FT. CARDIOPULMONAL
STENOSIS JANTUNG
Dosen Pengampu :
Ali Multazam, S.Ft., Physio., M. Sc
Disusun Oleh :
Tri Noor Cahyo Widodo (201810490311020)
1. Definisi
Stenosis pulmonal adalah kelainan pada jantung dimana aliran darah dari
vertrikel kanan jantung tersumbat pada katup pulmonal. Stenosis diklasifikasikan
berdasarkan tempat kejadiannya yaitu ada 3:
a) Stenosis Katup Trikuspid
Stenosis trikuspid adalah pengerasan katup trikuspid yang menyebabkan aliran
darah dari atrium kanan ke ventrikel kanan terganggu.
b) Stenosis Katup Mitral
Mitral stenosis merupakan penyempitan aliran darah yang mengalir dari atrium
kiri ke ventrikal kiri.
c) Stenosis Katup Aorta
Stenosis Aorta adalah penyempitan pada lubang katup aorta, yang menyebabkan
meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta.
2. Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak
diketahui secara pasti diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen.
Faktor–faktor tersebut antara lain :
Faktor Endogen
3. Patofisiologi
Penyebab stenosis jantung dikarenakan terjadi tekanan yang berlebihan
pada ventrikel kanan, derajatnya tergantung pada tingkat keparahan stenosis.
Beban berlebih pada ventrikel kanan menyebabkan peningkatan kontraktilitas
dan pelebaran yang menyebabkan peningkatan tekanan dinding dan hipertrofi
ventrikel kanan kompensasi. Peningkatan massa otot memungkinkan ventrikel
kanan untuk mempertahankan curah jantung yang normal. Hipertrofi ventrikel
kanan dapat menyebabkan penurunan komplians ventrikel dan mengakibatkan
peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kanan dan peningkatan tekanan
atrium kanan. Seiring waktu, hipertrofi dan kekakuan ventrikel kanan yang
progresif dapat menyebabkan disfungsi diastolik dan sistolik ventrikel kanan
(Ruckdeschel and Kim, 2019).
4. Prevalensi
Stenosis Jantung terjadi pada sekitar 1 per 2000 kelahiran hidup di seluruh
dunia. Prevalensi tampaknya terus meningkat dari waktu ke waktu. Prevalensi kelahiran
sedikit lebih tinggi di Asia dibandingkan dengan Eropa dan Amerika Serikat. Penyebab
yang mendasari tidak diketahui dengan baik, tetapi harus dicari pada faktor genetik,
lingkungan, dan makanan. Ada semakin banyak bukti bahwa modifikasi epigenetik
memainkan peran penting dalam penyakit tertentu selain genetika, dan ini mungkin juga
berlaku untuk Stenosis Jantung. Karena semakin banyak pasien menjalani perbaikan
bedah atau intervensi selama masa kanak-kanak, semakin banyak orang dewasa akan
terlihat dengan sisa lesi jangka panjang seperti pulmonary regurgitation (PR) dan
restenosis (Cuypers et al., 2012).
BAB III
STATUS KLINIS
B. CATATAN KLINIS
(Medika mentosa, hasil lab, foto rontgen, MRI, CT-Scan, dll)
Tidak ada
B. ANAMNESIS
(AUTO/HETEO)
1. KELUHAN UTAMA
Sesak nafas, jantung berdebar, batuk dan panas.
5. ANAMNESIS SISTEM
C. PEMERIKSAAN
1.PEMERSAAN FISIK
a) TANDA-TANDA VITAL
Tekanan Darah : 110/80 mmHg (normal)
Denyut nadi : 80/ menit (normal)
Pernapasan : 30 x/ menit (normal)
Temperatur : 38 c (hipertermi)
Tinggi badan : 110 cm (normal)
Berat badan : 25 kg (normal)
c) PALPASI
(Nyeri, Spasme, Suhu lokal, tonus, bengkak, dll)
Nyeri tekan, spasme otot bantu pernafasan, suhu local panas\
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM
d) PERKUSI
Perkusi langsung : nyeri pada dada
Perkusi tidak langsung : hipersonan
e) AUSKULTASI
Terdengar suara mur-mur/ bising
f) GERAK DASAR
Gerak Aktif :
Gerak Pasif :
Isometrik :
Tidak dilakukan
2.PEMERIKSAAN SPESIFIK
(Nyeri, MMT, LGS, Antropometri, Sensibilitas, Tes Khusus, dll)
1. VAS
Diam : 2
Tekan : 4
Gerak : 6
2. Borg scale
Skala : 3 (sedang)
3. Antropometri
Axilla : 1
Costa 4-5 : 1
Xyphoideus : 1
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM
4. Bartel Index
Skala : 90 (ketergantungan moderat )
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM
D. UNDERLYING PROCCESS
Aliran darah menurun
Dilatasi/ hipertrofi
Stenosis mitral
Nyeri
Sesak nafas
Streatching
Abdominal ,
diafragma Breathing
exercise ROM exercise
Mobilisasi
sangkat thorax
Aerobic exercise
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM
E. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
(International Clatification of Functonal and disability)
Takipneu, cough , pain, spasme, hipertermi et causa stenosis mitral
Impairment
Ada sesak nafas
Ada nyeri dada
Ada spasme otot pernafasan
Ada batuk
Ada panas
Functional Limitation
Kesusahan dalam bernafas, kesusahan menggerak dada karena nyeri,
penurunan ADL
Disability
Kesusahan dalam bermain dan bersosialisasi di masyarakat.
F. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad cosmeticam : bonam
G. PROGRAM/RENCANA FISIOTERAPI
1.Tujuan treatment
a) Jangka Pendek
Mengurangi sesak nafas
Mengurangi nyeri dada
Mengurangi spasme
Mengurangi batuk
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM
b) Jangka Panjang
Meningkatkan aktivitas fungisonal dan daily living
Meningkatkan kebugaran pasien.
2. Rencana tindakan
a) Teknologi Fisioterapi
Breathing Excecise
tujuannya untuk melatih pernapasan, mengurangi sesak napas,
meningktakan ekspansi thorax, dan menjaga kemampuan fungsional paru
Mobilisasi sangkar thorax
tujuannya agar otot-otot pernafasan dan otot bantu pernafasan yang
mengalami ketegangan akan menjadi rileks.
ROM exercise
Untuk meningkatkan lingkup gerak sendi.
Streatching
Untuk meningkatkan elastisitas otot, mengurangi nyeri
Aerobic exercise
Tujuannya untuk melatih pernafasan dan kebugaran tubuh
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM
H. PROGNOSIS
I. PELAKSANAAN FISIOTERAPI
Fase 2
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM
Fase 3
Sesak nafas Aerobic exercise Mengurangi sesak Frekuensi: 2 kali
dan meningkatkan seminggu
kebugaran Intensitas: rendah
Time : 15-30 menit
Teknik : speda statis,
latihan jalan, senam,
yoga.
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM
N. CATATAN TAMBAHAN
Tidak ada
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Stenosis pulmonal adalah kelainan pada jantung dimana aliran darah dari
vertrikel kanan jantung tersumbat pada katup pulmonal. Stenosis diklasifikasikan
berdasarkan tempat kejadiannya yaitu ada 3 :Stenosis Katup Trikuspid, Stenosis Katup
Mitral dan Stenosis Katup Aorta. Penyebab stenosis sampai saat ini belum diketahui
tetapi ada faktor dari endogen dan eksogen yang menyebabkan timbulnya penyakit
stenosis jantung. Tanda gejala dari stenosis jantung adalah seperti sesak nafas, mudah
lelah saat beraktivitas serta nyeri disekitar dada.
DAFTAR PUSTAKA
Dosen Pengampu :
Ali Multazam, S.Ft., Physio., M. Sc
Disusun Oleh :
Tri Noor Cahyo Widodo (201810490311020)
Katup jantung merupakan bagian yang terdapat pada setiap ruang jantung atau
pembatas yang dapat terbuka dan tetutup pada saat darah masuk dari atrium ke ventrikel.
Katup jantung berfungsi mengendalikan jalannya aliran darah dari dan keluar jantung.
Dengan adamya katup jantung ini organ vital dapat menjalankan perannya dalam
mengalirkan darah ke paru-paru dan seluruh tubuh. Berikut katup yang terdapat pada
jantung, antara lain:
1. Katup Atrioventrikular
a) Katup Mitral : Terletak antara atrium kiri dengan ventrikel kiri
b) Katup Trikuspidalis : Terletak antara atrium kanan dengan ventrikel kanan
2. Katup Semilunar
a) Katup Aorta : Terletak antara ventrikel kiri dengan pembuluh darah aorta
b) Katup Pulmonalis : Terletak antara ventrikel kanan dengan arteri pulmonalis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Insufisiensi katup mitral merupakan suatu kondisi dimana terdapat refluks
(kembali) darah dari ventrikel kiri ke atrium kiri pada saat fase sistolik, akibat katup
mitral tidak menutup secara sempurna. Dalam kondisi normal, peredaran darah
bersih yang kaya oksigen akan mengalir dari atrium kiri jantung ke ventrikel kiri
jantung. Setelah itu, darah bersih dipompa dari ventrikel kiri jantung ke aorta dan
diedarkan ke seluruh tubuh.Insufisiensi mitral menyebabkan kurangnya darah bersih
yang bisa dipompa ke seluruh tubuh. Akibatnya jantung bekerja lebih keras untuk
menutupi kekurangan tersebut.
B. Etiologi
Penyebab dari terjadinya insufisiensi katup mitral meliputi penyakit jantung
bawaan (genetik), penyakit jantung koroner, infeksi pada endokarditis, penyakit
jantung rematik, kardiomiopati, dan lainnya.
C. Patofisiologi
Perjalanan penyakit insufisiensi katup mitral ini bermula dari faktor pemicu
atau penyabab yang menyerang ruang organ jantung sehingg dapat menimbulkan
permasalahan atau kerusakan jaringan pada jantung. Kerusakan jaringan tersebut
akan menyebabkan permasalahan padalapisan jantung khususnya mengenai endotel
katup, yang mengakibatkan pembengkakan daun katup dan erosi pinggir daun
katup. Hal ini mengakibatkan tidak sempurnanya daun katup trikuspidalis menutup
pada saat fase sistolik, yang mana hal tersebut memicu terjadinya aliran darah dari
ventrikel kiri kembali ke atrium kiri sehingga mengakibatkan penurunan suplai
darah ke aorta dan seluruh tubuh. Hal ini mengakibatkan penurunan curah sekuncup
ventrikel (cardiac output) sehingga jantung berkompensasi dengan dilatasi ventrikel
kiri, peningkatan kontraksi miokardium, hipertrofi dinding ventrikel dan dinding
atrium, sehingga terjadi penurunan kemampuan atrium kiri untuk memompa darah
hal ini mengakibatkan kongesti vena pulmonalis dan darah kembali ke paru-paru
mengakibatkan terjadi edema intertisial paru, hipertensi arteri pulmonalis,
hipertensiventrikel kanan sehingga dapat mengakibatkan gagal jantung kanan.
D. Prevalensi
Dalam beberapa dekade terakhir telah terjadi perubahan etiologi penyakit
jantung katup. Walaupun sebagian besar terjadi pada negara maju, namun pada
negara berkembang mulai terlihat perubahan komposisi etiologi tipe penyakit
jantung katup tersebut. Pada umumnya, penyakit jantung katup (organik)
disebabkan karena infeksi rematik, kelainan degeneratif, dan “modern type” atau
etiologi baru penyakit jantung katup. Etiologi baru atau ”modern type” ini
antara lain adalah akibat infeksi HIV, akibat obat-obatan (obat penekan napsu
makan), dan kelainan idiopatik lainnya (sindrom antiphospholipid).
Pada registri katup Eropa, kelainan katup yang paling banyak adalah
stenosis aorta akibat degeneratif (kalsifkasi). Indonesia belum mempunyai data
resmi mengenai prevalensi penyakit jantung katup menurut etiologi maupun jenis
kelainannya. Pada RS Jantung Harapan Kita (RSJHK) sebagai pusat rujukan
jantung nasional, terlihat bahwa stenosis aorta akibat degeneratif adalah jenis
kelainan katup yang jarang dijumpai. Hal ini belum tentu disebabkan karena
prevalensi yang rendah, namun mungkin karena deteksi yang kurang atau
rendahnya kesadaran pasien untuk datang berobat.Kelainan yang paling sering
dijumpai pada RSJHK adalah kelainan katup mitral akibat degeneratif dan rematik
(Soesanto, 2012).
E. Tanda & Gejala
Kondisi insufisiensi katup mitral akan menyebabkan timbulnya tanda dan
gejala seperti gagal jantung kongestif, yaitu sesak nafas, edema paru, orthopneu,
paroxysmal nocturnal dyspnea. Gejala yang timbul disebabkan oleh penurunan
cardiac output. Kolap kardiovaskular yang disertai syok (syok kardiogenik) sering
terjadi pada pasien dengan insufisiensi mitral akut oleh karena rupture m. papillary.
Selain itu, tanda dan gejala lainnya adalah mudah merasa lelah, nyeri pada dada,
dan detak jantujng cepat.
STATUS KLINIS MAHASISWA FISIOTERAPI UMM
BAB III
STATUS KLINIS
B. CATATAN KLINIS
(Medika mentosa, hasil lab, foto rontgen, MRI, CT-Scan, dll)
Medika mentosa : nitrogliserin tablet 2,5 mg
X-ray
5. ANAMNESIS SISTEM
Kepala dan Leher : (-) Tidak ada keluhan
Respirasi : (+) Adanya sesak napas
Kardiovaskular : (+) Adanya rasa nyeri pada kedua dada
Musculoskeletal : (-) Tidak ada keluhan
Neuromuscular : (-) Tidak ada keluhan
Urogenital : (-) Tidak ada keluhan
Gastrointestinal : (-) Tidak ada keluhan
C. PEMERIKSAAN
1. PEMERIKSAAN FISIK
a) TANDA-TANDA VITAL
Tekanan Darah : 135/90 mmHg (Pre hipertensi)
Denyut Nadi : 80 kali/menit (Normal)
Pernapasan : 30 kali/menit (Takipnea)
Temperatur : 36,5 ºC (Normal)
STATUS KLINIS MAHASISWA FISIOTERAPI UMM
c) PALPASI
(Nyeri, Spasme, Suhu lokal, tonus, bengkak, dll)
a. Adanya nyeri tekan pada area dada pasien
b. Adanya spasme pada otot-otot bantu pernapasan (abdominal muscle)
pasien
d) PERKUSI
Terdengar suara pekak pada area jantung dan pada paru terdengar suara
sonor.
e) AUSKULTASI
f) GERAK DASAR
Gerak Aktif :
Pada ekstremitas atas dan bawah pasien mampu menggerakkan
ekstremitasnya.
Nyeri Kemampuan
Regio
Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra
SHOULDER
2. PEMERIKSAAN SPESIFIK
(Nyeri, MMT, LGS, Antropometri, Sensibilitas, Tes Khusus, dll)
1. VAS
Diam : 4
Tekan : 6
Gerak : 8
2. Borg scale
Skala : 5 (berat)
3. Antropometri
Axilla : 0,5
Costa 4-5 : 0,5
Xyphoideus : 0,5
4. Bartel Index
Skala : 90 (ketergantungan moderat )
STATUS KLINIS MAHASISWA FISIOTERAPI UMM
D. UNDERLYING PROCCESS
E. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
(International Clatification of Functonal and disability)
Pain, Dyspnea, Spasme et causa insufisiensi katup mitral
Impairment
Pain, dyspnea, spasme otot pernapasan
Functional Limitation
Penurunan aktivitas fungsional
Sesak saat beraktivitas
Disability
b) Jangka Panjang
- Menghilangkan nyeri
- Menghilangkan sesak napas
- Menghilangkan spasme otot
- Mengembalikan kemampuan fungsional pasien
STATUS KLINIS MAHASISWA FISIOTERAPI UMM
2. Rencana Tindakan
a) Teknologi Fisioterapi
- Breathing Exercise
Bertujuan untuk mengurangi nyeri dada, sesak napas dan memperbaiki
pola pernapasan pasien.
- Mobilisasi Sangkar Thorax
Bertujuan untuk mengurangi nyeri dada, sesak napas dan memperbaiki
pola pernapasan pasien.
- Kompres Hangat
Bertujuan untuk merelaksasikan otot dan mengurangi nyeri.
- Stretching
Bertujuan untuk megurangi nyeri serta meningkatkan fleksibilitas dan
elastisitas otot bantu pernapasan (abdominal muscle).
- Latihan Aerobik Low Impact
Bertujuan untuk megontrol aliran darah dan meningkatkan kualitas
pernapasan pasien.
STATUS KLINIS MAHASISWA FISIOTERAPI UMM
G. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad sanam : Bonam
Quo ad fungsionam : Bonam
Quo ad cosmeticam : Dubia ad Bonam
H. PELAKSANAAN FISIOTERAPI
a) Breathing Exercise
Frekuensi : 1-2 kali sehari
Intensitas : Toleransi pasien
Time : 10-15 menit
Teknik : Deep breathing
b) Mobilisasi Sangkar Thorax
Frekuensi : 1-2 kali seminggu
Intensitas : Toleransi pasien
Time : 10-15 menit
Teknik : Chest breathing
c) Kompres Hangat
Frekuensi : 2 kali sehari
Intensitas : 40-43 ºC
Time : 15-20 menit
Teknik : Relaksasi otot
d) Stretching Exercise
Frekuensi : 2 kali seminggu
Intensitas : 5-10 repetisi/ toleransi pasien
Time : 10-15 menit
Teknik : Active dan passive stretching
e) Latihan Aerobik Low Impact
Frekuensi : 3-5 kali seminggu
Intensitas : Rendah
Time : 30-60 menit
Teknik : Latihan jalan, bersepeda, treadmil
STATUS KLINIS MAHASISWA FISIOTERAPI UMM
Terdapat penurunan nyeri gerak diam dan tekan yang dialami pasien.
2. Borg scale
Treatment T0 T1 T2 T3
ke-
Skala 3 3 2 1
Terdapat penurunan skala sesak napas yang dialami pasien.
3. Antropometri
Treatment ke- Axilla Costa 4-5 Xyphoideus
T0 0,5 0,5 0,5
T1 1 1 1
T2 1,8 1,8 1,8
T3 2 2 2
Terdapat peningkatan dari ekspansi Thorax
4. Bartel Index
T0 T1 T2 T3
c) CATATAN TAMBAHAN
BAB IV
KESIMPULAN
Katup jantung merupakan bagian yang terdapat pada setiap ruang jantung atau
pembatas yang dapat terbuka dan tetutup pada saat darah masuk dari atrium ke ventrikel.
Insufisiensi katup mitral merupakan suatu kondisi dimana terdapat refluks (kembali) darah
dari ventrikel kiri ke atrium kiri pada saat fase sistolik, akibat katup mitral tidak menutup
secara sempurna. Penyebab dari terjadinya insufisiensi katup mitral meliputi penyakit
jantung bawaan (genetik), penyakit jantung koroner, infeksi pada endokarditis, penyakit
jantung rematik, kardiomiopati, dan lainnya. Gejala yang timbul disebabkan oleh
penurunan cardiac output. Pemeriksaan yang dilakukan berupa pemeriksaan tanda tanda
vital, palpasi, perkusi, auskultasi, gerak dasar, dan pemeriksaan spesifik berupa VAS untuk
mengukur nyeri, RPE Borg Scale. Intervensi yang diberikan berupa Breathing Exercise,
Mobilisasi sangkar thorax, kompres hangat, Streaching Exercise dan latihan aerobic low
Impac.
DAFTAR PUSTAKA
Dosen Pengampu :
Ali Multazam, S.Ft., Physio., M. Sc
Disusun Oleh :
Tri Noor Cahyo Widodo (201810490311020)
Banyak gangguan jantung yang harus diselesaikan dengan tindakan operasi, seperti
penyakit jantung koroner, penyakit jantung bawaan, kelainan katup maupun tumor dalam
ruang jantung. Salah satu jenis operasi yang dilakukan untuk mengatasi masalah obstruski
atau stenosis koroner adalah Coronary Artery Bypass Graft (selanjutnya disebut CABG)
yaitu : konstruksi jalur (conduits) baru antara aorta (atau arteri mayor lainnya) dan bagian
arteri yang mengalami obstruksi atau stenosis (Inwood, 2002). Jadi CABG adalah membuat
jalan pintas untuk mengatasi akibat dari obstruksi atau stenosis arteri pada otot jantung agar
area jantung yang mengalami infark akibat kekurangan oksigen dapat diatasi. Jalan pintas
biasanya menggunakan vena saphena dan arteri mamaria interna dari kliennya sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Penyakit jantung koroner (PJK) atau penyakit arteri koroner (PAK) adalah
gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah karena adanya
penyempitan pembuluh darah koroner. Secara klinis, ditandai dengan nyeri dada
atau terasa tidak nyaman di dada atau dada terasa tertekan berat ketika sedang
mendaki/kerja berat ataupun berjalan terburu-buru pada saat berjalan di jalan datar
atau berjalan jauh.
B. Etiologi
Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan,
penyumbatan, atau kelainan pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah tersebut dapat menghentikan aliran darah ke otot
jantung yang sering ditandai dengan nyeri. Dalam kondisi yang parah, kemampuan
jantung memompa darah dapat hilang.Hal ini dapat merusak sistem pengontrol
irama jantung dan berakhir dan berakhir dengan kematian (Hermawatirisa, 2014).
Labarthe (2011) menyebutkan penyebab utama penyakit jantung koroner
adalah riwayat keluarga dengan penyakit jantung koroner, pola makan, tubuh yang
kurang aktif, obesitas, kolesterol dalam darah, hipertensi, diabetes melitus,, rokok.
C. Patofisiologi
Berdasarkan proses patofisiologi dan derajat keparahan myokard iskemik dapat
digambarkan sebagai berikut:
Stable Angina
Stable angina kronik adalah manifestasi yang dapat diramalkan, nyeri dada
sementara yang terjadi selama kerja berat atau stres emosi. Umumnya disebabkan
oleh plak atheromatosa yang terfiksir dan obstruktif pada satu atau lebih arteri
koroner. Pola nyerinya berhubungan dengan derajat stenosis. Seperti yang
digambarkan saat atherosclerosos stenosis menyempitkan lumenarteri koroner lebih
dari 70% menurunkan kapasitas aliran untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Saat
aktivitas fisik berat, aktivitas sistim saraf meningkatkan denyut jantung, tekanan
darah dan kontraktilitas yang meningkatkan kebutuhan konsumsi oksigen. Selama
kebutuhan oksigen tak terpenuhi, terjadi iskemik miokard diikuti angina pectoris
yang mereda bila keseimbangan oksigen terpenuhi. Sebenarnya oksigen yang
inadekuat selain disebabkan oleh atheroscleosis juga disebabkan oleh kerusakan
endotel namun pada kasus ini vasodilatasi distal dan aliran kolateral masih
berlangsung baik sehingga kebutuhan oksigen masih bisa diseimbangkan dengan
cara beristirahat.
Unstable angina
Pasien dengan unstable angina akan mengalami nyeri dada saat aktivitas
berat namun kemudian masih tetap berlangsung saat istirahat. Ini adalah tanda akan
terjadi infark miokard akut . Unstable angina dan MI akut merupakan sindrom
koroner akut karena ruptur dari atherosclerotic plak pada pembuluh darah koroner.
D. Epidemiologi
Menurut laporan American Heart Association (AHA), setiap tahun di
Amerika ada sekitar 700.000 penderita baru masuk rumah sakit disebabkan oleh
penyakit jantung koroner, dan 40% dari jumlah tersebut meninggal dunia. Persentasi
ini di beberapa negara maju sama besar. Prevalensi PJK di Indonesia adalah
18,3/100.000 penduduk pada golongan usia 15−24 tahun, meningkat menjadi
174,6/100.000 penduduk pada golongan usia 45−54 tahun, dan meningkat menjadi
461,9/100.000 penduduk pada usia >55 tahun.
E. Tanda Gejala
Angina pektoris merupakan tanda klinis pertama pada sekitar 50% pasien
yang mengalami penyakit jantung koroner. Pasien datang dengan keluhan nyeri
dada yang khas, yaitu seperti rasa ditekan atau terasa berat seperti ditimpa beban
yang sangat berat dan terkadang hanya mengeluh perasaan tidak enak di dada
karena pasien tidak dapat menjelaskan dengan baik. Sering pasien merasakan nyeri
dada di daerah sternum atau di bawah sternum (substernal), atau dada sebelah kiri
dan kadang-kadang menjalar ke lengan kiri, dapat menjalar ke punggung, rahang,
leher, atau ke lengan kanan.
Nyeri dada pada angina pektoris biasanya timbul pada saat melakukan
aktivitas, misalnya sedang berjalan cepat, tergesa-gesa, atau sedang berjalan
mendaki atau naik tangga. Pada kasus yang berat aktivitas ringan seperti mandi atau
menggosok gigi, makan terlalu kenyang, emosi, sudah dapat menimbulkan nyeri
dada.
Nyeri dada tersebut segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya.
Serangan angina dapat timbul pada waktu istirahat atau pada waktu tidur malam.
Lamanya nyeri dada biasanya berlangsung 1-5 menit. Bila nyeri dada
berlangsunglebih dari 20 menit, mungkin pasien mendapat serangan infark miokard
akut dan bukan angina pektoris biasa. Pada angina pektoris dapat timbul keluhan
lain seperti sesak napas, mual, muntah, perasaan lelah, pucat dan terkadang nyeri
dada disertai keringat dingin (Mboi, 2014).
F.
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM
BAB III
STATUS KLINIS
B. CATATAN KLINIS
(Medika mentosa, hasil lab, foto rontgen, MRI, CT-Scan, dll)
Tidak ada
5. ANAMNESIS SISTEM
c) PALPASI
(Nyeri, Spasme, Suhu lokal, tonus, bengkak, dll)
Spasme otot bantu pernafasan
d) PERKUSI
Normal
e) AUSKULTASI
normal
f) GERAK DASAR
Gerak Aktif :
Gerak Pasif :
Isometrik :
Tidak dilakukan
2. Antropometri
Axilla : 1
Costa 4-5 : 1
Xyphoideus : 1
3. Bartel Index
Skala : 90 (ketergantungan moderat )
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM
D. UNDERLYING PROCCESS
IV.
Lemak kolesterol meningkat, pembentukan plak lemak
massage
Abdominal ,
diafragma Breathing
exercise ROM exercise
Mobilisasi streatching
sangkat thorax
strengthening
Aerobic exercise
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM
E. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
(International Clatification of Functonal and disability)
Spasme, fatique, weakness et causa post op CABG
Impairment
Ada spasme otot pernafasan
Ada kelemahan otot
Ada kelelahan
Ada penurunan ROM
Functional Limitation
Pasien susah bernafas, susah menegakkan badannya, kesulitan menggerakan
tubuhnya, kesulitan mengatur pola nafas.
Disability
Pasien Kesulitan untuk bersosialisasi, kesulitan dalam bekerja.
PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanam : bonam
Ad fungsionam : bonam
Ad cosmeticam : bonam
a. PROGRAM/RENCANA FISIOTERAPI
1.Tujuan treatment
a) Jangka Pendek
Mengurangi spasme
Mengatur pola nafas pasien
Meningkatkatkan ROM
Meningkatkan kekuatan otot
b) Jangka Panjang
Meningkatkan ADL pasien
Meningkatkan kebugaran pasien
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM
2. Rencana tindakan
a) Teknologi Fisioterapi
Breathing Excecise
tujuannya untuk melatih pernapasan, mengurangi sesak napas, meningktakan
ekspansi thorax, dan menjaga kemampuan fungsional paru
Mobilisasi sangkar thorax
tujuannya agar otot-otot pernafasan dan otot bantu pernafasan yang mengalami
ketegangan akan menjadi rileks.
Massage
Memberi rileksasi otot dan mempercepat penyembuhan.
Aerobic exercise
Tujuannya untuk melatih pernafasan dan kebugaran tubuh
Streatching
Untuk meningkatkan elastisitas otot
Strengthening
Untuk meningkatkan kekuatan otot
b. ROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanam : bonam
Ad fungsionam : bonam
Ad cosmeticam : bonam
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM
c. PELAKSANAAN FISIOTERAPI
Fase 2
spasme massage Mengurangi F: 2 kali seminggu
spasme, T: 15 menit
melancarkan I: disesuaikan
sirkulasi darah, toleransi pasien
rileksasi. t: friksien.
Fase 3
Sesak nafas Aerobic exercise Mengurangi Frekuensi: 2 kali
sesak dan seminggu
meningkatkan Intensitas: rendah
kebugaran Time : 15-30 menit
Teknik : speda statis,
latihan jalan, senam,
yoga.
Fase 4
weakness Strengthening Meningkatkan Frekuensi: 2 kali
kekuatan otot seminggu
Intensitas: rendah
Time : 15-30 menit
Teknik : isotonik,
isometrik
STATUS KLINIS MAHASISWA
FISIOTERAPI UMM
K. HASIL EVALUASI TERAKHIR
1. Borg scale
Treatment T0 T1 T2 T3
ke-
Skala 5 3 1 0
Terdapat penurunan skala sesak napas.
2. Antropometri
Treatment ke- Axilla Costa 4-5 Xyphoideus
T0 1 1 1
T1 1,5 1,5 1,5
T2 1,8 1,8 1,8
T3 2 2 2
Terdapat peningkatan Ekspansi Thorax
3. Bartel Index
T0 T1 T2 T3
N. CATATAN TAMBAHAN
Tidak ada
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Penyakit jantung koroner (PJK) atau penyakit arteri koroner (PAK) adalah
gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan
pembuluh darah koroner.
Secara klinis, ditandai dengan nyeri dada atau terasa tidak nyaman di dada atau dada
terasa tertekan berat ketika sedang mendaki/kerja berat ataupun berjalan terburu-buru pada
saat berjalan di jalan datar atau berjalan jauh.
Penyebab utama penyakit jantung koroner adalah riwayat keluarga dengan penyakit
jantung koroner, pola makan, tubuh yang kurang aktif, obesitas, kolesterol dalam darah,
hipertensi, diabetes melitus,, rokok.