KELOMPOK SGD 3
Luh Putu Nitya Wirasasi 1702551002
Livica Sanggra Dewi Yanna 1702551004
Made Yuda Pradnyana 1702551008
Ni Putu Rahayuni 1702551032
Ni Wayan Nilawati 1702551035
Ni Putu Diva Candra Dewi 1702551039
Muhammad Rafif Musyaffa 1702551045
Yuliartanty Ernandarini 1602551007
Made Ayu Nadya Ksata Yadnya 1602551046
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
BAB II LAPORAN KASUS...........................................................................
BAB III KAITAN DENGAN TEORI...........................................................
3.1 Occlusal Disease........................................................................................
3.2 Gejala Occlusal Disease.............................................................................
a. Oral dyskinesia......................................................................................
b. Gejala aural (earache dan tinnitus).......................................................
c. Glosodynia (nyeri lidah)........................................................................
d. Tension-type headache..........................................................................
e. Vertigo...................................................................................................
3.3 Perawatan Occlusal Disease.......................................................................
a. Soft laser teraphy ..................................................................................
b. Selective grinding..................................................................................
c. Bite Plate................................................................................................
3.4 Kaitan dengan teori.....................................................................................
BAB IV PENUTUP.........................................................................................
4.1 Simpulan...................................................................................................
4.2 Saran.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Kasus I
Seorang pasien wanita 17 tahun datang mengunjungi dokter gigi dengan keluhan
utamanya yaitu sakit di daerah TMJ kanannya disertai clicking. Pasien merupakan
seorang pelajar SMA dan merupakan anak dari seorang dokter gigi. Pasien menyadari
keluhan clicking sejak usianya 12 tahun. Pasien didiagnosis mengalami bilateral disk
displacement dengan reduksi disertai artralgia. Setelah menggunakan bite plate, rasa
sakitnya reda dan analisis terhadap BPOP dilakukan. Analisis menunjukkan prematur
kontak pada molar kedua pada kedua sisi.
Pemeriksaan pertama pada 23 Maret 1993, dilakukan pencetakan untuk membuat
full coverage type bite plate. Pasien pertama kali menggunakan bite plate pada 30
Maret. Pada tanggal 1 April, rasa nyerinya reda dan diambil pencatatan wax BPOP.
Model gigi dipasangkan pada artikulator bersamaan dengan catatan wax BPOP.
Penyesuaian oklusal dilakukan pada model kemudian pada rongga mulut pasien
merujuk pada model. Prosedur yang sama dilakukan hingga kontak oklusal di kedua
sisi diperoleh. Penyesuaian oklusal dilakukan sebanyak 4 kali, clicking dan nyeri
hilang secara total setelah 5 minggu perawatan.
Kasus II
Seorang pasien perempuan berusia 25 tahun datang ke dokter gigi dengan
keluhan utama keterbatasan dalam membuka rahang serta nyeri pada pelipis kanan,
leher dan bahu. Pasien menyebutkan bahwa ia sering mengalami nyeri pada TMJ sisi
kirinya dan keterbatasan dalam membuka rahang. Tidak ada riwayat kesehatan yang
menonjol. Tidak terdeteksi adanya deviasi midline, overbite dan overjet sangat
minimal. Pembukaan rahang maksimum tanpa bantuan adalah 28mm.
Pasien mengatakan adanya nyeri tekan pada pemeriksaan palpasi pada TMJ kiri,
temporalis anterior kanan, platisma kanan dan sternokleidomastoideus serta
pterigoideus eksternal dan medial kiri. Pada saat membuka rahang, terlihat deviasi ke
sebelah kiri. Pasien melaporkan telinga kirinya terasa tersumbat dan adanya gejala
pada mata yaitu refleks kedip pada mata bagian bawahnya.
Gambar 1. Pemeriksaan palpasi pada pasien
Pasien didiagnosa nyeri myofacial dengan pembukaan rahang terbatas. Pasien
dibuatkan bite plate dan setelah 1 minggu pemakaian, pembukaan rahang maksimum
tanpa bantuan meningkat menjadi 45mm. Setelah 2 minggu pemakaian, semua nyeri
tekan hilang kecuali pterygoideus eksternal dan medial kiri serta pada
sternokleidomastoideus.
Kasus III
Seorang pasien laki-laki 51 tahun datang dengan keluhan utama yaitu adanya
keterbatasan saat membuka mulut dan nyeri pada TMJ kiri. Pasien tidak sadar akan
adanya clicking pada kunjungan pertamanya. Pembukaan rahang maksimum tanpa
bantuan adalah 25mm.
Pasien dibuatkan bite plate dan setelah 2 minggu pemakaian, pembukaan
maksimum rahangnya meningkat menjadi 46mm dan model gigi ditanamkan pada
artikulator. Pasien didiagnosa mengalami disk displacement tanpa reduksi dan
keterbatasan dalam membuka rahang. Karena kondilus tidak bergerak dengan mulus,
maka dilakukan soft laser teraphy pada TMJ kiri. Soft laser teraphy dan bite plate
dilakukan selama 3 bulan dan setelah itu kondilus dapat bergerak dengan mulus dan
nyeri pada TMJ mulai reda. Setelah gejala reda, model gigi rahang atas dan bawah
ditanamkan pada artikulator bersama dengan catatan wax BPOP. Terdapat celah semu
berbentuk wedge pada kedua sisi rahang. Celah tersebut ditutup dengan restorasi.
Setelah itu, tidak ada gejala yang berulang setelah 14 tahun follow-up sementara
restorasi mengalami keausan karena pemakaian dan harus dilakuakan sedikit
perbaikan.
4.1 Simpulan
Occlusal disease merupakan gejala yang timbul akibat adanya perbedaan antara
habitual occlusal positions (HOP) dan muscular position (MP). Occlusal disease di
tandai dengan adanya rasa nyeri yang timbul akibat dari kelainan oklusi. Gejala yang
daapat timbul yaitu berupa rasa kaku pada leher, nyeri pada wajah, nyeri pada telinga,
serta clicking pasa saat membuka dan menutup mulut. Kelainan ini disebabkan oleh
kerusakan restorasi, tooth hypermobility, dan kebiasaan buruk.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan bite plate
yang terbuat dari resin transparan untuk membebaskan gigi dari trauma dengan cara
memperbaiki diskrepansi antara MP dan HOP. Perawatan soft laser teraphy atau
sering disebut juga low level laser therapy merupakan terapi menggunakan aplikasi
dari low-energy laser ruby. Perawatan soft laser teraphy dapat menginisiasi
perbaikan jaringan TMJ yang mengalami trauma atau cidera akibat adanya occlusal
disease. Selective grinding atau penyelarasan oklusal juga merupakan perawatan yang
dapat dilakukan untuk membentuk kembali permukaan oklusal gigi dengan
pengasahan sehingga menciptakan hubungan kontak yang baik antara gigi geligi
rahang atas dan rahang bawah.
4.2 Saran
Berdasarkan student project yang telah dibuat terdapat beberapa saran yang dapat
diberikan:
a. Saran bagi mahasiswa kedokteran gigi
Mahasiswa kedokteran gigi diharapkan mampu memahami dan mengidentifikasi
penyakit oklusal (occlusal disease) dan terapi perawatan untuk penyakit oklusal.
b. Saran bagi dokter gigi
Dokter gigi diharapkan mampu memahami dan mengidentifikasi penyakit oklusal
(occlusal disease) dan terapi perawatan untuk dapat mengatasi penyakit oklusal
pada pasien.
c. Saran bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjtnya diharapkan lebih banyak mencari informasi dan refrensi terbaru
dan valid terkait penyakit oklusal (occlusal disease) dan terapi perawatan yang
dapat menunjang penelitian selanjutnya untuk menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Abouelhuda, A. M., Kim, H. S., Kim, S. Y., & Kim, Y. K. (2017). Association
between headache and temporomandibular disorder. Journal of the Korean
Association of Oral and Maxillofacial Surgeons, 43(6), 363–367.
https://doi.org/10.5125/jkaoms.2017.43.6.363
Blanchet, P.J., Rompré, P.H., Lavigne, G.J. and Lamarche, C., 2005. Oral dyskinesia:
A clinical overview. International Journal of Prosthodontics, 18(1), pp.10–
19.
Intan,andi. 2016. Efek Sinergis dari Pemberian Amoxicilin dan Low Level Laser
Therapy pada Klebsiella Pneumoniae.
Julia,lovina & Rizki,shela. 2018. Prinsip-Prinsip Selektif Grinding. Scribd.com.
Online at https://www.scribd.com/document/380091513/Prinsip-Prinsip-
Selektif-Grinding-Oklusal-Adjustment-Koronoplasti,
Khan, M.T. et al., 2013. Neuromuscular dentistry: Occlusal diseases and posture.
Journal of Oral Biology and Craniofacial Research, 3(3), pp.146–150.
Available at: http://dx.doi.org/10.1016/j.jobcr.2013.03.003.
Khan, M.T., Verma, S.K., Maheshwari, S., Zahid, S.N. and Chaudhary, P.K., 2013.
Neuromuscular dentistry: Occlusal diseases and posture. Journal of oral
biology and craniofacial research, 3(3), pp.146-150
Kuttab, J.I., 2018. Dental health and prevention. The 5-Minute Pediatric Consult, 8th
Edition, 1(Figure 3), pp.272–273.
Lytle, J.D., 2001. Occlusal disease revisited: Part I--Function and parafunction.
International
Marchiori, L. L., Oltramari-Navarro, P. V., Meneses-Barrivieira, C. L., Melo, J. J.,
Macedo, J., Bruniera, J. R., Gorres, V. C., & Navarro, R. 2014. Probable
Correlation between Temporomandibular Dysfunction and Vertigo in the
Elderly. International archives of otorhinolaryngology, 18(1), 49–53.
https://doi.org/10.1055/s-0033-1358583 Journal of Periodontics &
Restorative Dentistry, 21(3).
M Kessler J. Periodontol. 1980. The bite plate--an adjunct in periodontic and
orthodontic therapy.
Setiawati, M. and Susianti, 2016. Diagnosis dan Tatalaksana Vertigo. Majority, 5(4),
pp.91–95.XTeruel, A. and Patel, S., 2019. Burning mouth syndrome: A review of
etiology, diagnosis, and management. General Dentistry, 67(2), pp.24–29. e, 6(1),
pp.1-8.
Torii, K., 2018. Occlusal disease. J Den Health Res, 1, pp.1-10.
Torii, K. and Chiwata, I., 2010. Occlusal adjustment using the bite plate-induced
occlusal position as a reference position for temporomandibular disorders: a
pilot study. Head & Face Medicin
Torii, K., Chiwata, I. 2010. Occlusal adjustment using the bite plate-induced occlusal
position as a reference position for temporomandibular disorders: a pilot
study. Head Face Med 6, 5