Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

KOREKSI OBTURASI

PADA PSA TUNGGAL

Nama : Septianing Anggun Faradila

NIM : 21101800060

Pembimbing : drg. Andina Rizkia P, Sp.KG

BAGIAN KONSERVASI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNISSULA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

Perawatan saluran merupakan perawatan yang bertujuan untuk meringankan rasa sakit

dan mengontrol sepsis dari pulpa, serta jaringan periapikal sekitarnya dapat mengembalikan

keadaan gigi yang semula sakit dapat kembali membaik (Bachtiar, 2016). Perawatan saluran

akar yang kurang baik dapat mengakibatkan terjadinya infeksi ulang, tidak adanya

penyembuhan, komplikasi dan berkembangnya penyakit baru. Kegagalan PSA bisa

disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kesalahan diagnosa dan rencana perawatan, serta

kesalahan dalam prosedur perawatan. Sehingga masih diperlukan perawatan ulang untuk

menanggulangi kegagalan tersebut. Penanggulangan kegagalan perawatan saluran akar dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu perawatan ulang konvensional atau non bedah, dan

perawatan ulang secara bedah (Yolanda, 2018).

Keberhasilan PSA didapatkan dari preparasi dan pengisian saluran akar yang baik,

terutama pada sepertiga apikal. Obturasi dari terapi endodontik yaitu untuk mencegah

mikroorganisme memasuki kembali sistem saluran akar. Pada pengisian saluran akar bagian

koronal apabila jika bagian koronal gigi tidak tertutup rapat maka kebocoran serta bakteri

dapat masuk kembali. Pengisian harus bersifat hermetis sehingga tidak ada ruang kosong

sehingga mikroorganisme dapat hidup di sana.

Bahan pengisi saluran akar yang umum digunakan adalah gutaperca dan sealer

Terdapat beberapa metode untuk menghilangkan atau membersihkan bahan pengisi saluran

akar, diantaranya adalah penggunaan solvent, panas, instrumen mekanis, atau kombinasi.

Proses cleaning dan shaping serta disinfeksi saluran akar selama perawatan retreatment

sangat penting, sehingga gutaperca dan sealer yang menempel pada dinding saluran akar

harus seluruhnya dibersihkan (Ashraf, 2019). Tehnik obturasi ada beberapa macam yaitu
lateral comparison tehnik , WVC tehnik, CWC tehnik, single cone tehnik, Carrier-based

thermoplasticized technique, Plasticized GP injection technique,. Dalam pengisian saluran

akar ada beberapa masalah yang dapat terjadi seperti underfilling, overfilling, overextension.

Mencegah masalah seperti yang dijelaskan dapat dilakukan dengan memperrtimbangkan

untuk menggunakan teknik instrumentasi yang memungkinkan obturasi terkontrol dengan

hingga bagian coronal(Rousand dan Jawad, 2016) .


BAB II

MANAJEMEN KASUS

a. Identitas Pasien

Nama pasien : laily eka

Umur : 25 tahun

Pekerjaan : mahasiswa

Alamat : semarang

b. Pemeriksaan Subyektif

Keluhan Utama

Pasien perempuan usia 25 tahun datang dengan keluhan gigi atas bagian

depannya berubah warna menjadi kehitaman

Anamnesis

Pasien perempuan usia 25 tahun datang dengan keluhan gigi atas bagian

depannya berubah warna menjadi kehitaman. Pasien mengaku awal mulanya gigi

tersebut pernah lubang dan telah dilakukan penumpatan sekitar 4 tahun yang lalu di

dokter gigi. Pasien juga mengatakan pernah mengalami bengkak dan keluar pus pada

gigi tersebut sekitar 2 th yang lalu. Pasien selanjunta belum pernah memeriksakan

kembali giginya ke dokter gigi Pasien mengaku tidak memiliki alergi terhadap obat

maupun makanan. Riwayat penyakit sistemik disangkal

c. Pemeriksaan Obyektif

KU : baik Nadi : 80 x/menit

TD : 106/78 mm/Hg RR : 18 x/menit

BB : 62 kg Tinggi Badan : 155 cm

Temperatur : t.d.l
Ekstra Oral

Inspeksi : d.t.a.k

Palpasi : d.t.a.k

Intra Oral

Terdapat karies kelas IV pada gigi 11 disisi mesial dengan kedalaman profunda

Palpasi : (-) mobilitas : (-)

Perkusi : (-) Vitalitas : (-)

Foto Intraoral

Pemeriksaan Penunjang

Rontgen Periapikal

A: pulp necrosis, chronic apical abcess


PENATALAKSANAAN DAN KUNJUNGAN

Kunjungan II (8/10/2019)

a. Pre operatif Rontgen

b. Preparasi akses kavitas

- Preparasi pada bagian palatal sesuai outline form dengan round bur . arah bur

ketika preparasi yaitu paralel terhadap permukaan

- Penetrasi keatap kamar pulpa dengan arah bur diubah parallel terhadap aksis gigi

. penetrasi dilanjutkan mencapai kamar pulpa. Selama penetrasi selalu lakukan

evaluasi arah dan kedalaman bur. Lakukan explorasi dengan sonde lurus

- Pengambilan atap kamar pulpa dengan bur endoakses dengan arah keluar

kavitas. Akses kavitas dihaluskan dengan non cutting diamond bur.

- Lakukan pengecekan kamar pulpa menggunakan endodontic explorer . bila atap

kamar pulpa sudah terangkat semua , maka saat pengecekan akan terasa smooth

dan tidak ada tahanan

- Lakukan explorasi orifis untuk mengetahui letak dan kemiringannya

menggunakan jarum miller

- Pengangkatan lingual shoulder dan coronal flaring , dilakukan pembuangan pada

bagian coronal menggunakan bur tapered non cutting arahkan tip bur 2mm

dibawah orifis, miringkan kearah lingual saat bur berputar dengan gerakan

keluar orifis

- Cek akses lurus setelah dilakukan pengambilan atap kamar pulpa dan lingual

shoulder . cek dengan file no 15 . pastikan file tidak boleh miring


Gambar : preparasi akses kavitas

- Tutup dengan cavit

Kunjungan III (21/10/2019)

 Pemeriksaan Subjektif :

Pasien datang untuk melanjutkan perawatan pada gigi depan atasnya yang sudah

ditumpat sementara 1 minggu yang lalu. Pasien tidak memiliki keluhan nyeri, pasien

tidak mempunyai riwayat penyakit sistemik dan alergi.

 Pemeriksaan Objektif :

Intra Oral :

Inspeksi : Terdapat tumpatan sementara pada gigi 11

Perkusi : (-)

Palpasi : (-)

A: pulp necrosis, chronic apical abcess

Tindakan : Membuka tumpatan sementara, perhitungan panjang kerja, preparasi

saluran akar, dressing.

a. Buka tumpatan sementara dengan menggunaan round bur

b. Penghitungan panjang kerja

PGS = PGR X PI - 1 mm
PIR
= 25 x 24 : 24
= 25
= 25 - 1 = 24

c. Preparasi saluran akar dan sterilisasi


- Preparasi menggunakan teknik stepback

- Irigasi menggunakan EDTA dan NaOCL

- Sterilisasi menggunakan CaOH+ Saline

- Pertama adalah penentuan IAF (Initial Apical File) yaitu file terbesar yang dapat

masuk sepanjang kerja sebelum preparasi saluran akar yang berfungsi untuk

menentukan diameter apical diawal dengan cara memasukan file secara pasif

dengan tehnik watch winding. IAF (#25)

PANJANG REKAPITULASI
FILE IRIGASI TEHNIK
KERJA FILE PANJANG
FASE I (Preparasi 1/3 Apikal)
#25 24 mm IAF IAF NaOCl 2 ml , Watch
#30 24mm #25 24 mm 5-10 menit winding
#35 24 mm #30 24mm
#40 24mm #35 24mm
FASE II (Preparasi Badan Saluran Akar)
(MAF #40 dengan panjang kerja 24 mm)
#45 23 mm #40 24 mm NaOCl 2 ml , Watch
#50 22 mm #45 24 mm
#55 21 mm #50 24 mm 5-10 menit winding
FASE II A (Prepasrasi Coronal Flaring)
Preparasi dengan menggunakan H file
#60 20 mm #55 24 mm NaOCl 2 ml , Circum
5-10 menit ferential
FASE II B ( Finishing )
Dengan menggunakan K File dengan ukuran File sesuai MAF
#40 24 mm NaOCl 2 ml , PUSH
5-10 menit PULL

Setelah preparasi selesai, Pasien dilakukan rontgen kembali untuk dilakukan trial

gutap. Setelah dilakukan tryin guttap keringkan saluran akar dengan paper point,
kemudian saluran akar disterilisasi dengan menggunakan CaOH. Terakhir dilakukan

penutupan dengan Cavit.

Gambar : Trial Guttap

Kunjungan IV (11/11/2019)

 Pemeriksaan Subjektif :

Pasien datang untuk melanjutkan perawatan pada gigi depan atasnya yang sudah

ditumpat sementara 2 minggu yang lalu. Pasien tidak memiliki keluhan nyeri, pasien

tidak mempunyai riwayat penyakit sistemik dan alergi.

 Pemeriksaan Objektif :

Intra Oral :

Inspeksi : Terdapat tumpatan sementara pada gigi 11

Perkusi : (-)

Palpasi : (-)

A: previously initiated theraphy

Tindakan : Membuka tumpatan sementara, Obturasi menggunakan gutha percha

dengan sealer endomethasone

Tumpatan sementara dibuka dengan menggunakan round bur , lalu diirigasi dengan

menggunakan NaOcl lakukan rekapitulasi dengan file terkahir untuk memastikan

bahwa file sudah benar-benar mencapai panjang kerja. Keringkan saluran akar
menggunakan papper point. Pengisian saluran akar dengan menggunakan Master

Apical Cone menggunakan ukuran 45 sampai diperoleh tub back dan Gutap Perca

aksesoris yang dicampur dengan menggunakan sealer berupa endomethason +

eugenol. Kondensasi dilakukan menggunakan spreaser no 25. Potong gutap

menggunakan plugger yang dipanaskan dengan spiritus ,itu tumpat dengan cavit.

Selanjutnya dilakukan rontgen , ketika rontgen terlihat pada bagian distolateral masih

terdapat celah , lalu operator segera melakukan penambahan gutab asesoris yang

masih dapat dimasukan di bagian lateral serta masih dapat dilakukan kondensasi

kearah lateral dan dilakukan pengecekan dibagian lateral sudah tidak terdapat celah

atau bagian yang kurang. Selanjutnya dilakukan penutupan kembali dengan gic

Obturasi pertama  penambahan gutab bagian distal

Kunjungan V (19/11/2019)

 Pemeriksaan Subjektif :
Pasien datang untuk kontrol setelah dilakukan pengisian saluran akar 1 minggu yang

lalu pasien mengaku tidak ada keluhan dengan gigi depan atasmya. Pasien tidak

memiliki riwayat alergi maupun riwayat sistemik.

 Pemeriksaan Objektif :

Intra Oral

Inspeksi : terdapat tumpatan sementara pada gigi 11

Perkusi : (-)

Palpasi : (-)

A: previously treated

Tindakan : control H+7 Pasca obturasi

Gambar : pasca kontrol

BAB III

DISKUSI

o Penyebab Kegagalan Endodontik


Penyebab kegagalan endodontik telah diklasifikasikan oleh Grossman dan

membagi penyebabnya menjadi empat kategori yaitu diagnosis buruk, prognosis

buruk, kesulitan teknis, dan perawatan yang salah.

Beberapa faktor lokal yang menyebabkan kegagalan termasuk infeksi,

debridemen yang buruk, perdarahan yang berlebihan, iritasi mekanis dan kimia,

obturasi saluran akar yang tidak hermetis atau berlebihan, perforasi mekanis. Faktor

lokal lainnya termasuk pertimbangan morfologis, fraktur akar, lesi periapikal dan

keterlibatan periodontal. Penyebab kegagalan PSA sangat banyak antara lain

obturasi yang tidak sempurna, perforasi akar, resorpsi akar eksternal, lesi

periodontal-periradikuler, overfilling, adanya saluran akar yang tertinggal, kista

periapikal, tertinggalnya instrument yang patah dalam saluran akar, perforasi dasar

foramen nasalis dan kebocoran koronal (Grossman, 1986).

 Penyebab obturasi saluran akar tidak hermetis

Hasil obturasi yang hermetis adalah kunci keberhasilan perawatan saluran

akar, karena obturasi yang hermetis menciptakan seal yang baik agar bakteri tidak

masuk ke dalam pulpa. Saluran akar dapat diobturasi ketika pasien sudah tidak

mengeluhkan rasa nyeri dan pembengkakan, perkusi negatif, palpasi negative, tidak

terdapat fistula, saluran akar kering, saluran akar tidak berbau, dan telah dilakukan

medikasi selama paling lambat 1 minggu.

Obturasi yang hermetis dapat diperoleh ketika prosedur preparasi / cleaning

and shapping dilakukan dengan benar. Preparasi yang dilakukan pada perawatan

saluran akar disebut sebagai preparasi kemomekanis, yang artinya adalah

pembersihan saluran akar menggunakan instrumen mekanis disertai penggunaan

larutan irigasi antibakteri untuk menghilangkan mikroorganisme dari saluran akar

(Nurliza C, dkk 2014 ).


Prinsip preparasi mekanis ditinjau dari dua aspek penting, yaitu aspek biologis dan

aspek teknis. Ditinjau dari apek biologis, preparasi harus menghilangkan

mikroorganisme dari saluran akar, mengangkat jaringan pulpa nekrosis yang dapat

menjadi tempat tubuh kembang bakteri dan mencegah debris terdorong ke foramen

apikal yang dapat menyebabkan peradangan pada daerah periapikal. Preparasi yang

adekuat harus dilakukan sesuai prosedur dengan panjang kerja yang sudah ditetapkan

sebelumnya disertai penggunaan larutan irigasi yang bersifat antibakteri pada setiap

pergantian file. Kemudian ditinjau dari aspek teknis, preparasi saluran akar harus

memenuhi beberapa kriteria sebagi berikut (Nurliza,2014) :

i. Membentuk saluran akar yang tapered ke apikal.

Preparasi saluran akar dengan tetap menjaga bentuk anatomisnya, yaitu

tapered kea rah apikal bertujuan untuk memfasilitasi efektifitas bahan irigasi

untuk berpenetrasi dan mengeliminasi mikroorganisme maupun zat organic

atau anorganik lain. Selain itu, bentuk preparasi saluran akar yang tapered ke

apikal merupakan salah satu factor retensi saat obturasi. Preparasi harus

menggunakan intrumen yang fleksibel sehingga dapat menjangkau saluran

akar yang bengkok.

ii. Preparasi harus dilakukan pada saluran akar utama sesuai dengan Panjang

kerja yang sudah ditentukan

iii. Menjaga foramen apikal pada saat preparasi

Foramen apikal harus tetap dijaga (khususnya apikal constriction) dengan baik

pada saat preparasi, karena tidak menutup kemungkinan pada saat preparasi

saluran akar dapat merusak foramen apikal. Beberapa kerusakan pada

formenen apikal adalah terjadinya foraminal zip, foraminal rip, dan foraminal

tear. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan preparasi sesuai dengan
panjang kerja yang sudah ditentukan sebelumnya. Akhiran preparasi pada

apikal constriction memberikan keberhasilan perawatan saluran yang baik.

Apikal constriction terletak 0,5-1 mm dari foramen apikalis (Naseri dkk, 2012)

Keterangan :
AC : Apikal Constriction
AF : Apikal Foramen
AA : Apikal Apex

Anatomi apeks gigi(Naseri dkk, 2012)

Penyebab obturasi tidak mencapai apikal dapat terjadi karena adanya

penyumbatan atau blokade oleh debris atau jaringan pulpa, adanya komplikasi

seperti ledge dan zipping, serta adanya kompleksibilitas anatomi saluran akar.

(Cohen S. dan Burns R., 2006)

Blokade oleh debris dan jaringan pulpa pada saluran akar dapat terjadi

karena(Cohen S. dan Burns R., 2006):

i. bagian cutting instrument endodontik yang penuh dengan debris

ii. gesekan instrument yang terlalu tinggi karena kondisi saluran akar yang kering

sehingga menyebabkan penumpukan debris

iii. anatomi saluran akar, seperti akar yang sempit, saluran akar yang

membengkok

iv. penyimpangan saluran akar karena adanya ledge, zipping atau adanya

instrument yang patah.


Apabila terjadi penyumbatan jaringan pulpa ketika kondisi saluran akar kering,

maka jaringan pulpa yang teriris akan berbaur menjadi massa yang solid dan

terdorong oleh ujung file yang lebih besar kedalam saluran yang sempit. Untuk

menghindari terjadinya hal tersebut, maka harus dilakukan irigasi pada kamar pulpa

setiap pergantian file(Cohen S. dan Burns R., 2006).

Ledge dapat membuat preparasi sampai apikal sangat sulit dan tidak

memungkinkan, sehingga obturasi saluran akar tidak mencapai apikal. Ledge pada

saluran akar dapat disebabkan karena beberapa hal (Cohen S. dan Burns R., 2006):

i. adanya tekanan yang berlebih,pada saat preparasi

ii. ketidakmampuan instrument untuk masuk ke saluran akar yang bengkok

iii. Irigasi tidak adekuat

iv. Adanya akumulasi debris pada bagian apikal

v. Insersi file yang sama untuk tingkatan yang sama secara berulang pada saluran

akar

vi. Gerakan file yang tidak tepat (gerakan filling dengan file yang tidak flexible)

vii. shaping yang buruk karena insersi file yang relatif besar pada tingkatan

saluran akar tertentu pada awal prosedur.

Ledge (Cohen S. dan Burns R., 2006)

Pada saluran akar yang mengalami zipping dapat disebabkan oleh pelurusan

sepertiga apikal. Zipping pada saluran akar mengakibatkan kerusakan apikal


konstriksi dan membentuk saluran akar yang relatif besar dengan bentuk saluran

akar yang melintang dan tidak teratur sehingga sulit dibersihkan, didesinfeksi, dan di

obturasi(Cohen S. dan Burns R., 2006).

Gambar 2. Zipping (Cohen S. dan Burns R., 2006)

Penyebab lain obturasi saluran akar tidak sampai apical karena adanya

kesalahan penggunaan larutan irigasi, dimana penggunaan larutan aquades yang

kurang adeakuat setelah penggunaan NaOCL dan sebelum penggunaan CHX dapat

menyebabkan bereaksinya NaOCL dan CHX membentuk sebuah endapan atau

precipitat yang disebut parachloroamine. Endapan parachloroamine berwarna orange

kecoklatan yang dapat mengendap pada tubulus dentin dan saluran akar sehingga

berpengaruh pada panjang kerja dan obturasi. Selain itu, menurut penelitian endapan

ini bersifat sitotoksik pada jaringan (Woo Kim, 2012).

Pengisian saluran akar yang tidak hermetis, baik underfilling atau overfilling

mempunyai efek pada prognosa perawatan. Pengisian saluran akar dikatakan

underfilling apabila pengisian saluran akar tidak penuh, terdapat ruang kosong

sebesar 2mm atau lebih. Pengisian yang underfilling disebabkan oleh beberapa hal,

yaitu :

i. terjadi ledge selama preparasi

ii. insufficient flaring

iii. adaptasi master cone tidak baik

iv. tekanan kondensasi yang tidak adekuat


Pengisian saluran akar yang overfilling kerusakan jaringan periapikal dan inflamasi

pada daerah periapikal sehingga akan tinbul rasa tidak nyaman saat mengunyah /

pada saat gigi tersebut terkena tekanan (Novitasari, 2016).

 Akibat yang ditimbulkan bila obturasi saluran akar tidak mencapai

apical dan tidak hermetis

Tujuan dilakukannya obturasi adalah untuk mencegah perkembangan

mikroorganisme pada saluran akar karena kebocoran korona, mencegah multiplikasi

mikroorganisme pada saluran akar, mencegah kebocoran cairan jaringan kedalam

ruang pulpa melalui foramen apikal, dan mencegah perkolasi bakteri ke dalam ruang

pulpa melalui sulkus gingiva dan poket periodontal.

Apabila obturasi saluran akar tidak mencapai apikal atau underfilling, maka

akan membuat saluran akar tidak terisi penuh sehingga meninggalkan rongga

sebagai area potensial untuk terjadinya rekontaminasi bakteri. Bakteri utama

penyebab infeksi sekunder adalah E. faecalis. E. faecalis mempunyai kemampuan

penetrasi ke dalam tubuli dentin sehingga memungkinkan bakteri tersebut terhindar

dari instrumentasi alat-alat preparasi dan bahan irigasi yang digunakan selama

preparasi biomekanikal. Selain itu, bakteri ini mampu mengkatabolisme berbagai

sumber energi dan dapat bertahan hidup dalam berbagai lingkungan termasuk pH

alkali dan suhu yang ekstrim. Adanya akumulasi bakteri E.Faecalis dan bakteri lain

dari jaringan periapikal dapat menyebabkan reaksi inflamasi terhadap toxin yang

dihasilkan bakteri tersebut sehingga lambat laun akan menyebabkan infeksi

sekunder dan keruskan jaringan sekitar.

 Apabila obturasi saluran akar sudah terlanjur tidak mencapai apikal,

atau bagian lateral tidak hermetis apa treatment selanjutnya ?


Setelah perawatan saluran akar dilakukan, operator harus mengevaluasi apakah

perawatan yang telah dilakukan berhasil atau tidak. Kriteria keberhasilan perawatan

saluran akar yaitu tidak adanya keluhan dari pasien, bengkak berkurang, fistula

sembuh, dan terdapat perbaikan tulang pada pemeriksaan radiografis.

Tanda dan gejala yang diharapkan pada pasien setelah perawatan saluran akar

adalah :

1. pasien tidak ada keluhan nyeri

2. palpasi dan perkusi negatif

3. terjadi penyembuhan pada fistula

4. tidak ada pembengkakan yang terlihat pada gigi yang terlibat

5. Perbandingan pemeriksaan radiografi pre-operatif dan post-operatif juga

perlu dilakukan untuk menilai suatu keberhasilan perawatan saluran akar.

Perawatan saluran akar dikatakan sukses apabila tidak ada kelainan pada

jaringan pendukung gigi.

Evaluasi dapat dilakukan setelah 1 tahun post operatif, 2 tahun post operatif

dan 4 tahun post operatif. apabila tahun pertama sudah menunjukan penyembuhan

maka tidak perlu observasi pada tahun selanjutnya, dan bila pada gigi yang

menunjukkkan penyembuhan parsial pada tahun pertama, dilakukan observasi

lanjutan dan kemungkinan besar lesi akan sembuh pada akhirnya. Pada tahun kedua,

sebagian besar gigi seharusnya sudah sembuh. Namun, gigi yang tidak menunjukkan

tanda penyembuhan perlu ditinjau kembali untuk 2 tahun kedepan. Apabila setelah

observasi selama 4 tahun post-operatif tidak ada tanda-tanda penyembuhan, maka

diindakasikan untuk dilakukan re-treatment perawatan saluran akar.


BAB IV

KESIMPULAN
Pada kasus ini, operator telah melakukan penambahan pengisiian gutab pada

disto lateral di hari yang sama dikarenakan pada pengisian gutab terdapat celah yang

terlihat saat dilakukan rontgen. Operator melakukan perawatan saluran akar pada

gigi yang terdapat karies disertai abses apikalis kronis. Obturasi yang tidak

mencapai apikal dan tiidak hermetis dapat menyebabkan mikroorganisme mudah

untuk kembali masuk melalui celah tersebut dan gigi tersebut juga masih terdapat

abses maka kemungkinan pada bagian periapikal dapat lebih parah jika obturasi

tidak hermetis.. Pada kasus ini memperlihatkan penyembuhan lesi periapikal melalui

pendekatan non bedah. Penyembuhan lesi periapeks dicapai melalui penggunaan

kalsium hidroksida. Namun, tetap penting untuk dilakukan observasi dan

pengamatan lebih lanjut mengenai prognosis lesi periapeks.

LEMBAR PENGESAHAN

Refleksi Kasus Konservasi


OBTURASI DI BAGIAN LATERAL TIDAK HERMETIS

PADA PSA TUNGGAL

Disusun oleh

Septianing anggun faradila

2110180060

Telah disetujui oleh:

Semarang, .......................................2021

Pembimbing klinik Operator

drg.Andina Rizkia,sp.KG Septianing Anggun Faradila

DAFTAR PUSTAKA

Cohen S., dan Burns R. 2006. Pathways of The Pulp 9th edition. Elsevier.
Grossman, L.I., Oliet, S. and Del Rio, C.E., 1988. Endodontics Practice. 11 th ed.
Philadelphia: Lea & Febiger. Ingle, J.L. & Bakland, L.K. 1985. Endodontics. 3 rd ed.
Philadelphia: Lea & Febiger.

Haapasalo, M., Shen, Y., Qian, W. and Gao, Y., 2010. Irrigation in endodontics. Dental
Clinics, 54(2), pp.291-312.
Holland, R., Gomes Filho, J.E., Cintra, L.T.A., Queiroz, Í.O.D.A. and Estrela, C., 2017.
Factors affecting the periapical healing process of endodontically treated teeth. Journal
of Applied Oral Science, 25(5), pp.465-476.
Kim, J.W., 2012. Precipitate from a combination of sodium hypochlorite and
chlorhexidine. Restorative dentistry & endodontics, 37(3), p.185.
Nasseri, M., Ahangari, Z. and Momayyez, M., 2012. Evaluation of the distance of apical
constriction from anatomic and radiographic apices in extracted maxillary second
premolars using the clearing technique. J Dent Sch, 30(2), pp.95-100.
Novitasari, M. and Nugroho, R., 2017. Frekuensi Kegagalan Pengisian Saluran Akar dengan
Teknik Preparasi Step Back pada Gigi Berakar Ganda di Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Universitas Jember 2011-2016 (The Frequency of Failure Root Canal Filling with Step
Back PreparationTechnique on Multiple Ro. Pustaka Kesehatan, 5(2), pp.331-338.
Nurliza, C. and Abidin, T., 2014. PRINSIP-PRINSIP DASAR PREPARASI SALURAN
AKAR SECARA KHEMOMEKANIS. Dentika Dental Journal, 18(2), pp.177-184.
Paiva, R.C.T., Solda, C., Vendramini, F., Vanni, J.R., Marcon, F.B., Fornari, V.J. and
Hartmann, M.S.M., 2018. Regaining Apical Patency with Manual and Reciprocating
Instrumentation during Retreatment. Iranian endodontic journal, 13(3), p.351.
Yolanda, Y. and Irmaleny, I., 2018. Pembersihan sealer dalam saluran akar pada kasus
retreatment non-bedah Gigi 11 menggunakan cairan irigan dengan aktivasi sonic
Cleansing of the root canal sealer in the case of non-surgical retreatments of tooth 11
using liquid irrigant with sonic activation. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran, 30(3), pp.175-180.

Anda mungkin juga menyukai