BLOK 15 MODUL 4
BEDAH PREPROSTETIK
Tutor :
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Bedah
Preprostetik” ini tepat pada waktunya. Laporan ini disusun dari berbagai sumber
ilmiah sebagai hasil dari Diskusi Kelompok Kecil (DKK) kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga terselesaikannya laporan ini, antara lain :
1. Dr. drg. Lilies Anggarwati Astuti, Sp. Perioselaku tutor kelompok 3 yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan Diskusi Kelompok Kecil (DKK).
2. Teman-teman kelompok 3 yang telah menyumbangkan pemikiran dan
tenaganya sehingga Diskusi Kelompok Kecil (DKK) 1 dan 2 dapat berjalan
dengan baik, serta dapat menyelesaikan laporan hasil Diskusi Kelompok Kecil
(DKK).
3. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
angkatan 2019 dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per
satu.
Kami menyadari bahwa kemampuan kami dalam menyusun laporan ini sangat
terbatas. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi tercapainya kesempurnaan dari isi laporan hasil Diskusi
Kelompok Kecil (DKK) ini.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi dan tujuan dari bedah
preprostetik
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang prinsip bedah preprostetik
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang klasifikasi dari bedah preprostetik
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pemeriksaan yang dilakukan
sebelum bedah preprostetik
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang faktor pertimbangan dalam
penetapan tindakan bedah preprostetik
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang indikasi dengan
mempertimbangkan keadaan umum dan lokal
1
1.3 Manfaat
Diharapkan laporan hasil diskusi ini dapat menambah pengetahuan
pembaca, pembaca dapat mengerti dan memahami mengenai prinsip bedah
preprostetik, klasifikasi dari bedah preprostetik, pemeriksaan yang dilakukan
sebelum bedah preprostetik, faktor pertimbangan dalam penetapan tindakan
bedah preprostetik, serta indikasi dengan mempertimbangkan keadaan umum
dan lokal.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Skenario
Ibu Wina ( 60 tahun) pagi ini mendatangi RSGM untuk memeriksakan Gigi
Tiruan Lengkap (GTL) pada rahang bawah yang telah dibuat 1 minggu yang
lalu di salah satu ahli gigi yang ada dikotanya. Pasien merasakan gigi
palsunya mudah lepas dan ada rasa nyeri di bagian labial anteriornya saat di
gunakan. Pada pemeriksaan fisik dokter yg bertugas menemukan adanya
lacerasi pada frenulum labialis dan serta Oral tori pada mandibula, serta
kondisi lokal lainnya yang dapat menjadi faktor penyebab pasien merasa
tidak nyaman, analisa terhadap kasus ini maka dokter menyimpulkan akan
melakukan beberapa tindakan bedah preprostetik sebelum dilakukan
pembuatan GTL yang baru.
3
2.3 Identifikasi masalah
1. Apa saja faktor yang mempengaruhi GTL pasien diskenario mudah lepas
dan merasa nyeri pada labial anterior?
2. Kemungkinan apa yang menyebabkan temuan fisik yang dialami pasien di
skenario (laserasi pada frenulum, oral tori)?
3. Mengapa dilakukan tindakan bedah preprostetik dulu sebelum pemasangan
GTL?
4. Apa tujuan dari tindakan bedah preprostetik?
5. Apa saja klasifikasi dari bedah preprostetik?
6. Apa saja prinsip bedah preprostetik?
7. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dilakukannya bedah preprostetik?
8. Apa saja pemeriksaan yang dilakukan sebelum bedah preprostetik?
9. Bagaimana tahapan dari bedah preprostetik?
1. Apa saja faktor yang mempengaruhi GTL pasien diskenario mudah lepas
dan merasa nyeri pada labial anterior?
• Pasien tidak membuat GTL di dokter gigi, namun di ahli gigi.
Sehingga diragukan bahwa ahli gigi melakukan kesalahan dalam
pembuatan GTL. Selain itu, pada ahli gigi juga kemungkinan tidak
dilakukan pemeriksaan yang detail.
• Pasien kurang mengetahui aturan penggunaan GTL.
• Adanya torus pada mandibula yang menyebabkan nyeri.
• Nyeri juga dapat disebabkan karena GTL yang tidak sesuai di
rongga mulut, sehingga menyebabkan nyeri, trauma dan laserasi
• GTL yang mudah lepas, dapat disebabkan karena belum
mempunyai jaringan pendukung yang memadai (resorpsi tulang
alveolar)
• Adanya beberapa anatomi seperti torus mandibula yang membuat
GTL mudah lepas
• Adanya kesalahan penetapan oklusi
4
Karena GTL longgar dan mudah lepas, sehingga mengenai mukosa dan
menyebabkan laserasi
5
-Radikal alveolektomi: pembentukan kontur tulang radiks.
Diindikasikan karena ada undercut yang sangat menonjol
• Penghilangan eksitosis (bukal dan palatal)
• Torus removal: menghilangkan tori/torus pada maksila
maupun mandibula
2. Jaringan lunak
• Frenektomi
• Gingivoplasti: membentuk kembali jaringan gingiva
• Vestibuloplasti: memperdalam sulkus vestibulum. Karena
jika vestibulum dangkal maka gigi tiruan tidak stabil
Indikasi
6
prognatisme maksila, untuk memperbaiki overbite dan overjet,
terdapat area yang berlebih karena dapat mengganggu stabilisasi
gigi tiruan
• Adanya eksositosis dan torus
• Adanya keadaan frenulum yang tinggi
• Jika ada nyeri akibat gigi tiruan
• Adanya ulser yang berulang disekitar gigi tiruan
• Adanya atrofi rahang karena proses fisiologis
• Pada disfungsi yang tidak berkurang dengan perbaikan
konvensional (disfungsi fonasi, disfungsi tmj)
Kontraindikasi
7
-Penilaian tinggi dan lebar tulang alveolar, melihat undercut tulang,
menilai kedalaman sulkus pada bukal, perlekatan otot serta kondisi
tulang alveolar
• Pemeriksaan penunjang (radiografi)
-Untuk melihat kondisi tulang rahang, melihat sisa akar gigi,
-Radiografi panoramik
-periapikal, untuk melihat sisa akar
• Pemeriksaan dengan sefalometri
Alveolektomi
8
2.5 Kerangka teori
Definisi dan
Tujuan
Prinsip
Pemeriksaan
Bedah
Preprostetik Klasifikasi
Pemeriksaan
Faktor
pertimbangan
Indikasi
9
2.8 Sintesis
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi dan tujuan dari
bedah preprostetik
Bedah preprostetik merupakan bagian integral dari Prostodonsia Gigi
Tiruan Lengkap. Bedah preprostetik dilakukan untuk
mereformasi/mendesain ulang jaringan lunak/keras, dengan
menghilangkan hambatan biologis yaitu menghilangkan lesi atau kelainan
tertentu pada jaringan keras dan lunak rahang untuk mendapatkan prostesis
yang nyaman dan stabil. Tujuan akhir dari bedah preprostetik adalah untuk
mempersiapkan mulut untuk menerima protesa gigi dengan mendesain
ulang dan menghaluskan tepi tulang yang sebaliknya akan menyebabkan
hambatan dalam pemulihan kesehatan dan fungsi yang optimal.3,4,9
Tujuan Bedah Preprostetik :
10
c. Prosesus alveolaris yang berukuran sebesar mungkin dan dengan
konfigurasi yang tepat, bentuk ideal dari prosesus alveolaris adalah
ridge berbentuk U yang lebar, dengan komponen vertikal yang sejajar
mungkin.
d. Tidak ada tonjolan tulang atau jaringan lunak atau undercut.
e. Bentuk kubah palatal yang memadai.
f. Bentukan tuberositas posterior yang tepat.
g. Mukosa berkeratin yang memadai di daerah bantalan gigi tiruan primer.
h. Kedalaman vestibular yang memadai untuk ekstensi prostesis.
i. Kekuatan tambahan di mana fraktur mandibula dapat terjadi.
j. Perlindungan neurovascular bundle.
k. Penopang tulang yang memadai dan penutup jaringan lunak yang
terpasang untuk memfasilitasi penempatan implan bila diperlukan.
2) Pemeriksaan Klinis
Hal ini mencakup penilaian intra oral dan ekstra oral secara umum
dari jaringan lunak dan jaringan keras dan analisa khusus dari daerah
yang akan ditempati gigi tiruan. Penilaian tinggi, lebar dan bentuk
tulang alveolar secara umum, dan memperhatikan apakah terdapat
undercut tulang dan posisi dari struktur anatomi jaringan sekitar seperti
mental neuro-vascular bundle. Juga dinilai kedalaman dari sulkus
11
bukal,posisi dan ukuran frenulum, perlekatan otot dan kondisi dari
tulang alveolar.8,10
Kebersihan rongga mulut pasien harus baik sehingga dapat
dilakukan tindakan bedah dan untuk menghindari komplikasi atau hasil
pembedahan yang buruk.8,10
3) Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan radiografi berguna untuk menilai kondisi dari tulang
rahang. Panoramik foto berguna untuk mengetahui kualitas
keseluruhan dari tulang alveolar dan untuk melihat adanya sisa akar
gigi atau kelainan patologi yang lain (seperti kista rahang). Lateral
cephalostat atau cephalogram photo dapat digunakan untuk melihat
hubungan skeletal antero-posterior dan tinggi tulang alveolar bagian
anterior. Periapikal photo berguna bila akan dilakukan pengambilan
sisa akar sebelum pembuatan gigi tiruan.8,10
Studi model cetakan berguna memudahkan rencana perawatan
(terutama bila terdapat ketidak sesuaian secara skeletal) dan membantu
menjelaskan rencana prosedur bedah kepada pasien.8,10
Model wax-up dari gigi tiruan membantu untuk memperlihatkan
hasil akhir secara estetis.8,10
12
- Untuk meningkatkan retensi dan stabilitas gigi tiruan.
- Untuk mencapai hubungan antar yang tepat.
- Untuk melindungi dan mencegah cedera pada struktur vital
anatomis seperti berkas neurovaskular, sinus maksilaris, saraf
mental
13
- Mukosa yang menutupi ridge harus memiliki ketebalan,
kepadatan dan kompresibilitas yang seragam untuk transmisi
gaya pengunyahan yang merata ke tulang di bawahnya.
- Pada pasien yang lebih muda, jumlah tulang yang harus
dibuang lebih sedikit karena proses resorpsi berlangsung
selama beberapa tahun daripada pasien yang lebih tua.
Alveoloplasty terbagi menjadi primary alveoloplasty dan
secondary alveoloplasty.2
1) Primary alveoloplasty
Alveoloplasty primer adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan pemangkasan dan pengangkatan tulang
alveolar labiobukal bersama dengan beberapa tulang
interdental dan interradikular dan dilakukan pada saat
pencabutan gigi. Diindikasikan pada Pasien dengan tulang
alveolar yang menonjol dan padat yang menjalani ekstraksi
serta dilakukan sebagai prosedur sebelum pembuatan
immediate denture.
2) Secondary alveoloplasty
Alveoplasti sekunder biasanya dilakukan untuk memperbaiki
kecacatan yang terjadi pada lingir yang masih tetap tertinggal
setelah tindakan pencabutan atau yang disebabkan karena
resorbsi atau atropi yang tidak teratur. Edentulous ridge yang
tajam seperti ujum pisau menyebabkan iritasi gigi tiruan yang
hebat. Mereka biasanya ditemukan di bagian anterior
mandibula. Nyeri tekan yang terlokalisir pada ridge tersebut
pada palpasi atau penggunaan gigi tiruan adalah hal yang
umum.
b. Tori removal
Tori adalah anomali perkembangan kecil yang terjadi di
tempat yang konstan pada tulang rahang.2
1) Torus maksilaris / palatinus
Torus palatinus adalah eksostosis yang ditemukan di
sepanjang garis sutura palatum durum. Tidak semua tori
perlu dilepas karena semuanya tidak menyebabkan
14
kesulitan prostetik. Kadang-kadang eksostosis tulang dapat
terjadi pada tulang penyangga bukal.2
2) Torus mandibularis
15
- Dicabut jika gigi tiruan bawah akan dibuat.
- Harus diangkat jika terjadi iritasi kronis.
- Sangat jarang, ini diangkat ketika pasien takut akan
keganasan.
16
e. Maxillary Tuberosity Reduction
17
Gambar 3.6 Labial frenektomi
2. Vestibuloplasty
Vestibuloplasti adalah prosedur pembedahan di mana ruang depan
mulut diperdalam dengan mengubah perlekatan jaringan lunak.
Vestibuloplasti dapat dilakukan pada sisi labial atau lingual. 2
Tujuan dari vestibuloplasty, yaitu:2
- Untuk meningkatkan ukuran area bantalan gigi tiruan
- Untuk meningkatkan ketinggian residual alveolar ridge
18
b. Denture granuloma
Granuloma gigi tiruan adalah sekuel dari pemakaian gigi tiruan
yang tidak pas. Gigi tiruan yang tidak pas dan flensanya
menekan jaringan lunak yang berdekatan menyebabkan
pembentukan ulkus dan jaringan granulasi. Jaringan granulasi
ini tersusun menjadi jaringan fibrosa dan lesi menjadi
permanen.2
c. Epulis fissuratum (inflamasi hiperplasia fibrosa, fibrosis gigi
tiruan)
Epulis fissuratum adalah pembesaran hiperplastik menyeluruh
dari mukosa dan jaringan fibrosa di daerah vestibular dan
alveolar yang sering terjadi akibat iritasi gigi tiruan kronis.
Kondisi tersebut biasanya meradang dan mempengaruhi
stabilitas dan kenyamanan gigi tiruan.2
d. Hiperplasia inflamasi reaktif pada palatum
Hiperplasia inflamasi reaktif pada palatum ditandai dengan
adanya nodul merah atau pertumbuhan papiler pada mukosa
palatal. Ini adalah sekuel dari penggunaan kronis gigi tiruan
lengkap atau sebagian rahang atas yang tidak pas. Terkadang
konstruksi gigi tiruan pada papilomatosis yang sudah ada
sebelumnya juga mengarah pada situasi tersebut.2
19
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pemeriksaan yang dilakukan
sebelum bedah preprostetik
20
A. Pemeriksaan jaringan lunak intraoral
- Kuantitas dan kualitas jaringan di atasnya harus ditentukan,
Mukosa idealnya harus keras dan berkeratin dan tidak lembek.2
- Vestibulum harus dinilai kedalamannya dan area vestibulum harus
bebas dari perubahan inflamasi seperti jaringan parut atau ulserasi
yang disebabkan oleh tekanan gigi tiruan atau jaringan hiperplastik
akibat gigi tiruan yang tidak pas.2,6
- Perlekatan otot dan perlekatan frenal dengan puncak alveolar harus
dinilai karena hal ini sering menyebabkan hilangnya peripheral
seal pada gigi tiruan selama pengunyahan dan berbicara.2
- Pada aspek lingual, perlekatan otot mylohyoid dan perlekatan otot
genioglossus harus diperiksa.7
- Patologi jaringan lunak dan tulang jika ada harus diperiksa.2
- Pemeriksaan menyeluruh pada palatal vault dan palatum molle
untuk mencari lesi, hyperplasia papiler, atau kelainan yang
mengganggu penempatan gigi tiruan.2
C. Evaluasi Radiologi
Penilaian radiologi harus mencakup radiografi orthopantograph atau
panoramik dan sefalometri lateral. Dalam kasus yang sulit, teknik
pencitraan tingkat lanjut seperti dental CT scan dapat digunakan.
Dapat digunakan 3-D CT scan jika biaya memungkinkan. Radiografi
21
dapat mendeteksi adanya lesi patologis tulang, adanya gigi impaksi,
kista, tumor, potongan akar, kepadatan tulang rahang atas dan rahang
bawah untuk mengevaluasi risiko resorpsi, serta mengetahui tinggi dan
lebar alveolar ridge. Pola trabekula tulang, jarak neurovascular bundle
dari puncak alveolar, posisi foramen mentalis dalam kaitannya dengan
ridge crest untuk menilai risiko kompresi di bawah gigi tiruan, ukuran
dan pneumatisasi sinus maksilaris juga dapat diteliti dari X-ray.2,7
Radiografi yang tepat merupakan bagian penting dari diagnosis awal
dan rencana perawatan. Teknik radiografi panoramik memberikan
penilaian gambaran yang sangat baik tentang struktur tulang yang
mendasari dan kondisi patologis. Radiografi harus mengungkapkan
lesi patologis tulang, gigi impaksi, atau bagian dari akar yang tersisa,
pola tulang alveolar ridge, dan pneumatisasi sinus maksilaris.6
Radiografi sefalometri juga dapat membantu dalam mengevaluasi
konfigurasi potongan melintang dari area ridge mandibula anterior dan
hubungan ridge. Untuk mengevaluasi hubungan ridge dalam dimensi
vertikal dan anteroposterior, mungkin perlu untuk mendapatkan
radiografi sefalometri dalam dimensi vertikal yang sesuai. Studi
radiografi yang lebih canggih, seperti computed tomography scan,
dapat memberikan informasi lebih lanjut. Computed tomography scan
sangat membantu dalam mengevaluasi anatomi cross-sectional
maksila, termasuk bentuk ridge dan anatomi sinus. Anatomi cross-
sectional mandibula, termasuk konfigurasi tulang basal, ridge alveolar,
dan lokasi nervus alveolaris inferior dapat dievaluasi lebih tepat.6
D. Model Diagnostik
Harus dipasang pada artikulator dengan dimensi vertikal yang tepat
dan dilakukan penilaian.7
22
3. Pasien dengan terapi bifosfonat, sehingga berisiko terkena
osteochemonekrosis (BRONJ).
4. Pasien dengan riwayat iradiasi kepala dan leher baru-baru ini.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bedah preprostetik merupakan bagian integral dari Prostodonsia Gigi
Tiruan Lengkap. Bedah preprostetik dilakukan untuk
mereformasi/mendesain ulang jaringan lunak/keras, dengan menghilangkan
hambatan biologis yaitu menghilangkan lesi atau kelainan tertentu pada
jaringan keras dan lunak rahang untuk mendapatkan prostesis yang nyaman
dan stabil. Tujuan akhir dari bedah preprostetik adalah untuk
mempersiapkan mulut untuk menerima protesa gigi dengan mendesain
ulang dan menghaluskan tepi tulang yang sebaliknya akan menyebabkan
hambatan dalam pemulihan kesehatan dan fungsi yang optimal
Secara umum, prinsip-prinsip dasar bedah preprostetik meliputi riwayat
penyakit, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan khusus. Bedah preprostetik
juga diklasifikasikan menjadi bedah jaringan keras dan bedah jaringan
lunak. Bedah jaringan keras terdiri dari alveolar ridge augmentation dan
alveolar ridge correction seperti alveoloplasty, pengangkatan tori, reduksi
ridge mylohyoid, reduksi genial tubercle, dan reduksi maxillary tuberosity.
Bedah jaringan lunak terdiri dari frenektomi, vestibuloplasty, eksisi jaringan
yang berlebihan, dan transposisi saraf mental.
Sebelum bedah preprostetik perlu dilakukan pemeriksaan dan evulasi
secara menyeluruh serta faktor pertimbangan untuk penetapan tindakan
bedah preprostetik. Selain itu terdapat indikasi dengan mempertimbangkan
keadaan umum dan lokal dari pasien agar tujuan akhir bedah preprostetik
tercapai.
3.2 Saran
Setelah membaca laporan ini diharapkan pembaca dapat mengetahui dan
memahami tentang hal-hal yang terkait dengan perawatan periodontal non-
bedah yang dibahas dalam laporan ini. Berikut beberapa saran yang ingin
kami sampaikan:
a) Para pembaca dapat lebih memperdalam materi ini dan berusaha
memahami dan mengingatnya sebaik mungkin.
24
b) Para pembaca memperbanyak sumber referensi atau literasi yang lebih
lengkap dan valid lagi untuk dapat menguasai materi ini dengan baik.
Kami berpesan agar teruslah belajar dimanapun, kapanpun dan pada
siapapun.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Balaji, S.M. (2013). Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. 2nd Ed.
Elsevier. India
2. Balaji, S. M. (2018). Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery 3th. New
Delhi: Elsevier.
3. Bhuskute M. V., Shet R. G. K. (2019). Preprosthetic surgery: An adjunct to
complete denture therapy. Journal of ICDROB Innovation in
Implantology, vol. 11, no. 1
4. Fragiskos D. Fragiskos. (2007). Oral Surgery. Springer-Verlag Berlin
Heidelberg. Germany
5. Hupp, James. Ellis, Edward. Myron, Tucker. (2008). Contemporary
Maxillofacial Surgery. 5th edition. St. Louis: Elsevier
6. Hupp, J. R., Ellis, E., & Tucker, M. R. (2019). Contemporary Oral and
Maxillofacial Surgery seventh edition. Philadhelpia: Elsevier.
7. Malik, N. A. (2008). Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery second
edition. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd.
8. Matthew. (2001). Oral and Maxillofacial Surgery. Edinberg: Churchill
Livingstone.
9. Neelima Anil Malik. (2008). Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery.
2nd Edition. Jaypee Brothers Medical Publishers
10. Tucker. (1998). Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. Philadelphia:
W.B. Saunders Co.