(SPINA BIFIDA)
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu menguasai konsep dasar dan prosedur pelaksanaan fisioterapi pada
kasus spina bifida.
B. TEORI SINGKAT
1. Definisi Spina Bifida
Spina bifida adalah salah satu gangguan penutupan neural tube yang
menyebabkan terjadinya malformasi kongenital dan mempengaruhi sistem saraf.
Spina bifida berarti terbelahnya arcus vertebra yang bisa melibatkan jaringan saraf
di bawahnya atau tidak. Penyebabnya adalah kegagalan penutupan tube neural
dengan sempurna sehingga mempengaruhi neural dan struktur kutaneus ectodermal
yang terjadi pada hari ke 17- 20 kehamilan.
2. Etiologi
Kekurangan asam folat pada saat awal kehamilan. Asam folat adalah suatu gugus
yang berperan dalam pembentukan DNA pada proses erithropoesis yakni dalam
pembentukan sel-sel darah merah atau eritrosit dan perkembangaan sistem saraf.
Selain itu, penyebab terjadinya spina bifida adalah rendahnya kadar vitamin maternal
yang dikonsumsi akan mengurangi vitamin yang dibutuhkan dalam pembentukkan,
apa lagi pada awal masa kehamilan, sehingga nutrisi yang dibutuhkan dalam
membentuk tulang pada bayi menjadi lambat dan kurang sempurna. Adapun
kelainan bawaan lainnya yang juga ditemukan pada penderita spina bifida:
1) Hidrosefalus
2) Siringomielia
3) Dislokasi Pinggul
4. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala spina bifida bervariasi tergantung kepada beratnya kerusakan
pada korda spinalis dan akar saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala
ringan atau tanpa gejala, sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada
daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis maupun nakar saraf yang terkena.
Gejalanya dapat berupa penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai
bawah pada bayi baru lahir, kantung tidak tembus cahaya jika disinari, kelumpuhan
atau kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki, penurunan sensasi, inkontinensia
urin maupun inkontinansia alvi, korda spinalis yang terkena rentan terhadap infeksi
(meningitis), adanya seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang),
dan lekukan pada daerah sacrum
5. Patofisiologi
Spina bifida disebabkan oleh kegagalan dari tabung saraf untuk menutup selama
bulan pertama embrio pembangunan (sering sebelum ibu tahu dia hamil). Biasanya
penutupan tabung saraf terjadi pada sekitar 28 hari setelah pembuahan. Namun, jika
sesuatu yang mengganggu dan tabung gagal untuk menutup dengan baik, cacat
tabung saraf akan terjadi. Obat seperti beberapa Antikonvulsan, diabetes, setelah
seorang kerabat dengan spina bifida, obesitas, dan peningkatan suhu tubuh dari
demam atau sumber-sumber eksternal seperti bak air panas dan selimut listrik dapat
meningkatkan kemungkinan seorang wanita akan mengandung bayi dengan spina
bifida. Namun, sebagian besar wanita yang melahirkan bayi dengan spina bifida
tidak punya faktor risiko tersebut, sehingga meskipun banyak penelitian, masih
belum diketahui apa yang menyebabkan mayoritas kasus. Beragam spina bifida
prevalensi dalam populasi manusia yang berbeda dan bukti luas dari strain tikus
dengan spina bifida menunjukkan dasar genetik untuk kondisi. Seperti manusia
lainnya penyakit seperti kanker, hipertensi dan aterosklerosis (penyakit arteri
koroner), spina bifida kemungkinan hasil dari interaksi dari beberapa gen dan faktor
lingkungan. Penelitian telah menunjukkan bahwa kekurangan asam folat (folat)
adalah faktor dalam patogenesis cacat tabung saraf, termasuk spina bifida (Smeltzer
& Bare, 2002).
7. Diagnosa Fisioterapi
a. Body Structure : Deformitas tulang belakang (vertebra), kerusakan jaringan
saraf di daerah yang terkena spina bifida, atrofi otot pada bagian bawah lesi,
deformitas ekstremitas bawah (dislokasi hip, kontraktur sendi, club foot)
b. Body Function : Hilangnya sensasi bagian bawah lesi, kelemahan otot bagian
bawah lesi, keterbatasan lingkup gerak sendi, masalah bladder dan bowel,
keterlambatan perkembangan motorik.
c. Activity Limitation : Keterlambatan tumbuh kembang (berupa berguling,
duduk, merangkak, berdiri dan berjalan), Keterbatasan transfer dan ambulasi,
keterbatasan merawat diri (makan, berpakaian, dan toileting)
d. Participation Restriction : Kesulitan dalam berinteraksi sosial, kesulitan
bermain dengan temannya, kesulitan belajar dan sekolah.
8. Pemeriksaan fisioterapi
a. Two point discrimination
b. Finger to finger terapis
c. MMT : Untuk mengetahui nilai kekuatan otot
9. Problematika Fisioterapi
a. Somatosensorik
1) Muscle tone: hypotone untuk tungkai
2) Gerak: Kesulitan berjalan, saat bayi anak tidak bisa merangkak, kalau
merangkak seperti merayap, bila duduk posisi kaki seperti huruf ”w,
3) Sensasi : penurunan sensasi
4) Keseimbangan: anak tampak aneh dalam perjalanan, sering jatuh, tersandung
dan menabrak, kesulitan mengikat sepatu, kesulitan memasang dan
melepaskan kancing, melempar dan menangkap bola, anak tampak lamban
dalam bergerak halus dan kasar, benda yang dipegang sering jatuh.
5) Postur: Skoliosis, club foot
b. Kognisi
1) Tidak pandai menggambar, tulisannya sangat jelek
2) Sulit mengerjakan permainan jigsaw, menggunakan permainan yang
konstruksional
3) Sering dijumpai kesulitan bersekolah
4) Pada beberapa kasus bersamaan dengan gangguan perkembangan emosional
dan perilaku
D. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Persiapan
a. Ucapkan salam
b. Perkenalkan identitas diri
c. Jelaskan maksud dan tujuan dilakukannya tindakan
d. Cuci tangan
e. Kenakan handscoon dan masker
2. Pelaksanaan
PROSEDUR KETERANGAN
1) Pasif Exercise
a) Sendi Hip
b) Knee
c) Ankle
2) Active Excercise
Perintahkan pasien menggerakan gerakan yang ssma dengan passive
exercise pada ekstremitas bawah
3) Isometric Exercise
Tujuan :
5) Tilting Table
Lakukan pada posisi diatas dengan semua sendi panggul, hip, knee,
dan anke flat pada papan. Lakukan selama 10-60 menit.
Tujuan :
6) Latihan Berjalan