Kelompok 2 :
1. Sri Khofifah Farina Zukhaeri ( 201810490311003)
2. Mahiza Rahmayani ( 201810490311004)
3. Baiq Reza Hariyati Pratiwi ( 201810490311005)
4. Alfin Ahsanuddin ( 201810490311046)
5. Wildha Rosita ( 201810490311047)
Pembahasan materi
1. Pendahuluan, pengenalan Bell’s Palsy
A. ORIGO
Nervus ini berasal dari angulus cerebellopontin yang merupakan
bagian lateral dari pontomedullary junction. Nervus facialiskeluar
dari batang otak membawa serat-serat saraf untuk mengecap
dan sekretori viscero eferen (parasimpatis)(Monkhouse, 2006)
B. JALUR
Jalur dari nervus facialis dibagimenjadi 6 segmen
(Kahle & Frotscher, 2003) :
1. Segmen intracranialis (cisternal)
2. Segmen meatus(dari batang otak menuju ke meatus acouticus internus)
3. Segmen labirin (dari meatus acouticus internus menuju ke ganglion
geniculatum)
4. Segmen tympani (dari ganglion geniculatum menuju ke eminensia
pyramidalis)
5. Segmen mastoid (dari eminensia pyramidalis menuju ke foramen
stylomastoideus).
6. Segemen ekstratemporalis (dari foramen stylomastoideus menuju ke post
rami parotis)
C. CABANG-CABANGNYA
1. Rami Intracranialis
a. Nervus petrosus superficialis major
yang berasal dari ganglion
geniculatum
b. Ramus communicans
ganglionoticum
c. Nervus stapedius
d. Chorda tympani
2. Rami Extracranialis
a. Nervus auricularis posterior
b. Ramus belly posterior
musculusdigastricusbegitu juga
dengan musculus stylohyoideus
c. Di kelenjar parotis
rami temporalis
rami zygomaticum
rami buccalis
rami mandibularis marginalis
rami cervicalis dan auricularis Wardana, I. N. G. (2017). Aspek Anatomi Klinis Nervus Facialis.
posterior https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/fae74
4f37c82b5cab1e0ad0789e4a9e8.pdf
D. NUCLEUS
Badan sel dari nervus facialis yang berkelompok secara
anatomi dikenal dengan istilah nuclei atau ganglia. Badan
sel untuk saraf aferen terletak di ganglion geniculatum
untuk rasa kecap. Badan sel untuk saraf eferen muskular
terletak di nucleus motorik facialis, dan badan sel untuk
saraf eferen parasimpatis terletak di nucleus salivatorius.
(Monkhouse, 2006; Mooreetal, 2015).
E. EMBRIOLOGIS
Nervus facialis secara embriologis berasal dari arcus
pharyngealis atau branchialis kedua. Nervus facialis
memberikan innervasi motorik dan sensorik untuk otot-
otot yang berasal dari arcus pharyngealis kedua,
termasuk otot-otot mimik wajah, posterior belly dari
musculus digastricus, stylohyoideus dan stapedius.
F. FUNGSI
1. Ekspresi Wajah
2. Sensasi wajah
Sampai sekarang bell’s palsy belum diketahui secara Penyebab munculnya bell’s palsy
pasti penyebabnya.
Udara dingin menyebabkan
lapisan endotelium dari karena adanya infeksi virus
pembuluh darah leher atau Herpes Zoster. Apabila radang
telinga rusak, sehingga herpes zoster ini menyerang
terjadi proses transduksi ganglion genikulatum maka
(proses mengubah dari suara dapat menyebabkan parallisis
kebentuk lain) dan pada otot wajah yang dipersarafi.
mengaibatkan foramen
stilomastoideus bengkak.
Nervus fasialis yang Faktor Herediter
melewati daerah tersebut
terjepit sehingga rangsangan Teori ni menjelaskan bahwa bell’s
yang dihantarkan terhambat palsy bisa disebabkan karena
yang menyebabkan otot-otot ketururnan, dimana kelainan
wajah mengalami kelemahan kanalis facialis yang sempit dan
atau kelumpuhan system enzin.
ketika disuruh menutup kelopak mata maka Apabila berkumur atau minum air maka air
bola mata tampak berputar. keluar dari sisi mulut yang lumpuh.
Penderita tidak dapat bersiul atau meniup.. Hilangnya ketajaman pengecapan lidah
01
Ketidakstabilan Otonom Sistem imun menurun
Suhu dingin
Vakospasme
N. VII terjepit
Kasus
Seorang pasien bernama ny raji berumur 26 tahun (1994) beralamat di sanan malang, datang
ke polifisioterapi dengan keluhan muka perot ke arah kanan, tidak dapat makan dan minum
dengan benar, tidak dapat menutup mata sendiri, susah saat berbicara, bagian wajah kiri terasa
tebal dan sesekali terasa kesemutan serta harus menggunakan masker untuk menutupi
wajahnya empat hari lalu tepat hari sabtu malam pasien pergi liburan ke pasar malam bersama
suami dan anaknya, saat itu pasien sedang flu dan ada sedikit rasa nyeri pada belakang telinga
kiri, pasien pulang pukul 22.00 dan suasana terasa sangat dingin, pasien mulai merasa tebal
pada muka bagian kirinya saat mencuci muka malam itu, pagi harinya pasien sudah tidak bisa
menutup mata dan berbicara dengan normal, pasien mengira terkena stroke sehingga langsung
memeriksakan diri ke rumah sakit pada hari senin, pasien didiagnosa bell’s palsy oleh dokter
saraf dan langsung dirujuk ke poli fisioterapi. Pasien belum bisa mengangkat alis, menutup
mata, tersenyum, dan ketika minum selalu tumpah, namun ada sedikit gerakan kontraksi.
Lakukan penatalaksanaan fisioterapi dari anamnesis hingga evaluasi (status klinis lengkap).
STATUS KLINIS
A. DIAGNOSIS MEDIS
Bell’s Palsy
B. CATATAN KLINIS
(-) Tidak ada
A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
STATUS KLINIS
B. ANAMNESIS ( AUTO/HETERO)
1. KELUHAN UTAMA
Rasa tebal pada wajah bagian kiri dan sesekali merasa kesemutan,
tidak dapat makan dan minum dengan benar, tidak dapat menutup mata
sendiri, susah saat berbicara, dan muka perot ke arah kanan.
5. ANAMNESIS SISTEM
Kepala & leher : (+) nyeri pada belakang telinga Kiri, muka
perot.
Respirasi : (-) Tidak ada keluhan
Kardiovaskuler : (-) Tidak ada keluhan
Musculusceletal : (+) kelemahan otot Facialis sinistra, spasme
otot facialis dextra.
Neuromuscular : (+) Penurunan sensoris N. facialis sinistra,
wajah sisi kiri terasa tebal dan kesemutan.
Urogenital : (-) Tidak ada keluahan
Gastrointestined : (-) Tidak ada keluhan
STATUS KLINIS
C. PEMERIKSAAN
1. PEMERIKSAAN FISIK
a. TANDA – TANDA VITAL
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Denyut nadi : 80x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Temperatur : 36⁰,5C
Tinggi badan : 155cm
Berat badan : 55 kg
b. INSPEKSI ( statis & dinamis )
d. PERKUSI
Tidak dilakukan.
e. AUSKULTASI
Tidak dilakukan.
STATUS KLINIS
f. GERAKAN DASAR
1)Gerak Aktif
2) Gerakan pasif
3) Gerakan Isometrik
Tidak dilakukan
STATUS KLINIS
g. KOGNITIF, INTRA-PERSONAL, INTER-PERSONAL
KFD : Pasien belum mampu menutup mata, asimetris saat memperlihatkan gigi atau
tersenyum antara kedua sisi wajah, pasien belum mampu mencucu dan bersiul,
pasien belum mampu mengangkat alis, dan pasien belum mampu mengembang
kempiskan cupping hidung.
AF : Saat makan, makanan berkumpul di sisi sebelah kiri, saat minum dan berkumur air
tumpah pada sisi kiri, mata kiri belum bisa menutup secara penuh pada saat tidur,
saat berkomunikasi pasien sedikit pelo dan suara kurang jelas.
LA : Untuk sementara waktu, pasien tidak mau bekerja (wiraswasta) dan bersosialisasi
terhadap lingkungan masyarakat sekitar karena malu.
I. PEMERIKSAAN SPESIFIK STATUS KLINIS
a. Manual muscle testing (MMT
NILAI
OTOT-OTOT FUNGSi
Sinistra Dextra
POSIS NILAI
30 % X 20 point = 6
Saat istirahat
point
30 % X 10 point = 3
Mengerutkan Interpretasi : Sedang
point
Menutup 30 % X 30 point = 9
mata rapat point
30 % X 30 point = 9
Tersenyum
point
30% X 10 point = 3
Bersiul
point
Jumlah = 30 point
STATUS KLINIS
I. PEMERIKSAAN SPESIFIK
c. Tes Sensoris
• Tajam dan Tumpul : (+) pasien tidak dapat membedakan tajam
dan tumpul
• Kasar dan Halus : (+) pasien tidak dapat membedakan kasar
dan halus
• Panas dan dingin : (-) pasien dapat membedakan panas dan
dingin
Terpapar Udara dingin Virus
UNDERLYING PROCESS
BELL’S PALSY
Sensorik Motorik
Weakness
MASSAGE
Elecrical Miror Exercise MWD
Stimulation
STATUS KLINIS
DIAGNOSA FISIOTERAPI
• Impairment
a) Adanya kelemahan pada otot- otot wajah kiri
b) Adanya spasme pada otot wajaha bagian kanan
c) Adanya Rasa tebal dan kesemutan pada wajah bagian kiri
• Functional of limitation
a) Adanya gangguan saat minum dan berkumur karena air tumpah pada sisi yang
lesi sebelah kiri
b) Adanya gangguan saat makan karena makanan terkumpul di sisi yang lesi
sebelah kiri
c) Adanya gangguan ekspresi
d) Mata kiri tidak dapat menutup rapat
• Disability
Adanya penurunan rasa percaya diri saat bergaul di lingkungan kerjanya karena
adanya gangguan ekspresi wajah sehingga pasien mengambil libur untuk
pekerjaannya dan menarik diri dari perkumpulan masyarakat
STATUS KLINIS
I. PROGNOSIS
I. PROGRAM/RENCANA FISIOTERAPI
1. Tujuan Treatment
A) Tujuan Jangka Pendek
a) Mengurangi Numbness dan parastesia pada sisi wajah
bagian kanan
b) Meningkatkan kekuatan otot wajah sebelah kiri
c) Menghilangkan spasme pada otot wajah bagian kanan
B) Tujuan Jangka Panjang
a) Melanjutkan tujuan jangka pendek
b) Mengembalikan kemampuan fungsional wajah
semaksimal mungkin seperti makan agar tidak terkumpul pada sisi
yang kiri, minum atau berkumur tidak tumpah pada sisi yang kiri, serta
meningkatkan kepercayaan diri pasien
STATUS KLINIS
1. Rencana Tindakan
a) MWD :
Rileksasi Otot, Meningkatkan suplai darah dan menghilangkan sisa-
sisa hasil metabolisme tubuh.
2. FACIAL MASSAGE
F : 2-3 kali repetisi
I : Kondisional
T : 10 menit
t : Kneading, effleurage, stroking
3. ELECTRICAL STIMULATION
F : 2 kali seminggu
I : sesuai toleransi pasien
T : 15 menit
t : Faradik
4. HOME CARE TERAPI LATIHAN MENGGUNAKAN MIRROR EXERCISE
F : 2-3 kali sehari
I :-
T : 10-20 Menit
t :-
HASIL EVALUASI AKHIR
Gerakan T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
M. Frontalis 1 1 1 2 2 3 3
M. Curugulur Supercili 1 1 2 2 2 3 3
M. Proccus 1 1 1 1 2 2 3
M. Orbicularis Oculi 1 1 2 2 2 3 3
M. Nasalis 1 1 2 2 2 3 3
Depressor anguli oris 1 1 1 1 2 3 3
M. Zygomalikus Major 1 1 2 2 2 2 3
M. Zygomalikus Minor 1 1 1 2 2 2 3
M. Orbicularis 1 1 1 2 2 3 3
M. Bucinator 1 1 2 2 2 2 3
M. Mentalis 1 1 1 1 2 3 3
M. Risorius 1 1 1 1 2 3 3
HASIL EVALUASI AKHIR
a. Sensori
POSISI WAJAH T0 (01,02.11) T1 (02,02.11) T2 (03,02.11) T3 (04,02,11) T4(05,02.11) T2 (03,02.11) T3 (04,02,11)
Istirahat/Diam 6 6 6 14 14 14 20
Mengerutkan Dahi 3 3 3 7 7 7 10
Menutup Mata 9 9 9 9 21 21 30
Tersenyum 9 9 9 9 21 21 30
Bersiul/Mecucu 3 3 3 7 7 7 10
Halus Tidak merasakan Tidak merasakan Tidak merasakan Tidak merasakan Tidak merasakan Merasakan Merasakan
Tumpul Tidak merasakan Tidak merasakan Tidak merasakan Tidak merasakan Tidak merasakan Merasakan Merasakan
Tajam Tidak merasakan Tidak merasakan Tidak merasakan Tisak merasakan Merasakan Merasakan Merasakan
S
2. Keluarga hendaknya memberikan motivasi kepada pasien untuk
rajin terapi dan melakukan home program atau edukasi-edukasi yang
T
telah diberikan oleh terapis untuk mendukung proses kesembuhannya.
W
O
DAFTAR PUSTAKA
Annsilva. 2010. Bell’s Palsy (Case Report). Diakses: pada tanggal 4 April
2010, dari
http://annsilva.wordpress.com/2010/04/04/bell%E2%80%99s-palsy-
case-report/
Anshar. 2009. Terapi Stimulasi Listrik. Diakses: pada tanggal 21 Juli 2009,
dari http://anshar.com/2010/07/01/archive.html/
S
Dewanto G dkk. 2009. Diagnosis dan tata laksana penyakit saraf. Jakarta :
kedokteran egc
T
Ginsberg L. 2008. Neurologi. Jakarta: Erlangga
W
Gersh, Meryl.R. 1992. Electrotherapy In Rehabilitation. F.A.Davis Company:
Philadelphia
Hardi.
2011
2008. Bells
O
Palsy. Diakses pada
dari http://www.anunda.com/support/no-mind.htm
tanggal 14 juni
S
Depkes RI:
Surakarta
Sutis. 2010. Gejala dan Penyebab Bell’s palsy. Diakses pada tanggal 25
T
Agustus 2010 dari http://www.indowebster.web.id/showthread.php?t=112101
W
Tappan, Francess.M. 1988. Healing Massage Techniques: Holistic, Classic
and Emerging. Second Edition. Appleton and Lange: California
Putz, R and R. Pabst; Sobotta Atlas Anatomi Manusia, E, C, G, Jakarta: 2002
O
Wikipedia. 2012. Bell’s palsy. Diakses: pada tanggal 11 Mei 2012, dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Bell's_palsy