KOREKSI OBTURASI
NIM : 21101800060
BAGIAN KONSERVASI
UNISSULA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Perawatan saluran merupakan perawatan yang bertujuan untuk meringankan rasa sakit
dan mengontrol sepsis dari pulpa, serta jaringan periapikal sekitarnya dapat mengembalikan
keadaan gigi yang semula sakit dapat kembali membaik (Bachtiar, 2016). Perawatan saluran
akar yang kurang baik dapat mengakibatkan terjadinya infeksi ulang, tidak adanya
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kesalahan diagnosa dan rencana perawatan, serta
kesalahan dalam prosedur perawatan. Sehingga masih diperlukan perawatan ulang untuk
dilakukan dengan dua cara yaitu perawatan ulang konvensional atau non bedah, dan
Keberhasilan PSA didapatkan dari preparasi dan pengisian saluran akar yang baik,
terutama pada sepertiga apikal. Obturasi dari terapi endodontik yaitu untuk mencegah
mikroorganisme memasuki kembali sistem saluran akar. Pada pengisian saluran akar bagian
koronal apabila jika bagian koronal gigi tidak tertutup rapat maka kebocoran serta bakteri
dapat masuk kembali. Pengisian harus bersifat hermetis sehingga tidak ada ruang kosong
Bahan pengisi saluran akar yang umum digunakan adalah gutaperca dan sealer
Terdapat beberapa metode untuk menghilangkan atau membersihkan bahan pengisi saluran
akar, diantaranya adalah penggunaan solvent, panas, instrumen mekanis, atau kombinasi.
Proses cleaning dan shaping serta disinfeksi saluran akar selama perawatan retreatment
sangat penting, sehingga gutaperca dan sealer yang menempel pada dinding saluran akar
harus seluruhnya dibersihkan (Ashraf, 2019). Tehnik obturasi ada beberapa macam yaitu
lateral comparison tehnik , WVC tehnik, CWC tehnik, single cone tehnik, Carrier-based
akar ada beberapa masalah yang dapat terjadi seperti underfilling, overfilling, overextension.
MANAJEMEN KASUS
a. Identitas Pasien
Umur : 25 tahun
Pekerjaan : mahasiswa
Alamat : semarang
b. Pemeriksaan Subyektif
Keluhan Utama
Pasien perempuan usia 25 tahun datang dengan keluhan gigi atas bagian
Anamnesis
Pasien perempuan usia 25 tahun datang dengan keluhan gigi atas bagian
depannya berubah warna menjadi kehitaman. Pasien mengaku awal mulanya gigi
tersebut pernah lubang dan telah dilakukan penumpatan sekitar 4 tahun yang lalu di
dokter gigi. Pasien juga mengatakan pernah mengalami bengkak dan keluar pus pada
gigi tersebut sekitar 2 th yang lalu. Pasien selanjunta belum pernah memeriksakan
kembali giginya ke dokter gigi Pasien mengaku tidak memiliki alergi terhadap obat
c. Pemeriksaan Obyektif
Temperatur : t.d.l
Ekstra Oral
Inspeksi : d.t.a.k
Palpasi : d.t.a.k
Intra Oral
Terdapat karies kelas IV pada gigi 11 disisi mesial dengan kedalaman profunda
Foto Intraoral
Pemeriksaan Penunjang
Rontgen Periapikal
Kunjungan II (8/10/2019)
- Preparasi pada bagian palatal sesuai outline form dengan round bur . arah bur
- Penetrasi keatap kamar pulpa dengan arah bur diubah parallel terhadap aksis gigi
evaluasi arah dan kedalaman bur. Lakukan explorasi dengan sonde lurus
- Pengambilan atap kamar pulpa dengan bur endoakses dengan arah keluar
kamar pulpa sudah terangkat semua , maka saat pengecekan akan terasa smooth
bagian coronal menggunakan bur tapered non cutting arahkan tip bur 2mm
dibawah orifis, miringkan kearah lingual saat bur berputar dengan gerakan
keluar orifis
- Cek akses lurus setelah dilakukan pengambilan atap kamar pulpa dan lingual
Pemeriksaan Subjektif :
Pasien datang untuk melanjutkan perawatan pada gigi depan atasnya yang sudah
ditumpat sementara 1 minggu yang lalu. Pasien tidak memiliki keluhan nyeri, pasien
Pemeriksaan Objektif :
Intra Oral :
Perkusi : (-)
Palpasi : (-)
PGS = PGR X PI - 1 mm
PIR
= 25 x 24 : 24
= 25
= 25 - 1 = 24
- Pertama adalah penentuan IAF (Initial Apical File) yaitu file terbesar yang dapat
masuk sepanjang kerja sebelum preparasi saluran akar yang berfungsi untuk
menentukan diameter apical diawal dengan cara memasukan file secara pasif
PANJANG REKAPITULASI
FILE IRIGASI TEHNIK
KERJA FILE PANJANG
FASE I (Preparasi 1/3 Apikal)
#25 24 mm IAF IAF NaOCl 2 ml , Watch
#30 24mm #25 24 mm 5-10 menit winding
#35 24 mm #30 24mm
#40 24mm #35 24mm
FASE II (Preparasi Badan Saluran Akar)
(MAF #40 dengan panjang kerja 24 mm)
#45 23 mm #40 24 mm NaOCl 2 ml , Watch
#50 22 mm #45 24 mm
#55 21 mm #50 24 mm 5-10 menit winding
FASE II A (Prepasrasi Coronal Flaring)
Preparasi dengan menggunakan H file
#60 20 mm #55 24 mm NaOCl 2 ml , Circum
5-10 menit ferential
FASE II B ( Finishing )
Dengan menggunakan K File dengan ukuran File sesuai MAF
#40 24 mm NaOCl 2 ml , PUSH
5-10 menit PULL
Setelah preparasi selesai, Pasien dilakukan rontgen kembali untuk dilakukan trial
gutap. Setelah dilakukan tryin guttap keringkan saluran akar dengan paper point,
kemudian saluran akar disterilisasi dengan menggunakan CaOH. Terakhir dilakukan
Kunjungan IV (11/11/2019)
Pemeriksaan Subjektif :
Pasien datang untuk melanjutkan perawatan pada gigi depan atasnya yang sudah
ditumpat sementara 2 minggu yang lalu. Pasien tidak memiliki keluhan nyeri, pasien
Pemeriksaan Objektif :
Intra Oral :
Perkusi : (-)
Palpasi : (-)
Tumpatan sementara dibuka dengan menggunakan round bur , lalu diirigasi dengan
bahwa file sudah benar-benar mencapai panjang kerja. Keringkan saluran akar
menggunakan papper point. Pengisian saluran akar dengan menggunakan Master
Apical Cone menggunakan ukuran 45 sampai diperoleh tub back dan Gutap Perca
menggunakan plugger yang dipanaskan dengan spiritus ,itu tumpat dengan cavit.
Selanjutnya dilakukan rontgen , ketika rontgen terlihat pada bagian distolateral masih
terdapat celah , lalu operator segera melakukan penambahan gutab asesoris yang
masih dapat dimasukan di bagian lateral serta masih dapat dilakukan kondensasi
kearah lateral dan dilakukan pengecekan dibagian lateral sudah tidak terdapat celah
atau bagian yang kurang. Selanjutnya dilakukan penutupan kembali dengan gic
Kunjungan V (19/11/2019)
Pemeriksaan Subjektif :
Pasien datang untuk kontrol setelah dilakukan pengisian saluran akar 1 minggu yang
lalu pasien mengaku tidak ada keluhan dengan gigi depan atasmya. Pasien tidak
Pemeriksaan Objektif :
Intra Oral
Perkusi : (-)
Palpasi : (-)
A: previously treated
BAB III
DISKUSI
debridemen yang buruk, perdarahan yang berlebihan, iritasi mekanis dan kimia,
obturasi saluran akar yang tidak hermetis atau berlebihan, perforasi mekanis. Faktor
lokal lainnya termasuk pertimbangan morfologis, fraktur akar, lesi periapikal dan
obturasi yang tidak sempurna, perforasi akar, resorpsi akar eksternal, lesi
periapikal, tertinggalnya instrument yang patah dalam saluran akar, perforasi dasar
akar, karena obturasi yang hermetis menciptakan seal yang baik agar bakteri tidak
masuk ke dalam pulpa. Saluran akar dapat diobturasi ketika pasien sudah tidak
mengeluhkan rasa nyeri dan pembengkakan, perkusi negatif, palpasi negative, tidak
terdapat fistula, saluran akar kering, saluran akar tidak berbau, dan telah dilakukan
and shapping dilakukan dengan benar. Preparasi yang dilakukan pada perawatan
mikroorganisme dari saluran akar, mengangkat jaringan pulpa nekrosis yang dapat
menjadi tempat tubuh kembang bakteri dan mencegah debris terdorong ke foramen
apikal yang dapat menyebabkan peradangan pada daerah periapikal. Preparasi yang
adekuat harus dilakukan sesuai prosedur dengan panjang kerja yang sudah ditetapkan
sebelumnya disertai penggunaan larutan irigasi yang bersifat antibakteri pada setiap
pergantian file. Kemudian ditinjau dari aspek teknis, preparasi saluran akar harus
tapered kea rah apikal bertujuan untuk memfasilitasi efektifitas bahan irigasi
atau anorganik lain. Selain itu, bentuk preparasi saluran akar yang tapered ke
apikal merupakan salah satu factor retensi saat obturasi. Preparasi harus
ii. Preparasi harus dilakukan pada saluran akar utama sesuai dengan Panjang
Foramen apikal harus tetap dijaga (khususnya apikal constriction) dengan baik
pada saat preparasi, karena tidak menutup kemungkinan pada saat preparasi
formenen apikal adalah terjadinya foraminal zip, foraminal rip, dan foraminal
tear. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan preparasi sesuai dengan
panjang kerja yang sudah ditentukan sebelumnya. Akhiran preparasi pada
Apikal constriction terletak 0,5-1 mm dari foramen apikalis (Naseri dkk, 2012)
Keterangan :
AC : Apikal Constriction
AF : Apikal Foramen
AA : Apikal Apex
penyumbatan atau blokade oleh debris atau jaringan pulpa, adanya komplikasi
seperti ledge dan zipping, serta adanya kompleksibilitas anatomi saluran akar.
Blokade oleh debris dan jaringan pulpa pada saluran akar dapat terjadi
ii. gesekan instrument yang terlalu tinggi karena kondisi saluran akar yang kering
iii. anatomi saluran akar, seperti akar yang sempit, saluran akar yang
membengkok
iv. penyimpangan saluran akar karena adanya ledge, zipping atau adanya
maka jaringan pulpa yang teriris akan berbaur menjadi massa yang solid dan
terdorong oleh ujung file yang lebih besar kedalam saluran yang sempit. Untuk
menghindari terjadinya hal tersebut, maka harus dilakukan irigasi pada kamar pulpa
Ledge dapat membuat preparasi sampai apikal sangat sulit dan tidak
memungkinkan, sehingga obturasi saluran akar tidak mencapai apikal. Ledge pada
saluran akar dapat disebabkan karena beberapa hal (Cohen S. dan Burns R., 2006):
v. Insersi file yang sama untuk tingkatan yang sama secara berulang pada saluran
akar
vi. Gerakan file yang tidak tepat (gerakan filling dengan file yang tidak flexible)
vii. shaping yang buruk karena insersi file yang relatif besar pada tingkatan
Pada saluran akar yang mengalami zipping dapat disebabkan oleh pelurusan
akar yang melintang dan tidak teratur sehingga sulit dibersihkan, didesinfeksi, dan di
Penyebab lain obturasi saluran akar tidak sampai apical karena adanya
kurang adeakuat setelah penggunaan NaOCL dan sebelum penggunaan CHX dapat
kecoklatan yang dapat mengendap pada tubulus dentin dan saluran akar sehingga
berpengaruh pada panjang kerja dan obturasi. Selain itu, menurut penelitian endapan
Pengisian saluran akar yang tidak hermetis, baik underfilling atau overfilling
underfilling apabila pengisian saluran akar tidak penuh, terdapat ruang kosong
sebesar 2mm atau lebih. Pengisian yang underfilling disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu :
pada daerah periapikal sehingga akan tinbul rasa tidak nyaman saat mengunyah /
ruang pulpa melalui foramen apikal, dan mencegah perkolasi bakteri ke dalam ruang
Apabila obturasi saluran akar tidak mencapai apikal atau underfilling, maka
akan membuat saluran akar tidak terisi penuh sehingga meninggalkan rongga
dari instrumentasi alat-alat preparasi dan bahan irigasi yang digunakan selama
sumber energi dan dapat bertahan hidup dalam berbagai lingkungan termasuk pH
alkali dan suhu yang ekstrim. Adanya akumulasi bakteri E.Faecalis dan bakteri lain
dari jaringan periapikal dapat menyebabkan reaksi inflamasi terhadap toxin yang
perawatan yang telah dilakukan berhasil atau tidak. Kriteria keberhasilan perawatan
saluran akar yaitu tidak adanya keluhan dari pasien, bengkak berkurang, fistula
Tanda dan gejala yang diharapkan pada pasien setelah perawatan saluran akar
adalah :
Perawatan saluran akar dikatakan sukses apabila tidak ada kelainan pada
Evaluasi dapat dilakukan setelah 1 tahun post operatif, 2 tahun post operatif
dan 4 tahun post operatif. apabila tahun pertama sudah menunjukan penyembuhan
maka tidak perlu observasi pada tahun selanjutnya, dan bila pada gigi yang
lanjutan dan kemungkinan besar lesi akan sembuh pada akhirnya. Pada tahun kedua,
sebagian besar gigi seharusnya sudah sembuh. Namun, gigi yang tidak menunjukkan
tanda penyembuhan perlu ditinjau kembali untuk 2 tahun kedepan. Apabila setelah
KESIMPULAN
Pada kasus ini, operator telah melakukan penambahan pengisiian gutab pada
disto lateral di hari yang sama dikarenakan pada pengisian gutab terdapat celah yang
terlihat saat dilakukan rontgen. Operator melakukan perawatan saluran akar pada
gigi yang terdapat karies disertai abses apikalis kronis. Obturasi yang tidak
untuk kembali masuk melalui celah tersebut dan gigi tersebut juga masih terdapat
abses maka kemungkinan pada bagian periapikal dapat lebih parah jika obturasi
tidak hermetis.. Pada kasus ini memperlihatkan penyembuhan lesi periapikal melalui
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh
2110180060
Semarang, .......................................2021
DAFTAR PUSTAKA
Cohen S., dan Burns R. 2006. Pathways of The Pulp 9th edition. Elsevier.
Grossman, L.I., Oliet, S. and Del Rio, C.E., 1988. Endodontics Practice. 11 th ed.
Philadelphia: Lea & Febiger. Ingle, J.L. & Bakland, L.K. 1985. Endodontics. 3 rd ed.
Philadelphia: Lea & Febiger.
Haapasalo, M., Shen, Y., Qian, W. and Gao, Y., 2010. Irrigation in endodontics. Dental
Clinics, 54(2), pp.291-312.
Holland, R., Gomes Filho, J.E., Cintra, L.T.A., Queiroz, Í.O.D.A. and Estrela, C., 2017.
Factors affecting the periapical healing process of endodontically treated teeth. Journal
of Applied Oral Science, 25(5), pp.465-476.
Kim, J.W., 2012. Precipitate from a combination of sodium hypochlorite and
chlorhexidine. Restorative dentistry & endodontics, 37(3), p.185.
Nasseri, M., Ahangari, Z. and Momayyez, M., 2012. Evaluation of the distance of apical
constriction from anatomic and radiographic apices in extracted maxillary second
premolars using the clearing technique. J Dent Sch, 30(2), pp.95-100.
Novitasari, M. and Nugroho, R., 2017. Frekuensi Kegagalan Pengisian Saluran Akar dengan
Teknik Preparasi Step Back pada Gigi Berakar Ganda di Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Universitas Jember 2011-2016 (The Frequency of Failure Root Canal Filling with Step
Back PreparationTechnique on Multiple Ro. Pustaka Kesehatan, 5(2), pp.331-338.
Nurliza, C. and Abidin, T., 2014. PRINSIP-PRINSIP DASAR PREPARASI SALURAN
AKAR SECARA KHEMOMEKANIS. Dentika Dental Journal, 18(2), pp.177-184.
Paiva, R.C.T., Solda, C., Vendramini, F., Vanni, J.R., Marcon, F.B., Fornari, V.J. and
Hartmann, M.S.M., 2018. Regaining Apical Patency with Manual and Reciprocating
Instrumentation during Retreatment. Iranian endodontic journal, 13(3), p.351.
Yolanda, Y. and Irmaleny, I., 2018. Pembersihan sealer dalam saluran akar pada kasus
retreatment non-bedah Gigi 11 menggunakan cairan irigan dengan aktivasi sonic
Cleansing of the root canal sealer in the case of non-surgical retreatments of tooth 11
using liquid irrigant with sonic activation. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran, 30(3), pp.175-180.