Anda di halaman 1dari 20

STIFFNESS ELBOW

Diajukan untuk memenuhi Tugas Profesi Fisioterapi Stase Neuro Pusat

OLEH

IIN QUR’ANITA AZZATUNNASHIRAH EKIE


202010641011002

PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020

LEMBAR PERSETUJUAN
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS STIFFNESS
ELBOW DI KLINIK PRAMIKA PONOROGO

MAKALAH PRESENTASI KASUS PROFESI

Disusun Oleh:

IIN QUR’ANITA AZZATUNNASHIRAH EKIE 202010641011002

Makalah Presentasi Kasus Profesi Ini Telah Disetujui Untuk


Diujikan Pada Januari 2020

Mengetahui,
Clinical Instructur
Klinik Pramika Ponorogo

Putri Rochmaningtyas, SST.FT


NIP. 19851223 201101 2 022

DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang . ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah . .............................................................................. 2
C. Tujuan . ................................................................................................ 2
D. Manfaat . .............................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 3

A. Definisi ................................................................................................. 3
B. Etiologi ................................................................................................. 3
C. Patofisiologi ........................................................................................ 3
D. Tanda dan Gejala ................................................................................. 4
E. Teknologi Fisioterapi .......................................................................... 5
F. Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Stiffness Elbow ................... 5

BAB III PENUTUP . ..................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 17

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fisioterapis sebagai salah satu pelaksana layanan kesehatan ikut


berperan dan bertanggung jawab dalam peningkatan derajat kesehatan,
terutama yang berkaitan ddengan obyek disiplin ilmunya yaitu gerak dan
fungsi. Usaha untuk meningkatkan kesehatan oleh fisioterapi meliputi
semua unsur yang terkait dalam upaya peningkatan derajat kesehatan yaitu
peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif) dan
pemeliharaan (rehabilitasi), sehingga dapat terwujud Indonesia sehat
(Hastono, 2002).
Dalam kehidupan manusia sering ditemukan beragam penyakit yang
disebabkan oleh traumatik. Trauma merupakan keadaan dimana seseorang
mengalami cidera oleh salah satu sebab. Penyebab utama trauma adalah
kecelakaan lalu lintas, industri, olah raga dan rumah tangga. Salah satu
penyakit yang dapat terjadi karena trauma yaitu dislokasi, misalnya
dislokasi ulna. Dislokasi ialah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari
mangkuknya.
Dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang memerlukan pertolongan
segera (David, 2002). Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi,
ligament-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya sendi itu akan
gampang mengalami dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula
patah tulang, pembetulannya menjadi sulit dan harus dikerjakan di rumah
sakit. Semakin awal usaha pengembalian sendi itu dikerjakan, semakin baik
penyembuhannya. Tetapi apabila setelah dikirim ke rumah sakit dengan
sendi yang cedera sudah dibidai. Traksi adalah suatu metode pemasangan
gaya tarikan ke bagian tubuh yang dipakai untuk mempertahankan
reduksi ekstremitas yang mengalami dislokasi. Keluhan akibat kekakuan
sendi siku (stiffness elbow) yang pada umumnya terjadi yaitu adanya
nyeri, keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS), adanya bengkak (oedem)
dan penurunan kekuatan otot. Serta memiliki keterbatasan fungsi dari
lengan untuk menekuk maupun meluruskan, dan melakukan aktivitas

1
seharihari seperti halnya berpakaian, makan, mandi dan sebagainya
(Prasetyo, 2002).
Fisioterapi sebagai tenaga kesehatan ikut berperan dalam dalam
menangani kasus Stiffness Elbow, dengan tujuan untuk mengembalikan
gerak dan fungsi sendi siku. Dalam problematika fisioterapi pada kasus ini
meliputi impairment, functional limitation, dan disability. Dalam mengatasi hal
ini fisioterapi menggunakan modalitas sinar infra merah dan terapi latihan.
Berdasarkan uraian tersebut diatas penulis mempunyai keinginan
untuk mengetahui lebih dalam mengenai kasus Stiffness Elbowdan
mengetahui pengaruh infra merah dan terapi latihan dalam mengurangi
nyeri, meningkatkan kekuatan otot, mengembalikan LGS (Lingkup
Gerak Sendi) dan aktivitas fungsional sehari-hari. Sehingga penulis
memutuskan
‟‟Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Stiffness Elbow Sinistra di Klinik Pramika
Ponorogo””
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang terdapat pada kasus Stiffness Elbow
Sinistra, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
Bagaimana penatalaksanaan program fisioterapi pada kasus Stiffness
Elbow Sinistra?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan paparan rumusan masalah, penulis merumuskan tujuan
penulisan makalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan fisioterapi pada
kasus Stiffness Elbow Sinistra
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Praktisi Fisioterapi Sebagai bahan rujukan referensi untuk menambah
pengetahuan tentang metode yang tepat dan bermanfaat dalam melakukan
penanganan pada pasien Stiffness Elbow Sinistra
2. Bagi Keilmuan Sebagai referensi yang bermanfaat terkait pengembangan
pengetahuan fisioterapi khususnya tentang Musculoskeletal

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Stiffness elbow joint post operatif merupakan suatu kualitas kekakuan atau
infleksibilitas, immobilitas dan konsolidasi sebuah sendi yang disebabkan oleh
penyakit, cidera atau tindakan bedah (Dorland, 2002). Stiffness joint atau
kekakuan sendi adalah akibat dari oedem dan fibrasi pada kapsul ligament dan
otot sekitar sendi atau perlengketan dari jaringan lunak satu sama lain. Keadaan
ini bertambah parah jika immobilisasi berlangsung lama dan sendi di
pertahankan dalam posisi ligament terpendek (Brader.H, 2006).
B. Etiologi
Faktor utama penyebab keterbatasan gerak dari stiffness elbow joint
post.ORIF epycondilus lateral ini karena kesalahan atau tidak sempurnanya
dalam proses reposisi dan immobilisasi, kurangnya aktifitas pada sendi siku
yang disebabkan karena nyeri, sendi siku yang immobile akan menyebabkan
statis pada vena dan spasme sehingga menyebabkan kekurangan oksigen yang
4 dapat menimbulkan reaksi timbulnya oedema, eksudasi, dan akhirnya
menyebabkan kekakuan sendi sehingga menyebabkan keterbatasan gerak.
Kekakuan sendi biasanya terjadi setelah fraktur. Kekakuan sendi ini timbul
karena terdapat oedema dan fibrosis pada kapsul, ligamen dan otot disekitar
sendi perlengketan dari jaringan lunak satu sama lain atau ke tulang yang
mendasari (Thomas, 2011). Dalam kasus ini terdapat tindakan ORIF berupa
pemasangan wire pen pada epycondilus lateral kemudian di pasang gips untuk
waktu yang relative lama sehingga menyebabkan kekakuan atau keterbatasan
gerak sendi siku.
C. Patofisiologi
Penumpukan cairan dari intravaskuler ke dalam jaringan interstitial, yang
salah satu penyebabnya adalah karena reaksi inflamasi (radang) akibat cidera
jaringan. Vasokonstriksi sementara pada arteriole dilanjutkan dengan
vasodilatasi arteriole dan venule serta membukanya pembuluh darah kapiler
dan menyebabkan hyperemia. Adanya vasodilatasi mengakibatkan pembuluh
darah kapiler menjadi lebih permeable terhadap cairan dan molekul yang besar,

3
sehingga menyebabkan terjadinya cairan produksi exudat yang berlebihan.
Pada saat yang bersamaan, muncul leukosit di sepanjang pinggiran lumen,
kemudian menyebar melalui dinding pembuluh darah ke jaringan, di bawah
stimulus zat kimia yang keluar dari jaringan yang rusak, yang pada akhirnya
akan menimbulkan pembengkakan (Kisner, 2007).
Dengan keadaan tersebut maka pasien biasanya akan membatasi setiap
gerakan yang berhubungan dengan nyeri, sendi-sendi menjadi kaku, oedema,
kulit basah, bergaris-garis, halus, dan mengkilap. Latihan dan pengompresan
dapat mengurangi gejala-gejala tersebut.
D. Tanda dan Gejala
1. Nyeri, merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak nyaman,
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau berpotensi merusak jaringan.
Secara biologis tanda nyeri menunjukn adanya kerusakan jaringn yang
secara potensial berbahaya (Thomas, 2011).
2. Kaku sendi, penyebab utama masalah yang menimbulkan sendi siku kaku
adalah cidera atau penyakit. Ini karena siku terdiri dari 3 sendi berbeda yang
tersambung dengan sangat 5 baik, dan berdekatan serta mengandung
struktur jaringan lunak.
3. Keterbatasan Lingkup Gerak Sendi, penyebab utama dari keterbatasan gerak
adalah nyeri. Pada saat sendi digerakkan secara pasif pasien akan merasakan
nyeri yang sangat hebat, sehingga pasien cenderung untuk tidak bergerak,
maka otot-otot penggerak sendi akan memendek sehingga potensial terjadi
spasme karena mempertahankan posisi dalam waktu yang lama, dapat pula
mengalami perlengketan sendi maka akan mengalami keterbatasan gerak
pada sendi (Brader.H, 2006).
4. Penurunan kekuatan otot, dengan adanya immobilisasi yang terlalu lama
maka kontraksi otot akan sangat minimal, hal ini akan menurunkan jumlah
suplai darah ke sel, jaringat otot sekitar siku. Sehingga nutrisi dan oksigen
yang disalurkan tidak memadai untuk proses kontraksi otot dan volume otot
menjadi menurun.
5. Kontrakur adalah terbatasnya mobilitas sendi sebagai akibat dari perubahan
patologis pada permukaan sendi atau jaringan lunak secara fungsional

4
berhubungan dengan sendi (Dorland, 2002). Kontraktur dapat terjadi karena
kurangnya aktifitas selama masa penyembuhan pada jaringan otot.
E. Teknologi Intervensi Fisioterapi
1. Infra Red (IR)
Sinar infra merah merupakan pancaran gelombang elektromagnetik dengan
panjang gelombang 7.700 – 4 juta A. Klasifikasi sinar infra merah :
Berdasarkan panjang gelombang, infra merah terdiri dari : gelombang
panjang (non penetrating) dan gelombang pendek (penetrating). Gelombang
panjang mempunyai panjang gelombang diatas 12.000 A. Daya penetrasi
sinar ini hanya sampai kepada lapisan superfisial epidermis, yaitu sekitar 0,5
mm. Sedangkan gelombang pendek (penetrating) mempunyai panjang
gelombang antara 7.700-12.000 A. Daya penetrasi lebih dalam dari yang
gelombang panjang, yaitu sampai jaringan sub cutan kira-kira dapat
mempengaruhi secara langsung terhadap pembuluh darah kapiler, pembuluh
limfe, ujung-ujung syaraf dan jaringan-jaringan lain dibawah kulit.
2. Terapi Latihan
Terapi latihan adalah salah satu modalitas fisioterapi dengan menggunakan
gerak tubuh baik secara active maupun passive untuk pemeliharaan dan 6
perbaikan kekuatan, ketahanan dan kemampuan kardiovaskuler, mobilitas
dan fleksibilitas, stabilitas , rileksasi, koordinasi, keseimbangan dan
kemampuan fungsional. Atau dapat pula didefinisikan sebagai suatu usaha
untuk mempercepat penyembuhan dari suatu injuri atau penyakit tertentu
yang telah merubah cara hidupnya yang normal.
F. Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Stiffness Elbow
I. KETERANGAN UMUM PENDERITA
Nama : Tn. A
Umur : 31 thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Konstruksi
Alamat : Banjarjo
II. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT
A. DIAGNOSIS MEDIS
Dislokasi Ulnar Sinistra

5
B. CATATAN KLINIS
(Medika mentosa, hasil lab, foto rontgen, MRI, CT-Scan, dll) Rontgen
: Tulang sudah mulai menyambung

C. RUJUKAN DARI DOKTER dr. Agus

III. SEGI FISIOTERAPI


A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF

B. ANAMNESIS (AUTO/HETERO) 1.KELUHAN UTAMA


Pasien mengeluhkan adanya kekakuan pada sendi sikunya sebelah kiri.
Kesulitan saat digunakan menekuk dan diluruskan secara full. Terdapat
nyeri saat digunakan menggerakkan tangan tersebut terutama saat
menekuk dan meluruskan siku.

2.RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


(Sejarah keluarga dan genetic, kehamilan, kelahiran dan perinatal, tahap
perkembangan, gambaran perkembangan, dll)
3 minggu yang lalu pasien jatuh dari ketinggian ketika sedang
memasang lampu, setelah itu adanya tulang yang keluar dari tempatnya.
Pasien tidak langsung ke dokter tetapi ke tempat pengobatan
tradisional. Setelah 2 minggu pasca jatuh pasien ke dokter dan hasil
rontgen tersebut tulangnya sdh mulai menyambung kembali. Tetapi
pasien belum bisa menggerakkan sikunya dengan full

6
3.RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Tidak ada keluhan

4.RIWAYAT PENYAKIT PENYERTA


Tidak ada keluhan

5.RIWAYAT PENGOBATAN
-

6.ANAMNESIS SISTEM
a. Kepala dan Leher
Pasien tidak mengeluhkan sakit kepala dan leher

b. Kardiovaskular
Pasien tidak mengeluhkan nyeri dada dan jantung berdebar-debar

c. Respirasi
Pasien tidak megeluhkan sesak nafas

d. Gastrointestinal
Pasien tidak kesulitan BAB

e. Urogenital
Pasien tidak kesulitan BAK

f. Musculoskeletal Stiffness elbow

g. Nervorum
tidak ada nyeri menjalar

C. PEMERIKSAAN
1.PEMERIKSAAN FISIK
a) TANDA-TANDA VITAL
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Denyut nadi : 90/menit
Pernapasan : 20x/menit
Temperatur : 36°C
Tinggi badan : 168cm
Berat badan : 60kg

b) INSPEKSI (STATIS & DINAMIS)


(Posture, Fungsi motorik, tonus, reflek, gait, dll)

7
Statis : kondisi umum pasien baik, tidak terlihat oedema,
deformitas, dan eritema.
Dinamis : pasien tidak bisa mengayukan lengan kanan saat berjalan
dan terlihat raut wajah menahan nyeri saat siku kiri di gerakkan.
Sedangkan pada pergelangan tangan kiri dapat bergerak tanpa ada
gangguan

c) PALPASI
(Nyeri, Spasme, Suhu lokal, tonus, bengkak, dll) Tidak
terdapat oedema dan spasme.
Tidak adaya perbedaan suhu lokal (normal)

d) PERKUSI
Tidak dilakukan

e) AUSKULTASI
Tidak dilakukan

f) GERAK DASAR
Gerak Aktif : Elbow Sinistra
Gerakan ROM Nyeri/Tidak
Fleksi Tidak Full Nyeri
ROM
Ekstensi Full Nyeri
Supinasi Full Tidak
Pronasi Full Tidak

Gerak Pasif : Elbow


Sinistra
Gerakan ROM Nyeri/Tidak End feel
Fleksi Tidak Full Nyeri Soft
ROM
Ekstensi Full Nyeri Hard
Supinasi Full Tidak Elastis
Pronasi Full Tidak Harder

Isometrik :
Pasien mampu melawan tahanan minimal pada geraka fleksi dan
ekstensi elbow dan disertai nyeri

g) KOGNITIF, INTRA-PERSONAL, INTER-PERSONAL

8
Koginitif : Pasien dapat menceritakan keluhan yang dialami dengan
baik, jelas dan berurutan
Intra-Personal : Pasien memiliki semangat tinggi untuk sembuh dan
mampu menerima keadaannya
Inter-Personal : Pasien mampu berkomunikasi baik dengan orang
lain dan fisioterapis

h) KEMAMPUAN FUNGSIONAL DASAR, AKTIVITAS


FUNGSIONAL, & LINGKUNGAN AKTIVITAS
Kemampuan Fungsional Dasar : Pasien merasa kesulitan saat
melakukan pekerjaan karena keterbatan dan adanya nyeri pada siku
sebelah kiri
Aktivitas Fungsional : Pasien kesulitan mengangkat barang,
dan aktivitas mandi
Lingkungan Aktivitas : Lingkungan aktivitas pasien tidak
menghambat dalam proses penyembuhan

2.PEMERIKSAAN SPESIFIK
(Nyeri, MMT, LGS, Antropometri, Sensibilitas, Tes Khusus, dll)
- Nyeri (VDS)
Derajat Nyeri dengan VDS
Nilai (Derajat) Keterangan
1 Tidak nyeri
2 Nyeri sangat ringan
3 Nyeri ringan
4 Nyeri tidak berat
5 Nyeri cukup berat
6 Nyeri berat
7 Nyeri tidak tertahankan

Nyeri diam : 1 (tidak nyeri)


Nyeri tekan : 4 (nyeri tidak cukup berat)
Nyeri gerak : 5 (nyeri cukup berat)
- MMT
5 mampu bergerak dengan luas gerak
sendi penuh, mampu bergerak
melawan gravitasi dan melawan
tahanan maksimal.
4 mampu bergerak dengan luas gerak
sendi penuh, mampu melawan
gravitasi dan tahanan sedang atau
minimal

9
3 mampu bergerak dengan luas gerak
sendi penuh, melawan gravitasi tanpa
melawan tahanan
2 mampu bergerak dengan luas gerak
sendi penuh tanpa melawan gravitasi.
1 hanya terdapat kontraksi otot saja dan
tidak terjadi gerakan sendi.
0 kontraksi otot tidak terdeteksi dengan
palpasi

- Fleksor : 4* (adanya keterbatasan LGS)


- Ekstensor : 4 - Supinator : 5
- Pronator : 5
- LGS
Gerakan Nilai LGS Nilai LGS Normal
Aktif S= 0o-0o-50o T= S= 0o-0o-145o
75o-0o-80o T= 750-0o-80o

- Aktivitas Fungsional MEPI


Indikator Definisi Skor Skor Normal
Nyeri Tidak nyeri 45
Ringan 30
45
Sedang 15
Berat 0
LGS >100° 20
50°-100° 15 20
<50° 5
Stabilitas Stabil 10
Kurang stabil 5 10
Tidak stabil 0
Fungsional Mampu menyisir rambut 5
Mampu makan sendiri 5
Mampu merawat kebersihan
5 25
diri
Mampu mengenakan kaos 5
Mampu memakai sepatu 5
Jumlah Skor Normal 100

Dengan kriteria penilaian: (1) skor 90-100 = ringan, (2) skor 75-89=
sedang, (3) skor 60-74 = berat dan (4) skor < 60 = sangat berat.

10
Hasil aktivitas fungsional pasien
Indikator Definisi Skor
Nyeri Tidak nyeri
Ringan
Sedang 15
Berat
LGS >100°
50°-100° 15
<50°
Stabilitas Stabil 10
Kurang stabil
Tidak stabil
Fungsional Mampu menyisir rambut 5
Mampu makan sendiri 5
Mampu merawat kebersihan diri 5
Mampu mengenakan kaos 5
Mampu memakai sepatu 5
Jumlah 65
Skor

Dari hasil pemeriksaan MEPI didapatkan persetasi adalah 65 (berat).


Menunjukkan kondisi pasien masih kesulitan dalam kemampuan aktivitas
fungsionalnya.

D. UNDERLYING PROCCESS

Trauma Dislokasi
Proksimal elbow

Adanya reposisi
tulang tanpa operasi
11

Micro tear soft


tissue
E. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
(International Clatification of Functonal and disability)

Impairment
- adanya nyeri gerak saat dipaksakan full fleksi
- adanya penurunan kekuatan otot
- adanya penurunan ROM

Functional Limitation
Pasien mengalami kesulitan saat ganti baju

Disability
Pasien mengalami keterbatasan aktivitas mandi terutama saat
menggunakan gayung

F. PROGNOSIS
Qua at Vitam : bonam
Qua at Sanam : dubia ad bonam
Qua at Fungsionam : dubia ad bonam
Qua at cosmeticam : dubia ad bonam

G. PROGRAM/RENCANA FISIOTERAPI
1.Tujuan treatment
a) Jangka Pendek
- mengurangi nyeri
- meningkatkan kekuatan otot fleksor dan ekstensor siku kiri
- meningkatkan rom sendi siku kiri

b) Jangka Panjang
Pasien dapat beraktivitas seperti biasanya serta dapat meningkatka
kemampuan aktivitas fungsional pasien

H. PELAKSANAAN FISIOTERAPI
1. Infra Red (IR)
Dapat memperlancar sirkulasi darah sehingga rasa nyeri yang
disebabkan karena penumpukan sisa-sisa metabolisme yang disebut zat
“P” dapat ikut terbuang. Radiasi sinar infra merah selain dapat
mengurangi nyeri juga dapat meningkatkan temperatur jaringan ,
sehingga dengan demikian dapat menghilangkan spasme dan otot akan
menjadi rileks.
a) Cek kabel, jenis lampu, besarnya watt lampu
b) Untuk generator luminous bisa langsung diaplikasikan

12
c) Posisikan pasien senyaman mungkin, disesuaikan dengan area
terapi pada area elbow
d) Area terapi harus bebas dari pakaian, perhiasan, ataupun aksesoris
berbahan logam
e) Bersihkan dan keringkan area terapi
f) Lakukan tes sensibilitas kulit, jika terjadi gangguan sensasi
panasdingin pada area terapi, maka pengobatan dengan infra red
radiation perlu dihindarkan
g) Menggunakan lampu dengan luminous generator, jarak lampu 35-
45 cm
h) Aplikasi dilakukan selama 10 menit

2. Transcutaaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)


a) Posisi pasien tidur terlentang, pasien dalam posisi nyaman.
b) Posisi terapis berada di sebelah pasien.
c) Pasang elektroda pada sisi anterior dan posterior area elbow
d) Waktu 10-15 menit. Kemudian naikan intensitas sampai merasakan
adanya rangsangan berupa getaran yang nyaman,

3. Microwave Diathermy (MWD)


Gelombang micro akan meningkatkan suhu jaringan. Jaringan yang
memiliki banyak kandungan air akan lebih menyerap gelombang,
sehingga otot akan lebih cepat panas dibandingkan dengan lemak dan
tulang.
a) Persiapan alat, cek kabel, dan cek bolam.
b) Posisi pasien tidur terlentang dalam keadaan nyaman, daerah yang
akan di terapi dilapisi kain/baju dan bebas dari bahan logam
c) arahkan ke area terapi yaitu bagian posterior elbow
d) Tes sensibilitas
e) tegak lurus dengan daerah yang di terapi, atur jarak antara 5 cm, 3
bar dengan waktu 6 menit

4. Terapi Latihan
a) Free active movement
Tujuan dilakukannya free active movement adalah mengurangi
oedema disekitar siku, memelihara luas gerak sendi, memelihara
koordinasi dan ketrampilan motorik untuk aktivitas fungsional pada
sendi siku.
Posisi pasien : tiduran telentang atau bisa juga dengan duduk
Posisi terapis : disisi yang sakit yaitu samping kiri
Cara : latihan dilakukan pada sendi siku, serta pasien
bebas melakukan gerakan sendiri tanpa bantuan. Berikan fiksasi pada
ujung distal dari lengan atas serta aba-aba kepada pasien untuk

13
menggerakkan fleksi- ekstensi siku, kemudian terapis mengamati
setiap gerakan. Gerakan ini dilakukan 8 detik hitungan dengan 8 kali
pengulangan.
b) Ressisted active movement
Posisi pasien : tiduran telentang
Posisi terapis : disisi yang sakit yaitu samping kiri
Cara : latihan dilakukan pada sendi siku, serta pasien
diberi tahanan secara meningkat saat melakukan gerakan fleksi dan
ekstensi. Berikan fiksasi pada ujung distal dari lengan atas dan pada
pergelangan tangan serta aba-aba kepada pasien untuk menggerakkan
lengan bawah dengan menekuk dan meluruskan siku kanan, kemudian
terapis memberi tahanan pada setiap gerakan. Gerakan ini dilakukan 8
detik hitungan dengan 8 kali pengulangan.
c) Hold Relax
Latihan ini bertujuan untuk menambah lingkup gerak sendi siku.
Posisi pasien : tidur telentang
Posisi terapis : disamping kanan pasien, tangan terapis memegang
lengan bawah pasien dan yang satu memfiksasi distal humerus. Cara
: pasien menekuk dan meluruskan siku sampai batas luas gerak sendi
yang pasien miliki secara aktif, pasien dianjurkan melakukan
kontraksi isometrik dengan meluruskan sikunya, kemudian terapis
memberikan tahanan, dengan aba-aba “dorong...dorong!” sehingga
tidak terjadi gerakan pada sendi siku. Kontraksi dipertahankan selama
8 detik kemudian pasien diminta merileksasikan persendian sikunya,
kemudian dilakukan penguluran kearah fleksi siku secara pasif
(Kisner, 1996) gerakan dilakukan 8 detik hitungan dengan 8 kali
pengulangan.

14
J. HASIL EVALUASI TERAKHIR
Nyeri
T0 T1 T2 T3
Regio Nyeri
13/01/21 13/01/21 15/01/21 18/01/21
Diam 1 1 1 1
Elbow
Tekan 4 3 3 4
Sinistra
Gerak 5 5 5 4

LGS
Regio T0 13/01/21 T1 13/01/21 T2 15/01/21 T3 18/01/21
Bidang
Sagital S= 0o-0o-50o S= 0o-0o-50o S= 0o-0o-50o S= 0o-0o-50o
Elbow o o o
Sinistra Transversal T= 75 -0 80 T= 75o-0o-80o T= 75o-0o80o
T= 75o-0o-80o

MMT
Regio T0 T1 T2 T3
Gerak 13/01/2 13/01/2 15/01/2 18/01/2
1 1 1 1
Fleksi 4* 4* 4* 4*
Elbow Ektensi 4 4 4 4
Sinistra Supinasi 5 5 5 5
Pronasi 5 5 5 5

K. EDUKASI DAN KOMUNIKASI


- mengedukasikan pasien untuk melakukan latihan-latiha yang sudah di
contohkan terapis di rumah
- pasien diharapkan rutin terapi serta konsisten dalam proses penyembuhan

L. CATATAN PEMBIMBING PRAKTIK

M. CATATAN TAMBAHAN

BAB III

15
KESIMPULAN & SARAN

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan terapi sebanyak 3 kali pada pasien dengan kondisi
Stiffness Elbow Sinistra dengan pemberian Transcutaneous Electrical Nerve
Stimulation (TENS) dan Micro Wave Diathermy didapatkan hasil yaitu terjadi
penurunan nyeri pada bagian elbow kiri, peningkatan Lingkup Gerak Sendi
(LGS) pada elbow tetapi tidak terjadi peningkatan kekuatan otot elbow.
B. Saran
Untuk keluarga diharapkan lebih mengerti kondisi pasien pasca serangan,
dengan memberikan dukungan spiritual, finansial dan fasilitas lain serta selalu
memberi motivasi kepada pasien. Dan untuk pasien dianjurkan agar sering
melakukan latihan seperti yang sudah diajarkan oleh terapis di rumah dan
melanjutkan program fisioterapi secara teratur sesuai dengan program yang
terjadwal.

16
DAFTAR PUSTAKA

Kisner, C. 2007. Therapeutic Exercise Foundations and Techniques. Fifth Edition.


Philadelphia: F.A Davis Company.
Koes, B. 2007. Diagnosis and Treatment of Sciatica. Netherlands: Department of
General Practice, Erasmus MC, University Medical Center Rotterdam.
Luklukaningsih, Z. 2009. Anatomi, Fisiologi dan Fisioterapi. Yogyakarta: Nuha
Medika
Parjoto, S. 2006. Terapi Listrik untuk Modulasi Nyeri. Semarang: Ikatan
Fisioterapi Indonesia Cabang Semarang.
Permenkes RI. 2013. Undang-undang Republik Indonesia No.80 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Fisioterapis. Jakarta: Permenkes
RI
Sanjaya, A. 2014. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Ischialgia Sinistra Post
Fraktur Kompresi Vl 4 – Vl 5 Di RSUD Sukoharjo. Surakarta : Program
Studi Diploma III Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Snell, S.R. 2014. Anatomi Klinis Berdasarkan Region. Dialihbahasakan oleh
Huriawati Hartanto. Jakarta: EGC Usman. 2012. Materi Infra Merah,
(online), (http: // www. fisiousman. Net /2012/ 04/ materi – infra
merah.html). Diakses pada tanggal 17 Desember 2020.
Wibowo, D. 2013. Anatomi Fungsional Elementer dan Penyakit yang
Menyertainya. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, anggota IKAPI

17

Anda mungkin juga menyukai