BELL’S PALSY
Bell’s palsy merupakan kelemahan wajah dengan tipe lower motor neuron
yang disebabkan oleh keterlibatan saraf fasialis idiopatik di luar sistem saraf
pusat, tanpa adanya penyakit neurologik lainnya. Bell’s palsy merupakan penyakit
pada nervus fasialis yang paling sering terjadi. Nervus fasialis terjepit di dalam
foramen stilomastoideus dan menimbulkan kelumpuhan fasialis LMN. Pada lesi
LMN bisa terletak di pons, di sudut serebelo-pontin, di os petrosum atau kavum
timpani, di foramen stilomastoideus dan pada cabang-cabang tepi nervus fasialis.
Lesi di pons yang terletak di daerah sekitar inti nervus abdusens dan fasikulus
longitudinalis medialis. Karena itu paralisis fasialis LMN tersebut akan disertai
kelumpuhan muskulus rektus lateralis atau gerakan melirik ke arah lesi. Selain itu,
paralisis nervus fasialis LMN akan timbul bergandengan dengan tuli perseptif
ipsilateral dan ageusia (tidak bisa mengecap dengan 2/3 bagian depan lidah).
C. Etiologi
a. Bell’s palsy dapat dikelompokkan sebagai berikut:.
1
2
.a.Idiopatik
Sampai sekarang yang disebut Bell’s palsy, belum diketahui secara pasti
penyebabnya. Faktor yang diduga berperan menyebabkan Bell’s palsy antara lain:
sesudah bepergian jauh dengan kendaraan, tidur ditempat terbuka, tidur di lantai,
hipertensi, stres, hiperkolesterolemi, diabetes mellitus, penyakit vaskuler,
gangguan imunologik dan faktor genetik.
B. Kongenital
1. Anomali kongenital (sindroma moebius)
2. Pasca Lahir (fraktur tengkorak, perdarahan intrakranial)
C. Didapat
1. Trauma Penyakit tulang tengkorak (osteomielitis)
2. Proses intrakranial (tumor, radang, perdarahan)
3. Proses di leher yang menekan daerah prosesus stilomastoideus 4. Infeksi tempat
lain (otitis media, herpes zoster) 5. Sindroma paralisis n. fasialis familial
D. Tanda dan gejala
Onset Bell’s palsy adalah akut, sekitar satu - setengah dari kasus mencapai
kelumpuhan maksimum selama 48 jam dan hampir semua berjalan dalam waktu
lima hari. Nyeri di belakang telinga dapat mendahului kelumpuhan selama satu
atau dua hari. Terganggunya saraf facial di foramen stylomastoid dapat
menyebabkan kelumpuhan di seluruh otot ekspresi wajah. Sudut mulut jatuh, garis
dan lipatan kulit juga terpengaruh, garis dahi menghilang, lipatan palpebra
melebar, dan lid margin mata tidak tertutup. Kantong mata bawah dan punctum
jatuh, disertai air mata yang menetes melewati pipi. Makanan yang mengumpul di
antara gigi, pipi dan saliva yang menetes dari sudut mulut. Penderita juga
mengeluh ada rasa tebal atau mati rasa dan terkadang mengeluh nyeri di wajah.
Jika lesi berada di saluran saraf facialis di atas chorda tympani tetapi di bawah
ganglion genikulatum, semua gejala dapat timbul ditambah kehilangan rasa di
lidah 2/3 anterior di sisi yang sama dengan lesi. Jika lesi mempengaruhi saraf di
otot stapedius maka dapat terjadi hyperakustikus yaitu penderita sensitif dan
merasa nyeri bila mendengar suara-suara yang keras. Jika ganglion genikulatum
terpengaruh, produksi air mata dan air liur mungkin berkurang. Lesi di daerah ini
3
Mulut tampak moncong terlebih pada saat meringis, kelopak mata tidak dapat
dipejamkan (lagoftalmos), waktu penderita disuruh menutup kelopak matanya
maka bola mata tampak berputar Gambar 1.1 Parese nervus VII perifer kanan
(Afzal Mir, 2003) Selanjutnya gejala dan tanda klinik lainnya berhubungan
dengan tempat/lokasi lesi. Gambar 1.2 Gejala Dan Tanda Klinik BP Berhubungan
Dengan Lokasi Lesi. ke ataS (Bell phenomen). Penderita tidak dapat bersiul atau
meniup, apabila berkumur atau minum maka air keluar melalui sisi mulut yang
lumpuh
E. Pemeriksaan fisik
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
4) Operasi Tindakan operatif umumnya tidak dianjurkan pada anak- anak karena
dapat menimbulkan komplikasi lokal maupun intracranial.