika disebabkan oleh faktor
periodontal dapat dilakukan eliminasi sebagian bakteri fakultatif anaerob dan
obligat anaerob yang berperan dalam penyakit periodontal. Penelitian yang
dilakukan oleh Querynen, dkk (2011) menunjukkan bahwa penggunaan tongue
scraperuntuk menyikat lidah. Christensen dkk, (1998) menyarankan prosedur
pembersihan lidah seperti, tempatkan alat pembersihan lidah pada daerah
coated tounge. Tempatkan tounge screaper sejauh mungkin pada bagian
posterior dan berikan kekuatan untuk mengangkat mebersihkan coated tounge
dan tarik kedepan secara perlahan, lalu dibawah air mengalir bersihkan tounge
scraper dan ulangi proses pembersihan coated tounge beberapa kali sampai
bersih.
Rencana Perawatan Coated tongue
KIE : Menginformasikan kepada pasienuntuk menyikat lidah dan menyikat
gigi 2 x sehari pagi dan malam sebelum tidur, mengurangi kebiasaan makan
makanan lunak, melakukan pembersihan karang gigi serta instruksikan pasien
kontrol rutin ke dokter gigi 6 bulan sekali.
2. Pigmentasi Gingiva
Diagnosis banding :
No Pigmentasi Gingiva Smokers Melanosis
1 Gambar

2 Definisi Pigmentasi gingiva adalah Smokers melanosis adalah


pigmentasi normal berwarna suatu perubahan warna yang
hitam atau coklat karena khas pada permukaan
peningkatan produksi mukosa yang terpapar
melanin pada mukosa mulut, tembakau,terjadi karena
bersifat fisiologis dan sering proses fisiologis yang tidak
terjadi pada individu berkulit normal.
gelap.
3 Etiologi Idiopatic (√) Merokok (-)
Pengguna tembakau (-)
 Peningkatan produksi  Peningkatan produksi
melanin pada lapisan melanin karena
basal yang berkontak rangsangan asap rokok.
langsung dengan
epidermis.

4 Gejala/ Gejala tidak ada. Gejala tidak ada


gambaran Gambaran klinis : Gambaran klinis :
klinis  Lesi sering tampak  Lesi tampak berupa
berupa bercak seperti bercak luas yang
pita gelap berwarna berwarna hitam
hitam kecoklatan yang kecoklatan(√)
lebar dan memanjang (√)
 Biasanya sering terjadi  Biasanya asimetris, dan
pada attached gingiva paling sering tampak
(√) pada gingiva labial
anterior rahang
bawah(√)
 Diikuti oleh mukosa  Diikuti oleh
bukal, palatum dan palatum,dan mukosa
bibir(-) bukal (-)
5 Persamaan 1. Lesi fisiologis
2. Lesi tampak seperti bercak dan memanjang berwarna
hitam kecoklatan dan paling sering terjadi pada attached
gingiva
6 Perbedaan Pigmentasi Gingiva:
Proses fisiologis normal disebabkan oleh peningkatan
produksi melanin yang dipengaruhi oleh berbagai fakor.
Smokers Melanosis :
Pigmentasi yang disebabkan oleh kebiasaan merokok dan
menggigit tembakau dan deposisi melanin karena asap
rokok dan tingkat keparahannya tergantung pada durasi
merokok dan dosis nikotin yang dikonsumsi.
7 Perawatan Menjelaskan kepada pasien Menjelaskan kepada pasien
bahwa ini bukan penyakit bahwa ini bukan penyakit
melainkan variasi normal dan tidak perlu dilakukan
dan pengobatan tidak perlu pengobatan, tetapi
dilakukan. disarankan untuk
menghentikan merokok.

Pembahasan Pigmentasi gingiva


Pigmentasi gingiva merupakan pigmentasi fisiologis yang biasanya terjadi pada
dekade kedua kehidupan. Pigmentasi ini tidak menunjukkan gejala dan tidak
memerlukan perawatan. Pigmentasi bisa terjadi secara bilateral, unilateral, berbentuk
pita, makula biasanya melibatkan permukaan attached gingiva dan bisa tersebar ke
jaringan mulut lainnya. Pigmentasi fisiologis ini tidak terjadi karena peningkatan
melanosit tetapi disebabkan terjadinya peningkatan produksi melanin. Melanin
biasanya ditemukan disekitar keratinosit basal yang berkontak langsung dengan
jaringan epidermis. Pigmentasi fisiologis terjadi karena aktifitas melanin yang banyak
melebihi jumlah melanosit yang ada.
Proses pigmentasi gingiva terdiri dari 3 fase:
1. Aktifasi melanosit : aktifasi melanosit terjadi karena adanya rangsangan yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti paparan asap rokok, perubahan hormon
dan sinar matahari yang menstimulasi meningkatnya melanin.
2. Sintesis melanin : Pada fase sintesis, melanosit membentuk butiran butiran yang
disebut lanosom. Proses ini terjadi ketika enzim tirosinase mengubah tirosin
menjadi asam amino menjadi molekul DOPA (dhroxypenilalanine). Tirosin
mengubah DOPA menjadi dopanquine kimia sekunder dan dopaquinne diubah
menjadi eumelanin (memberi warna gelap) dan pheomelanin (memberi warna
terang).
3. Ekspresi melanin : pada fase ini, melanosom diubah dari melanosit menjadi
keratinosit yang terletak pada lapisan epidermis kulit. Setelah itu, melanin tampak
pada kulit.
Klasifikasi pigmentasi gingiva menurut DOPI :
0 : Tidak terdapat pigmentasi gingiva ( gingiva berwarna pink-coral)
1 : Terdapat pigmentasi gingiva sedikit (gingiva berwarna coklat terang)
2 : Terdapat pigmentasi gingiva sedang (sedikit kecoklatan dan bercampur dengan
warna pink)
3 : Terdapat pigmentasi gingiva berat (coklat gelap atau coklat kehitaman)
Warna kulit bisa mempengaruhi aktifitas produksi melanin. Semua orang kecuali
albino memiliki kemungkinan untuk mengalami distribusi melanin fisiologis
diseluruh epidermis. Eumelanin (melanin gelap) biasanya diproduksi lebih banyak
pada individu kulit gelap dan rambut gelap. Melanosit pada individu berkulit gelap
dan hitam sangat reaktif, berbeda dengan individu berkulit terang. Pigmentasi gingiva
sering terjadi pada kelompok etnis Afrika, India, Asia dan Mediterannia. Hal ini
terjadi karena hiperaktifitas melanosit yang ditentukan secara genetik. Pigmentasi
gingiva merupakan sifat genetik yang terjadi pada beberapa populasi yang disebut
sebagai pigmentasi fisiologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, prevalensi
pigmentasi melanin pada satu populasi genetik yang sama terlihat 89% memiliki
pigemntasi gingiva, sehingga pigmentasi gingiva bisa berkaitan dengan faktor genetik
dan pengaruh lain sepeti faktor lingkungan dan kebiasaan merokok.
Intensitas pembentukan melanin dapat terjadi karena peningkatan radiasi ultra
violet ke lapisan epidermis. Pola pigmentasi melanin ditentukan oleh kebutuhan untuk
mensintesi vitamin D3 dan fotoproteksi faktor. Populasi manusia yang sering terkena
sinar matahari dan mempunyai tempat tinggal dekat dengan garis khatulistiwa
biasanya mengalami produksi eumelanin yang lebih.
Penyakit periodontal bisa juga mempengaruhi perubahan warna pada mukosa
mulut. Pigmentasi gingiva bisa diperparah oleh gingivitis, Hal ini terjadi karena
adanya peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Vinni, dkk (2017) melakukan
penelitian tentang hubungan status periodontal dengan pigmentasi gingiva dan
didapatkan hasil bahwa tingkat pigmentasi melanin pada gingiva berhubungan dengan
status periodontal dan bisa dijadikan sebagai penanda awal terjadinya penyakit
periodontal.
Perbedaan pigmentasi gingiva dan smokers melanosis dapat dilihat dari penyebab
terjadinya. Smokers melanosis biasanya terjadi pada seorang perokok yang dikaitkan
dengan durasi merokok dan dosis nikotin dari rokok. Smokers melanosis
menyebabkan perubahan aktifitas melanin di rongga mulut karena rangsangan asap
rokok, sedangkan pigmentasi gingiva terjadi karena perubahan melanin yang
dipengaruhi oleh genetik, faktor fisiologis dan pengaruh sinar matahari. Untuk
gambaran klinis, tidak ada perbedaan yang signifikan antara pigmentasi gingiva dan
smokers melanosis.
Rencana Perawatan Pigmentasi Gingiva
KIE : Menginformasikan kepada pasien bahwa ini bukan penyakit melainkan variasi
normal karena peningkatan melanin yang dipicu oleh berbagai faktor seperti genetik,
sinar matahari, oral hygiene dan pengobatan tidak perlu dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Christensen JD. (1998). Why clean your tounge ? JADA:129:1607-1609

Eid HA, Syed S, Soliman AN. 2013. The role of Gingival Melanin Pigmentation in
inflamation gingiva , based on genetic analysis,.J Int Oral Health;5(4):1-7

Greenberg, M.S., Glick, Michael, dan Ship, J.A. (2008). Burket’s Oral
Medicine.Edisi 11. India: BC Decker

Ghom, A.G. (2010). Teksbook Of Oral Medicine. Edisi 2. India: Jaypee Bothers
Medical Publisher.

Gulati, N et al. (2016). Gingival Pigmentation : Revisited. J Adv Med Dent Scie Res;
4(1): 48-57

Lawande, Sandep dan Gayatri, Sandep. (2013). Hygiene and its significance in the
control halistosis. J Orofac Res 2013;3(4):256-262

Ongole, Ravikiran dan B.N. Praveen. (2013). Textbook of Oral Medicine,


OralDiagnosis and Oral Radiology. Edisi 2. India: Elsevier

Poneiyan, Deepa et al. (2014). Correlating skin colour with gingival pigmentation
patterns in south indian. A crossectional study. OHDM;Vol 13. No 1

Quirynen, M et al. (2004). Impact of tongue cleansers on microbial load and taste. J
Clin Periodontol.

Rosing CK dan Loesche W. (2011). Halistosis : an overview of epidemiology,


etiology and clinical management. Braz Oral Res;25(5):466-71

R.A Abdel Moneim et al. (2017). Gingival Pigmentation (cause, treatment and
histological prewiew) . Future Dental Jurnal (3) :1-7

Regazi, Joseph., Scubba, James dan Jordan, Richard. (2003) . Oral Pathology :
Clinical Patholigic Correlation. Edisi 4. USA : Elsavier Scince

Vinni, Goyal et al. (2017). Correlation of smoking, periodontal health status and
gingival melanin pigmentation. IJHSR;Vol 7(1).

Anda mungkin juga menyukai