Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK KECIL

BLOK 15 OROMAKSILOFASIAL DAN BEDAH MULUT

MODUL 3 PEMBEDAHAN DALAM BIDANG KEDOKTERAN GIGI

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3

Dea Pratiwi Sadaningsih 1710025009

Aanisah Nida Aliyah 1710025025

Seplin Tanga Biri 1710025011

Eva Titania Maulida 1710025010

Astria Virginia Uspa 1710025012

Nida Ulfah 1710025026

Devina Ruth Seylen Pardosi 1710025031

Naufal Fathurahman Daling 1710025028

Sarah Prinadira 1710025020

Tutor : drg. Nydia Hanan, Sp.KGA

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kiranya pantaslah kami memanjatkan
puji syukur atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kami, baik kesempatan maupun
kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.

Laporan ini dapat hadir seperti sekarang ini tak lepas dari bantuan banyak pihak.
Untuk itu sudah sepantasnyalah kami mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besar
buat mereka yang telah berjasa membantu kami selama proses pembuatan laporan ini dari
awal hingga akhir.

Namun, kami menyadari bahwa laporan ini masih ada hal-hal yang belum sempurna
dan luput dari perhatian kami. Baik itu dari bahasa yang digunakan maupun dari teknik
penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan dan kerendahan hati, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian demi perbaikan laporan ini
kedepannya.

Akhirnya, besar harapan kami agar kehadiran laporan kelompok ini dapat
memberikan manfaat yang berarti untuk para pembaca. Dan yang terpenting adalah semoga
dapat turut serta menambah ilmu pengetahuan kepada pembaca.

Samarinda, 29 November 2019


Hormat Kami,

Kelompok 3
DAFTAR ISI

Halaman judul ..................................................................................................................... i


Kata Pengantar .................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................. iii
Abstrak….……………………………………………………………………………….. iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 5
1.2 Tujuan .......................................................................................................... 5
1.3 Manfaat ....................................................................................................... 6

BAB II ISI
2.1 Identifikasi Istilah Sulit ................................................................................ 7
2.2 Identifikasi Masalah ..................................................................................... 8
2.3 Analisa Masalah ........................................................................................... 9
2.4 Strukturisasi Konsep .................................................................................... 13
2.5 Learning Objective ...................................................................................... 14
2.6 Belajar Mandiri ........................................................................................... 14
2.7 Sintesis ........................................................................................................ 14

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 45
3.2 Saran……………………………………………………………………… 45
ABSTRAK

Bedah minor adalah keterampilan praktis yang memerlukan pengetahuan, teori, dan latihan
mengenai alat bedah sederhana, teknik aseptik dan menjahit. Pengetahuan alat bedah sederhana
meliputi alat pemotong (scalpel dan gunting), alat pemegang dan alat penarik. Setiap alat
memiliki jenis, cara memegang dan kegunaan yang berbeda. Teknik aseptik mencakup teknik
untuk mensucihamakan medan operasi, bagian tubuh yang kontak dengan medan operasi dan
sterilisasi alat-alat yang dipergunakan dalam pembedahan. Kemampuan menjahit membutuhkan
pemahaman tentang jenis benang, jenis jarum, teknik pembuatan simpul dan teknik penutupan
luka. Setiap jenis benang memiliki karakteristik bahan, daya tahan, reaksi jaringan terhadap
bahan tersebut dan ukuran benang yang berbeda. Jarum memiliki bentuk, ukuran, bagian
belakang, bagian tengah dan bagian ujung yang bervariasi pula dengan kegunaan yang berbeda-
beda. Dalam pembuatan simpul perlu diketahui jenis simpul, cara membuat simpul dengan satu
tangan, dua tangan dan instrumen serta memotong benangnya.

ABSTRACT

Minor surgery is a practical skill that requires knowledge, theory, and practice regarding simple
surgical instruments, aseptic and sewing techniques. Knowledge of simple surgical instruments
includes cutting tools (scalpels and scissors), tool holders and pulling tools. Each tool has a
different type, method of holding and use. Aseptic techniques include techniques for disinfecting
the field of operation, the part of the body that comes in contact with the field of operation and
the sterilization of tools used in surgery. Sewing ability requires an understanding of yarn types,
needle types, knot making techniques and wound closure techniques. Each type of yarn has
different material characteristics, durability, tissue reaction to the material and different thread
sizes. Needles have a shape, size, back, center and end that vary with different uses. In making a
knot you need to know the type of knot, how to make a knot with one hand, two hands and the
instrument and cut the thread.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bedah minor adalah suatu tindakan operasi atau pembedahan ringan/kecil atau terlokalisir
yang menggunakan anestesi (pembiusan) lokal contohnya memotong borok dan bisul, eksisi
kista, dan menjahit luka. Bedah ini harus memenuhi tingkat keamanan operasi yang cukup
dengan resiko yang minim untuk dilakukan di klinik. Untuk menentukan suatu penyakit atau
keadaan pada pasien bisa ditangani dengan bedah minor atau tidak, perlu diteliti terlebih
dahulu secara fisik dan terkadang memerlukan tes laboratorium. Oleh karenanya, bedah
minor harus dikonsultasikan terlebih dahulu sebelum dijadwalkan atau didaftarkan. Namun
pada beberapa kasus, bedah minor bisa langsung dilakukan tanpa tes lab selama dokter
operator bisa memastikan keamanan dan resiko pada obyek bedah.

Kondisi ini membuat tindakan bedah minor tidak setiap saat bisa dilayani seketika. Harus
dilihat kesiapan dokter, kelengkapan operasi, keadaan pasien dan alokasi waktu. Keadaan
yang bersifat darurat dan harus ditangani dengan standard yang lebih tinggi akan dirujuk ke
rumah sakit terdekat atau sesuai pilihan pasien.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bedah minor adalah dari persiapan alat-alat, ruang
operasi dan meja operasi, pencahayaan, perawatan alat-alat dan perlengkapan, sterilisasi dan
desinfeksi alat-alat, persiapan dari pasien, serta anastesi.

1.2 TUJUAN

Berdasarkan skenario, kami mengidentifikasi tujuan pembelajaran modul ini yaitu:

Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai:

1. Mampu menjelaskan persiapan penanganan BMO

2. Mampu menjelaskan pemeriksaan lengkap BMO dan antibiotik profilaksis

3. Mampu menjelaskan rencana perawatan BMO


A. Prinsip

B. Metode suturing

4. Mampu menjelaskan armamentarium dan prosedur BMO

5. Mampu menjelaskan perawatan pasca BMO dan antibiotik profilaksis

1.3 MANFAAT

Dalam pembelajaran ini, mahasiswa dapat menambah ilmu dan pengetahuan mengenai
pembedahan dalam bidang kedokteran gigi yakni meliputi persiapan penanganan,
pemeriksaan lengkap, rencana perawatan, armamentarium, prosedur, dan perawatan pasca
bedah minor oromaksilofasial
BAB II

PEMBAHASAN

SKENARIO

Bleeding

Herman (45 tahun) mengalami perdarahan pada rongga mulutnya. Pada anamnesis
ditemukan informasi bahwa pasien mengalami jatuh dari motor sekitar 1 jam yang lalu dengan
trauma benturan pada rongga mulut. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya perdarahan yang
disebabkan adanya laserasi sepanjang 3 cm pada mukosa labial bibir bawah. Pada pemeriksaan
rontgen panoramik tidak didapat adanya fraktur tulang alveolar dan perubahan oklusi gigi pada
pasien. Pemeriksaan darah lengkap menunjukkan hasil nilai laju endap darah 15 mm/jam dan
jumlah leukosit 13.000/uL. Dokter gigi yang menangani kasus tersebut melakukan rencana
perawatan pada pasien secara lengkap sesuai dengan prinsip bedah minor oromaksilofasial.
Pasien mendapatkan perawatan dan suturing pada mukosa yang mengalami lacerasi dengan
metode Simple Interrupted Suture. Pasien diminta datang untuk kontrol seminggu berikutnya.

STEP 1

Identifikasi kata/kalimat yang asing dan sulit :

1. Laserasi

Luka yang disebabkan oleh robekan, bentuknya tidak beraturan yang terdapat pada kulit dan
memerlukan jahitan.
2. Bedah Minor Oromaksilofasial

Bedah yang dilakukan berdasarkan kasus, bukan karena anastesi yang dilakukan pada daerah
oromaksilofasial dan dilakukannya tidak segera.
3. Suturing

Penjahitan/penyatuan jaringan dengan bantuan jarum bedah untuk melekatkan kembali luka
yang terbuka akibat insisi/trauma.
4. Metode Simple Interupted Suture
Teknik penjahitan dengan 1 jahitan disimpul lalu ditutup. Memasukkan jarum dengan jarak
1-1 ½ cm dari luka.
5. Pemeriksaan Darah Lengkap

Suatu jenis pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnose suatu penyakit atau melihat
bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit.
6. Laju Endap Darah

Suatu pengukuran seberapa cepat sel-sel darah merah jatuh ke dasar suatu tabung uji, dengan
satuan mm/jam.
7. Fraktur Tulang Alveolar

Fraktur yang mengenai tulang pendukung gigi baik maksila maupun mandibular.

STEP 2

Identifikasi Masalah

1. Apa arti laju endap darah 15 mm/jam pada pasien tersebut?

2. Apa saja sifat ideal dari bahan suturing?

3. Apakah ada hubungan antara usia dengan pemeriksaan laju endap darah dan leukosit?

4. Bagaiman rencana perawatan yang dilakukan oleh dokter gigi pada pasien tersebut?

5. Apa saja prinsip bedah minor oromaksilofasial?

6. Bagaimana kondisi luka/laserasi setelah 1 jam? Apa hubungan pemeriksaan darah lengkap
sebelum melakukan rencana perawatan dan suturing?

7. Apa saja metode suturing?

8. Jelaskan metode simple interrupted suturing dan bagaimana caranya?

9. Apa saja alat dan bahan dalam suturing ?

10. Apa indikasi dari bedah minor oromaksilofasial?


STEP 3

Analisis Masalah

1. Pria dewasa : 0-15 mm/jam

Wanita dewasa : 0-20 mm/jam


Anak-anak : 0-10 mm/jam
Bila dilihat dari nilai di atas, menandakan bahawa nilai dari laju endap darah pada pasien
adalah normal.
2. a. Mempunyai kekuatan tensilen/peregangan yang tinggi untuk menyatukan bagian margin

b. Harus bersifat tidak alergi


c. Harus memiliki sifat bisa disimpulkan
d. Harus sterilisasi
Benang jahit terbagi menjadi 2 :
- Absorable ada yang terbuat dari bahan alami dan ada yang terbuat dari bahan
sintesis. Bisa bertahan selama 60 hari lalu diserap oleh enzim ditubuh
- Non absorable

3. Leukosit pada anak-anak lebih tinggi karena antibody yang dihasilkan lebih kuat, bila terjadi
luka, penyembuhannya lebih vepat daripada orang dewasa. Pada orang dewasa, jumlah
leukositnya stabil. Fungsi dari leukosit adalah untuk perlawanan infeksi, pada penderita
HIV/AIDS jumlahnya menurun yang menyebabkan kekebalan tubuhnya melemah.

Nilai leukosit normal :


Bayi : 9.000/uL -17.000/uL
Anak-anak : 6.000/uL-17.000/uL
Dewasa : 4.500/uL-10.000/uL
4. a. Pemeriksaan fisik

b. Pemeriksaan darah lengkap


c. Pemeriksaan riwayat pasien
d. Pemeriksaan riwayat alergi
e. Melihat luka untuk memilih perawatan
f. Asepsis
g. Pemilihan anastesi
h. Atraumatic
i. Dilihat apakah terjadi perdarahan/tidak
j. Vital sign pasca anastesi
k. Perawatan : - pembersihan luka
- mencari sumber perdarahan
- penekanan pada daerah perdarahan
- penjempitan pada daerah perdarahan
- melakukan suturing
l. Dilihat apakah terjadi perdarahan lagi pasca efek anastesi hilang
m. Edukasi
5. a. Asepsis dan antisepsis : melakukan tindakan steril dengan cara operator bekerja
secara steril dan menggunakan antisepsis

b. Sterilisasi pada alat yang akan digunakan


c. Instrumentasi yang tepat
d. Pemilihan anastesi yang tepat
6. Normalnya ½ jam sudah tidak ada perdarahan.

Dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui apakah ada kelainan darah pada
pasien, karena pada scenario, perdarahan terjadi lebih dari 10 jam.
7. Metode suturing

- Jahitan Terputus Sederhana (Simple Interrupted Suture)

Terbanyak digunakan karena sederhana dan mudah. Tiap jahitan disimpul sendiri.
Dapat dilakukan pada kulit atau bagian tubuh lain, dan cocok untuk daerah yang
banyak bergerak karena tiap jahitan saling menunjang satu dengan lain. Digunakan
juga untuk jahitan situasi. 

Cara jahitan terputus dibuat dengan jarak kira-kira 1 cm antar jahitan. Keuntungan
jahitan ini adalah bila benang putus, hanya satu tempat yang terbuka, dan bila terjadi
infeksi luka, cukup dibuka jahitan di tempat yang terinfeksi. Akan tetapi, dibutuhkan
waktu lebih lama untuk mengerjakannya.

- Jahitan Matras

a. Jahitan Matras Horisontal

Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul


dilanjutkan dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan pertama.
Memberikan hasil jahitan yang kuat.
b. Jahitan Matras Vertikal

Jahitan dengan menjahit secara mendalam di bawah luka kemudian dilanjutkan


dengan menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang
cepat karena didekatkannya tepi-tepi luka oleh jahitan ini.
c. Jahitan Matras Modifikasi

Modifikasi dari matras horizontal tetapi menjahit daerah luka seberangnya pada
daerah subkutannya.

- Jahitan Kontinyu

Simpul hanya pada ujung-ujung jahitan, jadi hanya dua simpul. Bila salah satu simpul
terbuka, maka jahitan akan terbuka seluruhnya. Jahitan ini jarang dipakai untuk
menjahit kulit.

a. Jahitan Jelujur Sederhana (Continous Over and Over)

Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya
menghasilkan hasil kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada
jaringan ikat yang longgar.

b. Jahitan Jelujur Feston (Interlocking Suture)


Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya, biasa sering
dipakai pada jahitan peritoneum. Merupakan variasi jahitan jelujur biasa.

c. Jahitan Intradermal

Memberikan hasil kosmetik yang paling bagus (hanya berupa satu garis saja)
Dilakukan jahitan jelujur pada jaringan lemak tepat di bawah dermis.

8. Cara jahitan terputus dibuat dengan jarak kira-kira 1 cm antar jahitan. Keuntungan jahitan ini
adalah bila benang putus, hanya satu tempat yang terbuka, dan bila terjadi infeksi luka, cukup
dibuka jahitan di tempat yang terinfeksi. Akan tetapi, dibutuhkan waktu lebih lama untuk
mengerjakannya.

9. Alat:
a. Needle holder
b. Gunting benang (dean scissor)
c. Pinset bedah
Bahan:

a. Jarum jahit: jenis menurut body (straight, curved), menurut end (eyed needle,
eyeless needle)
10. - Pengangkatan jaringan bagian oromaksilofasial

- Memperbaiki struktur yang abnormal


STEP 4

Kerangka Konsep

Trauma /
Laserasi

Persiapan
Penanganan

Pemeriksaan
Lengkap

Diagnosa

Metode Suturing Prinsip Bedah


Rencana
Oromaksilofasial
Perawatan

Rencana
Perawatan

Prosedur Bedah
Minor
Oromaksilofasial

Indikasi & Kontra


Indikasi
STEP 5

Identifikasi sasaran belajar

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan persiapan penanganan Bedah


Oromaksilofasial

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan lengkap untuk Bedah


Oromaksilofasial

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan rencana perawatan Bedah Oromaksilofasial


: a. Prinsip

b. Metode Suturing

4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan armamaterium dan prosedur dari Bedah
Oromaksilofasial

5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan perawatan pasca Bedah Oromaksilofasial

STEP 6 BELAJAR MANDIRI

Pada step ini kami melakukan pembelajaran mandiri secara individu dan kelompok serta mencari
jawaban learning objective dari berbagai referensi

2. 7 Sintesis

1. Persiapan penanganan Bedah Oromaksilofasial

Persiapan menyeluruh adalah kunci keberhasilan pembedahan, kesulitan muncul lebih


sering karena kurangnya perencanaan, atau pemikiran, daripada kurangnya keterampilan
manual.
Pasien

Tidak ada yang senang untuk dioperasi, betapapun kecilnya. Pasien akan gelisah pada
tingkat yang bervariasi dan pantas untuk ditenangkan. Seorang pasien harus menyetujui,
setidaknya secara lisan, untuk menjalani perawatan yang direncanakan. ini dapat dilakukan
dengan benar hanya jika dia telah menerima penjelasan tentang operasi, tujuan dan prosedurnya,
dan konsekuensinya, termasuk kemungkinan efek berbahaya. Pada hari operasi, pasien jelas
harus diterima dengan sopan, tidak terburu-buru dan duduk dengan nyaman di kursi. jika
mungkin, pasien harus ditemani setelahnya oleh orang dewasa yang bertanggung jawab. Catatan
kasus harus diperiksa dan ditempatkan pada posisi di mana mereka dapat dengan mudah
dikonsultasikan selama operasi tanpa perlu penanganan. radiograps harus diterangi dengan benar
dan diperiksa untuk identitas dan orientasi yang benar dalam setiap kasus

Perlengkapan

Instrumen kit yang diperlukan bervariasi sesuai dengan tuntutan prosedur dan preferensi
operator. Seluruh peralatan bedah dipastikan harus steril sebelum digunakan. Dua persyaratan
mendasar, yang tidak dapat terlalu ditekankan, adalah pencahayaan yang efektif dan pengisapan
operasi yang baik tidak mungkin tanpa keduanya dan ketika kesulitan ditemui, respon otomatis
harus memeriksa visi dan paparan sebelum mengambil tindakan lain. Sementara pencahayaan
sama pentingnya untuk prosedur gigi lainnya suction untuk keperluan bedah harus dari jenis
volume tinggi / rendah untuk memastikan pengeluaran darah yang efisien, serta irigasi salin. Alat
bor, volume yang besar mengeringkan luka dan juga membawa risiko kehilangan frgamen kecil
gigi atau jaringan lunak, yang harus disimpan untuk pemeriksaan. Peralatan pemotongan harus
diuji sebelum pasien dibawa masuk, dan setiap pembalut atau obat-obatan yang diperlukan harus
disiapkan terlebih dahulu

Asisten

Pembedahan mulut minor adalah prosedur empat tangan, dan bantuan terampil sangat
penting. sebagian besar asisten gigi menikmati variasi dan tantangan dari jenis pekerjaan ini,
tetapi membutuhkan pelatihan khusus untuk dapat mengatasi tuntutan ekstra dari pasien yang
sering tidak menentu dan perlunya sterilitas yang ketat. Jelas sangat penting untuk menjelaskan
rencana operasi kepada asisten terlebih dahulu.

Operator

Operator harus jelas tentang bagaimana ia akan melanjutkan. sebagian besar, meskipun
tidak semua, masalah dapat diantisipasi. informasi yang diperoleh dari dari riwayat medis dan
pemeriksaan, dilengkapi dengan radiografi, adalah dasar dari rencana operasi yang diperlukan
untuk penjelasan awal kepada pasien dan asisten. Ketika operasi berlangsung - khususnya ketika
jaringan dibedah dan ditarik kembali opsi menjadi lebih jelas dan diperlukan perubahan rencana.
Pasien harus diposisikan sedemikian rupa sehingga memberi pandangan operator yang jelas dan
posisi kerja yang nyaman

Keadaan darurat yang paling umum ditemui dalam praktek bedah mulut adalah pingsan
pasien. Ketidaksadaran atau sinkop dapat disebabkan oleh berbagai alasan mulai dari rasa takut
hingga komplikasi yang disebabkan oleh kondisi medis yang ada. Ahli bedah mulut juga dapat
dipanggil untuk menangani keadaan darurat di pinggir jalan atau di komunitas. Dalam kasus
seperti manajemen darurat mendahului diagnosis. Diagnosis dari kondisi tersebut dapat
mengikuti selanjutnya. Tidak ada aspek lain dari perawatan darurat yang sama pentingnya.
Bahaya

Pastikan Anda aman dan kemudian memastikan keselamatan pasien. Pasien harus
dipindahkan ke tempat yang lebih aman di mana ia tidak dapat melukai dirinya sendiri atau
terluka oleh faktor eksternal lainnya. Kursi gigi dapat dikelilingi oleh instrumen yang tajam dan
berputar yang berpotensi membahayakan pasien. Mungkin lebih aman untuk menggeser pasien
ke lantai kalau-kalau ada kemungkinan dia terguling atau jatuh dari kursi. Posisi telentang lebih
disukai.

Responsif

Responsif pasien akan menentukan kewaspadaan mental pasien. Respons verbal akan
memastikan paten jalan napas. Responsif pasien dapat diklasifikasikan sebagai AVPU berikut

A = Peringatan

V = Respon terhadap stimulus verbal

P = Respon terhadap rasa sakit

U = Tidak responsif

III. Memanggil

Memanggil bantuan medis (ambulans).

Circulation (C)

Jika tidak ada denyut nadi, kompresi dada harus segera dimulai. Jika ada perdarahan dan
kehilangan volume darah, kompresi langsung mungkin dilakukan untuk menghentikan
pendarahan serta CPR harus dimulai sedini mungkin. Kompresi dada dilakukan sebelum
memberikan napas penyelamatan (C-A-B daripada A-B-C). Kompresi dada dapat dimulai segera,
sedangkan memposisikan kepala, mencapai segel untuk pernapasan penyelamatan mulut ke
mulut atau mendapatkan atau merakit perangkat tas ambu untuk menyelamatkan pernapasan
semua membutuhkan waktu.
Airway (A)

a. Pada pasien yang tidak sadar, tanpa agen eksternal menghalangi jalan napas (seperti dalam
kasus benda yang disedot), lidah bisa saja menyebabkan blok jalan nafas parsial atau total pada
tingkat laring. Untuk mencegah hipoksia, jalan napas perlu dibersihkan, obstruksi dihilangkan
dan aliran udara bebas ke paru dipastikan. Jika diperlukan, memastikan jalan napas paten diikuti
oleh oksigenasi dengan penyelamat (pernapasan mulut ke mulut / penyelamat udara yang
dihembuskan), tas ambu (udara atmosferik) atau 100% oksigen jika tersedia.

b. Prosedur pengangkatan miring / dagu kepala:

1. Pasien harus dalam posisi terlentang.

2. Angkat dagu ke depan untuk memindahkan mandibula anterior saat memiringkan kepala
ke belakang.

3. Leher hyperextended.

c. Dorong rahang / dagu rahang (untuk pasien cedera leher)

1. Rahang dorong manuver: Angkat mandibula ke depan dengan Anda jari telunjuk sambil
mendorong terhadap lengkungan zygomatik dengan ibu jari kamu. Jempol Anda
memberikan tekanan balik untuk mencegah gerakan kepala saat mandibula didorong ke
depan.

2. Mengarahkan angkat dagu: Tempatkan satu tangan di dahi menstabilkan kepala dan
leher. Ambil mandibula di antara ibu jari dan jari telunjuk tangan lainnya. Angkat
mandibula ke depan.

3. Pegang kepala untuk menjaga kepala dan leher tetap dan sejajar dengan bagian tubuh
lainnya.

4. Tidak bisa digunakan pada fraktur atau pasien dislokasi mandibula.

Breathing (B)

- Untuk memberikan napas pada bayi, gunakan teknik mulut ke mulut dan mulut ke hidung.
- Untuk memberikan nafas pada anak, gunakan teknik mulut ke mulut.
- Pastikan nafas efektif (mis. Dada naik). Setiap napas harus memakan waktu sekitar 1 detik.
Jika dada tidak naik, maka posisikan ulang kepala, buat segel yang lebih baik dan coba lagi.
- Mungkin perlu untuk memindahkan kepala anak melalui serangkaian posisi untuk
memberikan patensi jalan napas yang optimal dan penyelamatan yang efektif pernafasan.
- Pada bayi, jika ada kesulitan membuat segel yang efektif di atas mulut dan hidung, kemudian
coba dari mulut ke mulut atau mulut ke hidung ventilasi. Saat teknik mulut-ke-mulut
digunakan, jepit hidung tertutup. Saat menggunakan teknik mulut ke hidung, tutup mulut.
- Dalam kedua kasus pastikan dada naik ketika Anda menarik napas. Dalam hal satu
penyelamat, sediakan dua ventilasi efektif menggunakan sesedikit mungkin jeda dalam
kompresi dada setelah setiap set 30 kompresi.
- Satu siklus CPR terdiri dari 30 kompresi dan 2 napas. Kapan kompresi diberikan pada
kecepatan sekitar 100 per menit, lima siklus CPR harus memakan waktu sekitar 2 menit
(kisaran: sekitar 1,5-3 menit).
- Dalam hal dua penyelamat 15 kompresi 1 nafas per penyelamat.

2. Pemeriksaan lengkap untuk Bedah Oromaksilofasial

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dan laboratorium rutin, dilakukan dengan teliti, bila terdapat indikasi
lakukan konsultasi dengan bidang keahlian lain. Riwayat medis dan pemeriksaan fisik
merupakan metode screening yang paling baik untuk mendeteksi adanya penyakit.
Pemeriksaan fisik dilakukan secara menyeluruh dan sistematik. Pada prakteknya
pemeriksaan fisik meliputi empat prosedur rutin yaitu :
1. Anamnesa.
2. Inspeksi. : Pemeriksaan diawali dengan melihat pasien secara keseluruhan, sebelum
melihat pada lokasi penyakit. Mungkin saja gejala yang tampak dapat
menjadi petunjuk untuk menegakkan diagnosa.
3. Palpasi : Langkah berikutnya adalah menggunakan ujung jari untuk merasakan
apakah ada pembengkakan, konsistensi.
4. Perkusi : Biasanya digunakan perkusi jari untuk menentukan kualitas resonansi
dan tingkat keutuhan dari organ tertentu atau rongga tubuh.
5.Auskultasi. : Biasanya digunakan stetoskop untuk memeriksa suara-suara abnormal
yang dihasilkan oleh tubuh.

Banyak rumah sakit meminta beberapa uji laboratorium standard untuk setiap pasien bedah,
walaupun pasien tidak menunjukkan adanya gejala klinis penyakit sistemik.

Riwayat Medis
Riwayat medis yang akurat merupakan informasi yang sangat berguna bagi dokter untuk
memutuskan apakah seorang pasien dapat menjalani perawatan dengan aman atau tidak. Riwayat
medis dapat diperoleh dengan bertanya langsung pada pasien atau keluarga pasien atau dengan
mengisi kuesioner. Format standard digunakan untuk mencatat hasil pemeriksaan riwayat medis
dan pemeriksaan fisik. Beberapa hal yang perlu ditanyakan dan dicatat adalah :
1. Alergi, terutama pada penggunaan antibiotik.
2. Pengobatan, dilihat apakah pasien menggunakan steroid, insulin dan antikoagulan.
3. Penyakit yang sedang diderita, terutama demam reumatik, kelainan katup jantung, adanya
riwayat infark atau stroke, diabetes mellitus, epilepsi, asma, kelainan fungsi tiroid, gagal
ginjal khronis dan kelainan perdarahan.
4. Riwayat pembedahan terdahulu, biasanya adalah pembedahan jantung, transplantasi organ,
atau operasi kanker. Ditanyakan pula apakah pasien mengalami reaksi yang tidak biasa
pada saat anestesi umum, obat-obatan yang sedang diminum, alergi, penyakit yang sedang
diderita (Hupp, 2003; Dimitroulis G, 1997)

Pemeriksaan Darah
Uji laboratorium merupakan suatu alat yang berguna bagi ahli bedah. Dalam hubungannya
dengan riwayat medis dan pemeriksaan fisik, uji laboratorium dapat ditambahkan kedalam suatu
diagnosa dari berbagai penyakit dan memungkinkan penanganan prabedah dan pasca bedah yang
tepat bagi pasien-pasien dengan kelainan sistemik.

Hemoglobin
Pemeriksaan ini dilakukan sebagai bagian dari hitung darah lengkap. Konsentrasi Hb adalah
pengukuran jumlah total Hb dalam darah perifer. Hb berperan dalam transport O2 dan CO2. nilai
normal bervariasi menurut jenis kelamin dan usia. Konsentrasi Hb meningkat pada penyakit
jantung kongenital, polisitemia vera, penyakit paru obstruktif khronis, gagal jantung kongestif,
luka bakar parah, dan dehidrasi. Hb rendah terdapat pada anemia, perdarahan hebat, hemolisis,
hemoglobinopati, penyakit hodkin, kanker, defisiensi nutrisi, limfoma, perdarahankhronis,
penyakit ginjal, splenomegali, lupus eritematosus sistemik, sicle cell anemia. Nilai normal pada ;
(Pagana, 1995)
Laki-laki 14-18 g/dl
Wanita 12-16 g/dl (kehamilan > 11 g/dl
Anak-anak 11-16 g/dl
Bayi 10-15 g/dl

Leukosit
Leukosit merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh, yang akan bereaksi terhadap benda
asing yang masuk dan membuat mekanisme pertahanan (feedback mechanism). Peningkatan
jumlah leukosit (leukositosis) biasanya terjadi pada infeksi akut, nekrosis jaringan, leukemia,
penyakit kolagen, anemia hemolitik dan stres. Beberapa obat-obatan seperti aspirin, antibiotik
(ampisilin, eritromisin, tetrasiklin, streptomisin, kanamisin), alupurinol, sulfonamid, heparin dan
epineprin dapat menyebabkan meningkatnya jumlah leukosit. Penurunan leukosit (leukopenia)
biasanya terjadi pada penyakit hematopoetik (anemia aplastik, anemia pernisiosa,
hipersplenism), infeksi virus, malaria, agranulositosis, alkoholik, SLE, artritis reumatoid, dan
beberapa obat-obatan seperti kloramphenikol, asetaminofen, barbiturat, agen terapi kanker,
diazepam, diuretik, metildopa, fenotiazin. Nilai normal pada : (Pagana,1995)
Dewasa : 4500-10000/mm3
Anak-anak 2 tahun : 6000-17000/mm3
Bayi baru lahir : 9000-30000/mm3

Laju Endap Darah


Pemeriksaan ini mengukur kecepatan sel darah merah mengendapkan darah yang tidak
membeku dalam milimeter per jam. Pemeriksaan ini tidak spesifik. Penurunan kadar LED bisa
terlihat pada penyakit polisitemia vera, gagal jantung kongestif, anemia sel sabit, infeksi
mononukleosis, defisiensi fektor V, artritis degeneratif, angina pektoris dan pemakaian obat-
obatan (etambutol, aspirin, golongan kortison). Peningkatan kadar LED dapat terlihat pada
keadaan penyakit artritis reumatoid, demam, infark myokard akut, kanker (payudara, kolon,
ginjal, hepar) penyakit hodkin’s, multipel mieloma, limfosarkoma, infeksi bakteri, penyakit
radang pelvis akut, SLE , kehamilan trimester kedua dan ketiga, operasi, luka bakar,dan obat-
obatan seperti metildopa, teofilin, dan dekstrans. Nilai normal pada : (Pagana,1995)
Dewasa : metode western : < 50 thn; pria 0-10 mm/jam; wanita 0-20mm/jam
> 50 thn; pria 0-20 mm/jam; wanita 0-30mm/jam
metode wintrobe; pria 0-7 mm/jam; wanita 0-15 mm/jam

Anak; bayi baru lahir 0-20mm/jam; 4-14thn 0-20 mm/jam

Trombosit

Trombosit merupakan elemen dasar dalam darah yang meningkatkan koagulasi. Uji ini
perlu dilakukan karena trombositopenia merupakan kelainan hemostasis yang paling sering
ditemukan pada pasien bedah. Hitung trombosit normal pada dewasa adalah 150.000-
400.000/mm3. bila nilai dibawah 100.000/mm3 menunjukkan trombositopenia yang dapat
disebabkan oleh produksi trombosit yang berkurang, destruksi akselerasi trombosit, konsumsi
trombosit (sekunder karena DIC), hilangnya trombosit karena perdarahan. Jika nilai diatas
400.000/mm3 menunjukkan trombositosis yang dapat terjadi karena kelainan polisitemia vera,
leukemia, sindroma postsplenektomi dan penyakit keganasan. Perdarahan spontan merupakan
bahaya yang serius dan biasanya terjadi pada jumlah trombosit kurang dari 50.000/mm3. Nilai
normal pada ; (Pagana,1995)
Dewasa atau anak 150.000-400.000/mm3
Bayi 200.000-475.000/mm3
Neonatus 150.000-300.000/mm3

Hematokrit
Hematokrit merupakan pengukuran persentase sel darah merah dan volume darah total.
Hematokrit sangat mencerminkan nilai Hb dan sel darah merah. Biasanya nilai hematokrit kira-
kira 3 kali konsentrasi Hb jika sel darah merah dalam ukuran normal dan memiliki jumlah Hb
normal.Nilai hematokrit meningkat pada eritositosis, eklamsia, shock, dehidrasi, polisitemia
vera, dan penyakit jantung kongenital. Nilai hematokrit menurun pada anemia, penyakit
hodkin’s, kegagalan sumsum tulang, hipertiroid, sirosis, reaksi hemolitik, perdarahan, leukemia,
malnutrisi, multipel mieloma, dan reumatoid artritis (Pagana,1995).

glukosa puasa anak > 2 tahun-dewasa 70-105 mg/dl


anak < 2 tahun 60-100 mg/dl
bayi 40-90 mg/dl

glukosa darah 2 jam setelah makan


0-50 tahun 70-140 mg/dl
50-60 tahun 70-150 mg/dl
> 60 tahun 70-160 mg/dl

Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis diperlukan untuk mengetahui adanya kelainan pada tulang, adanya
perluasan susatu kelainan pada tulang, posisi anatomis.

Pemeriksaan Histopatologis.
Pemeriksaan histopatologis diperlukan untuk menentukan perawatan yang akan dilakukan.

Profilaksis Antibiotik

Penggunaan antibiotik profilaksis menjadi suatu komponen penting dalam standard


penanganan pasien bedah, karena dapat mengurangi resiko infeksi pasca bedah. Beberapa prinsip
pemberian antibiotik profilaksis adalah :
1. Profilaksis diberikan pada prosedur bedah yang memiliki resiko tinggi terkontaminasi oleh
bakteri yang dapat meningkatkan infeksi pasca bedah.

2. Organisme penyebab infeksi harus diketahui atau dapat diduga sebelumnya.


3. Antibiotik harus aktif terhadap bakteri penyebab infeksi dan sedapat mungkin menghindari
spektrum luas. Antibiotik spektrum luas generasi terbaru sebaiknya dicadangkan untuk
infeksi yang resisten.
4. Antibiotik harus berada didalam jaringan dalam konsentrasi yang efektif pada saat insisi
dilakukan atau saat terjadi kontaminasi. Kegagalan pemberian profilaksis sering
disebabkan pemberian antibiotik yang terlambat atau terlalu dini.
5. Aktifitas antibiotik profilaksis yang terpilih harus efektif mencakup sebagian besar
patogen yang sering mengkontaminasi luka insisi atau daerah pembedahan.
6. Profilaksis umumnya diberikan pada waktu sebelum pembedahan, biasanya 30 menit
sebelum insisi dilakukan atau pada saat induksi anestesi.
7. Antibiotik profilaksis diberikan dalam dosis tunggal dapat menimbulkan konsentrasi yang
efektif dalam jaringan sebelum terjadi kontaminasi bakteri intra bedah.
8. Pada tindakan bedah kurang dari 3 jam, cukup diberikan dosis tunggal. Tindakan yang
dapat menyebabkan kehilangan darah yang cepat dan atau pemberian cairan juga
membutuhkan lebih tambahan dosis profilaksis.
9. Keuntungan yang diperoleh dari pemberian antibiotik profilaksis harus lebih besar dari
pada resikonya, misalnya antibiotik harus aman dan tidak menyebabkan timbulnya
resistensi bakteri.

3. Prinsip Bedah Minor

1 . Melakukan penentuan diagnosis

Memutuskan untuk melakukan pembedahan tergantung dari beberapa langkah


diagnosis. Sebelum dilakukannya pembedahan, operator harus melakukan beberapa tahap
yaitu :

- Identifikasi keluhan utama dan masalah klinis


- Mengumpulkan data pasien sebanyak-banyaknya melalui anamnesis, pemeriksaan
klinis, pemeriksaan lab, dsb.

2. Asepsis

a. Asepsis

Suatu tindakan untuk menghindari infeksi organisme patogen, dengan cara


menggunakan benda dan cairan yang steril, jadi dipastikan yang digunakan oleh pasien
maupun operator pada saat tindakan bedah hanya benda-benda dan cairan yang steril, dan
juga tindakan ini untuk meminimalkan risiko kontaminasi yang ditularkan melalui udara.

Tindakan asepsis meliputi, sebagai berikut

A. Sterilisasi instrumen

Dalam sterilisasi instrumen digunakan beberapa metode, yaitu:


a) Dry heat (panas kering)

1) Flaming: Membakar instrumen diatas nyala api bunsen. Misalnya pada scalpel dan
needle dilewatkan beberapa diatas api bunsen, namun jangan sampai instrumen panas.

2) Hot air oven: Menggunakan panas kering yang dipancarkan ke alat, namun energi
panas yang terpancar kurang adekuat sehingga dibutuhkan paparan dengan suhu yang
cukup tinggi sekitar 160 derajat dalam waktu yang lama untuk memaksimalkan
sterilisasi.

b) Moist heat (panas basah/lembab)

1) Boiling: Sterilisasi alat dengan merebus alat di dalam air

2) Autoclave

c) Chemical agents: Menggunakan disinfektan, alkohol, atau aldehida.

B. Persiapan pasien

1) Daerah sekitar mulut pasien dilakukan asepsis yaitu dengan cara memberikan
antiseptik menggunakan kasa yang telah direndam pada antiseptik

2) Bagian mukosa rongga mulut pasien juga dilakukan asepsis dengan antiseptik

3) Menutup separuh wajah pasien menggunakan steril dreps (kain steril)

C. Persiapan operator

1) Menggunakan universal precaution

2) Mencuci tangan dengan bersih sesuai dengan teknik mencuci tangan yang benar

3) Menggunakan surgical gown

4) Menggunakan hand scoon steril

3. Merencanakan tahap insisi dan design flap


Perencanaan tahap insisi adalah langkah dasar dalam setiap prosedur pembedahan. Insisi
sendiri merupakan potongan atau luka yang dibuat oleh operator pada kulit/mukosa dengan
menggunakan instrument tajam (surgical blade, cautery, dan lain-lain.) sehingga struktur
jaringan dibawahnya dapat terbuka secara adekuat untuk akses pembedahan.

Pembuatan flap juga dilakukan untuk menambah akses pembedahan pada area kerja atau
untuk memindahkan suatu jaringan dari satu tempat ke tempat lain. Beberapa tipe flap yaitu
full thickness dan partial thickness, envelope flap, triangular flap, semilunar flap, dsb.

5. Melakukan prosedur atraumatik

Operator melakukan prosedur pembedahan sesuai dengan prosedur standar teliti dan hati-
hati. Guna meminimalisir trauma berlebihan yang terjadi pada jaringan.

6. Haemostatis

Haemostatis perlu dicapai pada saat tindakan pembedahan agar :

- Meminimalisir kehilangan darah


- Meningkatkan lapang pandang
- Mempersingkat waktu pengerjaan bedah
- Meminimalisir resiko haematoma pasca operasi

7. Dekontaminasi dan debridement

Hal ini meliputi irigasi saat dan setelah prosedur pembedahan, penghilangan jaringan
nekrotik, dan sebagainya.

8. Suturing

(Malik, 2008)

A. Metode Suturing

a. Simple Interrupted Suture


Simple interrupted suture adalah teknik atau metode penjahitan luka yang paling umum
digunakan. Teknik ini menjahit tepi luka dengan satu jahitan, disimpul lalu digunting. Teknik
ini relatif aman karena apabila satu jahitan terputus maka jahitan lainnya tidak terganggu.
Teknik ini merupakan teknik yang paling sering digunakan dalam bidang kedokteran gigi.
Simple interrupted suture memiliki potensial yang rendah dalam menyebabkan edema dan
kerusakan sirkulasi kulit. Kerugian dari jahitan ini adalah waktu yang dibutuhkan cukup
panjang untukinsersidan memiliki resiko lebih besar dalam meninggalkan bekas jahitan yang
membentuk seperti jalur kereta api (rail-road scar).

Gambar 4. Simple Interrupted Suture

b. Simple Continuous Suture

Keuntungan dari simple continuous suture ini adalah insersi jahitannya yang cukup
cepat. Sedangkan kerugiannya adalah jika salah satu jahitan terputus, maka keseluruhan
jahitan akan rusak. Oleh karena itu, teknik ini diindikasikan pada penjahitan luka pada daerah
tension yang minimal.

Gambar 5. Simple Continuous Suture

c. Locking Continuous Suture

Teknik jahitan ini hampir sama dengan teknik simple continuous suture, namun terdapat
keuntungan tambahan berupa adanya mekanisme pengunci. Dengan adanya mekanisme ini,
jaringan dapat disesuaikan dengan insisi secara perpendikular. Selain itu, hal ini juga
mencegah terjadinya pengetatan jahitan secara terus menerus sebagai kemajuan proses
penyembuhan luka.

Gambar 6. Locking Continuous Suture

d. Vertical Mattress Suture

Vertical mattress suture merupakan teknik penjahitan yang hampir sama dengan teknik
simple interrupted suture, perbedaannya adalah adanya penambahan penetrasi jarum jahit
pada tepi luka yang berfungsi untuk memaksimalkan eversi luka, meminimalisir adanya dead
space, dan meminimalisir tekanan yang melewati luka

Gambar 7. Vertical Mattress Suture

e. Horizontal Mattress Suture

Pada teknik ini, eversi luka dan kontinuitas menghasilkan penutupan luka yang sangat
fluktuatif. Oleh karena itu, teknik ini biasa dilakukan pada pencangkokan tulang intra oral.
Penetrasi jarum jahit dilakukan dari tepi ke tepi luka lalu melewati daerah insisi dan kembali
lagi ke tepi jahitan yang pertama.
Gambar 8. Horizontal Mattress Suture

f. Subcuticular Suture

Teknik ini dipopulerkan oleh Halstead pada tahun 1893. Pada teknik ini, jahitan
dilakukan dengan membuat jahitan horizontal melewati kedua tepi luka secara
bergantian. Pada jahitan ini tidak terlihat tanda jahitan dan dapat dibiarkan lebih dari satu
minggu pada area luka.

Gambar 9. Subcuticular Suture

4. PROSEDUR
Prosedural bedah minor

a. Anamnesis

b. Pemeriksaan fisik dan penunjang

c. Penegakan diagnosis

d. Informed consent

e. Persiapan alat

f. Asepsis antisepsis

g. Anastesi

h. Lakukan pembedahan
i. Mengontrol pendarahan

j. Menutupan luka/ penjahitan luka

k. Perawatan luka

1) Anamnesis

a) Menanyakan keluhan utama

b) Bila ada tonjolan maka ditanyakan lokasinya, ukuran,disertai tanda inflamsi atau
tidak? Bila perlu tanyakan kronologisnya

c) Ditanyakan pula apakah ada gangguan pembekuan darah atau tidak?, apakah punya
riwayat alergi?, apakah ada trauma atau tidak?

d) Apakah ada riwayat penyakit sistemik?

2) Pemeriksaan fisik

a) Inspeksi : ukuran,warna, lokasi,tanda-tanda inflamasi, darah, pus

b) Palpasi : nyeri tekan, konsistensi, permukaan, ukuran, bentuk, kalor

c) Tetap lakukan vital sign

3) Informed consent

a) Sangat penting!

b) Pasien diberi penjelasan mengenai diagnosis penyakitnya, mengenai terapi,


indikasi dilakukan bedah minor, tahap-tahapnya.

c) Pernyataan daripasien sebaiknya tertulis dan disertai tanda tangan.

4) Persiapan alat

a. Benang bedah
- Absorbable : Benang untuk menjahit bagian dalam seperti subcutis, fasia,
muskulus. contonya : catgut plain dan catgut chromic

- Non absorbable : Benang untuk menjahit kulit bagian luar.

Contohnya : Silk/nylon

b. Handscoen

c. Needle bedah lurus

d. Needle bedah bengkok

e. Pisau bedah uk.20, 23, 24

f. Pegangan pisau

g. Pinset cirhurgis

h. Pinset anatomi

i. Pinset splinter

j. Gunting jaringan
k. Gunting benang

l. Gunting perban

m. Klem arteri lurus dan bengkok (mosquito)

n. Klem jaringan bergigi

o. Klem jaringan halus

p. Needle holder

5) Asepsis dan Antisepsis

a. Asepsis : Tindakan cuci tangan kemudian menggunakan handscoen yang


steril

b. Antisepsis : Sterilisasi lapangan pandang menggunakan povidone iodine


kemudian pasang doek steril

6) Anestesi

a. Menggunakan lidocain murni atau lidocain dengan adrenalin (pehacain)

b. Anastesi bertahan 1-2 jam

c. Teknik anastesi

- Teknik infiltrasi : Memblock saraf-saraf perifer yang mengelilingi daerah sekitar


luka Injeksi mencapai subcutan.

- Teknik block : Memblock saraf-saraf utama.


7) Pembedahan

a. Insisi

b. Eksisi

c. Ekstirpasi

8) Mengontrol pendarahan

a. Explorasi untuk mencari sumber pendarahan:

- arteri : darah memancar

- vena : darah merembes

- kapiler : titik-titik perdarahan

b. Perdarahan dapat dihentikan dengan deep atau klem

c. Perdarahan harus segera diatasi, jangan menutup luka apabila perdarahan belum teratasi

9) Penutupan luka/ suturing

Untuk melakukan penjahitan luka supaya mendapatkan hasil yang baik perlu diingat
hal-hal sebagai berikut, yaitu: pemaparan luka yang baik, posisi pasien yang nyaman, dan
bagi operator diusahakan seergonomis mungkin. Untuk itu harus dipersiapkan betul sebelum
melakukan tindakan.

10) Perawatan

a. Follow up pada hari ke-3 sampai 7 dengan menilai :

- Tanda-tanda inflamasi

- Tanda-tanda infeksi

- Jaringan nekrosis ada atau tidak

- Bleeding
- Jahitan sudah dapat diangkat atau belum

ARMAMENTARIUM BEDAH MINOR OROMAKSILOFASIAL


A. Instrumen Bedah Minor

1. Pinset Ada dua macam pinset, yaitu:

a. Pinset anatomis yang tanpa gerigi, dipergunakan untuk memegang jaringan atau
mengangkat jaringan yang mudah robek seperti mukosa. Terdiri dari dua bilah logam
yang bersatu pada salah satu ujungnya

b. Pinset bedah yang mempunyai gerigi, untuk memegang jaringan subkutis, otot, serta
fascia pada saat mendiseksi dan menjahit. Pada umumnya pinset dipegang dengan
tangan kiri seperti memegang pena. Pinset ini berguna agar tidak tergelincir, karena
geriginya dapat menggigit jaringan, maka hanya diperlukan sedikit tekanan untuk
memegang jaringan.

2. Pemegang jarum/needle holder

Needle holder adalah sebuah instrumen dengan bentuk paruh pendek yang berfungsi
sebagai pemegang bagian distal jarum jahit dengan jarak 1/2 – 3/4 dari ujung jarum jahit
dan sebagai penyimpul benang. Jenis yang digunakan bervariasi, yaitu tipe Crille wood
(bentuknya seperti klem) dan tipe Mathew Kusten (bentuk segitiga). Untuk menjahit
daerah intra oral biasanya digunakan needle holder ukuran 6 inchi (15cm)
3. Gunting

Gunting dipegang dengan tangan kanan. Dikenal gunting benang dan gunting
jaringan. Gunting jaringan tidak boleh untuk memotong benang karena akan mudah
tumpul dan rusak. Gunting jaringan biasanya lebih halus, sangat tajam, melengkung
untuk menjaga visualisasi jaringan yang akan dipotong. Macam-macam gunting :
a. Gunting Diseksi (disecting scissor) Gunting ini ada dua jenis yaitu, lurus dan
bengkok. Ujungnya biasanya runcing. Terdapat dua tipe yang sering digunakan yaitu
tipe Mayo dengan mata gunting yang lurus atau melengkung. Selain itu, ada jenis
Metzenbaum yang ukurannya lebih panjang dan lebih banyak pemakaiannya dengan
lengkungan yang halus pada ujungnya.

b. Gunting Benang Ada dua macam gunting benang yaitu bengkok dan lurus,
kegunaannya adalah memotong benang operasi dan merapikan luka.

c. Gunting Pembalut/Perban gunting khusus untuk memotong benang atau kain


pembalut.

4. Pisau bedah/scalpel

Pisau bedah terdiri dari gagang dan bilah yang bisa menyatu (lama) dan bisa
terpisah, yang setiap kali operasi harus mmasang bilahnya. Bilah sangat tajam, dianjurkan
tidak dipegang langsung dengan tangan, tetapi harus memakai alat untuk menghindarkan
perlukaan iatrogenik. Untuk menggerakkan bilah waktu memasang, dengan gerakan ibu
jari, tidak dengan gerakan tangan. Berbagai macam mata pisau :

a. Mata pisau ukuran 10 dipakai umum, untuk memotong kulit dan otot dalam
operasi.
b. Mata Pisau ukuran 11 pisau dengan ujung runcing. Digunakan untuk membuat
tusukan, ex: abses
c. Mata Pisau ukuran 15 versi yang lebih kecil dari ukuran 10 dengan fungsi yang
sama

5. Klem atau hemostatik

- Klem pengenggam (klem Kocher) dirancang untuk memegang kulit dengan kuat
sehingga dapat ditarik dan tidak menimbulkan kerusakan jaringan, khususnya
pembuluh darah.
- Klem hemostat (klem Pean) digunakan untuk menghentikan perdarahan, mempunyai
gigi yang lebih halus agar dapat menjepit dengan cermat. Umumnya mempunyai
bilah dengan bentuk melengkung atau lurus.
- Klem arteri berujung melengkung amat berguna untuk menjepit pembuluh darah dan
mengikat simpul yang terletak jauh di dalam luka. Jika dibutuhkan kecermatan tinggi
digunakan klem hemostat yang kecil dan melengkung disebut klem Mosquito
6. Bone Bur

Bur digunakan untuk menhilangkan tulang ada beberapa jenis yaitu bur round dan
bur fissure. dapat digunakan saat prosedur bedah melibatkan luas permukaan tulang yang
lebih besar (torus) atau smoothing tulang tepi luka.

7. Elevator

Alat ini memiliki berbagai jenis elevator tetapi yang paling umum digunakan adalah
elevator periosteal dalam operasi intraoral, ada juga jenis elevator nomor 9 Molt, yang
memilikidua ujung yang berbeda yaitu ujung runcing, digunakan untuk mengangkat
papila interdental gingiva, dan luas dan memfasilitasi mengangkat mucoperiosteum yang
dari tulang. Lalu ada free elevator digunakan untuk merefleksikan gingiva yang
mengelilingi gigi sebelum ekstraksi. Alat ini dianggap cocok, dibandingkan dengan
elevator standar, karena mudah digunakan dan memiliki ujung anatomi tipis. Elevator
juga dapat digunakan untuk memegang flap setelah merefleksikan, memfasilitasi dan
manipulasi selama prosedur operasi.
8. Mallets dan Chisel

Mallet adalah instrumen dengan ujung yang berat .Permukaan ujung terbuat dari
timah atau plastic sehingga beberapa kejutan yang diserap ketika mallets memukul chisel.
Chisel yang digunakan dalam bedah mulut memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda,
yaitu ada concave, monobeveled atau bibeveled. Chisel bibeveled digunakan untuk
memotong gigi multi-berakar.

9. Retractors

Retraktor digunakan untuk menarik pipi dan mucoperiosteal selama prosedur


pembedahan. Retraktor yang paling sering digunakan adalah Farabeuf, Kocher-
Langenbeck, dan Minnesota retractor.
10. Jarum

Pemilihan jarum bedah yaitu jarum yang digunakan agar berperan aktif dalam
penyembuhan luka dan tidak merubah atau merusak jaringan tubuh. Bentuk, ukuran, dan
jarum bedah terbuat dari stainless steel yang dipilih untuk penjahitan pembedahan adalah
atraumatic.
Bagian – bagian dari jarum bedah, terdiri atas:
- Ujung jarum ( point of needle )
- Badan / Batang ( body / shat needle )
- Mata jarum ( eye needle )
Menurut dasar traumatis-atraumatis :
a. Jarum traumatis adalah jarum yang mempunyai ‘mata’ untuk memasukkan benang
di bagian ujung yang tumpul. Disebut traumatis karena jarum ini pada bagian yang
bermata ukuran penampangnya lebih besar dari bagian ujungnya yang tajam
sehingga akan menimbulkan bekas luka yang lebih besar. Hal ini kurang
menguntungkan jika digunakan pada jaringan yang halus seperti pembuluh darah dan
usus atau jaringan kritis lainnya. Keuntungannya adalah jarum dapat dipakai
berulang kali dan harga lebih murah.
b. Jarum atraumatis adalah jarum yang tidak bermata sehingga ujung jarum langsung
dihubungkan dengan benang. Jarum ini mempunyai ukuran penampang yang hampir
sama besar dengan ukuran benangnya. Kerugiannya jarum hanya bisa dipakai sampai
benangnya habis dan harganya jauh lebih mahal dari jarum traumatis.

Jarum jahit juga dibagi menurut ukuran atau besarnya, menurut lingkarannya (circle)
dikenal antara lain jarum 2/8, 3/8, 4/8, 5/8, dan menurut penampang melintang dikenal
jarum segitiga untuk menjahit kulit dan jarum bulat untuk mnjahit jaringan dalam.
11. Benang

Benang jahit bisa dibagi menurut asal materialnya, yaitu material biologis dan material
sintetis. Menurut keterserapannya, dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Benang absorabable : Benang terserap didalam kulit dihidrlolisis oleh enzim yang
berada didalam tubuh. Jahitan ini diserap kembali setelah waktu tertentu, yang
biasanya bertepatan dengan penyembuhan luka. Jahitan ini terbuat dari usus atau
jaringan penting (catgut, kolagen, fascia, dll) dan yang plain atau chromatic, atau dari
bahan sintetis, misalnya, asam polyglycolic (Dexon). Pascaoperasi Jahitan Catgut
Plain diserap jaringan sekitar 8 hari, catgut chromic diserap jaringan 12- 15 hari, dan
sintetis (Dexon) jahitan di diserap jaringan sekitar 30 hari
b. Benang Non absorbable: Benang yang tidak dapat diserap oleh tubuh. Benang bedah
ini tidak akan terserap, tetapi harus dipotong dan dihapus sekitar 7 hari setelah
penempatan mereka Kekurangan benang ini adalah menjadi benda asing yang
tertinggal di dalam tubuh dan kemungkinan akan menjadi fistul.

Menurut besar kecilnya, dikenal benang no. 2, 1, 0, 2/0, 3/0, 4/0 sampai yang sangat
kecil. Dari segi jumlah helai dikenali 1 helai (monofilamen) dan multifilamin yang dipilin
(braded).
12. Suction bedah

Digunakan untuk menghilangkan darah, air liur, dan saline dari bidang bedah.
Beberapa jenis penyedotan bedah dirancang sedemikan rupa sehingga mereka memiliki
beberapa lubang, mencegah cedera pada jaringan lunak (bahaya terbesar untuk mukosa
sublingual) selama prosedur pembedahan section standar operasi memiliki orifice utama
untuk penyedotan dan hanya satu lubang kecil pada pegangan.

5. Perawatan pasca bedah

a. Mati Rasa: Mulut akan mati rasa sekitar dua hingga empat jam. jangan menggigit,
menggaruk, atau melukai pipi, bibir, atau lidah selama waktu ini.
b. Pendarahan: jika terjadi pendarahan, tahan kain kasa dengan tekanan kuat pada situs
bedah sampai keluar cairan. Anda mungkin perlu mengganti kain kasa atau ulangi
langkah ini. Jika pendarahan berlanjut selama lebih dari dua jam, hubungi kami.
c. pemeliharaan bagian bedah: Hari ini, jangan ganggu situs bedah. Jangan meregangkan
bibir atau pipi untuk melihat area tersebut. Jangan dibilas terlalu kuat, gunakan obat
kumur, atau selidiki daerah itu dengan jari atau benda lain. Mulai besok, Anda bisa
berkumur dengan garam hangat air (½ sendok teh garam dengan satu gelas air) setelah
makan.
d. Jahitan: Jahitan (jahitan) ditempatkan untuk membantu mengontrol perdarahan dan
meningkatkan penyembuhan. Jahitan ini dapat di absorb oleh tubuh atau butuh pelepasan
pada pertemuan selanjutnya. Jika jahitanlepas selama 48 jam pertama, hubungi kantor
kami.
e. Aktivitas Harian: Hari ini, hindari olahraga dan aktivitas fisik. Kembali ke aktivitas
normal sesuai toleransi. Dianjurkan untuk tidak merokok, dapat menunda penyembuhan
setelah operasi mulut.
f. Diet: dianjurkan untuk makan makanan yang lembut dan memiliki konsistensi lunak
g. Kebersihan Mulut: Menjaga kebersihan mulut sangat penting. Saat ini, gigi dapat disikat
dan disikat dengan lembut, tetapi hindari merangsang tempat bedah. Nyeri dan bengkak
mungkin tidak memungkinkan penyikatan yang kuat dari semua area, tetapi harap
berusaha keras untuk membersihkan gigi dalam batas kenyamanan.
h. Nyeri: Karena beberapa ketidaknyamanan yang diharapkan, Anda dapat mengkonsumsi
obat analgesik sebelum mati rasa hilang. Ikuti instruksi pada botol untuk pemberian
dosis.

Perhatikan juga:

a. Pembengkakan: Pembengkakan ringan dan peradangan dapat terjadi selama dua hari ke
depan. Jika terjadi pembengkakan, kompres es dapat digunakan selama 24 jam pertama
(10 menit pada saat kemudian 10 menit) untuk mengurangi pembengkakan dan / atau
memar. Jika pembengkakan berlanjut setelah 24 jam, kompres hangat / lembab (10 menit
kemudian 10 menit) dapat membantu. Jika pembengkakan terjadi setelah 48 jam, hubungi
kantor kami.
b. Demam: Demam ringan (suhu hingga 100,5 ° F) tidak jarang terjadi 48 jam pertama
setelah operasi. Jika demam tinggi terjadi atau demam berlanjut, hubungi kantor kami.
c. Dry Socket: kehilangan bekuan darah setelah pencabutan gigi permanen dapat
menyebabkan “dry socket”. Ini biasanya terjadi pada hari ketiga hingga kelima setelah
ekstraksi, dengan nyeri berdenyut yang menetap di rahang. Hubungi kantor kami jika ini
terjadi.
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bedah minor adalah suatu tindakan operasi atau pembedahan ringan/kecil atau
terlokalisir yang menggunakan anestesi (pembiusan) lokal contohnya memotong borok dan
bisul, eksisi kista, dan menjahit luka. Bedah ini harus memenuhi tingkat keamanan operasi
yang cukup dengan resiko yang minim untuk dilakukan di klinik. Untuk menentukan suatu
penyakit atau keadaan pada pasien bisa ditangani dengan bedah minor atau tidak, perlu
diteliti terlebih dahulu secara fisik dan terkadang memerlukan tes laboratorium. Oleh
karenanya, bedah minor harus dikonsultasikan terlebih dahulu sebelum dijadwalkan atau
didaftarkan. Namun pada beberapa kasus, bedah minor bisa langsung dilakukan tanpa tes lab
selama dokter operator bisa memastikan keamanan dan resiko pada obyek bedah.Instrumen
yang digunakan untuk menjahit luka dapat berupa pinset, needle holder, jarum dan benang,
scissor. Teknik penjahitan luka dapat berupa simple interupted suture, simple continuous
suture, locking continuous suture, vertical mattres suture, horisontal mattres suture,
subcuticular suture serta figure of-eight suture.

B. Saran

Mengingat masih banyaknya kekurangan dari kelompok kami, baik dari segi diskusi
kelompok, penulisan tugas tertulis dan sebagainya, untuk itu kami menerima kritik dan saran
dari dosen-dosen yang mengajar, baik yang sebagai tutor ataupun dosen yang memberi
materi kuliah, dan dari rekan-rekan semua dan dari berbagai pihak demi kesempurnaan
laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA

1. Malik, N. A. (2008). textbook of Oral and Maxillofacial Surgery, 2 nd ed. New Delhi:
JAYPEE.

2. Balaji SM, Balaji PP. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. 3rd Edition. India:
Elsevier. 2018.

3. McGowan DA. 1999. An atlas of minor oral surgery principles and practice ed 2nd. University
of Glasglow, UK.

Anda mungkin juga menyukai