Anda di halaman 1dari 37

Bell’s Palsy

Kelompok 2 :
1. Sri Khofifah Farina Zukhaeri ( 201810490311003)
2. Mahiza Rahmayani ( 201810490311004)
3. Baiq Reza Hariyati Pratiwi ( 201810490311005)
4. Alfin Ahsanuddin ( 201810490311046)
5. Wildha Rosita ( 201810490311047)
Pembahasan materi
1. Pendahuluan, pengenalan Bell’s Palsy

2. Anantomi fisiologi nervus Facialis

3. Etiologi Bell’s Palsy

4. Patofisiologi Bell’s Palsy

5. SK Fisioterapi Bell’s Palsy


01 What is Bell’s Palsy ???
Bell’s palsy merupakan kelemahan atau kelumpuhan
nervus fasialis perifer, bersifat akut, dan penyebabnya
belum diketahui secara pasti. Bell’s Palsy adalah paralisis
wajah akut akibat inflamasi dari nervus fasialis.

Insidensinya adalah sebesar 20-30 kasus dari


100.000 orang. Bell’s palsy menempati porsi sebesar
60-70% dari seluruh kasus kelumpuhan perifer wajah
unilateral (Murthy & Saxena, 2011)

Adam, O. M. (2019). Bell ’ s Palsy. 8(3), 137–149.


02 Anatomi Fisiologi Nervus Facialis

A. ORIGO
Nervus ini berasal dari angulus cerebellopontin yang merupakan
bagian lateral dari pontomedullary junction. Nervus facialiskeluar
dari batang otak membawa serat-serat saraf untuk mengecap
dan sekretori viscero eferen (parasimpatis)(Monkhouse, 2006)
B. JALUR
Jalur dari nervus facialis dibagimenjadi 6 segmen
(Kahle & Frotscher, 2003) :
1. Segmen intracranialis (cisternal)
2. Segmen meatus(dari batang otak menuju ke meatus acouticus internus)
3. Segmen labirin (dari meatus acouticus internus menuju ke ganglion
geniculatum)
4. Segmen tympani (dari ganglion geniculatum menuju ke eminensia
pyramidalis)
5. Segmen mastoid (dari eminensia pyramidalis menuju ke foramen
stylomastoideus).
6. Segemen ekstratemporalis (dari foramen stylomastoideus menuju ke post
rami parotis)
C. CABANG-CABANGNYA

1. Rami Intracranialis
a. Nervus petrosus superficialis major
yang berasal dari ganglion
geniculatum
b. Ramus communicans
ganglionoticum
c. Nervus stapedius
d. Chorda tympani
2. Rami Extracranialis
a. Nervus auricularis posterior
b. Ramus belly posterior
musculusdigastricusbegitu juga
dengan musculus stylohyoideus
c. Di kelenjar parotis
 rami temporalis
 rami zygomaticum
 rami buccalis
 rami mandibularis marginalis
 rami cervicalis dan auricularis Wardana, I. N. G. (2017). Aspek Anatomi Klinis Nervus Facialis.
posterior https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/fae74
4f37c82b5cab1e0ad0789e4a9e8.pdf
D. NUCLEUS
Badan sel dari nervus facialis yang berkelompok secara
anatomi dikenal dengan istilah nuclei atau ganglia. Badan
sel untuk saraf aferen terletak di ganglion geniculatum
untuk rasa kecap. Badan sel untuk saraf eferen muskular
terletak di nucleus motorik facialis, dan badan sel untuk
saraf eferen parasimpatis terletak di nucleus salivatorius.
(Monkhouse, 2006; Mooreetal, 2015).
E. EMBRIOLOGIS
Nervus facialis secara embriologis berasal dari arcus
pharyngealis atau branchialis kedua. Nervus facialis
memberikan innervasi motorik dan sensorik untuk otot-
otot yang berasal dari arcus pharyngealis kedua,
termasuk otot-otot mimik wajah, posterior belly dari
musculus digastricus, stylohyoideus dan stapedius.
F. FUNGSI
1. Ekspresi Wajah
2. Sensasi wajah

Wardana, I. N. G. (2017). Aspek Anatomi Klinis Nervus Facialis.


https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/fae744f37c82b5cab1e0a
d0789e4a9e8.pdf
G. OTOT-OTOT FACIAL DAN INNERVASI DARI NERVUS FACIALIS

Wardana, I. N. G. (2017). Aspek Anatomi Klinis Nervus Facialis.


https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/fae744f37c82b5cab1e
0ad0789e4a9e8.pdf
Etiologi
Idiopatik Terpapar Udara Dingin Herpes Zoster

Sampai sekarang bell’s palsy belum diketahui secara Penyebab munculnya bell’s palsy
pasti penyebabnya.
Udara dingin menyebabkan
lapisan endotelium dari karena adanya infeksi virus
pembuluh darah leher atau Herpes Zoster. Apabila radang
telinga rusak, sehingga herpes zoster ini menyerang
terjadi proses transduksi ganglion genikulatum maka
(proses mengubah dari suara dapat menyebabkan parallisis
kebentuk lain) dan pada otot wajah yang dipersarafi.
mengaibatkan foramen
stilomastoideus bengkak.
Nervus fasialis yang Faktor Herediter
melewati daerah tersebut
terjepit sehingga rangsangan Teori ni menjelaskan bahwa bell’s
yang dihantarkan terhambat palsy bisa disebabkan karena
yang menyebabkan otot-otot ketururnan, dimana kelainan
wajah mengalami kelemahan kanalis facialis yang sempit dan
atau kelumpuhan system enzin.

Permadani,A.W, (2019), Fisioterapi Manajement Komprehensif Praklinik. Jakarta


Tanda-tanda Gejala
Mulut tampak mencong terlebih ketika
meringis .

Kelopak mata tidak dapat dipejamkan


( lagoftalmos)

ketika disuruh menutup kelopak mata maka Apabila berkumur atau minum air maka air
bola mata tampak berputar. keluar dari sisi mulut yang lumpuh.

Penderita tidak dapat bersiul atau meniup.. Hilangnya ketajaman pengecapan lidah

Moch, B. (2017). Bell’s Palsy (BP). Saintika Medika, 7(2), 20–25.


https://doi.org/10.22219/sm.v7i2.4073
Patofisiologi Bell’s Palsy
Etiologi

01
Ketidakstabilan Otonom Sistem imun menurun
Suhu dingin

Respon simpati meningkat Infeksi /reaktivitas infeksi Iritasi N.VII


(ex: HVS 1)

Vakospasme

Inflamasi dan edema N.VII

N. VII terjepit

Iskemia N. VII Paralisis N.VII


Manajemen Kasus Bell’s Palsy

Kasus
Seorang pasien bernama ny raji berumur 26 tahun (1994) beralamat di sanan malang, datang
ke polifisioterapi dengan keluhan muka perot ke arah kanan, tidak dapat makan dan minum
dengan benar, tidak dapat menutup mata sendiri, susah saat berbicara, bagian wajah kiri terasa
tebal dan sesekali terasa kesemutan serta harus menggunakan masker untuk menutupi
wajahnya empat hari lalu tepat hari sabtu malam pasien pergi liburan ke pasar malam bersama
suami dan anaknya, saat itu pasien sedang flu dan ada sedikit rasa nyeri pada belakang telinga
kiri, pasien pulang pukul 22.00 dan suasana terasa sangat dingin, pasien mulai merasa tebal
pada muka bagian kirinya saat mencuci muka malam itu, pagi harinya pasien sudah tidak bisa
menutup mata dan berbicara dengan normal, pasien mengira terkena stroke sehingga langsung
memeriksakan diri ke rumah sakit pada hari senin, pasien didiagnosa bell’s palsy oleh dokter
saraf dan langsung dirujuk ke poli fisioterapi. Pasien belum bisa mengangkat alis, menutup
mata, tersenyum, dan ketika minum selalu tumpah, namun ada sedikit gerakan kontraksi.
Lakukan penatalaksanaan fisioterapi dari anamnesis hingga evaluasi (status klinis lengkap).
STATUS KLINIS

I. Keterangan umum penderita

Nama : Ny. Raji


Umur : 26 tahun ( 1994)
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Sanan, Malang
STATUS KLINIS

II. Data – data Medis Rumah Sakit

A. DIAGNOSIS MEDIS
Bell’s Palsy

B. CATATAN KLINIS
(-) Tidak ada

C. RUJUKAN DARI DOKTER


Rujukan dari Dokter Spesialis Saraf
STATUS KLINIS
III. SEGI FISIOTERAPI

A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
STATUS KLINIS
B. ANAMNESIS ( AUTO/HETERO)
1. KELUHAN UTAMA
Rasa tebal pada wajah bagian kiri dan sesekali merasa kesemutan,
tidak dapat makan dan minum dengan benar, tidak dapat menutup mata
sendiri, susah saat berbicara, dan muka perot ke arah kanan.

2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Empat hari lalu tepat hari sabtu malam pasien pergi liburan ke pasar
malam bersama suami dan anaknya, saat itu pasien sedang flu dan ada
sedikit rasa nyeri pada belakang telinga kiri, pasien pulang pukul 22.00
dan suasana terasa sangat dingin, pasien mulai merasa tebal pada muka
bagian kiri nya saat mencuci muka malam itu, pagi hari nya pasien sudah
tidak bisa menutup mata dan berbicara dengan normal, pasien mengira
terkena strok sehingga langsung memeriksakan diri ke rumah sakit pada
hari senin, pasien didiagnosa bell’s palsy oleh dokter saraf dan langsung
dirujuk ke poli fisioterapi.
STATUS KLINIS
3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
(-) Disangkal

4. RIWAYAT PENYAKIT PENYERTA


(-) Disangkal

5. ANAMNESIS SISTEM
Kepala & leher : (+) nyeri pada belakang telinga Kiri, muka
perot.
Respirasi : (-) Tidak ada keluhan
Kardiovaskuler : (-) Tidak ada keluhan
Musculusceletal : (+) kelemahan otot Facialis sinistra, spasme
otot facialis dextra.
Neuromuscular : (+) Penurunan sensoris N. facialis sinistra,
wajah sisi kiri terasa tebal dan kesemutan.
Urogenital : (-) Tidak ada keluahan
Gastrointestined : (-) Tidak ada keluhan
STATUS KLINIS
C. PEMERIKSAAN
1. PEMERIKSAAN FISIK
a. TANDA – TANDA VITAL
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Denyut nadi : 80x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Temperatur : 36⁰,5C
Tinggi badan : 155cm
Berat badan : 55 kg
b. INSPEKSI ( statis & dinamis )

 Statis : Asimetris pada wajah sebelah kiri


terutama pada bibir yang merot kearah kanan.
 Dinamis : asimetris pada bibir saat tersenyum
atau berbicara merot ke kanan, tidak mampu
menutup mata kiri saat mengedipkan
mata.
STATUS KLINIS
c. PALPASI

Terdapat Nyeri tekan di bagian belakang telinga kiri


pasien serta terdapat spasme pada sisi kanan wajah
pasien dan penuruanan tonus otot disebelah kiri wajah.

d. PERKUSI

Tidak dilakukan.

e. AUSKULTASI

Tidak dilakukan.
STATUS KLINIS
f. GERAKAN DASAR

1)Gerak Aktif

a) Belum mampu mengangkat alis bagian kiri


b) pasien belum mampu menutup mata kiri,
c) pasien belum sempurna menggerakkan mulut
sebelah kiri.
d) pasien belum mampu bersiul.
e) pasien belum mampu menggerakkan ke dua
alis ke medial serta belum mampu
mengembang kempiskan cupping hidung.

2) Gerakan pasif

keterbatasan gerak pada wajah sisi Dextra


karena
ada spasme

3) Gerakan Isometrik
Tidak dilakukan
STATUS KLINIS
g. KOGNITIF, INTRA-PERSONAL, INTER-PERSONAL

Kognitif : diperoleh keterangan bahwa tidak ada gangguan orientasi,


memori ataupun atensi pada pasien tersebut tetapi pasien
masih sulit untuk berkomunikasi.

Intrapersonal : diperoleh keterangan bahwa pasien paham dengan penyakitnya


dan memiliki semangat yang sangat kuat untuk segera sembuh.

Interpersonal : Pasien menerima banyak dukungan dan semangat dari


keluarga, kerabat dekat dan lingkungan sekitarnya .
STATUS KLINIS
h. KEMAMPUAN FUNGSIONAL DASAR, AKTIVITAS FUNGSIONAL, &LINGKUNGAN
AKTIVITAS

KFD : Pasien belum mampu menutup mata, asimetris saat memperlihatkan gigi atau
tersenyum antara kedua sisi wajah, pasien belum mampu mencucu dan bersiul,
pasien belum mampu mengangkat alis, dan pasien belum mampu mengembang
kempiskan cupping hidung.
AF : Saat makan, makanan berkumpul di sisi sebelah kiri, saat minum dan berkumur air
tumpah pada sisi kiri, mata kiri belum bisa menutup secara penuh pada saat tidur,
saat berkomunikasi pasien sedikit pelo dan suara kurang jelas.
LA : Untuk sementara waktu, pasien tidak mau bekerja (wiraswasta) dan bersosialisasi
terhadap lingkungan masyarakat sekitar karena malu.
I. PEMERIKSAAN SPESIFIK STATUS KLINIS
a. Manual muscle testing (MMT
NILAI

OTOT-OTOT FUNGSi
Sinistra Dextra

M. Frontalis Mengerutkan dahi dan mengangkat ke dua alis 1 3


Menggerakkan kedua alis mata ke medial,
M.Corugator Supercili sehingga terbentuk kerutan vertikal diantara 1 3
kedua alis
Mengangkat tepi lateral cuping hidung, sehingga
M. Procesus terbentuk kerutan diagonal sepanjang pangkal 1 3
hidung
M.Orbicularis Oculi Menutup Mata 1 3
M.Nasalis Mengembang kempiskan cuping hidung 1 3
M. Depressor anguli oris Menarik ujung mulut kebawah. 1 3
M.Zygomatikus Major Tersenyum 1 3
M.Zygomatikus Minor Tersenyum 1 3
M. Orbicularis Oris Gerakan bersiul atau mencucur. 1 3
Merapatkan bibir dengan pipi dikempiskan, misalnya
M. Bucinator 1 3
mengunyah.
M. Mentalis Menarik ke atas ujung dagu. 1 3
Menarik sudut bibir ke lateral dan mrmbentuk lesung
M. Risorius 1 3
STATUS KLINIS
I. PEMERIKSAAN SPESIFIK

b. Ugo fisch scale

POSIS NILAI
30 % X 20 point = 6
Saat istirahat
point
30 % X 10 point = 3
Mengerutkan Interpretasi : Sedang
point
Menutup 30 % X 30 point = 9
mata rapat point
30 % X 30 point = 9
Tersenyum
point
30% X 10 point = 3
Bersiul
point
Jumlah = 30 point
STATUS KLINIS

I. PEMERIKSAAN SPESIFIK

c. Tes Sensoris
• Tajam dan Tumpul : (+) pasien tidak dapat membedakan tajam
dan tumpul
• Kasar dan Halus : (+) pasien tidak dapat membedakan kasar
dan halus
• Panas dan dingin : (-) pasien dapat membedakan panas dan
dingin
Terpapar Udara dingin Virus

UNDERLYING PROCESS

Penyempitan Inter Neural N.VII

BELL’S PALSY

Anatomical Impairment Disability :


Adanya penurunan rasa
percaya diri saat bergaul di
Functional Limitation : lingkungan kerjanya karena
•Adanya gangguan saat adanya gangguan ekspresi
minum dan berkumur wajah sehingga pasien
Neuro Musculo karena air tumpah pada sisi mengambil libur untuk
yang lesi sebelah kiri pekerjaannya dan menarik diri
•Adanya gangguan saat dari perkumpulan masyarakat
makan karena makanan
Penyempitan N VII Kelemahan otot terkumpul di sisi yang lesi
facialis sebelah kiri
•Adanya gangguan ekspresi
•Mata kiri tidak dapat
Penurunan impuls menutup rapat

Sensorik Motorik

Weakness

Parastesia NumbNess Spasme

MASSAGE
Elecrical Miror Exercise MWD
Stimulation
STATUS KLINIS
DIAGNOSA FISIOTERAPI

Parastesia, spasme, numbness, weakness et causa bell’palsy sinistra

• Impairment
a) Adanya kelemahan pada otot- otot wajah kiri
b) Adanya spasme pada otot wajaha bagian kanan
c) Adanya Rasa tebal dan kesemutan pada wajah bagian kiri
• Functional of limitation
a) Adanya gangguan saat minum dan berkumur karena air tumpah pada sisi yang
lesi sebelah kiri
b) Adanya gangguan saat makan karena makanan terkumpul di sisi yang lesi
sebelah kiri
c) Adanya gangguan ekspresi
d) Mata kiri tidak dapat menutup rapat
• Disability
Adanya penurunan rasa percaya diri saat bergaul di lingkungan kerjanya karena
adanya gangguan ekspresi wajah sehingga pasien mengambil libur untuk
pekerjaannya dan menarik diri dari perkumpulan masyarakat
STATUS KLINIS

I. PROGNOSIS

Qua at Vitam : bonam


Qua at Sanam : bonam
Qua at Fungsionam : bonam
Qua at cosmeticam : bonam
STATUS KLINIS

I. PROGRAM/RENCANA FISIOTERAPI
1. Tujuan Treatment
A) Tujuan Jangka Pendek
a) Mengurangi Numbness dan parastesia pada sisi wajah
bagian kanan
b) Meningkatkan kekuatan otot wajah sebelah kiri
c) Menghilangkan spasme pada otot wajah bagian kanan
B) Tujuan Jangka Panjang
a) Melanjutkan tujuan jangka pendek
b) Mengembalikan kemampuan fungsional wajah
semaksimal mungkin seperti makan agar tidak terkumpul pada sisi
yang kiri, minum atau berkumur tidak tumpah pada sisi yang kiri, serta
meningkatkan kepercayaan diri pasien
STATUS KLINIS
1. Rencana Tindakan

a) MWD :
Rileksasi Otot, Meningkatkan suplai darah dan menghilangkan sisa-
sisa hasil metabolisme tubuh.

b) Elektrical Stimulation (Arus Faradik)


Membantu dalam meregenerasi saraf dan merangsang otot untuk
berkontraksi.

c) Facial Massage ( kneading,effleurage, stroking)


Mencegah kontraktur otot, meningkatkan vaskularisasi,relaksasi
otot, dan membantu mempertahankan tonus otot wajah
d) Terapi Latihan menggunakan Mirror Exercise
Meningkatkan kekuatan otot-otot wajah
1. MWD
 F : 2 x seminggu
 I : toleransi pasien
 T : 15 menit
 t : Rectangular

2. FACIAL MASSAGE
 F : 2-3 kali repetisi
 I : Kondisional
 T : 10 menit
 t : Kneading, effleurage, stroking
3. ELECTRICAL STIMULATION
 F : 2 kali seminggu
 I : sesuai toleransi pasien
 T : 15 menit
 t : Faradik
4. HOME CARE TERAPI LATIHAN MENGGUNAKAN MIRROR EXERCISE
 F : 2-3 kali sehari
 I :-
 T : 10-20 Menit
 t :-
HASIL EVALUASI AKHIR

a. Manual muscle testing (MMT)

Gerakan T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
 M. Frontalis 1 1 1 2 2 3 3
 M. Curugulur Supercili 1 1 2 2 2 3 3
 M. Proccus 1 1 1 1 2 2 3
 M. Orbicularis Oculi 1 1 2 2 2 3 3
 M. Nasalis 1 1 2 2 2 3 3
 Depressor anguli oris 1 1 1 1 2 3 3
 M. Zygomalikus Major 1 1 2 2 2 2 3
 M. Zygomalikus Minor 1 1 1 2 2 2 3
 M. Orbicularis 1 1 1 2 2 3 3
 M. Bucinator 1 1 2 2 2 2 3
 M. Mentalis 1 1 1 1 2 3 3
 M. Risorius 1 1 1 1 2 3 3  
HASIL EVALUASI AKHIR

b. Scala Ugo Fisch

a. Sensori
POSISI WAJAH T0 (01,02.11) T1 (02,02.11) T2 (03,02.11) T3 (04,02,11) T4(05,02.11) T2 (03,02.11) T3 (04,02,11)

Istirahat/Diam 6 6 6 14 14 14 20

Mengerutkan Dahi 3 3 3 7 7 7 10

Menutup Mata 9 9 9 9 21 21 30

Tersenyum 9 9 9 9 21 21 30

Bersiul/Mecucu 3 3 3 7 7 7 10

Jumlah 30 Poin 30 Poin 30 Poin 46Poin 70 Poin 70 Poin 100 Poin


HASIL EVALUASI AKHIR
c. Sensori
PENILAIAN
SENSASI
 
  T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Kasar Tidak merasakan Tidak merasakan Tidak Merasakan Tidak merasakan Tidak merasakan Merasakan Merasakan

Halus Tidak merasakan Tidak merasakan Tidak merasakan Tidak merasakan Tidak merasakan Merasakan Merasakan

Tumpul Tidak merasakan Tidak merasakan Tidak merasakan Tidak merasakan Tidak merasakan Merasakan Merasakan

Tajam Tidak merasakan Tidak merasakan Tidak merasakan Tisak merasakan Merasakan Merasakan Merasakan

panas merasakan merasakan merasakan merasakan Merasakan Merrasakan Merasakan

Dingin merasakan merasakan merasakan merasakan Merasakan Merasakan Merasakan


.
EDUKASI DAN KOMUNIKASI

1. Saran bagi pasien


Harus memiliki motivasi yang tinggi untuk rutin dalam melakukan
terapi ke fisioterapi agar terapi dapat berjalan dengan baik,
menghindari hal-hal yang dilarang oleh terapis , dan melakukan
latihan-latihan yang telah diajarkan terapis.

S
2. Keluarga hendaknya memberikan motivasi kepada pasien untuk
rajin terapi dan melakukan home program atau edukasi-edukasi yang

T
telah diberikan oleh terapis untuk mendukung proses kesembuhannya.

W
O
DAFTAR PUSTAKA
Annsilva. 2010. Bell’s Palsy (Case Report). Diakses: pada tanggal 4 April
2010, dari
http://annsilva.wordpress.com/2010/04/04/bell%E2%80%99s-palsy-
case-report/
 Anshar. 2009. Terapi Stimulasi Listrik. Diakses: pada tanggal 21 Juli 2009,
dari http://anshar.com/2010/07/01/archive.html/

S
Dewanto G dkk. 2009. Diagnosis dan tata laksana penyakit saraf. Jakarta :
kedokteran egc
 

T
Ginsberg L. 2008. Neurologi. Jakarta: Erlangga

W
 
Gersh, Meryl.R. 1992. Electrotherapy In Rehabilitation. F.A.Davis Company:
Philadelphia
 
Hardi.
2011
 
2008. Bells
O
Palsy. Diakses pada
dari http://www.anunda.com/support/no-mind.htm
tanggal 14 juni

Lumbantobing. 2012. Nervus fasial dalam neurologi klinik pemeriksaan fisik


dan mental. Edisi ke-12. Jakarta : FK universitas Indonesia
 
Rahim. 2002. Massage Olah Raga. Pustaka Merdeka: Solo
Saputro Rohmat. 2009. Sinar Infra Merah (Infra red). Diakses pada tanggal 31
Juli 2011 dari http://one4share.blogspot.com/2009/05/sinar-infra-merah-
infra-red.html
 
Saputra L (ed). 2008. Kapita Selekta Kedokteran Klinik. Tangerang: Binarupa
Aksara
Sidharta, P. 2008. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Jakarta: Dian
Rakyat Sujatno, Ig dkk. 2002. Sumber Fisis. Akademi Fisioterapi Surakarta

S
Depkes RI:
Surakarta
 
Sutis. 2010. Gejala dan Penyebab Bell’s palsy. Diakses pada tanggal 25

T
Agustus 2010 dari http://www.indowebster.web.id/showthread.php?t=112101

W
 
Tappan, Francess.M. 1988. Healing Massage Techniques: Holistic, Classic
and Emerging. Second Edition. Appleton and Lange: California
Putz, R and R. Pabst; Sobotta Atlas Anatomi Manusia, E, C, G, Jakarta: 2002

O
Wikipedia. 2012. Bell’s palsy. Diakses: pada tanggal 11 Mei 2012, dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Bell's_palsy

Wiyoto, Bambang.T. 2011. Remidial Massage. Yogyakarta: Nuha Medika


 
Yulyani. 2012. Bells Palsy. Diakses pada tanggal 13 February 2012 dari
http://www.yulyani15.com/2012/02/bells-palsy.html

Anda mungkin juga menyukai