Anda di halaman 1dari 18

REFLEKSI KASUS

PERAWATAN SALURAN AKAR PADA


FRAKTUR HORISONTAL ELLIS KLAS II

NAMA MAHASISWA : SHINCIA PURNAMASARI


NIM : 20070340091
KELOMPOK : I ARAFAH

MODUL ENDODONTIK
PRODI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

1
I. DESKRIPSI KASUS

a. Pemeriksaan Subyektif
Pasien datang atas motivasi operator dengan keluhan gigi depannya patah karena jatuh saat
berolahraga 6 bulan yang lalu. Saat jatuh pasien merasa giginya sakit sekali dan pasien
meminum analgesik. Setelah itu pasien sering merasa giginya nyeri spontan namun setelah 3
bulan kemudian giginya tidak pernah sakit lagi. Saat pasien datang ke RSGMP UMY pasien
merasa gusinya bengkak dan ingin dilakukan tindakan perawatan dan oleh operator
sebelumnya dilakukan tindakan trepanasi.
.
b. Pemeriksaan Obyektif
Gigi 11 : Terdapat gigi patah horisontal di bagian incisal kedalaman dentin.
Sondasi :-
Perkusi :+
Palpasi :-
CE :-
Tes menggunakan pulp tester menunjukkan skala :
21 : 80,80,80
11 : 18,21,20

Gambaran Klinis Gambaran Radiograf

2
- Gambaran radiograf menunjukkan:
 Area radiolusen di apikal gigi 21
 Area radiolusen di kamar pulpa, saluran akar (belum pernah dirawat endodontik), dan
foramen apikal telah menutup.
Diagnosis : Gigi Non vital dengan fraktur Ellis kelas II
Treatment Planning :
1. Perawatan saluran akar (Step back)
2. Tumpatan Kelas IV Resin komposit

Tahap Perawatan :
1. Perawatan Saluran Akar
1. Preparasi kamar pulpa ( 7 April 2012)
• Atap pulpa dibuang dg bur bulat  gerakan dari kamar pulpa ke arah luar.
• Dinding kavitas diratakan dg fissure bur  sampai berbentuk divergen ke arah
insisal.
• Preparasi kamar pulpa selesai  bila alat endodontik dpt bergerak leluasa
keluar masuk & byk kavitas cukup retensi utk tumpatan sementara
• Pengambilan jaringan pulpa pd kamar pulpa dg menggunakan ekskavator
sampai orifis  harus bersih
• Eksplorasi : mencari jalan masuk ke saluran akar melalui orifis  dg
menggunakan eksplorer atau barbed broach
• Ekstirpasi : pengambilan jaringan pulpa pd saluran akar  dg jarum ekstirpasi
(barbed broach) sampai batas garis fraktur dan irigasi menggunakan saline.
• Dressing menggunakan kapas + eugenol
• Tumpat sementara menggunakan cavit
2. Pengukuran panjang kerja (21-April-2012)
Metode observasi langsung :
• Ukurlah panjang gigi yg akan dirawat pd radiogram misal X.
• Panjang kerja (PK) perkiraan = X – 1 mm
• Masukkan file dg panjang kerja X-1 mm tersebut dan dilakukan pengambilan
radiograf. Ketentuan :

3
• Bila panjang alat tepat pd ujung apikal maka PK perkiraan dikurangi 1 mm
• Bila jarak ujung alat dg ujung apikal > 1 mm ( = PK kurang/tdk sesuai) atau
ternyata ujung alat menembus apikal ( = perforasi di jaringan periapikal) 
maka pengukuran PK diulangi.
• Masukkan file dg panjang kerja 24-1 mm = 23 mm tersebut dan dilakukan
pengambilan radiograf.
• Setelah itu diukur menggunakan apeks Locator dengan jarak titik referensi ke
apikal = 23 mm menunjukkan skala 0,2 .
• Setelah itu diirigasi dengan saline kemudian dilakukan dressing menggunakan
cresophene.

Rontgen IAF Rontgen MAF

3. Preparasi saluran akar


Dilakukan dengan cara step back:
 Pemeriksaan Objektif :
Perkusi :+
Palpasi : -
dx : Gigi Non vital
 Dilakukan dengan cara step back:

4
1. Preparasi saluran akar diawali dengan menggunakan file no 40 dengan putaran ¼
sampai dengan ½ putaran searah jarum jam, file digunakan dengan cara pull stroke
2. Setiap pergantian alat dari nomer kecil ke nomer berikutnya selalu dilakukan irigasi
dengan 2 cc Na OCL 2.5 % dan EDTA dan rekapitulasi, yaitu diulang kembali dengan
menggunakan file no sebelumnya.
3. Pelebaran saluran akar diakhiri apabila dirasakan telah cukup bersih
4. Lakukan preparasi sampai 3 atau lebih nomer diatas file yang pertama kali (IAF)
digunakan untuk memulai preparasi biomekanis (preparasi 1/3 apikal). Tentukan MAF,
preparasi selanjutnya adalah preparasi badan saluran akar, dilakukan menggunakan K file
sampai 3 nomer file diatas MAF. Selanjutnya untuk menghaluskan dinding saluran akar
sehingga membentuk corong yang halus maka digunakan headstroem file menggunakan
paling tidak 2 nomer diatas file yang terakhir digunakan, atau menggunakan nomer sesuai
dengan MAF dengan panjang kerja sesuai dengan panjang kerja K file yang tadi
digunakan.

FILE PK KETERANGAN

IAF 40 23

45 23 Irigasi & Rekapitulasi File No. 40

50 23 Irigasi & Rekapitulasi File No. 45

55 23 Irigasi & Rekapitulasi File No. 50

MAF 60 22 Irigasi & Rekapitulasi File No. 55

70 21 Irigasi & Rekapitulasi File No. 60

80 20 Irigasi & Rekapitulasi File No. 70

HEADSTROEM 80 19

5. Irigasi terakhir menggunakan Minocep

5
6.Saluran akar dikeringkan dengan paper point
7. Setelah dilakukan preparasi saluran akar kemudian dilakukan Dressing menggunakan
bahan Cresophene kemudian ditutup dengan cavit.

Kunjungan 4 (12 Mei 2012)

 Pemeriksaan Subyektif : Tidak ada keluhan


 Pemeriksaan Obyektif : Terdapat gigi patah horisontal di bagian incisal kedalaman
dentin dan ditumpat sementara menggunakan cavit.
Sondasi :-
Perkusi :+
Palpasi :-
CE :-
Dx : Gigi Non Vital
 Treatment :
 Karena hasil preparasi kurang membentuk corong maka dilakukan preparasi ulang.
 Setelah Preparasi ulang dilakukan dressing ulang menggunakan Ca(OH)2) lalu ditumpat
menggunakan cavit

Kunjungan 5 (19 mei 2012)


 Pemeriksaan Subyektif : Tidak ada keluhan
 Pemeriksaan Obyektif : Terdapat gigi patah horisontal di bagian incisal kedalaman dentin.
dan ditumpat sementara menggunakan cavit
Sondasi :-
Perkusi :+
Palpasi :-
CE :-
Dx : Gigi Non Vital
 Treatment : Kontrol & Dressing

6
Karena perkusi masi + maka Kamar pulpa diisi lagi dengan bahan dressing
menggunakan kalsium hidroksid (Ca(OH)2) kemudian ditutup dengan tumpatan sementara
menggunakan Cavit

Kunjungan 6 (25-mei 2012)


 Pemeriksaan Subyektif : Tidak ada keluhan
 Pemeriksaan Obyektif : Terdapat gigi patah horisontal di bagian incisal kedalaman dentin
dan ditumpat sementara menggunakan cavit
Sondasi :-
Perkusi :+
Palpasi :-
CE :-
Dx : Gigi Non Vital
 Treatment :
Irigasi dan Dressing menggunakan cresophene

Kunjungan ke 7 (29-mei-2012)
 Pemeriksaan Subyektif : Tidak ada keluhan
 Pemeriksaan Obyektif : Terdapat gigi patah horisontal di bagian incisal kedalaman dentin.
dan ditumpat sementara menggunakan cavit
Sondasi :-
Perkusi :-
Palpasi :-
CE :-
Dx : Gigi Non Vital
 Treatment :
Tes bakteri dan Obturasi saluran akar
• Tumpatan sementara dibuka, bahan dressing dibuang, setelah itu masukan paper
point ke dalam saluran akar.
• kemudian periksa paper point basah atau kering dan berbau atau tidak.

7
• Masukkan paper point tersebut ke dalam perhidrol (jika ada gelembung maka tes
bakteri positif)
• Irigasi saluran akar dengan Na OCL 2,5%
• Ulangi prosedur tes bakteri seperti diatas
• Jika saluran akar belum steril maka dilakukan dressing kembali, jika saluran akar
sudah steril maka langsung dilakukan obturasi.
Pengisian saluran akar dilakukan secara kondensasi lateral (lateral condensation
method)
1. Pilih guta perca point dengan ukuran nomer file sesuai dengan MAF (60), sebagai
master Cone (guta perca utama) potong sesuai dengan panjang kerja (23mm)
menggunakan gunting.
2. Saluran akar maupun guta perca utama diolesi dengan pasta saluran akar atau sealer
(endomethason) dengan menggunakan lentulo yang diputar dengan putaran low
speed contra angle, dengan gerakan ditarik ke arah koronal
3. Guta perca utama dimasukkan ke dalam saluran akar,semaksimal mungkin ditekan
lateral menggunakan spreader, sisa ruang saluran akar diisi lagi dengan guta perca
tambahan sampai penuh.
4. Kelebihan guta perca point dipotong sampai orifis menggunakan ekskavator yang
dipanaskan.
5. Kavitas ditumpat dengan menggunakan tumpatan sementara (cavit)

Rontgen Pasca Obturasi

8
Kunjungan 8 (15 Juni 2012)
 Pemeriksaan Subyektif : Tidak ada keluhan
 Pemeriksaan Obyektif : terdapat tumpatan sementara pada gigi 21.
Perkusi :-
Palpasi :-
Ro.Foto : Terdapat gambaran radiopaque pada saluran akar
Dx : Gigi Non Vital Pasca PSA
 Assesment: PSA berhasil dan pengisian saluran akar hermetis.
 Treatment :
1. Kontrol PSA
2. Tumpatan Kelas IV Resin Komposit

Rontgent Kontrol 1

II. PERTANYAAN KRITIS

1. Apakah perbedaan antara pulpitis reversible dengan pulpitis irreversible?


2. Bahan irigasi apa saja yang cocok untuk kasus diatas?
3. Bahan dressing apa saja yang cocok untuk kasus diatas?
4. Restorasi yang cocok pasca perawatan saluran akar?

9
III. LANDASAN TEORI DAN REFLEKSI

1. Perbedaan antara pulpitis reversible dengan pulpitis irreversible


a. Pulpitis Reversible
Menurut arti katanya, pulpitis reversible adalah inflamasi pulpa yang
tidak parah. Jika penyebabnya telah dihilangkan, inflamasinya akan pulih
kembali dan pulpa akan kembali normal. Pulpitis reversible dapat ditimbulkan
oleh stimuli ringan atau berjalan sebentar seperti karies insipien, erosi servikal,
atau atrisi oklusal, sebagian prosedur operatif, kuretasi periontium yang dalam
dan fraktur email yang mengakibatkan terbukanya dentin. Biasanya pulpitis ini
tidak menimbulkan gejala, tetapi apabila menimbulkan gejala biasanya timbul
dari pola tertentu. Aplikasi cairan atau udara dingin/panas misalnya dapat
menimbulkan nyeri tajam sementara. Jika iritan dihilangkan gejala biasanya
akan hilang. Akan tetapi, jika iritasi pulpa terus berlanjut atau intensitasnya
meningkat akan timbul inflamasi moderat sampai parah dan menjadi pulpitis
irreversible yang berakhir dengan nekrosis (Walton, 1996).
b. Pulpitis Irreversible
Menurut arti katanya pulpitis irreversible adalah inflamasi parah yang
tidak akan pulih kembali sekalipun penyebabnya dihilangkan. Pulpa, lambat
atau cepat, akan menjadi nekrosis. Pulpitis irreversible sering merupakan akibat
atau perkembangan lebih lanjut dari pulpitis reversible. Kerusakan pulpa ayang
parah akibat pengambilan dentin yang banyak selama prosedur operatif atau
gangguan dalam aliran darah dalam pulap akibat trauma atau gerakan gigi pada
perawatan ortodonsi dapat juga menjadi penyebabnya. Biasanya tidak
menimbulkan gejala, atau pasien hanya mengeluhkan gejala ringan saja. Akan
tetapi, pulpitis irreversible dapat juga menyebabkan episode nyeri spontan yang
intermiten atau terus menerus tanpa ada stimulus eksternal. Nyerinya bisa
tajam, tumpul, berbatas jelas, menyebar, bisa hanya beberapa menit atau
berjam-jam. Aplikasi panas pada gigi dengan pulpitis irreversible bisa
menimbulkan efek segera, kadang-kadang dengan aplikasi dingin responnya
tidak hilang dan berkepanjangan. Jika inflamasinya hanya terbatas dalam
jaringan pulpa dan tidak meluas ke jaringan periapeks, gigi akan bereaksi

10
normal terhadap palpasi dan perkusi. Perluasan inflamasi pada ligamen
periodontium akan menyebabkan kepekaan perkusi dan penentuan lokasi nyeri
yang lebih mudah. Perawatan saluran akar atau pencabutan merupakan indikasi
bagi gigi dengan gejala dan tanda-tanda pulpitis irreversible (Walton, 1996).

Kasus
Gejala Radiografis Tes Pulpa Tes Periapeks
Pulpa
Tidak ada
Tidak ada yang Memberi
Normal perubahan Tidak sensitif
signifikan respons
periapeks
Mungkin
menimbulkan gejala Tidak ada
memberi
Reversible ringan terhadap perubahan tidak sensitif
respons
stimulus termis atau periapeks
mungkin juga tidak

Tidak ada
perubahan memberi mungkin
sama dengan
radiolusensi respons ( memberi
reversible; selain itu
diperiapeks. Satu mungkin respons nyeri
mungkin terdapat
Irreversible kecualian : dengan nyeri atau mungkin
nyeri spontan atau
condensing ekstrem juga tidak
nyeri parah terhadap
osteitis yang terhadap terhadap perkusi
stimulus termis
kadanga-kadang stimulus termis) atau palpasi
terjadi

tidak ada reaksi


tidak memberi bergantung pada
Nekrosis terhadap stimulus -
respons status periapeks
termis

Tabel 1. Perbedaan pulpa normal dan pulpa patologis (Walton, 1996)

5. Macam-macam bahan irigasi adalah


a. Irigasi saluran akar merupakan fase penting yg mempunyai fungsi fisis
dan biologik. Pada prosedur cleaning and shaping atau preparasi
biomekanikal saluran akar harus selalu diirigasi untuk menghilangkan
fragmen jaringan pulpa dan dentin, serta debris (Mulyati E, 2007).
b.Tujuan Irigasi adalah untuk mengeluarkan debris, melarutkan jaringan

11
dan smear layer, antibakteri, serta sebagai pelumas (Mulyati E, 2007).
c. Fungsi bahan irigasi adalah membuat lingkungan basah sehingga dentin
dapat dikeluarkan ke kamar pulpa, dapat diambil denga aspirasi atau paper
point, Cairan irigasi dapat memasuki kanal asesoris yang tidak dapat
dimasuki alat preparasi, supaya file tidak mudah patah (Mulyati E, 2007).
d.Syarat bahan irigasi adalah mampu membunuh mikroorganisme, dapat
melarutkan sisa jaringan pulpa maupun kotoran organik di saluran akar,
tidak merusak jaringan dentin, dapat berkontak dengan permukaan saluran
akar , tidak iritasi jaringan periapikal (Mulyati E, 2007).
e. Macam-macam bahan irigasi
1) Sodium Hipoklorit (NaOCl)
i. Bahan irigasi yang plg sering dipakai, menurut Grossman
NaOCl 5,2 % paling efektif
ii. Agensia pereduksi, larutan jernih, warna jerami, harus
disimpan di tempat teduh
iii. Dapat berfungsi sebagai : debridement, pelumas, anti
mikroba, melarutkan jar. lunak, smear layer
iv. melarutkan jar pulpa dlm waktu 20 mnt- 2 jam
v. iritasi besar
vi. Optimal pd suhu 37oC
vii. Melarutkan kolagen pada dentin saluran akar, sehingga
mudah dipreparasi
2) Hidrogen Peroksida (H202)
i. Merupakan bahan irigasi yang sekarang tidak popular
(konsentrasi 2,5%)
ii. Menimbulkan buih pada larutan ketika kontak dengan
bahan kimiawi tertentu secara fisik mengeluarkan debris
saluran akar.
iii. Membebaskan oksigen yang dapat mematikan MO an
aerob
iv. Daya melarutkan H2O2 < NaOCl

12
v. Dianjurkan untuk gigi-gigi bawah utk memudahkan
keluarnya debris
3) EDTA
i. Banyak yg menggunakan secara rutin, terpisah atau
bergantian dg NaOCl
ii. Tidak untuk menggantikan NaOCl
iii. Kombinasi dengan NaOCl tidak menaikkan sifat
antimikrobanya
iv. Efektif melunakkan dentin
v. Mempunyai sifat antimikroba
vi. Derajat iritasi sedang
vii. Tidak mempunyai efek merusak bila digunakan sebagai
larutan irigasi secara klinis
viii. Menghilangkan lapisan smear layer
ix. Tingkat demineralisai sebanding dengan waktu kontaknya.
4) CHLORHEXIDINE
i. Digunakan pada konsentrasi 2%, dalam bentuk
chlorhexidine gluconat atau chlorhexidine digluconat
ii. Tidak mempengaruhi bonding bahan obturasi adhesif
6. Macam-macam bahan dressing adalah
a. Disinfeksi saluran akar adalah pembinasaan mikroorganisme patogenik
yang mensyaratkan pengambilan terlebih dahulu jaringan pulpa dan debris
yang memadai, pembersihan dan pelebaran saluran dengan cara
biokimiawi, dan pembersihan isinya dengan irigasi. Disinfeksi saluran
akar dilengkapi dengan medikasi intrasaluran. Disinfeksi saluran akar
adalah tahap penting dalam perawatan endodontic (Anonymous, 2008)
b.Syarat bahan disinfeksi saluran akar
1) Suatu germisida dan fungisida yang efektif
2) Tidak mengiritasi jaringan periapikal
3) Tetap stabil dalam larutan
4) Mempunyai efek antimicrobial yang lama

13
5) Aktif dengan adanya darah, serum dan derivate protein jaringan
6) Mempunyai tegangan permukaan rendah
7) Tidak menganggu perbaikan jaringan periapikal
8) Tidak menodai struktur gigi
9) Mampu dinonaktifkan dalam medium biakan
10) Tidak menginduksi respon imun berantara sel
c. Macam-macam bahan disinfeksi saluran akar dapat dibagi menjadi
golongan minyak esensial, kompoun fenolik, halogen dan antibiotika.
1) Eugenol
Bahan ini adalah zesens (essence) kimiawi minyak cengkeh dan
mempunyai hubungan dengan fenol. Agak lebih mengiritasi dari
minyak cengkeh dan keduanya golongan anodyne. Eugenol
menghalangi impuls saraf interdental. Biasanya digunakan untuk
perawatan pulpektomi. Bagian dari sealer (endometasone-eugenol)
dan bahan campuran tumpatan sementara (Zn Oksid-eugenol).
2) ChKM (Chlorphenol kamfer menthol)
Terdiri dari 2 bahan para-klorophenol dan 3 bagian kamfer. Daya
disinfektan dan sifat mengiritasi lebih kecil dari formocresol.
Mempunyai spectrum antibakteri luas dan efektif terhadap jamur.
Bahan utamanya : para-klorophenol mampu memusnahkan
berbagai mikroorganisme dalam saluran akar. Kamfer sebagai sara
pengencer serta mengurangi efek mengiritasi dari para-klorophenol
murni. Selain itu juga memperpanjang efek antimicrobial. Mentol
mengurangi sifat iritasi chlorphenol dan mengurangi rasa sakit
3) Cresatin
Dikenal juga sebagai metakresilasetat. Bahan ini merupakan cairan
jernih, stabil, berminyak dan tidak mudah menguap. Mempunyai
sifat antiseptic dan mengurangi rasa sakit. Efek antimicrobial lebih
kecil dari formocresol dan ChKM, sifat mengiritasi jaringan
periapikal lebih kecil daripada ChKM. Sifat anodyne cresatin

14
terhadap jaringan vital baik sekali, sehingga sering dipakai sebagai
bahan dressing pasca pulpektomi

4) Cresophene
Terdiri dari chlorphenol, hexachlorophene, thymol dan
dexamethasone, yaitu sebagai anti-phlogisticum. Pemakaian
terutama pada gigi dengan permulaan periodontitis, apikalis akuta
yang dapat terjadi misalnya pada peristiwa overinstrumentasi
5) Formocresol
Kombinasi formalin dan kresol dalam perbandingan 1:2 atau 1:1,
Formalin adalah disinfeksi kuat yang bergabung dalam albumin
membentuk suatu substansi yang tidak dapat dilarutkan, tidak
dapat membusuk. Pada beberapa pengujian mampu menimbulkan
efek nekrosis dan inflamasi persistensi pada jaringan vital. Selain
itu juga bias menimbilkan respon imun berantara sel. Dianjurkan
digunakan dalam konsentrasi rendah
6) Glutardehide
Minyak tanpa warna yang larut dalam air. Seperti formalin obat ini
disinfektan kuat dan fiksatif. Dianjurkan digunakan dalam
konsentrasi rendah (2%) sebagai obat intrasaluran. Pada penelitian
ditemukan sedikit atau tidak ada reaksi inflamasi pada pemeriksaan
histologik
7) TKF (Trikresol Formalin)
Adalah campuran ortho, metha, dan para-cresol dengan formalin.
Bersifat merangsang jaringan periapikal dan menyebabkan
jaringan menjadi nekrosis
8) CaOH
Compound ini juga telah digunakan sebagai medikamen saluran
akar. Studi singkat oleh Grosman dan Stevens menemukan kalsium
hidroksida tidak seefektif klorofenol berkamfer. Pengaruh
antiseptiknya mungkin berhubungan dengan pH yang tinggi dan

15
pengaruhnya melumerkan jaringan pulpa nekrotik. Tronstad dkk,
menunjukkan bahwa CaOH menyebabkan kenaikan signifikan pH
dentin sirkumpulpal bila kompoun diletakkan pada saluran akar.
Pasta CaOH paling baik digunakan pada perawatan antar
kunjungan dengan penundaan yang lama karena bahan ini tetap
manjur selama berada didalam saluran akar
9) N2
Suatu compound yang mengandung Paraformaldehida sebagai
unsure utamanya, dinyatakan baik sebagai medikamen intarsaluran
mampu sebagai siler. N2 mengandung eugenol dan fenilmerkuri
borat, dan kadang bahan tambahan termasuk timah hitam,
kortokosteroid, antibiotika dan minyak wangi. Ada beberapa
pendapat yang menyatakan bahwa antibakteri N2 hanya sebentar
dan menghilang kira-kira dalam waktu seminggu atau sepuluh hari
10) Halogen
Yang termasuk golongan ini adalah
i. Sodium Hipoklorit
Klorin dengan berat atom terendah mempunyai daya
antibakteri yang terbesar. Uap sodium hipoklorit bersifat
bakterisidal. Disinfektan klorin bukan kompoun yang stabil
karena berinteraksi cepat dengan bahan organic, sehingga
baik diaplikasikan pada saluran akar tiap dua hari sekali
ii. Yodida
Yodin sangat reaktif berkombinasi dengan protein dalam
ikatan longgar sehingga penetrasinya tidak tergangu. Bahan
ini mungkin memusnahkan mikroorganisme dengan
membentuk garam yang merugikan kehidupan
mikroorganisme. Seperti kompoun klorin ini efek
antibakterialnya sebentar, tetapi merupakan medikamen
yang paling sedikit mengiritasi

16
7. Restorasi yang cocok pasca perawatan saluran akar (PSA) adalah
a. Tujuan restorasi pasca PSA
Merupakan kelanjutan dari serangkaian perawatan saluran akar yang telah
dilakukan untuk mengembalikan fungsi gigi secara keseluruhan
(Setyawati A, 2007)
b.Faktor yang harus diperhatikan untuk keberhasilan pembuatan restorasi
pasca PSA adalah
1) Perbandingan antara mahkota dan akar yg masih tertinggal
2) Struktur jaringan mahkota yg tertinggal
3) Retensi tambahan yang dibuat supaya restorasi kuat
4) Keadaan sosial ekonomi pasien
5) Kooperatif pasien
c. Macam-macam restorasi pasca PSA
1) Gigi Anterior
i. Crown (Resin Composit, PFM, Ceramic)
2) Gigi Posterior
i. Inlei dan Onlay
ii. Full crown (mahkota penuh)
iii. Resin komposit dengan penguat inti pasak
iv. Resin komposit dengan pin

4. KESIMPULAN
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan suatu perawatan
saluran akar adalah faktor patologi, faktor penderita, faktor perawatan, faktor
anatomi gigi dan faktor kecelakaan procedural.
2. Macam-macam penyebab terjadinya kegagalan suatu perawatan saluran akar
adalah kesalahan yang terjadi pada tahap praperawatan, kesalahan selama
perawatan dan kegagalan pascaperawatan.

17
3. Pada kasus ini telah dilakukan obturasi pada saluran akar dan telah dilakukan
Rontgen Foto
4. Pada kasus ini kesulitan yang ditemui operator pada waktu preparasi dan dressing
yang dilakukan berkali – kali.

5. DAFTAR PUSTAKA
1. Cohen, S. and Burns, R.C. 1994. Pathway of the pulp. 6 th ed. St. Louis : Mosby.
Cit Armilia, R.2006. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Perawatan Saluran
Akar
2. Pitt Ford T. R .1993. Cit Sumawinata Narlan drg. Restorasi gigi.EGC. Jakarta
3. Bence Richard. 1990 Cit Sundoro E. H. Buku Pedoman Endodontik Klinik.
Jakarta. UniversitasIndonesia Press
4. Mardewi, S. K.S.A. 2003. Endodontologi, Kumpulan naskah. Cetakan I. Jakarta
:Hafizh. Cit Armilia, R.2006. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Perawatan
Saluran Akar
5. Walton, R. and Torabinejad, M., 1996. Principles and Practice of Endodontics. 2
nded. Philadelphia : W.B. Saunders Co. Cit Armilia, R.2006. Faktor-Faktor
Penyebab Kegagalan Perawatan Saluran Akar
6. Weine, F.S. 1996. Endodontics Theraphy. 5 th ed. St. Louis : Mosby Year Book.
Inc. Cit Armilia, R.2006. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Perawatan
Saluran Akar

6. LAMPIRAN

18

Anda mungkin juga menyukai