Anda di halaman 1dari 8

DENTAL SIDE TEACHING

PERAWATAN SALURAN AKAR PADA GIGI 46


DIAGOSA NEKROSE PULPA

Oleh :
Rizki Dwi Lestari
1311411033

Pembimbing :
Drg. Deli Mona, Sp. KG

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019

1
A. Data Perorangan
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 19 Tahun
Alamat : Pauh, Padang
No. Rekam Medis : 14822
Elemen Gigi : 46

Gambar 1. Odontogram
Keterangan :
Gigi 15 : Restorasi resin komposit pada bagian mesial
Gigi 36 : Restorasi resin komposit pada bagian oklusal
Gigi 46 : Karies media oklusal (site 1, size 3) (keluhan utama pasien)

B. Pemeriksaan Subjektif
1. Chief complain
Pasien datang dengan keluhan gigi geraham rahang bawah kanan berlubang besar dan
sakit berdenyut sehingga ingin dirawat.
2. Present illness
Pasien mengeluhkan gigi berdenyut sudah sekitar 2 minggu yang lalu. Awalnya gigi
berlubang, lalu pasien pergi ke dokter gigi dan ditambal dengan tambalan sementara
sekitar 1 tahun yang lalu. Sekitar 6 bulan setelah ditambal sementara, tambalannya
lepas dan gigi mulai terasa ngilu saat makan manis dan terkena air dingin. Sekitar 2
minggu yang lalu gigi terasa berdenyut spontan saat malam hari dan diobati dengan
dumin dan sakit hilang. Pasien mengaku gusi disekitar gigi yang dikeluhkan tidak
pernah bengkak.
3. Post dental history
Pasien pernah datang ke dokter gigi 1 tahun yang lalu untuk menambal sementara gigi
yang dikeluhkan. Pasien menyikat gigi 2x sehari (pagi dan malam) dan tidak
menggunakan obat kumur dan benang gigi. Pasien memiliki kebiasaan mengunyah
dua sisi.
4. Post medical history

2
Pasien mengaku tidak memiliki penyakit sistemik, tidak pernah dirawat di rumah
sakit, tidak pernah mengonsumsi obat rutin atau jangka panjang. Pasien tidak
mempunyai riwayat alergi obat, namun pasien mengaku alergi makanan yaitu salak.
5. Family history
Ibu : tidak ada riwayat penyakit sistemik
Ayah : tidak ada riwayat penyakit sistemik
Saudara kandung : tidak ada riwayat penyakit sistemik
6. Social history
Pasien seorang mahasiswa, sibuk kuliah dari pagi sampai siang, istirahat cukup.
Pasien rajin mengonsumsi air putih, buah dan sayur, pasien tidak mengonsumsi teh
dan kopi secara rutin. Pasien tidak merokok dan jarang olahraga.

C. Pemeriksaan Objektif

Gambar 2. Foto klinis gigi 46 sebelum perawatan. Terdapat karies pada bagian oklusal
gigi 46.
Gigi 46 mengalami karies media pada bagian oklusal (1,3). Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan terhadap gigi 46, berupa tes :
Perkusi (+)
Palpasi (-)
Tekan (-)
Termal (-)
Mobility (-)
OHI Baik
Fistula tidak ada

D. Pemeriksaan Radiografis

Gambar 3. Radiografi periapikal gigi 46 sebelum perawatan.


Berdasarkan hasil rontgen terlihat bahwa pada gigi 46 terdapat :

3
 Akar distal sedikit bengkok serta adanya akar tambahan pada bagian distal
 Gambaran radiolusen pada bagian akar mesial gigi.
 Terdapat pelebaran ligamen periodontal dan lamina dura terputus.
E. Diagnosis
Gigi 46 nekrose pulpa disertai abses apikalis kronis
F. Rencana Perawatan
1. Dental Health Education (DHE)
2. Perawatan saluran akar gigi 46
3. Restorasi akhir berupa restorasi indirect
G. Prognosis
Dari pemeriksaan yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa prognosa baik karena :
1. Masih banyak struktur jaringan gigi yang tersisa sehingga memudahkan dalam
pengerjaan dan perencanaan restorasi akhirnya.
2. Pasien kooperatif
3. Usia pasien masih muda
4. Keadaan tulang masih cukup baik

H. Alat dan Bahan


Alat Bahan
 Diagnostic set  Cotton roll dan cotton pellet
 Penggaris  Kapas
 Bur set ( cylindrical diamond bur,  Alkohol
fissure diamond bur, self-end bur  NaOCl 2,5%
atau bur diamendo, round metal  Chlorhexidine 2%
bur, enhance bur)  Aquadest
 Jarum miller (smooth broach)  Ca(OH)2
 Jarum ekstirpasi (barbed broach)  Paper point
 Sonde lurus dan sonde berkait  Kaviton (tambalan sementara)
 File endodontic  Gutta percha
 Hand instrument proTaper  Endomethasone (sealer)
 Spuit untuk irigasi  GIC lining
 Lentulo
 Root canal plugger dan root
canal spreader
 Lampu spiritus
 Glass Lab
 Plastis instrumen

4
 Endometer

I. Tahap Pekerjaan
Kunjungan I
1. Pemeriksaan subyektif, obyektif, foto intra oral, radiografi, penentuan
diagnosis, dan penentuan rencana perawatan.
2. DHE (Dental Health Education)
3. Rontgen foto
Foto rontgen digunakan untuk melihat kondisi gigi dan menghitung panjang
kerja.
Panjang gigi sebenarnya = a x b
c
keterangan : a= panjang gigi pada rontgen foto = 21 mm (mesial
dan distal)
b= panjang mahkota klinis = 6 mm
c= panjang mahkota pada rontgen foto = 7 mm
Panjang gigi sebenarnya =
Panjang gigi : mesial : 18 mm
Distal : 18 mm
Panjang kerja = panjang gigi – 1mm
Panjang kerja estimasi = mesial : 17 mm
distal : 17 mm

Kunjungan II
a. Pengisian dan penandatanganan informed consent
b. Preparasi akses
a. Buang semua jaringan karies dengan round metal bur dan email yang tidak
didukung oleh dentin sehat dengan fissure diamond bur.
b. Akses preparasi dari oklusal dengan menggunakan round diamond bur.
c. Membuang semua atap kamar pulpa dengan diamendo bur.
d. Membuang isi kamar pulpa dengan excavator endo.
e. Mencari orifis dengan jarum miller (smooth broach) atau sonde lurus.
f. Irigasi dengan NaOCl 2,5% dan aquadest secara bergantian. Irigasi dengan
menggunakan spuit untuk irigasi secara perlahan.

c. Preparasi Saluran Akar menggunakan teknik crown down


a. Tentukan akses saluran akar secara lurus dengan jarum miller.

5
b. Eksplorasi saluran akar secara pasif menggunakan K-file no 6, 8, 10, 15 hingga
2/3 panjang kerja yang telah ditentukan. Lakukan irigasi dengan NaOCl 2,5%
kemudian dengan aquadest..
c. Lakukan coronal flaring dengan memasukkan shaping file no 1 (S1) hingga 2/3
panjang kerja yang telah ditentukan dengan gerakan rotasi searah jarum jam
terus menerus lalu keluarkan dengan arah berlawanan. Irigasi menggunakan
NaOCl 2,5% dan aquadest.
d. Masukkan K-file no 6, 8, 10, dan 15 sepanjang kerja yang telah ditentukan,
lakukan irigasi dengan NaOCl 2,5% kemudian dengan aquadest. Kemudian
masukkan S1 sepanjang kerja dengan gerakan rotasi terus menerus sampai
dinding saluran akar halus, lakukan rekapitulasi dengan K-file no 8 dan 10.
Irigasi saluran akar menggunakan NaOCl 2,5% kemudian dengan aquadest.
e. Gunakan protaper S2 sepanjang panjang kerja dengan gerakan rotasi searah
jarum jam terus menerus sampai dinding saluran akar halus, lalu keluarkan
dengan arah berlawanan. Irigasi dengan NaOCl 2,5% kemudian dengan
aquadest, dan rekapitulasi dengan K-file no 10 dan 15 sesuai panjang kerja.
f. Masukkan F1 ke dalam saluran akar sesuai panjang kerja, rekapitulasi dengan
K-file no 15 dan 20, lalu irigasi dengan NaOCl 2,5% kemudian dengan
aquadest. Preparasi dapat dihentikan jika telah ada apical gauging dan sudah
sesuai dengan panjang kerja. Perhatikan tidak ada lagi jaringan nekrotik saat
irigasi.
g. Pada tiap pergantian file, lewatkan K-file no 8 sepanjang 1 mm lebih panjang
dari panjang kerja untuk apical patency.
h. Genangi saluran akar dengan NaOCl 2,5% selama 5-10 menit kemudian dengan
aquadest.

Gambar 4. Protaper for hand use

d. Keringkan saluran akar dengan paper point


e. Genangi saluran akar dengan chlorhexidine 2% selama 30 - 60 detik.
f. Keringkan saluran akar dengan paper point.
g. Aplikasikan pasta kalsium hidroksida pada saluran akar sepanjang kerja sampai orifis.
h. Letakkan cotton pellet kering di atas nya.
i. Tutup dengan tambalan sementara.

6
j. Instruksi pasien untuk kontrol setelah 2 minggu.

Kunjungan ke III
a. Tanyakan apakah ada keluhan pasien dan lakukan tes perkusi, palpasi, tekan, dan
mobility.
b. Bongkar tambalan sementara.
c. Keluarkan kapas kering dan Ca(OH)2.
d. Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2,5% dan aquadest hingga saluran akar bersih dari
sisa kalsium hidroksida.
e. Keringkan saluran akar dengan paper point.
f. Jika tes dan keluhan tidak lagi dirasakan maka sudah bisa dilakukan trial
g. Genangi saluran akar dengan chlorhexidine 2% selama 1 menit, lalu keringkan
dengan paper point.
h. Lakukan trial pengisian bahan pengisi saluran akar dengan gutta percha ukuran Pro
Taper yang terakhir masuk (MAC) sesuai panjang kerja sampai terasa ada tug back,
lalu potong di atas orifis.
i. Tutup dengan cotton pellet kering dan tambalan sementara
j. Cek oklusi pasien
k. Lakukan foto rontgen trial
Kunjungan IV
a. Bongkar tambalan sementara.
b. Keluarkan cotton pellet dan MAC dari saluran akar.
c. Jika hasil foto trial menunjukkan panjang MAC sesuai dengan panjang saluran akar
tanpa overfilling dan underfilling maka dapat dilakukan obturasi.
d. Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2,5% kemudian dengan aquadest
e. Genangi saluran akar dengan chlorhexidine 2% sekitar 1 menit.
f. Keringkan saluran akar dengan paper point.
g. Gunakan gutta percha sesuai MAC dan gutta percha tambahan jika diperlukan.
h. Pastika teknik obturasi yang dilakukan dengan rontgen dan masukkan spreader untuk
memastikan teknik obturasi yang digunakan. Masukkan satu gutta percha MAC ke
dalam saluran akar, jika masih ada ruang yang berlebih pada saluran akar, maka
gunakan teknik kondensasi lateral. Jika tidak terdapat ruang berlebih, maka dapat
dilakukan pengisian saluran akar dengan teknik single cone.

7
i. Persiapkan gutta percha yang sudah diberi tanda sesuai panjang kerja, rendam gutta
percha ke dalam NaOCl 2,5% selama 1 menit dan basahi dengan alkohol.
j. Aduk sealer dan masukkan ke dalam saluran akar dengan lentulo untuk melapisi
dinding saluran akar. Masukkan single cone gutta percha (dan mungkin ditambahkan
dengan gutta percha aksesoris) kedalam saluran akar setelah 1/3 apikal diolesi sealer
sampai batas tanda yang telah ditentukan.
k. Potong gutta percha sampai batas orifis dengan instrumen panas dan padatkan dengan
root canal plugger sampai 2 mm di bawah orifis. Kamar pulpa harus bersih dari gutta
percha dan dari sisa sealer supaya tidak terjadi perubahan warna.
l. Tutup dengan GIC lining, kemudian tutup dengan tambalan sementara.
m. Lakukan rontgen foto untuk melihat kehermetisan hasil obturasi.

Kunjungan V
a. Kontrol pasca obturasi setelah 2 minggu.
b. Foto rontgen kontrol obturasi jika ada keluhan.
c. Tanyakan apakah ada keluhan pasien dan lakukan tes perkusi, palpasi, dan tekan.
d. Jika semua pemeriksaan tidak menunjukkan keadaan patologis, dapat dilakukan
restorasi pasca endo berupa restorasi indirect
.

Anda mungkin juga menyukai