Anda di halaman 1dari 10

Dental Site Teaching

PULPEKTOMI DEVITAL PADA GIGI 46


DENGAN DIAGNOSA PULPITIS IRREVERSIBLE

Oleh :

Fitri Anggini

1311419001

Pembimbing :

drg. Deli Mona, Sp.KG

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ANDALAS

2018

1
DST PULPEKTOMI DEVITAL PADA GIGI 4.6
DENGAN DIAGNOSA PULPITIS IRREVERSIBLE

A. Data Perorangan
Nama : Dedek Afrizal
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 21 Tahun
Alamat : Jln. Cendrawasih, Padang
No. Rekam Medis : 011022
Elemen Gigi : 46

B. Pemeriksaan Subjektif
Chief Complain : Pasien datang ke klinik gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Andalas dengan keluhan gigi geraham kanan bawah berlubang dan terasa ngilu.
Present Illness : Pasien merasakan keluhan tersebut sekitar ±3 tahun yang
lalu. Pasien mengeluhkan sakit pada gigi berlubang ketika makan dan terasa ngilu saat
minum dingin. Pada saat sikat gigi pasien mengeluhkan berdarah pada gigi berlubang. Pasien
merasa tidak nyaman dengan gigi berlubang tersebut.
Past Dental History : Pasien tidak pernah datang ke dokter gigi.
Past Medical History : Pasien tidak memiliki penyakit sistemik, pasien pernah
dirawat di rumah sakit karena kecelakaan, tifus dan DBD. Pasien memiliki riwayat alergi
telur.
Family History : Ayah pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik dan ibu
pasien tidak memiliki penyakit sistemik.
Social history : Pasien merupakan seorang mahasiswa. Pasien tidak
merokok, tidak minum alkohol dan tidak konsumsi obat-obatan. Pasien rutin berolahraga.
Pasien dalam keadaan sehat.

C. Pemeriksaan Objektif
2
Pada pemeriksaan objektif gigi 46 ditemukan karies profunda (2.4). Kemudian pada
distal gigi ditemukan polip gingiva.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan terhadap gigi 46, berupa tes :
Palpasi (-)
Sondasi (+)
Chlor Ethil (+) ngilu
Mobility (-)
Perkusi (+)
Tes Bur (+)

Gigi 46 dengan kondisi gigi vital

D. Pemeriksaan Radiografis

Pada Gigi 46 terdapat gambaran radiopak sampai dikamar pulpa. Kemudian terdapat
pelebaran ligamen periodontal pada ujung apikal gigi 46.

3
E. Diagnosis
Pulpitis Irreversibel pada 46

F. Rencana Perawatan
1. Dental Health Education (DHE)
2. Perawatan saluran akar gigi 46
3. Restorasi akhir berupa indirect onlay

G. Prognosis
Dari pemeriksaan objektif dan radiografis yang dilakukan, disimpulkan bahwa prognosa
BAIK karena :
1. Masih banyak struktur jaringan gigi yang tersisa
2. Pasien kooperatif
3. Akar lurus
4. Tidak ada kelainan jaringan periodontal.

H. Alat dan Bahan


Alat :
 Diagnostic set
 Penggaris atau Sliding Caliper
 Bur set
 Jarum Miller (smooth broach)
 Jarum Ekstirpasi (barbed broach)
 Reamer (hedstrom file)
 File
 Spuit untuk irigasi
 Lentulo
 Root canal spreader
 Root canal plugger
 Gunting
 Lampu Spiritus
 Glass Lab

4
 Plastis Instrumen
Bahan :
 Cotton roll
 Cotton pellet
 Kapas
 Alkohol
 NaOCl , 2,5 %
 H2O2 2 %
 CHKM
 Trikresol Formalin (TKF)
 Paper point
 Caviton
 Gutta perca
 Endomethasone (sealer)
 Eugenol
 GIC Restorative
 GIC lining

I. Tahap Pekerjaan
Kunjungan I
1. Pemeriksaan subyektif, obyektif, foto intra oral, radiografi, diagnosis,
penentuan rencana perawatan.
2. Penandatanganan informed consent.
3. Penanganan segera terhadap keluhan pasien
a. Ekskavasi karies.
b. DHE (Dental Health Education)
4. Rontgen foto
Foto rontgen digunakan untuk melihat kondisi gigi dan menghitung panjang
kerja.

Panjang gigi sebenarnya = a x b


c

5
keterangan : a= panjang gigi pada rontgen foto = mm
b= panjang mahkota klinis = mm
c= panjang mahkota pada rontgen foto = mm
Panjang gigi sebenarnya = = mm

Panjang gigi : mesial : mm

Distal : mm

Panjang kerja = panjang gigi – 1mm = –1= mm

5. Buka kavitas, bersihkan dan berikan bahan devitec. Kemudian ditutup dengan
caviton. Tunggu 5-7 hari.

Kunjungan II
a. Preparasi kamar pulpa
1. Outline form, akses preparasi dari oklusal dengan menggunakan round bur.
2. Buang semua jaringan karies dan email yang tidak didukung oleh dentin.
3. Membuka kamar pulpa dan membuang atap kamar pulpa dengan round bur.
4. Menghaluskan dinding kavitas dengan silindris bur.
5. Membuang isi kamar pulpa dengan excavator.
6. Mencari orifis dengan jarum miller (smooth broach).
7. Semua tahap preparasi kamar pulpa akan mempengaruhi preparasi pada saluran
akar. Irigasi sesering mungkin dengan NaOCl 2,5 % dan H2O2 2 % secara
bergantian. Setiap irigasi harus diakhiri dengan larutan NaOCl 2,5 %. Irigasi
dengan menggunakan spuit untuk irigasi secara perlahan.
8. Preparasi kamar pulpa selesai.

b. Panjang kerja
Panjang kerja yang digunakan berdasarkan panjang gigi sebenarnya yang sudah diketahui
sebelumnya kemudian dikurangi 1mm, maka didapatkanlah panjang kerja yang digunakan
untuk preparasi saluran akar.
c. Preparasi saluran akar
1. Pasang rubber stopper 1-2 mm lebih pendek dari panjang gigi
2. Pakai alat yang halus terlebih dahulu dengan ukuran terkecil (jarum miller) untuk
mengetahui arah dan keadaan saluran akar
6
3. Gunakan jarum ekstirpasi untuk mengeluarkan isi pulpa dari kamar dan saluran
akar. Jarum ekstirpasi diputar >360 derajat supaya pulpa terlilit dan kemudian
ditarik keluar.
 Irigasi sesering mungkin setiap pergantian alat dengan NaOCl 2,5 % dan H2O2
2% secara bergantian. Setiap irigasi harus diakhiri dengan larutan NaOCl 2,5
%. Irigasi dengan menggunakan spuit untuk irigasi secara perlahan. Jangan
menyemprotkan larutan irigasi melewati apeks. Jangan menyemprotkan udara
ke dalam kavitas karena dapat mendorong debris ke apek.
d. Preparasi saluran akar dengan teknik step back.
1. Preparasi Apikal
1) Tentukan Initial Apical File (IAF), yaitu nomor file yang pertama kali bisa
masuk sepanjang panjang kerja di saluran akar.
2) Perbesar bagian apical dengan gerakan memutar searah jarum jam,
kemudian dengan arah berlawanan ditarik keluar.
3) Preparasi apical dilakukan minimal 3 nomor lebih besar dari IAF
(misal : IAF nomor 15, perbesar dengan file nomor 20, 25, dan 30).
4) Ukuran file yang terakhir digunakan pada preparasi apical disebut MAF
(Master Apical File). Ukuran MAF akan sama dengan MAC (Master
Apical Cone = Cone Gutta Perca utama)
5) Lakukan irigasi setiap pergantian ukuran file.
2. Preparasi Saluran Akar
1) Preparasi saluran akar dimulai dengan file ukuran lebih besar dari MAF
dan panjang kerja dikurangi 1mm dari panjang kerja
2) Lakukan preparasi dengan gerakan yang sama sampai file terasa longgar
3) Lakukan rekapitulasi yaitu pengukuran panjang kerja dengan MAF.
Panjang kerja harus sama dengan panjang awal
4) Ganti file dengan ukuran 1 nomor lebih besar dari MAF dan panjang kerja
dikurangi 1 mm.
5) Haluskan dinding saluran akar dengan file dengan gerakan menekan
dinding saluran akar dan tarik file keluar.
e. Irigasi saluran akar

7
Irigasi sesering mungkin setiap pergantian alat dengan NaOCl 2,5 % dan H2O2 2 %
secara bergantian. Setiap irigasi harus diakhiri dengan larutan NaOCl. Irigasi
dengan \menggunakan spuit untuk irigasi secara perlahan.
f. Sterilisasi saluran akar dan aplikasi bahan medikamen
1) Keringkan saluran akar dengan paper point.
2) Aplikasikan Chkm menggunakan kapas steril dan ambil uapnya letakkan
pada dasar orifis.
3) Letakkan cotton pellet kering di atas nya.
4) Tutup dengan tambalan sementara
5) Cek oklusi dengan articulating paper

Kunjungan III
1) Tanyakan apakah ada keluhan pasien dan lakukan tes perkusi, palpasi,
sondasi,tekan, mobility.
2) Jika tes dan keluhan masih positif (+), lakukan penggantian obat TKF
3) Bongkar tambalan sementara.
4) Keluarkan kapas kering dan cotton roll.
5) Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2,5 % dan H2O2 2 %
6) Keringkan saluran akar dengan paper point.
7) Lakukan penggantian obat, lakukan penggantian obat TKF dengan
Letakkan cotton pellet pada kamar pulpa, tutup dengan kapas kering.
8) Tutup dengan caviton (tambalan sementara).
9) Cek Oklusi dengan articulating paper

Kunjungan IV
1) Tanyakan apakah ada keluhan pasien dan lakukan tes perkusi, palpasi,
sondasi,tekan, mobility.
2) Jika tes dan keluhan masih positif (+), lakukan penggantian obat CHKM
3) Bongkar tambalan sementara.
4) Keluarkan kapas kering dan cotton roll.
5) Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2,5 % dan H2O2 2%
6) Keringkan saluran akar dengan paper point.
7) Lakukan penggantian obat, lakukan penggantian obat TKF

8
8) dengan Letakkan cotton pellet pada kamar pulpa, tutup dengan kapas
kering.
9) Tutup dengan caviton (tambalan sementara).
10) Cek Oklusi dengan articulating paper

Kunjungan V
1) Tanyakan apakah ada keluhan pasien dan lakukan tes perkusi, palpasi,
sondasi, tekan, mobility.
2) Jika tes dan keluhan (-), bisa dilakukan TRIAL
3) Lakukan trial pengisian bahan pengisi saluran akar / gutta percha
menggunakan hand files ukuran terakhir masuk. Masukkan kedalam
saluran akar sampai + 1 mm mendekati foramen apikal dan beri tanda.
4) Masukkan 1 gutta perca dan masukkan ke dalam saluran akar sampai
panjang kerja kemudian dipotong hingga batas orifis
5) Hitung panjang cone gutta perca sebagai panduan kemudian masukkan
kedalam saluran akar dan ditutup dengan kapas dan tambalan sementara
6) Lakukan foto rontgen TRIAL

Kunjungan VI
1) Bongkar tambalan sementara jika hasil foto trial menunjukkan panjang cone
sesuai dengan panjang saluran akar tanpa overfilling dan under filling
2) Keluarkan cotton pellet
3) Keluarkan cone dari saluran akar
4) Irigasi saluran akar dengan NaOCl dan H2O2
5) Keringkan saluran akar dengan paper point. Ukuran paper point harus sama
dengan alat yang terakhir digunakan. Lakukan berulang kali sampai saluran
akar kering. Terakhir gunakan paper point yang lebih kecil supaya bisa
mencapai apek untuk memastikan saluran akar kering.
6) Gunakan gutta perca sesuai ukuran alat yang terakhir atau satu nomor lebih
kecil. Masukkan ke dalam saluran akar sampai ±1mm mendekati foramen
apikal. Beri tanda
7) Aduk semen atau pasta kemudian masukkan kedalam saluran akar dengan
lentulo atau reamer untuk melapisi dinding saluran akar.
9
8) Masukkan gutta perca yang semen atau pasta kemudian masukkan kedalam
saluran akar sampai tanda yang diberikan
9) Gunakan spreader untuk memadatkan gutta percha kesamping. Ruang yang
tersisa diisi dengan gutta perca tambahan dengan ukuran yang lebih kecil.
Lakukan sampai saluran akar terisi penuh. Teknik pengisian saluran akar ini
disebut dengan Lateral Condensation Technique
10) Potong gutta perca sampai batas orifis dengan instrumen panas dan padatkan
dengan root canal plugger. Kamar pulpa harus bersih dari gutta perca supaya
tidak terjadi perubahan warna.
11) Tutup dengan GIC lining, kemudian tutup dengan kaviton
12) Lakukan rontegn foto untuk melihat kehermetisan hasil obturasi

Kunjungan VII
1) Kontrol pasca obturasi setelah 2 minggu
2) Foto rontgen kontrol obturasi
3) Jika dari hasil obturasi sudah hermetis, lalu tanyakan apakah ada keluhan
pasien dan lakukan tes perkusi, palpasi dan thermal
4) Jika semua pemerikasaan tidak menunjukkan keadaan patologis, dapat
dilakukan restorasi pasca endo.
5) Restorasi pada kasus ini crown akrilik

KUNJUNGAN VIII
Kontrol restorasi akhir

10

Anda mungkin juga menyukai