Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MAHASISWA SEMESTER 1

TAHUN AKADEMIK 2021/2022

BLOK 1. ILMU KEDOKTERAN DASAR JARINGAN

MODUL 2 OTOT

DISUSUN OLEH:

1. I MADE ADIKA NIM: 20210710023


2. SAFITRI RISTANTI NIM: 20210710040
3. ABDULLAH MUHAMMAD YAHYA NIM: 20210710042
4. DISFIRA OKTAVIA SARASWATI NIM: 20210710043
5. RONI DERMAWAN NIM: 20210710044
6. MUHAMMAD FADHILILLAH AL MUBAROK NIM: 20210710045
7. EUGENIE FELICIANA NIM: 20210710046
8. ALIFIA ZIKROH NURDIAN NIM: 20210710047
9. SYAKILA NOVRIA AMOURA NIM: 20210710048
10. MARIA INDIRA SHEILANI JAYATRI NIM: 20210710049
11. WINDY ARISKA NIM: 20210710051
12. NILAM SAGITA UTAMI NIM: 20210710052

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, makalah
diskusi kelompok kecil dengan judul Spasme Otot ini dapat kami selesaikan tepat waktu.
Kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Endah Wahjuningsih.,drg.,M.Kes selaku fasilitator


2. Teman-teman kelompok DKK 4
3. Seluruh pihak yang telah terlibat dalam penyelesaian makalah ini

Kami berharap makalah ini dapat memberikan informasi dan edukasi yang berguna
bagi seluruh pihak yang membaca. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam pemilihan
kata maupun penulisan makalah ini. Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
guna memperbaiki dan melengkapi makalah kami ini di masa yang mendatang. Tidak lupa,
kami mengucapkan terima kasih kepada dokter atas waktu yang telah diluangkan untuk
membaca makalah kami.

Surabaya, 20 Oktober 2021

Kelompok 4
Nama Fasilitator : Dr. Endah Wahjuningsih, drg.,M.kes

Modul 2
Otot

Topik Modul
Spasme Otot

Pemicu/Skenario 1

Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang ke RSGM dengan keluhan tidak dapat
menutup mulut setelah tertawa dan terasa nyeri pada daerah sekitar mulut. Data pada rekam
medis menunjukkan bahwa pasien pernah mengalami hal yang sama 1 tahun yang lalu dan
pasien pernah mengalami trauma kecelakaan setahun sebelumnya. Pemeriksaan klinis
didapatkan mulut pasien terbuka. Dokter mendiagnosis pasien mengalami dislokasi sendi
sehingga terjadi spasme musculus masseter dan muskulus pterygoideus.

Terminologi Istilah I

1. Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana
pelayanan kesehatan. Keterangan baik yang tertulis maupun terekam tentang identitas,
anamnesa, penentuan fisik, laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan tindakan
medik yang diberikan kepada pasien (W Handiwidjojo, 2015)
2. Trauma adalah Tekanan emosional dan psikologis pada umumnya tidak
menyenangkan atau pengalaman yang berkaitan dengan kekerasan. Taruma juga bisa
digunakan untuk menyatu pada kejadian yang menyebabkan stress berlebih
(Library.Binus). safitri, Trauma kecelakaan Trauma disebut juga injury atau wound,
dapat juga diartikan sebagai kerusakan atau luka yang disebabkan oleh tindakan-
tindakan fisik dengan terputusnya kontinuitas normal suatu struktur. (Repository.
UKI)
3. Dislokasi sendi adalah keadaaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak
lagi berhubungan secara anatomis. dislokasi ini dapat terjadi pada komponen
tulangnya saja yang bergeser atau seluruh komponen tulang terlepas dari tempat yang
seharusnya (mansjoer, dkk 2000). Cedera ini menyebabkan ujung tulang mengalami
perubahan posisi dari posisi normal dan artikulasi sendi hilang. Biasanya mengikuti
trauma seperti terjatuh atau pukulan (Brunner,2001). Roni
4. Pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh
pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. (Jurnal Skolastik Keperawatan Vol.2
No.1 2016)
5. Diagnosis merupakan penentuan jenis penyakit berdasarkan tanda dan gejala dengan
menggunakan cara dan alat seperti laboratorium, foto, dan klinik (KBBI).
6. Spasme musculus merupakan Kontraksi involunter mendadak satu kelompok otot
atau lebih meliputi kram dan kontraktur (Haigh, 2005), dapat disebabkan oleh
perubahan tonus, otot, postur tubuh, jaringan lunak sekitar otot, maupun aktivitas
gerak sendi
7. M. masseter adalah otot pengunyah di lateral ramus mandibula berbentuk pipih dan
kuat, otot kuat yang terletak di area pipi. Musculus yang berfungsi mengangkut
mandibula dan menutup rahang (analage FK UIN Jakarta)
8. M. pterygoideus adalah salah satu musculi masticatorii, yang memiliki peran
memajukan mandibula, membuka rahang, dan menggerakkan mandibula dari sisi ke
sisi, atau dapat diartikan sebagai otot yang melekat di medial ramus mandibula,
berstruktur tebal dengan serat lurus ke euh caudolateral.

Identifikasi Masalah I

1. Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang ke RSGM dengan keluhan tidak dapat
menutup mulut setelah tertawa dan terasa nyeri pada daerah sekitar mulut
2. Data pada rekam medis menunjukkan bahwa pasien pernah mengalami hal yang sama
1 tahun yang lalu dan pasien pernah mengalami trauma kecelakaan setahun
sebelumnya
3. Pemeriksaan klinis didapatkan mulut pasien terbuka
4. Dokter mendiagnosis pasien mengalami dislokasi sendi sehingga terjadi spasme
musculus masseter dan muskulus pterygoideus

Rumusan Masalah I

1. Mengapa seorang laki-laki berusia 35 tahun datang ke RSGM dengan keluhan tidak
dapat menutup mulut setelah tertawa dan terasa nyeri pada daerah sekitar mulut?
2. Apa hubungan pasien pernah mengalami hal yang sama 1 tahun yang lalu dan pasien
pernah mengalami trauma kecelakaan setahun sebelumnya?
3. Apa arti Pemeriksaan klinis didapatkan mulut pasien terbuka?
4. Apa penyebab dislokasi?mengapa Dokter mendiagnosis pasien mengalami dislokasi
sendi sehingga terjadi spasme musculus masseter dan muskulus pterygoideus? dika

Hipotesis Masalah I

1. Karena pasien merasa tidak nyaman dengan kondisi mulutnya yang tidak dapat
ditutup serta rasa nyeri yang timbul, sehingga ingin mendapatkan perawatan dari
dokter.
2. karena trauma yang disebabkan kecelakaan pada 2 tahun yang lalu menimbulkan
penurunan fungsi kerja otot tersebut, serta penanganan yang kurang tepat dapat
menyebabkan keluhan yang sama terulang kembali. Selain itu, penyebab lain seperti
membuka mulut yang berlebihan saat menguap, Tertawa, bernyanyi, dan membuka
mulut berkepanjangan juga menjadi penyebab dislokasi sendi (Septadina, 2015).
3. Mulut pasien terbuka itu menunjukkan adanya gangguan pada otot rahang, sehingga
dapat disimpulkan, menyebabkan muskulus. Terdapat suatu kelainan pada otot dan
sendi temporomandibular joint pasien karena TMJ memungkinkan gerakan membuka
dan menutup mulut dan jika terjadi kelainan akan terasa nyeri dan tidak nyaman pada
pasien (Suhartini, 2011).
4. TMD adalah suatu gangguan pada sendi temporomandibular joint karena adanya
dislokasi pada sendi. Dislokasi dapat terjadi karena adanya perubahan struktur pada
kapsul longgar, ligamen, dan atropi ligamen kecil/pendek, gerakan pada rahang
mandibular meliputi adanya gerakan menutup mulut oleh m. masseter, m.
pterygoideus, m. temporalis. Pada kasus ini pasien tidak dapat menutup mulut setelah
tertawa, itulah mengapa dokter mendiagnosis dislokasi sendi karena bergesernya
tulang rahang pada pasien tersebut, yang menyebabkan mulut mengalami dislokasi
adalah yaitu cedera ini bisa berupa Trauma kecelakaan, dan tertawa terlalu lebar Juga
bisa menyebabkan terjadinya dislokasi sendi. Terjadi akibat interupsi pada sekuens
normal kontraksi otot saat mulut tertutup setelah membuka dengan ekstrim. (Ning Na.
2016). Karena dalam kasus ini dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami dislokasi
sendi setelah tertawa dan memiliki hubungan dengan rekam medis pasien yang
mengalami trauma kecelakaan setahun sebelumnya sehingga pasien mengalami
trauma.

Pemicu/ Skenario II

Dokter memberikan obat analgesik, muscle relaxant. Setelah itu dokter melakukan
reposisi manual dan memasang head bandage. Selanjutnya dokter memberikan KIE pada
pasien setelah perawatan.

Terminologi Istilah II

1. Obat analgesik adalah obat yang selektif mengurangi rasa sakit dengan bertindak
dalam sistem saraf pusat atau pada mekanisme nyeri perifer, tanpa secara signifikan
mengubah kesadaran. (Jurnal ilmiah kesehatan sandi husada vol 10 no 2, 2019). Obat
analgesik digunakan untuk mengurangi/meredakan nyeri. analgesik dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu golongan opioid (narkotik) dan non-opioid. analgesik golongan
opioid dalam penggunaan berulang dapat menimbulkan ketergantungan dan toleransi,
sedangkan analgesik non-opioid adalah analgesik yang tidak menimbulkan
ketergantungan dan toleransi fisik. (LRB Sipahutar, 2020). Golongan obat yang
berfungsi sebagai anti demam sekaligus anti nyeri. Golongan ini bisa digunakan
untuk meredakan cedera, sakit gigi, demam, sakit kepala, bahkan nyeri haid. (Fadli
Azani, 2020)
2. Muscle relaxant adalah obat yang digunakan untuk melemaskan / melumpuhkan otot
rangka untuk memfasilitasi intubasi selama pembedahan. Obat resep yang digunakan
untuk mengobati otot yang kaku dan keras (spasme otot) atau sakit (kejang otot) (G
Ratnawati, dkk, 2016)
3. Reposisi Manual, menurut KBBI Pengembalian tempat/posisi semula. Reposisi
manual diartikan sebagai tindakan medis untuk mengembalikan tulang maupun sendi
untuk kembali ke posisi semula yang dilakukan secara manual. (Luker Wasinton,
2019) . Dapat diartikan tindakan mengembalikan jaringan atau fragmen ke posisi
semula, dengan kembali ke bentuk semula diharapkan bagian yang sakit dapat
berfungsi kembali dengan maksimal (Mahartha, dkk., 2013).
4. Head bandage merupakan perban apapun yang dipasang di kepala, biasanya dengan
teknik membungkus, yang menggunakan tonjolan tulang sebagai penahan dan dengan
hati-hati sepenuhnya menutup cedera atau garis jahitan (medical dictionary, 2009).

Identifikasi Masalah II

1. Dokter memberikan obat analgesik, muscle relaxant


2. Setelah itu dokter melakukan reposisi manual dan memasang head bandage
3. Selanjutnya dokter memberikan KIE pada pasien setelah perawatan.

Rumusan Masalah II

1. Mengapa Dokter memberikan obat analgesik, muscle relaxant?


2. Apa tujuan Setelah itu dokter melakukan reposisi manual dan memasang head
bandage?
3. Apa KIE yang diberikan?

Hipotesis Masalah II

1. karena untuk menghilangkan Rasa nyeri pada pasien dan juga tanpa menghilangkan
atau mempengaruhi penyebabnya, dan untuk pemberian obat muscle relaxant yaitu
untuk mengurangi atau melemaskan otot kram, atau otot yang mengalami kontraksi
mendadak. (Tripathi, 2003)
2. Mengembalikan posisi rahang . Reposisi dapat dilakukan secara manual dengan jari
pada gigi molar bawah yang menekan mandibula ke bawah untuk menarik otot levator
dan selanjutnya ke arah belakang untuk meletakkan kembali condylus di dalam
bahasa (Ning A.N., dkk,. 2017). Head bandage bertujuan untuk imbolisasi agar otot
dapat beristirahat untuk bisa mengadakan perbaikan dan mencegah terjadinya
dislokasi kembali.(Swaim,2011)
3. Komunikasi yang diberikan mengenai riwayat rekam medis pasien (trauma
kecelakaan 1 tahun yang lalu) yang berhubungan dengan kondisi pasien tidak dapat
menutup mulut setelah tertawa saat ini dan terasa nyeri pada daerah sekitar mulut
Informasi yang diberikan mengenai perawatan apa yang akan diberikan yaitu
Pemberian obat berupa analgetik dan pelemas otot (muscle relaxant), reposisi manual
dan pemasangan head bandage Edukasi: Selama pemasangan head bandage pasien
juga diinstruksikan untuk diet makanan lunak tidak membuka mulut terlalu lebar
dalam 24-48 jam setelah reposisi manual. KIE yang diberikan dapat berupa edukasi
atau pemahaman tentang cara mencegah dislokasi agar tidak menyebabkan dislokasi
berulang karena dalam kasus ini pasien telah mengalami keluhan atau kejadian yang
sama dan terulang kembali sehingga harus diberikan edukasi seperti untuk tidak
membuka mulut terlalu lebar ketika sedang tertawa, menguap, makan, maupun pada
pada aktivitas rongga mulut lainnya. Pasien dapat disarankan untuk tidak membuka
mulut terlalu lebar, headband dan dipertahankan selama kurang lebih 3 sampai 4 hari
dan mungkin dapat disarankan untuk kontrol sesuai hari yang ditentukan oleh dokter
(Novian AN, dkk., 2017).

Peta Konsep

keluhan:
tidak dapat membuka mulut setelah tertawa dan nyeri

rekam medis: mengalami hal yang sama


1 tahun lalu, trauma kecelakaan

p.klinis: mulut terbuka

etiologi: tertawa
dislokasi sendi
terlalu lebar

spasme m. masseter dan m. pterygoideus

perawatan: obat analgesik & muscle relaxant

reposisi manual & head bandage

KIE

Learning issue
1. Rekam medis

a. Definisi

b. Fungsi

2. Otot rangka

a. Struktur

b. Protein otot

c. Mekanisme kontraksi dan relaksasi

3. Spasme otot

a. Definisi

b. Faktor

c. Cara penanganan

4. Dislokasi sendi TMJ

a. Definisi

b. Etiologi

c. Terapi

C. Terapi

1. Medika meniosa, yaitu dengan pemberian obat analgetik untuk mengurangi rasa
nyeri, obat anti inflamasi jika terjadi pembengkakan dan muscle relaxant

2. Reposisi. Dilakukan dengan tujuan untuk mengembalikan posisi kondilus ke


posisi semula, baik terapi medikamentosa. secara manual atau dibantu dengan

3. Fiksasi & Imobilisasi, tujuan utama dari terapi ini yaitu untuk mengistirahatkan
sendi selama masa penyembuhan pasca reposisi, rahang dengan Imobilisasi
rahang dengan penggunaan head bandage Mencegah redislokasi

4.Perbaikan oklusi gigi, yg bertujuan untuk mengeliminasi Faktor predisposisi.


Meliputi perbaikan hubungan oklusi antara gigi-gigi rahang atas dengan
rahang bawah dan perawatan terhadap

5. KIE
a. Definisi
b. KIE yang diberikan

6. Kesimpulan

PENJELASAN LEARNING ISSUE

1. Rekam medis
a. Definisi
● Berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan
kesehatan. Keterangan baik yang tertulis maupun terekam tentang identitas,
anamnesa, penentuan fisik, laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan
tindakan medik yang diberikan kepada pasien. Rekam medis adalah
ketersediaan data informasi bagi manajemen dan pelaksana layanan serta
pengembangan jaringan informasi kesehatan. Sistem informasi rekam medis
dapat digunakan sebagai sarana penyedia layanan dan informasi informasi
bagi penggunanya baik dokter, paramedis, karyawan dan pasien rumah sakit
dimanapun dan kapanpun mereka berada, sehingga bisa mendapatkan
informasi akurat yang tersedia senantiasa terbaharui
● Menurut UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 46 Ayat 1,
rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang
telah diberikan kepada pasien.
b. Fungsi

Fungsi rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek, yakni:

● Aspek administrasi. Rekam medik mempunyai arti administrasi karena isinya


menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab bagi tenaga
kesehatan.
● Aspek medis. Rekam medik mempunyai nilai medis karena catatan tersebut
dipakai sebagai dasar merencanakan pengobatan dan perawatan yang akan
diberikan.
● Aspek hukum. Karena isinya menyangkut masalah adanya jaminan kepastian
hukum atas dasar keadilan dalam usaha menegakkan hukum serta bukti untuk
menegakkan keadilan.
● Aspek keuangan. Rekam medik dapat menjadi bahan untuk menetapkan
pembayaran biaya pelayanan kesehatan.
● Aspek penelitian. Rekam medik mempunyai nilai penelitian karena
mengandung data atau informasi sebagai aspek penelitian dan pengembangan
ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.
● Aspek pendidikan. Rekam medik mempunyai nilai pendidikan karena
menyangkut data informasi tentang perkembangan kronologi, pelayanan
medik terhadap pasien yang dapat dipelajari.
● Aspek dokumentasi. Rekam medik mempunyai nilai dokumentasi karena
merupakan sumber yang dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban dan
laporan.

Jadi, rekam medis mempunyai arti sebagai keterangan baik tertulis maupun
rekaman tentang identitas, anamnesis pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium atau radiologi, diagnosis, segala pelayanan dan tindakan medis
yang diberikan kepada pasien baik rawat jalan, rawat inap maupun pelayanan
gawat darurat yang diberikan kepada pasien (Kholili U., 2011).

2. Otot rangka
a. struktur

Terdapat 2 komponen utama jaringan otot rangka, yaitu jaringan ikat, jaringan
otot serat lintang, dan sistem membran. Jaringan ikat berfungsi melindungi
serat-serat otot dan memisahkannya atas berkas-berkas otot. Jaringan otot
rangka tersusun atas serat-serat otot yang berjalan sejajar dengan miofibrilnya
yang terdiri atas unit kontraktil yang lebih kecil yaitu miofilamen tebal dan
tipis. Sistem membran terdiri atas sarkolema dimana terjadinya depolarisasi
yang paling awal dan dihantarkan ke dalam serat otot melalui tubulus T,
struktur kaki pada daerah triad dan sisterna terminalis yang selanjutnya
memicu pelepasan ion Ca2+ dari retikulum sarkoplasma (S Wangko, 2014).
massa otot manusia kira-kira 40%-50% dari massa tubuh, terdiri dari 40% otot
rangka dan 10% otot polos dan otot jantung. ukurannya bervariasi, antara 10-
100 mikron, dengan panjang bisa lebih dari 30 cm.

b. protein otot

Terdapat dua jenis protein kontraktil otot yaitu miosin dan aktin. filamen tebal
terutama tersusun oleh miosin sedangkan filamen tipis terutama oleh aktin,
bagian ekor miosin menuju garis M di tengah sarkomer. kepala miosin yang
membentuk jembatan silang (cross bridge) akan menuju filamen tipis pada
saat kontraksi. filamen tipis tersusun oleh aktin dan dua jenis protein regulator
yaitu tropomiosin dan troponin (S Wangko, 2014).
c. mekanisme kontraksi dan relaksasi

Pada saat akan dimulainya kontraksi otot rangka, ion Ca2+ dilepaskan ke
dalam sarkoplasma melalui saluran pelepasan Ca2+ (reseptor rianodin) dan
akan secara efisien ditranspor kembali ke dalam RS oleh kerja SERCA pada
membran RS saat relaksasi otot. RS akan menyimpan Ca2+ yang terikat pada
protein calsequestrin. Oleh karena Ca2+ didaur ulang sedemikian efisien maka
pada kontraksi otot rangka (short term) tidak diperlukan Ca2+ ekstrasel.

Pada relaksasi otot terjadi penguraian asetilkolin sehingga aksi potensial


terhenti. Kerja pompa transpor aktif Ca2+ memasukkan ion Ca2+ ke dalam
RS. Saluran pelepasan Ca2+ pada RS tertutup. Dengan turunnya konsentrasi
Ca2+ sarkoplasma maka ikatan ion ini dengan troponic terlepas, kompleks
tropomiosin troponin kembali ke posisi semula menutupi tempat aktif pada
aktin. Jembatan silang tidak terbentuk dan filamen tipis kembali ke tempat
semula. (S Wangko, 2014).

Kontraksi Otot terjadi saat otot memendek dan menebal. pada keadaan ini
akan terbentuk aktomiosin yaitu berkaitannya aktin dan miosin pada unit otot
(sarkomer). relaksasi otot terjadi saat otot kembali ke keadaan semula dan
mengendur. otot yang berelaksasi akan terjadi penguraian aktomiosin menjadi
aktin dan miosin kembali. mekanisme kontraksi dan relaksasi otot ini
digambarkan sebagai metode sliding filament yaitu pergeseran filamen otot
yang membentuk aktomiosin dan terurainya kembali aktomiosin tersebut

3. Spasme Otot
a. definisi: Kontraksi involunter mendadak satu kelompok otot atau meliputi
kram dan kontraktur (Haigh, 2005). Merupakan tahap awal atau gejala awal
dan berbagai penyakit seperti adanya nyeri otot kram, atau bahkan merupakan
komplikasi
b. Faktor penyebab: perubahan pada tonus otot, postur tubuh, jaringan lunak
sekitar otot maupun aktivitas gerak sendi ( Repository UNAIR, 2017).
c. Cara penanganan spasme otot dibagi menjadi secara farmakologi dan
nonfarmakologi. penanganan secara farmako biasanya berupa pemberian
analgesik, obat anti inflamasi, muscle relaxant (Deghan dan farinaz, 2014),
sedangkan non farmako yaitu pemberian terapi modalitas seperti cold therapy.
cold therapy dapat berupa es batu, handuk dingin, cold gel packs dan ice
message. cold therapy memiliki efek vasokontraksi, merelaksasi otot yang
mengalami spasme, menurunkan nyeri, memperlambat perjalanan impuls
nyeri, serta memberikan efek anestesi lokal ( kozier et al, 2012) selain
pemberian cold therapy, spasme otot juga dapat ditangani dengan
thermotherapy yang bertujuan meningkatkan sirkulasi dan merelaksasi otot
sehingga menurunkan nyeri ( shehata dan manal, 2013).

4. Dislokasi sendi TMJ


a. Definisi

Keadaan terlepasnya atau bergesernya kondilus dari posisi normal. Posisi


tulang rahang bawah bergeser dari kaitannya dengan rahang atas atau keluar
dari posisi normal, yang disebabkan oleh trauma seperti membuka mulut
terlalu kuat saat menguap,tertawa,dan muntah, kelainan fungsi dan struktur
pembentuk ( repository UMY dan MKS unsri 2015 )

b. Etiologi
- pada 60% kasus disebabkan oleh trauma akibat jatuh, kecelakaan lalu lintas,
kecelakaan rumah tangga, kekerasan, dan penyebab lain seperti membuka
mulut yang berlebihan saat menguap, tertawa, bernyanyi, membuka mulut
secara berkepanjangan dari prosedur lisan dan THT, membuka mulut secara
berlebih dari prosedur anestesi dan endoskopi memberikan kontribusi sekitar
40% dari semua kasus yang dikaji.
- Sebagian besar kasus dislokasi terjadi karena secara spontan saat membuka
mulut terlalu lebar, misalnya pada saat menguap, berteriak, makan, bernyanyi
atau pada saat perawatan gigi, selain itu ada etiologi lain yg disebabkan
kelainan anatomi daerah sendi pasien itu sendiri seperti Fasa mandibular yang
dangkal serta kondilus yg tidak berkembang dengan baik. Juga kehilangan
dimensi vertikal , anatomi yang abnormal kerusakan ligamen serta kapsuler
yang lemah (Dentika Dental Journal , Des 2012).

Ada beberapa penyebab dari TMJ:


1. Trauma, faktor trauma sendiri terjadi karena adanya trauma seperti
jatuh dari motor, terkena pukulan pada wajah, atau jatuh saat
berolahraga.
2. Hormon hormon estrogen memiliki kolagen dan elastin yang
merupakan sebagian besar dari tmj dan sering ditemukan adanya
kelainan gangguan TMJ
3. Kondisi oklusal, kehilangan gigi posterior dapat menjadi penyebab
tmd
4. Stres emosional, orang yang stres Seringkali menggertakkan rahang
atas dan rahang bawah sehingga mempengaruhi otot dan sendi pada
tmj
5. Di paint input merupakan respon sistem saraf pusat untuk
melindungi bagian yang terluka sehingga membatasi fungsi kerja
organ. Hal ini menyebabkan rasa nyeri ketika membuka atau
menutup rahang
6. Kebiasaan buruk, mengunyah pada satu sisi menyebabkan Salah
satu sisi otot tebal pada otot yang sering digunakan.
(Triyanto & Nugroho, 2017)

c. Terapi
Terapi dislokasi TMJ meliputi:

1. Medikamentosa, yaitu dengan pemberian obat analgetik untuk


mengurangi rasa nyeri, obat anti inflamasi jika terjadi pembengkakan,
dan pemberian muscle relaxant.
2. Reposisi. Reposisi dilakukan dengan tujuan untuk mengembalikan
posisi kondilus ke posisi semula, baik secara manual atau dibantu
dengan terapi medikamentosa.
3. Fiksasi dan Imobilisasi, tujuan utama dari terapi ini yaitu untuk
mengistirahatkan sendi selama masa penyembuhan pasca reposisi,
imobilisasi rahang dilakukan dengan penggunaan head bandage
dengan tujuan untuk mencegah redislokasi.
4. Perbaikan oklusi gigi. Perbaikan oklusi gigi bertujuan untuk
mengeliminasi faktor predisposisi. Meliputi perbaikan hubungan oklusi
antara gigi-gigi rahang atas dengan rahang bawah dan perawatan
terhadap maloklusi. (Repository UMY)

5. KIE

a. Definisi : Komunikasi, informasi, dan edukasi, kegiatan menyampaikan informasi


berupa penjelasan baik secara langsung atau tidak langsung untuk menambah edukasi
atau pengetahuan. (Binus.Library)
b. KIE yang diberikan :
1. Tidak boleh melepas bandage sebelum waktunya (minimal 3 hari/sesuai
penilaian dokter gigi), karena pemasangan bandage bertujuan untuk
membatasi gerak rahang pasien pasca penanganan dislokasi.
2. Setelah waktunya bandage dapat dilepas oleh dokter gigi/pasien/keluarga
untuk melepas bandage tersebut.
3. harus mengkonsumsi makanan yang halus dan tidak menyuap makanan dalam
bentuk besar selama 3-4 minggu, hal ini bertujuan untuk menghindari
berulangnya dislokasi TMJ.
4. minum obat analgesik dan muscle relaxant hingga nyeri hilang saja.

Untuk mencegah komplikasi dislokasi kronis/berulang, sangat disarankan


kepada pasien untuk melakukan fisioterapi agar otot-otot sekitar TMJ
mengalami peningkatan kekuatan. Fisioterapi yang disarankan minimal selama
1 bulan, dengan kunjungan 1-2 kali dalam seminggu.

6. Kesimpulan

Pasien tidak dapat menutup mulutnya dan terasa nyeri setelah tertawa dengan sangat
lebar, rekam medis pasien pernah mengalami hal yang serupa dan mengalami trauma
kecelakaan 1 tahun yang lalu. Pasien mengalami dislokasi sendi (keadaan dimana
kondilus mandibula melewati struktur eminensia artikularis) sehingga tidak dapat
menutup mulutnya dikarenakan ketegangan otot di sekitar mulut, diduga pasien
mengalami kontraksi involunter mendadak satu kelompok otot atau lebih meliputi
kram dan kontraktur atau sering disebut sebagai spasme otot, pasien merasa nyeri
karena iskemia dari otot tersebut menekan pembuluh darah sehingga aliran darah akan
melambat dan terjadi penurunan mobilitas/toleransi jaringan terhadap suatu regangan.

Perawatan yang dianjurkan adalah dengan melakukan reposisi menggunakan Metode


reduksi Hippocrates, selalu dilakukan reposisi, pasien akan diberikan head bandage
untuk mencegah redislokasi.otot memiliki peranan besar dalam keluhan pasien, otot
adalah sebuah jaringan konektif dalam tubuh dengan tugas utamanya kontraksi dan
memiliki fungsi untuk menggerakan bagian-bagian tubuh. otot yang terlibat dalam
keluhan pasien adalah otot rangka yang berfungsi untuk menyusun sistem rangka dan
menggerakkan rangka tubuh manusia, serta memberikan tubuh daya dan kekuatan.
Histologi pada otot adalah membran sel, sitoplasma, retikulum endoplasma,
mitokondria, dan mikrofilamen. Ada tiga macam protein dalam serabut-serabut otot
yaitu miogen, miosin dan aktin.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://ti.ukdw.ac.id/ojs/index.php/eksis/article/view/383
2. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/view/6330/5850
3. https://jurnal.htp.ac.id/index.php/keskom/article/download/12/8
4. https://media.neliti.com/media/publications/181824-ID-prinsip-penatalaksanaan-
dislokasi-sendi.pdf
5. https://core.ac.uk/display/188611813?
utm_source=pdf&utm_medium=banner&utm_campaign=pdf-decoration-v1

Anda mungkin juga menyukai