Anda di halaman 1dari 22

BAB I PENDAHULUAN

Wajah merupakan kawasan motorik nervus Facialis yang sangat penting dan memberikan kekhasan tersendiri bagi yang melihatnya. Suatu kelainan yang terjadi di sepanjang perjalanan nervus Facialis menyebabkan gangguan terhadap otot yang dipersarafi, baik yang bersifat parese ataupun paralisis tergantung tingkat dan beratnya lesi.

Pada umumnya masyarakat awam menganggap bahwa mulut mencong atau merot akibat adanya kutukan dan juga yang menganggap terkena angin jahat, pada hal sebenarnya secara ilmiah terjadi kerusakan pada N. Facialis yang disebut Bells Palsy. Bells adalah orang yang pertama menemukan adanya kelumpuhan pada otot wajah. Kelumpuhan pada otot wajah disebut Bells Palsy (Facial Paralysis). Facial Paralysis terjadi karena adanya lesi perifer unilateral dari saraf kranial ketujuh (N. Facialis) perifer menyebabkan gangguan terhadap otot yang dipersarafi.

Semakin panasnya bumi maka penggunaan AC terus bertambah. Selain itu, pertumbuhan kendaraan terus berlangsung. Dari data Gaikindo, volume kendaraan baru di DKI Jakarta setiap harinya mencapai 800-1.200 unit. Itu berarti jika masyarakat kurang menjaga kesehatan dan keamanan, orang yang berpotensi mengalami bells palsy semakin banyak.

Makin banyaknya penderita yang dijumpai mengalami facial paralysis, maka dalam laporan praktek klinik ini, penyusun menyajikan judul Penatalaksanaan Fisioterapi pada Gangguan Fungsional Wajah Dektra Akibat Bells Palsy. Dengan harapan dapat menjadi referensi bagi pembaca dalam hal penanganan kasus yang sama selain sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan praktek klinik di RSUD Labuang Baji Makassar.

BAB II

ANATOMI FISIOLOGI

Tulang Tengkorak (Cranium)

Tulang tengkorak mempunyai beberapa bagian-bagian yang biasanya ditinjau dari beberapa aspek yaitu aspek anterior, posterior, superior dan inferior serta lateral. Terkait dengan perjalanan N. Facialis maka cranium di tinjau dari arah lateral dan melibatkan

Os temporalis Canalis facialis Foramen stylomastoideus Ramus mandibularis aspek lateral

Nervus Facialis

Nervus facialis merupakan saraf motorik yang menginervasi otot-otot wajah. N. Facialis adalah salah satu dari 12 pasang saraf cranial. Otot-otot yang dipersarafi adalah:

1. M. Frontalis

Fungsinya, mengangkat alis mata dan mengerutkan dahi (ekspresi heran)

2. M. Orbicularis Oculi

Fungsinya, menutup mata (ekspresi memejamkan mata)

3. M. Orbicularis Oris

Fungsinya, mengucupkan mulut kedepan (ekspresi bersiul)

4. M. Proserus

Fungsinya, mengangkat hidung (eksprsei benci)

5. M. Nasalis

Fungsinya, melebarkan daun hidung (ekpresi mencium bau)

6. M. Currogator Supercili

Fungsinya, menarik alis mata ketengah dan menurun sehingga membentuk lipatan atau kerutan diantara kedua alis mata (ekspresi marah)

7. M. Zygomatikum

Fungsinya, menarik sudut mulut dengan memperlihatkan gigi (ekspresi senyum)

8. M. Rizorius

Fungsinya, menarik sudut mulut kelateral (ekspresi meringis)

9. M. Buccinator

Fungsinya, menekan pipi kedalam dan bersiul

10. M. Deperesor Labii Inferior

Fungsinya, menonjolkan bibir kebawah keluar (ekspresi mencibir)

11. M. Mentalis

Fungsinya, meruncingkan dagu

12. M. Deperesor Anguli Oris

Fungsinya, menarik sudut mult kebawah secara kuat.

Neurofisiologi

N. Facialis adalah saraf motorik yang menginervasi otot-otot wajah. Saraf ini berpangkal dari otak dan keluar dari sudut Facialis dan keluar tengkorak melewati forament Stylomastoideum lalu menembus glandula parotis dan belakang ramus mandibularis dan bercabang ke semua bagian muka dan kepala. Dalam perjalanannya ke tepi ia bergabung dengan N. Intermedius di susun oleh serabut sekremotorik untuk glandula salivatoris dan serabutnya menghantarkan impuls pengecap 2/3 anterior lidah.

Nervus Facialis mempunyai 5 komponen fungsional yaitu tiga afferent dan 2 efferent. Dua afferent pertama datang dari sekitar kuping berupa sensasi sakit dan temperatur. Afferent ketiga datang dari 2/3 depan lidah membawa sensori taktil. Efferent pertama datang dari Nucleus nervus facialis di dalam Pons menuju Canalis facialis dan keluar dari Forament Stylomastoideus serta bercabang-cabang menginervasi otot otot wajah .Efferent kedua datang dari nucleus salivatoris superior di dalam pons.

BAB III PATOLOGI


A. Bells palsy Bells palsy adalah paralisis wajah unilateral yang timbul mendadak akibat lesi nervus fasialis, dan mengakibatkan distorsi wajah yang khas. Dengan kata lain Bells palsy merupakan suatu kelainan pada saraf wajah yang menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan tiba-tiba pada otot di satu isi wajah (Djamil, 297, 2003). Kebanyakan orang belum mengetahui nama dari panyakit ini. Adalah Sir Charles Bell seorang ilmuan dari Skotlandia yang pertama kali menemukan penyakit ini pada abad ke-19 B. Perbedaan Bells palsy dengan Stroke Banyak orang mengira bahwa Bells palsy merupakan stroke, tetapi pada hakikatnya Bells palsy berbeda dengan serangan stroke. Yang menjadi pembeda paling mendasar adalah pada Bells palsy tidak disertai dengan kelemahan pada anggota gerak. Hal ini disebabkan oleh letak kerusakan saraf yang berbeda. Pada serangan stroke saraf yang rusak adalah pada saraf otak yang mengatur pergerakan salah satu sisi tubuh, termasuk wajah. Sedangkan pada kasus Bells palsy, kerusakan yang terjadi langsung pada saraf yang mengurus persarafan wajah yaitu saraf facialis. C. Patologi Terapan. Penyebab dari penyakit ini belum diketahui secara pasti tetapi dapat diduga bahwa penyebab dari penyakit ini adalah karena saraf yang mengendalikan otot wajah membengkak, terinfeksi, atau mampat karena aliran darah berkurang.

Bells palsy selalu mengenai satu sisi wajah, kelemahannya tiba-tiba dan dapat melibatkan baik bagian atas atau bagian bawah wajah. Penyakit lain yang juga dapat menyebabkan kelumpuhan saraf wajah adalah: -Tumor otak yang menekan saraf. - Kerusakan saraf wajah karena infeksi virus (misalnya sindroma Ramsay Hunt) - Infeksi telinga tengah atau sinus mastoideus - Penyakit Lyme - Patah tulang di dasar tengkorak. Untuk membedakan Bell's palsy dengan penyakit tersebut, bisa dilihat dari riwayat penyakit, hasil pemeriksaan rontgen, CT scan atau MRI. Pada penyakit Lyme perlu dilakukan pemeriksaan darah. D. Patologi Klinis. Terkait dengan proses kejadian yang ada pada pasien yakni terjatuh pada musim hujan maka penyusun mengaitkan faktor penyebab dengan cuaca dingin. Bells palsy sangat erat kaitannya dengan cuaca dingin. Ujar dokter ahli syaraf RS Gatot Subroto, Dr Hardhi Pranata SpS MARS yakni angin yang masuk ke dalam tengkorak atau foramen stylomastoideum. Angin dingin ini membuat syaraf di sekitar wajah sembab lalu membesar. Pembengkakan syaraf nomor tujuh atau nervous fascialis ini mengakibatkan pasokan darah ke syaraf tersebut terhenti. Hal itu menyebabkan kematian sel sehingga fungsi menghantar impuls atau rangsangnya terganggu. Akibatnya, perintah otak untuk menggerakkan otot-otot wajah tidak dapat diteruskan. Syaraf nomor tujuh ini terjepit hingga akhirnya kelumpuhan terjadi.Bells palsy diambil dari nama Sir Charles Bell, dokter dari abad 19 yang pertama menggambarkan kondisi ini dan menghubungkan

dengan kelainan pada syaraf wajah. Meski namanya unik, penyakit ini akan mengganggu secara estetika ataupun fungsi pada wajah. Artinya muka yang terlihat cantik dan bagus di depan kaca itu tidak terjadi dengan sendirinya. Karena, bila salah satu saja syarafnya minta istirahat, maka proporsi wajah menjadi tidak seimbang. Jika tidak ditangani maka akan terjadi kecacatan dengan muka mupeng atau penyok. D. Gejala dan Tanda Klinik

Karena saraf pada bagian wajah memiliki banyak fungsi dan kompleks, kerusakan atau gangguan fungsi pada saraf tersebut dapat mengakibatkan banyak masalah. Penyakit ini seringkali menimbulkan gejala-gejala klinis yang beragam akan tetapi gejala-gejala yang sering terjadi yaitu wajah yang tidak simetris, kelopak mata tidak bisa menutup dengan sempurna, gangguan pada pengecapan, serta sensasi mati rasa pada salah satu bagian wajah. Pada kasus yang lain juga terkadang disertai dengan adanya hiperakusis (sensasi pendengaran yang berlebihan), telinga berdenging, nyeri kepala dan perasaan melayang. Hal tersebut terjadi mendadak dan mencapai puncaknya dalam dua hari. Keluhan yang terjadi diawali dengan nyeri pada bagian telinga yang seringkali dianggap sebagai infeksi. Selain itu masih ada gejala-gejala lain yang ditimbulkan oleh penyakit ini yaitu, pada awalnya, penderita merasakan ada kelainan di mulut pada saat bangun tidur, menggosok gigi atau berkumur, minum atau berbicara. Mulut tampak mencong terlebih saat meringis, kelopak mata tidak dapat dipejamkan (lagoftalmos), waktu penderita menutup kelopak matanya maka bola mata akan tampak berputar ke atas. Penderita tidak dapat bersiul atau meniup, apabila berkumur maka air akan keluar sisi melalui sisi mulut yang lumpuh ( Djamil, 297, 2003 )

E. Terapi Terapi pertama yang harus dilakukan adalah penjelasan kepada penderita bahwa penyakit yang mereka derita bukanlah tanda stroke, hal ini menjadi penting karena spenderita dapat mengalami stress yang berat ketika terjadi salah pengertian ( Djamil,299, 2003 ). 1. Penanganan mata Bagian mata juga harus mendapatkan perhatian khusus dan harus dijaga agar tetap lembab, hal tersebut dapat dilakukan dengan pemberian pelumas mata setiap jam sepanjang hari dan salep mata harus digunakan setiap malam 2. Latihan wajah Komponen lain yang tidak kalah pentingnya dalam optimalisasi terapi adalah latihan wajah. Latihan ini dilakukan minimal 2-3 kali sehari, akan tetapi kualitas latihan lebih utama daripada kuantitasnya. Sehingga latihan wajah ini dilakukan sebaik mungkin. Pada fase akut dapat dimulai dengan kompres hangat dan pemijatan pada wajah, hal ini berguna meningkatkan aliran darah pada otot-otot wajah. Kemudian latihan dilanjutkan dengan gerakan-gerakan wajah tertentu yang dapat merangsang otak untuk tetap memberi sinyal untuk menggerakan otot-otot wajah. Sebaiknya latihan ini dilakukan di depan cermin.Gerakannya seperti:
Tersenyum Mencucurkan mulut, kemudian bersiul Mengatupkan bibir Mengerutkan hidung Mengerutkan dahi Gunakan telunjuk dan ibu jari untuk menarik sudut mulut secara manual

10

Mengangkat alis secara manual dengan keempat jari

Setelah melakukan terapi tersebut sebagian penderita akan sembuh total dan sebagian akan meninggalkan gejala sisa yang dapat berupa: a. Kontraktur Hal ini dapat terlihat dari tertariknya otot, sehingga plika nasolabialis lebih jelas terlihat dibanding pada sisi yang sehat. Bagi pemeriksa yang belum berpengalaman mungkin bagian yang sehat ini yang disangkanya lumpuh, sedangkan bagian yang lumpuh disangkanya sehat. b. Sinkinesia (associated movement) Dalam hal ini otot-otot tidak dapat digerakkan satu per satu atau tersendiri, selalu timbul gerakan bersama. Bila pasien disuruh memejamkan mata, maka otot orbikularis orispun akan akan ikut berkontraksi dan sudut mulut terngkat. Bila ia disuruh menggembungkan pipi, kelopak mata ikut merapat c. Spasme spontan. Dalam hal ini otot-otot wajah bergerak secara spontan, tidak terkendali. Hal ini disebut juga tic facialis. akan tetapi tidak semua tic facialis merupakan gejala sisa dari Bells palsy (Lumbantobing,59, 2003).

11

BAB IV STATUS KLINIK


A. Data-Data Medis Rumah Sakit 1. Diagnosa Medis 2. Catatan Klinik Tekanan Darah Denyut Nadi Pernafasan : Bells Palsy : : 160/100 mmHg : 80x/menit : 18x/menit : Medika Mentosa

3. Terapi Umum B. Pemeriksaan Fisioterapi 1. Anamnesis a. Anamnesis Umum: Nama Umur Jenis Kelamin Agama Pekerjaan Alamat

: H. Andi Altin : 68 Tahun : Laki-laki : Islam : Pensiunan : Todopuli

b. Anamnesis Khusus: Keluhan Utama Lokasi Keluhan Kapan Sifat Keluhan : Kelemahan otot-otot wajah : ssisi dekstra wajah : 2 minggu yang lalu : terlokalisir

12

RPP

: 2minggu yang lalu pada saat istirahat tiba-tiba sisi

wajah kanan terasa keram-keram dan terasa tebal, mulut merot kekiri dan mata sulit tertutup. 2. Inspeksi Statis - Mulut merot ke kiri - Wajah sisi dekstra tertarik ke kiri - Mata kanan berair Dinamis Pasien diminta untuk berekspresi sesuai dengan motorik wajah seperti meniup, kembungkan pipi ataupun menutup mata. 3. Pemeriksaan Fungsi a. Aktif Pasien diminta tersenyum Hasil Interpretasi : tidak maksimal : kelemahan M. Zigomatikum

Pasien diminta mengembangkan pipi Hasil Interpretasi : tidak maksimal : kelemahan M. Buccinator

Pasien diminta mengangkat alis Hasil Interpretasi : tidak bisa : kelemahan M. frontalis

Pasien diminta menutup mata Hasil Interpretasi : mata kanan tidak menutup sempurna :kelemahan M. Orbicularis Oculi

Pasien diminta mengerutkan alis Hasil : tidak bisa dilakukan

13

Interpretasi -

: kelemahan M. Procerus

Pasien diminta menciutkan bibir Hasil Interpretasi : tidak bisa : kelemahan M. Orbicularis Oris

b. Pasif Mengerutkan dahi Hasil Menutup mata Hasil : mampu : tidak mampu sempurna

Menggembungkan pipi, fisioterapi membantu merapatkan kedua bibirnya Hasil : tidak maksimal

c. TIMT Tidak dilakukan karena pasien belum mampu melakukan gerakan pada sisi wajah kanan. d. Pemeriksaan Spesifik MMT Test Tujuan : Untuk mengetahui nilai otot wajah Nilai 0 apabila tidak ada kontraksi intramuskular Nilai 1 apabila hanya terjadi kontraksi intramuskular Nilai 3 apabila terjadi kontraksi dan ekspresi yang dilakukan dengan kepayahan dan tak sempurna Nilai 5 apabila pasien mampu berekspresi tanpa susah payah dan sempurna.

Hasil 1. Menutup mata (orbicularis Oculi) 2. Tersenyum (M. zygomatikum) 3. Mencucutkan mulut kedepan (M. Orbucularis Oris) 4. Mengangkat hidung (M. Procerus) : 3 : 3 :1 :1

14

5. Melebarkan daun hidung (M. Nasalis) 6. Menarik sudut mulut ke lateral (M. Rizorius) 7. Mangangkat alis (M. Frontalis)

:1 :1 :1

Interpretasi : Terjadi kelemahan pada otot wajah sisi Dekstra serta gangguan ekspresi.

Tes Sensorik

Tujuan : Untuk mengetahui apakah terdapat gangguan sensorik pada wajah baik berupa rasa Tajam Tumpul maupun Panas Dingin. : Pasien mampu merasakan dan membedakan rasa Tajam Tumpul

Hasil

maupun Panas - Dingin.

Tes Motorik Pasien diminta mengucapkan huruf L, M, N Hasil : tidak bisa

Pasien diminta bersiul Hasil C. Diagnosa Fisioterapi Gangguan fungsional wajah dektra akibat bells palsy D. Problematik Fisioterapi 1. Kelemahan otot 2. Gangguan ekspresi wajah (ADL) : tidak bisa

15

E.

Tujuan Fisioterapi 1. Jangka Panjang Mengembalikan kapsitas fisik dan kemampuan fungsional pasien 2. Jangka Pendek a. Meningkatkan kekuatan otot b. Memperbaiki ekspresi wajah

F.

Intervensi 1. IRR Teknik Pelaksanaan Tujuan : Pasien supine lying dan disinari pada sisi wajah yang sakit. : Sebagai Pre Eliminary Exercise Melancarkan sirkulasi darah F I T T 2. Friction : 3x/ minggu : 45 cm : Luminus : 5 Menit untuk setiap sisi wajah.

Teknik Pelaksanaan

: Pasien dalam posisi supine lying lalu terapis memfriction titik titik wajah untuk menstimulasi persarafan otot wajah.

Tujuan

: Untuk menstimulasi tipe saraf IIIa.

: 3x/ minggu

: 8x putaran

: Sirkuler pada titik point wajah. 16

: 30 detik.

3. Massage

Teknik Pelaksanaan :

Pasien dalam posisi Supine Lying lalu terapis melakukan massage pada kedua sisi wajah pasien.

Tujuan

Pada sisi sehat untuk merileksasikan otot sedangkan pada sisi yang sakit untuk memicu tonus otot.

: 3x/ minggu

: 3x8 hitungan

: Tappotement.

: 3 Menit.

4. PNF wajah

Teknik Pelaksanaan

Pasien diminta berekspresi sesuai motorik yang ada pada wajah.

Tujuan

Untuk meningkatkan kekuatan otot wajah.

: 3x/minggu

: 5 X Repetisi.

: (Over Flow Muscle Function ).

17

: 5 Menit.

5. Stretching

Teknik Pelaksanaan

: Sisi wajah yang sehat di tarik ke arah sisi wajah yang mengalami kelemahan dan tertarik.

Tujuan

Untuk mencegah terjadinya Kontraktur pada otot wajah Sinistra ( yang sehat ).

: 3x/minggu

: 5 X Repetisi

: Pasif Stretching.

: 2 Menit.

G. Evaluasi Sesaat Belum terjadi perubahan Berkala Nilai otot sudah mengalami peningkatan H. Prognosis 1 Quo ad vitam 2 Quo ad sanam 3 Quo ad cosmeticam : : : : baik baik kurang baik baik

4 Quo ad fungsional

18

I.

Home Program 1. Kompres air hanagt pada belakang telinga dan sisi wajah dekstra 2. Pasien diinstruksikan untuk mengulang latihan yang diajarkan berupa mengoreksi ekspresi wajah di depan cermin.

Follow Up. Tanggal 13 / 06 / 2008 Problematik


Kelemahan otot wajah. Gangguan Ekspresi

Modalitas

Evaluasi

MWD,,Friction,massage. Nilai otot. Strengthening,PNF (M.Orbicularis Oculi) :3

(M. Zygomaticum) Mirror Exc

:3

(M.Orbicularis Oris)

:1

(M. Procerus)

:1

(M. Nasalis)

:1

M. Rizorius

:1

(M. Frontalis )

:1

Gangguan Ekspresi tetap

19

16 / 06/ 2008

Kelemahan otot wajah. Gangguan Ekspresi

MWD,Friction ,massage. Nilai otot. Strengthening,PNF (M.Orbicularis Oculi) : 3+ : 3+

(M. Zygomaticum) Mirror Exc

(M.Orbicularis Oris) :1 (M. Procerus) :1

(M. Nasalis)

:1

M. Rizorius

:1

(M. Frontalis )

:1

Gangguan Ekspresi tetap

20

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan status klinik dengan judul Penatalaksanaan Fisioterapi pada Gangguan Fungsional Wajah Dekstra Akibat Bells Palsy . di susun oleh, Nurjahidah , NIM: PO 713241051032. Telah disetujui untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan praktek klinik di RSUD Labuang Baji Makassar yang di mulai tanggal 11 Juni - 5 Juli 2008.

Makassar, Juli 2008

Pembimbing Klinik

Pembimbing Akademik

Syaribulan, AMF NIP: 140 254 240

H. Muh. Rusli, RPT, S. Pd NIP: 140 056 597

21

Laporan Klinik RSUD Labuang Baji Makassar

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA GANGGUAN FUNGSIONAL WAJAH DEKSTRA AKIBAT BELLS PALSY

Oleh

NURJAHIDAH PO 713241051032

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR JURUSAN FISIOTERAPI 2008
22

Anda mungkin juga menyukai