KASUS PSA
OLEH :
RISKE PUTRI UTAMI (19-092)
PEMBIMBING :
DR. DRG. WIDYAWATI, M.Kes, Sp. KG
Laporan Kasus
Seorang laki-laki, 28 tahun datang ke RSGM Baiturrahmah dengan keluhan giginya
belubang besar dan terlihat kehitaman pada bagian depan atasnya. Pasien
merasakan giginya mulai berlubang sejak SMP dan sedikit demi sedikit patah
hingga menjadi lubang seperti sekarang. Dua tahun yang lalu pasien pernah
merasakan sakit sekali namun saat ini pasien sudah tidak pernah merasakan sakit
lagi. Pasien tersebut belum pernah melakukan perawatan pada gigi tersebut, pasien
belum pernah ke dokter gigi, pasien tidak memiliki penyakit sistemik. Serta pasien
tidak memiliki alergi obat. Pemeriksaan Ekstra Oral TMJ normal dan bibir simetris,
dan pemeriksaan intra oral menunjukan bahwa terdapat karies serta perubahan
warna pada gigi 13, test thermal (-), perkusi (+), palpasi (-), mobility (-), dan cavity
test (-). Pasien memiliki oral hygiene yang baik. Hasil pemeriksaan radiologi
menunjukan kehilangan mahkota gigi sudah mengenai pulpa. Diagnosa yang
didapatkan setelah dilakukan pemeriksaan adalah nekrosis pulpa rencana
perawatan yang dilakukan adalah perawatan saluran akar dan prognosanya baik.
Pemeriksaan Subjektif
•Diagnosis
Setelah dilakukan pemeriksaan lengkap gigi 13 didiagnosa dengan
Nekrosis Pulpa.
•Rencana Perawatan
Perawatan Saluran Akar Gigi 13.
Gambar 1. Rontgen Foto Pasien
•Prognosis
Prognosis pada kasus ini adalah baik, hal ini disebabkan karena:
•Oral hygiene pasien baik.
•Pasien kooperatif.
•Ekonomi pasien baik.
•Pasien tidak memiliki kebiasaan buruk.
ALAT DAN BAHAN
Alat Bahan
1. Alat standar. 1. Paper point untuk
2. Baki mongeringkan saluran akar.
3. Bur sesuai dengan fungsinya. 2. Larutan irigasi (H2O2, NaOCl)
4. Eksplorer/barbed broach. 3. Bahan dressing
5. Jarum miller. 4. Guttapercha.
6. Endo block. 5. Eugenol dan Endomethason.
7. Jarum file dan reamer. 6. Cavit/tumpatan sementara.
8. Endo box untuk meletakkan 7. Alkohol.
K-file, dan Niti file. 8. Kapas.
9. Spuit irigasi. 9. Masker
10. Lentulo 10. Handscoon
11. Sprider.
Cara Kerja
Kunjungan ke-I
Menegakkan diagnosa dengan melakukan pemeriksaan subjektif, objektif, dan preoperatif
radiografi
III.
1. Dilakukan anamnesa kepada pasien, dan pasien tidak mengeluhkan adanya rasa
sakit.
2. Buka tambalan sementara menggunakan contra angel high speed dengan round
bur, dan ambil kapas menggunakan pinset.
3. Kemudian masukkan paper point ke dalam saluran akar.
4. Periksa paper point masih basah atau kering dan berbau atau tidak, jika basah dan
berbau berarti saluran akar belum steril sementara jika sudah kering dan tidak
berbau berarti saluran akar sudah steril.
5. Lakukan sterilisasi saluran akar/dressing kembali jika masih basah dan berbau
menggunakan CHKM dengan cara mengoleskan kapas kecil yang telah diolesi
bahan CHKM ke atap saluran akar.
6. Tumpatan sementara menggunakan cavit dengan tehnik inkremental, aplikasikan
selapis demi selapis lalu dipadatkan.
7. Kontrol 3-5 hari kemudian.
KUNJUNGAN KE- IV
IV.
1. Dilakukan anamnesa kepada pasien, dan pasien tidak mengeluhkan adanya
rasa sakit.
2. Buka tambalan sementara menggunakan contra angel high speed dengan
round bur, dan ambil kapas menggunakan pinset.
3. Kemudian masukkan paper point ke dalam saluran akar.
4. Periksa paper point masih basah atau kering dan berbau atau tidak, jika
basah dan berbau berarti saluran akar belum steril sementara jika sudah
kering dan tidak berbau berarti saluran akar sudah steril.
5. Dari hasil pemeriksaan ternyata paper point sudah kering dan tidak berbau,
maka dilanjutkan tindakan obturasi.
6. Obturasi saluran akar dilakukan secara kondensasi lateral. Saluran akar
dapat dilakukan obturasi dengan syarat gigi tersebut asimptomatis, dan
saluran akar cukup kering dan tidak berbau.
LANJUTAN
7. Pilih master gutta percha atau tug back dengan No. F3 sesuai dengan MAF, sebagai master cone
dan di tambahkan dengan beberapa aksesoris.
8. Dinding saluran akar diolesi dengan pasta saluran akar/sealer yaitu endometason dan eugenol
menggunakan lentullo.
9. Master gutta percha diukur sesuai panjang kerja yaitu 24 mm, selanjutnya master gutta percha
diolesi dengan sealer lalu dimasukkan ke dalam saluran akar, semaksimal mungkin ditekan kearah
lateral menggunakan spreader, sisa ruang saluran akar diisi lagi dengan gutta percha tambahan
(aksesoris) sampai penuh.
10.Kelebihan gutta percha dipotong sampai orifice menggunakan ekskavator yang dipanaskan.
11. Kemudian dipadatkan menggunakan plugger.
12. Lakukan RO foto pengisian
13. Jika telah hermetis dan tidak over/under filling dilanjutkan dengan pemberian basis GIC tipe 3
yang diaduk menggunakan glass plate dan semen spatele, lalu dibawa ke kavitas menggunakan
plastis instrumen.
14. Kemudian kavitas ditumpat menggunakan cavit dengan tehnik inkremental, aplikasikan selapis
demi selapis lalu dipadatkan.
15. Kontrol satu minggu kemudian.
Gambar 3. Rontgen foto obturasi
Kunjungan ke- V
1. Dilakukan anamnesa kepada pasien, dan pasien tidak mengeluhkan adanya
rasa sakit, pemeriksaan objekif juga didapatkan hasil perkusi, palpasi, moblity
yang negatif, dan tidak ada kelainan di ronsen foto.
2. Selanjutnya dilakukan perawatan akhir (Follow Up Dowel Crown).
Keberhasilan perawatan saluran akar gigi bergantung dari berbagai faktor, banyak faktor
yang dapat menjadi penyebab kegagalan perawatan endodontik seperti pengetahuan
operator yang kurang, skill yang kurang, tidak sesuai SOP, pemilihan bahan yang tidak
sesuai indikasi dan yang lainya. Pada kasus ini teknik preparasi menggunakan teknik
crown-down karena memiliki keuntungan yaitu, membuang penyempitan servikal, akses
ke apikal lurus, irigasi mudah, pengeluaran debris mudah, instrumentasi yang digunakan
lebih sedikit, waktu lebih cepat, preparasi menghasilkan taper lebih besar. Bahan
pengisian saluran akar pada kasus menggunakan bahan gutta percha, karena memiliki
keuntungan yaitu, toksisitasnya rendah, manipulasinya sederhana, bersifat platis, dan
dapat beradaptasi dengan baik terhadap dinding saluran akar.
THANKS!