Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN PRAKTIKUM

FT. CARDIOPULMONAL
STENOSIS JANTUNG

Dosen Pengampu :
Ali Multazam, S.Ft., Physio., M. Sc

Disusun Oleh :
Tri Noor Cahyo Widodo (201810490311020)

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Stenosis Jantung menyumbang sekitar 8% dari semua kelainan jantung bawaan.
Stenosis Jantung katup biasanya merupakan kelainan yang terisolasi, tetapi dapat
dikaitkan dengan kelainan jantung bawaan lainnya, seperti kelainan septum atrium
(ASD), kelainan septum ventrikel (VSD). ), dan duktus arteriosus persisten. Gabungan
Stenosis Jantung katup dan infundibular dapat menjadi bagian dari aliran tetral Fallot
(ToF). Presentasi klinis Stenosis Janutng dapat bervariasi dari stenosis kritis pada bayi
baru lahir, hingga stenosis ringan tanpa gejala tanpa perlu terapi sepanjang hidup.
Perlunya pengobatan Stenosis kritis pada bayi baru lahir jelas, tetapi waktu yang
optimal, jenis pengobatan, dan strategi tindak lanjut untuk pasien asimtomatik kurang
jelas.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi
Stenosis pulmonal adalah kelainan pada jantung dimana aliran darah dari
vertrikel kanan jantung tersumbat pada katup pulmonal. Stenosis diklasifikasikan
berdasarkan tempat kejadiannya yaitu ada 3:
a) Stenosis Katup Trikuspid
Stenosis trikuspid adalah pengerasan katup trikuspid yang menyebabkan aliran
darah dari atrium kanan ke ventrikel kanan terganggu.
b) Stenosis Katup Mitral
Mitral stenosis merupakan penyempitan aliran darah yang mengalir dari atrium
kiri ke ventrikal kiri.
c) Stenosis Katup Aorta
Stenosis Aorta adalah penyempitan pada lubang katup aorta, yang menyebabkan
meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta.

2. Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak
diketahui secara pasti diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen.
Faktor–faktor tersebut antara lain :

Faktor Endogen

a) Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom


b) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
c) Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan.
Faktor Eksogen

a) Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau


suntik,minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide,
dextroamphetamine. aminopterin, amethopterin, jamu)
b) Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
c) Pajanan terhadap sinar –X

Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut


jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari
90% kasus penyebab adalah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap
faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan , oleh karena
pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai.

3. Patofisiologi
Penyebab stenosis jantung dikarenakan terjadi tekanan yang berlebihan
pada ventrikel kanan, derajatnya tergantung pada tingkat keparahan stenosis.
Beban berlebih pada ventrikel kanan menyebabkan peningkatan kontraktilitas
dan pelebaran yang menyebabkan peningkatan tekanan dinding dan hipertrofi
ventrikel kanan kompensasi. Peningkatan massa otot memungkinkan ventrikel
kanan untuk mempertahankan curah jantung yang normal. Hipertrofi ventrikel
kanan dapat menyebabkan penurunan komplians ventrikel dan mengakibatkan
peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kanan dan peningkatan tekanan
atrium kanan. Seiring waktu, hipertrofi dan kekakuan ventrikel kanan yang
progresif dapat menyebabkan disfungsi diastolik dan sistolik ventrikel kanan
(Ruckdeschel and Kim, 2019).

4. Prevalensi
Stenosis Jantung terjadi pada sekitar 1 per 2000 kelahiran hidup di seluruh
dunia. Prevalensi tampaknya terus meningkat dari waktu ke waktu. Prevalensi kelahiran
sedikit lebih tinggi di Asia dibandingkan dengan Eropa dan Amerika Serikat. Penyebab
yang mendasari tidak diketahui dengan baik, tetapi harus dicari pada faktor genetik,
lingkungan, dan makanan. Ada semakin banyak bukti bahwa modifikasi epigenetik
memainkan peran penting dalam penyakit tertentu selain genetika, dan ini mungkin juga
berlaku untuk Stenosis Jantung. Karena semakin banyak pasien menjalani perbaikan
bedah atau intervensi selama masa kanak-kanak, semakin banyak orang dewasa akan
terlihat dengan sisa lesi jangka panjang seperti pulmonary regurgitation (PR) dan
restenosis (Cuypers et al., 2012).

5. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala stenosis jantung tergantung pada tingkat keparahan penyakit.
Gejala dapat berkembang pada pasien dengan stenosis sedang hingga berat seiring
bertambahnya usia dan termasuk dispnea dan kelelahan saat aktivitas. Pada stenosis
berat, ventrikel kanan tidak dapat meningkatkan curah jantung yang dapat menyebabkan
nyeri dada saat beraktivitas, sinkop, dan kematian jantung mendadak yang jarang
terjadi. Mekanismenya mungkin sekunder dari penurunan perfusi miokard dalam
pengaturan hipertrofi ventrikel kanan yang signifikan yang menyebabkan iskemia dan
aritmia yang dihasilkan. Desaturasi dapat terjadi dari pirau kanan-ke-kiri melintasi
komunikasi tingkat atrium seperti defek septum atrium atau foramen ovale paten. Gagal
jantung kanan jarang terjadi pada orang dewasa tetapi dapat terjadi jika penyakit parah
tidak ditangani (Ruckdeschel and Kim, 2019).
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM

BAB III
STATUS KLINIS

Kondisi/ Kasus: Ft. D

I. KETERANGAN UMUM PENDERITA


Nama : Tn.AS
Umur : 70 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : islam
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Jl. Malang Raya
II. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT
A. DIAGNOSIS MEDIS
Stenosis Katup Mitral

B. CATATAN KLINIS
(Medika mentosa, hasil lab, foto rontgen, MRI, CT-Scan, dll)
Tidak ada

C. RUJUKAN DARI DOKTER


Dokter Spesialis Jantung
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM

III. SEGI FISIOTERAPI


A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF

B. ANAMNESIS
(AUTO/HETEO)
1. KELUHAN UTAMA
Sesak nafas, jantung berdebar, batuk dan panas.

2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


(Sejarah keluarga dan genetic, kehamilan, kelahiran dan perinatal, tahap
perkembangan, gambaran perkembangan, dll)
3 hari yang lalu pasien mengalami sesak nafas dan ditemukan adanya bising
jantung, batuk dan panas.

3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Tidak ada

4. RIWAYAT PENYAKIT PENYERTA


Tidak ada
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM

5. ANAMNESIS SISTEM

Kepala dan leher : (-) tidak ada gangguan


Kardiovascular : (+) nyeri dada, sesak nafas
Respirasi : (+) Sesak nafas, mudah lelah.
Nervosum : (-) tidak ada gangguan
Gasctrocintestinal : (-) Tidak ada gangguan
Urogenital : (-) Tidak ada gangguan
Musculoskeletal : (+) spasme otot pernafasan , nyeri dada

C. PEMERIKSAAN
1.PEMERSAAN FISIK
a) TANDA-TANDA VITAL
Tekanan Darah : 110/80 mmHg (normal)
Denyut nadi : 80/ menit (normal)
Pernapasan : 30 x/ menit (normal)
Temperatur : 38 c (hipertermi)
Tinggi badan : 110 cm (normal)
Berat badan : 25 kg (normal)

b) INSPEKSI (STATIS & DINAMIS)


(Posture, Fungsi motorik, tonus, reflek, gait, dll)
Statis :ekspresi wajah pasien cemas dan lemas, jari-jari terlihat ada
sianosis
Dinamis : pasien terlihat menahan nyeri dibagian dada, pola nafas
pasien tidak teratur

c) PALPASI
(Nyeri, Spasme, Suhu lokal, tonus, bengkak, dll)
Nyeri tekan, spasme otot bantu pernafasan, suhu local panas\
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM

d) PERKUSI
Perkusi langsung : nyeri pada dada
Perkusi tidak langsung : hipersonan

e) AUSKULTASI
Terdengar suara mur-mur/ bising

f) GERAK DASAR
Gerak Aktif :

Gerakan ROM Nyeri Kemampuan


Fleksi 60 + Kurang mampu
Ekstensi 55 +
Lateral fleksi 30 + Kurang mampu
dekstra
Lateral fleksi 20 + Kurang mampu
sinistra
Rotasi dekstra 50 + Kurang mampu
Rotasi sinistra 50 + Kurang mampu

Gerak Pasif :

Gerakan ROM Nyeri Kemampuan


Fleksi 65 + Kurang mampu
Ekstensi 60 +
Lateral fleksi 35 + Kurang mampu
dekstra
Lateral fleksi 25 + Kurang mampu
sinistra
Rotasi dekstra 50 + Kurang mampu
Rotasi sinistra 50 + Kurang mampu
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM

Isometrik :
Tidak dilakukan

g) KOGNITIF, INTRA-PERSONAL, INTER-PERSONAL


Kognitif : pasien mampu memahami fisioterapi secara koperatif
Intra-personal : pasien memiliki keinginan tinggi untuk sembuh
Inter-personal : pasien mendapatkan dukungan dari keluarga

h) KEMAMPUAN FUNGSIONAL DASAR, AKTIVITAS


FUNGSIONAL, & LINGKUNGAN AKTIVITAS
Kemampuan fungsional : kesusahan dalam bernafas, kesusahan
dalam menggerakan dada hingga nyeri.
Aktivitas Fungsional :, pasien susah melakukan kegiatan dan
mudah lelah
Lingkungan Aktivitas : kesulitan dalam bermain seperti anak
biasanya

2.PEMERIKSAAN SPESIFIK
(Nyeri, MMT, LGS, Antropometri, Sensibilitas, Tes Khusus, dll)
1. VAS
Diam : 2
Tekan : 4
Gerak : 6

2. Borg scale
Skala : 3 (sedang)

3. Antropometri
Axilla : 1
Costa 4-5 : 1
Xyphoideus : 1
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM

4. Bartel Index
Skala : 90 (ketergantungan moderat )
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM

D. UNDERLYING PROCCESS
Aliran darah menurun

Peningkatan tekanan darah atrium kiri

Dilatasi/ hipertrofi

Peningkatan beban tekanan ventrikel kiri, penuturan curah jantung

Stenosis mitral

Impairment Fungsional Limitation Disability

kardiopulmona musculoskeletal Kesusahan dalam Kesulitan untuk


l bernafas, kesusahan bermain dan
menggerak dada karena bersosialisasi
nyeri, gangguan ADL. di masyarakat
Penyemptan Spasme
saluran nafas

Nyeri
Sesak nafas

Streatching
Abdominal ,
diafragma Breathing
exercise ROM exercise

Mobilisasi
sangkat thorax

Aerobic exercise
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM

E. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
(International Clatification of Functonal and disability)
Takipneu, cough , pain, spasme, hipertermi et causa stenosis mitral

Impairment
Ada sesak nafas
Ada nyeri dada
Ada spasme otot pernafasan
Ada batuk
Ada panas

Functional Limitation
Kesusahan dalam bernafas, kesusahan menggerak dada karena nyeri,
penurunan ADL

Disability
Kesusahan dalam bermain dan bersosialisasi di masyarakat.

F. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad cosmeticam : bonam

G. PROGRAM/RENCANA FISIOTERAPI
1.Tujuan treatment
a) Jangka Pendek
Mengurangi sesak nafas
Mengurangi nyeri dada
Mengurangi spasme
Mengurangi batuk
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM

b) Jangka Panjang
Meningkatkan aktivitas fungisonal dan daily living
Meningkatkan kebugaran pasien.

2. Rencana tindakan

a) Teknologi Fisioterapi

 Breathing Excecise
tujuannya untuk melatih pernapasan, mengurangi sesak napas,
meningktakan ekspansi thorax, dan menjaga kemampuan fungsional paru
 Mobilisasi sangkar thorax
tujuannya agar otot-otot pernafasan dan otot bantu pernafasan yang
mengalami ketegangan akan menjadi rileks.
 ROM exercise
Untuk meningkatkan lingkup gerak sendi.
 Streatching
Untuk meningkatkan elastisitas otot, mengurangi nyeri
 Aerobic exercise
Tujuannya untuk melatih pernafasan dan kebugaran tubuh
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM

H. PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad bonam


Ad sanam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad cosmeticam : bonam

I. PELAKSANAAN FISIOTERAPI

Keluhan Intervensi Tujuan Dosis


Fase 1
Sesak nafas Breathing exercise Mengurangi sesak Frekuensi: 2 kali sehari
dan melatih Intensitas: kondisional
pernafasan Time : 10-15 menit
Teknik : abdomen dan
diafragma

Sesak nafas Mobilisasi otot-otot Frekuensi: 2 kali sehari


sangkar thorax pernafasan dan Intensitas: kondisional
otot bantu Time : 10-15 menit
pernafasan yang Teknik : ekstremitas
mengalami atas.
ketegangan akan
menjadi rileks.

Fase 2
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM

Keterbatasan ROM Exercise Memelihara Frekuensi: 2 kali


gerak lingkup gerak seminggu
sendi & mencegah Intensitas: 6-8 repetisi
atropi / 1-2 set
Time : 10-15 menit
Teknik : pasif aktif
ektremitas atas

Keterbatasan Streatching Meningkatkan Frekuensi: 2 kali


gerak, nyeri dada elastisitas dan seminggu
mengurangi nyeri Intensitas: 6-8 repetisi
/ 1-2 set
Time : 10-15 menit
Teknik : pasif aktif
ektremitas atas

Fase 3
Sesak nafas Aerobic exercise Mengurangi sesak Frekuensi: 2 kali
dan meningkatkan seminggu
kebugaran Intensitas: rendah
Time : 15-30 menit
Teknik : speda statis,
latihan jalan, senam,
yoga.
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM

K. HASIL EVALUASI TERAKHIR


1. VAS

Treatmen Nyeri Nyeri Nyeri ROM Spasme


ke- Diam Tekan Gerak
T
T0 2 4 6 Full ROM (++)
e
T1 1 3 5 Full ROM (+)
r
T2 0 1 3 Full ROM (-)
d
T3 0 0 0 Full ROM (-)
a
pat penurunan Nyeri tekan, diam dan gerak .
2. Borg scale
Treatment T0 T1 T2 T3
ke-
Skala 3 2 1 0
Terdapat penurunan skala dari sesak napas yang dialami pasien.
3. Antropometri
Treatment ke- Axilla Costa 4-5 Xyphoideus
T0 1 1 1
T1 1,5 1,5 1,5
T2 1,8 1,8 1,8
T3 2 2 2
Terdapat peningkatan dari ekspansi Thorax
4. Bartel Index
T0 T1 T2 T3

Total Barthel 90 92 95 100


Index

Terdapat peningkatan pola ADL pada pasien .


STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM

L. EDUKASI DAN KOMUNIKASI


- Melakukan Breathing Exercise untuk mengatur pola pernafasannya.
- Pasien dianjurkan melakukan streatching dan aerobik exercise di rumah.
- Keluarga memberikan motivasi dan dukungan kepada pasien.
- Pasien harus selalu berpikiran positif untuk sembuh.
- Pasien tidak boleh sampai kelelahan ketika melakukan aktivitas dan
mengurangi aktivitas berat
- Menjaga pola makan dan hidup sehat.

M. CATATAN PEMBIMBING PRAKTIK


Tidak ada

N. CATATAN TAMBAHAN
Tidak ada
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Stenosis pulmonal adalah kelainan pada jantung dimana aliran darah dari
vertrikel kanan jantung tersumbat pada katup pulmonal. Stenosis diklasifikasikan
berdasarkan tempat kejadiannya yaitu ada 3 :Stenosis Katup Trikuspid, Stenosis Katup
Mitral dan Stenosis Katup Aorta. Penyebab stenosis sampai saat ini belum diketahui
tetapi ada faktor dari endogen dan eksogen yang menyebabkan timbulnya penyakit
stenosis jantung. Tanda gejala dari stenosis jantung adalah seperti sesak nafas, mudah
lelah saat beraktivitas serta nyeri disekitar dada.
DAFTAR PUSTAKA

Cuypers, J. A. A. E. et al. (2012) ‘Pulmonary stenosis: Update on diagnosis and


therapeutic options’, Heart, 99(5), pp. 339–347. doi: 10.1136/heartjnl-2012-
301964.
Ruckdeschel, E. and Kim, Y. Y. (2019) ‘Pulmonary valve stenosis in the adult patient:
pathophysiology, diagnosis and management’, Heart, 105(5), pp. 414–422. doi:
10.1136/heartjnl-2017-312743.
LAPORAN PRAKTIKUM
FT. CARDIOPULMONAL
INSUFISIENSI JANTUNG

Dosen Pengampu :
Ali Multazam, S.Ft., Physio., M. Sc

Disusun Oleh :
Tri Noor Cahyo Widodo (201810490311020)

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

Katup jantung merupakan bagian yang terdapat pada setiap ruang jantung atau
pembatas yang dapat terbuka dan tetutup pada saat darah masuk dari atrium ke ventrikel.
Katup jantung berfungsi mengendalikan jalannya aliran darah dari dan keluar jantung.
Dengan adamya katup jantung ini organ vital dapat menjalankan perannya dalam
mengalirkan darah ke paru-paru dan seluruh tubuh. Berikut katup yang terdapat pada
jantung, antara lain:
1. Katup Atrioventrikular
a) Katup Mitral : Terletak antara atrium kiri dengan ventrikel kiri
b) Katup Trikuspidalis : Terletak antara atrium kanan dengan ventrikel kanan
2. Katup Semilunar
a) Katup Aorta : Terletak antara ventrikel kiri dengan pembuluh darah aorta
b) Katup Pulmonalis : Terletak antara ventrikel kanan dengan arteri pulmonalis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Insufisiensi katup mitral merupakan suatu kondisi dimana terdapat refluks
(kembali) darah dari ventrikel kiri ke atrium kiri pada saat fase sistolik, akibat katup
mitral tidak menutup secara sempurna. Dalam kondisi normal, peredaran darah
bersih yang kaya oksigen akan mengalir dari atrium kiri jantung ke ventrikel kiri
jantung. Setelah itu, darah bersih dipompa dari ventrikel kiri jantung ke aorta dan
diedarkan ke seluruh tubuh.Insufisiensi mitral menyebabkan kurangnya darah bersih
yang bisa dipompa ke seluruh tubuh. Akibatnya jantung bekerja lebih keras untuk
menutupi kekurangan tersebut.

B. Etiologi
Penyebab dari terjadinya insufisiensi katup mitral meliputi penyakit jantung
bawaan (genetik), penyakit jantung koroner, infeksi pada endokarditis, penyakit
jantung rematik, kardiomiopati, dan lainnya.

C. Patofisiologi
Perjalanan penyakit insufisiensi katup mitral ini bermula dari faktor pemicu
atau penyabab yang menyerang ruang organ jantung sehingg dapat menimbulkan
permasalahan atau kerusakan jaringan pada jantung. Kerusakan jaringan tersebut
akan menyebabkan permasalahan padalapisan jantung khususnya mengenai endotel
katup, yang mengakibatkan pembengkakan daun katup dan erosi pinggir daun
katup. Hal ini mengakibatkan tidak sempurnanya daun katup trikuspidalis menutup
pada saat fase sistolik, yang mana hal tersebut memicu terjadinya aliran darah dari
ventrikel kiri kembali ke atrium kiri sehingga mengakibatkan penurunan suplai
darah ke aorta dan seluruh tubuh. Hal ini mengakibatkan penurunan curah sekuncup
ventrikel (cardiac output) sehingga jantung berkompensasi dengan dilatasi ventrikel
kiri, peningkatan kontraksi miokardium, hipertrofi dinding ventrikel dan dinding
atrium, sehingga terjadi penurunan kemampuan atrium kiri untuk memompa darah
hal ini mengakibatkan kongesti vena pulmonalis dan darah kembali ke paru-paru
mengakibatkan terjadi edema intertisial paru, hipertensi arteri pulmonalis,
hipertensiventrikel kanan sehingga dapat mengakibatkan gagal jantung kanan.

D. Prevalensi
Dalam beberapa dekade terakhir telah terjadi perubahan etiologi penyakit
jantung katup. Walaupun sebagian besar terjadi pada negara maju, namun pada
negara berkembang mulai terlihat perubahan komposisi etiologi tipe penyakit
jantung katup tersebut. Pada umumnya, penyakit jantung katup (organik)
disebabkan karena infeksi rematik, kelainan degeneratif, dan “modern type” atau
etiologi baru penyakit jantung katup. Etiologi baru atau ”modern type” ini
antara lain adalah akibat infeksi HIV, akibat obat-obatan (obat penekan napsu
makan), dan kelainan idiopatik lainnya (sindrom antiphospholipid).
Pada registri katup Eropa, kelainan katup yang paling banyak adalah
stenosis aorta akibat degeneratif (kalsifkasi). Indonesia belum mempunyai data
resmi mengenai prevalensi penyakit jantung katup menurut etiologi maupun jenis
kelainannya. Pada RS Jantung Harapan Kita (RSJHK) sebagai pusat rujukan
jantung nasional, terlihat bahwa stenosis aorta akibat degeneratif adalah jenis
kelainan katup yang jarang dijumpai. Hal ini belum tentu disebabkan karena
prevalensi yang rendah, namun mungkin karena deteksi yang kurang atau
rendahnya kesadaran pasien untuk datang berobat.Kelainan yang paling sering
dijumpai pada RSJHK adalah kelainan katup mitral akibat degeneratif dan rematik
(Soesanto, 2012).
E. Tanda & Gejala
Kondisi insufisiensi katup mitral akan menyebabkan timbulnya tanda dan
gejala seperti gagal jantung kongestif, yaitu sesak nafas, edema paru, orthopneu,
paroxysmal nocturnal dyspnea. Gejala yang timbul disebabkan oleh penurunan
cardiac output. Kolap kardiovaskular yang disertai syok (syok kardiogenik) sering
terjadi pada pasien dengan insufisiensi mitral akut oleh karena rupture m. papillary.
Selain itu, tanda dan gejala lainnya adalah mudah merasa lelah, nyeri pada dada,
dan detak jantujng cepat.
STATUS KLINIS MAHASISWA FISIOTERAPI UMM

BAB III
STATUS KLINIS

Kondisi/ Kasus : FT.D

I. KETERANGAN UMUM PENDERITA


Nama : Ny. LI
Umur : 40 tahun (1981)
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Dawuhan, Tegalgondo

II. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT


A. DIAGNOSIS MEDIS
Insufisiensi Katup Mitral

B. CATATAN KLINIS
(Medika mentosa, hasil lab, foto rontgen, MRI, CT-Scan, dll)
Medika mentosa : nitrogliserin tablet 2,5 mg
X-ray

C. RUJUKAN DARI DOKTER


Tidak Ada Rujukan Dokter

III. SEGI FISIOTERAPI


A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
STATUS KLINIS MAHASISWA FISIOTERAPI UMM

B. ANAMNESIS (AUTO/ HETERO)


1. KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluhkan adanya sesak napas berat yang diserta denga nyeri pada
kedua dada sehingga pasien kesulitan untuk bernapas

2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


(Sejarah keluarga dan genetic, kehamilan, kelahiran dan perinatal, tahap
perkembangan, gambaran perkembangan, dll)
Pasien mengeluhkan adanya sesak napas berat yang diserta denga nyeri pada
kedua dada sehingga pasien kesulitan untuk bernapas. Sesak ini sudah
dirasakan sejak satu minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Sesak
napas dirasakan menjadi berkurang dengan posisi berbaring dan sesak napas
makin bertambah berat bila pasien beraktivitas.

3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Demam Reumatik

4. RIWAYAT PENYAKIT PENYERTA


Tidak Ada

5. ANAMNESIS SISTEM
Kepala dan Leher : (-) Tidak ada keluhan
Respirasi : (+) Adanya sesak napas
Kardiovaskular : (+) Adanya rasa nyeri pada kedua dada
Musculoskeletal : (-) Tidak ada keluhan
Neuromuscular : (-) Tidak ada keluhan
Urogenital : (-) Tidak ada keluhan
Gastrointestinal : (-) Tidak ada keluhan

C. PEMERIKSAAN
1. PEMERIKSAAN FISIK
a) TANDA-TANDA VITAL
Tekanan Darah : 135/90 mmHg (Pre hipertensi)
Denyut Nadi : 80 kali/menit (Normal)
Pernapasan : 30 kali/menit (Takipnea)
Temperatur : 36,5 ºC (Normal)
STATUS KLINIS MAHASISWA FISIOTERAPI UMM

Tinggi Badan : 160 cm


Berat badan : 48 kg

b) INSPEKSI (STATIS & DINAMIS)


(Posture, Fungsi motorik, tonus, reflek, gait, dll)
Statis : Ekspresi wajah pasien nampak seperti menahan nyeri, wajah
pasien tampak pucat, postur pasien tampak sedikit bungkuk
akibat adanya rasa nyeri pada kedua dada.
Dinamis : Pola napas pasien tampak cenderung cepat akibat sesak
napas yang dialaminya.

c) PALPASI
(Nyeri, Spasme, Suhu lokal, tonus, bengkak, dll)
a. Adanya nyeri tekan pada area dada pasien
b. Adanya spasme pada otot-otot bantu pernapasan (abdominal muscle)
pasien

d) PERKUSI
Terdengar suara pekak pada area jantung dan pada paru terdengar suara
sonor.

e) AUSKULTASI

Terdengar murmur akibat adanya kondisi insufisiensi katup mitral dan


suara jantung 1 terdengar melemah daripada suara jantung 2
STATUS KLINIS MAHASISWA FISIOTERAPI UMM

f) GERAK DASAR
Gerak Aktif :
Pada ekstremitas atas dan bawah pasien mampu menggerakkan
ekstremitasnya.

ROM Nyeri Kemampuan


Regio
Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra
SHOULDER
Ekstensi 15º 15º - - Mampu Mampu
Fleksi 170º 170º - - Mampu Mampu
Abduksi 170º 170º - - Mampu Mampu
Adduksi 75º 75º - - Mampu Mampu
Horizontal Abduksi 30º 30º - - Mampu Mampu
Horizontal Adduksi 135º 135º - - Mampu Mampu
Eksternal Rotasi 90º 90º - - Mampu Mampu
Internal Rotasi 80º 80º - - Mampu Mampu
ELBOW
Ekstensi 0º 0º - - Mampu Mampu
Fleksi 150º 150º - - Mampu Mampu
Supinasi 90º 90º - - Mampu Mampu
Pronasi 80º 80º - - Mampu Mampu
WRIST
Ekstensi 50º 50º - - Mampu Mampu
Fleksi 60º 60º - - Mampu Mampu
Radial Deviasi 20º 20º - - Mampu Mampu
Ulnar Deviasi 30º 30º - - Mampu Mampu
HIP
Fleksi hip 125˚ 125˚ - - Mampu Mampu
Ekstensi hip 15˚ 15˚ - - Mampu Mampu
Abduksi hip 45˚ 45˚ - - Mampu Mampu
Adduksi hip 15˚ 15˚ - - Mampu Mampu
Internal rotasi hip 45˚ 45˚ - - Mampu Mampu
Eksternal rotasi hip 45˚ 45˚ - - Mampu Mampu
STATUS KLINIS MAHASISWA FISIOTERAPI UMM
KNEE
Knee ekstensi 0˚ 0˚ - - Mampu Mampu
Knee fleksi 135˚ 135˚ - - Mampu Mampu
ANKLE
Dorso fleksi 35˚ 35 ˚ - - Mampu Mampu
Plantar fleksi 20˚ 20˚ - - Mampu Mampu
Inversi 20˚ 20˚ - - Mampu Mampu
Eversi 30˚ 30˚ - - Mampu Mampu
Gerak Pasif :
Pada ekstremitas atas dan bawah pasien mampu menggerakkan
ekstremitasnya dengan bantuan.

ROM Nyeri End Feel


Regio
Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra
SHOULDER
Ekstensi 15º 15º - - Firm Firm
Fleksi 170º 170º - - Soft Soft
Abduksi 170º 170º - - Firm Firm
Adduksi 75º 75º - - Soft Soft
Horizontal Abduksi 30º 30º - - Firm Firm
Horizontal Adduksi 135º 135º - - Soft Soft
Eksternal Rotasi 90º 90º - - Firm Firm
Internal Rotasi 80º 80º - - Firm Firm
ELBOW
Ekstensi 0º 0º - - Hard Hard
Fleksi 150º 150º - - Soft Soft
Supinasi 90º 90º - - Firm Firm
Pronasi 80º 80º - - Firm Firm
WRIST
Ekstensi 50º 50º - - Hard Hard
Fleksi 60º 60º - - Soft Soft
Radial Deviasi 20º 20º - - Firm Firm
Ulnar Deviasi 30º 30º - - Firm Firm
HIP
STATUS KLINIS MAHASISWA FISIOTERAPI UMM
Fleksi hip 125˚ 125˚ - - Soft Soft
Ekstensi hip 15˚ 15˚ - - Soft Soft
Abduksi hip 45˚ 45˚ - - Firm Firm
Adduksi hip 15˚ 15˚ - - Firm Firm
Internal rotasi hip 45˚ 45˚ - - Firm Firm
Eksternal rotasi hip 45˚ 45˚ - - Firm Firm
KNEE
Knee ekstensi 0˚ 0˚ - - Hard Hard
Knee fleksi 135˚ 135˚ - - Soft Soft
ANKLE
Dorso fleksi 35˚ 35 ˚ - - Soft Soft
Plantar fleksi 20˚ 20˚ - - Soft Soft
Inversi 20˚ 20˚ - - Firm Firm
Eversi 30˚ 30˚ - - Firm Firm
Gerak isometrik :
Pada ekstremitas atas dan bawah pasien tidak mampu melawan tahanan
minimal.

Nyeri Kemampuan
Regio
Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra
SHOULDER

Ekstensi - - Mampu Mampu


Fleksi - - Mampu Mampu
Abduksi - - Mampu Mampu
Adduksi - - Mampu Mampu
Horizontal Abduksi - - Mampu Mampu
Horizontal Adduksi - - Mampu Mampu
Eksternal Rotasi - - Mampu Mampu
Internal Rotasi - - Mampu Mampu
ELBOW
Ekstensi - - Mampu Mampu
Fleksi - - Mampu Mampu
Supinasi - - Mampu Mampu
Pronasi - - Mampu Mampu
STATUS KLINIS MAHASISWA FISIOTERAPI UMM
WRIST
Ekstensi - - Mampu Mampu
Fleksi - - Mampu Mampu
Radial Deviasi - - Mampu Mampu
Ulnar Deviasi - - Mampu Mampu
HIP
Fleksi hip - - Mampu Mampu
Ekstensi hip - - Mampu Mampu
Abduksi hip - - Mampu Mampu
Adduksi hip - - Mampu Mampu
Internal rotasi hip - - Mampu Mampu
Eksternal rotasi hip - - Mampu Mampu
Knee ekstensi - - Mampu Mampu
Knee fleksi - - Mampu Mampu
Dorso fleksi - - Mampu Mampu
Plantar fleksi - - Mampu Mampu
Inversi - - Mampu Mampu
Eversi - - Mampu Mampu
KNEE
Ekstensi - - Mampu Mampu
Fleksi - - Mampu Mampu
Eksternal Rotasi - - Mampu Mampu
Internal Rotasi - - Mampu Mampu
ANKLE
Dorso Fleksi - - Mampu Mampu
Plantar Fleksi - - Mampu Mampu
Eversi - - Mampu Mampu
Inversi - - Mampu Mampu
STATUS KLINIS MAHASISWA FISIOTERAPI UMM
g) KOGNITIF, INTRA-PERSONAL, INTER-PERSONAL
Kognitif : Pasien mampu memahami penjelasan dengan baik.
Intra-Personal: Pasien memiliki keinginan dan semangat yang kuat
untuk sembuh.
Inter-Personal: Pasien selalu didampingi dan didukung oleh pihak
keluarganya.

h) KEMAMPUAN FUNGSIONAL DASAR, AKTIVITAS


FUNGSIONAL, & LINGKUNGAN AKTIVITAS
KFD : Pasien kesulitan dalam melakukan transfer, seperti tidur ke
duduk dan sebaliknya.
AF : Pasien terganggu dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
LA : Pasien terganggu dalam bersosialisasi di lingkungannya dan
bekerja.

2. PEMERIKSAAN SPESIFIK
(Nyeri, MMT, LGS, Antropometri, Sensibilitas, Tes Khusus, dll)

1. VAS
Diam : 4
Tekan : 6
Gerak : 8

2. Borg scale
Skala : 5 (berat)

3. Antropometri
Axilla : 0,5
Costa 4-5 : 0,5
Xyphoideus : 0,5

4. Bartel Index
Skala : 90 (ketergantungan moderat )
STATUS KLINIS MAHASISWA FISIOTERAPI UMM

D. UNDERLYING PROCCESS

Insufisiensi Katup Mitral

Katup jantung tidak dapat menutup saat fase sistole

Aliran darah berbalik dari ventrikel kiri ke atrium kiri

Peningkatan beban volume jantung

Hipertrofi ventrikel untuk meningkatkan kekuatan kontraksi

Peningkatan volume dan ventrikel kiri

Fungsi katup bertambah buruk

Ventrikel kiri mendapat beban kerja

Peningkatan volume dan tekanan diteruskan langsung ke paru

Impairment Functional Limitation Disability

Dyspnea Nyeri  Penurunan aktivitas  Terganggu dalam


dada fungsional
 Sesak saat beraktivitas aktivitas bekerja
 Terganggu dalam
Breathing Spasme otot
bantu kegiatan
exercise,
mobilisasi pernapasan bersosialisasi
sangkar thorax, (abdominal
muscle)  Pasien terganggu
& latihan
aerobik low dalam melakukan
impact Kompres hangat,
hobinya
breathing exercise,
& stretching
STATUS KLINIS MAHASISWA FISIOTERAPI UMM

E. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
(International Clatification of Functonal and disability)
Pain, Dyspnea, Spasme et causa insufisiensi katup mitral

Impairment
Pain, dyspnea, spasme otot pernapasan

Functional Limitation
Penurunan aktivitas fungsional
Sesak saat beraktivitas

Disability

Terganggu dalam aktivitas bekerja


Terganggu dalam kegiatan bersosialisasi
Pasien terganggu dalam melakukan hobinya

F. PROGRAM/ RENCANA FISIOTERAPI


1. Tujuan Treatment
a) Jangka Pendek
- Mengurangi nyeri
- Mengurangi spasme otot
- Mengurangi sesak napas
- Meningkatkan toleransi aktivitas pasien

b) Jangka Panjang
- Menghilangkan nyeri
- Menghilangkan sesak napas
- Menghilangkan spasme otot
- Mengembalikan kemampuan fungsional pasien
STATUS KLINIS MAHASISWA FISIOTERAPI UMM

2. Rencana Tindakan
a) Teknologi Fisioterapi

- Breathing Exercise
Bertujuan untuk mengurangi nyeri dada, sesak napas dan memperbaiki
pola pernapasan pasien.
- Mobilisasi Sangkar Thorax
Bertujuan untuk mengurangi nyeri dada, sesak napas dan memperbaiki
pola pernapasan pasien.
- Kompres Hangat
Bertujuan untuk merelaksasikan otot dan mengurangi nyeri.
- Stretching
Bertujuan untuk megurangi nyeri serta meningkatkan fleksibilitas dan
elastisitas otot bantu pernapasan (abdominal muscle).
- Latihan Aerobik Low Impact
Bertujuan untuk megontrol aliran darah dan meningkatkan kualitas
pernapasan pasien.
STATUS KLINIS MAHASISWA FISIOTERAPI UMM

G. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad sanam : Bonam
Quo ad fungsionam : Bonam
Quo ad cosmeticam : Dubia ad Bonam

H. PELAKSANAAN FISIOTERAPI
a) Breathing Exercise
Frekuensi : 1-2 kali sehari
Intensitas : Toleransi pasien
Time : 10-15 menit
Teknik : Deep breathing
b) Mobilisasi Sangkar Thorax
Frekuensi : 1-2 kali seminggu
Intensitas : Toleransi pasien
Time : 10-15 menit
Teknik : Chest breathing
c) Kompres Hangat
Frekuensi : 2 kali sehari
Intensitas : 40-43 ºC
Time : 15-20 menit
Teknik : Relaksasi otot
d) Stretching Exercise
Frekuensi : 2 kali seminggu
Intensitas : 5-10 repetisi/ toleransi pasien
Time : 10-15 menit
Teknik : Active dan passive stretching
e) Latihan Aerobik Low Impact
Frekuensi : 3-5 kali seminggu
Intensitas : Rendah
Time : 30-60 menit
Teknik : Latihan jalan, bersepeda, treadmil
STATUS KLINIS MAHASISWA FISIOTERAPI UMM

f) HASIL EVALUASI TERAKHIR


1 . VAS
Treatmen Nyeri Nyeri Nyeri ROM Spasme
ke- Diam Tekan Gerak
T0 1 2 3 Full ROM (++)
T1 1 1 2 Full ROM (+)
T2 0 1 1 Full ROM (-)
T3 0 0 0 Full ROM (-)

Terdapat penurunan nyeri gerak diam dan tekan yang dialami pasien.

2. Borg scale
Treatment T0 T1 T2 T3
ke-
Skala 3 3 2 1
Terdapat penurunan skala sesak napas yang dialami pasien.
3. Antropometri
Treatment ke- Axilla Costa 4-5 Xyphoideus
T0 0,5 0,5 0,5
T1 1 1 1
T2 1,8 1,8 1,8
T3 2 2 2
Terdapat peningkatan dari ekspansi Thorax
4. Bartel Index
T0 T1 T2 T3

Total Barthel 90 92 95 100


Index
Terdapat peningkatan dari ADL pasien .
STATUS KLINIS MAHASISWA FISIOTERAPI UMM

a) EDUKASI DAN KOMUNIKASI


 Pasien diharapkan tidak melakukan aktivitas berat
 Pasien diharapkan menjaga pola makan
 Pasien diharapkan memiliki keinginan yang kuat untuk sembuh
 Keluarga pasien diharapkan selalu mendampingi dan
memberikan dukungan kepada pasien

b) CATATAN PEMBIMBING PRAKTIK

c) CATATAN TAMBAHAN
BAB IV
KESIMPULAN

Katup jantung merupakan bagian yang terdapat pada setiap ruang jantung atau
pembatas yang dapat terbuka dan tetutup pada saat darah masuk dari atrium ke ventrikel.
Insufisiensi katup mitral merupakan suatu kondisi dimana terdapat refluks (kembali) darah
dari ventrikel kiri ke atrium kiri pada saat fase sistolik, akibat katup mitral tidak menutup
secara sempurna. Penyebab dari terjadinya insufisiensi katup mitral meliputi penyakit
jantung bawaan (genetik), penyakit jantung koroner, infeksi pada endokarditis, penyakit
jantung rematik, kardiomiopati, dan lainnya. Gejala yang timbul disebabkan oleh
penurunan cardiac output. Pemeriksaan yang dilakukan berupa pemeriksaan tanda tanda
vital, palpasi, perkusi, auskultasi, gerak dasar, dan pemeriksaan spesifik berupa VAS untuk
mengukur nyeri, RPE Borg Scale. Intervensi yang diberikan berupa Breathing Exercise,
Mobilisasi sangkar thorax, kompres hangat, Streaching Exercise dan latihan aerobic low
Impac.
DAFTAR PUSTAKA

Soesanto, A. M. (2012). Penyakit Jantung Katup Di Indonesia: Masalah Yang Hampir


Terlupakan. Indonesian Journal Of Cardiology, 33(4), 205–208.
Https://Doi.Org/10.30701/Ijc.V33i4.20
Studi, P., Dokter, P., Kedokteran, F., Ilmu, D. A. N., Negeri, U. I., & Hidayatullah, S.
(2010). Proporsi Penggunaan Katup Babi Pada Operasi Katup Jantung Mitral Di RS.
Jantung Harapan Kita.
Pertama, E. (2016). Panduan Praktik Klinis (PPK) Dan Clinical Pathway (CP) Penyakit
Jantung Dan Pembuluh Darah.
LAPORAN PRAKTIKUM
FT. CARDIOPULMONAL
BYPASS JANTUNG

Dosen Pengampu :
Ali Multazam, S.Ft., Physio., M. Sc

Disusun Oleh :
Tri Noor Cahyo Widodo (201810490311020)

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

Penyakit jantung koroner masih merupakan penyebab kematian pertama di dunia.


Sebanyak 1.500.000 penderita infark dilaporkan di Amerika dan meninggal sebanyak
500.000 orang setiap tahunnya. Penyakit jantung juga merupakan pembunuh pertama di
Indonesia (Survei Kesehatan Rumah Tangga Departemen Kesehatan Republik Indonesia
tahun 1992). Hal ini harus menjadi perhatian seluruh tenaga kesehatan sebagai pilar utama
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Banyak gangguan jantung yang harus diselesaikan dengan tindakan operasi, seperti
penyakit jantung koroner, penyakit jantung bawaan, kelainan katup maupun tumor dalam
ruang jantung. Salah satu jenis operasi yang dilakukan untuk mengatasi masalah obstruski
atau stenosis koroner adalah Coronary Artery Bypass Graft (selanjutnya disebut CABG)
yaitu : konstruksi jalur (conduits) baru antara aorta (atau arteri mayor lainnya) dan bagian
arteri yang mengalami obstruksi atau stenosis (Inwood, 2002). Jadi CABG adalah membuat
jalan pintas untuk mengatasi akibat dari obstruksi atau stenosis arteri pada otot jantung agar
area jantung yang mengalami infark akibat kekurangan oksigen dapat diatasi. Jalan pintas
biasanya menggunakan vena saphena dan arteri mamaria interna dari kliennya sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Penyakit jantung koroner (PJK) atau penyakit arteri koroner (PAK) adalah
gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah karena adanya
penyempitan pembuluh darah koroner. Secara klinis, ditandai dengan nyeri dada
atau terasa tidak nyaman di dada atau dada terasa tertekan berat ketika sedang
mendaki/kerja berat ataupun berjalan terburu-buru pada saat berjalan di jalan datar
atau berjalan jauh.

B. Etiologi
Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan,
penyumbatan, atau kelainan pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah tersebut dapat menghentikan aliran darah ke otot
jantung yang sering ditandai dengan nyeri. Dalam kondisi yang parah, kemampuan
jantung memompa darah dapat hilang.Hal ini dapat merusak sistem pengontrol
irama jantung dan berakhir dan berakhir dengan kematian (Hermawatirisa, 2014).
Labarthe (2011) menyebutkan penyebab utama penyakit jantung koroner
adalah riwayat keluarga dengan penyakit jantung koroner, pola makan, tubuh yang
kurang aktif, obesitas, kolesterol dalam darah, hipertensi, diabetes melitus,, rokok.

C. Patofisiologi
Berdasarkan proses patofisiologi dan derajat keparahan myokard iskemik dapat
digambarkan sebagai berikut:
Stable Angina
Stable angina kronik adalah manifestasi yang dapat diramalkan, nyeri dada
sementara yang terjadi selama kerja berat atau stres emosi. Umumnya disebabkan
oleh plak atheromatosa yang terfiksir dan obstruktif pada satu atau lebih arteri
koroner. Pola nyerinya berhubungan dengan derajat stenosis. Seperti yang
digambarkan saat atherosclerosos stenosis menyempitkan lumenarteri koroner lebih
dari 70% menurunkan kapasitas aliran untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Saat
aktivitas fisik berat, aktivitas sistim saraf meningkatkan denyut jantung, tekanan
darah dan kontraktilitas yang meningkatkan kebutuhan konsumsi oksigen. Selama
kebutuhan oksigen tak terpenuhi, terjadi iskemik miokard diikuti angina pectoris
yang mereda bila keseimbangan oksigen terpenuhi. Sebenarnya oksigen yang
inadekuat selain disebabkan oleh atheroscleosis juga disebabkan oleh kerusakan
endotel namun pada kasus ini vasodilatasi distal dan aliran kolateral masih
berlangsung baik sehingga kebutuhan oksigen masih bisa diseimbangkan dengan
cara beristirahat.

Unstable angina
Pasien dengan unstable angina akan mengalami nyeri dada saat aktivitas
berat namun kemudian masih tetap berlangsung saat istirahat. Ini adalah tanda akan
terjadi infark miokard akut . Unstable angina dan MI akut merupakan sindrom
koroner akut karena ruptur dari atherosclerotic plak pada pembuluh darah koroner.

Infark Miokard Akut


Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (STEMI) umumnya terjadi
jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi trombus pada
plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Stenosis arteri koroner berat yang
berkembang secara lambat biasanya tidak memacu STEMI karena berkembangnya
banyak aliran kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner
terjadi secara cepat pada lokasi injuri vaskular, di mana injuri ini dicetuskan oleh
faktor-faktor seperti merokok, hipertensi dan akumulasi lipid. Pada sebagian besar
kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalami fisur, ruptur atau ulserasi
dan jika kondisi lokal atau sistemik memicu trombogenesis, sehingga terjadi
trombus mural pada lokasi ruptur yang mengakibatkanoklusi arteri koroner.
Penelitian histologis menunjukkan plak koroner cenderung mengalami ruptur jika
mempunyai fibrous cap yang tipis dan inti kaya lipid (lipid rich core). Pada STEMI
gambaran patologis klasik terdiri dari fibrin rich red trombus, yang dipercaya
menjadi dasar sehingga STEMI memberikan respons terhadap terapi trombolitik.
Selanjutnya pada lokasi ruptur plak, berbagai agonis (kolagen, ADP, epinefrin,
serotonin) memicu aktivasi trombosit yang selanjutnya akan memproduksi dan
melepaskan tromboxan A2 (vasokonstriktor lokal yang poten). Selain itu aktivasi
trombosit memicu perubahan konformasi reseptor glikoprotein IIb/IIIa. Setelah
mengalami konversi fungsinya, reseptor memiliki afinitas tinggi terhadap sekuens
asam amino pada protein adhesi yang larut (integrin) seperti faktor von Willebrand
(vWF) dan fibrinogen di mana keduanya adalah molekul multivalen yag dapat
mengikat 2 platelet yang berbeda secara simultan menghasilkan ikatan silang
platelet dan agregasi.

D. Epidemiologi
Menurut laporan American Heart Association (AHA), setiap tahun di
Amerika ada sekitar 700.000 penderita baru masuk rumah sakit disebabkan oleh
penyakit jantung koroner, dan 40% dari jumlah tersebut meninggal dunia. Persentasi
ini di beberapa negara maju sama besar. Prevalensi PJK di Indonesia adalah
18,3/100.000 penduduk pada golongan usia 15−24 tahun, meningkat menjadi
174,6/100.000 penduduk pada golongan usia 45−54 tahun, dan meningkat menjadi
461,9/100.000 penduduk pada usia >55 tahun.

E. Tanda Gejala
Angina pektoris merupakan tanda klinis pertama pada sekitar 50% pasien
yang mengalami penyakit jantung koroner. Pasien datang dengan keluhan nyeri
dada yang khas, yaitu seperti rasa ditekan atau terasa berat seperti ditimpa beban
yang sangat berat dan terkadang hanya mengeluh perasaan tidak enak di dada
karena pasien tidak dapat menjelaskan dengan baik. Sering pasien merasakan nyeri
dada di daerah sternum atau di bawah sternum (substernal), atau dada sebelah kiri
dan kadang-kadang menjalar ke lengan kiri, dapat menjalar ke punggung, rahang,
leher, atau ke lengan kanan.
Nyeri dada pada angina pektoris biasanya timbul pada saat melakukan
aktivitas, misalnya sedang berjalan cepat, tergesa-gesa, atau sedang berjalan
mendaki atau naik tangga. Pada kasus yang berat aktivitas ringan seperti mandi atau
menggosok gigi, makan terlalu kenyang, emosi, sudah dapat menimbulkan nyeri
dada.
Nyeri dada tersebut segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya.
Serangan angina dapat timbul pada waktu istirahat atau pada waktu tidur malam.
Lamanya nyeri dada biasanya berlangsung 1-5 menit. Bila nyeri dada
berlangsunglebih dari 20 menit, mungkin pasien mendapat serangan infark miokard
akut dan bukan angina pektoris biasa. Pada angina pektoris dapat timbul keluhan
lain seperti sesak napas, mual, muntah, perasaan lelah, pucat dan terkadang nyeri
dada disertai keringat dingin (Mboi, 2014).
F.
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM

BAB III
STATUS KLINIS

Kondisi/ Kasus: Ft. D

I. KETERANGAN UMUM PENDERITA


Nama : Tn. LO
Umur : 59 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : islam
Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : Jl. Malang Selatan
II. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT
A. DIAGNOSIS MEDIS
Post operasi bedah pintas koroner (coronary artery bypass graft)

B. CATATAN KLINIS
(Medika mentosa, hasil lab, foto rontgen, MRI, CT-Scan, dll)
Tidak ada

C. RUJUKAN DARI DOKTER


Dokter Spesialis Jantung

III. SEGI FISIOTERAPI


A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM
B. ANAMNESIS
(AUTO/HETERO)
1.KELUHAN UTAMA
setelah mengayuh sepeda statis selama 5 menit, nampak RPE pasien 15 yang artinya
pasien merasakan effort yang keras dan merasa lelah, keterbatasan gerak, kelemahan
otot.

2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


(Sejarah keluarga dan genetic, kehamilan, kelahiran dan perinatal, tahap
perkembangan, gambaran perkembangan, dll)
pasca operasi bedah pintas koroner (coronary artery bypass graft ) 3 minggu yang
lalu.kemudian ke fisioterapi untuk menjalani program rehab jantung rawat jalan.
Namun setelah mengayuh sepedahnya selama 5 menit, nampak dalam monitoring
EKG adanya unifocale Premature Ventricular Contractions 3 kali per menit.

3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Penyakit jantung coroner

4. RIWAYAT PENYAKIT PENYERTA


Tidak ada

5. ANAMNESIS SISTEM

Kepala dan leher : tidak ada gangguan


Kardiovascular : sesak nafas, jantung berdebar.
Respirasi : Sesak nafas, mudah lelah.
Nervosum : tidak ada gangguan
Gasctrocintestinal : Tidak ada gangguan
Urogenital : Tidak ada gangguan
Musculoskeletal : spasme otot pernafasan, weakness
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM
C. PEMERIKSAAN
1.PEMERIKSAAN
FISIK
a) TANDA-TANDA VITAL
Tekanan Darah : 110/80 mmHg (normal)
Denyut nadi : 80/ menit (normal)
Pernapasan : 20x/ menit (normal)
Temperatur : 36 c (normal)
Tinggi badan : 160 cm (normal)
Berat badan : 50 kg (normal)

b) INSPEKSI (STATIS & DINAMIS)


(Posture, Fungsi motorik, tonus, reflek, gait, dll)
Statis :ekspresi wajah pasien cemas dan lemas, jari-jari terlihat ada
sianosis
Dinamis : pola nafas pasien tidak teratur, jalan lambat, kesusahan
menggerakan tubuhnya

c) PALPASI
(Nyeri, Spasme, Suhu lokal, tonus, bengkak, dll)
Spasme otot bantu pernafasan

d) PERKUSI
Normal

e) AUSKULTASI
normal

f) GERAK DASAR
Gerak Aktif :

Gerakan ROM Nyeri Kemampuan


Fleksi 60 + Kurang mampu
Ekstensi 55 +
Lateral fleksi 30 + Kurang mampu
dekstra
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM
Lateral fleksi 20 + Kurang mampu
sinistra
Rotasi dekstra 50 + Kurang mampu
Rotasi sinistra 50 + Kurang mampu

Gerak Pasif :

Gerakan ROM Nyeri Kemampuan


Fleksi 65 + Kurang mampu
Ekstensi 60 +
Lateral fleksi 35 + Kurang mampu
dekstra
Lateral fleksi 25 + Kurang mampu
sinistra
Rotasi dekstra 50 + Kurang mampu
Rotasi sinistra 50 + Kurang mampu

Isometrik :
Tidak dilakukan

g) KOGNITIF, INTRA-PERSONAL, INTER-PERSONAL


Kognitif : pasien mampu memahami fisioterapi secara koperatif
Intra-personal : pasien memiliki keinginan tinggi untuk sembuh
Inter-personal : pasien mendapatkan dukungan dari keluarga

h) KEMAMPUAN FUNGSIONAL DASAR, AKTIVITAS


FUNGSIONAL, & LINGKUNGAN AKTIVITAS
Kemampuan fungsional : kesusahan dalam bernafas, susah bergerak
Aktivitas Fungsional : pasien susah melakukan kegiatan dan mudah
lelah
Lingkungan Aktivitas : kesulitan dalam bekerja dan bersosialisasi.
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM
2.PEMERIKSAAN SPESIFIK
(Nyeri, MMT, LGS, Antropometri, Sensibilitas, Tes Khusus, dll)
1. Borg scale
Skala : 5 (berat)

2. Antropometri
Axilla : 1
Costa 4-5 : 1
Xyphoideus : 1

3. Bartel Index
Skala : 90 (ketergantungan moderat )
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM
D. UNDERLYING PROCCESS

IV.
Lemak kolesterol meningkat, pembentukan plak lemak

Penyempitan dan penyumbatan arteri koroner

Penurunan darah ke jantung dan penurunan o2 nutrisi ke jantung

Artery Corenary Disease

Impairment Fungsional Limitation Disability

kardiopulmona musculoskeletal Pasien susah bernafas, Kesulitan


l untuk
susah menegakkan
bersosialisasi
badannya, kesulitan , kesulitan
Penyemptan Spasme dalam
saluran nafas menggerakan tubuhnya, bekerja.
kesulitan mengatur pola
weakness
nafas.
Sesak nafas

massage
Abdominal ,
diafragma Breathing
exercise ROM exercise

Mobilisasi streatching
sangkat thorax

strengthening
Aerobic exercise
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM

E. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
(International Clatification of Functonal and disability)
Spasme, fatique, weakness et causa post op CABG

Impairment
Ada spasme otot pernafasan
Ada kelemahan otot
Ada kelelahan
Ada penurunan ROM

Functional Limitation
Pasien susah bernafas, susah menegakkan badannya, kesulitan menggerakan
tubuhnya, kesulitan mengatur pola nafas.

Disability
Pasien Kesulitan untuk bersosialisasi, kesulitan dalam bekerja.

PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanam : bonam
Ad fungsionam : bonam
Ad cosmeticam : bonam

a. PROGRAM/RENCANA FISIOTERAPI
1.Tujuan treatment
a) Jangka Pendek
Mengurangi spasme
Mengatur pola nafas pasien
Meningkatkatkan ROM
Meningkatkan kekuatan otot

b) Jangka Panjang
Meningkatkan ADL pasien
Meningkatkan kebugaran pasien
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM

2. Rencana tindakan

a) Teknologi Fisioterapi
 Breathing Excecise
tujuannya untuk melatih pernapasan, mengurangi sesak napas, meningktakan
ekspansi thorax, dan menjaga kemampuan fungsional paru
 Mobilisasi sangkar thorax
tujuannya agar otot-otot pernafasan dan otot bantu pernafasan yang mengalami
ketegangan akan menjadi rileks.
 Massage
Memberi rileksasi otot dan mempercepat penyembuhan.
 Aerobic exercise
Tujuannya untuk melatih pernafasan dan kebugaran tubuh
 Streatching
Untuk meningkatkan elastisitas otot
 Strengthening
Untuk meningkatkan kekuatan otot

b. ROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanam : bonam
Ad fungsionam : bonam
Ad cosmeticam : bonam
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM
c. PELAKSANAAN FISIOTERAPI

Keluhan Intervensi Tujuan Dosis


Fase 1
Sesak nafas Breathing Mengurangi Frekuensi: 2 kali
exercise sesak dan sehari
melatih Intensitas:
pernafasan kondisional
Time : 10-15 menit
Teknik : abdomen
dan diafragma

Sesak nafas Mobilisasi otot-otot Frekuensi: 2 kali


sangkar thorax pernafasan dan sehari
otot bantu Intensitas:
pernafasan yang kondisional
mengalami Time : 10-15 menit
ketegangan akan Teknik : ekstremitas
menjadi rileks. atas.

Fase 2
spasme massage Mengurangi F: 2 kali seminggu
spasme, T: 15 menit
melancarkan I: disesuaikan
sirkulasi darah, toleransi pasien
rileksasi. t: friksien.

Keterbatasan ROM Exercise Memelihara Frekuensi: 2 kali


gerak lingkup gerak seminggu
sendi & Intensitas: 6-8
mencegah atropi repetisi / 1-2 set
Time : 10-15 menit
Teknik : pasif aktif
ektremitas atas
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM
Keterbatasan Streatching Meningkatkan Frekuensi: 2 kali
gerak, elastisitas otot. seminggu
penurunan ROM Intensitas: 6-8
repetisi / 1-2 set
Time : 10-15 menit
Teknik : pasif aktif
ektremitas atas
bawah

Fase 3
Sesak nafas Aerobic exercise Mengurangi Frekuensi: 2 kali
sesak dan seminggu
meningkatkan Intensitas: rendah
kebugaran Time : 15-30 menit
Teknik : speda statis,
latihan jalan, senam,
yoga.

Fase 4
weakness Strengthening Meningkatkan Frekuensi: 2 kali
kekuatan otot seminggu
Intensitas: rendah
Time : 15-30 menit
Teknik : isotonik,
isometrik
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM
K. HASIL EVALUASI TERAKHIR

1. Borg scale
Treatment T0 T1 T2 T3
ke-
Skala 5 3 1 0
Terdapat penurunan skala sesak napas.
2. Antropometri
Treatment ke- Axilla Costa 4-5 Xyphoideus
T0 1 1 1
T1 1,5 1,5 1,5
T2 1,8 1,8 1,8
T3 2 2 2
Terdapat peningkatan Ekspansi Thorax
3. Bartel Index
T0 T1 T2 T3

Total Barthel 90 92 95 100


Index

Terdapat peningkatan ADL pasien .


STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM
L. EDUKASI DAN KOMUNIKASI
- Melakukan Breathing Exercise untuk mengatur pola pernafasannya.
- Pasien dianjurkan melakukan streatching dan aerobik exercise di rumah.
- Keluarga memberikan motivasi dan dukungan kepada pasien.
- Pasien harus selalu berpikiran positif untuk sembuh.
- Pasien tidak boleh sampai kelelahan ketika melakukan aktivitas dan mengurangi
aktivitas berat
- Menjaga pola makan dan hidup sehat.
- Menghentikan konsumsi rokok atau zat kimia lainnya.

M. CATATAN PEMBIMBING PRAKTIK


Tidak ada

N. CATATAN TAMBAHAN
Tidak ada
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Penyakit jantung koroner (PJK) atau penyakit arteri koroner (PAK) adalah
gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan
pembuluh darah koroner.
Secara klinis, ditandai dengan nyeri dada atau terasa tidak nyaman di dada atau dada
terasa tertekan berat ketika sedang mendaki/kerja berat ataupun berjalan terburu-buru pada
saat berjalan di jalan datar atau berjalan jauh.
Penyebab utama penyakit jantung koroner adalah riwayat keluarga dengan penyakit
jantung koroner, pola makan, tubuh yang kurang aktif, obesitas, kolesterol dalam darah,
hipertensi, diabetes melitus,, rokok.

Anda mungkin juga menyukai